BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Adhesi peritoneal adalah pembentukan jaringan ikat patologis antara
|
|
- Suharto Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2.1 Definisi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Adhesi peritoneal adalah pembentukan jaringan ikat patologis antara omentum, usus dan dinding perut. (Diaz, 2008) Perlengketan ini dapat berupa jaringan ikat tipis seperti film, jaringan fibrosis yang tebal mengandung pembuluh darah dan jaringan saraf, atau perlengketan langsung antara dua permukaan organ (Binda, 2009). Menurut etiologinya, adhesi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai bawaan atau didapat sebagai reaksi pasca inflamasi atau pasca operasi yang merupakan kasus terbanyak. (Binda, 2004; Schoman, 2009) Adhesi dapat terjadi dalam beberapa jam pasca operasi dan berperan dalam menyebabkan obstruksi usus halus pada 60%-70% kasus obstruksi secara keseluruhan. ( Di Saverio, 2013; Hayanga,2005) Ileus adalah keadaan dari gerakan dan pasase usus yang normal tidak terjadi. Ileus timbul saat udara dan cairan sekresi tidak dapat keluar kearah anal karena berbagai sebab baik karena faktor intrinsik maupun ekstrinsik (mechanical obstruction) atau paralisis (non mechanical obstruction atau pseudo ileus). (Moran, 2007; Hayanga,2005; Wilson, 1999) Obstruksi usus halus mempunyai gambaran klinis nyeri kolik pada abdomen, muntah, distensi, dan obstipasi.(hayanga,2005) Kombinasi dari gejala klinis tersebut sangat bervariasi, tergantung pada level dan derajat obstruksi. Pada pasien dengan sumbatan letak tinggi akan mempunyai gejala mual dan muntah yang lebih dominan dibandingkan pada pasien yang memiliki sumbatan yang lebih ke distal. Kadang pada pasien sumbatan usus halus tidak dijumpai adanya distensi. (Moran, 2007)
2 2.2 Klasifikasi Obstruksi usus halus dapat diklasifikasikan berdasarkan total dan parsial. Menurut klinisnya dini dan lanjut (>30 hari setelah pembedahan). Menurut sebabnya ileus mekanikal dan ileus fungsional (paralitik) dan ileus karena gangguan vaskularisasi. (Fevabg, 2004; Maung,2012) Ileus obstruksi parsial terjadi apabila lumen usus menyempit tapi masih dapat sebagian isi usus masih dapat lewat ke arah distal. Ileus obstruksi total terjadi akibat lumen usus tersumbat total sehingga tidak ada isi usus yang dapat lewat ke arah distal. Ileus obstruksi total menyebabkan peningkatan risiko gangguan vaskular atau strangulasi dan bila ini terjadi maka membutuhkan penanganan operatif segera. (Moran,2007; Maung,2012) 2.3 Faktor Risiko Faktor risiko yang paling berperan terhadap terjadinya obstruksi usus halus akibat adhesi adalah teknik operasi dan luasnya jaringan peritonium yang mengalami kerusakan. Teknik operasi laparaskopi dan operasi terbuka mempunyai peranan yang penting terhadap morbiditas adhesi. Pada penelitian retrospektif kasus operasi abdomen didapatkan data kejadian adhesi 7,1% pada operasi cholesistekstomi terbuka dibandingkan 0.2% dengan teknik laparaskopi. Pada total histerektomi didapatkan 15,6% kejadian adhesi dibandingkan 0.0% pada prosedur laparaskopi. Kejadian adhesi tidak bermakna pada tindakan operasi appendektomi, baik secara terbuka ataupun laparaskopi. (Dubuisson, 2010; Swank,2003; Kamel,2010)
3 Faktor risiko lainnya adalah usia lebih muda dari 60 tahun, peritonitis, tindakan operasi emergensi, luka tusuk, luka tembak, tindakan laparatomi dalam lima tahun belakang, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami adhesi.(di Saverio, 2013) Hampir seluruhnya ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi terjadi pada usus halus dan jarang sekali terjadi pada usus besar. Diperkirakan setiap tahunnya kasus ileus obstruksi yang disebabkan adhesi pascaoperasi ± 1 % dari seluruh kasus rawat inap, 3% dari kasus emergensi, dan 4% dari seluruh kasus laparotomi eksplorasi. Ileus obstruksi yang disebabkan adhesi juga menyebabkan gangguan produktivitas dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk operasi adhesiolisis. Penelitian Ray tahun 1998 di Amerika Serikat memperlihatkan adhesiolisis menghabiskan 1.3 milyar US dollar setiap tahunnya.(di Saverio, 2013) Penelitian retrospektif Menzies dan Ellis tahun 1990 terhadap 80 kasus ileus obstruksi karena adhesi pascaoperasi terjadi paling sering (57%) dalam waktu 1 tahun setelah tindakan operasi yang pertama, diikuti 21.25% terjadi dalam waktu 1-5 tahun, 21.25% terjadi dalam waktu lebih dari 10 tahun dan paling sedikit terjadi dalam waktu 1 bulan sebanyak 0.5%. Penelitian ini juga menyebutkan 75% dari seluruh pasien yang mengalami ileus obstruksi karena adhesi pascaoperasi tersebut awalnya menjalani pembedahan di daerah abdomen dibawah kolon transverum, diantaranya apendektomi, kolektomi, dan operasi ginekologis.(ikechebelu,2010)
4 2.4 Etiologi dan Patogenesis terjadinya Adhesi Peritoneal Trauma jaringan selama operasi, proses inflammasi, sisa darah, bakteri dan jaringan nekrotik memang akan memicu sel-sel mesotel memproduksi eksudat yang kaya fibrin dan menyebabkan terbentuknya adhesi fibrinous. Akan tetapi cepatnya pembentukan adhesi fibrinous dalam waktu beberapa jam setelah ini karena peritoneum memiliki daya penyembuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan penyembuhan luka biasa.(cheong,2001; Koninckx,2010) Fibrin-fibrin ini dapat diabsorpsi secara komplit, sehingga rongga peritoneal menjadi bersih kembali atau dapat diorganisasi dengan tumbuhnya fibroblast yang membentuk adhesi fibrous yang menetap. Adhesi fibrous dapat terjadi karena 3 situasi sebagai hasil dari pembedahan abdomen yaitu:(binda,2009) 1. Aposisi dua permukaan organ yang peritoneumnya dilepaskan. Keadaan ini sudah dibuktikan pada percobaan binatang tikus yang dua permukaan organ yang peritoneumnya dilepaskan ternyata meningkatkan adhesi sampai 80%. 2. Keadaan iskemia jaringan. Hal ini dapat terjadi karena proses patologis intraabdomen, atau karena penjahitan ataupun devaskularisasi. 3. Adanya benda asing dalam rongga peritoneal,misalnya benang, bedak pada sarung tangan, bubuk antibiotika dan material sintetik lainnya. Inti dari patofisiologi adhesi pascaoperasi adalah keseimbangan dinamis antara pembentukan fibrin dan fibrinolisis. Dengan kadar PAA yang menurun maka kadar plasminogen menjadi plasmin akan menurun, sehingga mengakibatkan aktivitas fibrinolitik menurun.(schoman,2009)
5 Fibrin dapat terbentuk dalam waktu 10 menit dan organisasi dimulai dengan migrasi dari fibroblast dalam waktu 3 hari pertama. Fibroblast akan membentuk prekollagen lalu selanjutnya menjadi serabut kollagen serta akhirnya membentuk serabut elastik. Pembentukan adhesi yang komplit selesai dalam waktu 10 hari. (Liakakos,2001; Pismensky,2011) 2.5 Diagnosis Diagnosis dari ileus berdasarkan adanya tanda-tanda dan gejala klasik dari ileus lalu dikonfirmasikan dengan pencitraan yaitu foto polos abdomen atau dilakukan CT-Scan. Untuk lebih dapat melihat antara sumbatan total atau parsial dapat dilihat dari pemeriksaan water soluble follow through. Etiologi dapat ditemukan dengan anamnesis yang seksama disertai pencitraan radiologis. (Salamah,2006; Choi,2001) Anamnesis dan Gejala Klinis Ileus Obstruksi Adhesi Pascaoperasi Gambaran klinis ileus obstruksi adhesi pascaoperasi tidak berbeda dengan gambaran ileus oleh sebab lain yaitu nyeri perut, kembung tidak dapat buang air besar (BAB), mual dan muntah. Biasanya nyeri perut dan kembung mendahului mual dan muntah beberapa jam sebelumnya. (Kamel, 2010, Moran,2007) Namun demikian pada pasien dengan sumbatan yang lebih proximal terkadang gejala kembung tidak dijumpai, dan gejala mual muntah akan lebih dominan. (Moran,2007) Semakin proksimal obstruksinya maka gejala mual dan muntah lebih awal dirasakan dan makin hebat. Untuk obstruksi usus halus, rasa nyeri dirasakan tidak terlokalisir, intermittent dengan interval rasa nyeri antara 30 detik sampai 2 menit,
6 semakin lama semakin nyeri. Untuk obstruksi usus besar, interval rasa nyeri dan durasi nyeri lebih panjang dibandingkan obstruksi usus halus. (Kamel,2010) Riwayat penyakit sebelumnya ditanyakan untuk menegakkan diagnosis, misalnya riwayat konstipasi kronis, perubahan bowel habit, riwayat keganasan dan penatalaksanaan untuk keganasan tersebut (pembedahan, kemoterapi,radioterapi ), serta riwayat penyakit Crohn s. Bila ada kecurigaan ileus obstruksi karena adhesi pascaoperasi, riwayat operasi sebelumnya harus ditanyakan, berapa kali dan berapa lama intervalnya dari keluhan.(kamel,2010) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan dan harus meliputi tanda-tanda vital dan status hidrasi, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan kearah pintu-pintu hernia dan pemeriksaan colok dubur. Adanya luka operasi sebelumnya juga harus diperhatikan.(kamel,2010) Pada ileus obstruksi, pemeriksaan abdomen sangat memegang peranan. Pada inspeksi dapat terlihat kontur usus dan gerakan usus yang terlihat dari luar (visible peristaltic). Pada auskultasi bising usus akan meningkat dan biasanya akan terdengar suara tinggi (metallic sound) dan menyerupai suara tetes air yang jatuh ke dalam penampungan yang besar. Pada palpasi dapat dijumpai tanda-tanda rangsang peritoneal seperti nyeri lepas dan muscular rigidity.(kamel,2010) Pemeriksaan colok dubur juga harus dilakukan untuk menilai total atau tidaknya suatu obstruksi dengan menilai kollaps tidaknya ampulla rekti. Bila pasien telah mengalami peritonitis maka akan ditemukan nyeri tekan pada pemeriksaan ini.(kamel,2010)
7 2.5.3 Pemeriksaan Penunjang 1. Labotarorium Data laboratorium tidak dapat membantu diagnostik tetapi dapat membantu dalam menentukan kondisi dari pasien dan memandu resusitasi. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, disertai elektrolit darah, kadar ureum dan kreatinin serta urinalisis harus dilakukan untuk menilai status hidrasi dan menyingkirkan sepsis. Jumlah leukosit dapat memberikan gambaran tentang kondisi usus. Pada usus halus yang tidak mengalami komplikasi jumlah leukosit akan tetap normal atau sedikit meningkat, namun jumlah leukosit yang mengalami peningkatan (>15.000) atau jumlah leukosit yang sangat sedikit (<4000) merupakan suatu kondisi yang harus diwaspadai oleh klinisi akan adanya iskemik pada usus. Jumlah leukosit yang sangat tinggi lebih dari telah terbukti mempunyai korelasi adanya usus yang telah mengalami ganggrenous. (Moran,2007) Namun hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Tanaka pada tahun 2011 dengan melihat beberapa parameter laboratorium pemeriksaan darah yaitu laktat, leukosit, amylase, dan C-reaktif protein untuk mendeteksi terjadinya strangulasi usus akibat sumbatan usus halus. Dari penelitian ini didapatkan bahwa satu-satunya parameter pemeriksaan laboratorium yang bermakna terhadap viabilitas usus adalah pemeriksaan laktat dalam darah. (Tanaka,2011)
8 2. Pencitraan Ileus Obstruksi Foto toraks tegak dikombinasikan dengan foto abdomen tegak dan datar dapat menjadi alat bantu diagnostik pasien yang dicurigai ileus obstruksi. Foto toraks tegak dapat membantu untuk mendeteksi kondisi di luar abdomen yang dapat menyerupai ileus obstruksi, misalnya proses pneumonia. Adanya udara bebas intraabdomen yang mengindikasikan adanya perforasi organ berongga dan dapat terlihat pada foto toraks tegak. (Maung,2012) Gambar 2.1 : Foto polos abdomen supine dan erek dengan dijumpainya dilatasi usus, gambaran herring bone dan multiple air fluid level disertai mukosa yang edema, tidak dijumpainya udara pada kolon. Semua pasien yang dicurigai ileus obstruksi harus diperiksa foto polos abdomen. Pasien dengan foto polos yang tidak mendukung ileus obstruksi letak tinggi atau total perlu dilakukan diperiksa CT-Scan. CT-scan memberikan informasi lebih jelas dibandingkan foto polos. Ct-Scan dapat memberikan informasi adanya tanda-tanda strangulasi. Tanda-tanda pada CT scan yang mengindikasikan adanya strangulasi merupakan indikasi mutlak untuk pembedahan.(di Saverio,2013; Maung,2012)
9 Pemeriksaan water soluble follow through merupakan pemeriksaan yang dapat meberikan informasi tentang sumbatan usus halus parsial atau total. Bila dijumpai adanya gambaran kontras pada saekum kurang dari 24 jam menunjukkan sumbatan parsial dan bila tidak terdapat gambaran kontras setelah 24 jam menunjukkan adanya sumbatan total.(hayanga, 2005; Di Saverio,2013) Pemeriksaan water soluble follow through selain bermanfaat sebagai diagnostik juga berperan sebagai terapeutik. Water soluble kontras dengan osmolaritas yang lebih tinggi dapat menarik cairan sehingga mengurangi edem pada usus. Selain itu water soluble kontras juga dapat menurunkan waktu kontak atau sebagai pelicin dalam pasase isi usus sehingga meningkatkan motalitas usus dan mempermudah isi usus melewati celah yang sempit. (Choi, 2002; Salamah, 2006; Srinivasa, 2009; Maung, 2012)
10 DIAGNOSIS SUMBATAN USUS HALUS AKUT Evaluasi Awal Pemeriksaan Fisik Leukosit,Laktat,Elektrolit,BUN:Cr Riwayat Operasi Curiga Sumbatan Usus Halus X-Ray Abdomen Supine - Erek dan atau dengan kontras water soluble Multiple air-fluid level Distensi usus halus Tidak dijumpai gas pada kolon USG Abdomen (Keterbatasan nilai) Peristaltik/Distensi Diferensiasi lipatan mukosa didaerah transisional Cairan bebas (iskemia) CT scan abdomen dengan kontras water soluble Multiple air-fluid level Distensi usus halus Tidak dijumpai gas pada kolon MRI Abdomen (Keterbatasan nilai) Terbatas hanya pada pasien yang kontraindikasi terhadap CT atau kontras iodin Kontras water-soluble followthrough Pasien dirawat secara konservatif untuk menyingkirkan sumbatan total usus halus dan memprediksi perlunya tindakan pembedahan Diagram 2.1. Diagnosis sumbatan akut usus halus berdasarkan Bologna Guideline 2013
11 2.6 Penatalaksanaan Ileus Obstruksi karena Adhesi Pascaoperasi Sebagian besar ileus obstruksi adhesi pascaoperasi adalah obstruksi usus halus, dan penatalaksanaanya tidak berbeda dengan ileus obstruksi usus yang lain. Penatalaksanaan awal dari pasien dengan obstruksi usus halus harus ditujukan pada resusitasi cairan yang agresif, dekompresi usus yang mengalami obstruksi dan mencegah aspirasi. Koreksi elektrolit harus dilakukan sesegera mungkin.(di Saverio,2013; Maung,2012) Langkah awal yang paling penting adalah resusitasi cairan yang agresif karena pasien dengan obstruksi usus halus sering banyak kehilangan cairan dan elektrolit, khususnya kalium. Resusitasi dilakukan dengan cairan kristaloid seperti NaCl 0.9% atau Ringer Laktat dan keberhasilan resusitasi dapat dimonitor dengan produksi urine, minimal 0.5cc/kg/jam. Diharapkan setelah resusitasi secara klinis hemodinamik pasien stabil dan fungsi renal dapat kembali ke normal. (Di Saverio,2013) Dekompresi dengan pemasangan nasogastric tube (NGT) mutlak harus dilakukan dalam manajemen ileus obstruksi yang disebabkan adhesi pasca operasi. NGT juga mencegah distensi intestinal karena tertelannya udara dan mencegah aspirasi selama pasien muntah. Secara simptomatis, dekompresi membantu meringankan distensi abdomen dan dapat meningkatkan ventilasi pada pasien dengan gangguan respirasi. (Di Saverio,2013; Maung,2012)
12 2.7 Penatalaksanaan Non-Operatif Ileus Obstruksi Adhesi Pascaoperasi Penatalaksanaan non-operatif ditujukan untuk pasien dengan ileus obstruksi usus halus baik total maupun parsial dengan klinis tanpa tanda-tanda peritonitis dan atau strangulata. Indikator klinis, yang meliputi demam, leukositosis, takikardia, nyeri yang terus menerus, asidosis metabolik, dan sistemik inflamasi respon sindrom (SIRS), menunjukkan telah terjadinya iskemia usus pada 40% hingga 50% kasus. Pencitraan akan lebih menentukan apakah pasien membutuhkan tindakan operasi segera pada 70%-96% kasus.(shou- Chuan,2003, Di Saverio, 2013) Manajemen awal pasien dengan obstruksi total usus halus masih kontroversial. Meskipun pada obstruksi total akan membutuhkan reseksi usus hingga 31%, namun manajemen non operatif masih berhasil pada 41% hingga 73% pasien. Sementara angka keberhasilan terapi non operatif secara keseluruhan mencapai 65-81%, terutama pada pasien dengan parsial obstruksi.(maung, 2012) Pasien yang diterapi non-operatif memerlukan observasi ketat selama jam. Adanya tanda dan gejala seperti demam, takikardia, leukositosis, nyeri tekan terlokalisir, nyeri abdomen yang terus menerus dan peritonitis mengindikasikan adanya obstruksi dengan komplikasi. Bila terdapat 3 dari gejala berikut ini: nyeri berkelanjutan, takikardia, leukositosis, tanda rangsang peritonitis dan demam memiliki angka prediktif 82% untuk ileus obstruksi strangulata sementara bila terdapat 4 dari gejala diatas memiliki angka prediktif mendekati 100%. (Isaksson,2011)
13 Bila pada foto abdomen ulang ternyata terdapat udara bebas intraabdomen atau tanda-tanda dari obstruksi closed-loop maka pasien harus segera diterapi operatif. Bila pada CT-Scan terdapat bukti iskhemia, strangulata atau gangguan vaskular maka pasien juga harus segera diterapi operatif. (Di Saverio,2013; Isaksson, 2011) Bila setelah 72 jam ternyata tidak ada perbaikan dengan terapi nonoperatif maka sebaiknya dilakukan terapi operatif segera karena dengan memperpanjang terapi non-operatif akan meningkatkan lama rawat inap di rumah sakit, meningkatkan biaya dan meningkatkan risiko morbiditas perioperatif. (Di Saverio,2013; Isaksson, 2011) 2.9 Prognosis Ileus Obstruksi Adhesi Pasca Operasi Studi oleh Fevang dkk tahun 2002 menunjukkan bahwa angka mortalitas pada kelompok ileus obstruksi total yang diterapi non-operatif hanya sebesar 6%. Ileus obstruksi karena adhesi pasca operasi menyebabkan morbiditas yang cukup bermakna. Kemungkinan akan terjadi ileus obstruksi adhesi pascaoperasi berulang pada 12 % pasien yang diberi terapi non-operatif dan 8-32% pada pasien setelah tindakan operatif. (Moran,2007; Wilson,1999) Hasil penelitian Fevang et al tahun 2004 mengatakan bahwa satu tahun setelah tindakan operasi dalam kasus sumbatan usus halus akibat adhesi akan mempunyai risiko untuk terjadi sumbatan ulang sebesar 7%, dalam 10 tahun akan mempunyai risiko 18% dan akan tetap meningkat hingga 29% pada 25 tahun pasca operasi yang pertama. Tidak ada pasien yang mengalami kejadian obstruksi berulang setelah 25 tahun pasca sumbatan usus halus akibat adhesi.
SAKIT PERUT PADA ANAK
SAKIT PERUT PADA ANAK Oleh dr Ruankha Bilommi Spesialis Bedah Anak Lebih dari 1/3 anak mengeluh sakit perut dan ini menyebabkan orang tua membawa ke dokter. Sakit perut pada anak bisa bersifat akut dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada
Lebih terperinciKONSEP TEORI. 1. Pengertian
KONSEP TEORI 1. Pengertian Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
Lebih terperinciTINGKAT KEBERHASILAN TERAPI NON OPERATIF PADA ILEUS OBSTRUKSI KARENA ADHESI PASCAOPERASI DI SUB-BAGIAN BEDAH DIGESTIF RSHS BANDUNG TAHUN
TINGKAT KEBERHASILAN TERAPI NON OPERATIF PADA ILEUS OBSTRUKSI KARENA ADHESI PASCAOPERASI DI SUB-BAGIAN BEDAH DIGESTIF RSHS BANDUNG TAHUN 2003-2008 Disusun sebagai Prasyarat untuk Menyelesaikan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan adhesi (Fang, 2010; Binda,2006; Binda,2009) laparotomi berkisar antara 67% hingga 93%. Adhesi peritonium merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adhesi peritonium merupakan suatu tantangan klinis penting dalam operasi gastrointestinal sebagai komplikasi dari iritasi peritonium baik karena infeksi ataupun trauma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis
Lebih terperinciPENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI
PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya
Lebih terperinciVENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL
VENTRICULO PERITONEAL SHUNTING (VPS) : PERBANDINGAN ANTARA VPS TERPANDU LAPAROSKOPI & VPS DENGAN TEKNIK BEDAH TERBUKA KONVENSIONAL Dipresentasikan Oleh : Aji Febriakhano Pembimbing : dr. Hanis S,Sp.BS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden kematian apendisitis pada anak semakin meningkat, hal ini disebabkan kesulitan mendiagnosis appendik secara dini. Ini disebabkan komunikasi yang sulit antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..
BAB VI PEMBAHASAN Pembentukan adhesi intraperitoneum secara eksperimental dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu model iskemia, model perlukaan peritoneum, model cedera termal, dengan benda asing,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan
Lebih terperinciILEUS PARALITIK. Ali Djumhana
ILEUS PARALITIK Ali Djumhana Sub Bagian Gastroentero-Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD / RS dr.hasan Sadikin B a n d u n g Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan
Lebih terperinciAPPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.
APPENDISITIS I. PENGERTIAN Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) II. ETIOLOGI Appendisitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang terjadi oleh apapun penyebabnya yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. terhentinya migrasi kraniokaudal sel krista neuralis di daerah kolon distal pada
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan tiadanya sel ganglion parasimpatis pada pleksus submukosus Meissneri dan pleksus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adhesi intraperitoneum paska laparotomi merupakan masalah bagi dokter
BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Adhesi intraperitoneum paska laparotomi merupakan masalah bagi dokter bedah. Adhesi menimbulkan morbiditas bagi pasien berupa obstruksi intestinal, sehingga sering
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Agus priyanto,2008). Apendisitis merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasinya dan kapsulnya yang tipis Glisson capsule. Cedera organ hepar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyebab tingginya angka kematian pada pasien trauma tumpul abdomen adalah perdarahan pada organ hepar yang umumnya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis terutama ditemukan di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit batu kandung empedu atau kolelitiasis merupakan penyakit yang lazim ditemukan dalam masyarakat, terutama pada wanita dan usia lanjut. Walaupun penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan, penggunaan antibiotik profilaksis untuk infeksi luka operasi (ILO) pada pembedahan harus dipertimbangkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.
BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI
Lebih terperinciProsiding Pendidikan Dokter ISSN: X
Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Angka Kejadian, Karakteristik dan Gambaran Radiologi Foto Polos Abdomen pada Pasien Ileus Obstruktif di Rumah Sakit Al-Ihsan Bandung Tahun 2014-2015 The Incidence,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciOMPHALOMESENTERIKUS REMNANT
OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi dan topografi daerah abdomen, patogenesis omphalomesenterikus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks, obstruksi limfoid, fekalit, benda asing, dan striktur karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran
Lebih terperinciAPPENDICITIS (ICD X : K35.0)
RUMAH SAKIT RISA SENTRA MEDIKA MATARAM PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU BEDAH TAHUN 2017 APPENDICITIS (ICD X : K35.0) 1. Pengertian (Definisi) 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.
Lebih terperinciDEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar.
CA. KOLON DEFINISI Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitar. ETIOLOGI Penyebab kanker usus besar masih
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna
Lebih terperinci2. POKOK BAHASAN / SUB POKOK BAHASAN
Modul 35 Bedah Digestif ADHESIOLISIS (No. ICOPIM: 5-544) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran umum: Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi dari isi
Lebih terperinciSyok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi
Syok Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.
Lebih terperinciDokter Pembimbing : dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad dr. Yolanda Maria Sitompul, Sp.Rad
Dokter Pembimbing : dr. Evo Elidar Harahap, Sp.Rad dr. Yolanda Maria Sitompul, Sp.Rad Presented By : PUTRI ALYA 0310070100089 YUSUF BASRI SIREGAR 081001307 DINDA YUSDITIRA 0810070100065 HJ. PEBRI DEWIANA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesakitan, infertilitas dan nyeri perut. Pengetahuan tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adhesi intraabdomen setelah operasi menyebabkan timbulnya beberapa hal seperti kesakitan, infertilitas dan nyeri perut. Pengetahuan tentang pathogenesis terjadinya
Lebih terperinciLAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN
LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut survei WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai 5,9 juta per tahun dengan angka kematian 9661 ribu orang meninggal. Negara tertinggi yang menderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkiraan tindakan pembedahan di dunia adalah 234 juta tindakan setiap tahunnya bahkan melebihi jumlah kelahiran. Pada tahun 2002, bank dunia melaporkan bahwa dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meissner dan pleksus mienterikus Auerbach. Sembilan puluh persen kelainan ini
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan kongenital pada kolon yang ditandai dengan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada pleksus submukosa Meissner
Lebih terperinciModul 24 REPOSISI (MILKING) PADA INVAGINASI SALURAN PENCERNAAN (No. ICOPIM: 5-458)
Modul 24 BEDAH REPOSISI (MILKING) PADA INVAGINASI SALURAN PENCERNAAN (No. ICOPIM: 5-458) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti anatomi usus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Fraktur femur merupakan salah satu trauma mayor di bidang Orthopaedi. Dikatakan sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara kongenital yang memberi
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciPYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY
PYLORUS STENOSIS HYPERTROPHY Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi, fisiologi, patologi dan patogenesis dari hypertrophic
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis (umbai cacing). 1,2 Penyakit ini diduga inflamasi dari caecum (usus buntu) sehingga disebut typhlitis
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa puasa ( nil by mouth ) telah dikenal selama bertahun-tahun dandipraktekkan selama 50 tahun terakhir setelah tindakan operasi saluran cerna dimana dalam
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperincia. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida
A. Pengertian Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk asalnya atau dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi. Ekskresi di sini merupakan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan penyebab utama kecacatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu penyebab paling umum pada kasus akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan endotoksin
Lebih terperinciBAB II ILEUS OBSTRUKTIF
BAB II ILEUS OBSTRUKTIF DEFINISI Obstruksi usus terjadi ketika pasase dan propulsi/pengeluaran normal tidak terjadi. Obstruksi ini bisa terjadi pada usus halus (small bowel obstruction), pada colon (large
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR. saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan
1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau Ileus menurut Sjamsuhidajat (1997) adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya trias kematian (hipotermia, asidosis dan koagulopati) yang kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma merupakan permasalahan utama yang dihadapi pada kehidupan moderen saat ini. Secara global, 10% dari seluruh jumlah kematian disebabkan oleh trauma. Perkembangan
Lebih terperinciTips Mengatasi Susah Buang Air Besar
Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan
Lebih terperinciBAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS. kedokteran. : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada sistem neuropsikiatri
BAHAN AJAR V ARTERITIS TEMPORALIS Nama Mata Kuliah/Bobot SKS Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran : menerapkan ilmu kedokteran
Lebih terperinciBAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi
BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi
Lebih terperinciA. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Pada apendisitis akut sering ditemukan adanyaabdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut. - tidak ditemukan gambaran spesifik.
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN
HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASAR KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PASCA APENDEKTOMI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001). Hernia adalah sebuah tonjolan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap pembedahan, dilakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk baik menghilangkan rasa nyeri yang kemudian disebut dengan anestesi. Dan keadaan hilangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciK35-K38 Diseases of Appendix
K35-K38 Diseases of Appendix Disusun Oleh: 1. Hesti Murti Asari (16/401530/SV/12034) 2. Rafida Elli Safitry (16/401558/SV/12062) 3. Zidna Naila Inas (16/401578/SV/12082) K35 Acute Appendicitis (Radang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciPenyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar
Lebih terperinciBAB II. Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah. Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan tidak adanya
BAB II A. Pengertian Mega kolon adalah dilatasi dan atonikolon yang disebabkan olah massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. (Brunner & Suddarth, 2001) Mega kolon suatu osbtruksi kolon yang disebabkan
Lebih terperinciGAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked. Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta
GAGAL GINJAL Zakiah,S.Ked Kepaniteraan Klinik Interna Program Studi Pendidikan Dokter FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta 2010-2011 DEFINISI Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
Lebih terperinciKasus 1 (SGD 1,2,3) Pertanyaan:
Kasus 1 (SGD 1,2,3) Seorang wanita Ny. DA usia 32 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga datang ke RS mengeluh nyeri pinggang kanan memberat sejak 2 bln sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri menjalar hingga
Lebih terperinciPELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)
PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan
Lebih terperinciABORTUS INKOMPLIT. No. Dokumen : No. Revisi : - Tanggal Terbit : Halaman : 1/ Sutarjo, SKM, M.MKes NIP
SOP NIP. 19620305 198803 1 008 UPT Puskesmas Gegesik 1. Pengertian Abortus Inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar darimkavum uteri masih ada yang tertinggal 2. Tujuan Sebagai acuan petugas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di
Lebih terperinci