ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENGELOLAAN JALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENGELOLAAN JALAN"

Transkripsi

1 ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENGELOLAAN JALAN (Studi Kasus di Jalan Raya Kasomalang, Subang, Jawa Barat) PUTRI AYU KWARTA WIJAYANTI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii

2 PERNYATAAN Dengan Ini Saya Menyatakan Bahwa Skripsi Yang Berjudul Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Peningkatan Volume Lalu Lintas Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Jalan (Studi Kasus di Jalan Raya Kasomalang, Subang, Jawa Barat) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, November 2011 Putri Ayu Kwarta Wijayanti H

3 RINGKASAN PUTRI AYU KWARTA WIJAYANTI. Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Peningkatan Volume Lalu Lintas Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Jalan (Studi Kasus di Jalan Raya Kasomalang, Subang, Jawa Barat). Dibimbing Oleh ACENG HIDAYAT dan NINDYANTORO Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat mengenai dampak negatif dan perubahan lingkungan dari adanya peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang, menghitung nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang dengan pendekatan produktivitas, biaya pengobatan dan kesediaan membayar (contingent valuation method) dan mengkaji kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang yang dianalisis secara deskriptif. Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Mei-Juli 2011 di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sampel ditentukan dengan teknik random purposive sampling. Responden dibagi berdasarkan kelompok responden pengguna jalan (pengemudi angkutan umum, pengendara kendaraan pribadi, penumpang kendaraan umum) dan masyarakat sekitar jalan raya. Dampak negatif yang dirasakan meliputi kerusakan jalan, kemacetan, kecelakaan, peningkatan debu jalan dan kebisingan. Menurut responden masyarakat sekitar jalan raya, dampak negatif yang paling mengganggu adalah kebisingan yaitu sebesar 40%. Sebesar 70% responden penumpang kendaraan umum menyatakan bahwa dampak negatif yang paling mengganggu adalah kerusakan jalan. Sementara itu, 60% responden pengemudi angkutan umum dan 50% responden pengendara kendaraan pribadi menyatakan bahwa dampak negatif yang paling mengganggu adalah kemacetan. Menurut persepsi masyarakat, terjadi perubahan lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Perubahan tersebut berupa meningkatnya proporsi jalan raya yang mengalami kerusakan yaitu sebesar 58,21% serta terjadinya peningkatan debu jalan dan kebisingan. Selain itu, dirasakan pertambahan waktu untuk menempuh Jalan Raya Kasomalang sebesar 18,37 menit. Total nilai kerugian yang dialami angkutan umum (elf) akibat kemacetan di Jalan Raya Kasomalang yaitu sebasar Rp ,65 per tahun. Total nilai kerugian masyarakat sekitar jalan raya akibat peningkatan debu jalan yaitu sebesar Rp ,00 per tahun. Total nilai kerugian akibat kebisingan yaitu sebesar Rp ,00 per tahun. Berdasarkan nilai kerugian parsial dari masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas, menuntut adanya pengelolaan jalan raya yang lebih baik lagi. Penerapan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang belum berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari kondisi fisik dan penggunaan jalan, pengawasan serta pengendalian lalu lintas yang belum memperhatikan aspek perlindungan lingkungan maupun masyarakat, sebagaimana yang telah diatur dalam aturan perundangan mengenai pengelolaan jalan. Kata kunci: Jalan Raya Kasomalang, peningkatan volume lalu lintas, nilai kerugian masyarakat, pengelolaan jalan, manajemen lalu lintas

4 ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENGELOLAAN JALAN (Studi Kasus di Jalan Raya Kasomalang, Subang, Jawa Barat) PUTRI AYU KWARTA WIJAYANTI H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 Judul Skripsi: Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Peningkatan Volume Lalu Lintas Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Jalan (Studi Kasus di Jalan Raya Kasomalang, Subang, Jawa Barat) Nama NRP : Putri Ayu Kwarta Wijayanti : H Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Ir. Nindyantoro, MSP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus :

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1989 di Mempawah, Kalimantan Barat. Penulis merupakan anak ke-empat dari lima bersaudara pasangan Bapak Endang Manjuli dan Ibu Suwarsih. Penulis memulai pendidikan di TK Negeri Melati Kabupaten Mempawah pada tahun 1993, kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 39 Kabupaten Mempawah. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Kabupaten Mempawah dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) dan selanjutnya diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di dalam organisasi internal fakultas yaitu sebagai Staf Divisi Pendidikan dan Keilmuan, Sharia Economic Student-Club (SES-C) FEM IPB 2008/ 2010, Ketua Divisi Media Dakwah Islam dan Hubungan Eksternal, Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB 2009/2010, dan pada tahun tergabung dalam organisasi keolahragaan kampus yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Panahan IPB sebagai sekretaris periode 2008/2009.

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini berjudul Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Peningkatan Volume Lalu Lintas Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Jalan (Studi Kasus Di Jalan Raya Kasomalang Subang, Jawa Barat). Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Skripsi ini membahas mengenai dampak negatif dan perubahan lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang serta estimasi nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Skripsi ini juga membahas kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan raya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi terkait dengan skripsi ini.

8 UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada ; 1. Kedua orang tua tercinta Bapak Endang Manjuli dan Ibu Suwarsih serta keluarga besar atas segala dukungan dan harapan yang merupakan motivasi terbesar bagi saya. 2. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing I yang telah sabar membimbing, mengarahkan dan memberikan banyak ilmu kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas masukkan dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Bapak A. Faroby Falatehan, SP, ME selaku dosen penguji wakil departemen. 5. Bapak Ir. Sahat M. H. Simanjuntak, M. Sc dan Bapak Dr. Ir. Surya Dharma Tarigan, MS atas diskusinya. 6. Bapak Nurhadi Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, Ibu Wati dari Dinas LH Kabupaten Subang, Pak Femri, Pak Hatno, Pak Harpah dari Dinas Pertambangan Kabupaten Subang dan Mba Ima dari PT Tirta Investama atas diskusi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 7. Sahabat penulis: Heni, Nisa, Lisa, Febri, Erin, Reyland, Anggi, Haqqi, Fipo, Iyid, Mey, Sherly, Nadia, Vera, Moko, Kak Priyo, Kak Joko dan Mamet. 8. Teman-teman ESL 44 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1 Halaman 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Eksternalitas Jenis Eksternalitas Faktor Penyebab Eksternalitas Pengaruh Transportasi terhadap Lingkungan Usaha dalam Mengatasi Masalah Transportasi Konsep Contingent Valuation Method Pendekatan Biaya Pengobatan dan Pendekatan Produktivitas Kebijakan Transportasi Penelitian Terdahulu yang Terkait III. KERANGKA PEMIKIRAN IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Deskriptif Nilai Kerugian Kebijakan dalam Pengelolaan Jalan Raya V. GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Responden Kualitas Udara Ambien di Sekitar Ruas Jalan Raya xi xii xiii ix

10 VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN Peningkatan Volume Lalu Lintas Dampak Aktivitas Lalu Lintas terhadap Kualitas Lingkungan di Jalan Raya Kasomalang Pencemaran Udara Kebisingan Penurunan Kualitas Fisik Jalan, Kemacetan dan Kecelakaan Lalu Lintas VII. PERSEPSI DAN NILAI KERUGIAN MASYARAKAT Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Mengenai Perubahan Lingkungan Akibat Peningkatan Lalu Lintas Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Negatif Peningkatan Volume Lalu Lintas Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Nilai Produktivitas Biaya Kesehatan WTP Kebisingan Kebijakan Pengelolaan Jalan Raya Implementasi Peraturan dalam Perundangan Pengelolaan Jalan Implikasi Nilai Kerugian VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1.1 Jumlah Angkutan di Kabupaten Subang Tahun Tabel 2.1 Pengaruh Suara terhadap Manusia Secara Fisiologis dan Psikologis Tabel 4.1 Kebutuhan Data Tabel 4.2 Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data Tabel 5.1 Tiga Desa di Kecamatan Kasomalang yang Dilintasi Jalan Raya 39 Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien di Sekitar Jalur Tabel 6.1 Persentase Jenis Kendaraan yang Melalui Ruas Jalan Raya Kasomalang Tabel 6.2 Jumlah Kasus dan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Jalur Barat 51 Tabel 7.1 Kondisi Lingkungan Jalan Raya Kasomalang Sebelum dan Sesudah Terjadi Peningkatan Volume Lalu Lintas Tabel 7.2 Keterlambatan dan Nilai Kerugian Angkutan Umum Tabel 7.3 Penurunan Produktivitas Angkutan Umum Akibat Kemacetan 59 Tabel 7.4 Nilai WTP Responden dalam Upaya Mengurangi Intensitas Kebisingan Tabel 7.5 Total Nilai WTP Responden dalam Upaya Mengurangi Intensitas Kebisingan Tabel 7.6 Kesesuaian Fisik Jalan Raya Kasomalang dengan Aturan Perundangan xi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang di Kabupaten Subang Tahun Gambar 1.2 Pertumbuhan Jumlah Kendaran di Kabupeten Subang Tahun Gambar 1.3 Persentase Kondisi Jalan Kabupaten di Kabupaten Subang Tahun Gambar 1.4 Panjang Jalan Kabupaten Subang Menurut Keadaan Jalan Tahun Gambar 1.5 Jumlah Penderita Lima Penyakit Terbesar Akibat Pencemaran Udara Tahun Gambar 2.1 Sistem Kegiatan Transportasi Gambar 3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional Gambar 5.1 Profil Pekerjaan Responden Masyarakat Sekitar Jalan Gambar 5.2 Profil Pendapatan Responden Masyarakat Sekitar Jalan Gambar 5.3a Jumlah Responden Pengguna Jalan Berdasarkan Usia Gambar 5.3b Jumlah Responden Pengguna Jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambar 5.3c Jumlah Responden Pengguna Jalan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Gambar 5.4 Tingkat Pendapatan Responden Pengguna Jalan Gambar 6.1 Komposisi Kendaraan Per Jam Gambar 7.1a Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Jalan Gambar 7.1b Persepsi Responden Penumpang Angkutan Umum Gambar 7.1c Persepsi Responden Pengemudi Angkutan Umum Gambar 7.1d Persepsi Responden Pengendara Kendaraan Pribadi xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1 Pertumbuhan Jumlah Industri di Kabupaten Subang Lampiran 2 Transportasi Kabupaten Subang Tahun Lampiran 3 Kondisi Jalan Kabupaten Subang Lampiran 4 Klasifikasi Jalan Lampiran 5 Matrik Realisasi dan Kendala Penerapan Peraturan Perundangan dalam Pengelolaan Jalan Lampiran 6 Kueisioner Penelitian Lampiran 7 Pedoman Wawancara Kepada Instansi Terkait Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian xiii

14 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut juga disertai dengan peningkatan kegiatan ekonomi. Kedua hal tersebut secara tidak langsung menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindari. Perkembangan aktivitas masyarakat meningkatkan permintaan akan sarana transportasi, termasuk transportasi darat. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang berdampak pada peningkatan volume lalu lintas. Peningkatan volume lalu lintas berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan, yang diartikan sebagai eksternalitas negatif terhadap barang publik. Barang publik yang terkait dengan aktivitas lalu lintas yaitu jalan raya dan udara. Setiap aktivitas dalam perekonomian modern mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Apabila semua keterkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau suatu sistem yang baik, maka hal tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan eksternalitas (Guritno, 1993). Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang sangat strategis dan merupakan perlintasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DKI Jakarta. Posisi tersebut sangat menguntungkan bagi distribusi suatu jasa baik yang berasal 1

15 dari Provinsi Jawa Tengah maupun dari DKI Jakarta dan tentu juga Provinsi Jawa Barat sendiri. Kondisi lingkungan yang kondusif serta ketersediaan sumberdaya alamnya yang melimpah mendukung pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Subang. Grafik pertumbuhan industri besar dan sedang di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Unit industri Tahun Pangan Kimia Mesin dan alat angkut Pulp dan kertas Tekstil, pakaian jadi, kulit dan karet Kayu, furniture Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang, 2009 Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang di Kabupaten Subang tahun Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah unit industri di Kabupaten Subang meningkat dalam jumlah besar pada tahun 2006 ke tahun Kemudian cenderung stabil pada tahun 2008 hingga tahun Pertumbuhan industri ini tentu juga berpengaruh terhadap jumlah perpindahan penduduk. Jumlah penduduk yang datang ke Kabupaten Subang selama tahun 2009 berjumlah 2321 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang pindah berjumlah 2309 jiwa. Pertumbuhan jumlah industri dan aktivitas penduduk berpengaruh terhadap jumlah permintaan sarana angkutan, baik untuk keperluan produksi industri, akomodasi instansi maupun angkutan umum. Pertumbuhan jumlah 2

16 angkutan di Kabupaten Subang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Angkutan di Kabupaten Subang Tahun Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Angkutan Desa Angkot Bis Mini Bis Bis Mikro Pick up Truck Tanki Box Gandengan Ambulance Jumlah Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, 2009 Sementara itu, pertumbuhan jumlah kendaraan dari tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.2. Jumlah kendaraan yang terdaftar di Dinas Perhubungan Kabupaten Subang jauh meningkat pada tahun 2007 ke tahun 2008 dan cenderung stabil hingga tahun Unit kendaraan Tahun Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, 2009 Gambar 1.2 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan di Kabupaten Subang Tahun

17 Pertumbuhan jumlah industri dan peningkatan mobilisasi penduduk berpotensi meningkatkan jumlah kendaraan yang berlalu lalang menggunakan pelayanan infrastruktur jalan. Hal ini berpotensi terjadinya peningkatan volume lalu lintas. Jika peningkatan volume lalu lintas tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan lalu lintas dan infrastruktur jalan yang baik akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan dapat terlihat secara fisik dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Penurunan kualitas lingkungan yang dapat terlihat secara fisik salah satunya yaitu kerusakan jalan. Seperti terlihat pada Gambar 1.3, kondisi jalan rusak di Kabupaten Subang memiliki persentase terbesar pada tahun Sumber: Dinas Bina Marga Kabupeten Subang, 2009 Gambar 1.3 Persentase Kondisi Jalan Kabupaten di Kabupaten Subang Tahun 2009 Sementara itu, perkembangan kondisi jalan di Kabupaten Subang sepanjang tahun dapat dilihat pada Gambar 1.4. Panjang jalan dengan kondisi rusak memiliki kilometer terpanjang tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2008 dan tahun 2009 panjang jalan rusak mengalami penurunan. 4

18 Baik Sedang Rusak Rusak Berat Panjang jalan (KM) Tahun Sumber: Dinas Bina Marga Kabupeten Subang, 2009 Gambar 1.4 Panjang Jalan Kabupaten Subang Menurut Keadaan Jalan Tahun Jalan Raya Kasomalang adalah salah satu ruas jalan kolektor di Kabupaten Subang dengan status jalan provinsi. Tiga kecamatan yang dilewatinya yaitu Kecamatan Jalan Cagak, Kecamatan Kasomalang dan Kecamatan Cisalak. Jalan tersebut merupakan jalur penghubung antara Kabupaten Subang dengan Kabupaten Majalengka, Cirebon, Sumedang dan sekitarnya. Berbagai industri dari dalam dan luar daerah menggunakan ruas Jalan Raya Kasomalang sebagai jalur utama pendistribusian bahan maupun hasil produksinya. Rutinitas angkutan luar kota dan dalam kota disertai kendaraan motor yang berlalu lalang, berkontribusi terhadap volume lalu lintas di jalur tersebut. Volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang pada hari kerja dan hari libur pada tahun 2009 yaitu 2.079,75 smp/jam dan 4.458,45 smp/jam. Volume lalu lintas pada hari kerja dan hari libur di jalan tersebut meningkat pada tahun 2010, menjadi 2.246,13 smp/jam dan smp/jam. Jalan Raya Kasomalang melewati satu satu desa di Kecamatan Kasomalang, yaitu Kasomalang Wetan. Menurut PP Kabupaten Subang No. 2 tahun 2004, daerah tersebut merupakan kawasan rawan gerakan tanah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat, apabila penggunaan Jalan Raya 5

19 Kasomalang tidak dibarengi dengan pengelolaan jalan dan lalu lintas yang lebih baik. Kondisi badan jalan yang sempit, berliku dan menanjak ditambah dengan adanya peningkatan volume lalu lintas, memicu terjadinya eksternalitas negatif bagi masyarakat. Beberapa eksternalitas negatif yang dapat timbul diantaranya yaitu polusi udara, kebisingan, kerusakan infrastruktur jalan, kemacetan serta peningkatan kasus kecelakaan. Kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di ruas Jalan Raya Kasomalang dalam setahun telah menimbulkan korban sebanyak 22 jiwa. Sebagian besar kecelakaan melibatkan truk berukuran besar dari sebuah perusahaan swasta di kawasan tersebut. 1 Salah satu eksternalitas negatif yang dibahas dalam penelitian ini yaitu polusi udara. Penyebab utama meningkatnya polusi udara di kawasan tersebut adalah emisi kendaraan bermotor. Jalan Raya Kasomalang tidak melewati kawasan industri selain pabrik air minum dalam kemasan di Kecamatan Cisalak. Menurut narasumber dari Puskesmas Kasomalang, beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh bahan pencemar udara antara lain: penyakit mata, penyakit kulit, ISPA, Tuberkulosis paru dan diare. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). 1 Dikutip dari Radar Karawang di Selasa, 30 Maret Maret

20 Sumber: Puskesmas Kasomalang, Subang Jawa Barat ISPA DIARE MATA KULIT TBC PARU Gambar 1.5 Jumlah Penderita Lima Penyakit Terbesar Akibat Pencemaran Udara Tahun Pada Gambar 6.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah penderita ISPA dalam jumlah besar. Hal ini sejalan dengan peningkatan volume lalu lintas yang juga terjadi pada tahun 2009 hingga tahun 2010 di ruas Jalan Raya Kasomalang. 1.2 Rumusan Masalah Jalan Raya Kasomalang memiliki lebar jalan yang sempit disertai geometrik jalan yang berliku dan menanjak. Jalan Raya Kasomalang saat ini digunakan untuk melayani pergerakan masyarakat dari Kecamatan Subang menuju Kecamatan Tanjungsiang dan sebaliknya. Bus luar kota dan masyarakat umum juga menggunakan jalur tersebut sebagai jalur alternatif untuk menuju luar dan dalam Kabupaten Subang. Selain itu, beberapa industri menggunakan jalur tersebut sebagai jalur utama pengangkutan barang menggunakan truk-truk besar maupun sedang. Peningkatan jumlah angkutan barang dan kendaraan bermotor yang melalui Jalan Raya Kasomalang berpengaruh terhadap volume lalu lintas. Hal ini 7

21 menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak negatif terhadap masyarakat. Dampak negatif akibat kegiatan lalu lintas diantaranya yaitu kerusakan jalan, kemacetan, polusi udara, kebisingan dan kecelakaan. Dampak negatif ini menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Estimasi nilai kerugian masyarakat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar penurunan kualitas lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas berpengaruh terhadap masyarakat. Implikasi dari adanya nilai kerugian masyarakat menuntut adanya pengelolaan jalan dan lalu lintas yang lebih baik. Oleh karena itu perlu diketahui sejauh mana realisasi kebijakan pengelolaan jalan dan lalu lintas, khususnya di Jalan Raya Kasomalang. Evaluasi dan rekomendasi diperlukan agar nilai kerugian masyarakat dapat diminimalisir atau diinternalisasi, sehingga infrastruktur jalan dapat memberikan efek positif bagi masyarakat. Dengan latar belakang hal tersebut di atas maka penelitian ini difokuskan untuk manjawab tiga masalah berikut : 1. Bagaimana perubahan lingkungan dan dampak negatif yang ditimbulkan akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang menurut persepsi masyarakat? 2. Berapa nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang? 3. Bagaimana realisasi dan rekomendasi kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang? Hipotesis yang timbul dari permasalahan tersebut adalah pertumbuhan mobilisasi masyarakat dan industri di ruas Jalan Raya Kasomalang mengakibatkan 8

22 peningkatan volume lalu lintas di jalur tersebut. Peningkatan volume lalu lintas memicu timbulnya dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan yang menciptakan sejumlah kerugian bagi masyarakat. Hal ini berimplikasi adanya suatu keharusan dalam pengelolaan jalan raya secara teknis maupun manajemen yang lebih baik lagi. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji bagaimana kebijakan pemerintah dalam pengelolaan Jalan Raya Kasomalang agar dapat memberikan efek positif terhadap masyarakat. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi perubahan lingkungan dan dampak negatif akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang menurut persepsi masyarakat. 2. Mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. 3. Mengkaji realisasi dan rekomendasi kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di jalan Raya Kasomalang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai penyelenggara jalan provinsi, khususnya Jalan Raya Kasomalang dalam menyesuaikan pembangunan jalan dengan penggunannya saat ini. 9

23 2. Pemerintah Kabupaten Subang dalam pengawasan dan pengendalian lalu lintas, agar penggunaan jalan dapat memberikan efek positif terhadap masyarakat. 3. Masyarakat umum dalam menjaga kualitas lingkungan dengan berpartisipasi aktif mengelola infrastruktur jalan dan menaati peraturan lalu lintas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berlokasi di Jalan Raya Kasomalang yang melintasi Kecamatan Jalan Cagak, Kecamatan Kasomalang dan Kecamatan Cisalak. Penelitian ini difokuskan pada Kecamatan Kasomalang karena keberadaan permukiman dan aktivitas masyarakat yang lebih padat di wilayah tersebut. Lingkup kajian meliputi analisis persepsi masyarakat sekitar dan pengguna jalan mengenai dampak negatif dan perubahan lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas. Peningkatan volume lalu lintas diasumsikan mulai terjadi pada tahun Hal ini sejalan dengan adanya kegiatan pengangkutan pabrik air minum dalam kemasan yang melalui Jalan Raya Kasomalang. Masyarakat sekitar jalan adalah warga di tiga desa Kecamatan Kasomalang yang bermukim dalam jarak 15 meter dari ruas jalan. Pengguna jalan antara lain pengemudi angkutan umum dengan trayek Pamanukan-Jalan Cagak-Tanjungsiang, penumpang angkutan umum dan pengendara kendaraan pribadi. Jenis angkutan umum dalam penelitian ini adalah elf. Nilai kerugian masyarakat yang dihitung dalam penelitian ini adalah nilai kerugian sebagian/parsial akibat peningkatan volume lalu lintas, yaitu: a. Nilai kerugian dari angkutan umum akibat keterlambatan, menggunakan pendekatan produktivitas. 10

24 b. Nilai kerugian masyarakat sekitar jalan akibat polusi udara, menggunakan pendekatan biaya pengobatan ISPA dengan asumsi masyarakat menjalani pengobatan satu kali dalam satu tahun. c. Nilai kerugian masyarakat sekitar jalan akibat peningkatan kebisingan, menggunakan pendekatan kesediaan membayar (contingent valuation method). Kajian yang terakhir membahas realisasi kebijakan pemerintah di Jalan Raya Kasomalang dengan mengacu pada beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan jalan raya. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana peran pembina lalu lintas dan angkutan jalan dalam mengelola Jalan Raya Kasomalang. Rekomendasi kebijakan mengacu pada teori manajemen lalu lintas. 11

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Eksternalitas Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Eksternalitas terjadi apabila tindakan seseorang menimbulkan dampak terhadap orang lain atau sekelompok orang tanpa ada kompensasi apapun sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan (Daraba, 2001) Jenis Eksternalitas Daraba (2001) juga menyebutkan bahwa jika ditinjau dari dampaknya, eksternalitas dapat dibagi dua, yaitu eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Sedangkan eksternalitas negatif adalah dampak dari suatu kegiatan yang merugikan pihak lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang melaksanakan kegiatan. Jenis eksternalitas yang terkait dengan penelitian ini yaitu dapat terjadi dari dua interaksi ekonomi berikut ini : a) Dampak kegiatan produsen terhadap konsumen (effects of producers on consumers). Suatu produsen dikatakan mempunyai dampak eksternal terhadap konsumen, jika aktivitasnya merubah atau menggeser fungsi utilitas rumahtangga (konsumen). Dampak yang sangat populer dari kategori kedua adalah pencemaran. Kategori ini meliputi polusi suara (noise), berkurangnya fasilitas daya tarik alam (amenity) karena pertambangan, bahaya radiasi dari 12

26 stasiun pembangkit (polusi udara) serta polusi air, yang semuanya mempengaruhi kenyamanan konsumen atau masyarakat luas. b) Dampak dari suatu konsumen terhadap konsumen lain (effects of consumers on consumers). Dampak konsumen terhadap konsumen yang lain terjadi jika aktivitas seseorang atau kelompok tertentu mempengaruhi atau mengganggu fungsi utilitas konsumen yang lain. Dampak dari kegiatan seorang konsumen yang lain dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya, bisingnya suara alat pemotong rumput tetangga, kebisingan bunyi radio atau musik dari tetangga, asap rokok seseorang terhadap orang sekitarnya dan sebagainya Faktor Penyebab Eksternalitas Menurut Yohana (2010), eksternalitas dan ketidakefisienan alokasi sumber daya dapat disebabkan oleh faktor barang publik, ketidaksempurnaan pasar dan kegagalan pemerintah. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Masalah dalam barang publik timbul karena produsen tidak dapat meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi barang tersebut. Berdasarkan ciri-cirinya, barang publik memiliki dua sifat dominan yaitu non-rivalry (tidak ada persaingan) atau non-divisible. Artinya, konsumsi seseorang terhadap barang publik tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang yang sama. Non-excludable (tidak ada larangan) artinya, sulit melarang orang lain untuk mengkonsumsi barang yang sama. Barang publik yang berkaitan dengan lingkungan meliputi udara segar, pemandangan yang indah, rekreasi, air bersih, hidup yang nyaman dan sejenisnya (Fauzi, 2004). 13

27 Masalah lingkungan bisa juga terjadi ketika salah satu partisipan di dalam suatu tukar-menukar hak-hak kepemilikan (property rights) mampu mempengaruhi hasil yang terjadi (outcome). Hal ini bisa terjadi pada pasar yang tidak sempuna (inperfect market) seperti pada kasus monopoli (penjual tunggal). Sumber eksternalitas tidak saja diakibatkan oleh kegagalan pasar tetapi juga karena kegagalan pemerintah (government failure). Namun kegagalan pasar hanyalah salah satu sebab mengapa pemerintah harus turun tangan dalam perekonomian agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara optimal. Kegagalan pemerintah disebabkan oleh empat hal, yaitu: informasi yang terbatas; pengawasan yang terbatas atas reaksi pihak swasta; pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat; hambatan dalam proses politik. Sering terjadi kebijakan yang akan dilaksanakan oleh eksekutif terhambat oleh proses pengambilan keputusan karena harus disetujui dahulu oleh pihak legislatif (Mangkusubroto, 1999). Barang publik yang terkait dengan penelitian ini yaitu jalan raya, udara yang bersih dan lingkungan yang tenang. Sifat barang publik yang merupakan konsumsi umum karena tidak ada ketersaingan untuk mengonsumsinya dan penawaran yang tidak hanya diperuntukkan untuk seseorang dan mengabaikan yang lainnya. Satu-satunya mekanisme yang membedakannya adalah dengan menetapkan harga (nilai moneter) terhadap barang publik tersebut sehingga menjadi barang privat (dapat diperdagangkan). Benefit yang diperoleh dari harga tersebut dapat dipakai untuk mengendalikan atau memperbaiki kualitas lingkungan itu sendiri (Yohana, 2010). Aktivitas lalu lintas menimbulkan eksternalitas negatif berupa penurunan kualitas jalan raya, udara, dan lingkungan yang tenang. 14

28 Sifat barang publik yang tidak ekslusif dan merupakan konsumsi umum cenderung mengakibatkan berkurangnya insentif atau rangsangan untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan dan pengelolaan jalan raya serta lalu lintasnya. Mekanisme pasar melalui invisible hand dinilai tidak mampu secara efisien dan efektif dalam menjalankan fungsinya, yang menurut Weimer dan Vinibg dalam Sasana (2004) disebut sebagai kegagalan pasar. Kegagalan pasar menjadi latar belakang perlunya campur tangan pemerintah. Menurut Barton dalam Sasana (2004), peran utama pemerintah secara garis besar adalah : 1) peran alokasi sumberdaya, 2) peran regulator, 3) peran kesejahteraan sosial, 4) peran mengelola ekonomi makro. Pemerintah tidak selalu berhasil dalam menjalankan perannya. Kegagalan pemerintah dalam pengelolaan jalan dan lalu lintas salah satunya yaitu gagal dalam penyediaan barang publik. Status hak pemilikan (property right) yang jelas dari barang publik harus dipenuhi. Selanjutnya mekanisme pasar dapat diberlakukan terkait penggunaan barang publik. Jalan raya, udara bersih dan lingkungan yang tenang dapat terpenuhi asalkan para pengguna membayar sejumlah biaya untuk penyediaannya. Sama artinya apabila masyarakat yang terkena eksternalitas negatif dari aktivitas lalu lintas diberikan kompensasi atas kebutuhan barang publik berkualitas baik yang tidak terpenuhi. 2.2 Pengaruh Transportasi terhadap Lingkungan Alat transportasi dalam bentuk lalu lintas kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya kemacetan (traffic congestion), kecelakaan (traffic accident), polusi udara (air pollution) dan kebisingan (traffic noise). Pengaruh 15

29 lainnya yang disebabkan oleh transportasi darat yaitu kerusakan jalan (Sukarto, 2006). Pencemaran udara adalah hadirnya bahan pencemar udara di atmosfer/udara luar dalam jumlah dan waktu tertentu yang cenderung melukai/menyakiti manusia, tanaman, hewan, atau benda milik manusia. Pencemaran udara akibat transportasi terutama terpusat di sekitar daerah perkotaan dan pada prinsipnya disebabkan oleh lalu lintas di perkotaan. Kendaraan bermotor yang berhenti dan mulai berjalan (di jalan-jalan arteri kota) mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas hidrokarbon dan karbon monoksida. Pencemaran udara di banyak kota-kota besar pada umumnya berhubungan dengan pembangunan dari kegiatan-kegiatan di sektor transportasi dan industri, meskipun sektor perdagangan dan permukiman tetap memberikan kontribusi yang cukup besar pula (Purnomosidi, 1995). Purnomosidi (1995) juga menjelaskan, bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki atau tenaga getaran yang tidak terkendali. Umumnya ada tiga sumber kebisingan, yaitu kebisingan lalu lintas/transportasi, kebisingan pekerjaan/industri dan kebisingan penduduk/permukiman. Semua kebisingan tersebut dapat menghasilkan kerusakan fisik dan psikologis pada manusia seperti pada Tabel

30 Tabel 2.1 Pengaruh Suara terhadap Manusia Secara Fisiologis dan Psikologis Suara (dba) Pengaruh terhadap Manusia Mengganggu 55 Penyempitan pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung. 65 Jika terus menerus dapat meningkatkan kemungkinan sakit jantung dan pembuluh darah. 70 Menimbulkan kelelahan mental dan fisik, psikosomatis dan perasaan jengkel. 80 Kerusakan alat pendengaran dan penurunan daya pendengaran. 90 Jika secara terus-menerus dapat kehilangan pendengaran secara permanen. 100 Dalam periode yang singkat daya pendengaran berkurang dan pada pemaparan yang lama kerusakan pada alat pendengaran. 120 Rasa nyeri dan sakit. 150 Kehilangan pendengaran pada saat itu saja. Sumber: Yunasril, 1995 Pada umumnya kecepatan kendaraan yang lebih tinggi akan menghasilkan tingkat kebisingan yang lebih tinggi pula. Permukaan jalan yang makin kasar juga akan menghasilkan kebisingan yang makin tinggi. Bunyi yang paling keras ditimbulkan di daerah persimpangan (intersection area) dengan adanya kendaraan yang berhenti atau mengerem serta kendaraan yang mulai berjalan. 2.3 Usaha dalam Mengatasi Masalah Transportasi Meningkatnya volume lalu lintas yang tidak dibarengi dengan upaya pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas dapat meningkatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif tersebut seperti meningkatnya tingkat kebisingan, meningkatnya emisi polusi udara yang dapat menurunkan kualitas udara, kerusakan jalan, kemacetan dan meningkatnya kasus kecelakaan lalu lintas. Adapun beberapa upaya dalam masalah trasportasi antara lain: 1. Pengelolaan dan Pengendalian Arus Lalu Lintas Pengelolaan dan pengendalian arus lalu lintas dapat dilakukan dengan Manajemen Lalu Lintas. Manajemen Lalu Lintas yaitu optimasi penggunaan 17

31 prasarana yang ada melalui peredaman atau pengecilan tingkat pertumbuhan lalu lintas. Memberikan kemudahan kepada angkutan yang efisien dalam penggunaan ruang jalan serta memperlancar sistem pergerakan. Bentuk-bentuk tindakan dalam manajemen lalu lintas adalah sebagai berikut: a. Tindakan untuk melancarkan lalu lintas kendaraan. Peningkatan kapasitas pada: - persimpangan dan koordinasi persimpangan - jaringan jalan - jalan-jalan utama Instrumen yang dapat dilakukan antara lain: sistem satu arah, larangan belok kanan pada persimpangan, pengendalian belokan berputar, pengendalian jalan akses, pemasangan sinyal lampu lalu lintas di persimpangan dan koordinasi sinyal-sinyal lampu lalu lintas. b. Tindakan untuk meningkatkan pergerakan manusia. - Tindakan melakukan prioritas pada bus/angkutan umum - Tindakan pada pejalan kaki dan sepeda Instrumen yang dapat dilakukan antara lain: lajur khusus bus, jalur khusus untuk sepeda dan pejalan kaki. c. Tindakan untuk mengendalikan permintaan - Tindakan mengendalikan parkir - Tindakan melakukan pembatasan lalu lintas secara fisik dan fiskal - Pengarahan rute 18

32 Instrumen-instrumen yang dapat dilakukan antara lain: Kawasan Pembatasan Lalu lintas (KPL) dan road pricing. d. Tindakan untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas - Tindakan pembatasan kecepatan - Tindakan dengan pengarahan positif e. Tindakan untuk melindungi lingkungan - Manajemen lingkungan lalu lintas - Tindakan untuk mengatur rute truk dan larangan truk (Rekayasa Lalu Lintas, Universitas Widyagama, 2008) Solusi lainnya dalam pengendalian lalu lintas yaitu dengan pembangunan jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem jaringan jalan yang telah ada dan pembenahan sistem hirarki jalan. Hal ini terutama terlihat pada daerah perbatasan administrasi dengan daerah lain, yang sering terjadi penyempitan jaringan jalan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya koordinasi yang baik antara kedua pemerintah daerah dalam pembangunan sistem jaringan jalan (Tamin, 1997). 2. Mengurangi Polusi Udara Cara terbaik mengurangi polusi udara dari sumber transportasi adalah dengan berusaha mengurangi emisi polusi dari sumbernya. Mengurangi emisi polusi dari sumbernya melalui perbaikan teknologi mengenai masalah lingkungan, seperti pengembangan sistem tenaga penggerak dari listrik, pemakaian bahan bakar minyak nabati dll. Menurut Miller dalam Sukarto (2006), ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara akibat aktivitas kendaraan bermotor yaitu: 19

33 a. Menggalakkan pemakaian sepeda dan mengembangkan sistem angkutan massal (mass rapid transit system) perkotaan. b. Mengurangi kendaraan bermotor (mobil). c. Mengubah mesin kendaraan bermotor. d. Menggunakan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di perkotaan dapat dilakukan dengan berbagai usaha. Beberapa strategi non fiskal diantaranya yaitu: tidak membangun jalan-jalan baru, menyediakan jalur khusus untuk angkutan umum (bis, taksi) dan sepeda khususnya pada jam-jam sibuk/padat lalu lintas, melarang kendaraan bermotor pada beberapa jalan atau pada daerah tertentu. Strategi fiskal dapat diterapkan yaitu dengan mengenakan pajak untuk tempat-tempat parkir kendaraan. 3. Mengurangi Kebisingan Solusi untuk mengurangi kebisingan dari kendaraan bermotor yaitu : a. Mengubah cara kerja dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya. b. Mengisolasi mesin-mesin kendaraan yang menjadi sumber kebisingan. c. Merawat mesin dan secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi rasa bising. Solusi lainnya untuk mengurangi dampak polusi udara dan kebisingan di jalan raya dapat dilakukan dengan cara penanaman pagar tanaman rapat sebagai filter atau penyaring suara, debu, bahkan bau. Sebagai filter suara, pagar hidup yang cukup rimbun dan tinggi dapat meredam kebisingan dari lalu lalang kendaraan bermotor. Daun daun tanaman dapat menangkap polutan polutan di 20

34 sekitarnya. Tanaman yang baik digunakan sebagai penyaring polutan sekaligus mengurangi kebisingan di jalan raya adalah tanaman perdu yang memiliki daun lebar, sehingga dapat menangkap polutan lebih banyak dari udara. Permukaan daun yang berbulu dapat mengakumulasikan polutan lebih banyak dari permukaan daun yang licin. Tanaman yang digunakan sebaiknya adalah tanaman yang mudah menggugurkan daunnya yang tua sehingga akan tumbuh tunas-tunas daun yang baru (Taihuttu, 2001). Upaya pengendalian masalah transportasi tentu memerlukan biaya yang besar dan dalam jangka waktu yang panjang. Rekayasa dan manajemen lalu lintas membutuhkan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan pembangunan jalan atau jalur alternatif baru, seperti contoh yang diperuntukkan untuk jalur truk barang dan atau bus. 2.4 Konsep Contingent Valuation Method Contingent Valuation Method (CVM) digunakan untuk mengetahui nilai atau harga komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin, 1997). Menurut Fauzi (2004) pendekatan CVM pertama kali dikenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan di Miami, Hawai, Amerika Serikat. Pendekatan ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan; kedua, dengan teknik survei. Adapun tujuan dari CVM adalah untuk mengetahui keinginan membayar (Willingness To Pay atau WTP) dari masyarakat atau mengetahui keinginan menerima (Willingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan (Fauzi, 2004). 21

35 2.4.1 Tahapan Contingent Valuation Method Salah satu teknik valuasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Willingness To Pay (WTP). Analisis WTP adalah penilaian sumberdaya alam dan lingkungan dengan memperkirakan seberapa besar seseorang ingin mengeluarkan sejumlah uang untuk upaya pengurangan dampak negatif yang mereka rasakan akibat penurunan kualitas lingkungan. Beberapa tahap dalam penerapan CVM menurut Hanley dan Spash dalam Amanda (2009), yaitu : 1. Membuat Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunakan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh berapa nilai seseorang ingin membayar (WTP), yaitu : a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana responden ditawarkan sebuah nilai yang dimulai dari nilai terkecil sampai nilai terbesar sehingga mencapai nilai WTP maksimum yang diinginkan responden. 22

36 b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut. c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mengindikasikan tipe pembayaran yang diterima responden terhadap sejumlah kerugian. d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka tentang WTP maksimum yang ingin mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. 3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran yang menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai ratarata penawaran. 4. Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses pengkonversian rata-rata penawaran terhadap total populasi. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh : a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan. 23

37 b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N. c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting. 2.5 Pendekatan Biaya Pengobatan dan Pendekatan Produktivitas Dampak perubahan kualitas lingkungan dapat berakibat negatif pada kesehatan, yaitu menyebabkan sekelompok masyarakat menjadi sakit. Tahap pelaksanaannya: 1. Mengetahui adanya gangguan kesehatan yang berimplikasi pada biaya pengobatan dan atau kerugian akibat penurunan produktivitas kerja. 2. Mengetahui biaya pengobatan yang dibutuhkan sampai sembuh. 3. Mengetahui kerugian akibat penurunan produktivitas kerja, misal dengan pendekatan tingkat upah atau harga produk yang dihasilkan. 4. Menghitung total biaya pengobatan dan penurunan produktivitas kerja. Pendekatan produktivitas dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung nilai kerugian akibat keterlambatan yang dialami armada angkutan umum saat melalui Jalan Raya Kasomalang. Perubahan dalam kualitas lingkungan merubah produktivitas. Tahapan pelaksanaannya yaitu: 1. Memastikan bahwa perubahan produktivitas berkaitan dengan perubahan lingkungan yang terjadi. 24

38 2. Menentukan perubahan kuantitas SDA yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu. 3. Mengalikan perubahan kuantitas dengan harga pasar. (Panduan Valuasi Ekonomi SDAL Kementrian Lingkungan Hidup, 2007) 2.6 Kebijakan Transportasi Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Perencanaan kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai persoalan agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang layak. Sedangkan perencanaan transportasi mempunyai sasaran mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman, murah, cepat, dan nyaman serta mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan-jalan dalam kota. Pendekatan secara makro (komprehensif/holistik) mengenai sistem kegiatan transportasi, dapat dilihat pada Gambar 2.1. Sistem Penduduk Sistem Kegiatan Sumber : Haryono Sukarto, 2006 Sistem Pergerakan Sistem Tata Ruang Sistem Prasarana & Sarana Gambar 2.1 Sistem Kegiatan Transportasi 25

39 Pola jaringan jalan dapat mempengaruhi perkembangan tata guna lahan. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Menurut Hobbs (1995), peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan dapat meliputi: 1. Peraturan Kendaraan: pendaftaran kendaraan, kemantapan mesin dan pengujiannya, struktur kendaraan, emisi dan lain-lain. 2. Peraturan Pemakai Jalan: Pemberian Surat Izin Mengemudi, prosedur penyelesaian dan pelaporan kecelakaan, peraturan untuk pengendara sepeda dan pejalan kaki. 3. Peraturan Lalu Lintas dan Sistem Pengaturan: Jenis dan pemakaian perlengkapan atau alat, pembatasan dan pengawasan parkir, penaikan dan penurunan muatan, larangan beserta batasannya. 4. Perlindungan Masyarakat: Pengendalian perencanaan, standar kebisingan lingkungan, polusi udara dan pandangan, pengadaan angkutan umum, lampulampu, penyediaan dan pelayanan informasi, hak-hak dan kompensasi penduduk. 5. Ketetapan Finansial: pengendalian pendapatan dan belanja, pajak-pajak kendaraan, pajak bahan bakar, dan retribusi pemakaian, seperti parkir, pajak jalan, dan pajak-pajak lokal. 6. Pengelolaan dan Pengoperasian Sistem Jalan: Klasifikasi jalan, utilitas umum, pengendalian perawatan, organisasi keselamatan, program publisitas dan partisipasi masyarakat. 26

40 7. Pengendalian Pembangunan Baru: pencarian lahan, perencanaan pelaksanaan, rute-rute baru dan penigkatan jalan, publikasi rencana dan alternatifnya, pastisipasi masyarakat dan pembuatan keputusan. 2.7 Penelitian Terdahulu yang Terkait Anwar (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Nilai Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Berdasarkan Pendekatan Willingness to Pay dan Willingness to Accept di Jalan Lintas Timur Sumatera, mengestimasi nilai ekonomi kerusakan Jalintim Sumatera dari pandangan masyarakat pengguna berbagai jenis kendaraan dan masyarakat sekitar.valuasi ekonomi terhadap lingkungan berdasarkan survei (survei based method) dilakukan dengan mengukur seberapa besar keinginan membayar dan keinginan dibayar (Willingness to Pay/Accept, WTP/WTA) dari masyarakat pengguna berbagai jenis kendaraan untuk menikmati kondisi jalan yang lebih baik (bila terjadi perubahan lingkungan), yaitu perhitungan biaya kehilangan waktu (keterlambatan), biaya sakit (akibat debu), biaya kecelakaan, biaya kebisingan, dan biaya kejengkelan (emosi). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yudha dan Hermawan (2009) yang berjudul Valuasi Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Nasional Di Pantai Utara Jawa, mengetahui nilai kerugian ekonomi akibat dampak fisik dan sosial dari kerusakan jalan. Valuasi kerusakan jalan dilakukan dengan menghitung Biaya Operasional Perjalanan (Non BOK) sedangkan konsep yang dipakai sebagai pendekatan yaitu pendekatan biaya dan keinginan dibayar/membayar. Pendekatan biaya dilakukan pada biaya kecelakaan, biaya kerusakan (biaya kehilangan waktu dan biaya kerusakan barang ) dan pengeluaran tambahan (biaya honor, kutipan, konsumsi pengguna jalan). Sedangkan pendekatan dibayar/membayar dilakukan 27

41 pada biaya emosional dan perhitungan biaya lingkungan. Metode valuasi ekonomi dalam dua metode pilihan, yaitu Valuasi ekonomi berdasarkan biaya (cost based valuation), metode ini digunakan untuk menghitung pengeluaran tambahan dengan persaman: C = K x p x u C = pengeluaran tambahan (Rp/hari) K = jumlah kendaraan yang lewat (unit/hari) yi = pengeluaran tambahan dari responden ke-i (Rp/hari) pi = jumlah responden yang mengeluarkan biaya honor tambahan n = jumlah sampel Sedangkan untuk biaya kecelakaan dan biaya kerusakan barang didapat dengan mengalikan proporsi jumlah kendaraan yang mengalami kecelakaan/ kerusakan barang (%) dengan jumlah lalu lintas kendaraan dalam satu tahun (unit) lalu dikalikan dengan rata-rata biaya akibat kecalakaan/kerusakan barang (Rp/unit). Pengeluaran dihitung dari tiap kelompok responden (masyarakat sekitar jalan dan pengguna jalan). Valuasi ekonomi berdasarkan survei (survei based method) dengan keinginan dibayar/membayar (WTA/WTP) digunakan untuk menghitung biaya lingkungan dan biaya emosional. 28

42 III. KERANGKA PEMIKIRAN Seiring dengan pertumbuhan jumlah industri dan mobilisasi penduduk, tidak dapat dipungkiri bahwa permintaan akan sarana angkutan akan bertambah. Hal ini memicu terjadinya peningkatan volume lalu lintas. Jika peningkatan tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan lalu lintas dan infrastruktur yang baik akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Ruas Jalan Raya Kasomalang adalah salah satu barang publik yang digunakan masyarakat serta berbagai angkutan barang sebagai jalur alternatif untuk keluar dan masuk Kabupaten Subang. Sejalan dengan perkembangan aktivitas ekonomi masyarakat dan adanya peningkatan volume lalu lintas di jalur tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang dapat merugikan masyarakat. Alat transportasi berupa kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya kemacetan, kecelakaan, pencemaran udara, kebisingan dan kerusakan jalan yang kondisinya akan semakin parah seiring dengan peningkatan volume lalu lintas. Nilai kerugian dari dampak negatif kemacetan, penurunan kualitas udara dan kebisingan dihitung, masing-masing dengan menggunakan metode nilai produktivitas, biaya kesehatan dan Willingness to Pay (WTP). Nilai ini merupakan estimasi nilai kerugian masyarakat yang nilainya akan lebih besar apabila tidak dilakukan pengelolaan dan pengawasan jalan. Kajian mengenai realisasi penerapan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang dapat menjadi acuan untuk rekomendasi dan evaluasi kebijakan pemerintah dalam pengelolaan jalan raya. 29

43 Peningkatan Volume Lalu Lintas di Jalan Raya Kasomalang Subang Mobilisasi penduduk dan aktivitas pengangkutan industri ke luar dan ke dalam daerah Subang Konstruksi dan pengelolaan jalan yang tidak disesuaikan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanannya Ekternalitas negatif : -Kerusakan jalan -Kemacetan -Peningkatan kebisingan -Penurunan kesehatan -Peningkatan kasus kecelakaan Mengkaji kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap: -dampak negatif terpenting -perubahan lingkungan Mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat: -Keterlambatan -Penurunan kualitas udara -Peningkatan kebisingan. Analisis Deskriptif - Pendekatan Produktivitas - Pendekatan Biaya Pengobatan -Willingness to Pay (WTP) Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Keterangan: : Tujuan penelitian : Metode yang digunakan Gambar 3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional 30

44 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten Subang. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon, Majalengka dan sekitarnya. Jalur tersebut saat ini cukup padat seiring dengan bertambahnya aktivitas masyarakat menggunakan kendaraan bermotor dan meningkatnya jumlah truk-truk pengangkut barang yang keluar dan masuk Kabupaten Subang. Jalan Raya Kasomalang juga menjadi jalur utama pengangkutan hasil produk dari satu perusahaan air minum dalam kemasan yang berada di dekat lokasi penelitian. Pemilihan lokasi tersebut ditentukan secara sengaja (purposive). Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Mei-Juli Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dan penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner. Sementara data sekunder diperoleh melalui studi pustaka seperti jurnal, dokumen dari perusahaan maupun instansi terkait dan lain-lain. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

45 Tabel 4.1 Kebutuhan Data Sasaran Macam Data Sumber Instansi -Data kependudukan -Kondisi infratruktur transportasi, Gambaran lokasi penelitian Fakta mengenai kondisi Jalan Raya Kasomalang Jenis kerugian yang ditimbulkan Nilai kerugian akibat adanya kemacetan, penurunan kualitas udara dan kebisingan Pelaksanaan kebijakan - Data peningkatan volume lalu lintas dan aktivitas yang mempengaruhinya - Jumlah kasus pasien ISPA dari tahun ke tahun - Jumlah kasus kecelakaan di sekitar jalur - Persepsi warga terhadap dampak negatif yang ditimbulkan akibat peningkatan volume lalu lintas dan perubahan lingkungan - Pendapatan pengemudi elf dan perubahan waktu tempuh - Biaya pengobatan ISPA - Pendekatan willingness to pay masyarakat untuk upaya meminimalisir kebisingan -Realisasi dan kendala pelaksanaan peraturan perundangan tentang pengelolaan jalan -Perundang-undangan terkait pengelolaan jalan 4.3 Metode Pengambilan Sampel Data sekunder dan survei lapang -Kantor Kecamatan -Dokumen perusahaan Data sekunder - Puskesmas Jalan Cagakdan Kasomalang - Polsek Jalan Cagak - Dokumen perusahaan Data primer Data primer Data primer (wawancara) & Data sekunder -Dishub Kabupaten, -Bina Marga Provinsi dan Kabupeten Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan responden yang ditentukan dengan teknik random purposive sampling. Sampel penelitian dibagi berdasarkan kelompok responden pengguna jalan dan masyarakat sekitar jalan. Pengguna jalan yaitu antara lain pengemudi angkutan umum, pengendara kendaraan pribadi dan penumpang angkutan umum, yang masing-masing berjumlah 20 responden. Responden lainnya berasal dari masyarakat sekitar Jalan Raya Kasomalang sejumlah 20 responden. Untuk analisis persepsi masyarakat mengenai perubahan lingkungan dan dampak negatif akibat peningkatan volume lalu lintas digunakan seluruh sampel yaitu sebanyak 80 responden. Sedangkan untuk analisis nilai kerugian masyarakat, digunakan sampel sebanyak 40 32

46 responden, yaitu 20 responden pengemudi angkutan umum untuk analisis nilai kerugian angkutan umum akibat keterlambatan/kemacetan dan 20 responden untuk analisis nilai kerugian masyarakat akibat polusi udara dan kebisingan. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh selanjutnya diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel. Tabel 4.2 Matriks Keterkaitan Tujuan, Sumber Data dan Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Metode Jenis Data Sumber Data Analisis Data 1. Mengidentifikasi perubahan lingkungan dan dampak negatif yang ditimbulkan dari adanya peningkatan volume lalu lintas. Data primer (wawancara) Analisis Deskriptif Perubahan lingkungan Persentase Dampak negatif terpenting dari tiap kelompok responden 2. Menghitung nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang Data primer (wawancara) 3 Mengkaji kebijakan pemerintah Data primer mengenai pengelolaan jalan di Jalan (wawancara) Raya Kasomalang dan sekunder Analisis Deskriptif -Analisis Nilai Produktiitas -Biaya Pengobatan dan -Wllingness to Pay Analisis deskriptif dan studi literatur Pendapatan yang hilang dan biaya yang dikeluarkan responden digunakan untuk mengestimasi nilai kerugian masyarakat Realisasi dan kendala penerapan kebijkan terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang Analisis deskriptif dalam penelitian digunakan untuk menganalisis persepsi responden mengenai dempak negatif yang ditimbulkan dari adanya peningkatan volume lalu lintas dan perubahan kondisi lingkungan yang dirasakan masyarakat. Begitu pula untuk mengkaji kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang. Realisasi dan kendala penerapan kebijakan terkait pengelolaan jalan menurut aturan perundangan dianalisis secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk matrik. 33

47 4.4.2 Nilai Kerugian 1. Analisis Produktivitas Analisis produktivitas dapat digunakan untuk menilai kerugian dari adanya keterlambatan angkutan umum yang melintasi Jalan Raya Kasomalang. Keterlambatan tersebut berimplikasi pada penurunan pendapatan. Pendapatan per hari dikonversi ke dalam rupiah per jam, lalu dicari nilai rupiah dari rata-rata keterlambatan. Nilai keterlambatan dikalikan dengan berapa kali angkutan melalui ruas jalan tersebut. Satu rit berarti dua kali melalui ruas jalan. =.. x jumlah rit x 2 Total nilai kerugian akibat keterlambatan = jumlah armada elf x nilai kerugian 2. Biaya Kesehatan Nilai kerugian akibat penurunan kualitas udara, diperoleh dengan menghitung biaya kesehatan. Nilai kerugian dapat dihitung dengan mengalikan jumlah masyarakat Kecamatan Kasomalang yang diduga dapat terkena efek langsung dari lalu lintas (masyarakat yang bermukim dalam jarak 15 meter dari ruas jalan) dengan rataan biaya berobat yang ditanggung masyarakat untuk sekali pengobatan ISPA tanpa Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Total nilai kerugian akibat peningkatan debu jalan = n penderita x rata-rata biaya 3. Willingness to Pay Pihak responden tidak memiliki hak kepemilikan (property right) atas barang publik. Barang publik yang dibahas pada bagian ini yaitu lingkungan yang tenang dan udara bersih. Nilai kerugian akibat kebisingan didapat dengan 34

48 mengetahui nilai Willingness to Pay (WTP) masyarakat, bukan Willingness to Accept (WTA). Untuk kasus barang publik, sulit untuk menentukan siapa yang wajib mengeluarkan kompensasi dan siapa yang berhak mendapatkan kompensasi atas suatu eksternalitas berupa kebisingan dari aktivitas lalu lintas. Nilai kerugian akibat kebisingan didapat dengan mengetahui nilai WTP masyarakat sekitar Jalan Raya Kasomalang untuk sejumlah upaya yang disampaikan dalam skenario. Penawaran akan lingkungan yang tenang dan sehat dari pemerintah menjadi insentif bagi masyarakat untuk mengeluarkan sejumlah biaya dalam penyediaanya. Nilai WTP dari masyarakat Kecamatan Kasomalang di sepanjang jalan raya dianalisis dengan menggunakan pendekatan CVM. Adapun tahap-tahap pelaksanaanya adalah sebagai berikut : a. Membuat Pasar Hipotetik Untuk dapat menggunakan WTP dalam mengukur penurunan kualitas lingkungan, maka perlu dibentuk pasar hipotesis penurunan kualitas lingkungan yang dirasakan oleh masyarakat. Dalam upaya pelestarian lingkungan dan perbaikan infrastruktur diperlukan anggaran, untuk pembangunan dan pemeliharaanya. Selanjutnya, pasar hipotetik akan dituangkan dalam bentuk skenario berikut: SKENARIO Dampak negatif dari peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang saat ini dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat yang bertempat tinggal dan beraktivitas di sepanjang jalan raya. Beberapa dampak negatif tersebut di antaranya yaitu peningkatan kebisingan dan debu di udara. 35

49 Upaya untuk meminimalisir dampak negatif terhadap masyarakat yang bermukim di pinggir jalan raya dapat dilakukan dengan penanaman dan perawatan pagar tanaman rapat untuk mengurangi kadar polutan di udara juga mengurangi intensitas kebisingan. Namun kegiatan tersebut membutuhkan partisipasi aktif masyarakat dengan penarikan sejumlah dana. Berdasarkan informasi tersebut responden mengetahui gambaran situasi hipotetik mengenai upaya meminimalisir dampak negatif terpenting yang mereka rasakan. b. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Survei dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan bantuan kuisioner. Secara individu, responden masyarakat Kecamatan Kasomalang sepanjang jalan ditanya besarnya nilai rupiah maksimum yang dapat mereka keluarkan untuk upaya yang telah dijelaskan dalam skenario. Wawancara ini bersifat open-ended question dengan menanyakan langsung kepada responden tanpa ada penawaran sebelumnya c. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan Rataan WTP dihitung dengan rumus : dimana : EWTP = Dugaan rataan WTP W i = Nilai WTP ke-i n = Jumlah responden i = Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2,..., n) 36

50 d. Menjumlahkan Data Setelah menduga nilai rata-rata WTP maka selanjutnya diduga nilai total WTP dari masyarakat dengan menggunakan rumus : dimana : TWTP = Total WTP WTP i = WTP individu sampel ke-i n i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP N = Jumlah sampel P = Jumlah Populasi i = Responden ke-i yang bersedia membayar ( i = 1, 2,..., n ) Kebijakan dalam Pengelolaan Jalan Raya Analisis kebijakan pemerintah dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkaji realisasi dan kendala pengelolaan jalan dan lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Kemudian mengevaluasi serta merekomendasikan kebijakan berupa manajeman lalu lintas yang mengacu pada peraturan perundangan. Analisis dirangkum ke dalam sebuah matrik. Undang-undang yang menjadi acuan kebijakan adalah undang-undang atau peraturan lalu lintas jalan yang mengandung tujuh kategori dalam studi literatur Perencanaan dan Teknis Lalu Lintas oleh Hobbs (1995). Kategori tersebut yaitu: a. Peraturan kendaraan; b. Peraturan pemakai jalan; c. Peraturan lalu lintas dan sistem pengaturan; d. Perlindungan masyarakat; e. Ketetapan finansial; f. Pengelolaan dan Pengoperasian sistem jalan; g. Pengendalian pembangunan baru. Undang-undang yang menjadi referensi antara lain: PP Kabupaten Subang No.2 tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang, UU No.22 tahun 2009 dan UU No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. 37

51 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang menghubungkan Kecamatan Jalan Cagak dengan Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Jalur tersebut menghubungkan antara Kabupaten Subang dengan Kabupaten Sumedang, mempunyai kontribusi yang besar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditi perdagangan. Ruas jalan ini juga sebagai jalan alternatif penghubung antara Kota Jakarta dan Kota Bandung. Jalan Raya Kasomalang melewati perkebunan teh dan nanas, permukiman penduduk, Pasar Kasomalang dan juga melawati pinggiran Sungai Cipunagara. Jalan Raya Kasomalang memiliki tipe dua jalur-dua arah tak terbagi (2/2 UD). Jalan Raya Kasomalang berfungsi sebagai jalan Kolektor Sekunder yang melayani pergerakan dari Subang ke Jakarta dan Kabupaten Sumedang, termasuk kelas jalan III A dengan kondisi geometrik berupa alinyemen vertikal dan horizontal yaitu tanjakan, turunan dan tikungan (Dokumen Amdal Lalu Lintas Tirta Investama, 2010). Jalan Raya Kasomalang merupakan jalur alternatif untuk menuju daerah di luar Kabupaten Subang. Ruas jalan yang terbatas tersebut banyak dilalui truk-truk barang dan mobil-mobil pribadi yang menuju Kota Sumedang, Cirebon dan sekitarnya. Jalan Raya Kasomalang melewati tiga desa di Kecamatan Kasomalang, yaitu Desa Kasomalang Kulon, Kasomalang Wetan dan Desa Sindangsari. Panjang jalan provinsi yang melewati tiga desa tersebut adalah sepanjang 10,5 km. Desa Kasomalang Kulon dilalui oleh Jalan Raya Kasomalang (jalan 38

52 provinsi) dengan kilometer terpanjang. Desa dengan jumlah dan tingkat perkembangan penduduk terbesar pada tahun 2010 adalah Desa Sindangsari. Tabel 5.1 Tiga Desa di Kecamatan Kasomalang yang Dilintasi Jalan Raya No Desa Tk kemiringan Jml Jml Perkembangan Pjg Jalan tanah Pddk KK Pddk Th Provinsi 1 Kasomalang km Kulon 2 Kasomalang km Wetan 3 Sindangsari ,5 km Sumber: Data Administrasi Desa, 2010 Selain itu, Jalan Raya Kasomalang merupakan jalur angkutan umum dengan trayek Pamanukan-Jalan Cagak-Kasomalang, yang menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Subang terdapat 45 armada. 5.2 Karakteristik Responden Masyarakat sekitar jalan raya yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Kasomalang yang bertempat tinggal pada radius 15 meter dari pinggir jalan dengan populasi 766 jiwa (220KK). Menurut komposisi jenis kelamin, responden masyarakat sekitar jalan raya sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Kisaran umur responden antara tahun. Tingkat pendidikan responden bervariasi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi, namun sebagian besar berpendidikan SMA. Jenis pekerjaan responden juga bervariasi mulai dari perdagangan, industri maupun jasa-jasa lainnya. Jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar

53 Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 5.1 Profil Pekerjaan Responden Masyarakat Sekitar Jalan Sebagian besar responden masyarakat sekitar jalan raya berprofesi sebagai pedagang. Tingkat pendapatan responden umumnya diantara Rp ,00 sampai Rp ,00 per bulan. Profil pendapatan responden masyarakat sekitar jalan dapat dilihat pada Gambar 5.2 Sumber: Diolah dari data Primer, 2011 Gambar 5.2 Profil Pendapatan Responden Masyarakat Sekitar Jalan Responden lainnya dalam penelitian ini adalah pengguna jalan. Seluruh responden pengemudi angkutan umum berjenis kelamin laki-laki dengan kisaran umur antara 33 tahun sampai dengan 64 tahun. Pengalaman mengemudi angkutan antara 10 hingga 20 tahun. Responden penumpang angkutan umum sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Responden terbanyak dari pengemudi dan penumpang angkutan umum berusia antara tahun. Seluruh responden 40

54 pengendara kendaraan pribadi berjenis kelamin laki-laki, responden terbanyak dari pengendara kendaraan pribadi berusia antara Grafik profil sosial responden pengguna jalan berdasarkan tingkat usia dapat dilihat pada Gambar 5.3a. Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 5.3a Jumlah Responden Pengguna Jalan Berdasarkan Usia Tingkat pendidikan responden pengguna jalan mulai dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Pada ketiga kelompok responden pengguna jalan, jumlah terbanyak adalah responden dengan pendidikan terakhir SMA. Profil sosial responden pengguna jalan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 5.3b. Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 5.3b Jumlah Responden Pengguna Jalan Berdasarkan Tingkat Pendidikan 41

55 Jenis pekerjaan responden pengguna jalan juga bervariasi, mulai dari pertanian, perdagangan, industri maupun jasa-jasa lainnya. Jenis pekerjaan responden pengendara kendaraan pribadi sebagian besar adalah pedagang sedangkan responden penumpang angkutan umum sebagian besar bekerja sebagai buruh tani. Profil sosial responden pengguna jalan berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 5.3c. Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 5.3c Jumlah Responden Pengguna Jalan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tingkat pendapatan responden pengemudi angkutan umum dan penumpang angkutan umum sebagian besar di bawah Rp ,00 per bulan. Sedangkan responden terbanyak dari pengendara kendaraan pribadi adalah responden dengan tingkat pendapatan antara Rp ,00 - < Rp ,00 per bulan. Profil ekonomi responden pengguna jalan dapat dilihat pada Gambar

56 Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 5.4 Tingkat Pendapatan Responden Pengguna Jalan 5.3 Kualitas Udara Ambien di Sekitar Ruas Jalan Raya Kasomalang Data pencemar udara ambien disekitar Jalan Raya Kasomalang didapat dari data sekunder. Pengukuran pencemar udara, suara atau kebisingan serta kebauan dari aktivitas kendaraan di sepanjang jalan raya dilakukan pada dua lokasi. Lokasi pertama yaitu permukiman penduduk pada satu sisi ruas Jalan Raya Kasomalang yang dekat dengan pabrik Air Minum dalam Kemasan (AMDK) dan lokasi ke-dua yaitu area parkir truk pengangkut AMDK di Kecamatan Kasomalang. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat No /SK/694-BKPMD/82. (Tabel 5.2) 43

57 Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien di Sekitar Jalur I. Pencemar Udara No Paramater Satuan Baku mutu Hasil Pengujian KIMIA U1 U2 1 NO 2 µg/nm < 4 < 4 2 SO 2 µg/nm CO µg/nm ,8 503,1 4 O 3 µg/nm ,7 84,5 5 H 2 S µg/nm 3 40 < NH 3 µg/nm < 880 < Pb µg/nm 3 2 0,35 8 Debu (TSP) µg/nm ,3 40 II. Kebisingan dba 55 60,9-68,9 56,1-61,2 Keterangan : I : Sampling dilakukan selama 1 jam II : Sampling dilakukan setiap 5 detik 10 menit U1 : Pangkalan Truk AMDK Desa Kasomalang, Kecamatan Kasomalang U2 : Pemukiman penduduk Desa Darmaga, Kecamatan Cisalak Sumber : Lab Pegendalian Kualitas Lingkungan PDAM Kota Bandung, 2009 Secara kesuluruhan, zat pencemar udara hasil pencatatan pada tahun 2009 masih di bawah baku mutu. Namun, kadar debu (TSP) yang mencapai 191,3 µg/nm 3 hampir mendekati nilai baku mutu yaitu sebesar 230 µg/nm 3. Hasil pengujian kebisingan yang tercatat sebesar 56,1-68,9 dba. Nilai ini telah melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu 55 dba. Kadar pencemar udara dan intensitas kebisingan di sekitar ruas Jalan Raya Kasomalang kemungkinan besar telah meningkat saat ini. 44

58 VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per satuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah gerakan yang dihitung dalam penelitian ini hanya meliputi beberapa macam moda lalu lintas, seperti: truk besar, truk sedang dan pick up, elf, bus luar kota, mobil pribadi, serta motor yang keluar dan masuk jalur tersebut. Survei lapang dilakukan untuk menghitung rata-rata persentase kontribusi jenis kendaraan yang melalui ruas Jalan Kasomalang. Survei dilakukan dua hari pada hari biasa selama enam jam setiap harinya.hasil survei dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Persentase Jenis Kendaraan yang Melalui Ruas Jalan Kasomalang Waktu Kendaraan Hari ke 1 Hari ke 2 Kendaraan /jam % Kontribusi Volume/Jam WIB Truk besar ,25 6,22 Truk angkutan lain ,75 20,09 Angkutan Umum ,25 10,54 Bis luar kota ,5 3,06 Mobil Pribadi ,5 13,15 Motor ,25 46, WIB Truk besar ,5 10,69 Truk angkutan lain ,75 20,92 Angkutan Umum ,97 Bis luar kota ,25 2,99 Mobil Pribadi ,75 18,39 Motor ,75 39, WIB Truk besar ,75 Truk angkutan lain ,75 12,74 Angkutan Umum ,75 5,53 Bis luar kota ,75 3,99 Mobil Pribadi ,5 22,91 Motor ,5 46,07 Sumber: Hasil Analisis Data Survei,

59 Sumber: Hasil analisis, 2011 Gambar 6.1 Komposisi Kendaraan Per Jam Persentase kontribusi rata-rata tiap jenis kendaraan terhadap volume lalu lintas didapat dengan perhitungan sederhana. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar 6.1 yang secara berurutan persentase terbesar pertama motor, terbesar kedua truk sedang dan pick up, mobil pribadi, truk besar, elf dan yang terakhir bus luar kota. Menurut keterangan Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, jumlah angkutan umum yang melewati ruas Jalan Raya Kasomalang dengan trayek Pamanukan-Jalan Cagak-Tanjung Siang hampir sama tiap tahunnya. Demikian pula dengan jumlah bus luar kota. Jenis kendaraan yang mengalami peningkatan secara signifikan tiap tahunnya adalah sepeda motor, mobil pribadi, truk pengangkut barang, baik yang berukuran besar, sedang maupun jenis pick up seiring dengan peningkatan kebutuhan dan aktivitas ekonomi masyarakat. Peningkatan jumlah kendaraan yang berlalu lalang di ruas jalan tersebut berkontribusi besar terhadap peningkatan volume lalu lintas, di Jalan Raya Kasomalang. Adanya pabrik air minum dalam kemasan berskala besar yang 46

60 beroperasi sejak tahun 2000 juga berpengaruh terhadap peningkatan volume lalu lintas. Menurut data Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) PT.Tirta Investama (2009), mobilisasi pekerja industri tersebut mencapai 544 unit motor, truk besar 286 unit per hari (13 truk/jam) dan pick up 31 unit per hari (2 truk/jam). Menurut masyarakat Kecamatan Kasomalang, jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalur tersebut terus meningkat. Pada dokumen AMDAL PT Tirta Investama (2010) terdapat data volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang yang mengalami peningkatan. Volume lalu lintas di hari libur pada tahun 2009 sebesar 4.458,45 smp/jam dan meningkat menjadi smp/jam pada tahun Volume lalu lintas di hari kerja pada tahun 2009 sebesar 2.079,75 smp/jam dan meningkat menjadi 2.246,13 smp/jam pada tahun Selain pengaruh geometri jalan, setiap jenis kendaraan memiliki karakteristik pergerakan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam perencanaan lalu lintas digunakan suatu satuan yang disebut Satuan Mobil Penumpang (smp/jam). 6.2 Dampak Aktivitas Lalu Lintas terhadap Kualitas Lingkungan di Jalan Raya Kasomalang Dampak negatif aktivitas lalu lintas terhadap lingkungan antara lain: polusi udara, kepadatan lalu lintas/kemacetan, peningkatan kebisingan, menurunnya kualitas fisik jalan, dan kecelakaan lalu lintas. Nilai kerugian yang diestimasi adalah nilai kerugian akibat dampak negatif kemacetan, polusi udara dan kebisingan. Apabila peningkatan volume lalu lintas terus berlangsung tanpa upaya penyesuaian kebutuhan pelayanan jalan oleh pemerintah, maka dampak negatif tersebut akan terus meningkat dan semakin merugikan masyarakat. 47

61 6.2.1 Pencemaran Udara Menurut hasil pencatatan yang dilakukan oleh Laboratorium Pegendalian Kualitas Lingkungan PDAM Kota Bandung tahun 2009, kadar Pencemar Udara NO 2, SO 2, CO, Pb, debu (TSP), O 3, H 2 S dan NH 3 pada pengukuran tahun 2009, di kedua lokasi, yaitu di pangkalan truk pengangkut air minum dalam kemasan Desa Kasomalang Kulon dan pemukiman penduduk Desa Darmaga masih di bawah nilai ambang batas. Namun, kadar debu (TSP) mencapai 191,3 µg/nm 3, hampir mendekati nilai baku mutu yaitu 230 µg/nm 3. Kadar zat pencemar, baik di area pangkalan truk AMDK maupun di lokasi lainnya, sangat mungkin telah meningkat saat ini. Hal tersebut akibat peningkatan aktivitas transportasi masyarakat dan industri yang melalui Jalan Raya Kasomalang. Walaupun konsentrasi polutan lainnya masih di bawah nilai ambang batas, namun jika keteterpaparan berlangsung lama dan terus menerus, maka dapat menyebabkan beberapa penyakit bagi manusia. Menurut keterangan narasumber dari Puskesmas Jalan Cagak Kabupaten Subang, beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh bahan pencemar di udara antara lain: penyakit mata, penyakit kulit, ISPA, Tuberkulosis paru dan diare. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) Kebisingan Meningkatnya kepadatan lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang, menyebabkan getaran dan kebisingan sepanjang pinggir jalan tersebut. Walaupun masyarakat sudah terbiasa dengan kebisingan, namun kebisingan tersebut tetap mengganggu dalam melakukan aktivitas sehari-sehari seperti berkomunikasi, 48

62 menonton TV dan istirahat. Hal tersebut tidak dapat dihindari, karena jalan digunakan secara rutin dan selalu ramai. Jenis kebisingan akibat lalu lintas jalan raya dikategorikan sebagai bising terputus-putus (intermittent noise). Kebisingan sepanjang jalan raya Kasomalang pada pengujian tahun 2009 berada pada rentang angka 56,1-68,9 dba. Pengujian dilakukan setiap lima detik selama sepuluh menit. berada Angka ini telah melebihi ambang standar kebisingan di wilayah permukiman yaitu 55 dba. Kebisingan tersebut dapat dirasakan oleh penduduk hingga jarak 15 meter dari jalan raya. Menurut teori, jika manusia terpapar intensitas suara pada angka dba dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung. Jika berlangsung terus-menerus dapat meningkatkan kemungkinan sakit jantung dan pembuluh darah Penurunan Kualitas Fisik Jalan, Kemacetan dan Kecelakaan Lalu Lintas Dampak negatif lainnya dari peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang adalah kerusakan jalan. Kerusakan Jalan Raya Kasomalang disebabkan oleh aktivitas mobilisasi masyarakat yang cukup tinggi dan adanya kendaraan yang melewati batas tonase seperti truk angkutan air minum dalam kemasan yang beroperasi selama 24 jam setiap hari. Kondisi jalan mengalami kerusakan yang cukup cepat, terlebih pada sisi jalan arah Subang, yang juga digunakan oleh truk pengangkut AMDK pada saat muatan penuh. Peningkatan volume lalu lintas berdampak pada tingkat kepadatan jalan raya. Jalan yang rusak semakin memperlambat kecepatan para pengendara kendaraan bermotor. Terlebih lagi truk besar yang melalui jalur tersebut menghambat pengendara kendaraan bermotor di belakangnya, karena ukurannya 49

63 yang menghabiskan lebar jalan. Angkutan seringkali melambat dikarenakan jalan yang rusak, juga pada saat jalan menanjak. Semakin besar arus lalu lintas akan mengakibatkan semakin menurunnya kecepatan perjalanan. Hal ini semakin memicu terjadinya keterlambatan atau kemacetan. Menurut hasil catatan kinerja jaringan jalan, kecepatan jaringan ruas Jalan Raya Kasomalang pada tahun 2009 yaitu 38,6 km/jam dan turun menjadi 30,3 km/jam pada tahun Kemampuan jaringan jalan dalam menampung beban pergerakan yang terjadi dapat dicerminkan dalam bentuk Volume Capacity Ratio (VCR). VCR merupakan perbandingan antara besarnya volume lalu lintas yang menggunakan jalan dengan kapasitas jalan. Besarnya nilai VCR menggambarkan apakah volume lalu lintas telah melampaui kapasitasnya atau belum. Kapasitas jaringan Jalan Raya Kasomalang pada tahun 2010 tercatat sebesar 2.808,8 smp/jam (Dinas Perhubungan, 2010). Jika diketahui volume lalu lintas pada hari kerja di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 2.246,13 smp/jam, maka V/C rasio pada hari kerja di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 0,79 0,8, yang berarti masih di bawah kapasitas (under capacity: 0,85). Sedangkan pada hari libur, volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 diketahui sebesar smp/jam. Maka V/C rasio pada hari libur di Jalan Raya Kasomalang tahun 2010 sebesar 1,71, yang berarti melebihi kapasitas ( over capacity: >1,00). Dampak tidak langsung dari adanya peningkatan volume lalu lintas disertai dengan manajemen lalu lintas yang tidak optimal, salah satunya yaitu peningkatan kasus kecelakaan lalu lintas. Berikut data kecelakaan lalu lintas dikawasan Cijambe-Jalan Cagak-Kasomalang-Ciater yang tercatat di Polsek Kecamatan Jalan Cagak dari tahun 2007 hingga Mei

64 Tabel 6.2 Jumlah Kasus dan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Jalur Barat Keterangan Tahun s/d Mei 2011 Total kejadian Meninggal dunia Luka ringan Luka berat Jumlah korban Sumber: Polsek Kecamatan Jalan Cagak Jumlah korban kecelakaan lalu lintas semakin bertambah tiap tahunnya. Menurut data register pasien Puskesmas Jalan Cagak terdapat 271 jiwa korban kecelakaan lalu lintas (KLL) pada periode Januari hingga Mei Adapun menurut catatan Kantor Polsek Jalan Cagak, pada periode Januari hingga Mei 2011 tercatat 62 jiwa korban kecelakaan lalu lintas. Perbedaan data korban kecelakaan lalu lintas tersebut dikarenakan adanya kecelakaan lalu lintas yang tidak tertangani di kantor polisi. Jika peningkatan volume lalu lintas disertai dengan manajemen lalu lintas yang baik, maka dampak negatif seperti kecelakaan lalu lintas dapat dikendalikan. Selain pengadaan rambu-rambu dan marka jalan, fasilitas pendukung seperti alat pengendali kecepatan kendaraan juga sangat diperlukan dalam upaya mencegah KLL. Pengaturan lalu lintas merupakan salah satu upaya dalam manajeman lalu lintas. Menurut Hobbs (1995), jika dibandingkan dengan menggunakan lampu lalu lintas, rambu Stop, rambu beri jalan dan tanpa pengaturan, pengaturan lalu lintas dengan menggunakan jasa petugas lebih efektif untuk mencegah kecelakaan lalu lintas. 51

65 VII. PERSEPSI DAN NILAI KERUGIAN MASYARAKAT 7.1 Persepsi Masyarakat Peningkatan volume lalu lintas dipicu oleh banyaknya kegiatan ekonomi masyarakat, baik dari mobilisasi perorangan maupun angkutan dari berbagai macam usaha. Melalui wawancara, masyarakat diberikan pandangan mengenai dampak negatif peningkatan volume lalu lintas seperti kerusakan jalan, kemacetan, polusi udara, kebisingan dan kecelakaan. Responden juga diminta untuk membandingkan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah adanya peningkatan volume lalu lintas Persepsi Masyarakat Mengenai Perubahan Lingkungan Akibat Peningkatan Volume Lalu Lintas Analisis perubahan lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas dilakukan dengan mendeskripsikan penilaian responden (pengemudi angkutan umum, pengendara kendaraan pribadi, penumpang angkutan umum, masyarakat sekitar) mengenai kondisi jalan, waktu tempuh perjalanan, peningkatan debu, dan kebisingan di Jalan Raya Kasomalang. Hasil berupa angka didapat dengan cara merata-ratakan penilaian masyarakat terhadap perubahan lingkungan. Peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang mulai terjadi pada tahun Menurut masyarakat, hal ini sejalan dengan bertambahnya kepemilikan kendaraan bermotor dan mulai beroperasinya pabrik air minum dalam kemasan di Kecamatan Cisalak. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebelum tahun 2000, proporsi Jalan Raya Kasomalang dengan kondisi baik masih 90,06 persen. Pada tahun 2000 hingga sekarang, sejalan dengan terjadinya peningkatann volume lalu lintas, 52

66 kondisi jalan raya yang baik berkurang menjadi 31,85 persen. Terjadi peningkatan proporsi jalan raya yang mengalami kerusakan sebesar 58,21persen. Sebelum tahun 2000 perjalanan sepanjang Jalan Raya Kasomalang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 14,25 menit. Setelah terjadi peningkatan volume lalu lintas yang terjadi pada tahun 2000 hingga sekarang, waktu tempuh perjalanan sekitar 32,62 menit. Terjadi penambahan waktu tempuh perjalanan sepanjang Jalan Raya Kasomalang yaitu 18,37 menit. Selain penambahan waktu tempuh juga terjadi peningkatan polusi udara dan kebisingan akibat peningkataan volume lalu lintas sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. (Tabel 7.1) Tabel 7.1 Kondisi Lingkungan Jalan Raya Kasomalang Sebelum dan Sesudah Terjadi Peningkatan Volume Lalu Lintas Menurut Persepsi Masyarat Jenis Sebelum Sesudah 1 Kondisi jalan Sebesar 90,06% panjang Jalan Raya Kasomalang dalam kondisi baik. Responden juga menyatakan bahwa, sebelumnya Jalan Raya Kasomalang adalah jalan dengan kondisi paling baik, dibanding dengan jalan raya menuju Kabupaten Sumedang. 2 Waktu tempuh perjalanan sepanjang Jalan Raya Ksaomalang Perjalanan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 14,25 menit. 3 Polusi udara Kondisi sekitar jalan raya cukup sejuk. 4 Kebisingan Kebisingan di jalan raya dirasa tidak mengganggu dan masih dalam taraf biasa. Sumber: Hasil Wawancara, 2011 Panjang Jalan Raya Kasomalang dengan kondisi baik, berkurang menjadi 31,85% bagian. Saat ini waktu tempuh sekitar 32,62 menit. Debu jalan yang terasa semakin meningkat dan udara yang membuat sesak. Kebisingan di jalan raya semakin mengganggu. 53

67 7.1.2 Persepsi Masyarakat Mengenai Dampak Negatif Peningkatan Volume Lalu Lintas Analisis persepsi masyarakat mengenai dampak negatif peningkatan volume lalu lintas ini dinyatakan dalam persentase. Responden dalam tiap kelompoknya yaitu masyarakat sekitar jalan, penumpang angkutan umum, pengemudi angkutan umum dan pengendara kendaraan pribadi memilih antara lima dampak negatif peningkatan volume lalu lintas (kerusakan jalan, kemacetan, kecelakaan, polusi udara dan kebisingan) yang merupakan dampak negatif paling mengganggu. Dari 20 responden masyarakat sekitar jalan raya, diperoleh data bahwa 40 persen responden menyatakan kebisingan merupakan dampak negatif yang paling mengganggu, 25 persen memilih kecelakaan dan 25 persen lainnya memilih kerusakan jalan. Sisanya 10 persen responden masyarakat sekitar jalan menyatakan polusi udara sebagai dampak negatif yang paling mengganggu. Persepsi responden masyarakat sekitar mengenai dampak negatif terpenting dari peningkatan volume lalu lintas dapat dilihat pada Gambar 7.1a. Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 7.1a Persepsi Responden Masyarakat Sekitar Jalan 54

68 Penumpang angkutan umum melakukan perjalanan ke luar daerahnya antara lain dari dan ke Kecamatan Tanjungsiang, Cisalak, Kasomalang, Jalan Cagak, Subang dan Pamanukan. Responden menyebutkan kelima dampak negatif tersebut sangat mengganggu, bertambah parah karena goncangan angkutan umum yang sudah tua melaju di sepanjang jalan yang hampir seluruhnya rusak. Dari 20 respoden penumpang angkutan umum, sebesar 70 persen responden penumpang angkutan umum memilih kerusakan jalan sebagai dampak negatif yang paling mengganggu dan 30 persen memilih kecelakaan. Persepsi responden penumpang angkutan umum mengenai dampak negatif terpenting dari peningkatan volume lalu lintas dapat dilihat pada Gambar 7.1b. Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 7.1b Persepsi Responden Penumpang Angkutan umum Sebesar 60 persen responden pengemudi angkutan umum memilih kemacetan sebagai dampak negatif yang paling mengganggu, 25 persen responden menyatakan kerusakan jalan yang sangat cepat, dan 15 persen responden memilih kecelakaan. Persepsi responden pengemudi angkutan umum mengenai dampak negatif terpenting dari peningkatan volume lalu lintas dapat dilihat pada Gambar 7.1c. 55

69 Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 7.1c Persepsi Responden Pengemudi Angkutan Umum Responden pengendara kendaraan pribadi menyatakan bahwa kepadatan lalu lintas tidak terlepas dari kontribusi angkutan barang lain. Namun ukuran truk barang berukuran besar yang sering melintas tidak sesuai dengan ukuran jalan sangat mengganggu dan menyebabkan meningkatnya kemacetan di jalur tersebut. Dari 20 responden pengendara kendaraan pribadi, sebesar 50 persen responden pengendara kendaraan pribadi menyatakan kemacetan merupakan dampak negatif yang paling mengganggu, 35 persen responden memilih kerusakan jalan dan 15 persen responden memilih kecelakaan. Persepsi responden pengendara kendaraan pribadi mengenai dampak negatif terpenting dari peningkatan volume lalu lintas dapat dilihat pada Gambar 7.1d. 56

70 Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Gambar 7.1d Persentase Dampak Negatif Terpenting dari Responden Pengendara Kendaraan Pribadi 7.2 Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Nilai kerugian yang diprediksi dalam penelitian ini adalah nilai kerugian yang berasal dari dampak negatif peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Tiga parameter kerugian yang dihitung yaitu: 1) Nilai kerugian dari keterlambatan yang dialami para pengemudi angkutan umum; 2) Nilai kerugian masyarakat sekitar jalan dari penurunan kualitas udara akibat peningkatan debu di jalan dan 3) Nilai kerugian masyarakat sekitar jalan akibat peningkatan kebisingan. Nilai yang didapat merupakan sebagian kerugian (nilai kerugian parsial) yang diderita masyarakat dan pengguna jalan akibat peningkatan volume lalu lintas Nilai Produktivitas Peningkatan volume lalu lintas pada ruas jalan dengan kondisi yang kurang baik menyebabkan kemacetan dan peningkatan waktu tempuh. Salah satu pengguna jalan yang sangat dirugikan adalah angkutan umum trayek Pamanukan- Jalan Cagak-Tanjungsiang. Keterlambatan tersebut menyebabkan kerugian berupa 57

71 penurunan produktivitas. Pada Tabel 7.2 disajikan data hasil analisis kerugian akibat keterlambatan tersebut. Tabel 7.2 Keterlambatan dan Nilai Kerugian Angkutan Umum Rata-rata (per hari) Rata-rata Pendapatan (Rp) Keterlambatan (menit) Kerugian (Rp) Per hari Per jam , ,51 16,75 (a) 1.860,31 (b) 100,5 (a x 6) = 3 rit (b x 6) ,86 Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Dalam satu kali trip, angkutan umum mengalami keterlambatan selama 16,75 menit. Keterlambatan 16,75 menit tersebut menyebabkan kerugian Rp 1.860,31. Angka ini didapat dengan mengkonversi pendapatan per jam ke menit. Menurut keterangan responden, saat ini angkutan hanya dapat mengangkut penumpang rata-rata 3 rit per hari. Jika menit keterlambatan dikalikan dengan 3 rit (6 kali melalui jalur) maka total keterlambatan angkutan ketika melalui jalur tersebut adalah 100,5 menit dengan kerugian per angkutan sebesar Rp ,86 per hari. Total nilai kerugian akibat keterlambatan dapat diketahui dengan mengalikan total armada elf trayek Pamanukan-Jalan Cagak-Tanjungsiang yang berjumlah 45 armada, dengan rataan nilai kerugian selama satu hari, kemudian dikonversi ke dalam satu tahun. Dengan asumsi tiap angkutan beroperasi selama 365 hari setiap tahun. Total nilai kerugian akibat keterlambatan = Total armada x kerugian x 365 = 45 x Rp ,86 x 365 = Rp ,65 x 365 = Rp ,65 58

72 Jadi total nilai kerugian rata-rata akibat keterlambatan yang dialami oleh angkutan umum adalah Rp ,65 per tahun. Jika angkutan umum melakukan trip dengan jumlah rit yang sama saat tidak terjadi kemacetan (keterlambatan) di Jalan Raya Kasomalang, maka penurunan produktivitas dapat ditulis seperti pada Tabel 7.3. Tabel 7.3 Penurunan Produktivitas Angkutan Umum Akibat Kemacetan Pendapatan satu armada elf Total Pendapatan Angkutan Umum (Rp) per hari (a) Per hari (a x 45) (b) Per tahun (b x 365) (c) Sebelum kemacetan , , ,00 Sesudah kemacetan , , ,00 Sumber: Diolah dari data primer, 2011 Sebelum terjadi kemacetan di Jalan Raya Kasomalang, angkutan umum dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp ,00 per tahun, sedangkan setelah terjadi kemacetan (keterlambatan) akibat peningkatan volume lalu lintas, pendapatan angkutan umum turun menjadi Rp ,00 per tahun Biaya Kesehatan Biaya kesehatan digunakan untuk menilai kerugian masyarakat akibat peningkatan polusi (debu) jalan. Analisis difokuskan pada penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). ISPA merupakan penyakit yang secara umum diderita oleh masyarakat dan terkait dengan peningkatan konsentrasi debu di udara. Nilai kerugian akibat polusi udara dapat diketahui dengan melihat jumlah warga Kecamatan Kasomalang sepanjang jalan raya yang diduga terkena efek langsung dikalikan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dari hasil survei diketahui ada 766 jiwa yang berpotensi terpapar. Jika rata-rata biaya pengobatan penyakit ISPA adalah sebesar Rp ,00 untuk satu kali berobat dan 59

73 diasumsikan tiap warga menjalani pengobatan ISPA satu kali dalam satu tahun, maka: Total nilai kerugian akibat peningkatan debu jalan = n penderita x rata-rata biaya Total nilai kerugian akibat peningkatan debu jalan = 766 x Rp ,00 = Rp ,00 Jadi total nilai kerugian masyarakat sepanjang jalan raya akibat peningkatan debu jalan per tahun adalah sebesar Rp , WTP Kebisingan Selain peningkatan polusi (debu) jalan, kerugian juga diakibatkan oleh peningkatan kebisingan. Nilai kerugian kebisingan diestimasi dengan Willingness to Pay (WTP), menggunakan pendekatan survey Contingent Valuation Method (CVM). Sampel yang digunakan dalam CVM ini adalah responden penduduk sekitar Pasar Kasomalang. Tempat dipilih karena kondisinya yang lebih ramai dibanding lokasi lainnya. Pasar Kasomalang juga merupakan tempat keluar dan masuknya sepeda motor, mobil pribadi, dan truk yang beraktivitas di sekitar pasar. Hasil perhitungan nilai rata-rata WTP disajikan pada Tabel 7.4. Tabel 7.4 Nilai WTP Responden dalam Upaya Mengurangi Intensitas Kebisingan Jumlah WTP x Jumlah WTP Responden Persentase (%) Responden No. (Rp/hari) (orang) (Rp) a b c a x b Total Sumber: Diolah dari Data Primer, 2011 Berdasarkan data pada Tabel 7.4 diperoleh nilai rata-rata WTP (Rp/hari) responden sebesar Rp 2.625,00. Nilai WTP tersebut menunjukan adanya kerugian 60

74 masyarakat akibat kebisingan yang merupakan dampak dari peningkatan volume lalu lintas. Nilai Total WTP (TWTP) responden dihitung berdasarkan data WTP responden. Nilai WTP pada tiap kelas dikalikan dengan frekuensi relatif (n i / N) kemudian dikalikan dengan total populasi. Hasil perkalian tersebut dijumlahkan sehingga didapatkan nilai TWTP responden. Hasil ini akan sama apabila dihitung dengan mengalikan nilai rata-rata WTP responden per hari sebesar Rp 2.625,00 dengan total populasi masyarakat sekitar jalan yang berpotensi terpapar kebisingan yaitu sebanyak 766 jiwa. Hasil perhitungan TWTP dapat dilihat pada Tabel 7.5. Tabel 7.5 Total Nilai WTP Responden dalam Upaya Mengurangi Intensitas Kebisingan Frekuensi WTP (Rp/hari) Jumlah Populasi No Responden Jumlah Total (Rp) a B c = (b/d) x e a x c , , , , , Total 20 (d) 766 (e) Total per tahun Sumber: Diolah dari Data Primer, 2011 Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diperoleh nilai TWTP/hari sebesar Rp ,00. Jika nilai tersebut dikonversi dalam tahun, maka nilai kerugian bagi masyarakat akibat kebisingan dalam setahun adalah sebesar Rp , Kebijakan Pengelolaan Jalan Raya Volume lalu lintas di ruas Jalan Raya Kasomalang terus mengalami peningkatan. Jika tidak dikelola dengan baik, peningkatan volume lalu lintas 61

75 tersebut akan menimbulkan kerugian yang semakin besar bagi masyarakat sekitar maupun pengguna jalan. Untuk mengkaji kebijakan pengelolaan jalan raya dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilihat kesesuaian kondisi fisik jalan dan penggunaannya berdasarkan peraturan perundangan yang terkait. Kemudian dianalisis bagaimana realisasi dan kendala penerapan kebijakan tersebut terkait pengelolaan angkutan dan lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Pengelolaan yang baik dan benar dimaksudkan untuk meminimalisir kerugian yang dirasakan masyarakat Implementasi Peraturan dalam Perundang-undangan Pengelolaan Jalan Menurut UU No 38 tahun 2004 dan UU No 22 tahun 2009, jalan dapat dibagi ke dalam empat klasifikasi yaitu menurut sistem, fungsi, status dan kelas jalan. Jalan Raya Kasomalang merupakan bagian dari sistem jaringan sekunder yang berfungsi sebagai jalan kolektor, berstatus jalan provinsi dan merupakan jalan kelas III. Secara teknis, kondisi fisik Jalan Raya Kasomalang merupakan salah satu jalan yang kurang memenuhi Persyaratan Umum Sistem Jaringan dan Geometrik Jalan sesuai standar Badan Standarisasi Nasional (BSN). Menurut Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, Jalan Raya Kasomalang termasuk Jalan Kolektor yang melayani pergerakan dari Subang ke Jakarta dan ke Kabupaten Sumedang. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan kelas III A. Penggunaan Jalan Raya Kasomalang kurang sesuai dengan kondisi dan peruntukkannnya. Perbandingan ketentuan pada perundangan dengan kondisi di Jalan Raya Kasomalang dapat dilihat pada Tabel

76 Tabel 7.6 Kesesuian Fisik Jalan Raya Kasomalang dengan Aturan Perundangan Data Sekunder mengenai Jalan Raya Kasomalang Karakteristik Kondisi di Jalan Raya Kasomalang Jalan Kolektor Sekunder Dirancang berdasarken kecepatan rencana paling Kecepatan perjalanan masih diatas 20 km/jam. rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan maksimal hanya 5 meter. Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang Jalan Raya Kasomalang merupakan daerah permukiman dari 7 meter. dan dilalui kendaraan angkutan barang berat. Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah permukiman. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) jauh 7 meter karena sangat dekat dengan permukiman DAWASJA tidak kurang dari 7 meter. (Badan Standardisasi Nasional 2003) Jalan Kelas III A Sumber : Studi Literatur, Suvey dan Wawancara, Jumlah berat yang diizinkan JBI (berat maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan yang dilalui) untuk jenis kendaraan truk besar bersumbu 2 pada jalan kelas III yaitu 14 ton. Memiliki perlengkapan jalan: rambu, marka,lampu lalu lintas di persimpangan Alat pengendali dan pengaman pemakai jalan: -Pengendali: alat pembatas kecepatan,alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan -Pengaman : pagar pengaman,cermin tikungan,dsb Fasilitas pendukung: fasilitas pejalan kaki, parkir pada badan jalan, halte, tempat istirahat pejalan kaki, penerangan jalan (Badan Standardisasi Nasional 2003) Jalan Raya Kasomalang sebagai salah satu contoh jalan kelas III A, dilalui oleh truk angkutan barang terbesar yang melawati jalur tersebut yaitu berukuran panjang 7700 milimeter, lebar 2500 milimeter dan tinggi 3500 milimeter, berat kendaraan berikut muatannya sekitar 17,42-20 ton (melebihi ketentuan). Angkutan ini melakukan aktivitas pengangkutan barang setiap hari selama 24 jam. Saat ini rambu lalu lintas memang sangat sedikit, hanya ada rambu petunjuk jalan menikung di satu titik jalan sebelah barat, sedangkan rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah tidak ada. Marka jalan sudah terhapus, tidak memiliki alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, namun sudah terdapat lampu peringatan baik pada jalur menuju Sumedang maupun Subang, dan pagar pengaman di area sungai Cipunagara kurang memadai.fasilitas pejalan kaki, halte, tempat istirahat pejalan kaki tidak tersedia. 63

77 Sebagaimana terlihat dalam Tabel 7.6, kondisi fisik dan penggunaan Jalan Raya Kasomalang tidak sesuai dengan standar yang berlaku. Hal demikian akan menimbulkan kerugian bagi pengguna maupun masyarakat sekitar. Faktor penyesuaian lebar jalan berbanding lurus dengan kapasitas jalan (kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu). Jadi semakin sempit jalan maka kapasitasnya akan semakin kecil. Apabila volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan, maka akan meningkatkan kepadatan lalu lintas dan pada akhirnya timbul kemacetan. Saat ini secara keseluruhan implementasi peraturan perundangan berkenaan dengan Peraturan Kendaraan, Peraturan Pemakai Jalan, Peraturan Lalu Lintas dan Sistem Pengaturan, Perlindungan Masyarakat, Ketetapan Finansial, dan Pengelolaan dan Pengoperasian Sistem Jalan (Hobbs, 1995), belum terlaksana dengan baik. Kesesuaian fisik dan perlengkapan jalan dengan klasifikasinya menurut peraturan perundangan, manajeman pencegahan dan pengendalian efek negatif aktivitas lalu lintas serta pengawasan pelayanan jalan, masih belum optimal. Pemeriksaan kendaraan bermotor dan persyaratan laik jalan di Dinas Perhubungan Kabupaten Subang saat ini telah berlangsung secara rutin, namun masih banyak pengendara kendaraan bermotor yang tidak disiplin. Pemeriksaan kendaraan bermotor secara rutin sangat penting dilakukan untuk mengontrol emisi gas buang dan kebisingan suara kendaraan. Saat ini perlengkapan jalan seperti rambu lalu lintas belum tersedia dengan baik, begitu pula marka jalan yang keseluruhan sudah terhapus. Alat pengawasan dan pengamanan jalan juga tidak tersedia di jalan tersebut. Kondisi jalan yang 64

78 sempit dan berliku sangat rawan akan kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas berpotensi semakin meningkat, apabila jalan yang juga dilalui truk-truk angkutan barang tersebut tidak disertai dengan perlengkapan jalan yang memadai. Upaya pengendalian lalu lintas baik dengan pembatasan fisik atau berupa pemungutan biaya, tidak diberlakukan di Jalan Raya Kasomalang. Penarikan dana atau retribusi angkutan umum maupun kendaraan angkutan barang sifatnya tidak resmi dengan bukti tertulis. Pelaksanaannya juga belum tertib. Penarikan dana dari angkutan umum dan barang juga salah satunya dilakukan di Pasar Kasomalang dan diperuntukkan untuk administrasi Desa Kasomalng Wetan. Hal yang lebih mendasar adalah Kecamatan Kasomalang dan sekitarnya merupakan kawasan rawan gerakan tanah. Saat ini Jalan Raya Kasomalang yang melalui Kecamatan Kasomalang menjadi salah satu jalur pengangkutan berbagai hasil industri menggunakan truk-truk bermuatan besar. Terlebih lagi jalan tersebut menjadi jalur utama pendistribusian hasil produksi air minum dalam kemasan yang juga menggunakan truk berukuran dan bermuatan besar secara rutin. Matriks realisasi dan kendala penerapan peraturan perundangan dan peraturan pemerintah dalam pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang dapat dilihat pada lampiran Implikasi Nilai Kerugian Nilai kerugian yang dihitung berdasarkan nilai keterlambatan angkutan umum, biaya kesehatan, serta nilai kerugian akibat kebisingan yang dirasakan masyarakat Kecamatan Kasomalang di sekitar jalan raya menuntut adanya pengelolaan jalan raya yang lebih baik lagi, baik secara teknis maupun manajemen. Rekayasa dan manajemen lalu lintas membutuhkan biaya yang lebih 65

79 rendah dibandingkan dengan pembangunan jalan atau jalur alternatif baru, seperti contoh yang diperuntukkan untuk jalur truk barang dan atau bus. Salah satu upaya dalam manajemen lalu lintas yang direkomendasikan yaitu pembatasan lalu lintas. Beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu antara lain: 1. Pengaturan parkir tetap menjadi metode utama yang mengalokasikan ruang menurut kawasannya. Pengaturan parkir dapat dilaksanakan pada setiap tingkat yang ditentukan oleh pemerintah, yang memungkinkan semua tempat di jalan dan di luar jalan dikendalikan. Penawaran ruang dan harga yang dikenakan tergantung pada lama kebutuhan (permintaan). 2. Hambatan fisik yang dapat dilakukan yaitu dengan menentukan batas-batas ruang jalan dengan mengurangi kapasitas. Biasanya dengan sistem sinyal yang memungkinkan prioritas diberikan pada jenis-jenis kendaraan tertentu yang dipilih. Seperti contoh truk-truk besar dilarang melalui Jalan Raya Kasomalang pada jam-jam sibuk pagi dan sore yaitu pada saat para pegawai berangkat dan pulang kerja dan atau para pelajar berangkat dan pulang sekolah. Metode lain diantaranya adalah penyempitan jalan, larangan membelok, jalan ditutup dan hanya untuk pejalan kaki, jalan khusus sepeda dan jalan khusus bis. 3. Pemberian lisensi (izin) pelengkap yang dibutuhkan oleh kendaraan yang memakai suatu kawasan yang dikendalikan contohnya Jalan Raya Kasomalang. Kategori khusus dapat diberikan di dalam sistem kendali ini, misalnya penduduk, dokter dan penjaga toko. 4. Pemungutan biaya masuk kawasan yaitu suatu harga dibayar pada pintu masuk kawasan, tetapi kendaraan di dalam kawasan ini tidak dikendalikan. 66

80 5. Pemungutan pajak jalan kawasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, bervariasi mulai dari sistem meteran sampai dengan sistem beritingkat yang kompleks, ongkosnya diukur oleh meteran secara otomatis. Sistem yang disenangi adalah sistem yang mewajibkan tiap kendaraan mempunyai identitas jelas lalu dipancarkan ke detektor jalan, yang berada pada interval-interval jaringan jalan. Jumlah perjalanan lewat detektor dicatat dan pemiliknya dikirimkan rekening secara periodik dengan besar tagihan sesuai jumlah pemakaian sistem jalan tersebut. 6. Pengawasan dan kontrol emisi gas buang dan kebisingan suara dari kendaraan bermotor secara rutin, sangat penting untuk dilakukan. Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar akibat polusi udara dan kebisingan di jalan raya, yaitu dengan penanaman pagar tanaman rapat. Sebagai filter suara, pagar hidup yang cukup rimbun dan tinggi dapat meredam kebisingan dari lalu lalang kendaraan bermotor. Daun-daun tanaman dapat menangkap polutan polutan di sekitarnya. Metode pada nomor satu dan dua merupakan tindakan non-fiskal, sedangkan metode pada nomor tiga hingga lima dapat dianggap sebagai tindakan fiskal. Strategi pengendalian lalu lintas harus mendorong suatu pendekatan yang lebih positif. Menciptakan alternatif yang cocok dengan perubahan jangka panjang pada tata letak kota atau Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Mendorong beberapa jenis perjalanan dan menghambat jenis-jenis perjalanan lainnya. Namun pembatasan dalam isolasi ini juga tidak luput dari timbulnya masalah seperti problema administratif dan masalah penerapan aturan (Hobbs, 1995). 67

81 Pelaksanaan dari kebijakan transportasi tersebut dilakukan secara terpadu oleh unsur-unsur pelaksana di daerah, seperti Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Dinas Pehubungan), Dinas Bina Marga, Polisi Lalu Lintas, dan instansi lain yang terkait, serta pihak swasta (perusahaan perangkutan). Pemeliharaan jalan dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Manajemen perencanaan infrastruktur jalan dilakukan dengan transparansi pengelolaan keuangan di tingkat masyarakat adat dan komunikasi yang intensif antara pimpinan masyarakat di tingkat atas dengan masyarakatnya. Agar peran serta tersebut optimal, diperlukan dukungan Pemda dalam bentuk bimbingan teknik dan manajemen pemeliharaan. Keterlibatan masyarakat dalam hal ini perlu didukung oleh Pemerintah Daerah dalam kebijakan yang jelas serta penguatan terhadap lembaga formal (Dinas di Pemerintahan, Kecamatan) dan lembaga non formal (RT/RW) (Narsatya, 2001). 68

82 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Menurut persepsi masyarakat, terjadi perubahan kualitas lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Perubahan tersebut berupa meningkatnya proporsi jalan raya yang mengalami kerusakan yaitu sebesar 58,21 persen serta terjadinya peningkatan debu jalan dan kebisingan. Selain itu, dirasakan penambahan waktu untuk menempuh Jalan Raya Kasomalang sebesar 18,37 menit. 2. Masyarakat merasakan adanya dampak negatif akibat peningkatan volume lalu lintas. Dampak negatif yang dirasakan meliputi kerusakan jalan, kemacetan, kecelakaan, peningkatan debu jalan dan kebisingan. Menurut responden masyarakat sekitar jalan raya, dampak negatif yang paling mengganggu adalah kebisingan yaitu sebesar 40 persen. Sebesar 70 persen responden penumpang angkutan umum menyatakan bahwa dampak negatif yang paling mengganggu adalah kerusakan jalan. Sementara itu, 60 persen responden pengemudi angkutan umum dan 50 persen responden pengendara kendaraan pribadi menyatakan bahwa dampak negatif yang paling mengganggu adalah kemacetan. 3. Total nilai kerugian yang dialami oleh angkutan umum akibat kemacetan di Jalan Raya Kasomalang yaitu sebesar Rp ,65 per tahun. Total nilai kerugian masyarakat sekitar jalan raya akibat peningkatan debu jalan yaitu sebesar Rp ,00 per tahun. Total nilai kerugian akibat kebisingan 69

83 yaitu sebesar Rp ,00 per tahun. Nilai kerugian parsial akibat peningkatan volume lalu lintas tersebut, menuntut adanya pengelolaan jalan raya yang lebih baik lagi baik secara teknis maupun manajemen. 4. Penerapan kebijakan pemerintah terkait pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang belum berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari kondisi fisik dan penggunaan jalan, pengawasan serta pengendalian lalu lintas yang belum memperhatikan aspek perlindungan lingkungan maupun masyarakat, sebagaimana yang telah diatur dalam aturan perundangan mengenai pengelolaan jalan. 8.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Dibutuhkan konsistensi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai penanggung jawab pembiayaan pembangunan, pemeliharaan rutin dan perbaikan jalan. Bertujuan agar infrastruktur daerah khususnya jalan raya dapat disesuaikan dengan perkembangan aktivitas transportasi masyarakat dan perubahan jangka panjang pada tata letak kota. 2. Diperlukan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten Subang terhadap para pengguna jalan dalam hal persyaratan teknis serta laik jalan, pengendalian penggunaan jalan sesuai kapasitas ruas jalan (menerapkan strategi pengendalian lalu lintas berupa tindakan non-fiskal dan atau fiskal), serta penerapan sanksi pidana secara tepat dan tegas bagi yang melanggar peraturan perundangan. Pengawasan berat muatan kendaraan dapat dilakukan dengan pembangunan jembatan timbang dan fasilitas pendukungnya. 70

84 DAFTAR PUSTAKA Amanda, Sylvia Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata Danau Situgede Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Skripsi. Fakultas Ekonomi. IPB. Bogor. Anwar S.H, Aditya Nilai Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Berdasarkan Pendekatan Willingness to pay dan Willingness to Accept di Jalan Lintas Timur Sumatera. BPS Subang Tranportasi dan Akomodasi. Subang dalam Angka. Rows_ serba_serbi=118 (10 Oktober 2011) Daraba, Darda Eksternalitas dan Kebijakan Publik. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. ipb/02201/darda_d.htm (9 Oktober 2011) Desa Kasomalang Kulon Profil Desa Kasomalang Kulon. Desa Kasomalang Kulon. Subang. Desa Kasomalang Wetan Profil Desa Kasomalang Wetan. Desa Kasomalang Wetan. Subang. Desa Sindangsari Profil Desa Sindangsari. Desa Sindangsari. Subang. Fauzi, A Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hanley, N dan C. L. Spash Cost-Benefit Analysis and Environmental. Edward Elgar Publishing England. Heston. YP, Hermawan K Valuasi Ekonomi Akibat Kerusakan Jalan Nasional di Pantai Utara Jawa. Studi Masukan Kebijakan Penanganan Jalan Nasional Hobbs, F.D Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta KLH Panduan Valuasi Ekonomi Sumbedaya Alam dan Lingkungan. KLH. Jakarta. Mangkoesoebroto, G Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta. Persyaratan Umum Sistem Jaringan Dan Geometrik Jalan Perumahan. Badan Standardisasi Nasional. SNI

85 Poernomosidhi, P.I.F. (1995). Review on Road Environment Condition and Research on Traffic Noise and Air Pollution in Indonesia, Paper for the Technical Visit to Publik Work Research Institute, Tsukuba, Japan, 25th Sept. 6th Oct PT. Tirta Investama Analisis Dampak Lingkungan. PT. Tirta Investama. Jakarta Analisis Dampak Lalu Lintas. PT. Tirta Investama. Jakarta. Radar Karawang Massa Demo Pabrik Air Mineral. (30 Maret 2011) Sasana, Hadi Kegagalan Pemerintah dalam Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sukarto, Haryono. 2006, Transportasi Perkotaan Lingkungan. Teknik Sipil- Universitas Pelita Harapan. Tangerang, Banten. Taihuttu, Hermina N Studi Kemampuan Tanaman Jalur Hijau Jalan sebagai Penyerap Partikulat Hasil Emisi Kendaraan Bermotor. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Tamin, Ofyar Z Upaya-upaya untuk Mengatasi Masalah Transportasi Perkotaan. Rekayasa Transportasi Jurusan Teknik Sipil. ITB. Bandung. Yakin,A Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan : Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo. Jakarta. Yohana Eksternalitas dan Kebijakan Publik. Indonesian Food Wednesday (23 Maret 2011) Yunasril Keterkaitan Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor dengan Taraf Kebisingan di Kotamadya Padang - Sumatera Barat. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Undang-undang No. 13 tahun 1980 tentang Jalan. Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan. 72

86 LAMPIRAN 73

87 Lampiran 1. Pertumbuhan Jumlah Industri di Kabupaten Subang Banyaknya Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Kelompok Industri Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang,

88 Lampiran 2. Transportasi Kabupaten Subang Tahun Jumlah Kendaraan di Kabupaten Subang Tahun Uraian Jumlah Kendaraan (unit) Angkot Bus Mini Bis Bis Mikro Pick up Truk Lainnya Jumlah Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Subang,

89 Lampiran 3. Kondisi Jalan Kabupaten Subang Panjang Jalan Kabupetan Subang Menurut Keadaan Jalan Tahun Sumber: Dinas Bina Marga Kabupaten Subang,

90 Lampiran 4. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan Jalan Primer Klasifikasi Jalan Menurut UU No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan Deskripsi Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. (Pasal 7ayat 2) Jalan Sekunder Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. (Pasal 7 ayat 3) Berdasarkan Fungsi Jalan Deskripsi Jalan Arteri Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk (akses) dibatasi secara berdaya guna. (Pasal 8 ayat 2) Jalan Kolektor Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. (Pasal 2 ayat 3) Jalan Lokal Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. (Pasal 8 ayat 4) Jalan Lingkungan Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. (Pasal 8 ayat 5) Bersarkan Status Jalan Deskripsi Jalan Nasional Jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. (Pasal 9 ayat 2) Jalan Provinsi Jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. (Pasal 9 ayat 3) Jalan Kabupeten Jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota Kecamatan, antaribukota Kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. (Pasal 9 ayat 4) Jalan Kota Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. (Pasal 9 ayat 5) Jalan Desa Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. (Pasal 9 ayat 6) Klasifikasi Jalan Menurut UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Berdasarkan MST Deskripsi Kelas I Dimensi kendaraan: Lebar; 2500 mm, Panjang; mm, MST; > 10 ton (Pasal 19 ayat 2a) Kelas II Dimensi kendaraan: Lebar; 2500 mm, Panjang; mm, MST; 10 ton (Pasal 19 ayat 2b) Kelas III A Dimensi kendaraan: Lebar; 2500 mm, Panjang; mm, MST; 8 ton (Pasal 19 ayat 2c) Kelas III B Dimensi kendaraan: Lebar; 2500 mm, Panjang; mm, MST; 8 ton (Pasal 19 ayat 2c) Kelas III C Dimensi kendaraan: Lebar; 2100 mm, Panjang; 9000 mm, MST; 8ton (Pasal 19 ayat 2c) Sumber : Studi Literatur,

91 Lampiran 5 Matriks Realisasi dan Kendala Penerapan Peraturan Perundangan dalam Pengelolaan Jalan No Bentuk Peraturan 1 PP Kabupaten Subang No. 2 tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang Pasal Isi/ Aturan Realisasi Kendala Pasal 34 point e. Pasal 39 Kawasan rawan bencana, terdiri atas : (a) kawasan rawan gerakan tanah; (b) kawasan rawan gerakan tanah; (c) kawasan rawan bencana letusan gunung berapi; (d) kawasan rawan banjir. Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam huruf e Pasal 34 Peraturan Daerah ini meliputi : A. kawasan rawan gerakan tanah terletak di : d. Kecamatan Jalancagak : Desa Palasari, Ciater, Nagrak, Cibitung, Sanca, Cimanglid, Kumpay, Kasomalang Wetan, Bunihayu dan Tambakmekar. Saat ini Desa Pasanggrahan menjadi lokasi pengambilan air tanah dan air permukaan oleh perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) sebagai input utama. Desa Kasomalang Wetan merupakan salah satu kawasan permukiman yang dilalui Jalan Provinsi (Jalan Raya Kasomalang) dan merupakan jalur mobilisasi truk-truk angkutan barang, termasuk truk AMDK. Kurang adanya antisipasi dari pemerintah Kabupaten Subang atas peningkatan lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. Saat ini penyesuaian pelayanan jalan seperti yang disebutkan dalam analisis sebelumnya juga belum maksimal dilakukan. 2 UU No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 16 ayat 2 Pemeriksaan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : b.pemeriksaan tanda bukti lulus uji, surat tanda bukti pendaftaran atau surat tanda coba kendaraan bermotor, dan surat izin mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 18, dan lain-lain yang diperlukan. Kendaraan umum (elf) yang beroperasi keseluruhan adalah kendaraan tua. Sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi penumpang juga berefek negatif bagi lingkungan. Banyak pengendara angkutan umum dalam daerah yang enggan dan tidak disiplin mendaftarkan ulang kendaraannya. Hal ini sudah berlangsung lama dan belum ada tindak lanjut dari instansi yang bertanggungjawab UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 3 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 4 UU No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 5 UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan 6 UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan UU No.14 tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 48 ayat 3 Pasal 133 ayat 3 Pasal 169 ayat 3 Pasa l62 ayat 1 Pasal 6 ayat 2 Pasal 25 ayat 1 badan jalan. Sumber: Studi literatur dan wawancara instansi terkait, 2011 Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang diukur sekurang-kurangnya terdiri atas: a. emisi gas buang; b. kebisingan suara; Pembatasan Lalu Lintas dapat dilakukan dengan pengenaan retribusi pengendalian Lalu Lintas yang diperuntukkan bagi peningkatan kinerja Lalu Lintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan muatan angkutan barang dilakukan dengan menggunakan alat penimbangan. Masyarakat berhak: a.memberi masukan kepada penyelenggara jalan dalam rangka pengaturan, pembinaan pembangunan, dan pengawasan jalan; b.berperan serta dalam penyelengaraan jalan; c.memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan; d.memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan; e.memperoleh ganti kerugian yang layak akibat kesalahan dalam pembangunan jalan; dan f. mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat pembangunan jalan. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Setiap Jalan yang digunakan untuk Lalu Lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan Jalan berupa: a. rambu lalu lintas; b. marka jalan; c. alat pemberi isyarat lalu lintas; d. alat penerangan Jalan; e. alat pengendali dan pengaman pengguna jalan; f. alat pengawasan dan pengamanan jalan; g. fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat. h. fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar Pemeriksaan selama ini telah dilakukan dan menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan bagian angkutan. Penarikan dana dari angkutan umum maupun kendaraan angkutan barang sifatnya tidak resmi dengan bukti tertulis. Pelaksanaannya juga belum tertib. Penarikan dana dari angkutan umum dan barang juga salah satunya dilakukan di Pasar Kasomalang dan diperuntukkan untuk administrasi Desa Kasomalng Wetan. Pengontrolan dilakukan hanya sebatas pemeriksaan masa berlaku buku kear dan pemeriksaan kesesuaian angkutan dengan kelas jalan Selama ini belum ada aktivitas formal seperti yang disebutkan pada pasal tersebut. Organisasi Pemuda di Kabupaten Subang seringkali mengadukan kondisi di Jalan Raya Kasomalang yang cepat rusak dan seringnya kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Sifatnya mengkritisi pemda setempat yang kurang tegas dalam pengaturan penggunaan jalan, terlebih oleh pihak swasta yang menggunakantruk-truk besar dan rutin menggunakan jalan tersebut. Namun belum ada aktivitas masyarakat untuk ikut dalam penyelenggaraan jalan, Saat ini pengklisifikasian jalan berdasarkan fungsi dan kelasnya apabila dibandingkan dengan ketentuan pada perundangan, masih belum terlaksana dengan baik Saat ini rambu lalu lintas memang sangat sedikit,hanya ada rambu petunjuk jalan menikung, sedangkan rambu peringatan, rambu larangan, rambu perintah tidak ada. Marka jalan sudah terhapus, Tidak memiliki alat pengendali dan pengaman pemakai jalan: - Pengendali :alat pembatas kecepatan, alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan - Pengaman : cermin tikungan, delineator, pulau lalu lintas, pita penggaduh namun sudah ada lampu peringatan baik pada jalur menuju Sumedang dan Jalan Cagak, dan pagar pengaman di area sungai Cipunagara kurang memadai. Truk dan bus luar kota sebagian besar berasal dari luar daerah Subang, sehingga Dishub Subang tidak dapat mengontrol kelaikan angkutan. Aturan atau kebijakan yang kurang tegas dari Pemerintah Kabupaten Subang, dalam hal ini instansi yang bertanggung jawab dalam pengawasan jalan. Kinerja petugas LLAJ kurang dimaksimalkan. Selama ini tidak terdapat aktivitas pengontrolan berat muatan pada lokasi tertentu di Kabupaten Subang, kegiatan penimbangan biasanya dilakukan oleh DisHub Provinsi. Sistem manajeman pengawasan lalu lintas yang masih kurang maksimal dan tidak memberdayakan petugas LLAJ di ruas jalan tersebut. Standar pelayanan yang baik saat ini belum tercapai, salah satunya karena belum adanya pengelolaan jalan yang baik dari Pemda Kabupaten maupun Provinsi dikarenakan masalah pembiayaan dan koordinasi. Seperti contoh Jalan Raya Kasomalang yang menurut fungsinya sebagai jalan kolektor sekunder dan merupakan jalan Kelas III jika berdasarkan muatan sumbu terberatnya. Namun penggunaan jalan tidak sesuai dengan ketentuan. Menurut keterangan instansi terkait,pemda sudah mengajukan proposal permohonan ke PU Provinsi untuk pengadaan fasilitas jalan, namun karena alasan birokrasi, sampai saat ini belum ditindaklanjuti. 78

92 Lampiran 6. Kueisioner Penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor Telp. (0260) , (0251) , Fax. (0251) KUESIONER PENELITIAN Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI yang berjudul Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Peningkatan Volume Lalu Lintas Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Jalan (Studi Kasus Jalan Raya Kasomalang, Subang, Jawa Barat) yang dilakukan oleh Saya PUTRI AYU KWARTA WIJAYANTI (H ). Saya mohon partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/i untuk berkenan mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak untuk dipublikasikan. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/i Saya ucapkan terima kasih. Nomor Responden : Nama : Alamat : -Kp : -Rt/Rw : -Desa/ Kec : Kelompok Responden : (Pengemudi angkutan umum/ pengendara kendaraan pribadi/ penumpang angkutan umum/ masyarakat sekitar)* Tanggal Wawancara : Usia :...tahun 2. Jumlah Tanggungan : orang 3. Pekerjaan : (1) Petani (2) Pedagang (3) PNS (4) Buruh Pabrik AMDK (5) Lainnya.. 4. Pendapatan/ bulan :.. (* Pilih salah satu) A. PERSEPSI RESPONDEN TERHADAP PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS 1. Apakah menurut Anda jumlah kendaraan yang berlalu lalang di Jalan Raya Kasomalang terjadi peningkatan sejak tahun 2000? a. Ya b. Tidak 2. Terganggukah Anda dengan adanya peningkatan jumlah kendaraan yang berlalu lalang di Jalan Raya Kasomalang a. Ya, 79

93 b. Tidak, alasan Menurut Anda dampak apakah yang terjadi atau yang Anda rasakan dari adanya peningkatan volume lalu lintas? a. Kerusakan jalan (Sebutkan di area mana saja!) b. Kemacetan (Sering terjadi di area mana saja?) c. Kondisi udara yang semakin tidak nyaman d. Kecelakaan (Sering terjadi di area mana saja?) e. Kebisingan f. Lainnya 4.Sebutkan dari dampak negatif di atas yang menurut Anda paling mengganggu!.. 5. Coba Anda bandingkan kondisi lingkungan antara sebelum dan sesudah terjadi peningkatan volume lalu lintas (dengan asumsi peningkatan volume lalu lintas terjadi sejak tahun 2000) *Pertanyaan ditujukan untuk seluruh responden Jenis Sebelum (%) Sesudah (%) 1 Kondisi jalan 2 Waktu tempuh jalan 3 Debu 4 Kebisingan 6. Menurut Anda apakah kapasitas infrastuktur Jalan Raya Kasomalang cukup untuk pelayanan lalu lintas kendaraan? a. Cukup b. Tidak, Jelaskan Bagaimana menurut Anda jika jumlah kendaraan yang melalui Jalan Raya Kasomalang terus meningkat tanpa adanya peningkatan infrastruktur dan pengelolaan jalan yang lebih baik?... B. PENGELOLAAN (KONTROL DAN ATAU PENANGGULANGAN) 8. Menurut Anda, adakah selama ini upaya penanggulangan dampak seperti pada pertanyaan No. 3 dari pihak Pemda? a. Perbaikan jalan/ penambahan lebar jalan b. Pendirian pos pelayanan kesehatan c. Lainnya.. 9. Menurut Anda, adakah selama ini upaya penanggulangan dampak seperti pada pertanyaan No. 3 dari pihak perusahaan swasta yang rutin menggunakan jalan? a. Perbaikan jalan/ penambahan lebar jalan 80

94 b. Pendirian pos pelayanan kesehatan c. Lainnya Apakah Anda pernah mendengar, upaya yang diterapkan pemerintah setempat selama ini untuk mengontrol jumlah kendaraanm, tonase dan emisi kendaraan? (Penarikan retribusi, pembatasan jumlah kendaraan,penggunaan jembatan timbang, dll) a. Pernah, Jelaskan. b. Tidak Pernah 11. Menurut Anda perlukah upaya tersebut dilakukan? Perlu/ tidak perlu. Apa pendapat Anda? 12. Menurut anda siapakah yang bertaggung jawab untuk menjaga kenyamanan lingkungan di sekitar Jalan Raya Kasomalang? a. Pemerintah d. Pengendara kendaraan yang b. Perusahaan swasta setempat melewati jalan c. Masyarakat sekitar e. Semuanya benar C. NILAI KERUGIAN * Pertanyaan ditujukan untuk seluruh responden a. Waktu Tempuh 13. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak sepanjang Jalan Raya Kasomalang sebelum dan sesudah terjadi peningkatan volume lalu lintas? Sebelum.., sesudah., jadi tambahan waktu 14. Berapa jam kah anda bekerja dalam sehari? *Pertanyaan ditujukan untuk responden masyarakat sekitar jalan. b. Debu dan Emisi Kendaraan 15. Semenjak adanya peningkatan aktivitas lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang, penyakit apa saja yang sering Anda derita? 16. Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk sekali pengobatan hingga sembuh? c. Kebisingan 17. Apakah Anda merasa terjadi peningkatan kebisingan sejak terjadi peningkatan volume lalu lintas? Ya/ Tidak 18. Jika ya, kegiatan apa saja yang menurut Anda terganggu akibat peningkatan kebisingan di Jalan Raya? Sebutkan!... 81

95 Untuk mengurangi dampak negatif peningkatan volume lalu lintas, seperti peningkatan kebisingan dan polusi udara, dapat dilakukan dengan upaya penanaman pagar tanaman rapat di sepanjang jalan raya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar jalan raya. 19.Berapakah jumlah uang yang ingin Anda keluarkan untuk upaya meminimalisir dampak negatif kebisingan dan polusi udara seperti dijelaskan di atas?.../hari D. SARAN DAN HARAPAN ANDA UNTUK PEMERINTAH SETEMPAT DAN PIHAK SWASTA TERIMA KASIH ATAS WAKTU DAN INFORMASI YANG ANDA BERIKAN ==SELAMAT BERAKTIVITAS== 82

96 Lampiran 7. Pedoman Wawancara Kepada Instansi Terkait INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor Telp. (0260) , (0251) , Fax. (0251) PEDOMAN WAWANCARA Daftar kebutuhan data ini digunakan untuk panduan wawancara bahan SKRIPSI dengan judul Estimasi Nilai Kerugian Masyarakat Akibat Peningkatan Volume Lalu Lintas Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pengelolaan Jalan (Studi Kasus Jalan Raya Kasomalang, Subang, Jawa Barat), yang dilakukan oleh Saya PUTRI AYU KWARTA WIJAYANTI (H ). Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/i Saya ucapkan terima kasih. A. Kondisi Lingkungan Jalan Raya Kasomalang 1. Apakah dengan adanya peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang, terjadi penurunan kualitas lingkungan seperti: -kerusakan jalan -penurunan kesehatan masyarakat -kemacetan -peningkatan kasus kecelakaan -peningkatan kebisingan B. Pengelolaan Infrastruktur Jalan 2. Bagaimana realisasi kebijakan pengelolaan lalu lintas dan angkutan di Jalan Raya Kasomalang? 3. Apa saja kendala dalam pelaksanaan pengelolaan lalu lintas dan angkutan di Jalan Raya Kasomalang? 4. Apakah sudah pernah ada kegiatan untuk menanggulangi dampak negatif seperti pada pertanyaan No.1, oleh pemerintah setempat? seperti: -perbaikan jalan/ pelebaran jalan -pengalihan jalur distribusi angkutan barnag atau mobilisasi masyarakat -penyediaan pos pelayanan kesehatan bersubsidi -penertiban jalan dan aktivitas masyarakat di sekitar jalur, dll Jelaskan.. 83

97 5. Apabila terdapat pelanggaran angkutan barang terhadap peraturan yang diterapkan, kebijakan apa yang diberlakukan? Mengantisipasi dampak negatif yang lebih parah, tentunya dibutuhkan pengelolaan pemerintah setempat bersama pihak swasta dan masyarakat untuk menjaga kualitas lingkungan khususnya di Jalan Raya Kasomalang. Apakah sudah pernah dilakukan kegiatan yang dimaksud di atas?jelaskan. 7. Bagaimana kontribusi pihak swasta pengguna jalan untuk kegiatan tersebut? (seperti penarikan retribusi dan atau pajak) Jelaskan Bagaimana sistem regulasi penarikan biaya dari pihak swasta yang menggunakan jalan dan penyaluran dana tersebut untuk upaya pengelolaan infrastruktur jalan?... =Terima Kasih= 84

98 Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian Kondisi lalu lintas di area Pasar Kasomalang Desa Kasomalang Wetan Truk besar yang melewati Jalan Raya Kasomalang dengan rutinitas 24 jam sehari. Kondisi tempat parkir di kawasan pertokoan Perumahan penduduk yang menutupi jarak pandang pada tikungan jalan Jalan rusak pada satu sisi ruas jalan (arah Subang) Jalan Raya Kasomalang melewati kawasan diakibatkan beban jalan yang lebih besar budidaya lahan basah (perkebunan teh dan nanas) 85

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Eksternalitas Eksternalitas adalah dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Eksternalitas terjadi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang

V. GAMBARAN UMUM. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang menghubungkan Kecamatan Jalan Cagak dengan Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang. Jalur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pertumbuhan Jumlah Industri di Kabupaten Subang. Banyaknya Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Kelompok Industri Tahun

Lampiran 1. Pertumbuhan Jumlah Industri di Kabupaten Subang. Banyaknya Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Kelompok Industri Tahun LAMPIRAN 73 Lampiran 1. Pertumbuhan Jumlah Industri di Kabupaten Subang Banyaknya Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Kelompok Industri Tahun 2005 2009 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden

Lebih terperinci

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH

ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH ANALISIS PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH GALUGA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT LISANATUL HIFDZIYAH DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Transportasi merupakan fasilitas pendukung kegiatan manusia, transportasi tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek aktivitas manusia tersebut. Transportasi sudah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota negara dan sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Menurut Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi (2010), Jakarta mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa (orang) yang aman, nyaman, dan berdaya guna.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Pengertian transportasi menurut Morlok (1981) adalah memindahkan atau mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas (1987), transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa BAB I PENDAHULUAN I.1. Uraian Permasalahan transportasi berupa kemacetan, tundaan, serta polusi suara dan udara yang sering kita jumpai setiap hari di beberapa kota besar di Indonesia ada yang sudah berada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI Dalam bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan studi yang dilakukan, yaitu mengenai pebgertian tundaan, jalan kolektor primer, sistem pergerakan dan aktivitas

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan tinggi sekalipun tetap terdapat orang yang membutuhkan dan menggunakan angkutan umum penumpang. Pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

Konservasi Energi pada Sektor Rumah Tangga

Konservasi Energi pada Sektor Rumah Tangga Berdasarkan audit energi, kebutuhan energi di Indonesia dibedakan atas beberapa sektor pengguna energi seperti: industri dan komersial, rumah tangga, transportasi, dan pemerintahan. Berikut ini akan dipaparkan

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PENGANTAR RIVAL NON-RIVAL KHUSUS TIDAK-KHUSUS 1 RIVALRY (PERSAINGAN) TINGKAT PERSAINGAN ANTAR INDIVIDU UNTUK MEMPEROLEH MANFAAT DARI SUATU EXCLUDABILITY (PENGKHUSUSAN) TINGKAT PENGKHUSUSAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Electronic Road Pricing (ERP) 1. Definisi Electronic Road Pricing (ERP) Electronic Road Pricing (ERP) adalah kebijakan pemberlakuan jalan berbayar untuk setiap kendaran yang melewatinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum U-Turn Menurut Tata Cara Perencanaan Pemisah (1990), median atau pemisah tengah didefinisikan sebagai suatu jalur bagian jalan yang terletak di tengah, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG Fikhry Prasetiyo, Rahmat Hidayat H., Harnen Sulistio, M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemacetan Lalu Lintas Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalu lintas yang lewat pada ruas jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang sekarang selalu dihadapi kota-kota besar di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang penting bagi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik dan mobilitas penduduk. Permasalahan transportasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Becak Becak (dari bahasa Hokkien : be chia "kereta kuda") adalah suatu moda transportasi beroda tiga yang umum ditemukan di Indonesia dan juga di sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi) TUGAS AKHIR Oleh: SYAMSUDDIN L2D 301 517 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG Wilton Wahab (1), Delvi Gusri Yendra (2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN BAB 5 INFRASTRUKTUR 5.1. PERHUBUNGAN Pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan memperlancar aksesibilitas dan membuka keterisolasian wilayah yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan, sedangkan angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

Peran Pemerintah dalam Perekonomian

Peran Pemerintah dalam Perekonomian Peran Pemerintah dalam Perekonomian 1. Sistem ekonomi atau Politik Negara 2. Pasar dan peran Pemerintah 3. Jenis Sistem Ekonomi 4. Peran Pemerintah 5. Sumber Penerimaan Negara week-2 ekmakro08-ittelkom-mna

Lebih terperinci

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM SIMPANG BER-APILL 1 Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM PENDAHULUAN Lampu lalu lintas merupakan alat pengatur lalu lintas yang mempunyai fungsi utama sebagai pengatur

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya transportasi (Merdeka Wati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN 1 2 PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN Tata cara ini merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan tahap demi tahap oleh tim lapangan dalam rangka pemantauan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KERJA

BAB III AKUNTABILITAS KERJA BAB III AKUNTABILITAS KERJA Pengukuran tingkat capaian kinerja Dinas Perhubungan Kota Malang Tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Angkutan umum memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian, untuk menuju keberlajutan angkutan umum memerlukan penanganan serius. Angkutan merupakan elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan melalui upaya kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau perangkutan adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bandar Lampung telah terus berkembang dari sisi jumlah penduduk, kewilayahan dan ekonomi. Perkembangan ini menuntut penyediaan sarana angkutan umum yang sesuai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu rencana untuk mengurangi kemacetan di kota Yogyakarta adalah penerapan Electronic Road Pricing (ERP). (Pratama, 2012) kemacetan akan memberi dampak negatif, baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang PENGARUH PERGERAKAN PEJALAN KAKI TERHADAP KINERJA RUAS JALAN YANG DISEBABKAN OLEH KURANG OPTIMALNYA PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN (KAJIAN WILAYAH : JALAN MERDEKA UTARA MALANG) Iin Irawati 1 dan Supoyo

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan. VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan

Lebih terperinci

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan 43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana BAB I PENDAHULUAN I.1. UMUM DAN LATAR BELAKANG Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Sejalan dengan

Lebih terperinci

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ANALISA KAPASITAS RUAS JALAN DAN SIMPANG UNTUK PERSIAPAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) KORIDOR TIMUR - BARAT SURABAYA (STUDI KASUS JL.KERTAJAYA INDAH S/D JL.KERTAJAYA) Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Transportasi di Perkotaan Menurut Abubakar, dkk (1995) salah satu ciri kota modern ialah tersedianya sarana transportasi yang memadai bagi warga kota. Fungsi, peran

Lebih terperinci

Transportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan

Transportasi Masa Depan Straddling Bus. Solusi untuk Mengatasi Kemacetan Transportasi Masa Depan Straddling Bus Solusi untuk Mengatasi Kemacetan Tessa Talitha 15410072 PL4008 Seminar Studi Futuristik Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung Abstrak Pada kota-kota

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 JALAN Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sepeda dianggap menjadi salah satu solusi alternatif transportasi bagi warga dunia, yaitu untuk mengurangi kemacetan yang mencapai titik parah dan mengurangi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 3 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan bagian integral dari masyarakat. Ia menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Menurut Kamala (1993), transportasi merupakan fasilitas yang sangat penting dalam pergerakan manusia dan barang. Jalan sebagai prasarana transportasi darat memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) (Studi Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) RENDY DWI SAPTA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci