BAB III DINAMIKA HUBUNGAN AS DAN TIONGKOK DENGAN NEGARA-NEGARA DI ASIA PASIFIK. Amerika Utara dan Amerika Selatan yang disebut dengan Ceruk pasifik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III DINAMIKA HUBUNGAN AS DAN TIONGKOK DENGAN NEGARA-NEGARA DI ASIA PASIFIK. Amerika Utara dan Amerika Selatan yang disebut dengan Ceruk pasifik"

Transkripsi

1 BAB III DINAMIKA HUBUNGAN AS DAN TIONGKOK DENGAN NEGARA-NEGARA DI ASIA PASIFIK A. Potensi Kawasan Asia Pasifik Kawasan Asia pasifik secara umum merupakan kawasan yang terdiri dari komponen wilayah Asia Timur, Asia Tenggara, Oseania, Amerika Utara dan Amerika Selatan yang disebut dengan Ceruk pasifik (pacific basin), berada pada lingkar samudera pasifik (pacific rim). Asia Timur yang meliputi daratan Tiongkok, taiwan, jepang dan semenanjung korea, dan asia tenggara sebagai dua sosiogeografi yang besar disamping bagian-bagian lain dalam kawasan tersebut. Deskripsi geografis mengenai Asia pasifik tidak selalu merupakan definisi yang paling tepat. Asia pasifik merupakan kawasan yang lebih banyak dilihat terutama dari sudut pandang ekonomi. Asia pasifik menjadi potensial dikarenakan keberadaan negara-negara besar dan juga negaranegara berkembang dengan nilai ekonomi yang tinggi. Dalam perkembangan dunia internasional, di akhir tahun 1980an ketika berdiri Organisasi Asia Pacific Economic Commission (APEC) yang dengan sendirinya mendefinisikan diri sebagai representasi dari kawasan. Organisasi ekonomi tersebut hingga kini tetap eksis dan menjadi satu organisasi regional yang paling kuat di kawasan, terutama ditinjau dari akumulasi sumber daya negara-negara di dalamnya. 49

2 Sejak memasuki abad ke-21, perkembangan kawasan Asia Pasifik yang signifikan telah menyebabkan berubahnya tatanan geopolitik dan geoekonomi dunia. Saat terjadi krisis di akhir 90-an, kawasan Asia Pasifik tergolong mampu bertahan dari dampak krisis. Negara-negara di kawasan ini bahkan mampu membangun kembali perekonomian mereka dan lahir kembali sebagai the new emerging power di dalam panggung internasional. Hal tersebut tidak terlepas dari kehadiran negara-negara industrial baru atau New Industrial Countries semisal Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Singapura yang mampu mengangkat Asia secara khusus dan Asia Pasifik secara umum. Dalam dekade berikutnya negara-negara produsen di Asia telah menangkap sebagian besar dari rantai produksi global dan menjadi pusat dari perputaran ekonomi global. Secara umum kawasan asia pasifik merupakan kawasan yang potensial dalam hal skala dan dinamisnya kawasan ini. Asia pasifik mengakumulasi lebih dari 50 % total 7, 3 milyar populasi dunia 1. Angka ini berbanding lurus dengan skala ekonomi dan perdagangan yang sangat besar. Dari total 14 milyar dolar AS nilai perdagangan dunia pada tahun 2010, 9 milyar dolar AS disumbangkan oleh 21 negara anggota APEC, baik sebagai importir maupun eksportir, atau keduanya. Dengan negara-negara APEC, nilai perdagangan Amerika Latin mencapai 1 milyar dolar AS, dengan Asia dan Oseania sebesar 2 milyar dolar AS dan lintas pasifik juga senilai 2 1 CIA World Fact Book melalui diakses pada tanggal 10 Oktober

3 milyar AS dolar. 2 Kawasan ini tidak hanya berfungsi sebagai lahan produksi dunia, tapi juga sangat penting sebagai sumber perdagangan jasa, teknologi dan investasi serta pasar potensial bagi barang-barang konsumsi. Asia pasifik juga merupakan kawasan yang memiliki pasar manufaktur yang kuat. Hal ini dikarenakan faktor ketersediaan tenaga kerja yang murah. Hal ini sangat berpengaruh bagi besarnya produksi barang tekstil, elektronik, produk otomotif, alat berat, dan banyak lagi. Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan adalah eksportir utama mobil, peralatan industri dan mesin berat. Singapura, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Malaysia adalah eksportir utama bahan semikonduktor dan produk elektronik. Tiongkok dan Indonesia adalah pemimpin dalam ekspor minyak dan tekstil. Di sisi lain, kawasan Asia Pasifik juga mengimpor minyak dan bahan baku dari Timur Tengah dan Amerika Latin. Juga mobil dan elektronik yang diimpor dari Eropa dan AS. Komoditas impor utama meliputi makanan, produk-produk energi, pertahanan, peralatan penerbangan, kendaraan berat dan bahan baku. 3 Dilihat dari skala GDP, Asia Pasifik merupakan kawasan yang menyumbang GDP terbesar di dunia. IMF mencatat GDP negara anggota APEC sebesar 43,7 trilyun dolar AS pada tahun 2015 atau hampir mencapai 2 3 Peter A. et.al, 2014, The TPP, China And The FTAAP: The Case For Convergence, hal 2 diakses dari pada 23 November 2016 Economy Watch Content, Asia Pacific Trade, Exports and Imports, diakses dari pada tanggal 12 Oktober

4 60% dari total 73,6 trilyun dolar AS GDP seluruh dunia. 4 Selain itu, perekonomian kawasan ini dinamis dan terus berkembang dengan rata-rata kenaikan pendapatan nasional pertahunnya lebih dari 4%. Meskipun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya namun tidak dapat dipungkiri bahwa Asia Pasifik, khususnya bagi negara-negara yang kini tergabung dalam organisasi regional APEC memiliki potensi pendapatan yang besar dari tahun ke tahun. Kawasan asia pasifik merupakan kawasan yang dinamis sebagaimana yang terlihat, kawasan ini menjadi pusat percontohan dalam hal inovasi seperti rantai pasokan modern. Dengan sumber daya alam yang beragam dan didukung oleh tingkat pembangunan di negara-negara dalam kawasan yang memungkinkan perpindahan yang mudah bagi produk, manusia dan juga sumber daya murah. Kawasan asia pasifik sebagai kawasan yang dinamis dapat dilihat dari salah satu indikator peningkatan hubungan formal dari negara-negara di kawasan. Meskipun merupakan kawasan yang terdiri dari banyak negara yang beragam, namun hubungan formal antara negara dalam kawasan semakin meningkat baik dalam kerangka multilateral maupun bilateral. Dalam bidang perdagangan, perjanjian perdagangan bebas meningkat terutama dalam dekade 2000an. Pada dekade ini, Asia Pasifik telah menjadi zona paling dinamis bagi aktivitas perdagangan bebas. Negara-negara di kawasan sangat aktif dalam berbagai negosiasi dan perjanjian perdagangan bebas. Pada pertengahan 2013, tercatat sudah ada 4 IMF world outlook economy 2015, diakses dari pada 26 November

5 107 proyek perjanjian perdagangan bebas, dimana 75 diantaranya sudah dan sedang dalam proses untuk ditandatangani. Perjanjian-perjanjian perdagangan dalam kawasan lebih didominasi oleh perjanjian yang bersifat bilateral. 90% perjanjian-perjanjian tersebut merupakan kesepakatan antara dua negara. 5 Perdagangan di Asia pasifik tidaklah mudah untuk digeneralisasi sebagaimana perdagangan di kawasan lainnya. Selain karena jumlah negara yang banyak, Asia Pasifik merupakan kawasan yang beragam dan masih dalam tahap menuju integrasi kawasan yang lebih kuat. Salah satu representasi dari proses integrasi di Asia Pasifik dapat dilihat dari keberadaan APEC. Meskipun sudah ada sejak 1989, APEC hingga kini hanya terdiri dari 21 negara yang berada di lingkar pasifik, tidak termasuk Korea Utara yang terletak di semenanjung korea dan berbatasan langsung dengan Tiongkok. Oleh karenanya hubungan Tiongkok dan korea utara memiliki agenda perdagangan yang terpisah dengan agenda di negaranegara Asia Pasifik pada umumnya. Kehadiran organisasi regional baru di Asia Pasifik kemudian banyak diprediksi tinggal menunggu momentum. Negara-negara yang kuat terutama dalam hal perekonomian tidak akan luput menjadikan asia pasifik sebagai satu bagian terpenting dalam geostrateginya. Setelah abad eropa yang telah berlalu, banyak pengamat menyebutkan bahwa pusat percaturan internasional telah bergeser ke asia pasifik. Zenko Suzuki, mantan Perdana 5 Free Trade Agreements in The Asia Pacific, diakses dari pada 16 oktober

6 Menteri Jepang, dalam pidatonya di Honolulu tahun 1982, bahkan sudah memprediksi bahwa abad 21 adalah abad Asia Pasifik. Hal ini didasarkan fakta bahwa wilayah Asia Pasifik meliputi 50% lautan yang ada di permukaan bumi, ditambah dengan sumber daya alam dan sumber makanan melimpah yang menjadikan kawasan ini begitu dinamis. 6 Abad Pasifik ditandai pula dengan banyaknya hubungan bilateral maupun multilateral yang ada di dalam kawasan sebagaimana telah disebutkan di awal. Kondisi ini disebut sebagai sindrom spagheti bowl dimana kawasan Asia Pasifik mempunyai ratusan perjanjian perdagangan yang masih dalam proses diskusi dan negosiasi, atau sudah ditandatangani. Dalam kenyataannya, hal ini sudah mampu menstimulasi lahirnya sebuah rezim internasional dalam skala yang lebih besar. Terutama melihat pemain utama di kawasan adalah negara-negara dengan kapabilitas politik dan ekonomi yang kuat. B. AS dan Trans Pasific Partnership Dengan luas wilayah 9,83 juta kilometer persegi dan penduduk sebesar 323 juta jiwa, AS adalah negara terbesar ketiga berdasarkan luas wilayah dan berdasarkan jumlah penduduknya. AS juga merupakan negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia, dengan nilai GDP sebesar 18, 4 triliun dolar AS. 7 Kawasan Asia-Pasifik, khususnya negara-negara APEC 6 7 Sukawarsini Djelantik, 2015, Asia Pasifik: Kerjasama dan Relasi Antarkawasan ed-1, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal. 34. CIA World Fact Book melalui diakses pada tanggal 10 Oktober

7 merupakan wilayah yang paling penting bagi AS dalam hal aktifitas ekonomi dan perdagangan. Tabel 1 Ekspor AS ke Negara-negara APEC (juta dolar AS) Tujuan Dunia APEC Kanada Meksiko Tiongkok Jepang Korea Selatan Sumber: diolah dari situs resmi Trademap ( Berdasarkan statistik Trademap, pada tahun 2013, negara-negara APEC menerima 61% dari total ekspor AS ke seluruh dunia. Ekspor AS ke negara-negara APEC setipa tahunnya mengalami peningkatan sekitar 0,50%. Meskipun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan, namun hal tersbut tidak dapat menggugurkan sebuah anggapan pentingnya peran negara-negara APEC yang menjadi mitra kegiatan ekspor AS, melihat lebih dari 60% ekspor AS mengarah ke negara-negara APEC, dari keseluruhan ekpornya ke seluruh dunia. Sedangkan AS mengimpor sekitar 65% dari negara-negara APEC. Hal tersebut dapat kita lihat dalam tabel berikut; 55

8 Tabel 2 Impor AS dari Negara-negara APEC (dalam juta dolar AS) Tujuan Dunia APEC Tiongkok Kanada Meksiko Jepang Korea Selatan Sumber: diolah dari situs resmi Trademap ( Sejak puluhan tahun pasca kemenangan terhadap Jepang di Perang Dunia II, AS telah menjadi aktor dominan di pasifik. Ditambah penempatan armada perang di pasifik sejak era Perang Dunia II dan Perang Dingin merupakan salah satu wujud kekuatan AS di kawasan. Pangkalan-pangkalan militer yang berdiri dikawasan ini selama perang dingin merefleksikan peran AS sebagai penyedia payung keamanan kawasan. AS tidak dipungkiri merupakan kekuatan hegemoni dunia, tidak hanya di kawasan Asia Pasifik yang merupakan batas langsung di pantai timur. Kekuatan AS yang sudah hadir sejak lama di kawasan, ditambah aliansi tradisionalnya di dalam kawasan adalah kunci dari hegemoni bertahun-tahun. Pada saat berlangsungnya Perang Dingin, AS bersaing 56

9 dengan Uni Soviet yang pada saat itu saling menanamkan dan memperluas pengaruhnya di Asia Pasifik. Bahkan ketika terjadi Perang Korea dan Perang Vietnam, AS sudah ikut andil dalam konstalasi yang terjadi. Sebagai kekuatan tradisional, AS telah lama superior dalam segala aspek hubungan internasional. Dalam setiap era pemerintahan yang berbeda sekalipun, AS selalu menjalankan berbagai macam kebijakan luar negeri yang mendukung penguatan posisi sebagai pemimpin dunia. Pasca kemenangan Blok AS pada Perang Dingin, AS menjadi masyarakat postindustrial dan mengalami defisit perdagangan. Kondisi perekonomian AS pun goyah karena terlibat perang yang berkepanjangan. Karena kondisi tersebutlah, fokus perhatian AS beralih dari Asia Pasifik ke Timur Tengah. Timur Tengah menjadi penting dan fokus perhatian bagi kebijakan AS selanjutnya karena AS memperoleh miliaran barel minyak dari Timur Tengah. Bagi banyak pengamat, kehadiran AS di Timur Tengah tersebut lebih kepada kepentingan perbaikan ekonominya melalui minyak Timur Tengah. Barulah pada tahun 2011, dalam masa pemerintahan Obama, kebijakan AS yang dalam beberapa tahun terfokus di Timur Tengah dikembalikan ke Asia Pasifik. Lewat sarangkaian kunjungan Obama ke negara-negara Asia Pasifik saat itu, AS kembali fokus ke Asia secara resmi melaui kebijakan pivot to Asia atau Rebelancing. Dalam kunjungan ke Australia, Obama di hadapan parlemen Australia menyatakan bahwa sudah saatnya AS mengembalikan perhatian kepada kawasan potensial Asia 57

10 Pasifik. 8 Hal ini kemudian merefleksikan kembali fokus AS terhadap Asia Pasifik dan menjadi titik balik dari perubahan wajah Asia Pasifik dalam tahun-tahun berikutnya. Salah satu strategi dari Pivot to Asia adalah bergabungnya AS dalam TPP pada tahun Trans-Pacific Partnership merupakan perjanjian yang melibatkan 12 negara Asia Pasifik dalam blok perdagangan regional. Awalnya perjanjian ini dikenal sebagai Trans-Pacific Strategic Economic Partnership (TPSEP) yang diluncurkan pada tahun 2002 di sela pertemuan APEC. TPSEP tersebut merupakan inisiasi dan komitmen dari tiga negara yang dikenal sebagai Pacific-3 (P-3) yakni Chili, Singapura dan New Zealand. Tiga tahun berselang negosiasi ini menjadi Pacific-4 (P-4) setelah Brunei Darussalam memutuskan bergabung. Di tahun 2005, deklarasi di Korea Selatan menjadikan TPSEP sebagai satu blok perdagangan regional baru di Asia Pasifik dengan empat negara pendiri. Negosiasi tersebut menyimpulkan bahwa perjanjian mulai berlaku pada tahun 2006 dengan catatan bahwa negosiasi jasa keuangan dan perjanjian investasi ditangguhkan selama dua tahun. 9 Meskipun skala ekonomi keempat negara pendiri TPSEP relatif kecil, namun negara-negara tersebut mencanangkan pengembangan bagi perjanjian sebagai basis untuk blok perdagangan Pasifik yang lebih besar 8 9 Rong Chen, 2013, A Critical Analysis of the U.S. Pivot toward the Asia-Pacific: How Realistic is Neo-realism?, Connections: The Quarterly Journal, hal 41 Global Research, The Origins and Evolution of the Trans-Pacific Partnership (TPP), diakses dari pada 23 november

11 dan memutuskan untuk mengimplementasikan keterbukaan perdagangan antara negara anggota pada tahun Di tahun 2008, lima negara yaitu AS, Australia, Malaysia, Peru dan Vietnam menyatakan niat untuk bergabung dengan kesepakatan P-4. Kemudian kesembilan negara tersebut sepakat mengubah nama perjanjian menjadi Trans-Pacific Partnership untuk merefleksikan proses perluasan keanggotaan. 10 Pada Maret 2010, dalam putaran pertama negosiasi TPP di Melbourne, Australia, sembilan negara TPP menyepakati proyek yang dikenal dengan kesepakatan perdagangan abad dua satu yang ambisius dengan menyelaraskan aturan dalam hukum ketenagakerjaan, perlindungan lingkungan dan hak kekayaan intelektual. Terhitung sejak masuknya AS dalam perundingan, seluruh negosiasi TPP diambil alih oleh AS. Pada forum pertemuan APEC tahun 2011di Honolulu, AS memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengarahkan pembahasan mengenai TPP di dalam forum yang dihadiri 21 negara anggota APEC tersebut. Implikasi yang jelas terlihat dari kepemimpinan AS dalam TPP adalah ketika Kanada, Jepang dan Meksiko memutuskan bergabung di TPP. 10 Inkyo Cheong, ADBI working Paper Series: Negotiations for the TPP Agreement: Evaluation and Implication and Implication for East Asian Regionalism, hal 6, diakses dari pada 25 november

12 Tabel 3 Proses Negosiasi TPP* TAHUN Akhir 90-an 2002 PERKEMBANGAN NEGOSIASI Pembicaraan informal antara AS, Chile, Singapura, Australia dan New Zealand tentang integrasi regional Perundingan hanya dilanjutkan oleh Chile, Singapura dan New Zealand 2005 Brunei bergabung sebagai pendiri TPSEP 2008 AS, Australia, Malaysia, Peru dan Vietnam mengutarakan minat bergabung dalam negosiasi 2009 AS resmi bergabung dalam negosiasi Australia, Peru, Vietnam dan Malaysia bergabung dalam negosiasi Jepang, Kanada dan Meksiko memperlihatkan minat bergabung 2012 Kanada dan Meksiko resmi bergabung dalam negosiasi 2013 Jepang resmi bergabung dalam negosiasi Sumber: Diambil dari berbagai referensi Hingga saat ini TPP sudah beranggotakan 12 negara Asia Pasifik yang kesemuanya juga merupakan anggota APEC. Ke-12 negara tersebut mengakumulasi 40 % total ekonomi dunia dan sepertiga dari perdagangan 60

13 dunia. Dengan potensi demikian, TPP dianggap sebagai blok perdagangan terbesar dalam sejarah. 11 Tabel 4 GDP Negara Anggota TPP (dalam juta dolar AS) ANGGOTA TPP Brunei Darussalam , , ,0 Australia , , ,0 Canada , , ,5 Chile , , ,7 Japan , , ,6 Malaysia , , ,6 Mexico , , ,3 New Zealand , , ,0 Peru , , ,7 Singapore , , ,3 United States , , ,0 Vietnam , , ,3 Sumber: diambil dari situs Worldbank, UNESCAP ( Meskipun belum ada teks perjanjian yang resmi dirilis oleh TPP, namun hingga saat ini terdapat 30 bab dalam kesepakatan TPP. Gambaran umum mengenai 30 bab yang sudah dinegosiasikan tersebut mulai dari 11 Yifei Xiao, Competitive Mega-regional Trade Agreements: Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) vs. Trans-Pacific Partnership (TPP), College Undergraduate Research Electronic Journal: , University of Pennsylvania, hal 5 61

14 aspek akses terhadap pasar seperti pengurangan hambatan tarif dan non-tarif dan kuota produk agrikultur, hingga pada aturan spesifik dalam isu perdagangan seperti peraturan mengenai hak kekayaan intelektual dan juga standar ketenagakerjaan maupun standar lingkungan 12. Dengan penekanan tersebut, kesepakatan TPP ini dinilai oleh banyak pengamat sebagai kesepakatan yang menerapkan High Standar dalam segala aspek aturannya. C. Tiongkok dan Free Trade Agreement Asia Pacific Dalam diplomasi ekonomi Tiongkok, APEC menjadi salah satu yang paling relevan. Dengan masuknya Tiongkok dalam WTO pada 2001, maka dengan keanggotaan Tiongkok di WTO berhak menentukan untuk melakukan reformasi sesuai dengan peranannya dalam masyarakat internasional, mulai dari perbaikan jangkauan pasar (penurunan biaya masuk atas produk manufaktur dari luar, distribusi dan sebagainya) serta penerapan hak intelektual demi peningkatan daya saing Tiongkok. Hal ini juga kemudian menjadi sarana kepada Tiongkok dan negara-negara Asia- Pasifik dalam melakukan kegiatan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi tiongkok yang begitu pesat, membawa ekspansinya pada kawasan asia pasifik. Kawasan Asia-Pasifik, khususnya negara-negara APEC merupakan wilayah yang paling penting bagi Tiongkok dalam hal aktifitas ekonomi dan 12 Congressional Research Service, The Trans-Pacific Partnership (TPP) In Brief, hal. 3-4 diakses dari pada 25 november

15 perdagangan. Berdasarkan statistik Trademap, pada tahun 2013, negaranegara APEC menerima 65% dari total ekspor Tiongkok ke seluruh dunia senilai 1,43 trilyun dolar AS dan 46% ekspor Tiongkok tersebut merupakan produk mesin, tools, sparepart, alat-alat listrik dan produk high technology lainnya. 13 Tabel 5 Ekspor Tiongkok ke Negara-negara APEC (juta dolar AS) Tujuan Dunia APEC AS Hong Kong Jepang Korea Selatan Vietnam Singapura Sumber: diolah dari situs resmi Trademap ( Kegiatan ekspor Impor Tiongkok juga di dominasi oleh negaranegara APEC. Hal ini dapat dilihat dari besarnya ekspor Tiongkok yang mencapai 65% ditujukan pada negara-negara APEC pada tahun Meskipun mengalami penurunan sekitar 1,5% pada tahun 2014, namun hal 13 Diakses dari pada tanggal 10 Juli

16 ini tidak begitu memberikan dampak yang signifikan terhadap tiongkok, terlihat dengan kegiatan ekspor Tiongkok ke seluruh dunia tetap mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Disisi lain, Tiongkok mengimpor kebutuhannya sekitar 63% dari negara-negara APEC. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut; Tabel 6 Impor Tiongkok dari Negara-negara APEC (juta dolar AS) Eksportir Dunia APEC Korea Selatan AS Taiwan Jepang Australia Sumber: diolah dari situs resmi Trademap ( APEC juga sangat penting dalam investasi asing dengan 70% FDI Tiongkok dari kawasan ini. Selama beberapa dekade terakhir, Triangular Trade antara Tiongkok, negara Asia Timur dan Amerika Utara khususnya AS telah muncul dan meningkatkan perdagangan intra-regional dengan Tiongkok di Asia Pasifik. Tiongkok mengekspor barang jadi dan barang manufaktur setengah jadi ke pasar AS, sementara Tiongkok mengimpor 64

17 bahan baku, barang setengah jadi, dan capital goods dari kawasan dan kemudian mereka memprosesnya dengan nilai yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan besarnya volume arus perdagangan, seiring dengan besarnya FDI yang masuk ke Tiongkok, membuat perdagangan Tiongkok terbesar ketiga dan penerima FDI terbesar di dunia. 14 Perlu diketahui bahwa sebelum menyetujui FTAAP, Tiongkok telah mengikuti negara lain yang menaruh perhatian pada Regional Trade Agreement (RTA) dan Free Trade Agreement (FTA). Tiongkok telah menandatangani perjanjian dengan enam mitra perdagangan bebas dan saat ini sedang melakukan negosiasi dengan enam mitra untuk perjanjian tersebut. Selain itu, dari beberapa proposal integrasi ekonomi yang ditawarkan kepada Tiongkok, Asia Timur Free Trade Area (EAFTA) yang merupakan usulan negara-negara ASEAN+3 (ASEAN-Tiongkok-Jepang- Korea) menjadi sangat disukai oleh pemimpin Tiongkok. 15 Berdasarkan laporan yang dibuat oleh ADB, sampai saat ini Tiongkok memiliki 33 FTA dengan negara-negara lain. Sepuluh diantaranya sedang dalam proses pengkajian, tujuh sedang berada dibawah negosisasi, dan enam belas sedang berlangsung. 16 diantaranya merupakan kesepakatan dengan negara-negara kawasan Asia-Pasifik, diantaraya: ASEAN-Tiongkok Comprehensive Economic Coorporation Agreement Pacific Economic Cooperation Council. PECC/ABAC joint study on FTAAP 2007 papers. Sheng Bin, The Political Economy of an Asia Pacific Free Trade Area: A China Perspective, dalam APEC Trade Agenda: The Political Economy of a Free Trade Area of the Asia Pacific, diedit oleh PECC dan ABAC, hal.53. Asia Regional Integration Center Tracking Asian Integration. Diakses dari pada 15 november

18 2. People's Republic of China-Hong Kong, China Closer Economic Partnership Arrangement 3. People's Republic of China-Macao Closer Economic Partnership Arrangement 4. People's Republic of China-Thailand Free Trade Agreement 5. People's Republic of China-Australia Free Trade Agreement 6. People's Republic of China-Chile Free Trade Agreement 7. New Zealand-People's Republic of China Free Trade Agreement 8. People's Republic of China-Japan-[Republic of] Korea Free Trade Agreement 9. People's Republic of China-[Republic of] Korea Free Trade Agreement 10. People's Republic of China-Peru Free Trade Agreement 11. People's Republic of China-Singapore Free Trade Agreement 12. Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6) 13. People's Republic of China-Taipei,China Economic Cooperation Framework Agreement 14. Asia-Pacific Trade Agreement 15. East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) 16. Regional Comprehensive Economic Partnership Meskipun pergeseran perdagangan antara Tiongkok dan partnernya telah meningkat sejak Tiongkok bergabung di WTO, yang kebanyakan diantaranya merupakan anggota APEC, namun para pengusaha eksportir 66

19 Tiongkok menyatakan keperihatinan yang besar terhadap semua jenis hambatan teknis dan tindakan-tindakan perlindungan lain terhadap ekspor Tiongkok, misalnya barang pertanian, peralatan elektronik, mainan, alas kaki, produk karet, dan tekstil dan pakaian. Oleh karena itu, inisiatif untuk mengurangi hambatan perdagangan di Asia-Pasifik diperkirakan akan menyelesaikan masalah ketidakseimbangan yang terjadi, perselisihan dan krisis antara Cina dan mitranya di kawasan itu. 17 APEC adalah satu forum kerjasama ekonomi di kawasan asia pasifik yang cukup diperhitungkan dalam beberapa dekade terakhir. Dibentuk tahun 1989, forum ini relatif cukup agresif dalam membahas isuisu ekonomi, khususnya upaya pembentukan liberalisasi perdagangan dan investasi kawasan. Pada tahun 1994 menjadi momentum para pemimpin APEC memebahas tentang penguatan kerjasama ekonomi negara-negara anggota APEC. Hal tersebut yang kemudian dikenal sebagai Bogor Goals. Bogor Goals adalah seperangkat tujuan yang ditargetkan untuk mewujudkan perdagangan bebas dan terbuka di Asia-Pasifik yang disepakati oleh anggota ekonomi pada tahun 1994 di Bogor, Indonesia. Para pemimpin telah setuju untuk mengadopsi tujuan jangka panjang perdagangan bebas dan terbuka, serta investasi di Asia-Pasifik. Tujuan ini akan ditempuh dengan mengurangi hambatan perdagangan dan investasi dan dengan mempromosikan free flows good, jasa dan modal antar pelaku ekonomi APEC. Inisiatif tersebut bertujuan untuk peningkatan arus modal untuk 17 Pacific Economic Cooperation Council Op.Cit hal 2 67

20 barang, orang, investasi dan layanan untuk lintas batas. Beberapa contohnya termasuk penyederhanaan prosedur kepabeanan dan mengurangi tarif serta meningkatkan iklim usaha di negara anggota. 18 Pembentukan integrasi ekonomi kawasan menjadi satu agenda penting APEC dalam beberapa tahun terakhir. Poin penting yang dapat disimpulkan deklarasi Bogor tahun 1994 adalah bahwa APEC mempromosikan regionalisme terbuka yang mendukung sistem perdagangan multilateral dan Bogor Goals. Menurut deklarasi Bogor, penguatan kerjasama ekonomi APEC akan didasarkan pada kemitraan yang setara, tanggung jawab bersama, saling menghormati, untuk kepentingan bersama, dan manfaat umum. APEC juga akan memajukan multilateral sistem perdagangan, liberalisasi perdagangan dan investasi di wilayah Asia- Pasifik, dan pembangunan kerjasama Asia Pasifik. Selain itu, pada deklarasi tersebut, mereka menentang adanya sebuah blok perdagangan yang melihat kedalam serta hal yang dapat menghambat perdagangan bebas tingkat global. APEC akan mendukung Bogor Goals dengan memajukan perdagangan bebas dan liberalisasi investasi. Dengan demikian hasil dari liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik akan megurangi hambatan dalam APEC dan juga antara pelaku ekonomi APEC dan pelaku ekonomi non-apec. APEC juga akan memastikan bahwa pembangunan ekonomi non-apec juga memperoleh keuntungan dari perdagangan dan liberalisasi investasi APEC. Selain itu, upaya liberalisasi 18 APEC, Bogor Goals, Dipublikasikan pada 13 may Diakses dari diakses pada 10 november

21 perdagangan dan investasi APEC akan sesuai dengan Aturan GATT / WTO. 19 Secara khusus, konsep regionalisme terbuka dapat dimanfaatkan untuk memastikan bahwa APEC mampu mewujudkan FTAAP dalam bentuk perjanjian perdagangan bebas (FTA), meskipun APEC telah menyatakan sebelumnya bahwa hal itu bertentangan dengan pembentukan blok perdagangan. Ini berarti bahwa perjanjian FTAAP akan harus transparan dan terbuka. Dengan demikian, FTAAP akan memajukan integrasi ekonomi regional APEC dan open regionalism. 20 Komitemen Bogor Goals Dalam deklarasi tersebut, anggota APEC sepakat untuk terciptanya liberalisasi perdagangan dan investasi tahun 2010 bagi ekonomi maju dan tahun 2020 bagi ekonomi berkembang. Selanjutnya, untuk mencapai tujuan tersebut APEC juga telah memulai membahas langkah lebih lanjut dengan upaya pembentukan Free Trade Area of Asia Pacific (FTAAP). 21 Keinginan APEC untuk memajukan Free Trade Area Asia-Pasifik (FTAAP) telah meningkat sedari bebarapa tahun lalu. Ini kemudian menjadi alasan mengapa APEC mengadakan Collective Strategic Study FTAAP, meskipun sampai saat ini APEC menganggap FTAAP menjadi tujuan jangka panjang. Ini berarti bahwa ada peluang besar bagi Chen-Seng Ho, 2014, Advancing an APEC Framework for Realizing FTAAP, Paper dipresentasikan pada ASCC Confrence 2014 di Qiandao, China. Diakses dari he_ftaap.pdf pada 25 november 2016 Chen-Seng Ho, 2016, Formulating Guidines for Attaining the FTAAP, Research Fellow Chinese Taipei APEC Study Center. Paper dipresentasikan pada ASCCC 2016 Arequipa, Peru, diakses dari he_ftaap.pdf pada 25 November 2016 Sigit Aris Prasetyo, 2011, APEC dan Proses Integrasi Ekonomi Regional di Kawasan Asia Pasifik, Jurnal Kajian Wilayah, Vol.2 No. 2, PSDR LIPI hal

22 APEC untuk membahas masa depan FTAAP. Dengan batas waktu untuk mencapai Bogor Goals yang akan terealisasi pada tahun 2020, APEC harus merundingkan tujuan yang tepat setelah Bogor Goals, hal ini untuk melanjutkan kemajuan integrasi ekonomi regional APEC. Dorongan dibentuknya FTAAP sebenarnya berasal dari masukan APEC Business Advisory Council s (ABAC) tahun 2004 yang mengusulkan APEC untuk mempelajari fisibilitas FTAAP. Banyaknya free trade di kawasan menjadikan kerjasama menjadi lebih kompleks sehingga dan memberikan efek noodle bowl atau Sphagetti bowl yang membingungkan kalangan bisnis, serta menambah biaya dan beban administrasi. Pembentukan FTAAP bertujuan untuk meningkatkan perdagangan dan inverstasi dan kemakmuran ekonomi kawasan. Namun demikian, gagasan tersebut tidak langsung dapat diterima dalam pertemuan para pemimpin APEC (APEC Economic Leader s Meeting - AELM APEC) 2004 di Santiago, Chile, dan APEC AELM 2005 di Busan, Korea. 22 Dua tahun setelah pengkajian FTAAP ditolak, baru pada pertemuan puncak para pemimpin ekonomi APEC (AELM) di Hanoi, Vietnam tahun 2006 gagasan tersebut diterima para pemimpin APEC. Para pemimpin APEC tersebut menginstruktrisikan para menteri dan pejabat tingginya untuk mengkaji lebih lanjut mengkaji lebih lanjut cara dan langkah-langkah demi mendorong integrasi ekonomi regional (Regional Economic Integration REI), diantaranya dalam jangka panjang melakukan kajian 22 Ibid

23 tentang kemungkinan pembentukan Free Trade Area of the Asia Pasific (FTAAP) yang merupakan salah satu cara/opsi mendorong tercapainya integrasi ekonomi regional. 23 Dalam hal ini, pada tahun 2006, ekonomi APEC sepakat untuk meneliti prospek jangka panjang dari Free Trade Area Asia-Pasifik (FTAAP). Mulai tahun 2010, para pemimpin APEC sepakat untuk membentuk suatu format yang berbeda tentang FTAAP. Hasil KTT APEC 2010 salah satunya menyepakati pembentukan FTAAP dibahas diluar APEC yang merupakan opsi meghindari deadlock penentuan nasib FTAAP dikarenakan adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam APEC sendiri, misalnya prinsip non-binding yang diterapkan dalam sistem APEC. Selanjutnya dalam dekalarasi tersebut, para pemimpin APEC sepakat bahwa ke depan APEC berperan sebagai inkubator FTAAP, sebagai defining, shaping dan addressing pembentukan next generation isu-isu perdagangan dan investasi di dalam FTAAP. Tahap pembentukan FTAAP di luar APEC dapat diartikan sebgai second phase atau second opportunity pembentukan integrasi ekonomi melalui FTAAP. 24 Selain itu Pemimpin APEC menginstruksikan APEC untuk mengambil langkah-langkah konkret menuju realisasi FTAAP dengan mengembangkan dan membangun usaha yang sedang berlangsung seperti ASEAN+3, ASEAN+6 (RCEP), dan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) Ibid 263 Malcolm Cook, Singapore APEC Studies Centre, ISEAS, APEC and FTAAP: Matching Inspiration and Reality, diakses dari _Booklet1.pdf pada 25 november

24 mungkin jalur ke FTAAP. Hal yang menjadi penting diperhatikan dalam pembahasan ini juga diantaranya mengenai peningkatan kualitas pertumbuhan untuk menjadi lebih seimbang, inklusif, berkelanjutan, inovatif dan aman. Hal ini diperlukan ketika APEC mengejar tujuan intinya dari agenda perdagangan dan investasi yang sifanya dinamis dalam upayanya untuk memperkuat integrasi ekonomi Asia-Pasifik. Pada dasarnya, strategi APEC berfokus pada lima sifat untuk pertumbuhan ekonominya yaitu pertumbuhan yang seimbang (Balanced Growth), pertumbuhan yang inklusif (Inclusive Growth), Pertumbuhan yang berkelanjutan (Suistanable Growth), Pertumbuhan yang inovatif (Innovative Growth) dan pertumbuhan yang terjamin/aman (Secure Growth). 25 Keberlanjutan pembahasan mengenai FTAAP baru kemudian dituangkan kedalam peta jalan (roadmap) pada tahun 2014 sebagai bentuk upaya untuk merealisasikannya. Pada pertemuan puncak di Beijing bulan November 2014 para pemimpin ekonomi APEC memerintahkan dilakukannya kajian yang seksama, komprehensif, dan mendalam (Collective Strategic Study) agar peta jalan ke depan menjadi lebih jelas. 26 Pemimpin APEC memutuskan untuk memulai dan memajukan proses secara komprehensif dan sistematis cara menuju terwujudnya FTAAP dan mengesahkan Beijing Roadmap untuk realisasi FTAAP. Selain itu, para pemimpin APEC menyambut pembentukan Committee on Trade and Chen-Seng Ho, 2016, Op.Cit. hal 6 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, 2015, Indonesia Berhati-hati Sikapi Perdagangan Bebas Asia Pasifik, diakses dari pada 10 november

25 Investment (CTI) dan Friends of The Chair Group (FoTC) dalam Penguatan Integrasi Ekonomi Regional dan Memajukan FTAAP, serta mendesak FoTC untuk memulai kajian strategis kolektif tentang isu-isu yang berkaitan dengan realisasi FTAAP dan menginstruksikan para pejabat untuk melakukan penelitian, berkonsultasi dengan pemangku kepentingan dan melaporkan hasilnya pada akhir Berikut ini merupakan pernyataan pandangan mengenai FTAAP Dari Beijing Roadmap: 1. FTAAP akan mendukung dan melengkapi sistem perdagangan multilateral. 2. FTAAP harus komprehensif, berkualitas tinggi dan sifatnya futuristic dalam isu-isu perdagangan dan investasi di masa depan. 3. APEC akan mencapai Bogor Goals tahun Bogor Goals akan memajukan kontribusi APEC untuk merealisasikan FTAAP. 4. FTAAP akan direalisasikan di luar APEC, sejalan dengan proses APEC. APEC harus menjaga prinsip-prinsip kerjasama non-binding dan sukarela. 5. FTAAP harus bertujuan untuk meminimalkan efek negatif yang dihasilkan dari proliferasi RTA / FTA dan akan ditempuh dengan membangun dari regional. Upaya yang lebih besar harus dilakukan menentukan jalur untuk FTAAP. termasuk TPP dan RCEP. 27 CTI Report to Ministers, 2015, Summary Report of Seminar On Collective Strategic Study on Issues Related to Realization of the FTAAP Cebu City, Philippines, diakses dari Summary%20of%20Seminar%20on%20FTAAP.pdf&id=1683_toc pada 11 november

26 6. APEC akan berpartisipasi dalam usaha regional berkelanjutan dan persiapan untuk realisasi FTAAP. 28 Pada tanggal 29 Agustus 2015, kemudian terlaksana Seminar Kolektif Studi Isu Strategis Terkait Realisasi FTAAP yang diadakan di Kota Cebu, Filipina. Seminar yang diselenggarakan oleh Tiongkok dan disponsori oleh Peru, Filipina, Chili serta Amerika Serikat, menerima lebih dari 100 peserta dari pemerintah, akademisi dan sektor swasta lembagalembaga regional. Peserta memiliki intensif diskusi tentang sejumlah isu yang terkait dengan FTAAP, yaitu signifikansinya & dampak ekonomi, peluang dan tantangan, elemen potensial serta mungkin jalur ke FTAAP, yang menyediakan informasi update dan berbagai perspektif penting untuk CSS akan selesai pada akhir Sebelumnya, pada bulan Mei 2015, FotC melaporkan TOR dari CSS untuk diperkenalkan di CTI2 dan SOM2. Pada bulan Agustus 2015, Co-Conveners diserahkan kepada Satuan Tugas rancangan untuk diusulkan Mekanisme untuk editing akhir dari CSS. Pada bulan November 2015, Co-Conveners dari Satuan Tugas, bersama dengan negara tuan rumah, memberikan laporan kemajuan ke CTI. Pemimpin APEC menegaskan keyakinan mereka deklarasi di Manila dan menegaskan kembali visi mereka yang terkandung dalam Persiapan FTAAP. 29 Selain itu, mereka juga mengumumkan strategi APEC untuk memperkuat kualitas pertumbuhan. Para pemimpin telah mengakui kontribusi yang signifikan oleh APEC untuk pertumbuhan ekonomi global Chen-Sheng Ho, 2016, Loc.Cit. Ibid. 74

27 Mereka menekankan bahwa liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi berkelanjutan menjadi poros penggerak dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Dalam peningkatan kualitas pertumbuhan memerlukan upaya bersama antara negara APEC. Strategi kualitas pertumbuhan APEC 2015 dibangun atas strategi pertumbuhan APEC di tahun 2010 melalui peningkatan pertumbuhan yang berkualitas, seperti yang disebutkan oleh The Key Accountability Areas (KAAs) yang berfokus pada pembangunan institusi, kohesi social, dan dampak lingkungan. Ketiga KAA tersebut akan berfungsi untuk mempertahankan pertumbuhan yang berkualitas dan memberikan daya tarik untuk lima sifat pertumbuhan ekonomi APEC. 30 Secara berkelanjutan, pada tahun 2016 dalam pertemuan APEC di Peru yang mengangkat tema Quality Growth and Human Development yang melihat kualitas manusia dalam pertumbuhan ekonomi. Selain itu, salah satu prioritas APEC dalam pertemuan yang dilakukan pada tanggal mei tersebut juga membahas tentang integrasi ekonomi regional dan kualitas pertumbuhan yang menjadi tema pembahasan dari APEC Berikut ini merupakan prioritas program kerja APEC pada tahun 2016, diantaranya: Meningkatkan integrasi regional dan kualitas pertumbuhan Ibid APEC, Ministers Responsible for Trade Meeting, 2016 SOM Chair s Report to the Meeting of Ministers Responsible for Trade, diakses dari Meetings/Trade/2016_trade.aspx, pada 25 November

28 SOM sepakat untuk terus memperdalam upaya bersama untuk meningkatkan integrasi ekonomi regional dan mendukung sistem perdagangan multilateral. 2. Memperbanyak Regional food Market. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan rencana kerja kemitraan kebijakan keamanan pangan, upaya berkelanjutan untuk melaksanakan APEC Food Security Roadmap menuju Seiring mendorong hasil penelitian ABAC yang bertugas mempengaruhi hambatan non tarif dalam perdagangan makanan. 3. Menuju modernisasi UMKM di Asia-Pasifik. Adanya pengakuan terhadap usaha mikro, kecil dan menengah untuk pertumbuhan ekonomi, perdagangan, lapangan kerja dan inovasi. 4. Pembangunan Manusia. Tema Umum: Pembangunan Inklusif dan Kualitas Pendidikan a) Sub-tema 1: Kompetensi: Persiapan individu untuk pendidikan, Basic, Higher, Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan (TVET), dan Lifelong Learning b) Sub-tema 2: Inovasi: Promosi Sains, Teknologi dan Inovasi c) Sub-tema 3: Employability: Transisi dari Pendidikan untuk bekerja untuk mendukung perekonomian dan pertumbuhan sosial 5. Rekomendasi untuk kementerian perdagangan. a) Dukungan untuk sistem ultilateral perdagangan 76

29 b) Laporan oleh komite perdagangan dan investasi c) Integrasi ekonom regional d) Strategi pertumbuhan, konektifitas, e) UMKM f) Green Development and green growth g) Dialog kebijakan tingkat tinggi dan pertemuan tingkat menteri 77

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM

ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM 1. Forum Kerjasama Ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation-APEC) dibentuk pada tahun 1989 berdasarkan gagasan

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB II ARAH KEBIJAKAN LUAR NEGERI CHINA DALAM MENENTUKAN KEIKUTSERTAAN DI SEBUAH KERJASAMA MULTILATERAL

BAB II ARAH KEBIJAKAN LUAR NEGERI CHINA DALAM MENENTUKAN KEIKUTSERTAAN DI SEBUAH KERJASAMA MULTILATERAL BAB II ARAH KEBIJAKAN LUAR NEGERI CHINA DALAM MENENTUKAN KEIKUTSERTAAN DI SEBUAH KERJASAMA MULTILATERAL Didalam bab ini penulis akan membahas bagaimana arah kebijakan luar negeri China dalam menentukan

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia

SIARAN PERS. Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia SIARAN PERS Masyarakat Bisnis Indonesia dan Eropa Mengidentifikasi Peluang Pertumbuhan Menuju Perjanjian Kemitraan Ekonomi Uni Eropa Indonesia Pada Dialog Bisnis Uni Eropa - Indonesia (EIBD) keempat yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik

Lebih terperinci

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018 Genderang perang dagang yang ditabuh oleh Amerika Serikat (AS) meresahkan banyak pihak. Hal ini akibat kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang membatasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL

PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL PENGARUH ASEAN- CHINA FREE TRADE AREA ( ACFTA ) TERHADAP BISNIS INDONESIA DAN INTERNASIONAL Oleh : Daniel E Syauta ( P056100493.36E ) dan Asniar ( P056100 ) LATAR BELAKANG ASEAN- China Free Trade Area

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Meninjau Ulang Pentingnya Perjanjian Perdagangan Bebas Bagi Indonesia Yose Rizal Damuri Publikasi Ikhtisar Kebijakan Singkat ini merupakan hasil dari Aktivitas Kebijakan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor pendorong meningkatnya arus migrasi internasional adalah dengan adanya perkembangan perekonomian antar negara. Sejarah mencatat berbagai ekspedisi

Lebih terperinci

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia Disampaikan Pada Forum Seminar WTO Tanggal 12 Agustus 2008 di Hotel Aryaduta, Jakarta Kepada

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan BAB I PENDAHULUAN Pada bab satu ini penulis akan memaparkan mengenai Pendahuluan. Bab ini akan dibagi menjadi sembilan sub bab, yang meliputi sebagai berikut: Alasan penulisan judul, tujuan penulisan,

Lebih terperinci

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY (Catatan Pertemuan the 8 th ASEAN Finance Ministers Investor Seminar (AFMIS), 8 November 2011, Jakarta I. Latar Belakang (Nugraha Adi) Kawasan ASEAN telah menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

Ekonomi Internasional. Materi 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia

Ekonomi Internasional. Materi 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia Ekonomi Internasional Materi 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia Garis Besar Kuliah 1 Sekilas tentang Ekonomi Dunia Globalisasi Elemen dari Ekonomi Dunia Berbagai cara negara berinteraksi Dagang (Trade) Aliran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun Pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia telah memiliki hubungan bilateral dengan Amerika Serikat untuk waktu yang lama. Hubungan ini kita bisa lihat pada tahun 1949. Pada tahun tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa

Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa RI N G K ASA N KEG IATA N TPSA SEPTEMBER 2016 CANADA INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT Penguatan Kemampuan Perundingan Pejabat Pemerintah Dalam Perdagangan Sektor Jasa Proyek TPSA menyelenggarakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan Internasional merupakan suatu ilmu yang bersifat interdisipliner yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas suatu

Lebih terperinci

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL INDONESIA DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL (SERI 1) 24 JULI 2003 PROF. DAVID K. LINNAN UNIVERSITY OF

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 06/02/31/Th. XIX, 1 Februari 2017 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER MENCAPAI 715,18 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 54/12/31/Th. XVIII, 1 Desember NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER MENCAPAI 1.055,64 JUTA DOLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia 1. ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation) ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerjasama regional negara-negara di Asia

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Djelantik, Sukawarsini Asia Pasifik: Kerjasama dan Relasi Antarkawasan ed-1. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. Djelantik, Sukawarsini Asia Pasifik: Kerjasama dan Relasi Antarkawasan ed-1. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Buku Djelantik, Sukawarsini. 2015. Asia Pasifik: Kerjasama dan Relasi Antarkawasan ed-1. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Dunne, T,. & Schmidt, B. C. 2001. Realism. The Globalization

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 50/11/31/Th.XIX, 1 November EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan tember mencapai 4.479,47 juta dollar Amerika. Nilai ekspor produk-produk

Lebih terperinci

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B. Outline Sejarah dan Latar Belakang Pembentukan AFTA Tujuan Strategis AFTA Anggota & Administrasi AFTA Peranan & Manfaat ASEAN-AFTA The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 46/10/31/Th. XVII, 1 Oktober EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS MENCAPAI 999,53 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Juli 2014, neraca perdagangan Thailand dengan Dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013 KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

A. Ancaman yang Dihadapi China Dalam Perspektif Securitization Theory Barry Buzan

A. Ancaman yang Dihadapi China Dalam Perspektif Securitization Theory Barry Buzan BAB IV ALASAN DIBALIK KEIKUTSERTAAN CHINA DALAM REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP Pada bab empat ini penulis akan menguraikan hasil analisis peulis mengenai Regional Comprehensive Partnership

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 14/03/31/Th. XV, 1 Maret 2013 EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JANUARI 2013 MENCAPAI 1.153,70 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas melalui

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peran penting dalam perkembangan dan kemakmuran Amerika Serikat. 1 Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. peran penting dalam perkembangan dan kemakmuran Amerika Serikat. 1 Amerika BAB 1 PENDAHULUAN Amerika Serikat telah melakukan perjanjian perdagangan sejak dahulu untuk mencapai kemakmurannya. Seperti yang dijelaskan oleh The United States Trade Representative (USTR) bahwa proses

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 47/10/31/Th.XIX, 2 Oktober EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS NAIK 20,05 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN SEBELUMNYA Nilai ekspor melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI MARET 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Maret 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA

EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 34/08/31/Th. XVII, 3 Agustus EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN JUNI MENCAPAI 1.119,04 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci