PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT. Oleh MARNI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT. Oleh MARNI A"

Transkripsi

1 PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT Oleh MARNI A PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN MARNI. Penerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air Dalam Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit. (di bawah bimbingan KUKUH MURTILAKSONO dan SURIA DARMA TARIGAN) Wilayah Indonesia seperti Lampung kurang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit, karena sering mengalami musim kering yang panjang dan curah hujan yang rendah sehingga dapat terjadi kekeringan. Salah satu upaya mengatasi kekeringan adalah dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air berupa guludan bersaluran dan rorak. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektifitas perlakuan guludan dan rorak dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal terhadap nilai kadar air tanah dan pertumbuhan serta produksi kelapa sawit, dan mempelajari hubungan kadar air tanah dengan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di Afdeling III, Unit Usaha Rejosari PT Perkebunan Nusantara VII, Lampung Selatan. Daerah penelitian terdiri dari 3 blok yaitu blok 1 (375) dengan perlakuan guludan bersaluran, blok 2 (415) tanpa perlakuan, dan blok 3 (414) dengan perlakuan rorak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik konservasi dapat meningkatkan rata-rata kadar air tanah bulanan menjadi lebih besar dan lebih stabil dengan nilai di blok 1, blok 3, dan blok 2 masing-masing 48,32 %; 45,21 %; dan 43,64 %. Pertambahan pelepah baru pada ketiga blok tidak berbeda jauh. Blok 1 (guludan) dan blok 3 (rorak) memiliki produksi kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan blok 2 (kontrol). Besarnya produksi pada blok 1, blok 2, dan blok 3 masing-masing sebesar ,18; ,38; dan ,97 kg/ha/th. Nilai korelasi kadar air tanah terhadap produksi kelapa sawit sangat rendah. Korelasi

3 pada blok 1 sebesar 0,175; blok 2 sebesar 0,100; dan blok 3 sebesar 0,059; dan nilai korelasi jumlah tandan matang dengan jumlah bunga betina 9 bulan sebelumnya pada blok 1, blok 2, dan blok 3 masing-masing sebesar 0,628; 0,230; dan 0,539.

4 SUMMARY MARNI. Application of Soil and Water Conservation Technique to Increasing Oil Palm Plantation Production. Supervised by KUKUH MURTILAKSONO and SURIA DARMA TARIGAN Indonesia region like Lampung is less suitable for oil palm plantation, because of long dry season and low rainfall. One of the effort to solve the drought is application of soil and water conservation technique such a ridge terrace and silt pit. This research was aimed to study effectiveness of ridge terrace and silt pit treatment which were accomplished with biopori and vertical mulches on soil moisture content as well as growth and production of oil palm plantation; to study the correlation of soil moisture content and growth and production of oil palm. The research was conducted in Afdeling III, Rejosari Management Unit PT Perkebunan Nusantara VII, South Lampung. The area of research consisted of 3 blocks namely block 1 (375) with ridge terraces treatment, block 2 (415) with no treatment, and block 3 (414) with silt pits treatment. The research results show that application of conservation techniques were able to increase monthly of average soil moisture content where in the figure in block 1, block 3, and block 2 are 48.32%, 45.21%, and 43.64%, respectively. The appearance of frond fracture of the three blocks is not significantly different. The production of oil palm in block 1 (ridge terraces) and block 3 (silt pits) are higher than block 2 (control). The production of block 1, 2, and 3 are , , and kg/ha/year, respectively. Correlation value of soil moisture content towards oil palm production are very low. The correlation of block 1 is 0.175, block 2 is 0.100, and block 3 is Correlation value of number ripe fresh fruit bunches and female infloresence nine months before on block 1, 2, and 3 are 0.628, 0.230, and 0.539, respectively.

5 PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT Oleh MARNI A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok : PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT : Marni : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS NIP Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tenggarong Propinsi Kalimantan Timur pada tanggal 16 Maret 1987 dari pasangan H.Nasar (Alm) dan Hj.Sjarmi. Penulis adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Jenjang pendidikan ditempuh penulis dimulai dari TK Muhammadiyah Tenggarong pada tahun Penulis melanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Negeri 002 Tenggarong pada tahun Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Tenggarong, dan jenjang pendidikan tingkat atas penulis lanjutkan di SMU Negeri 1 Tenggarong di Kabupaten Kutai Kartanegara dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah.

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas semua karunia, rahmat dan berkah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Penerapan Teknik Konservasi Tanah dan Air dalam Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian di Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VII Unit Usaha Rejosari, Lampung Selatan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada: 1. Direksi dan staf PPKS Medan yang telah mendanai penelitian ini. 2. Manager dan staf Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung beserta sinder dan staf Afdeling III. 3. Bapak Kukuh Murtilaksono sebagai pembimbing akademik dan skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat, dan dukungan yang besar kepada penulis. 4. Bapak Suria Darma Tarigan sebagai pembimbing kedua skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penulisan skripsi. 5. Bapak Yayat Hidayat yang telah meluangkan waktu, pikiran, bimbingan dan kritik dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 6. Ibu dan ayah (alm) tercinta serta kakak-kakakku tersayang yang selalu membantu, mendoakan, memberikan semangat dan sebagai motivator sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya di IPB.

9 7. Mas Pedro, Pak Lan, dan Mas Bekhi atas nasihat, bimbingan, dan bantuannya selama penelitian. 8. Mbak Amel, Mas Nov dan Mas Gun serta beberapa mahasiswi Budidaya Pertanian UNILA yang telah menemani hari-hari penulis selama penelitian. 9. Rekan-rekan seperjuangan: Matunk, Restu, Bogie, dan Anita atas kerjasama dan dukungannya kepada penulis baik di lapang maupun di kampus. 10. Sahabat-sahabat setia ria, ndut, gita, ratna, mbe, dhesy dan mei sekeluarga yang telah menemani melewati hari-hari yang penuh suka dan duka, terimakasih atas parsahabatan dan motivasinya. 11. Teman - teman SOIL 41 yang telah memberikan semangat selama penelitian. 12. Seluruh dosen baik dari departemen tanah maupun dari luar departemen yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis selama ini, semoga ilmu yang telah diajarkan menjadi amal ibadah dan ladang kebaikan. 13. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna sehingga masukan sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Februari 2009 Penulis v

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman viii DAFTAR GAMBAR... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Kelapa Sawit... 4 Perkembangan Bunga, Buah,dan Produktivitas Kelapa Sawit Faktor Lingkungan Kelapa Sawit... 9 Ketersediaan Air dan Kekeringan pada Kelapa Sawit Teknik Konservasi Tanah dan Air BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metodologi Penelitian Perlakuan Teknik Konservasi Tanah dan Air Pengumpulan Data dan Pengukuran Analisis Data KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Keadaan Tanah... 24

11 Keadaan Topografi Keadaan Iklim HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Guludan dan Rorak terhadap Kadar Air Tanah Pengaruh Guludan dan Rorak terhadap Pertumbuhan dan Produksi Sawit Hubungan Kadar Air Tanah dengan Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1 Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia tahun Pengaruh Kekeringan terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pengaruh Defisit Air terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit di Daerah Lampung Rata-rata Pertambahan Pelepah Baru Bulanan Produksi Kelapa Sawit Periode Januari 2007 Agustus Hubungan Kadar Air Tanah dan Pertambahan Pelepah Baru Kelapa Sawit Data Kadar Air Tanah Bulanan dan Data Produksi Kelapa Sawit Hubungan Kadar Air Tanah dan Produksi Kelapa Sawit Periode Januari 2007 Agustus Hubungan Kadar Air Tanah dan Produksi Kelapa Sawit Periode Januari Agustus Hubungan Tandan Bunga Betina dan Tandan Matang Lampiran 1 Persamaan Hubungan Kadar Air Tanah dan Pertambahan Pelepah Baru Kelapa Sawit Persamaan Hubungan Kadar Air Tanah dan Produksi Kelapa Sawit Periode Januari 2007 Agustus Persamaan Hubungan Kadar Air Tanah dan Produksi Kelapa Sawit Periode Januari Agustus Persamaan Hubungan Tandan Bunga Betina dan Tandan Matang... 45

13 5 Data Harian Produksi Kelapa Sawit Periode Januari Desember Data Harian Produksi Kelapa Sawit Periode Januari Agustus Kebutuhan Air untuk Pertumbuhan pada Berbagai Umur Tanaman Kelapa Sawit Standar Produksi Kelapa Sawit Berdasarkan Lahan Pada Umur 3 s/d 25 Tahun yang Dibuat Oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit ix

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1 Diagram Perkembangan Bunga Kelapa Sawit Guludan Bersaluran (a) dan Rorak (b) Dilengkapi dengan Lubang Resapan dan Mulsa Vertikal Penghitungan Jumlah Pelepah Baru, Bunga Betina, dan Tandan Buah Penimbangan Tandan Buah Sawit (a) dan Penimbangan Brondolan (b) Grafik Perbandingan Kadar Air Tanah Bulanan pada Setiap Blok Lampiran 1 Lokasi Penelitian... 54

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman komoditi perkebunan yang sangat penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya diusahakan oleh perusahaan negara, tetapi juga perkebunan rakyat dan swasta. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2008), saat ini Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas areal 6,78 juta ha dan produksi 17,37 juta ton CPO (Tabel 1). Kelapa sawit mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional. Disamping sebagai bahan baku industri dalam negeri, juga komoditas ekspor utama. Pada tahun 2007 total ekspor CPO Indonesia dan produk turunannya sebesar 11,8 juta ton dengan nilai US $ 7,8 milyar. Mampu menyerap tenaga kerja langsung sebesar 3,3 juta KK. Pengembangan kelapa sawit juga mendorong pengembangan wilayah. Prospek pengembangan kelapa sawit ke depan sangat bagus, tidak saja untuk bahan baku minyak makan, tapi juga digunakan sebagai bahan baku energi (bio-fuel). Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Indonesia Tahun Luas Areal Produksi Total Total Tahun (000 ha) (000 ton CPO) Areal Produksi PR PBN PBS PR PBN PBS Ptb%/th 25,2 4,7 14,6 37,8 5,8 14,8 12,3 12,5 Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat; PBN = Perkebunan Negara; PBS = Perkebunan Swasta Sumber: Ditjenbun, Deptan (2008)

16 2 Pemerintah akan terus mendorong pengembangan kelapa sawit dengan menerapkan prinsip sustainable development, namun sebagian wilayah Indonesia memiliki lahan yang kurang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit, seperti di Sumatera bagian selatan (Lampung, Jambi dan Palembang), Sumatera bagian timur (Riau), Kalimantan (Kalimantan Timur) dan Jawa Barat (Banten), dikarenakan sering mengalami bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah sehingga dapat terjadi kekeringan. Kekeringan menyebabkan tanaman kekurangan air yang mengakibatkan penyerapan hara terhambat, fotosintesis dan metabolisme terganggu, serta perkembangan jaringan tanaman terhambat sehingga dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan serta menurunkan produktivitas kelapa sawit. Tingkat kerusakan tanaman kelapa sawit yang terjadi akibat kekeringan terutama bergantung pada kondisi pertanaman kelapa sawit, tingkat dan lamanya kekeringan, serta kondisi tanah. Untuk mengurangi kerusakan tanaman kelapa sawit akibat kekeringan perlu adanya upaya mengantisipasi dan menanggulangi dampak kekeringan tersebut yaitu dengan meminimalkan faktor-faktor yang dapat mendorong terjadinya cekaman kekeringan yang berat melalui serangkaian aplikasi kultur teknis pada saat sebelum, selama, dan setelah musim kering salah satunya dengan menerapkan teknik konservasi tanah dan air dalam bentuk guludan bersaluran dan rorak yang dilengkapi lubang resapan dan mulsa vertikal, agar air hujan dapat diresapkan secara maksimal ke dalam tanah melalui infiltrasi. Teknik konservasi tanah dan air merupakan pemanenan air untuk menampung air permukaan sehingga ketesediaan air dapat lebih lama dan lebih banyak dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu juga dapat menurunkan volume

17 3 aliran permukaan, meningkatkan cadangan air tanah dan ketersediaan air tanaman terutama dimusim kemarau serta mampu mengurangi aliran permukaan. Diharapkan dengan tindakan konservasi tanah dan air akan tersedia air yang cukup di musim kering sehingga tidak mengganggu produktivitas kelapa sawit. Tujuan a. Mempelajari efektifitas perlakuan guludan bersaluran dan rorak dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal terhadap nilai kadar air tanah dan pertumbuhan serta produksi kelapa sawit b. Mempelajari hubungan antara kadar air tanah dengan pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Hipotesis Perlakuan teknik konservasi tanah dan air berupa guludan bersaluran dan rorak dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal mampu meningkatkan kadar air tanah sehingga mampu menunda kekeringan dan dapat meningkatkan pertumbuhan serta produksi kelapa sawit.

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Bagian Vegetatif. a. Akar. Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Sebagian akar serabut tumbuh lurus kebawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping (horisontal) (Sastrosayono, 2006). Menurut Setyamidjaja (1991), sistem perakaran dapat diuraikan sebagai berikut: (i) akar primer, yaitu akar yang tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots), berdiameter 5-10 mm; (ii) akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter 1-4 mm; (iii) akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya mendatar, panjang mencapai 15 cm, berdiameter 0,5-1,5 mm; dan (iv) akar kuarter, yaitu akar yang tumbuh dari akar tertier, berdiameter 0,2-0,5 mm dan panjangnya rata-rata 3 cm. Akar kuarter berperan aktif menyerap unsur-unsur hara, air dan kadang-kadang oksigen. b. Batang. Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil maka batangnya tidak mempunyai kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter antara cm atau tergantung pada keadaan lingkungan. Kelapa sawit mempunyai pertumbuhan terminal, yang mula-mula terjadi ialah pembesaran batang tanpa diikuti pertambahan tinggi (Mansjur, 1980). Pertumbuhan meninggi dimulai setelah tanaman berumur 4 tahun, dengan kecepatan pertumbuhan (pertambahan tinggi) sekitar cm per tahun (Setyamidjaja, 1991).

19 c. Daun. Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan biasanya akan tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan 5 membentuk sudut (Sastrosayono, 2006). Daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah yang panjangnya dapat mencapai kurang lebih 7,5 9 m. Daun yang masih muda belum membuka dan tegak berdiri. Pada tanah-tanah yang subur daun akan cepat membuka yang berarti makin efektif menjalankan fungsinya sebagai pusat proses assimilasi, berlangsungnya fotosintesa dan alat respirasi (Mansjur, 1980). Untuk tanaman yang tumbuh normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun. Kedudukan daun pada batang dirumuskan dengan rumus daun (phylotaxis) 3/8, pada setiap 3 putaran terdapat 8 daun. Letak daun kesembilan berada di garis lurus dari daun yang pertama (Sastrosayono, 2006). Bagian Generatif. a. Bunga. Kelapa sawit mulai berbunga pada umur sekitar 2 tahun. Bunga kelapa sawit berumah satu, pada satu batang terdapat bunga jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah pada tandan bunga yang berbeda. Seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung tandan bunga jantan (hermaprodit). Bunga betina terletak dalam tandan bunga. Tiap tandan bunga mempunyai cabang, dan setiap cabang terdapat paling banyak 30 bunga betina. Dalam satu tandan terdapat bunga betina. Bunga betina yang memiliki tiga putik dan 6 perhiasan bunga. Di antara bakal buah hanya satu yang subur dan jarang terdapat dua ataupun lebih. Bunga jantan maupun bunga betina biasanya terbuka selama 2 hari, sekalipun dalam musim hujan bisa sampai 4 hari. Tepungsari dapat menyerbuki selama 2-3 hari, tetapi makin lama daya hidupnya

20 6 (viabilitas) makin menurun (Setyamidjaja, 1991). Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang-cabang bunga yang panjangnya antara cm. Pada tanaman dewasa, satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga. Setiap cabang mengandung bunga jantan. Bunga jantan ini terdiri dari 6 helai benangsari dan 6 perhiasan bunga. Tepungsari berwarna kuning pucat dan berbau spesifik. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan gram tepungsari (Setyamidjaja, 1991). b. Buah. Kira-kira lima bulan setelah terjadinya penyerbukan, buah menjadi masak. Tiap buah panjangnya 2-5 cm dan beratnya dapat melebihi 30 gram. Bagian-bagiannya terdiri dari kulit buah (exocarp), daging buah (pulp, mesocarp) yang banyak mengandung minyak, cangkang (tempurung, shell, endocarp), dan inti (kernel, endosperm), mengandung minyak seperti minyak kelapa. Exocarp dan mesocarp sering juga disebut sebagai pericarp yaitu bagian buah yang mengandung sebagian besar minyak kelapa sawit. Rendemen minyak dalam pericarp sekitar 24%, sedangkan dalam inti hanya sekitar 4%. Kualitas minyak inti lebih baik daripada minyak yang terkandung dalam pericarp (Setyamidjaja, 1991). Perkembangan Bunga, Buah,dan Produktivitas Kelapa Sawit Perkembangan Tandan Bunga Buah. Tandan bunga terletak pada ketiak daun, mulai muncul setelah tanaman berumur satu tahun di lapangan. Karena pada setiap ketiak daun terdapat potensi untuk menghasilkan bakal bunga, maka semua faktor yang mempengaruhi pembentukan daun juga akan mempengaruhi potensi bakal bunga serta dapat juga mempengaruhi perkembangan bunga. Bakal bunga terbentuk sekitar bulan

21 7 sebelum bunga mekar (anthesis), sedangkan pemisahan bunga jantan dan betina terjadi sekitar 14 bulan sebelum antesis (Breure dan Menendez, 1990 dalam Siregar, 2003). Bunga betina yang sudah mekar atau dalam keadaan reseptif mengalami beberapa tingkat perkembangan yang dapat diketahui dari perbedaan warnanya. Bunga betina mengeluarkan bau harum dan berlendir yang menarik serangga untuk datang sehingga terjadi penyerbukan. Selain oleh serangga, penyerbukan juga dibantu oleh angin (Tim Penulis PS, 1999). Demikian juga halnya dengan bunga jantan, mengalami tingkat perkembangan mulai dari terbukanya kelopak bunga sampai siap melakukan perkawinan. Bunga jantan juga akan mengeluarkan bau yang spesifik. Hal ini menandakan bunga jantan sedang aktif dan tepung sari dapat dipergunakan atau dapat diambil untuk penyerbukan buatan. Banyaknya buah yang terdapat pada satu tandan tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur tanaman, faktor lingkungan, faktor genetis dan juga tergantung pada teknik budidayanya (Tim Penulis PS, 1999). Bakal Bunga (Primordia) Penentuan Kelamin (Sex determination) Bunga Mekar (Anthesis) 7,5 11 bulan 14,5 22 bulan 5 9 bulan bulan Buah Matang Panen (Ripening) Gambar 1. Diagram Perkembangan Bunga Kelapa Sawit (diadaptasi dari Hartley, 1988 dan Ong, 1982 dalam Siregar, 2003) Penentuan jenis kelamin ataupun pemisahan kelamin merupakan proses yang penting dalam rasio seks kelapa sawit. Rasio seks yang dimaksud merupakan

22 8 perbandingan antara jumlah bunga betina dengan seluruh bunga yang diproduksi pada suatu waktu tertentu. Semakin tinggi rasio seks maka semakin banyak bunga betina, sehingga peluang untuk mendapatkan produktivitas tandan yang tinggi akan menjadi besar. Rasio seks yang tinggi ternyata belum menjamin produktivitas kelapa sawit yang tinggi, karena belum tentu semua bunga betina yang dihasilkan akan menjadi tandan buah yang dapat dipanen. Hal ini disebabkan kemungkinan terjadinya aborsi bunga betina dan kegagalan tandan. Penyebab aborsi adalah karbohidrat yang kurang untuk perkembangan bunga, kurangnya ketersediaan air, pengurangan daun yang terlalu banyak sehingga tanaman mengalami cekaman. Kegagalan tandan merupakan tandan yang gagal berkembang dari bunga mekar sampai tidak dapat dipanen. Hal ini disebabkan penyerbukan tidak sempurna, kurangnya karbohidrat, variasi musim ataupun serangan hama dan penyakit (Corley, 1973 dalam Siregar, 2003). Produktivitas Tandan Buah. Pada keadaan normal-optimal, tandan buah kelapa sawit dapat mencapai matang panen untuk pertama kalinya setelah tanaman berumur 3-4 tahun di lapangan. Produktivitas tandan kelapa sawit meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman 8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan dengan tanaman yang makin tua hingga umur ekonomis 25 tahun (Corley, 1976 dalam Siregar, 2003). Peningkatan produksi sampai umur 8-12 tahun menunjukkan pola yang sama dengan peningkatan luas dan yang mencapai luas maksimum pada umur yang sama. Terdapat korelasi yang positif antara luas daun dan produktivitas tandan sebelum tajuk-tajuk tanaman saling tumpang tindih sehingga terjadi

23 9 persaingan dalam memperoleh radiasi matahari. Penurunan produktivitas dengan menuanya umur tanaman berhubungan dengan penggunaan asimilat hasil fotosintesis untuk respirasi utamanya pada bagian batang yang merupakan organ dengan biomassa terbesar, sehingga proporsi untuk organ generatif berkurang (Corley dan Gray, 1976 dalam Siregar, 2003). Produktivitas tandan buah kelapa sawit dapat diperhitungkan dari komponen-komponennya, yaitu jumlah tandan dan rerata berat tandan. Rerata berat tandan akan meningkat sejalan dengan umur tanaman, sedangkan jumlah tandan akan menurun dengan semakin bertambahnya umur tanaman (Siregar, 1998). Faktor Lingkungan Kelapa Sawit Faktor Cuaca dan Iklim. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Menurut Setyamidjaja (1991), kelapa sawit adalah tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 13 o LU dan 12 o LS. a. Curah hujan. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah di atas 2000 mm dan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Hujan yang tidak turun selam 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang sudah cukup umur tidak mau masak sampai turun hujan (Sastrosayono, 2006). Oleh karena itu musim kemarau yang panjang akan sangat menurunkan produksi di samping pertumbuhan tanaman yang amat merana.

24 10 Sebaran curah hujan merupakan faktor yang penting untuk perkembangan bunga. Pada umumnya sewaktu musim hujan terbentuk lebih banyak tandan bunga betina, sedang pada musim kemarau terbentuk lebih banyak bunga jantan dikarenakan mulai awal musim kemarau pemisahan bunga cenderung ke arah bunga jantan (Turner, 1977 dalam Siregar, 1998). Setyamidjaja (1991) menambahkan bahwa pembagian hujan yang merata betul dalam satu tahunnya berakibat hasil buah kurang, karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk lebih sedikit. b. Radiasi matahari. Kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari yang cukup pertumbuhannya akan lambat dan produksi bunga betina menurun (Setyamidjaja, 1991). Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat (dalam proses asimilasi) juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah. Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis. Produksi TBS/tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Pada daerah khatulistiwa yang menerima lebih dari jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata setiap pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembaban udara 80% (Pahan, 2007). Kekurangan atau kelebihan sinar matahari akan berakibat buruk bagi tanaman kelapa sawit. c. Suhu udara dan ketinggian tempat. Secara umum dapat dikatakan bahwa kelapa sawit menghendaki suhu optimum sekitar 28 o C. Adapun ketinggian tempat yang optimal adalah meter di atas permukaan laut (Setyamidjaja,

25 ). Di daerah sekitar garis katulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian m dari permukaan laut. Produksi TBS yang tertinggi didapatkan dari daerah yang rata-rata suhu tahunannya berkisar o C (Pahan, 2007). Mansjur (1980) menambahkan bahwa suhu akan berpengaruh terhadap masa berbunga. Kelapa sawit yang ditanam pada ketinggian 500 meter akan terlambat berbunga satu tahun dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah. Selain mengalami kelambatan masa berbunga, buah akan terlambat matang dan ukurannya lebih kecil. d. Kelembaban udara dan angin. Kelembaban udara dan angin adalah faktor yang sangat penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban udara untuk mengurangi penguapan, sedangkan angin akan membantu penyerbukan secara alamiah. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembaban dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu. Kelembaban yang optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit berkisar antara 80 sampai 90 persen (Tim Penulis PS, 1999). Menurut Pahan (2007), kecepatan angin yang 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Faktor tanah. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik (Satrosayono, 2006).

26 12 Menurut Setyamidjaja (1991), kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah jenis Latosol, Podsolik Merah Kuning dan Aluvial yang kadang-kadang meliputi pula tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai. Meskipun demikian kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah tidaklah sama. Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisika tanah. a. Sifat kimia tanah. Sifat kimia tanah mempunyai arti cukup penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Pemupukan dengan dosis yang tepat sangat membantu pertumbuhan tanaman kelapa sawit sehingga akan meningkatkan produksinya. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit. Sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada ph tanah antara 4 6,5 sedangkan ph optimumnya adalah 5 5,5 (Tim Penulis PS, 1999). b. Sifat fisika tanah. Sifat fisika tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit daripada sifat kimianya. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu %, datar serta berdrainase baik. Walaupun demikian, faktor pengelolaan budidaya atau teknis agronomis dan sifat genetis induk tanaman kelapa sawit sangat menentukan produksi kelapa sawit.

27 13 Ketersediaan Air dan Kekeringan pada Kelapa Sawit Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat esensial bagi setiap sistem produksi pertanian. Indonesia sebagai wilayah tropis dengan curah hujan yang relatif tinggi mempunyai potensi sumberdaya air yang cukup besar. Distribusi dan intensitas hujan yang tidak merata dan tidak menentu menyebabkan terjadi kekurangan dan kelebihan air pada lahan kering. Dalam pertanian air tidak hanya menentukan produktivitas tanaman, tetapi juga intensitas (tanaman semusim) dan luas area tanam potensial setiap lahan. Potensi pasokan atau ketersediaan air di suatu wilayah dapat diperkirakan dari besarnya curah hujan yang terpilah menjadi air permukaan dan air bumi setelah dikurangi dengan deplesi akibat evaporasi langsung (Balittan, 2004). Pada pertanian lahan kering, air tanah adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi produksi tanaman. Air harus tersedia didalam tanah untuk mengimbangi laju kehilangan air oleh evaporasi dari tanah dan transpirasi dari tanaman (Sinukaban, 1986). Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah (Balitklimat, 2007).

28 Hasil penelitian Darmosarkoro, Harahap, dan Syamsuddin (2003) di Lampung menunjukkan bahwa setiap kelompok umur tanaman kelapa sawit memiliki respon yang berbeda terhadap kekeringan. Kelompok umur 7 12 tahun merupakan kelompok yang paling rentan penurunan hasilnya terhadap kekeringan. Pada kelompok tanaman yang relatif tua (>13 tahun), pertumbuhannya mulai menurun, sehingga dampaknya relatif lebih ringan. Pada tanaman relatif muda (<7 tahun), pertumbuhan organ vegetatif lebih dominan, sehingga dampak terhadap hasil relatif kecil. Pengaruh kekeringan terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman dapat dikelompokkan menjadi 4 stadia kekeringan (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh Kekeringan terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Stadia Defisit Air Jumlah Daun Jumlah Pelepah mm/th Tombak* Tua Patah I II III IV > ** *pelepah daun muda mengumpul dan biasanya tidak membuka **disertai dengan pucuk patah Kondisi musim kering dan penghujan merupakan penyebab utama adanya fluktuasi produksi bulanan kelapa sawit. Kekeringan yang panjang akan menyebabkan terjadinya defisit air yang dapat berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit (Tabel 3) (Harahap, Winarna, dan Sutarta, 2003). Tabel 3. Pengaruh Defisit Air terhadap Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit di Daerah Lampung 14 Defisit Air (mm/tahun) Produktivitas (ton TBS/ha/tahun) 22,0 20,0 17,9 15,7 13,5 Persentase Penurunan Produksi - 9,1 18,6 28,6 38,6

29 15 Teknik Konservasi Tanah dan Air Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dan konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2000). Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi, dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan serta mengatur hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Berdasarkan asas ini ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu (1) menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman/tetumbuhan agar terlindung dari daya perusak buitr-butir hujan yang jatuh, (2) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah, dan (3) mengatur air aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi kedalam tanah (Arsyad, 2000). Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metoda vegetatif, (2) metoda mekanik, dan (3) metoda kimia. Pada penelitian ini digunakan metoda mekanik dan metoda vegetatif, yaitu dengan membuat guludan bersaluran dan rorak dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal pada masing-masing blok penelitian. Metode mekanik pada dasarnya

30 16 ditujukan untuk memperlambat kecepatan aliran permukaan, menampung dan mengalirkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak agregat tanah. Tindakan konservasi air diperlukan untuk mengelola air hujan yang jatuh dipermukaan lahan berlereng agar air hujan dapat masuk kedalam tanah dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Agar air hujan lebih banyak masuk kedalam tanah dan aliran permukaan lebih terkendali perlu dilakukan konservasi air seperti pemberian mulsa, memotong panjang lereng dengan pembuatan guludan dan rorak yang dapat menampung aliran permukaan. Menurut Arsyad (2000), guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong arah lereng. Jarak antara guludan tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah dan erosivitas hujan. Untuk tanah yang kepekan erosinya rendah guludan dapat diterapkan pada tanah dengan kemiringan sampai 6 persen. Teras guludan merupakan penyempurnaan bentuk guludan dengan dibuatnya saluran diatas guludan sehingga dapat menyalurkan air dengan kecepatan yang relatif lambat dan tidak merusak saluran. Guludan bersaluran dapat dibuat pada tanah dengan lereng sampai 12 persen. Rorak dibuat untuk menangkap air dan tanah tererosi, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak merupakan lubang yang digali dengan ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar empat sampai lima meter. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak antar rorak tergantung kemiringan lahan, semakin curam suatu hamparan lahan, semakin banyak rorak yang diperlukan. Perbaikan air dengan cara pembuatan rorak yang diberi mulsa vertikal pada areal suatu usaha

31 17 tani lahan kering berlereng dapat memperbaiki beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan kadar air tanah. Pemberian mulsa pada rorak dapat menampung aliran permukaan dan mulsa menahan partikel tanah pada dinding rorak. Pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan laju permeabilitas 3-4 kali terhadap permeabilitas pada tanah tanpa mulsa. Mulsa vertikal adalah mulsa sisa tanaman yang diberikan dalam alur lubang (Kohnke, 1956 dalam Brata, Sudarmo, dan Waluyo, 1994). Spain dan McCune (1956 dalam Brata et al., 1994) pertama kali mengembangkan teknik mulsa vertikal dalam upaya mempertahankan keefektifan pengolahan tanah dalam (subsoiling) untuk peningkatan daya resap (infiltrasi) air ke dalam tanah yang mudah memadat atau mempunyai lapisan kedap. Mulsa dapat diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan dipermukaan tanah atau lahan pertanian. Tujuan awal pemberian mulsa adalah pencegahan erosi pada musim penghujan dan pencegahan kekeringan pada musim kemarau. Pemulsaan berhubungan langsung dengan iklim mikro tanah dan tanaman. Iklim mikro tanaman dapat diartikan sebagai lingkungan tumbuh tanaman yang identik dengan faktor luar atau faktor disekitar tanaman. Mulsa bermanfaat untuk memantapkan agregat tanah, manfaat terhadap kimia tanah akibat adanya bahan organik yang melapuk. Mulsa organik memiliki kelebihan antara lain: dapat diperoleh secara bebas, memiliki efek menurunkan suhu tanah, menekan erosi, menghambat pertumbuhan gulma, dan menambah bahan organik (Umboh, 2000). Air hujan sebagai sumber air utama pada pertanian perlu dimanfaatkan seefisien mungkin dengan meningkatkan daya resap (infiltrasi) tanah. Salah satu

32 18 teknik peningkatan daya resap tersebut yaitu dengan pembuatan lubang resapan. Secara garis besar, lubang resapan dapat memperlambat dan menahan laju aliran permukaan yang terlalu deras sebelum aliran permukaan tersebut menggerus tanah pada lahan pertanaman yang menyebabkan degradasi tanah dan lahan. Penerapan lubang resapan yang dilengkapi dengan mulsa vertikal dapat memperbesar laju infiltrasi karena dinding permukaan yang dilindungi oleh sisa tanaman, sehingga penyumbatan pori makro pada dinding saluran dapat terhambat. Semakin banyak air hujan, maka dapat dimanfaatkan untuk mengimbangi kebutuhan air tanaman dan pengisian air bawah tanah (Brata, Sudarmo, dan Djojoprawiro, 1992). Peranan mulsa dalam konservasi tanah dan air adalah: (a) melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan, sehingga erosi dapat dikurangi, tanah tidak mudah menjadi padat; (b) mengurangi penguapan (evaporasi), ini sangat bermanfaat pada musim kemarau karena pemanfaatan air (lengas tanah) menjadi lebih efisien; (c) menciptakan kondisi lingkungan (dalam tanah) yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah; (d) setelah melapuk bahan mulsa akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah; dan (e) menekan pertumbuhan gulma (Abdurachman, Sutomo, dan Sutrisno, 2005). Penggunaan mulsa vertikal untuk mengurangi laju evaporasi, meningkatkan cadangan air tanah, dan menghemat pemakaian air sampai 41 %. Dalam jangka panjang mulsa dapat menurunkan laju erosi tanah hingga dibawah ambang batas erosi yang dapat dibiarkan. Teknologi konservasi tanah merupakan komponen teknologi yang tidak dapat ditinggalkan, sebab lahan sebagai fungsi produksi harus dipertahankan kelestarian kesuburannya agar produksi tidak menurun dari tahun ke tahun.

33 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Afdeling III Unit Usaha Rejosari, PT Perkebunan Nusantara VII, Lampung Selatan. Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2008 hingga Agustus Daerah penelitian terdiri dari 3 blok yaitu blok 1 (375), blok 2 (415), dan blok 3 (414) dengan luas masing-masing blok 16 ha. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan selama penelitian adalah: a. Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) menghasilkan yang berumur 12 tahun (tahun tanam 1996), b. Sisa-sisa tanaman berupa pelepah sawit yang telah kering dan sisa-sisa dedaunan yang digunakan sebagai mulsa vertikal dan mulsa konvensional, dan c. Data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data pertumbuhan dan produksi kelapa sawit periode Januari hingga Agustus Adapun data sekunder berupa data pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit pada tahun 2007, dan data hasil perhitungan dan pengukuran kadar air tanah tahun diperoleh dari penelitian sebelumnya pada lokasi yang sama. Peralatan yang digunakan selama penelitian yaitu: a. Timbangan, ember dan karung untuk mengukur produksi kelapa sawit, b. Tangga, pisau, meteran, dan alat tulis digunakan untuk mengukur pertumbuhan tanaman kelapa sawit, dan c. Software Excel untuk analisa data.

34 20 Metodologi Penelitian Perlakuan Teknik Konservasi Tanah dan Air. Pembuatan bangunan konservasi telah dilakukan pada musim kemarau tahun Percobaan dilaksanakan pada 3 blok dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air yang berbeda, yaitu: a. Blok 1 pada blok 375 diterapkan konservasi guludan bersaluran dengan lubang resapan dan mulsa vertikal, b. Blok 2 pada blok 415 tanpa perlakuan (kontrol), dan c. Blok 3 pada blok 414 diterapkan konservasi rorak dengan lubang resapan dan mulsa vertikal. Guludan dibangun sejajar kontur diantara tanaman pada setiap beda tinggi 80 cm. Guludan yang dibuat mempunyai ukuran tinggi, lebar dan dalam saluran masing-masing kurang lebih 30 cm. Lubang resapan dibuat di bagian tengah saluran dengan jarak antar lubang 2 m, diameter lubang 10 cm dan sedalam 50 cm. Sisa tanaman berupa pelepah sawit yang telah dicacah, dan daun semak belukar diberikan dengan cara memasukkan ke dalam lubang resapan dan saluran yang dibuat (Gambar 2a). Rorak dibangun di antara tanaman kelapa sawit sejajar kontur dengan pola zig-zag antar garis kontur dengan ukuran panjang 300 cm, lebar 50 cm, dan dalam 50 cm. Jarak antar rorak dalam satu garis kontur sejauh 2 meter. Pada setiap rorak dibuat dua lubang resapan berjarak 2 m antara lubang yang satu dengan yang lain, dan dengan diameter serta kedalaman sama seperti yang dibuat pada saluran guludan. Ke dalam rorak dan lubang resapan juga ditambahkan sisa-sisa tanaman dan semak belukar sebagai mulsa vertikal (Gambar 2b).

35 21 (a) (b) Gambar 2. Guludan Bersaluran (a) dan Rorak (b) Dilengkapi dengan Lubang Resapan dan Mulsa Vertikal Pengumpulan Data dan Pengukuran. Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian lapangan untuk memperoleh data-data primer variabel pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan pengamatan lapangan dan pengukuran langsung di perkebunan. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap dua minggu sekali pada tanaman contoh pada setiap blok. Setiap blok terdapat 36 tanaman contoh yang terbagi menjadi 4 baris, dimana tiap baris terdapat 9 tanaman contoh. Tanaman contoh tersebar pada tiap-tiap lereng yang mewakili lereng atas, tengah, dan bawah. Variabel-variabel yang diamati pada aspek pertumbuhan tanaman kelapa sawit terutama adalah pelepah baru, bunga betina, dan tandan buah dengan cara menghitung jumlah masing-masing variabel tersebut dan dirata-ratakan setiap bulannnya. Nilai rata-rata jumlah bunga betina setiap bulannya dikorelasikan 6, 7, 8, dan 9 bulan berikutnya dengan jumlah tandan matang (Gambar 3). Sedangkan pengukuran produksi tanaman kelapa sawit dilakukan setiap satu minggu sekali, mengikuti rotasi panen perkebunan. Pada aspek produksi, variabel yang diukur adalah berat tandan buah yang dipanen, dan berat brondol

36 22 yang telah dikumpulkan. Tandan buah yang dipanen umumnya telah mencapai fraksi 2 dengan jumlah brondolan % dari berat tandan buah kelapa sawit. Perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan berat tandan dan jumlah tandan buah serta rata-rata berat tandan (RBT) setiap minggunya pada tiap-tiap bulan (Gambar 4). Gambar 3. Penghitungan Jumlah Pelepah Baru, Bunga Betina, dan Tandan Buah (Pertumbuhan Kelapa Sawit) (a) (b) Gambar 4. Penimbangan Tandan Buah Sawit (a), dan Penimbangan Brondolan (b)

37 23 Analisis Data. Untuk mengetahui pengaruh teknik peresapan air terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit, akan dilakukan analisis dengan menggunakan perbandingan kuantitatif logis. Hasil perhitungan dan pengukuran kadar air tanah tahun dan pertumbuhan serta produksi tanaman kelapa sawit tahun akan dianalisis dan dikorelasikan satu dengan yang lain dalam bentuk grafik sehingga mudah dipahami. Teknik peresapan air yang mampu meresapkan air dan meningkatkan pertumbuhan serta produksi kelapa sawit tertinggi adalah teknik peresapan air yang terbaik.

38 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif, lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi lampung. Desa Rejosari terletak pada 105 o 08 BT dan 5 o 17 LS. Jarak Unit Usaha Rejosari dari Ibukota Propinsi sejauh 12 km, 70 km dari Ibukota Kabupaten Lampung Selatan, 12 km dari Pelabuhan Panjang, dan 12 km dari kantor direksi PTPN VII. Keadaan Tanah Jenis tanah di lokasi penelitian menurut klasifikasi Dudal-Soepraptohardjo (dalam Hardjowigeno, 2003) adalah Podsolik Merah Kuning, sedangkan menurut klasifikasi USDA merupakan jenis Typic Kanhapludult untuk lereng atas dan tengah serta Fluventic Dystropept untuk lereng bawah. Berdasarkan hasil analisis sifat fisik tanah, daerah penelitian memiliki rataan kadar air kapasitas lapang antara % dengan rataan kadar air titik layu permanen antara %, dan didominasi oleh pori drainase sangat cepat. Ciri-ciri tanah tersebut memiliki sistem drainase yang jelek dengan kedalaman solum yang dangkal, struktur tanah yang kurang baik (karena terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat), sehingga sering terjadi penggenangan terutama di daerah lembah (Hardjowigeno, 2003). Selain ditemukan endapan liat, pada kondisi tanah di Rejosari juga ditemukan lapisan kedap berupa batu pasir. Batuan induk dari tanah ini adalah batuan endapan bersilika, napal, batu pasir, batu liat, batuan volkanik masam (komplek gunung api Rajabasa) dan berasal dari

39 formasi Pulau Sebesi (Qvh) yang menghasilkan besi bertitan (Fe 2 O 3,TiO 2 ) (Moedjimoeljanto, 1997 dalam Awaluddin, 2007). 25 Keadaan Topografi Kondisi topografi lokasi penelitian ini terdiri dari dataran hingga berombak dengan ketinggian antara m diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar antara 3 hingga 8 % (Moedjimoeljanto, 1997 dalam Awaluddin, 2007). Lokasi penelitian memiliki daerah pelembahan yang berbeda pada tiap blok, dimana blok 2 memiliki pelembahan lebih luas yaitu 3,8 ha; blok 1 seluas 1,4 ha; dan blok 3 memiliki pelembahan yang paling sempit. Keadaan Iklim Curah hujan tahunan di lokasi penelitian berkisar mm/tahun. Jumlah hari hujan yang terjadi di daerah penelitian adalah hari/tahun dengan jumlah bulan kering 3 4 bulan/tahun. Water deficit yang terjadi mencapai mm/tahun. Tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson termasuk Tipe C, menurut Oldeman Tipe D3 dan menurut Koppen Tipe Ama (Siregar, 2003). Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Raden Intan II (2006), ratarata suhu udara maksimum bulanan di daerah penelitian berkisar antara o C, sedangkan rata-rata suhu udara minimum bulanan berkisar antara o C, dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara %.

40 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Guludan dan Rorak terhadap Kadar Air Tanah Hasil pengamatan di lapang, penerapan teknik konservasi tanah dan air berupa guludan bersaluran dan rorak dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal mampu memberikan kadar air tanah yang lebih besar dibandingkan tanpa perlakuan (kontrol). Gambar 5 menunjukkan perbandingan kadar air tanah bulanan pada kedalaman cm pada setiap blok penelitian dari Januari Desember k adar ai r tanah ( % vo lume) Blok 1 Blok 2 Blok 3 0 Jan '06 Mar '06 Mei '06 Juli '06 Sept '06 Nov '06 Jan '07 Mar '07 Mei '07 Juli '07 Sept '07 Nov '07 Gambar 5. Grafik Perbandingan Kadar Air Tanah Bulanan pada Setiap Blok Penelitian Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat perbandingan kadar air tanah pada setiap blok penelitian. Penerapan teknik konservasi guludan bersaluran dan rorak pada perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan kadar air tanah dan

41 27 ketersediaan air di dalam tanah menjadi lebih stabil. Kadar air tanah rata-rata bulanan di blok 3 dengan perlakuan rorak yang dilengkapi lubang resapan dan mulsa vertikal sebesar 48,32 %, di blok 1 dengan perlakuan guludan yang dilengkapi dengan mulsa vertikal sebesar 45,21 %, dan di blok 2 dengan tanpa perlakuan (blok kontrol) sebesar 43,64 %. Rendahnya nilai kadar air tanah pada blok 2 karena tidak adanya penerapan teknik konservasi sehingga menyebabkan besarnya aliran permukaan dan air yang terinfiltrasi sangat sedikit. Pada tahun pertama penerapan teknik konservasi pada perkebunan kelapa sawit berupa guludan bersaluran di blok 1 memperlihatkan perubahan kadar air tanah yang tidak berbeda jauh dibandingkan blok kontrol, tetapi pada periode musim kering dapat memberikan kadar air tanah yang lebih besar dari blok kontrol. Pada tahun kedua blok 1 (perlakuan guludan) memberikan kadar air tanah yang lebih besar dari blok 2 (tanpa perlakuan), serta membuat kadar air tanah menjadi lebih baik dan lebih stabil, dan blok 3 (perlakuan rorak) memiliki kadar air tanah yang lebih besar dibandingkan blok 1 dan blok 2. Semakin banyak air tersedia di dalam tanah, mengindikasikan bahwa nilai kadar air tanahnya lebih stabil karena adanya penerapan teknik konservasi sehingga kebutuhan air oleh tanaman lebih tercukupi. Ketersediaan air tanah di zona perakaran dipengaruhi oleh kemampuan pengelolaan aliran permukaan sehingga sebagian besar air yang jatuh dipermukaan lahan dapat masuk kedalam tanah. Adanya guludan bersaluran dan rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal dapat menyebabkan daya tampung saluran terhadap air hujan lebih besar, dan lebih efektif menghambat laju aliran permukaan. Air hujan yang tertampung akan memperoleh kesempatan yang lebih lama untuk meresap

42 28 lebih dalam kedalam tanah melalui infiltrasi dan terdistribusi menjadi air perkolasi dan aliran kesamping, serta tersimpan menjadi cadangan air tanah sehingga blok 1 (perlakuan guludan) dan blok 3 (perlakuan rorak) memiliki kadar air tanah yang lebih besar dari blok 2 (tanpa perlakuan). Dengan demikian, diharapkan peningkatan kadar air tanah tersebut dapat menunda kekeringan pada perkebunan kelapa sawit agar produksi kelapa sawit pada musim kemarau menjadi lebih baik. Pemberian mulsa dapat memperbaiki struktur dan meningkatkan bahan organik tanah yang berperan dalam menahan air. Pemberian lubang resapan dan mulsa vertikal dapat memperbesar laju infiltrasi dan meningkatkan kapasitas tanah menahan air karena dinding permukaan yang dilindungi oleh sisa-sisa tanaman, sehingga tidak terjadi penyumbatan pori makro pada dinding saluran. Selain itu lubang resapan dan mulsa vertikal akan meningkatkan aktivitas organisme tanah dalam membuat pori-pori di dalam tanah dan meningkatkan peresapan air ke dalam tanah serta bermanfaat untuk memantapkan agregat tanah akibat adanya bahan organik yang melapuk. Dengan demikian, pemberian mulsa dapat mencegah kerusakan struktur tanah lapisan atas, memperbaiki aerasi dan mempertahankan permeabilitas tanah agar lebih baik. Pengaruh Guludan dan Rorak terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit Penerapan teknik konservasi berupa guludan bersaluran dan rorak dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang nantinya juga akan meningkatkan produksi kelapa sawit. Pengaruh guludan bersaluran dan rorak terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit dapat dilihat dari jumlah pelepah baru, bunga

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT. Oleh MARNI A

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT. Oleh MARNI A PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT Oleh MARNI A24104059 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN MARNI. Penerapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Teknik Konservasi Tanah dan Air

II. TINJAUAN PUSTAKA Teknik Konservasi Tanah dan Air II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KADAR AIR TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG

KARAKTERISTIK KADAR AIR TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG KARAKTERISTIK KADAR AIR TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG Oleh: RUDI SITANGGANG A24103001 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT ABSTRAK PROSIDING HITI IX YOGYAKARTA PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT K. Murtilaksono, E. S. Sutarta, N. H. Darlan, Sudarmo ABSTRAK Jumlah curah hujan yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA BERBAGAI JENIS LOKASI LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG

KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA BERBAGAI JENIS LOKASI LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA BERBAGAI JENIS LOKASI LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG Oleh PUNGKAS SYAHADAT A24103054 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT

EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG Oleh : ASEP SAEPUL MUSLIM A24103013

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).

TINJAUAN PUSTAKA. musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995). TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet Tanaman karet memiliki akar tunggang, akar lateral menempel pada akar tunggang. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan. menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990).

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan. menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990). TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan Aliran permukaan adalah bagian dari hujan atau presipitasi yang alirannya menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990). Selama aliran permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH GULUDAN DAN RORAK TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG SELATAN

PENGARUH GULUDAN DAN RORAK TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG SELATAN PENGARUH GULUDAN DAN RORAK TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG SELATAN Oleh: Intan Pratiwi A24103005 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan sub keluarga cocoideae yang paling besar habitusnya. Klasifikasi tanaman

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Aliran permukaan Data hasil pengamatan aliran permukaan pada setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 4. Analisis ragam disajikan masing-masing pada Lampiran 11. Analisis

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, PTPN VII LAMPUNG SELATAN

KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, PTPN VII LAMPUNG SELATAN KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, PTPN VII LAMPUNG SELATAN Characterisitic of Soil Saturated Hydraulic Conductivity at Oil Palm Plantation, PTPN VII South Lampung

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS di Unit Usaha REJOSARI PTPN VII LAMPUNG) Oleh Bogie Miftahur Ridwan A24104083 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI (PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) TANAMAN KELAPA IKLIM IKLIM TANAH AGRO EKOLOGI TANAMAN KELAPA Suhu rata rata tahunan adalah 27 C dengan fluktuasi 6 7 C Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Tanpa air makhluk hidup tidak akan dapat melangsungkan hidupnya dalam waktu yang lama. Persediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjadi panduan untuk petani dalam pengelolaan air hujan dan aliran permukaan di kebun pala untuk menekan penurunan hasil akibat kekurangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

Realisasi dan Prediksi Produksi Kelapa Sawit dan Hubungannya dengan Anomali Iklim. Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Realisasi dan Prediksi Produksi Kelapa Sawit dan Hubungannya dengan Anomali Iklim. Pusat Penelitian Kelapa Sawit + Realisasi dan Prediksi Produksi Kelapa Sawit dan Hubungannya dengan Anomali Iklim Pusat Penelitian Kelapa Sawit Pendahuluan SMT I 2016 Trend penurunan produksi di Sumatera Utara hingga 3% dibandingkan

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALIRAN PERMUKAAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TERAS GULUD DAN RORAK DI UNIT USAHA REJOSARI PT

KARAKTERISTIK ALIRAN PERMUKAAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TERAS GULUD DAN RORAK DI UNIT USAHA REJOSARI PT KARAKTERISTIK ALIRAN PERMUKAAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TERAS GULUD DAN RORAK DI UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG Oleh : SRI MALAHAYATI YUSUF A24102002 PROGRAM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 1. Akar (Radix) Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting dalam produksi dunia setelah pisang dan jeruk. Tujuh puluh persen dari nanas yang

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng Abstrak Sektor pertanian di Indonesia masih mempunyai peran yang penting, khususnya untuk mendukung program ketahanan

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci