BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. penggunaannya. Kesejahteraan sosial menunjuk kondisi kehidupan yang baik,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. penggunaannya. Kesejahteraan sosial menunjuk kondisi kehidupan yang baik,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Frasa kesejahteraan sosial mengalami pergeseran dalam pemahaman dan penggunaannya. Kesejahteraan sosial menunjuk kondisi kehidupan yang baik, terpenuhinya kebutuhan materi untuk hidup, kebutuhan spiritual, kebutuhan sosial seperti ada tatanan (order) yang teratur, konflik dalam kehidupan dapat dikelola, keamanan dapat dijamin, keadilan dapat ditegakkan sehingga setiap orang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum, tereduksinya kesenjangan sosial ekonomi (Fitzpatrick, 2001 : 6). Midgley (2005:21) mengkonseptualisasikan dalam 3 kategori pencapaian kesejahteraan, yakni pertama, sejauh mana masalah sosial itu dapat diatur. Kedua, sejauh mana kebutuhan dapat dipenuhi. Ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat diperoleh. Semuanya ini bisa diciptakan dalam kehidupan bersama, baik ditingkat keluarga, komunitas maupun masyarakat secara luas. Diskursus tentang kesejahteraan telah lama dilakukan oleh banyak filsuf Yunani dan Romawi kuno. Perdebatan tersebut berawal dari keyakinan tentang perubahan sosial yang tidak pernah berhenti di dalam kehidupan masyarakat. Perubahan sosial ini merupakan sebuah proses menuju kondisi kehidupan yang semakin baik, umumnya orang menyebut dengan kondisi yang sejahtera (wellbeing) (Soetomo, 2009 : 3). Bila kesejahteraan adalah tujuan akhir dari perkembangan masyarakat maka pembangunan adalah cara pencapaiannya. Kedua frasa ini sering kali dibicarakan

2 secara terpisah. Pembangunan ditujukan pada persoalan teknis (instrument) sedang kesejahteraan dipandang mampu diakomodir hanya dalam kegiatan pelayanan masyarakat akibatnya konsep kesejahteraan menjadi semakin sempit dan dirasa dapat dipayungi oleh 1 departemen tertentu dalam pemerintahan di Indonesia. Alur logika berpikir yang terpisah seperti ini akan membuka peluang keduanya untuk berdiri sendiri sebagai sebuah kepentingan yang praktis. Artinya, pembangunan berdiri sebagai rasionalitas instrumental tanpa mengindahkan nilai (value) demikian pula kesejahteraan akan kehilangan makna sehingga terjebak dalam persoalan yang sama yaitu bertolok ukur pada pencapaian dengan ukuran materiil. Banyak pemikir ekonomi telah mengembangkan berbagai pendekatan alternatif. Pada tahun 1970 Hans Singer dan Richard Jolly berpendapat tentang peran penting ketenagakerjaan dalam pembangunan. Di tahun 1980, Paul Streeten dan Frances Stewart mengemukakan ide bahwa kebutuhan dasar adalah prioritas penting dalam pembangunan. Pada tahun 1980, Amartya Sen mendefinikan pembangunan sebagai perluasan kapabilitas manusia untuk mencapai nilai (value). Pembangunan dipandang sebagai dinamika kemanusiaan. Didasari oleh pemikiran ini, Mahbub ul Haq memperkenalkan pembangunan sebagai proses membentuk ekosistem dimana manusia dapat mencapai kehidupan yang bermartabat. Mahbub ul Haq meninggalkan konsep pertumbuhan ekonomi dan mengembangkan konsep Human Development Index (HDI) sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat. Human Development Index merupakan mengambil 3 area penting, yaitu, ketahanan hidup, pengetahuan dan proses menikmati

3 kehidupan yang layak tersebut. Pada dekade ini, paradigma pembangunan telah mengalami perkembangan yang signifikan (Kelley, 1991 : 316). Karya-karya Sen berdampak besar terhadap perkembangan paradigma baru dalam dunia pembangunan mulai dari tahun Pembangunan diartikan ulang sebagai frasa yang mengikutsertakan kemanusiaan sebagai pokok pikiran. Pendekatan kapabilitas Sen menantang pandangan ekonomi dunia pada masa itu. Sen menjelaskan bahwa pilihan sosial dan diskusi publik mungkin dilakukan dan memang dibutuhkan. Ia memengaruhi ide dan keputusan yang dibuat oleh pelaku pembangunan lainnya. Termasuk didalamnya kebijakan Milennium Development Goals. 1. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan Millenium Development Goals? 2. Apa pokok-pokok pemikiran Amartya Sen? 3. Bagaimana kebijakan global Millennium Development Goals dalam perspektif pemikiran Amartya Sen? 2. Keaslian Penelitian Penelitian ini berupaya menganalisis kebijakan global Millennium Development Goals dalam perspektif ekonomi Amartya Sen. Sejauh penelusuran dan pengamatan mengenai karya-karya ilmiah dalam Fakultas Filsafat dan berbagai Fakultas lain belum ada pembahasan mengenai pemikiran Amartya Sen

4 dalam kebijakan Millennium Development Goals. Peneliti menemukan beberapa karya ilmiah yang menggunakan kajian pembangunan diantaranya : 1. Haryanto, Sri Telaah Kritis Etika Sosial terhadap Moralitas Pembangunan Ekonomi Orde Baru. S-1 Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini merumuskan etika sosial sebagai dasar moralitas pembangunan ekonomi di Indonesia. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah pembangunan orde baru yang ditinjau dari kacamata etika sosial. 2. Ananta, Andreas Arinda, Paradigma Ekonomi Liberal di Indonesia dalam Perspektif Krisis Ilmu Thomas Kuhn. S-1 Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang perspektif ilmiah Thomas Kuhn fase krisis ilmu untuk menganalisa paradigma ekonomi liberal. Pokok dari penelitian ini adalah tinjauan teori fase krisis Thomas Kuhn terhadap paradigma ekonomi liberal. 3. Oktaviani, Maureen Millennium Development Goals : Sistem Pendidikan Indonesia. S-1 Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya. Fokus kajian skripsi ini adalah poin kedua dalam Millennium Development Goals, yaitu pendidikan. Skripsi ini membahas mengenai pendidikan dan kebijakankebijakannya yang telah dicanangkan oleh Indonesia berdasarkan kebijakan publik Republik Indonesia. 4. Nuryani Peran Millennium Development Goals dalam Melestarikan Lingkungan Hidup di Indonesia. S-1 Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah poin ke delapan dari Millennium Development Goals. Skripsi ini mengulas peran serta

5 MDGs sebagai rezim global untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang memprioritaskan pelestarian lingkungan hidup di Indonesia. Peneliti menemukan beberapa penelitian dengan menggunakan objek formal pemikiran Amartya Sen, antara lain : 1. Yalasena, Andika. Pendekatan Kapabilitas Amartya Sen sebagai Kritik Terhadap Kesetaraan John Rawls. S-1, Universitas Indonesia. Pada halaman pertama disebutkan skripsi ini mengaji prinsip kesetaraan dan keadilan yang Amartya Sen tawarkan sebagai upaya menjawab permasalahan ketidakbebasan. 2. Dosiwoda, J.Adrian. Pajak Penghasilan dan Pembangunan Manusia di Indonesia : Evaluasi terhadap korelasi antara prinsip keadilan dan prinsi efisiensi dalam penarikan pajak penghasilan individu menggunakan konsep kebebasan dari Amartya Sen. S-1, Universitas Indonesia. Skripsi ini mengulas tentang pemikiran konseptual keadilan melalui kebebasan individu Amartya Sen dalam mengevaluasi sistem pajak penghasilan individu di Indonesia. 3. Rujikarwati, Erdi. Pemikiran Kebebasan Amartya Sen Terhadap Kehidupan Masyarakat Sebuah Kajian Filsafat Sosial, S-2, Universitas Indonesia. Penelitian ini membahas mengenai konsep kebebasan Amartya Sen sebagai upaya untuk menghindari berbagai kekurangan dan bencana sehingga melalui kebebasan yang utuh, masyarakat mampu mengembangkan dirinya dan berperan aktif dalam pembangunan. 4. Sahadewa, Ngurah Weda. Refleksi Filosofis Tentang Kapabilitas Dalam Buku Idea of Justice Karya Amartya Sen, Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini konsep kapabilitas, khususnya yang terdapat dalam buku Idea of Justice karya

6 Amartya Sen. Penelitian ini juga mengaji tentang pentingnya peran kapabilitas untuk pencapaian kesejahteraan. Peneliti tidak menemukan penelitian yang mengaji Millenium Development Goals dalam kerangka pemikiran Amartya Sen sehingga dapat disimpulkan bahwa belum ada skripsi atau naskah akademis lainnya yang melakukan penelitian ini. 3. Manfaat Penelitian Penelitian ini memberi manfaat, antara lain : 1. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya pembelajaran untuk menganalisis dalam perspektif filsafat dan memberikan telaah kritis terhadap masalah aktual. Diharapkan hal ini kelak membantu peneliti dalam upaya menyesuaikan pemikiran pemikiran filsafat berdasarkan keadaan. 2. Bagi Perkembangan Ilmu Filsafat Penelitian ini diharapkan mampu menginventaris salah satu teori Amartya Sen khususnya yang tentang Pendekatan Entitlement, Pendekatan Kapabilitas dan Human Development. Kajian-kajian terhadap karya Amartya Sen cenderung masih kurang dilakukan, mengingat Amartya Sen merupakan salah satu pemikir dalam bidang filsafat ekonomi kontemporer. Kelangkaan ini khususnya terjadi di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemantik untuk selanjutnya memunculkan lebih banyak ketertarikan terhadap interpretasi filosofis lain terhadap pemikiran Amartya Sen. 3. Bagi Masyarakat, Bangsa, dan Negara

7 Penelitian ini dilakukan dengan bertolak dari permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, oleh karenanya sangat disayangkan apabila manfaat penelitian ini tidak kembali pada pihak yang menginspirasinya. Peneliti memiliki harapan yang besar akan manfaat yang dapat diberikan penelitian ini bagi masyarakat, bangsa, dan negara, dalam isu-isu pembangunan dan permasalahan-permasalahan ekonomi-politik yang dihadapi oleh masyarakat. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membahas pertanyan-pertanyaan yang telah dikemukan di rumusan masalah, yaitu : 1. Mendeskripsikan pengertian dan poin pokok yang terdapat dalam Millenium Development Goals. 2. Menguraikan pokok-pokok pemikiran Amartya Sen. 3. Menganalisis Millennium Development Goals dalam perspektif pemikiran Amartya Sen C. Tinjauan Pustaka Pembangunan merupakan sebuah proses multidimensional. Pembangunan yang bersifat multidimensi tersebut menjadikan definisi mengenai pembangunan sangat beragam dan senantiasa terus diperdebatkan. Pandangan mengenai pembangunan mengalami perubahan dan perbaikan secara terus menerus dari berbagai aspek. Dimensi pembangunan sangat luas, yakni ekonomi, sosial, politik,

8 legal, institusional, teknologi, lingkungan hidup, agama, budaya dan lain sebagainya (Sunmer, 2008 : 25). Mansour Fakih menjelaskan bahwa untuk memahami pembangunan perlu melihat sejarah yang dimulai pada akhir Perang Dunia Kedua. Gagasan pembangunan pertama kali menjadi diskursus, ditandai dengan ungkapan Presiden Harry S. Truman pada tanggal 20 Januari 1949 yang melontarkan kebijakan pemerintah Amerika Serikat, yaitu dengan istilah keterbelakangan (underdevelopment). Menurut Mansour Fakih disebutkan itu merupakan saat pertama dibukanya diskursus tentang pembangunan (Fakih, 2001). Konsep pertama yang diutarakan tentang pembangunan adalah pembangunan merupakan proses perubahan struktural di masyarakat. Kata kunci dari pembangunan adalah proses, dalam artian terjadi sebuah perubahan pada 1 dimensi, misalnya, perubahan sosial yang terjadi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan yang terjadi pada 1 dimensi tersebut akan membawa dampak perubahan pada dimensi yang lain, misalnya terjadinya perubahan status sosial dimasyarakat, hubungan kerja, dan lain sebagainya (Sunmer, 2008 : 26). Negara mengalami perubahan setiap waktu, baik itu berupa peningkatan ekonomi maupun perubahan sosial di masyarakat. Proses perubahan ini telah berjalan dalam jangka waktu yang panjang dan proses tersebut yang dimaknai sebagai pembangunan. Pembangunan tidak hanya berarti proses perubahan yang baik. Krisis, kelaparan, dan permasalahan-permasalan sosial lainnya juga merupakan bagian dari pembangunan karena hal tersebut dapat diakomodasi

9 dalam prespektif yang luas dari perubahan ekonomi dan sosial (Sunmer, 2008 : 26). Potter (2008) mengutip Thomas (2000) mengkategorikan terdapat perbedaan definisi pembangunan yang seringkali digunakan, antara lain : 1. Pembangunan sebagai perubahan yang fundamental dan struktural, contohnya adalah pertumbuhan dan pemasukan. 2. Pembangunan sebagai campur tangan dan aksi-aksi yang dilakukan dengan tujuan untuk perbaikan. 3. Pembangunan sebagai perbaikan, dengan manfaat yang baik sebagai hasil keluaran. 4. Pembangunan sebagai jalan untuk perbaikan, meliputi perubahan yang dapat memfasilitasi pembangunan dimasa mendatang. Defini yang diajukan oleh Thomas mengarahkan pada pengertian bahwa pembangunan tidak hanya berupa proses peningkatan-peningkatan semata. Peningkatan merupakan 1 dimensi yang dilingkupi oleh pembangunan pembangunan, misalnya pendapatan per individu mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan tersebut akan muncul berbagai masalah, seperti konsumsi bahan pangan yang naik mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah. Pembelian alat transportasi (mobil, motor, dan lain sebagainya) meningkat menyebabkan tingkat kemacetan yang tinggi, permasalahan parkir, polusi dan lain sebagainya (Potter, 2008 : 33). Pembangunan juga dapat dimaknai sebagai instrumen untuk mengukur perkembangan maupun perubahan yang terjadi didalam masyarakat. Berdasarkan

10 pada pengertian ini, pembangunan mampu menetapkan target-target dan indikator-indikator yang dapat diukur dan dapat dikomparasikan dengan target tersebut. Pengertian tersebut yang diadaptasi oleh praktisi-praktisi dalam agen pembangungan internasional. Permasalahan-permasalahan seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan merupakan dimensi mendasar dari kesejahteraan. Millennium Development Goals, sebagai bagian dari pembangunan, memiliki peran penting untuk mengupayakan, mengukur dan menilai perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat terkait permasalahan-permasalahan tersebut. D. Landasan Teori Setiap individu memiliki gambaran atas kualitas hidup yang ingin dicapainya. Kualitas hidup tersebut merupakan tatanan yang menggambarkan kehidupan yang kebutuhan-kebutuhan didalamnya telah terpenuhi. Kualitas hidup juga merupakan pengembangan dari kebutuhan-kebutuhan pokok yang telah disesuaikan dengan tujuan dan cita-cita. Oleh karena itu, jika kondisi tersebut belum terpenuhi, akan muncul usaha-usaha pencapaian kualitas hidup. Usaha-usaha inilah salah satunya yang melatarbelakangi kebutuhan manusia untuk menjadi makhluk ekonomi. Menurut Georg Friedrich List ( ) dalam Medema (2004), terdapat 5 tahap kehidupan ekonomi manusia, diantaranya : (1) perburuan dan perikanan, (2) peternakan, (3) pertanian, (4) pertanian dan kerajinan setempat, (5) pertanian, industri, perniagaan internasional. Masalah-masalah ekonomi telah dilakukan sejak peradaban awal dalam bentuk perburuan. Meskipun pada saat itu ekonomi belum berdiri sebagai ilmu, melainkan seni, yaitu seni mencukupi kebutuhan, seni

11 melengkapi alat-alat berburu (yang saat ini dikenal sebagai alat-alat modal atau alat produksi), dan lain sebagainya. Cabang ilmu yang secara sistematis membedakan perlaku manusia yang ekonomis dan yang non ekonomis baru timbul pada zaman modern, namun istilah ekonomi sudah dikenal sejak zaman kejayan kebudayaan Yunani, sekitar empat abad sebelum Masehi (Soule, 1994:11). Kesejahteraan sebagai tujuan pembangunan merupakan bentuk perkembangan dan perubahan sosial dalam ekonomi. Pembangunan diterjemahkan dari Bahasa Inggris, yaitu development. Mansour Fakih (2003) mengemukakan bahwa kata development dapat diartikan sebagai salah satu teori bahkan ideologi tentang perubahan sosial, akan tetapi juga dapat diartikan sebagai sebuah realitas dalam kehidupan masyarakat, sehingga merupakan konsep yang netral. Sebagai konsep dan pengertian yang netral, perubahan dalam kehidupan masyarakat menuju kondisi ideal tersebut sering menggunakan kata perkembangan masyarakat maupun pembangunan masyarakat secara bergantian. Dalam pengertian sebagai realitas dan fenomena sosial, pembangunan masyarakat dapat terjadi melalui proses dan mekanisme alamiah. Bagi Heraklitus perubahan terjadi secara terus menerus. Proses perubahan alami ini bersifat dialektis. Tiap hal memiliki sifat yang berlawanan dan dalam keberbedaannya itu memiliki kesatuan. Perubahan merupakan benturan dari unsur-unsur yang berlawanan dalam kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya membawa kematangan dalam kehidupan yang lebih baik. Pemikiran ini selanjutnya mewarnai pemikiran-pemikiran berikut tentang perubahan masyarakat yang

12 diharapkan di masa datang. Masyarakat selalu berubah secara dinamis, yakni berevolusi menjadi dewasa (matang) lalu hancur dan berikutnya tumbuh lagi seperti perubahan dalam mikro organisme (Midgley, 2005:59). Charles Darwin dan Herbert Spencer (Ritzer, 1983:26, Midgley, 2005:61) serta pengikutnya merupakan pemikir yang mempercayai bahwa seleksi alam akan menyisakan masyarakat yang terbaik dan mampu bertahan. Oleh sebab itu usaha intervensi dalam proses perubahan yang dilakukan oleh negara menuju tercapainya kesejahteraan justru mengganggu dan melemahkan dan akhirnya menghancurkan masyarakat (Midgley, 2005:61). Georg Hegel dan Karl Marx (Ritzer, 1983:15, Medgley, 2005:63) berada dalam logika yang sama, namun memiliki perbedaan penjelasan tentang terjadinya perubahan. Hegel menekankan bahwa sebab perubahan itu adalah benturan perkembangan ide manusia, yang diekspresikan melalui benturan antara tesis dan antitesis yang kemudian menyatu dalam sintesis. Namun antitesis yang dikemukakan oleh Karl Marx untuk membantah pemikiran Hegel adalah sebaliknya bukanlah benturan ide yang menyebabkan perubahan itu, akan tetapi karena konflik kepentingan materi (Susetiawan, 2000:11). Adam Smith (Midgley, 2005:62, Rapley, 2007:15) adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa perubahan sosial itu terjadi karena aktivitas ekonomi manusia. Perubahan yang terjadi di masyarakat, yang ditandai oleh industri manufaktur dan perdagangan asing, yang berakibat kepada kesejahteraan manusia, adalah akibat dari aktivitas ekonomi. Perekonomian itu diatur oleh hukum alam sehingga menjadi sistem yang mandiri dan mengatur dirinya sendiri.

13 Pada awal revolusi industri, Smith menentang apa pun ide intervensi pemerintah yang berlebihan terhadap para merkantilis, bagaimana pun intervensi pemerintah harus minimal. Smith percaya akan hak untuk mempengaruhi kemajuan ekonomi diri sendiri dengan bebas, tanpa dikendalikan oleh perkumpulan dan atau negara. Ia memandang pembangunan ekonomi sebagai proses pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi dengan memanfaatkan mekanisme pasar. Suatu perekonomian akan tumbuh dan berkembang jika mekanisme pasar berjalan baik dan sempurna. Syarat yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah investasi dan spesialisasi yang kontrol melalui mekanisme pasar. Pemikiran ekonomi tersebut yang kemudian dianggap sebagai dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme, sehingga Smith kerap dianggap sebagai salah satu pelopor sistem ekonomi kapitalis. Menurutnya setiap individu cenderung akan mencari keuntungan untuk dirinya, tetapi dia dituntun oleh invisible hand untuk mencapai tujuan akhir yang bukan menjadi bagian keinginannya. Dengan jalan mengejar kepentingan dirinya sendiri dia sering memajukan masyarakat lebih efektif. Amartya Sen mengkritik pemikiran tersebut. Menurutnya pemikiran Smith tidak cukup memadai untuk menjelaskan motif tindakan ekonomi karena terperangkap dalam Ego. Sementara bagi Sen, ego atau self-interested tidak pernah memenuhi syarat untuk menjawab keseluruhan motif tindakan ekonomi manusia. Motif ekonomi individu tidak bisa hanya berasal dari dalam dirinya, melainkan dari banyak faktor di luar diri.

14 E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan buku Metode Penelitian Filsafat (Bakker dan Zubair, 1990) model yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian mengenai masalah aktual (model 6.A). Objek material dalam penelitian ini adalah Millennium Development Goals sebagai paradigma pembangunan global. Objek formal penelitian ini yaitu filsafat ekonomi, khususnya dalam pemikiran ekonomi Amartya Sen. Penelitian ini tidak berpretensi untuk meneliti kembali mengenai Millennium Development Goals, namun meninjaunya secara filosofis dalam kajian penelusuran hakikat tersembunyi. Penelitian ini berusaha mengurai bentuk pemikiran Amartya Sen dalam pembangunan Millenium Development Goals. 2. Bahan Penelitian Untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah yang diajukan, proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Ada pun materi penelitian terkait yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pustaka Primer Data primer yaitu data yang menjadi rujukan utama bagi proses penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah karya-karya Amartya Sen, antara lain: 1. Sen, Amartya Poverty and Famine : An Essay on Entitlement and Deprivation. Oxford : Clarendon. 2. Sen, Amartya Development as Freedom. New York: A Division of Random House Inc.

15 3. United Nations Indicator for Monitoring the Millennium Development Goals. New York : United Nations Publication. b. Pustaka Sekunder Selain buku buku yang dicantumkan tersebut, sumber pustaka sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui naskah akademik yang diterbitkan dalam buku, transkrip wawancara, artikel maupun oleh jurnal dalam kampus dalam dan luar negeri, yang aksesnya diperoleh melalui internet, antara lain : 1. Morris, Christopher Amartya Sen Contempory Philosophy in Focus. New York : Cambridge University Press. 2. Kuklys, Wiebke Amartya Sen s Capability Approach: Theoretical Insight and Empirical Application. New York : Springer. 3. Devereux, Stephen Sen s Entitlement Approach : Critiques and Counter- Critiques. Oxford Development Studies Vol 29 No 3. Serta sumber-sumber sekunder yang lainnya dapat dilihat di daftar pustaka. 3. Alur Penelitian Penelitian ini menjalani beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : 1. Inventarisir data: mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian mengenai paradigma pembangunan Millennium Development Goals dan studi kepustakaan pemikiran Amartya Sen baik berupa buku, jurnal dan artikel untuk kemudian dikaji lebih lanjut. 2. Klasifikasi data: memilah data yang telah diperoleh menjadi data primer dan data sekunder. Pemilahan dan klasifikasi dilakukan pada sumber seperti buku, jurnal dan artikel yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Data

16 primer digunakan sebagai referensi utama, sementara data sekunder adalah data penunjang penelitian. 3. Analisis data: dengan melalukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan metode yang dipilih untuk melakukan penelitian. Data yang dianalisis mencakup data primer dan data sekunder mengenai obyek material dan formal terkait. 4. Penyusunan hasil: merupakan penulisan yang akan dilakukan secara sistematis dan koreksi terhadap penelitian. 4. Analisis Hasil Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan metode hermeneutika filsafati dengan unsur-unsur metodis pada model penelitian pandangan filosofis di lapangan yang merujuk pada buku Metode Penelitian Filsafat (Bakker dan Zubair, 1993: ), antara lain : 1. Deskripsi Menguraikan hasil pemahaman secara sistematis mengenai paradigma pembangunan Millennium Development Goals dan pemikiran Amartya Sen agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik penelitian. 2. Interpretasi Data mengenai Millennium Development Goals yang telah diperoleh dari penelitian lapangan maupun studi kepustakaan kemudian dianalisis melalui teori ekonomi Amartya Sen. 3. Kesinambungan historis

17 Data yang diperoleh dipahami dengan memperhatikan fenomena-fenomena khusus. Diselidiki pengaruh dan pandangan pandangan melalui fenomenafenomena yang terjadi dengan demikian konsepsi aktual dalam situasi atau masalah akan menjadi lebih jelas. 4. Analisis kritis Menunjukkan pemikiran Amartya Sen yang terdapat dalam Millennium Development Goals dan menganalisis potensi yang dimiliki oleh Millennium Development Goals untuk dapat menjadi sumbangan dalam pembangunan. F. Hasil Yang Dicapai Hasil yang dicapai melalui penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Memperoleh pemahaman mengenai pengertian, tujuan dan hasil yang dicapai oleh Millennium Development Goals. 2. Memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif dan objektif mengenai teori dalam filsafat ekonomi, khususnya teori Amartya Sen. 3. Menemukan kesesuaian antara pokok ide Millenium Development Goals dengan prinsip-prinsip pemikiran Amartya Sen. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini merupakan gambaran umum mengenai isi dari keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

18 1. BAB I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka sebagai dasar dari landasan teori, metode yang dipakai dalam penelitian, hasil yang dicapai dalam penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB II membahas mengenai masalah aktual yang dikaji yaitu Millenium Development Goals. Pembahasan mengenai Millennium Development Goals meliputi sejarah, pengertian dan tujuan utama yang hendak dicapai dengan Millennium Development Goals. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai posisi Millennium Development Goals dalam pembangunan. 3. BAB III membahas teori ekonomi secara umum. Kemudian sebagai objek formal penelitia, secara khusus akan dipaparkan mengenai teori pembangunan ekonomi Amartya Sen yaitu pendekatan entitlement, pendekatan kapabilitas dan human development. 4. BAB IV berisi hasil penelusuran ide pokok dan prinsip-prinsip Millennium Development Goals dan tinjauan Millennium Development Goals dalam pemikiran Amartya Sen serta potensi-potensi yang dimiliki oleh Millennium Development Goals yang berlandaskan pemikiran Amartya Sen. 5. Bab V merupakan penutup, didalamnya memuat rangkaian penulisan penelitian yang berisikan kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 1 2 BAB I Memahami Ekonomi Politik Internasional A. Pendahuluan Negara dan pasar dalam perkembangannya menjadi dua komponen yang tidak terpisahkan.

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Novia Kencana, S.IP, MPA novia.kencana@gmail.com Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju

Lebih terperinci

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL 1. Hubungan Interaksi Sosial dan Dinamika Kehidupan Sosial Interaksi sosial akan menyebabkan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks. Jalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki tempat dan peranan yang sangat penting. Teknologi bahkan membantu memecahkan persoalan manusia.

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Rifka S. Akibu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA Perangkat kelembagaan dimaksud, meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu berhubungan, cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) tadi, secara kaidah atau norma yang mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah 174 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah Marx yang mengulas arsitektural pemerintahan sebagai objek material membuahkan hasil yang menunjukkan pemerintahan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA

2014 PEMIKIRAN MUBYARTO TENTANG EKONOMI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Ekonomi disuatu Negara memang sudah menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan karena pada hakikatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan tidak mengenal batasan, baik di pedesaan ataupun perkotaan. Saat ini kemiskinan di Indonesia menjadi sorotan dunia, tingkat ekonomi Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori Pertumbuhan Ekonomi Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter,

Lebih terperinci

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang dijalaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan pelanggan dengan potensi profitable dengan membangun sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelanggan merupakan kunci keberhasilan bisnis. Oleh sebab itu, perusahaan melakukan berbagai cara untuk membuat pelanggan meningkat dan tetap setia, namun

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA KEMISKINAN PERKOTAAN DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

KETERKAITAN ANTARA KEMISKINAN PERKOTAAN DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR KETERKAITAN ANTARA KEMISKINAN PERKOTAAN DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: LUTFI FADLI L2D 004 332 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam membuat suatu penelitian tentunya dibutuhkan suatu metode, begitu pula dalam pembuatan penelitian hukum dalam bentuk skripsi ini. Metode sendiri ialah suatu kerangka kerja

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita olahraga merupakan salah satu berita yang sering dihadirkan oleh media untuk menarik jumlah pembaca. Salah satu berita olahraga yang paling diminati masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang 134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai

Lebih terperinci

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu:

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: 07.30-09.10 Agus Wahyudi Kantor : R. 508, FISIPOL UGM Telepun : 901198 Email : awahyudi@ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan sesuai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi

Lebih terperinci

BAB I MEMAKNAI PEMBANGUNAN BERKEADILAN DAN BERKELANJUTAN

BAB I MEMAKNAI PEMBANGUNAN BERKEADILAN DAN BERKELANJUTAN BAB I MEMAKNAI PEMBANGUNAN BERKEADILAN DAN BERKELANJUTAN Pembangunan (development) mulai ramai diperbincangkan sejak tahun 1949 pasca Perang Dunia II. Harry S. Truman, Presiden Amerika Serikat (AS) ketika

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Oleh : Septy Indriyani (15105244006) Teknologi Pendidikan A A. PENDAHULUAN Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana peranan filsafat ilmu dalam perkembangan ilmu pengetahuan? 2. Bagaimana perkembangan ilmu geografi? 3. Apa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, 96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa poin yang bisa ditarik sebagai kesimpulan dan sekaligus akan menjawab rumusan masalah,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 Tema: Perumahan dan Permukiman Indonesia: Masa Lalu, Kini dan Ke Depan I. LATAR BELAKANG Sarasehan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan

Lebih terperinci

SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA

SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA PENDIDIKAN PANCASILA SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA PENGERTIAN IDEOLOGI DAN IDEOLOGI TERBUKA IDEOLOGI-IDEOLOGI BESAR DI DUNIA: LIBERALISME-KAPITALISME, SOSIALISME,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daerah lainnya diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daerah lainnya diatur dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta adalah daerah setingkat provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan tata pemerintahan. Tata pemerintahan

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Apriliyah S. Napitupulu, Pengaruh Indikator Komposit Indeks

BAB I PENDAHULUAN. 1 Apriliyah S. Napitupulu, Pengaruh Indikator Komposit Indeks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

Term of Reference (TOR)

Term of Reference (TOR) Term of Reference (TOR) GORESAN PENA SOSIAL 2017 Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Perguruan Tinggi Nasional Tahun 2017 Tema : Reorientasi Pembangunan Melalui Sustainable Development Goals (SDGs) Sub Tema:

Lebih terperinci

SEJARAH ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

SEJARAH ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PERKEMBANGAN ADMINISTRASI ATAU MANAJEMEN SEBAGAI SENI SEJARAH ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN Fase Prasejarah Sejarah Modern A. FASE PRASEJARAH 1. Zaman Peradaban Mesopotamia (Irak) Pemerintahan, perdagangan,

Lebih terperinci

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme Studi Media Perspektif Media Krititis MIKOM Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman.

Tinjauan Buku. Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tinjauan Buku Alvin Plantinga, Where The Conflict Really Lies: Science, Religion and Naturalism (New York: Oxford University, 2011), 376 halaman. Tesis utama Plantinga dalam buku ini ialah bahwa konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat. Demikian

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP PENELITIAN

TAHAP-TAHAP PENELITIAN TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap penulisan laporan. A. TAHAP PERENCANAAN 1. Pemilihan masalah, dengan kriteria: Merupakan tajuk penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu upaya pemerintah dalam memacu proses industrialisasi pertanian adalah dengan introduksi sistem pertanian yang mampu mendorong produksi dan produktivitas

Lebih terperinci

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN Sudarno Sumarto Policy Advisor - National Team for the Acceleration of Poverty Reduction Senior Research Fellow SMERU Research

Lebih terperinci

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si

KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL. Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si KONTRUKSI SOSIAL DARI TEORI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Oleh : Dr. Purwowibowo, M.Si Pendahuluan Saat ini, dimanapun di dunia ini, klien berjuang di dalam berbagai lembaga untuk menemui pekerja sosial. Barangkali

Lebih terperinci

Konflik Politik Karl Marx

Konflik Politik Karl Marx Konflik Politik Karl Marx SOSIALISME MARX (MARXISME) Diantara sekian banyak pakar sosialis, pandangan Karl Heindrich Marx (1818-1883) dianggap paling berpengaruh. Teori-teorinya tidak hanya didasarkan

Lebih terperinci

DIMENSI STRATEGIS MANAJEMEN PEMBANGUNAN

DIMENSI STRATEGIS MANAJEMEN PEMBANGUNAN DIMENSI STRATEGIS MANAJEMEN PEMBANGUNAN Oleh: Prof. Dr. Rakhmat, Drs., MS Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan yang lainnya yang ditandai oleh pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep Penulis: Suryo Sakti Hadiwijoyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

Etika Bisnis dan Globalisasi

Etika Bisnis dan Globalisasi Etika Bisnis dan Globalisasi Globalization: the process by which the economic and social systems of nations are connected together so that goods, services, capital, and knowledge move freely between nations.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN DIAN SIMATUPANG 1

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN DIAN SIMATUPANG 1 PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN DIAN SIMATUPANG 1 SISTEMATIKA PROPOSAL PENELITIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan B. Pokok Permasalahan II TUJUAN PENELITIAN III. TINJAUAN PUSTAKA IV. KERANGKA

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL (3 SKS) POKOK BAHASAN : SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA Oleh : DESKRIPSI Indonesia, bersistem ekonomi campuran dengan nama Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan hak konstitusional setiap warga Negara. Dengan memiliki jaminan kesehatan setiap warga negara berhak mendapat layanan kesehatan. Jaminan

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang selanjutnya disebut CSR menjadi topik hangat yang sering dibicarakan selama beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke depan. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke depan. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan pendidikan bagi anak bangsa itu. Kemajuan dalam satuan jangka waktu yang panjang akan dapat memprediksi

Lebih terperinci

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik

BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika

Lebih terperinci

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan tetapi bukan merupakan satu-satunya. Pembangunan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci