BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. Pada bab IV ini akan diuraikan tentang hasil serta pembahasan hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. Pada bab IV ini akan diuraikan tentang hasil serta pembahasan hasil"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan diuraikan tentang hasil serta pembahasan hasil penelitian. Uraian deskripsi berdasarkan kepada rumusan masalah yang kemudian akan dirumuskan menjadi sebuah kesimpulan dan rekomendasi penelitian. A. Gambaran Umum Masyarakat Desa Giriasih Gambaran umum mengenai Desa Giriasih dapat dijelaskan dengan melihat beberapa aspek antara lain: letak geografis, aspek demografis, dan aspek kehidupan sosial masyarakat Desa Giriasih. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu sebagai berikut : 1. Letak Geografis Desa Giriasih Desa Giriasih termasuk kedalam Kecamatan Batujajar yang berada dalam wilayah administratif Kabupaten Bandung Barat, sebelum penulis memaparkan tentang Desa Giriasih maka akan dipaparkan terlebih dahulu mengenai gambaran umum Kabupaten Bandung Barat. Secara geografis, Kabupaten Bandung Barat berada pada perbatasan antara Kabupaten Purwakarta dengan Kabupaten Subang di sebelah barat dan utara, kota Bandung di sebelah selatan serta kabupaten Cianjur di sebelah barat dan timur. Secara geografis Kabupaten Bandung Barat berada pada Lintang Selatan dan ,5 Bujur 74

2 75 Timur. Luas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah 1.305,77 Km 2. Kabupaten Bandung Barat memiliki rata-rata ketinggian 110 m dan maksimum m dari permukaan laut. Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Bandung Barat antara lain pada sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri, sektor pemerintahan dan sektor jasa. (Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. 2010:10). Peta 4.1 Peta Kabupaten Bandung Barat Sumber : Selanjutnya akan dipaparkan tentang Kecamatan Batujajar yang memiliki luas wilayah 5.339,24 Ha. Kecamatan Batujajar terbagi ke dalam tiga belas desa antara lain yaitu Desa Batujajar Timur, Desa Batujajar Barat, Desa Bojonghalueang, Desa Cangkorah, Desa Cikande, Desa Cipangeran, Desa

3 76 Galangang, Desa Giriasih, Desa Girimukti, Desa Jati, Desa Pangauban, Desa Saguling, dan Desa Selacau. Setelah memaparkan tentang Kecamatan Batujajar maka selanjutnya akan dibahas tentang keadaan geografis Desa Giriasih. Termasuk kedalam daerah dataran rendah dengan luas wilayah 344 Ha. Letak desa Giriasih berbatasan dengan beberapa desa dan kecamatan yaitu : Sebelah utara Sebalah selatan Sebelah barat Sebelah timur : Desa Laksana Mekar : Desa Batujajar Timur : Desa Cangkorah : Kelurahan Cibeber Desa Giriasih terdiri dari 18 rukun warga (RW) dan 50 rukun tetangga (RT). Jarak dari desa menuju kantor kecamatan adalah 1 Km dan dapat ditempuh dengan waktu ± 10 menit. Sedangkan jarak dari desa menuju kantor kabupaten adalah 0,5 Km dan dapat ditempuh dengan waktu ±5 menit. Akses jalan menuju Desa Giriasih ini merupakan jalan aspal serta banyak dilewati oleh truk pengangkut barang milik pabrik. 2. Keadaan Demografis Penduduk di Desa Giriasih Keadaan demografis merupakan suatu keadaan yang berhubungan dengan kependudukan. Mengenai keadaan penduduk di desa Giriasih, dapat

4 77 dikomposisikan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian masyarakat. a. Komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin Jumlah penduduk di Desa Giriasih menurut data monografi desa tahun 2010 adalah jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak jiwa sedangkan perempuan sebanyak jiwa dengan jumlah kepala keluarga 3011 KK. Rincian jumlah penduduk di Desa Giriasih pada tahun 2010 dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin No Komposisi Umur Penduduk L Jenis Kelamin P Jumlah Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

5 Tahun Tahun >60 Tahun Jumlah Sumber : Monografi Desa Giriasih, Kecamatan Batujajar Tahun 2010 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Giriasih memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sehingga laju pertumbuhan Desa Giriasih cukup maksimal karena jumlah laki-laki yang lebih banyak untuk menggerakan pembangunan disuatu daerah. b. Komposisi penduduk berdasarkan sistem mata pencaharian Keadaan geografis di wilayah desa Giriasih pada awalnya adalah lahan pertanian namun seiring perkembangan daerah maka lahan pertanian yang ada mulai dipergunakan untuk lahan perindustrian dengan dibangunnya pabrik-pabrik disekitar daerah tersebut. Melihat keadaan wilayah tersebut maka mata pencaharian utama dari masyarakat adalah sebagai buruh pabrik. Namun, bukan hanya buruh pabrik saja akan tetapi juga sebagai petani, perkebunan dan lain sebagainya. Rincian mata pencaharian masyarakat dapat dilihat dalam tabel berikut:

6 79 Tabel 4.2 Komposisi Penduduk dalam Sistem Mata Pencahariannya No Sektor/ Lapangan Usaha Jumlah Orang % 1 Pertanian 25 0,25% 2 Perkebunan 11 0,11% 3 Jasa 123 1,23% 4 Industri ,93% 5 Perdagangan 9 0,09% 6 Peternakan 5 0,05% 7 Angkutan 15 0,15% Jumlah ,81% Sumber : Monografi Desa Giriasih, Kecamatan Batujajar Tahun 2010 Dari jumlah komposisi penduduk dan mata pencaharian di Desa Giriasih terlihat bahwa penduduk desa sebagian besar bekerja pada sektor industri dengan jumlah presentase sekitar 47,93%. Dapat disimpulkan bidang industri merupakan mata pencaharian utama dari masyarakat. Hal tersebut di dasarkan pada banyaknya jumlah industri yang berada di desa yaitu sekitar enam puluh lima buah. Sektor jasa juga menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat desa dengan presentase sekitar 1,23%. Sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai pemilik dari kontrakan bagi masyarakat pendatang selain itu juga menawarkan

7 80 jasa lain seperti jasa rental komputer, warung internet (warnet), dan lain sebagainya. Selain bekerja pada bidang industri dan jasa, masyarakat Desa Giriasih juga bekerja pada sektor lain. Menurut monografi Desa Giriasih, Kecamatan Batujajar tahun 2010, masyarakat Desa Giriasih juga bekerja sebagai peternak sebanyak 0,05%, pedagang sebanyak 9 orang atau 0,09%, perkebunan sebanyak 11 orang atau 0,11%, dan angkutan sebanyak 15 orang atau 0,15%. Sedangkan yang lainya bekerja sebagai PNS serta tenaga kesehatan yang berjumlah 11 orang. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa masyarakat desa memiliki pekerjaan yang beragam di berbagai sektor bidang pekerjaan. c. Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat Pendidikan merupaka unsur penting dalam kehidupan seseorang. Hal ini dikarenakan lewat pendidikan maka seseorang dapat meningkatkan derajat kehidupannya. Dalam hal pendidikan, masyarakat desa memiliki tingkat pendidikan rata-rata lulusan SMA. Hal ini dikarenakan setiap orangtua telah sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Untuk melihat lebih rinci tentang tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat dalam tabel berikut ini

8 81 Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Tidak lulus SD 256 orang 2 Sekolah Dasar (SD) 1468 orang 3 SMP 1175 orang 4 SMA 4286 orang 5 S orang 6 S2 80 orang Sumber : Monografi Desa Tahun 2010 Berdasarkan data monografi desa tersebut, ternyata tingkat pendidikan masyarakat desa berada pada tingkat SMA dan sedikit sekali yang melanjutkan hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini disebabkan oleh pemikirian masyarakat yang lebih mementingkan bekerja dibandingkan pendidikan. Dalam industri minimal para karyawan harus berijazah SMA sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih untuk langsung bekerja di pabrik untuk menghasilkan uang agar memenuhi kebutuhan hidupnya. d. Kondisi sosial budaya Kondisi geografis dan lingkungan yang berbeda akan mengakibatkan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berbeda pula. Perbedaan tempak dan masyarakat akan melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan yang memiliki ciri khas yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya.

9 82 Kenyataan lain, masyarakat akan dihadapkan kepada kehidupan yang bersifat pertentangan. Kesenjangan baik sosial, ekonomi, maupun politik membawa masyarakat untuk berkompromi dengan keadaan tersebut. Kondisi seperti inilah yang akan selalu mewarnai kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti bahasa, kesenian dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang dipergunakan oleh penduduk adalah bahasa Sunda. Bahasa ini digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi antar anggota masyarakat. Dalam berinteraksi dengan penduduk yang usianya lebih tua dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi digunakan bahasa Sunda yang halus. Hal ini menunjukan sikap hormat dan menghargai sesama masyarakat. Sedangkan untuk percakapan diantara warga yang usianya sama dan mempunyai kedudukan yang sama pula maka dipergunakan bahasa Sunda yang kasar untuk mengakrabkan antar anggota masyarakat. Bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia juga dipergunakan dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam penggunaanya tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli akan tetapi dicampur dengan bahasa Sunda. Hal ini dimaksudkan untuk memiliki kesan akrab dibandingkan menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi kemasyarakatan. Organisasi masyarakat ini dibentuk untuk memberikan wadah untuk menanmpung aspirasi masyarakat desa. Keberadaan organisasi ini tidak lepas dari nilai dan norma di masyarakat. Di mana untuk mewujudkan nilai sosial masyarakat menciptakan

10 83 aturan-aturan yang tegas yang disebut dengan norma sosial. Organisasi kemasyarakat yang dimiliki oleh desa antara lain adalah karang taruna, organisasi keagamaan seperti MUI, organisasi PKK serta organisasi kesenian. 3. Industri di Desa Giriasih Industri di desa Giriasih dimulai sejak tahun 1990 an. Pada saat itu mulai banyak dibangun pabrik-pabrik yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian milik masyarakat. Pembentukan daerah batujajar menjadi kawasan industri oleh pemerintah menyebabkan desa Giriasih yang secara administratif masuk kedalam kecamatan batujajar menjadikan desa ini sebagai salah satu kawasan industri. Di desa ini terdapat 40 industri besar yang terdiri dari berbagai macam pabrik dengan hasil produksi yang berbeda. Ke empat puluh industri tersebut antara lain adalah : Tabel 4.4 Industri di Desa No Industri/Pabrik 1 PT Ateja 2 PT CGNP 3 Palmastex 4 Samdotex 5 Yihwa 6 Amindos Sinarnus 7 Nama Sindoplus 8 Giri Asih Indah

11 84 9 Putra Angkas 10 Senayan Sandang Makmur 11 Multi Group 12 Baskara 13 Beton Putra 14 Kencana Fajar Mulya 15 Beton Perkasa 16 Sapta Pelita Asia 17 Silva 18 PT Sabatex 19 PT Gunung Pada Kasih/ GP 20 Reajayamik 21 Aspalindo 22 Cahaya Kurnia Permai 23 Polister 24 Bigstar 25 Samsentral Indah 26 Sandarma Plastik 27 Sanbuana Ekspres 28 Fajar Mataram Sedaya 29 Luki Rejeki 30 Almasindo 2 31 Victory 32 Sentral Texindo

12 85 33 Sipatatex 34 Sinar Makin Mulya 35 Mulya Adi Paramita 36 Sipatamuda 37 Prodomo 38 Indorama 39 Sentral Mulya Citra Nitindo 40 Daya Mekar Texindo Sumber : Monografi Desa Tahun 2010 Industri di desa Giriasih berkembang semenjak diberlakukannya kawasan Batujajar sebagai daerah industri. Berbagai macam industri di bangun di kawasan ini. Hal ini yang menyebabkan peralihan profesi masyarakat dari petani menjadi pegawai atau buruh pabrik. Industri yang berada di daerah ini sebagian besar bergerak pada bidang industri beton, kertas, dan tekstil. Industri di desa bukan hanya industri dengan skla besar saja akan tetapi juga industri dengan skla kecil yang dimiliki oleh masyarakat. Industri kecil berjumlah sekitar 21 industri kecil milik masyarakat yang rata-rata berprofesi sebagai seorang penjahit. Sejak saat itu warga mulai ramai beralih pekerjaan menjadi buruh pabrik. kebanyakan alasan warga beralih menjadi buruh pabrik karena menanggap bahwa upah yang didapat dari pabrik lebih besar dibandingkan hasil pertanian. Selain itu

13 86 juga karena sudah berkurangnya lahan pertanian yang dipergunakan untuk pabrik sehingga memilih untuk bekerja sebagai buruh pabrik. Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh industri yang berada di desa antara laian adalah tekstil, beton, kertas dan lain sebagainya. Hasil produksi biasanya langsung dibawa ke beberapa daerah seperti Jakarta, dan berbagai kota di Indonesia. Selain itu akses jalan yang dekat dengan jalan antar kota membuat pendistribusian barang menjadi lebih mudah. Adanya industri di Desa Giriasih menyebabkan suasana kehidupan seharihari di desa penuh dengan suasana kerja. Hal ini dapat dilihati dari rutinitas para karyawan yang bekerja kurang lebih 8 jam setiap harinya. Karyawan pabrik tidak hanya berasal dari masyarakat asli desa saja akan tetapi banyak juga yang berasal dari luar daerah. Biasanya mereka yang berasal dari luar kota memilih untuk mengontrak rumah atau kamar kost milik warga setempat. B. Deskripsi Hasil Wawancara Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan proses wawancara yang dilakukan terhadap subjek penelitian yang dipilih berdasarkan kebutuhan terhadap data yang diperlukan. Subjek tersebut diantaranya sebagai berikut:

14 87 Tabel 4.5 Subjek Penelitian Nama Responden Ahmad Kosasih H. Mahfudz Tono Dayat Amaliyah Eneng Status Sekretaris Desa Giriasih Tokoh Masyarakat Keamanan desa Keamanan desa Masyarakat desa Masyarakat desa Sumber : Diolah Peneliti Tahun Faktor yang menyebabkan pergeseran nilai antar masyarakat desa Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai sumber yang dilakukan pada tanggal 26 Juni 2011, pada beberapa sumber yaitu AK, MF, En, Dy, Tn, Am mengenai faktor yang menyebabkan pergeseran nilai antar masyarakat desa. Terdapat berberbagai tanggapan yang berbeda seperti yang dikemukakan oleh AK yang merupakan seorang pejabat desa, beliau mengatakan bahwa faktor yang menyebabkan pergeseran nilai antar masyarakat adalah kesibukan masyarakat pada bidang pekerjaan masing-masing sehingga jarang bertemu satu sama lain, selain itu juga banyak pendatang yang masuk ke desa dimana pendatang tersebut jarang sekali bergaul dengan masyarakat asli. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya keakraban antar tetangga. Menurut MF, faktor yang menyebabkan pergeseran nilai pada masyarakat yaitu masuknya pendatang yang membawa pengaruh bagi masyarakat desa.

15 88 Faktor lainnya adalah kesibukan masyarakat terhadap pekerjaan masing-masing sehingga tidak ada waktu untuk berkumpul dengan tetangga maupun keluarga. Kehidupan individualis juga muncul seiring berkembangnya masyarakat. Setiap anggota masyarakat lebih memetingkan kehidupan pribadinya dan tidak ingin tahu kehidupan tetangganya sehingga cenderung bersikap individualis. Selain itu masuknya budaya luar ke dalam masyarakat juga membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Kegiatan gotong royong sudah mulai jarang dilakukan oleh masyarakat karena keengganan masyarakat akibat kesibukan kerja tersebut. Menurut En, faktor dari munculnya pergeseran nilai pada masyarakat yaitu kesibukan masyarakat terhadap pekerjaan dan jadwal kerja yang tidak menentu karena beliau pernah bekerja di pabrik dimana jadwal kerja yang berdasarkan pada shift sehingga jarang sekali ada waktu untuk bergaul dengan masyarakat sekitar. Menurut Dy, faktor dari munculnya pergeseran nilai pada masyarakat desa yaitu tingkat mobilitas penduduk dan kesibukan masyarakat karena pekerjaan mereka serta masuknya pendatang ke desa. Menurut beliau pada saat sebelum dibangunnya industri masyarakat masih saling mengenal satu sama lain karena antar tetangga biasanya masih memiliki hubungan kekerabatan namun setelah masuknya industri banyak masyarakat asli yang lebih memilih menjual tanah pertaniannya dan pindah ke daerah lain sehingga hubungan kekeluargaan pun semakin merenggang karena banyak penduduk asli yang pindah ke daerah lain.

16 89 Menurut Tn, faktor yang menyebabkan pergeseran nilai antar masyarakat adalah munculnya pendatang yang membawa pengaruh terutama dalam cara berpakaian sehingga banyak masyarakat yang pada saat ini mengikuti gaya masyarakat kota. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat sekarang semakin maju setelah banyaknya arus informasi yang masuk melalui televisi, internet, serta alat komunikasi lainya lagi. Menurut Am, faktor yang menyebabkan pergeseran nilai pada masyarakat desa yaitu kurangnya komunikasi antar masyarakat akibat kesibukan masingmasing warga sehingga jarang sekali berhubungan satu sama lain. Selain itu ada faktor lain yaitu pendatang yang jarang sekali berkomunikasi dengan masyarakat asli dan lebih sering berkumpul dengan sesama pendatana. Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai sumber mengenai faktor yang menyebabkan pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa, maka dapat disimpulkan bahwa faktor utamanya adalah kesibukan masyarakat dengan pekerjaannya sehingga tidak ada komunikasi dengan warga lain dan juga faktor pendatang yang membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat asli seperti cara berpakaian serta kurangnya partisipasi masyarakat pendatang kepada berbagai kegiatan yang dilakukan di desa.

17 90 2. Dampak Pembangunan Industri di Desa Giriasih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat Pembangunan industri membawa dampak bagi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa narasumber seperti aparat desa yaitu Asep Kosasih (AK), tokoh masyarakat yaitu H. Mahfud (MF), serta masyarakat sekitar daerah industri yaitu Eneng (EN), Dayat (Dy), Tono (Tn), dan Amaliyah (Am) terungkap tentang dampak pembangunan industri. Menurut AK, industri memberikan dampak bagi masyarakat desa. Dampak tersebut antara lain terhadap bidang sosial budaya masyarakat serta sektor lain seperti pendidikan, ekonomi, lingkungan dan agama. Dalam bidang sosial budaya industri membawa perubahan rutinitas kegiatan sosial masyarakat seperti kegiatan gotong royong yang sudah jarang dilakukan oleh masyarakat jika ada pun harus diminta langsung oleh aparat desa sehingga tidak ada kesadaran untuk melakukan kegiatan tersebut. Dalam bidang pendidikan, industri membawa dampak yang positif karena dengan adanya industri yang mengharuskan setiap orang yang ingin bekerja di pabrik rata-rata harus berpendidikan minimal SMA atau SMK selain itu juga harus memiliki keterampilan sehingga mampu bekerja dengan maksimal. Dalam bidang ekonomi, industri mampu menciptakan peluang usaha walau tidak semuanya terserap akan tetapi masyarakat dapat bekerja pada bidang lainnya. Dalam bidang lingkungan, industri menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitar. Menurut AK, pencemaran yang dilakukan yaitu pencemaran udara dan juga pencemaran air yang menyebabkan masyarakat

18 91 kesulitan untuk mencari air bersih. Pencemaran air menyebabkan masyarakat kesulitan untuk mencari air bersih untuk keperluan rumah tangga. Dalam bidang politik, menurut AK, masyarakat dikatakan sudah menyadari akan hak nya untuk memilih dan dipilih. Hal ini dilihat dari keikut sertaan masyarakat dalam pemilu dapat dikatakan tinggi dan terlihat minat masyarakat untuk memilih serta dipilih. Menurut MF, dampak yang diberikan industri terhadap kehidupan masyarakat terbagi menjadi dua yaitu dampak positif serta dampak negatif. Dampak positif pembangunan industri di desa antara lain yaitu membuka peluang usaha dan mengurangi angka pengangguran walaupun tidak bisa mengatasi pengangguran seutuhnya sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat. Dampak negatif dari pembangunan industri menurut MF yaitu tidak semua warga yang terserap dalam bidang industri sehingga pabrik tidak begitu berpengaruh untuk mengatasi pengangguran. Selain itu banyaknya pendatang yang terkadang membawa pengaruh seperti dalam berpakaian, banyak pendatang yang menggunakan model berpakaian yang beragam bahkan tidak sesuai dengan sopan santun di masyarakat. Pendatang juga jarang ingin bergaul dengan masyarakat sekitar akibatnya terjadi hubungan yang kurang harmonis antara penduduk asli dan pendatang. MF juga mengemukakan bahwa ada tradisi yang berubah sebelum dan sesudah datangnya industri yaitu tradisi kirim nasi pada saat lebaran. Tradisi ini

19 92 biasa dilakukan oleh masyarakat sekitar agar terjalin silaturahmi antar tetangga akan tetapi sekarang sudah tidak ada lagi tradisi ini. Dalam kehidupan politik masyarakat. Masyarakat cukup aktif dalam kehidupan politik karena mereka sangat antusias untuk memilih calon yang akan menjadi pemimpin mereka baik itu dalam pemilihan kepala desa maupun pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden. Menurut En, industri berdampak kepada kehidupan masyarakat, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif pembangunan industri seperti memajukan perekonomian masyarakat dengan membuka peluang pekerjaan serta peluang usaha lain bagi masyarakat. Sehingga menambah pemasukan bagi masyarakat sekitar. Namun, industri juga membawa dampak negatif yaitu merenggangnya hubungan kemasyarakatan antar warga, merenggangnya hubungan komunikasi antar anggota keluarga dalam masyarakat terutama apabila kedua orangtua bekerja di pabrik sehingga anak kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Pencemaran udara pun terjadi akibat industri sehingga masyarakat merasa tidak nyaman dengan keadaan lingkungan tersebut. Air juga menjadi perhatian karena akibat limbah industri menyebabkan air di desa tersebut sudah tidak dapat lagi di manfaatkan oleh masyarakat. Hampir serupa seperti yang dikemukakan oleh En, Dy juga mengemukakan bahwa industri yang dibangun di desa membawa dampak bagi masyarakat baik itu secara positif maupun secara negatif. Dampak postif pembangunan industri adalah peluang usaha yang besar dan pekerjaan telah di

20 93 spesialisasikan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan. Namun dampak negatif pembangunan industri yaitu masih terdapat pengangguran akibat kurangnya keterampilan masyarakat selain itu juga jika masyarakat ini masuk menjadi pegawai pabrik maka harus membayar terlebih dahulu melalui calo. Menurut narasumber lain yaitu Tn, mengungkapkan bahwa dampak pembangunan industri terhadap masyarakat antara lain yaitu berdampak positif serta berdampak negatif. Dampak postif pembangunan industri adalah membuka banyak peluang usaha bagi masyarakat sehingga menambah penghasilan masyarakat. Sedangkan dampak negatif pembangunan industri adalah banyaknya limbah pabrik yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Dalam kehidupan sosial masyarakat juga kegiatan seperti gotong royong hilang akibat kesibukan masing-masing dan kegiatan kepemudaan juga sepertinya tidak ada karena lebih mementingkan kehidupan. Hal tersebut berbeda dengan sebelum pembangunan industri dimana dahulu masyarakat memiliki sistem kekerabatan yang akrab sedangkan sekarang masyarakat kurang mengenal tetangganya. Kegiatan kesenian tradisional seperti pencak silat dan calung sudah tidak ada dan berganti pada kesenian modern seperti orkes dangdut. Am mengemukakan bahwa dampak pembangunan industri yaitu pencemaran terhadap lingkungan dan udara. Selain itu juga terjadi kehidupan yang individualis yang menyebabkan merenggangnya hubungan kekeluargaan. Dalam bidang keamanan juga dikatakan tidak aman karena terjadi pencurian ternak milik warga. Dalam bidang pendidikan, masyarakat hanya mampu

21 94 bersekolah hingga tingkat SMA karena mereka lebih memilih untuk langsung bekerja di pabrik dibandingkan melanjutkan pendidikan dan alasan lainnya adalah kurangnya biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan pada pendapat narasumber tentang dampak yang ditimbulkan oleh industri, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua dampak yaitu dampak positif serta dampak negatif. Narasumber mengemukakan bahwa dampak positif dari pembangunan industri adalah terbukanya peluang pekerjaan bagi masyarakat. Namun, ternyata terdapat pula dampak negatif pembangunan industri baik terhadap sosial masyarakat, terhadap lingkungan, terhadap tingkat pendidikan, terhadap perekonomian masyarakat serta terhadap kebudayaan masyarakat. Dalam bidang sosial masyarakat, dampak yang dirasakan pada umumnya adalah melemahnya ikatan kekeluargaan, munculnya sikap individualis serta kurangnya komunikasi terutama dalam komunikasi keluarga maupun komunikasi antar warga masyarakat. Dampak negatif industri terhadap lingkungan sangat dirasakan oleh warga terutama kesulitan warga untuk mencari air bersih karena air yang ada telah tercemar oleh limbah pabrik selain itu juga ada pencemaran terhadap udara akibat hasil pembuangan pabrik yang menyebabkan udara sekitar masyarakat tercemar oleh limbah buangan pabrik tersebut. Dalam bidang perekonomian walaupun dikatakan industri mampu menciptakan peluang pekerjaan bagi masyarakat akan tetapi belum mampu menyerap tenaga kerja asli dari desa akan tetapi lebih banyak

22 95 menyerap pekerja dari pendatang. Hal ini dikarenakan kurang disiplinnya masyarakat asli serta kurangnya keterampilan masyarakat. Dalam bidang kebudayaan ternyata terdapat kebudayaan masyarakat asli yang sudah mulai ditinggalkan yaitu kegiatan gotong royong dan tradisi saling mencicipi masakan saat lebaran. Hal ini karena mereka sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga mereka melupakan tradisi tersebut. Mereka cenderung mengikuti gaya hidup masyarakat kota yang lebih bersifat modern dibandingkan mengikuti gaya hidup masyarakat desa yang bersifat sederhana. Dalam bidang kesenian, masyarakat lebih memilih serta menyukai kesenian modern seperti modern dance, musik-musik barat dibandingkan melestarikan kesenian tradisional seperti calung dan pencak silat. Mereka menganggap bahwa kesenian tersebut kuno dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman sehingga sekarang mulai jarang ditampilkan. Kehidupan politik masyarakat dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dikarenakan masyarakat ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan baik itu pemilu legislatif, pemilu presiden maupun pemilihan kepala desa. Mereka mengikuti kegiatan tersebut dengan baik dan menyadari akan pentingnya kegiatan tersebut bagi kehidupan mereka. Berdasarkan pada pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa industri membawa dampak bagi kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan baik sosial masyarakat, budaya, politik, ekonomi dan pendidikan bagi masyarakat sekitar daerah industri.

23 96 3. Upaya perangkat desa dan masyarakat untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri Dalam meminimalisir dampak pembangunan industri ternyata terdapat beberapa hambatan antara lain seperti yang dikemukakan oleh AK yaitu kurangnya kerjasama antara pihak desa dengan masyarakat akibat tidak adanya komunikasi antara warga dengan pihak pemerintah desa. Dalam mengatasi hambatan tersebut maka pihak desa berusaha untuk mengadakan pertemuan dengan warga sekitar melalui rapat desa. Sedangakan Tn mengemukakan bahwa hambatan yang dialami masyarakat terutama dalam menjaga keamanan warga dan hubungan kekerabatan antar warga yaitu banyak warga yang terlihat acuh terhadap kondisi warga yang lainnya. Menurutnya, hal ini berbeda dengan keadaan sebelum pembangunan industri dimana pada saat itu hubungan antar warga sangat akrab bahkan setiap warga saling mengenal satu sama lain, namun saat ini hanya beberapa warga yang saling mengenal sedangkan sisanya sudah tidak saling mengenal sama sekali. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa narasumber maka terdapat berbagai pendapat yang berbeda mengenai upaya yang dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri. Menurut AK, hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan yang ditimbulkan oleh industrialisasi, pihak desa telah berusaha dengan berbagai cara diantaranya adalah memberikan pelatihan keterampilan bagi masyarakat agar mampu berkarya dan tidak menganggur. Selain itu juga pihak desa juga menjalin

24 97 kerjasama dengan pihak pabrik untuk membuka peluang masyarakat agar bekerja di desa. Dalam mengatasi hilangnya sifat serta sikap gotongroyong di masyarakat, pihak desa berusaha untuk mengajak masyarakat untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan datang ke rumah-rumah warga selain itu dalam menyelesaikan perselisihan antar warga biasanya pihak desa mengajak musyawarah kedua belah pihak yang bersengketa agar berdamai dan menyelesaikan dengan kekeluargaan. Desa juga memiliki program anak asuh, biasanya ini untuk membiayai anak yang putus sekolah dan orangtuanya sudah tidak ada, sehingga mereka yang tidak memiliki biaya dapat bersekolah kembali. Menurut MF, Upaya yang dilakukan tokoh masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di desa antara lain dengan bekerja sama dengan pihak desa untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Beliau juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan keimanan dengan mengikuti kegiatan pengajian yang diselenggaran oleh Pondok Pesantren yang beliau pimpin. Tn mengungkapkan bahwa hambatan yang dialami masyarakat terutama dalam menjaga keamanan warga dan hubungan kekerabatan antar warga yaitu banyak warga yang terlihat acuh terhadap kondisi warga yang lainnya. Menurutnya, hal ini berbeda dengan keadaan sebelum pembangunan industri dimana pada saat itu hubungan antar warga sangat akrab bahkan setiap warga saling mengenal satu sama lain, namun saat ini hanya beberapa warga yang saling mengenal sedangkan sisanya sudah tidak saling mengenal sama sekali.

25 98 Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan warga tersebut, biasanya kepala desa mengajak bermusyawarah serta berkomunikasi dengan warga sekitar bahkan tidak jarang kepala desa mendatangi langsung kediaman warga untuk mengetahui keadaan masyarakat di desanya. Dy berpendapat bahwa dalam menyelesaikan permasalahan pergeseran nilai sosial dalam masyarakat desa biasanya masyarakat mengadakan perkumpulan dan pertemuan untuk mempererat hubungan kekeluargaan antar warga walaupun terkadang hal itu sangat sulit karena kesibukan masing-masing. Desa juga mengadakan kegiatan kerja bakti sebagai salah satu bentuk gotongroyong antar warga sehingga terjalin kerjasama yang baik antar anggota masyarakat. Kegiatan keagamaan juga mulai sering dilakukan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME. Beberapa warga juga memberikan pendapat tentang upaya untuk menanggulangi dampak pergeseran nilai sosial dalam masyarakat seperti dikemukakan oleh Am yang mengemukakan bahwa dalam mengatasi permasalahan pergeseran nilai sosial dalam masyarakat tersebut maka warga berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih baik terutama dengan anggota keluarga terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan terjadinya kerenggangan hubungan kekeluargaan akibat kesibukan orangtua sehingga anak tidak diperhatikan oleh orangtua. Sedangkan dalam hubungan kekeluargaan dengan masyarakat sekitar, warga melakukan pertemuan rutin untuk menjalin silaturahmi antar warga asli serta warga pendatang di desa.

26 99 Sedangkan En mengemukakan bahwa dalam mengatasi permasalahan pergeseran nilai sosial pada masyarakat, umumnya kepala desa mengajak memusyawarahkan permasalahan yang ada di desa. Jika ada pertikaian antar warga pun kepala desa berusaha bertindak sebagai penengah untuk melakukan mediasi antar warga sehingga permasalahan tidak berlarut-larut. C. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini dikaitkan dengan kajian teoritis sehingga diharapkan dapat di peroleh gambaran yang jelas tentang permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Oleh karena itu, pembahasan disesuaikan dengan batasan masalah sebagai berikut : 1. Faktor Penyebab Pergeseran Nilai Sosial Pada Masyarakat Desa Giriasih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa responden dapat diketahuai bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran nilai sosial pada masyarakat. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan ditemukan beberapa hal yang menyebabkan pergeseran nilai sosial pada masyarakat setelah dibangun induustri. Beberapa hal tersebut diantaranya : a. Perubahan sistem mata pencaharian masyarakat Berdasarkan hasil penelitian di desa Giriasih dapat diketahui bahwa terjadi perubahan dalam sistem mata pencaharian masyarakat, hal ini dapat dilihat dari

27 100 berkurangnya lahan pertanian, banyak anggota masyarakat yang bekerja sebagai buruh pabrik, serta pembangunan pabrik sebagai bentuk industrialisasi di desa. Pembangunan pabrik menyebakan perubahan sistem mata pencaharian masyarakat, keadaan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Suatu pembangunan akan menyebabkan perubahan bagi masyarakat yang mendapatkan dampak dari pembangunan tersebut. Industrialisasi menyebabkan perubahan sistem mata pencaharian masyarakat. Perubahan sistem mata pencaharian masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Tn bahwa masyarakat desa saat ini telah banyak yang memilih untuk bekerja di pabrik karena lahan pertanian telah dibangun pabrik walaupun tidak semua masyarakat meninggalkan pekerjaan sebagai seorang petani. Menurut AK di desa hanya sekitar sepuluh persen masyarakat yang masih bekerja sebagai petani sedangkan sisanya memilih bekerja di pabrik atau menjadi pedagang. Berdasarkan data monografi desa tahun 2010 terlihat bahwa hanya sekitar 0,25% masyarkat yang bekerja pada bidang pertanian dan 47,3% bekerja pada sektor industri. Hal ini menunjukan terjadinya perubahan sistem mata pencaharian masyarakat dari masyarakat petani menjadi masyarakat industri. Hal senada juga dikemukakan oleh En, beliau mengemukakan bahwa masyarakat saat ini sudah jarang mengolah lahan pertanian karena banyak lahan yang telah terpakai oleh industri selain itu juga kesibukan masyarakat terhadap bidang pekerjaan yang baru menyebabkan mereka malas untuk menggarap lahan pertanian yang tersisa.

28 101 Seperti yang dikemukakan Simandjuntak (1992:44) mengatakan mengenai pengaruh timbulnya industri yang menyebabkan terbukanya sistem mata pencaharian yang baru sehingga menyebabkan terciptanya peluang baru dalam bentuk pekerjaan yang lebih beragam. Seperti juga menurut Ginting (2009:126) mengatakan mengenai kebutuhan industri terhadap tenaga kerja yang terampil, berpengalaman dan berpendidikan sehingga mampu bersaing dengan para pekerja lain yang menyebabkan timbulnya peningkatan terhadap hasil produktivitas pekerja. Berdasarkan analisis di atas, penulis berpendapat bahwa pembangunan industri telah menyebabkan perubahan dalam sistem mata pencaharian masyarakat. Hal tersebut terlihat dari perubahan sistem mata pencaharian masyarakat dari pertanian menjadi buruh pabrik walaupun tidak semua masyarakat meninggalkan profesinya sebagai seorang petani akan tetapi sebagian besar masyarakat bekerja sebagai pekerja pabrik. Hal yang menyebabkan terjadinya perubahan sistem mata pencaharian tersebut adalah berkurangnya lahan pertanian akibat dari pembangunan industri sedangkan lahan pertanian yang tersisa telah tercemar oleh limbah pembuangan dari pabrik. Perubahan tersebut telah menyebabkan timbulnya persaingan antar pekerja yang menyebabkan peningkatan produktivitas melalaui keterampilan, pengalaman serta pendidikan yang menunjang untuk menciptakan peluang baru dalam pekerjaan yang lain.

29 102 b. Pengaruh budaya masyarakat kota sebagai akibat masuknya pendatang ke desa. Selain peralihan sistem mata pencaharian masyarakat dari pertanian menjadi industri, faktor lain yang menyebabkan pergeseran nilai sosial adalah masuknya budaya masyarakat kota ke desa. Salah satu budaya masyarakat desa adalah individualis. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh budaya masyarakat kota yang secara langsung atau tidak telah memberikan pengaruh bagi masyarakat terutama pemuda yang merupakan golongan yang mudah menerima pengaruh dari budaya luar. Biasanya yang dijadikan pedoman kaum muda adalah budaya pada negara modern sehingga individualis mewarnai kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini dapat dilihat dari keengganan para pemuda untuk berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong yang dilaksanakan di desa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh AK selaku sekretaris desa tentang keengganan pemuda di desa untuk mengadakan kegiatan gotong royong sebagai akibat dari pekerjaan yang padat apalagi jika kegiatan gotong royong itu tidak menghasilkan imbalan bagi para pemuda. Mereka cenderung memilih untuk menghabiskan waktu dengan bersenang-senang dibandingkan ikut membantu kegiatan gotong royong atau kerja bakti yang diselenggarakan di desa. Hal senada juga diungkapkan oleh MF selaku tokoh masyarakat yang mengungkapkan bahwa arus urbanisasi masyarakat pendatang menuju ke desa memberikan pengaruh bagi kaum muda di desa. Kaum muda baru akan mengikuti kegiatan gotong royong apabila diberi imbalan. Walaupun menurut beliau tidak

30 103 semua golongan muda meminta imbalan untuk pekerjaan sosial namun hal tersebut jelas berbeda dengan sebelum masuknya pendatang dimana setiap orang langsung mengikuti kegiatan gotong royong walaupun tidak diminta terlebih dahulu. Kesibukan masyarakat desa dengan kehidupan pribadinya juga mengakibatkan masyarakat jarang bertemu dengan tetangga untuk bersosialisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Am yang merupakan salah satu masyarakat desa faktor yang menyebabkan pergeseran nilai pada masyarakat desa yaitu kurangnya komunikasi antar masyarakat akibat kesibukan masing-masing warga sehingga jarang sekali berhubungan satu sama lain. Selain itu ada faktor lain yaitu pendatang yang jarang sekali berkomunikasi dengan masyarakat asli dan lebih sering berkumpul dengan sesama pendatang. Hal ini dikarenakan jam kerja di pabrik yang padat menyebabkan masyarakat terutama kaum pendatang lebih memilih untuk menghabiskan waktu di rumah daripada bersosialisasi dengan masyarakat yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Rahardjo (1999:39) mengatakan mengenai ciri dari masyarakat industri diantaranya terjadinya kemerosotan pengaruh dan kewibawaan lembaga-lembaga keagamaan, timbulnya masyarakat kota, mobilitas yang tinggi, serta pudarnya hubungan tatap muka antar anggota masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Soedjito (1986:39) mengatakan perubahan cara pandang masyarakat yang bersifat matrealisitis dimana semuanya dinilai berdasarkan materi semata tanpa memperhatikan nilai-nilai tradisional masyarakat seperti nilai kejujuran belum tertanam pada masyarakat. Namun, masyarakat

31 104 masih menggunakan nilai tradisional dalam menilai hal yang bersangkutan dengan uang ataupun hal yang bersifat materi. Berdasarkan analisis di atas, penulis berpendapat bahwa pembangunan industri akan mengakibatkan munculnya arus urbanisasi yang menyebabkan bergesernya nilai-nilai sosial di masyarakat terutama perubahan masyarakat desa menjadi masyarakat perkotaan dengan ciri yaitu mobilitas penduduk yang tinggi sehingga menyebabkan pudarnya hubungan tatap muka antar anggota masyarakat. Secara langsung ataupun tidak langsung perubahan masyarakat desa akan dipengaruhi oleh kaum pendatang yang masuk dengan membawa unsur-unsur nilai baru kedalam masyarakat asli. Nilai-nilai tersebut kemudian di adaptasi oleh masyarakat sehingga menjadi sebuah kebudayaan yang baru. Berikut adalah tabel data hasil penelitian dengan menggunakan metode triangulasi dengan teknik berdasarkan tiga sumber data. Tiga sumber data berasal dari pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat desa. Tabel 4.6 Triangulasi dengan tiga sumber data Faktor penyebab pergeseran nilai sosial pada masyarakat Desa Giriasih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat Sumber Data Pemerintah Desa Tokoh Masyarakat Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dengan pemerintah desa dalam hal ini diwakilkan oleh sekretaris desa menjelaskan bahwa faktor penyebab Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat desa setempat. Terlihat bahwa faktor yang menyebabkan pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat terdapat informasi mengenai faktor yang menyebabkan pergeseran nilai sosial pada

32 105 pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa adalah faktor perubahan mata pencaharian masyarakat dari petani bergeser menjadi buruh pabrik akibat dari pembangunan industri di desa. Selain itu adalah pengaruh dari pendatang yang masuk ke desa dengan membawa nilainilai baru dan nilai-nilai tersebut diterima oleh masyarakat terutama golongan muda adalah kesibukan masyarakat dengan pekerjaan masing-masing sehingga tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Selain itu juga masuknya pendatang ke desa yang mengakibatkan banyak masyarakat terutama golongan muda mengikuti gaya masyarakat pendatang bersifat ke kota-kota an masyarakat adalah banyak masyarakat yang lebih memilih bekerja di pabrik atau industri dibandingkan mengolah lahan pertanian karena lahan pertanian yang tersisa sudah tercemar oleh limbah pabrik. Hal lain yang menyebabkan terjadinya pergeseran nilai sosial pada masyarakat adalah faktor kesibukan masyarakat dengan pekerjaan masing-masing sehingga menyebabkan mereka jarang berkomunikasi satu sama lain. Sumber : Diolah peneliti tahun 2011 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa faktor yang menyebabkan pergeseran nilai sosial pada masyarakat desa antara lain adalah perubahan mata pencaharian masyarakat dari sektor pertanian menuju sektor industri. Selain itu juga masuknya pendatang menuju desa yang bermaksud untuk bekerja di desa juga menyebabakan pergeseran nilai sosial pada masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat pendatang membawa nilai-nilai baru ke dalam masyarakat desa yang kemudian menyebabakan bergesernya nilai asli pada masyarakat desa.

33 Dampak pembangunan industri di Desa Giriasih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap perangkat desa, tokoh masyarakat serta masyarakat desa yang didukung oleh observasi yang dilakukan pada masyarakat. Dampak pembangunan industri terhadap masyarakat desa Giriasih bukan hanya dampak yang bersifat positif semata akan tetapi juga dampak yang bersifat negatif. Dampak pembangunan industri bukan hanya terjadi pada satu bidang saja akan tetapi juga berdampak pada berbagai bidang kehidupan masyarakat. a. Pembangunan industri terhadap keluarga Industri memberikan dampak bagi kehidupan berkeluarga pada masyarakat desa. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga yaitu En, beliau merupakan salah satu pekerja wanita yang bekerja pada salah satu industri di desa mengungkapkan bahwa jam kerja pabrik yang padat menyebabkan kurangnya komunikasi sehingga terkadang tidak mampu mengurus keluarga. Pembangunan industri tersebut akan berakibat pada arah perubahan peranan antara suami dan istri. Umumnya, lingkungan keluarga dan lingkungan kerja akan berkembang menuju arah yang berbeda, terutama dikarenakan oleh adanya spealisasi pekerjaan dalam peranannya di dalam masyarakat. Hal senada diungkapkan oleh Am, beliau mengemukakan bahwa wanita yang bekerja biasanya mempercayakan pengasuhan anaknya kepada keluarga atau

34 107 kerabatnya seperti orangtua ataupun terkadang dipercayakan kepada tetangga yang dinilai sudah cukup dekat dengan dirinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak AK, terdapat informasi bahwa sebagian besar yang menjadi pencari nafkah atau yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga adalah wanita. Hal ini dikarenakan rata-rata pekerja yang diterima di pabrik adalah wanita sedangkan hanya sebagian kecil laki-laki yang diterima bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik. Pabrik menilai bahwa wanita lebih terampil dibandingkan oleh laki-laki Seperti yang dikemukakan oleh Parker (1990:59) yang mengemukakan bahwa industri secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam kehidupan keluarga. Peran tersebut antara lain adalah pembentukan peran suami istri di dalam suatu keluarga. Dalam masyarakat industri, peran seorang suami adalah pencari nafkah sedangkan peran seorang istri adalah mendukung suami. Sedangkan Mustopo (1983:98) mengemukakan tentang peran seorang istri sebagai pendukung serta mematuhi segala perintah suami sedangkan peran lainnya adalah sebagai seorang ibu yang mendidik anaknya menjadi pribadi yang lebih baik selain mendidik juga seorang ibu mampu mengurus rumah tangga. Berdasarkan analisis diatas, penulis berpendapat bahwa ternyata industri menyebabkan terjadinya perubahan peran dalam keluarga. Apabila pada masyarakat desa, seorang istri berperan untuk mengurus keluarga sedangkan pada masyarakat industri berubah selain mengurus keluarga seorang istri juga mencari

35 108 nafkah di pabrik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pekerja wanita yang bekerja di pabrik sebagai buruh dibandingkan pekerja laki-laki. b. Industri dan kepatuhan norma Industri memberikan dampak terhadap kepatuhan masyarkat akan norma yang ada. Masyarakat yang maju akan mengalami perubahan sosial. Hal ini seperti yang diungkapkan AK, beliau mengemukakan bahwa masyarakat saat ini sudah jarang mematuhi norma yang ada. Hal senada juga diungkapkan oleh MF, beliau mengemukakan bahwa banyak masyarakat yang tidak mematuhi norma terutama norma kesopanan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan pakaian yang tidak sesuai seperti pakaian yang menunjukan lekuk tubuh. Sedangkan Dy, mengemukakan bahwa norma yang masih dipatuhi dalam kehidupan bermasyarakat sebagian besar adalah norma agama. Hal ini dikarenakan di desa terdapat sebuah pesantren yang mampu mengajak masyarakat untuk mematuhi norma agama sehingga norma masyarkat masih dipertahankan. Senada dengan yang diungkapkan oleh Am, yang menganggap bahwa norma yang masih dipatuhi oleh masyarakat adalah norma agama karena masyarakat akan merasa malu apabila tidak mematuhi norma agama tersebut. Namun, hal berbeda dengan norma hukum. Menurutnya, di desa masih terjadi pencurian hewan ternak akan tetapi desa tidak mengetahui informasi tersebut.

36 109 Kepatuhan masyarakat akan norma seperti yang dikemukakan oleh Parker (1990:92) tentang pengaruh akibat industri terhadap kepatuhan masyarakat terhadap norma yang ada dan kemudian tercermin dalam sikap masyarakat dalam bekerja. Masyarakat yang mematuhi norma akan lebih bersikap disiplin. Hal lain dikemukakan oleh Simandjuntak (1992:12) yang mengemukakan tentang perubahan norma-norma yang ada dimasyarakat dikarenakan masyarakat menganggap bahwa norma tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman sehingga masyarakat cenderung meninggalkan norma tersebut. Sedangkan Pranoto (2004:90) mengungkapkan tentang pentingnya norma kesopanan dalam masyarakat yang timbul akibat pergaulan hidup sebagian manusia serta dianggap sebagai sebuah tuntunan hidup bagi sebagian masyarakat. Menurut penulis hubungan antara industri dan kepatuhan norma terjadi kemunduran terhadap kepatuhan tersebut. Hal ini dilihat berdasarkan banyak masyarakat yang sudah tidak mematuhi norma yang terdapat di masyarakat. Padahal norma tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat setempat. Akan tetapi justru masyarakat menganggap norma yang ada sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. c. Industri terhadap kondisi alam sekitar Industri memberikan dampak terhadap kondisi alam sekitar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh AK, beliau mengemukakan bahwa industri telah menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan masyarakat. Hal senada juga

37 110 diungkapkan oleh Tn yang mengungkapkan bahwa akibat industri di desa terjadi pencemaran lingkungan di desa. Senada dengan yang diungkapkan oleh Am, industri telah mengakibatkan pencemaran baik udara maupun air sehingga masyarakat merasa kesulitan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada di desa karena telah dicemari oleh limbah pabrik. Dampak pembangunan industri terhadap kondisi alam sekitar seperti yang dikemukakan oleh Ranjabar (2008:96) tentang pembangunan industri yang berakibat pada perubahan kondisi alam sekitar sehingga menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan hidup pada masyarakat sekitar. Kurang sadarnya masyarakat terhadap pemeliharan lingkungan hidup dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan kelestarian lingkungan hidup dan juga keinginan masyarakat untuk menguasai alam tanpa memikirkan cara untuk menjaga kelestariannya. Menurut penulis terdapat pandangan yang serupa bahwa ternyata industri memberikan dampak bagi lingkungan serta kondisi alam sekitar. Ketidakmampuan masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup serta pemanfaatan lingkungan hidup sebesar-besarnya menyebabkan kerusakan terhadap kondisi alam sekitar. d. Industri terhadap kondisi sosial politik masyarakat Dampak yang diberikan industri terhadap kondisi sosial politik masyarakat tercermin dalam kegiatan pemilihan umum maupun pemilihan kepala desa.

38 111 Dalam setiap pemilu, menganggap bahwa pemilu sebagai sebuah hak yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini berdasarkan pendapat yang dikemukakan AK bahwa masyarakat sudah menyadari haknya untuk dipilih dan memilih. Sedangkan MF, mengemukakan bahwa masyarakat cukup aktif dalam pemilu karena mereka sangat antusias untuk memilih calon yang akan menjadi pemimpin mereka baik itu dalam pemilihan kepala desa maupun pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden. Seperti yang dikemukakan oleh Eston dan Denis dalam Rush dan Althoff (2005:34) mengungkapkan bahwa dibutuhkan sebuah sosialisasi politik untuk mendapatkan orientasi politik serta pola tingkah laku masyarakat. Senada dengan yang diungkapkan oleh Parker (1990:98) tentang bagaimana industri mempengaruhi pemilihan dengan maksud agar dalam pembangunan industri tidak mengalami hambatan akibat dari pemegang kebijakan. Penulis berpendapat bahwa pengaruh industri terhadap kondisi sosial politik masyarakat desa Giriasih tercermin pada keaktifan masyarakat untuk memilih calon yang akan menjadi pemimpin mereka. Masyarakat telah menyadari akan pentingnya pemilihan tersebut. Industri menurut penulis tidak ikut campur dalam pengambilan kebijakan di masyarakat karena biasanya yang mengambil kebijakan di masyarakat adalah kepala desa serta masyarakat.

39 112 e. Industri terhadap pandangan hidup masyarakat Salah satu yang terkena dampak dari pembangunan industri di desa adalah pandangan hidup masyarakat. Setiap orang pasti memiliki pandangan hidup yang dijadikan pedoman hidup di dunia. Menurut MF selaku tokoh masyarakat setempat mengungkapkan bahwa pandangan hidup masyarakat pada awalnya berpedoman pada nilai-nilai keagamaan akan tetapi saat ini yang dijadikan padangan hidup lebih berdasarkan aspek kepentingan semata. Maksudnya adalah masyarakat saat ini menilai semuanya berdasarkan kepada materi dan keuntungan semata. Masyarakat mulai memikirkan untung rugi bila melakukan sesuatu. Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu anggota masyarakat yaitu Am, beliau mengemukakan bahwa saat ini masyarakat selalu memikirkan untung rugi dalam bertindak bahkan untuk membantu sesamanya banyak yang memikirkan manfaat bagi dirinya. Berbeda dengan sebelum pembangunan industri, pada saat itu masyarakat dengan suka rela membantu sesamanya tanpa memikirkan hal apa yang akan didapatkannya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Simandjuntak (1992:42) yang menyatakan dalam masyarakat tradisional masih memegang teguh nilai-nilai kerukunan serta hubungan kekeluargaan yang harmonis antar anggota masyarakat. Pembangunannya pun berwawasan lingkungan sehingga masyarakat hidup selaras dengan alam. Sedangkan pandangan hidup masyarakat industri menurut Dharmawan (1986:13-17) menitik beratkan individualistis serta menganggap keluarga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kita sering mendengar tentang sistem nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat kita sering mendengar tentang sistem nilai yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat kita sering mendengar tentang sistem nilai yang merupakan konsensus yang dijadikan pegangan hidup untuk bersosialisasi. Namun seiring perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III STRATIFIKASI PENDIDIKAN DAN SIFAT GOTONG ROYONG DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

BAB III STRATIFIKASI PENDIDIKAN DAN SIFAT GOTONG ROYONG DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA BAB III STRATIFIKASI PENDIDIKAN DAN SIFAT GOTONG ROYONG DI KELURAHAN JEMUR WONOSARI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA A. Deskripsi Umum Kelurahan Jemur Wonosari 1 1. Keadaan Geografis Kelurahan Jemur Wonosari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 27 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA 4.1 Desa Cikarawang 4.1.1 Kondisi Demografis Desa Cikarawang merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan terdiri dari 7 RW. Sebelah

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI

GAMBARAN UMUM LOKASI 23 GAMBARAN UMUM LOKASI Bab ini menjelaskan keadaan lokasi penelitian yang terdiri dari kondisi geografis, demografi, pendidikan dan mata pencaharian, agama, lingkungan dan kesehatan, potensi wisata, pembangunan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG. Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan BAB III GAMBARAN UMUM DESA MULYA AGUNG A. Letak dan Sejarah Desa. Letak Desa Desa Mulya Agung secara geografis terletak di Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatea Selatan. Luas areal

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK 25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN 5.1 Faktor Internal Responden Penelitian Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 Menimbang + PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Keadaan topografi dan letak wilayah Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang terdapat di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 34 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa keberadaan dan peranan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha.

BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kelurahan Tanjung Sari sekitar 8930 Ha. BAB II GAMBARAN OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Letak Geografis Kelurahan Tanjung Sari Kelurahan Tanjung Sari termasuk wilayah Kecamatan Medan Selayang Provinsi Sumatera Utara. Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG

PERATURAN DESA NANGGUNG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG PERATURAN DESA NANGGUNG KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NANGGUNG Lembaran Desa Nanggung Nomor 10 Tahun 2001 PERATURAN DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Profil Desa. Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Profil Desa. Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Profil Desa Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN berlangsung,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan suatu kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Sehingga pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung) 38 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Geografis. Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung) yang terletak di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK. Kabupaten Lebak yang letaknya berada di kecamatan Cileles provinsi Banten Luas BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MARGAMULYA KEC. CILELES KAB. LEBAK A. Kondisi Geografis Kondisi geografis penelitian di Desa Margamulya yang penulis akan utarakan dalam Bab II ini, yaitu hasil observasi dan

Lebih terperinci

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1 BAB II DESA BERINGIN JAYA A. Geografis Desa Beringin Jaya secara geografis terletak di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, dengan luas daerah 35 km 2. Desa Beringin Jaya berbatasan langsung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO

KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO IV. KEADAAN UMUM LOKASI DESA BANGUNKERTO A. Keadaan Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA CIPETE KEC. PINANG KOTA TANGERANG BANTEN A. Kondisi Geografis Desa Cipete Kec. Pinang Kota Tangerang Banten Desa Cipete merupakan bagian dari Kota Tangerang Provinsi Banten,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI 55 BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI A. Kondisi Geografis Desa Gemeksekti Kondisi geografis, sosial dan ekonomi, sedikit banyak memberikan terhadap daya kreatif dan imajinasi pada suatu komunitas masyarakat.

Lebih terperinci

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian wilayah, sekaligus mengidentifikasikan perubahan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45 BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 2.1. Kondisi Fisik Kabupaten Purwakarta 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107º30

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Geografis KelurahanMaharatu Desa Swamedyaialah desa yang berkecukupan dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam hal dana modal sehingga

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan.

Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan. Dampak Pembangunan Industri Terhadap Diversifikasi Mata Pencaharian, Interaki Sosial dan Nilai Pendidikan Pada Masyarakat Perdesaan. Daftar Kuesioner Bapak/Ibu yang terhormat, Pertanyaan yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas Wilayah Desa Parakan adalah desa yang terletak di kecamatan Ciomas, kabupaten Bogor, provinsi Provinsi Jawa Barat merupakan daerah padat penduduk

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN ORGANISASI LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Trimurti memiliki luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Desa Lebuh Dalem Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala Timur yang merupakan kecamatan pemekaran dari sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI WILAYAH KOTA BANJARMASIN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Koto Tuo Barat adalah Desa yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sebagian dari kita yang telah melupakan kenyamanan lingkungan sekitar. Padahal makna dari lingkungan yang bersahabat sangat besar manfaatnya untuk manusia.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Pada tahun 2009 terbentuk Pekon Kubuliku Jaya yang waktu itu masih

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Pada tahun 2009 terbentuk Pekon Kubuliku Jaya yang waktu itu masih IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Sejarah Singkat Pekon Kubuliku Jaya Pada tahun 2009 terbentuk Pekon Kubuliku Jaya yang waktu itu masih tergabung dengan Pekon Batu Kebayan dan merupakan pecahan dari

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang : a. bahwa usaha untuk menumbuhkembangkan inisiatif

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG Oleh : Dra. Sofi Sufiarti. A ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 23 TAHUN 2007 T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pembangunan desa merupakan bagian dari pembagunan daerah nasional. Undang

IV. GAMBARAN UMUM. Pembangunan desa merupakan bagian dari pembagunan daerah nasional. Undang IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Desa Banyumas 1. Sejarah Berdirinya Desa Banyumas Pembangunan desa merupakan bagian dari pembagunan daerah nasional. Undang undang No.2 Tahun 1999 tentang pemerintahan

Lebih terperinci

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan juga perubahan bangsa di era globalisasi saat ini. Generasi mudalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan 77 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Kecamatan Bumi Waras 1. Keadaan Umum Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012,

Lebih terperinci

Apakah kalian mempunyai saudara atau kakek dan nenek yang tinggal

Apakah kalian mempunyai saudara atau kakek dan nenek yang tinggal Gambar 1.1 Suasana di desa yang masih alami Apakah kalian mempunyai saudara atau kakek dan nenek yang tinggal di desa? Pernahkah kalian mengunjungi mereka? Bila kalian pernah pergi ke desa, pasti kalian

Lebih terperinci

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut:

Desa Ngijo yang berjumlah 87 responden. a. Umur dan Jenis Kelamin Responden. (41,38 persen). Umur responden adalah sebagai berikut: 74 1. Karakteristik Responden Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Penjual Jasa yang berada di sekitar tempat pariwisata Sondokoro Desa Ngijo yang berjumlah responden. a. Umur dan Jenis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha. BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK A. Letak Geografis dan Demografis 1. Geografis Desa Teluk Batil merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Sungai Apit

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan industri di Indonesia sangat pesat dan telah membawa perubahan tata kehidupan pada masyarakat di sekitar lokasi industri. Perubahan tata kehidupan masyarakat

Lebih terperinci