BAB 3 SEJARAH ORGANISASI DAN ANALISIS SISTEM. berhati-hati, karena masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 SEJARAH ORGANISASI DAN ANALISIS SISTEM. berhati-hati, karena masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa."

Transkripsi

1 40 BAB 3 SEJARAH ORGANISASI DAN ANALISIS SISTEM 3.1 Sejarah Singkat Pada Tahun 1976 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Pemimpin-pemimpin Dunia tentang kependudukan. Walaupun demikian untuk menetapkan keluarga berencana sebagai program nasional, pemerintah sangat berhati-hati, karena masalah ini menyangkut masalah budaya bangsa. Berdasarkan Instruksi Presiden nomor 26 Tahun 1968 tentang usaha pembentukan badan yang dapat menghimpun kegiatan keluarga berencana, Menteri Kesejahteraan Rakyat pada tanggal 11 Oktober 1968 mengeluarkan surat keputusan nomor 35/Kpts/Kesra/X/1968 tentang pembentukan Tim yang mengadakan persiapan bagi pembentukan suatu lembaga keluarga berencana. Setelah memulai pertemuan oleh Menteri Kesejahteraan Rakyat dengan beberapa Menteri serta tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha keluarga berencana, maka di bentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional ( LKBN ) pada tanggal 17 Oktober 1968 dengan Surat Keputusan nomor 36/Kpts/Kesra/X/1968 yang berstatus sebagai lembaga semi pemerintah. Fungsi dari lembaga ini mencakup dua hal : 1. Mengembangkan keluarga berencana. 2. Mengelola segala jenis bantuan.

2 Sedangkan susunan organisasinya terdiri atas : 1. Badan Pertimbangan Keluarga Berancana Nasional (BPKBN). 2. Pimpinan Pelaksanaan Keluarga Berencana dari tingkat Pusat sampai tingkat II. Dilihat dari stuktur organisasinya, LKBN masih menonjol sifat kemasyarakatnya, karena saat itu fungsi utamanya adalah untuk mengembangkan keluarga berencana agar dapat dikenal dan diterima oleh masyarakat. Selama periode LKBN ini, proses pengenalan keluarga berencana kepada masyarakat berlangsung sangat memuaskan sehingga pemerintah berkesimpulan untuk menerima program keluarga berencana adalah sebagian dari pembangunan Lima Tahun Pertama. Satu tahun kemudian pemerintah memutuskan untuk mengambil alih program keluarga berencana menjadi program pemerintah seutuhnya. Dengan alasan tersebut, program Keluarga Berencana dijadikan program nasional. Sedangkan untuk mengelolanya dibentuklah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dengan Keputusan Presiden nomor 8 tahun Dasar pertimbangan pementukan BKKBN ini adalah : 1. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia. 2. Program perlu digiatkan dengan pengikutsertaan masyarakat maupun pemerintah secara maksimal. 41

3 3. Program ini perlu diselenggarakan secara teratur dan terencana demi terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam Keppres nomor 8 tahun 1970 itu disebutkan bahwa penanggung jawab umum penyelenggaran program keluarga berencana nasional ada di tangan Presiden dan dilakukan oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat dibantu oleh Dewan Pembimbing Keluarga Berencana Nasional. Pada Pelita I (tahun ) daerah program keluarga berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur) dan Bali. Keenam propinsi tersebut merupakan perintis pertama dari program BKKBN. Kemudian secara berangsur - angsur dibentuklah BKKBN Propinsi, serta BKKBN Kabupaten/Kotamadya. Penyelenggaraan program di daerah berjalan sangat lancar dan dapat menggerakkan seluruh potensi daerah. Hal ini adalah berkat kebijaksanaan BKKBN Pusat, yang menitipkan program nasional ini kepada para Gubernur, dimana Gubernur dinyatakan sebagai penanggung jawab program. Demikian pula para Bupati untuk Kabupaten di daerahnya masing-masing. Dengan demikian secara organisatoris nampak adanya pendelegasian dari pusat ke daerah-daerah. Oleh karena itu, dalam menyelenggarakan program daerah, BKKBN Propinsi maupun BKKBN Kabupaten mendapat dukungan dari semua aparat pemerintah daerah. Faktor inilah yang merupakan kunci dari keberhasilan program. 42

4 3.1.1 Visi dan Misi Visi Visi dari Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas Visi ini dimaksud untuk mewujudkan keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Misi 1. Memberdayakan dan menggerakkan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas. 2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, ketahanan, keluarga dan kualitas pelayanan. 3. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. 4. Meningkatkan upaya-upaya promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi. 5. Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender dalam pelaksanaan program KB nasional. 6. Mempersiapkan pengembangan SDM potensial sejak pembuahan sampai dengan lanjut usia. 7. Menyediakan data dan informasi keluarga berencana berskala mikro untuk pengelolaan pembangunan, khususnya menyangkut upaya pemberdayaan keluarga miskin. 43

5 3.1.2 Tujuan BKKBN Kuantitatif 1. Program pemberdayaan keluarga Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui upaya peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga dengan peningkatan kesadaran dan kemampuan keluarga serta peningkatan serta perempuan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan rohani, pangan, sandang, papan, pendidikan, kesejahteraan termasuk KB bagi anggota laki-laki maupun perempuan. 2. Program kesehatan reproduksi remaja Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku positif remaja dalam kesehatan reproduksi. 3. Program Keluarga Berencana Program ini dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya secara bertanggung jawab dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas. 4. Program penguatan kelembagaan dan jaringan KB Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian sekaligus meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi serta pemberdayaan keluarga, terutama yang 44

6 diselenggarakan oleh masyarakat dan juga dimaksudkan untuk meningkatkan mutu kinerja para petugas lapangan Kualitatif 1. Semakin mantapnya koordinasi, keterpaduan dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat. 2. Meningkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan KB/KR. 3. Meningkatnya kesadaran tentang kesehatan reproduksi bagi remaja dan keluarga. 4. Meningkatnya kelangsungan dan kemandirian ber-kb 5. Meningkatkan ketahanan keluarga. 6. Meningkatkan kualitas pengolahan program. 45

7 3.1.3 Struktur Organisasi BKKBN KEPMENNEG PP/KA.BKKBN NO. 10/HK.010/B5/2001 INSPEKTORAT PROGRAM INSPEKTORAT KEUANGAN DAN PERBEKALAN INSPEKTORAT UTAMA SEKRETARIAT UTAMA BIRO TATA USAHA BIRO KEPEGAWAIAN BIRO KEUANGAN DAN PERENCANAAN ANGGARAN INSPEKTORAT KETENAGAAN DAN ADMINISTRASI UMUM BIRO PERLENGKAPAN DAN PERBEKALAN BIRO HUKUM, ORGANISASI DAN TATA LAKSANA DEPUTI BID. INFORMASI KELUARGA DAN PEMADUAN KEBIJAKAN PROGRAM DEPUTI BID. KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DEPUTI BID. KELUARGA SEJAHTERA DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA DEPUTI BID. PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK DIREKTORAT PENINGKATAN DAN PARTISIPASI PRIA DIREKTORAT ADVOKASI, KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI PUSAT PELATIHAN PEGAWAI DAN TENAGA KERJA DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN TEKNOLOGI INFORMASI DIREKTORAT REMAJA DAN PERLINDUNGAN HAK HAK REPRODUKSI DIREKTORAT INSTITUSI DAN PERAN SERTA PUSAT PELATIHAN & KERJASAMA INTERNASIONAL KEPENDUDUKAN, KELUARGA BERENCANA & KESEHATAN REPRODUKSI DIREKTORAT ANALISIS DAN EVALUASI PROGRAM DIREKTORAT JAMINAN DAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DIREKTORAT PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA PUSAT PELATIHAN GENDER DAN PENINGKATAN KUALITAS PEREMPUAN DIREKTORAT PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DIREKTORAT PENANGGULANGAN MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DIREKTORAT PENGEMBANGAN KETAHANAN NEGARA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DIREKTORAT PEMADUAN KEBIJAKAN PROGRAM DIREKTORAT KELANGSUNGAN HIDUP IBU,BAYI DAN ANAK DIREKTORAT PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN KELUARGA PUSAT PENELITIAN DAN PENGMBANGAN KELUARGA SEJAHTERA DAN PENINGKATAN KUALITAS PEREMPUAN Gambar 3.1 Struktur Organisasi BKKBN 46

8 3.1.4 Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan dan Teknologi Informasi BKKBN Gambar 3.2 Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan dan Teknologi Informasi BKKBN 47

9 3.1.5 Tugas Pokok, Fungsi, dan Kewenangan Tugas dan Fungsi BKKBN Tugas pokoknya yaitu tugas pemerintahan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan fungsinya yaitu : 1. Mengkaji dan menyusun kebijakan di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera. 2. Mengkoordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKKBN. 3. Membina kegiatan instalasi pemerintah, swasta, lembaga, social di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera. 4. Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, kearsipan, perlengkapan, dan rumah tangga Kewenangan BKKBN Kewenangan yang dimiliki yaitu : 1. Menyusun rencana nasional makro dibidangnya. 2. Merumuskan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro. 3. Merumuskan kebijakan pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian ibu, bayi, dan anak. 48

10 4. Menetapkan sistem informasi dibidangnya. 5. Kewenangan lainnya yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu : a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan tertentu dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera. b. Perumusan pedoman pengembangan kualitas keluarga Tugas, Fungsi dan Kewenangan Kepala BKKBN Kepala BKKBN memiliki tugas, fungsi dan kewenangan sebagai berikut : 1. Memimpin BKKBN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. 2. Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas BKKBN. 3. Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BKKBN yang menjadi tanggung jawabnya. 4. Membina dan melaksanakan kerjasama dengan instansi dan organisasi lainnya Tugas, Fungsi dan Kewenangan Sekretariat Utama BKKBN Sekretariat Utama BKKBN memiliki tugas untuk mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan administrasi serta sumber daya di lingkungan BKKBN. 49

11 Sedangkan fungsi dan kewenangannya adalah : 1. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan intregasi kegiatan di lingkungan BKKBN. 2. Pengkoordinasian, perencanaan dan perumusan kebijakan teknis BKKBN. 3. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga BKKBN. 4. Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan tugas BKKBN. 5. Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BKKBN Tugas, Fungsi dan Kewenangan Inspektorat Utama BKKBN Inspektorat Utama BKKBN mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan BKKBN. Inspektorat Utama dipimpin oleh seorang Inspektur Utama. Fungsi dan kewenangan Inspektorat Utama adalah sebagai berikut : 1. Perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pengawasan fungsional. 2. Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pengawasan fungsional. 3. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan 50

12 Tugas, Fungsi dan Kewenangan Deputi bid. KB dan Kesehatan Reproduksi Deputi bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Sedangkan fungsi dan kewenangannya adalah sebagai berikut : 1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang keluarga berencana nasional dan kesehatan reproduksi. 2. Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang keluarga berencana nasional dan kesehatan reproduksi. 3. Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh Kepala BKKBN Tugas, Fungsi dan Kewenangan Deputi bid. Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Deputi bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga. Sedangkan fungsi dan kewenangannya sebagai berikut : 1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan di bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga. 2. Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga. 51

13 3. Pelaksanaan tugas sesuai dengan yang di tetapkan oleh Kepala BKKBN Tugas, Fungsi dan Kewenangan Deputi bid. Pelatihan dan Pengembangan Deputi bidang Pelatihan dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pelatihan dan pengembangan. Sedangkan fungsi dan kewenangannya sebagai berikut : 1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan di lingkungan BKKBN. 2. Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan di lingkungan BKKBN. 3. Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala BKKBN Tugas, Fungsi dan Kewenangan Deputi bid. Informasi Keluarga dan Pemaduan Kebijakan Program Deputi bidang Informasi Keluarga dan Pemaduan Kebijakan program mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang informasi keluarga dan pemaduan kebijakan program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera. Sedangkan fungsi dan kewenangannya sebagai berikut : 52

14 1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang informasi keluarga dan pemaduan kebijakan program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera. 2. Pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang informasi keluarga dan pemaduan kebijakan program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera. 3. Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang di tetapkan oleh Kepala BKKBN Tugas, Fungsi dan Kewenangan Direktorat Pengolahan dan Teknologi Informasi Tugas Direktorat Pengolahan dan Teknologi Informasi adalah melaksanakan pengolahan data dan pengembangan teknologi informasi program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera. Sedangkan fungsi dan kewenangannya sebagai berikut : 1. Melaksanakan pengolahan data terpadu program keluarga berencana nasional dan pengembangan keluarga sejahtera. 2. Melaksanakan pengembangan sistem, program aplikasi dan infrastruktur teknologi informasi pengolahan dan komunikasi data. 3. Melaksanakan pengolahan dan pengendalian infrastruktur teknologi informasi program keluarga berencana nasional dan pembangunan keluarga sejahtera. 53

15 3.2 Analisis Sistem yang Berjalan Topologi Jaringan Topologi jaringan di BKKBN mengunakan Hierarchical network design dimana setiap lapisan menyediakan fungsi fungsi tertentu yang mendefinisikan perannya dalam jaringan secara keseluruhan. Dengan memisahkan berbagai fungsi yang ada di dalam sebuah jaringan, desain jaringan menjadi modular, memfasilitasi skalabilitas dan kinerja. bentuk Hierarchical network design terdiri dari tiga lapisan sebagai berikut: Access layer Pada lapisan ini interface nya harus end device, seperti PC, printer, dan IP telepon, untuk menyediakan akses ke seluruh jaringan. Access layer dapat termasuk router, switch, bridge, hub, dan wireless access point (AP). Tujuan utama dari access layer adalah untuk menghubungkan device ke jaringan dan pengendalian device mana saja diperbolehkan untuk berkomunikasi di dalam jaringan. Distribution layer Distribution layer bertugas untuk mengagregat data yang diterima dari access layer switch sebelum dikirim ke core layer untuk di routing ke tujuan akhir. Distribution layer mengontrol arus lalu lintas jaringan dengan menggunakan kebijakan dan domain broadcast dengan melakukan fungsi-fungsi routing antara virtual 54

16 LAN (VLAN) yang didefinisikan pada access layer. VLAN memungkinkan untuk membagi lalu lintas pada sebuah switch menjadi beberapa subnetwork. Core layer Core layer adalah backbone dari internetwork. Core layer penting untuk menjaga keterkaitan antara distribution layer, core layer juga dapat terhubung ke Internet. Core layer membagi lalu lintas dari semua distribution layer sehingga dapat meneruskan data dalam jumlah besar dengan cepat. Berikut ini adalah gambaran umum topologi jaringan BKKBN yang sedang berjalan saat ini : 55

17 56

18 Gambar 3.4 Topologi Jaringan Gedung Halim 2 BKKBN Pusat Pada jaringan gedung halim 2 di bagi dalam 4 lantai yang terdiri dari lantai dasar, lantai 1, lantai 2 dan lantai 3. Setiap lantai terdiri dari beberapa switch yang pembagiannya adalah sebagai berikut : Pada lantai dasar terdapat 7 akses layer switch dengan menggunakan switch CISCO catalyst 3560 dan satu buah wireless yang terhubung ke distribution CISCO catalyst Semua komputer yang berada di 57

19 lantai dasar terhubung melalui router tersebut dan tamu yang datang dapat mengakses internet melalui wireless yang sudah ada. Pada lantai dasar juga terdapat 8 server yang tehubung ke DMZ switch yang terhubung ke firewall BKKBN dan terdapat 1 core layer switch yang menghubung ke gedung halim 1. Dan terdapat 2 buah router yang satu terhubung ke jaringan WAN BKKBN sedangkan router yang satu lagi menghubungkan ke jaringan ISP TELKOM. Pada lantai 1 terdapat 2 buah switch CISCO catalyst 2950, 2 buah switch CISCO catalyst 3560 dan 1 buah wireless BKKBN yang terhubung ke distribution layer CISCO Pada lantai 1 terdapat 2 buah switch CISCO catalyst 2950, 2 buah switch CISCO catalyst 3560 dan 1 buah wireless BKKBN yang terhubung ke distribution layer CISCO Pada lantai 2 terdapat 1 buah switch CISCO catalyst 2950, 5 buah switch CISCO catalyst 3560 dan 3 buah wireless BKKBN yang terhubung ke distribution layer CISCO Pada lantai 3 terdapat 1 buah switch CISCO catalyst 2950 dan 1buah switch CISCO catalyst

20 Gedung Halim 1 Gedung halim 1 Gedung halim 1 Lantai 3 Lantai 2 Lantai 1 Lantai Dasar Gambar 3.5 Topologi Jaringan Gedung Halim 1 di BKKBN Pusat 59

21 Pada gedung Halim 1 terdiri dari 4 lantai sama seperti pada gedung Halim 2. Pada lantai dasar terdapat 1 buah switch CISCO catalyst 3560 dan 1 buah wireless. Pada lantai 1 terdapat 1 buah switch CISCO catalyst 3560 dan 1 buah wireless yang terhubung ke distribution layer CISCO Pada lantai 2 terdapat 1 buah switch CISCO catalyst 3560 yang terhubung ke distribution layer CISCO Sedangkan pada lantai 3 terdapat 1 buah switch CISCO catalyst 3560, juga terdapat 2 buah distribution layer CISCO 5500 dan CISCO buah distribution layer tersebut yang menghubungkan jaringan gedung Halim 1 ke gedung Halim Analisa Permasalahan BKKBN sebagai badan pemerintah yang bergerak di bidang keluarga berencana memiliki perwakilan di setiap provinsi di seluruh Indonesia yang saling terhubung. Kebutuhan koneksi jaringan BKKBN pusat dengan BKKBN perwakilan daerah tersebut diperlukan dalam proses pertukaran data update penduduk yang telah mengikuti program keluarga berencanadalam rangka mensukseskan program pemerintah untuk menghambat pergerakan jumlah penduduk. Dengan kebutuhan pertukaran data tersebut sehingga dibutuhkan suatu teknologi jaringan yang handal untuk proses pemilihan saluran data trafik untuk menyeimbangkan beban trafik berbagai jalur dan titik di dalam jaringan. Tujuan akhirnya adalah untuk memungkinkan operasional jaringan yang 60

22 handal dengan mengoptimalkan penggunaan resource dan performa trafik di dalam jaringan BKKBN Analisa Bandwidth Internet Berdasarkan data pengunaan harian dan mingguan yang didapat dari jaringan BKKBN menggunakan network monitoring tool yaitu IPCop. Traffic jalur internet yang diambil dan ditampilkan oleh IPCop yaitu berupa daily graph dan week graph. IPCop merupakan salah satu dari sekian banyak network monitoring sistem open source yang digunakan untuk memonitor jaringan network ataupun sistem dan solusi pembuatan grafik network yang lengkap. IPCop menyediakan pengumpulan data yang cepat, pola grafik advanced, metoda perolehan multiple data, dan fitur pengelolaan user di mana dengan menggunakan IPCop kita dapat mengatur penggunaan bandwidth in dan out nya. Dengan menggunakan IPCop penulis akan melakukan monitoring internal tentang bandwidth yang di gunakan di jaringan BKKBN yang berupa jaringan LAN, WAN, dan DMZ nya. Pada grafik, warna hijau menunjukan incoming traffic dan warna biru menunjukan outgoing traffic. Untuk grafik bagian horizontal menunjukan waktu yang diambil dengan interval 2 jam, dan untuk bagian vertikal menunjukan besarnya penggunaan bandwidth dengan interval bit per detik. 61

23 Berikut ini adalah hasil monitoring yang penulis lakukan pada jaringan BKKBN : Gambar 3.6 Grafik Jaringan LAN Daily dan Weekly di BKKBN Dari grafik gambar di atas didapatkan bahwa rata-rata penggunaan bandwidth in harian pada jaringan LAN BKKBN adalah kbps, sedangkan rata-rata bandwidth out LAN hariannya adalah kbps. Untuk rata-rata penggunaan bandwidth in LAN mingguan adalah kbps, sedangkan rata-rata untuk penggunaan bandwidth out LAN mingguannya adalah kbps. 62

24 Gambar 3.7 Grafik jaringan DMZ Daily dan Weekly di BKKBN Dari grafik gambar di atas didapatkan bahwa rata-rata penggunaan bandwidth in harian pada jaringan DMZ BKKBN adalah kbps, sedangkan rata-rata bandwidth out DMZ hariannya adalah kbps. Untuk rata-rata penggunaan bandwidth in DMZ mingguan adalah kbps, sedangkan rata-rata untuk penggunaan bandwidth out DMZ mingguannya adalah kbps. 63

25 Gambar 3.8 Grafik Jaringan WAN Daily dan Weekly di BKKBN Dari grafik gambar di atas didapatkan bahwa rata-rata penggunaan bandwidth in harian pada jaringan WAN BKKBN adalah kbps, sedangkan rata-rata bandwidth out WAN hariannya adalah kbps. Untuk rata-rata penggunaan bandwidth in WAN mingguan adalah kbps, sedangkan rata-rata untuk penggunaan bandwidth out WAN mingguannya adalah kbps. Perhitungan utilisasi dapat dilakukan dengan cara mengambil rata-rata incoming dan outgoing traffic yang ada dalam pengambilan data IPCop. Dari pengambilan data melalui IPCop didapatkan bahwa penggunaan bandwidth di jaringan BKKBN masih kurang optimal. 64

26 3.2.4 Usulan Pemecahan Masalah Dari hasil analisis jaringan di atas, terlihat bahwa BKKBN memerlukan solusi untuk pemecahan masalah komunikasi data antara kantor pusat dengan Provinsi. Dengan solusi berikut ini di harapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada di dalam jaringan BKKBN tersebut. Sehubungan dengan permasalahan di atas diusulkan untuk menggunakan teknologi MPLS dan QoS dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. MPLS memiliki tingkat keamanan yang sangat baik tidak kalah dengan keamanan pada jaringan Frame Relay, ATM. Bagi klien yang sangat mengutamakan keamanan (misalnya perbankan), tingkat keamanan MPLS malah masih dapat ditingkatkan lagi melalui penggabungan MPLS dengan IPSec. 2. Fleksibel karena seluruh klien dapat menggunakan perangkat dan konfigurasi software sejenis untuk bermacam-macam jenis layanan premium (seperti VoIP, internet, intranet, extranet, VPN Dial dan lain-lain). Semua layanan bisa diaktifkan hanya dengan perubahan parameter dikonfigurasi softwarenya. 3. Tidak membutuhkan perangkat tambahan (seperti halnya IPSec via Internet) di sisi pelanggan enkapsulation MPLS terjadi di dalam jaringan penyelenggara. 65

27 4. MPLS memiliki kinerja yang baik dengan biaya investasi yang tidak terlalu mahal. 5. MPLS dapat menyatukan jaringan antara kantor pusat dengan Provinsi menjadi satu WAN Rancangan Usulan Pemecahan Masalah Berdasarkan usulan pemecahan masalah diatas maka penulis melakukan perancangan topologi jaringan berbasis MPLS pada jaringan BKKBN. Perancangan topologi jaringan berbasis MPLS yang dilakukan meliputi kantor pusat BKKBN, kantor provinsi BKKBN, serta kantor kabupaten BKKBN. Berikut ini adalah rancangan topologi secara keseluruhan jaringan berbasis MPLS pada BKKBN : Gambar 3.9 Rancangan Topologi Jaringan Berbasis MPLS Pada Jaringan BKKBN 66

28 67

29 Dalam perancangan topologi jaringan kantor pusat BKKBN, kami menambahkan sebuah router yang terhubung ke MPLS ISP. Router tersebut berfungsi sebagai LER untuk terhubung ke LSR ISP. Gambar 3.11 Rancangan Topologi Jaringan BKKBN Provinsi Berbasis MPLS Gambar 3.12 Rancangan Topologi Jaringan BKKBN Kabupaten Berbasis MPLS 68

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 3.1.1 Landasan Hukum Surat Menteri PAN No. B/768/M.PAN/4/2005 tanggal 27 April 2005, menyetujui Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, telah diputuskan untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN BERBASIS MPLS UNTUK MENINGKATKAN QUALITY OF SERVICE (QOS) PADA JARINGAN BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN BERBASIS MPLS UNTUK MENINGKATKAN QUALITY OF SERVICE (QOS) PADA JARINGAN BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN BERBASIS MPLS UNTUK MENINGKATKAN QUALITY OF SERVICE (QOS) PADA JARINGAN BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) SKRIPSI Oleh JOSEPH ADHI NUGRAHA 1000850733

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa program keluarga berencana nasional dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Dalam pengerjaan tugas akhir ini, penulis menggunakan lima kondisi sistem, dari yang menggunakan routing table biasa, sampai yang menggunakan metode

Lebih terperinci

KEPPRES 20/2000, BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

KEPPRES 20/2000, BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 20/2000, BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL *49520 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 20 TAHUN 2000 (20/2000) TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA

Lebih terperinci

Rancang Bangun VLAN untuk Segmentasi Jaringan pada Cyber Campus Laboratory Universitas Stikubank

Rancang Bangun VLAN untuk Segmentasi Jaringan pada Cyber Campus Laboratory Universitas Stikubank Rancang Bangun VLAN untuk Segmentasi Jaringan pada Cyber Campus Laboratory Universitas Stikubank Felix Andreas Sutanto, Heribertus Yulianton dan Jeffri Alfa Razaq Fakultas Teknologi Informasi, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di bidang kehutanan berbentuk BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Departemen Kehutanan Pada PELITA I, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah pada waktu itu, kelembagaan yang menangani tugas-tugas atau kegiatan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut hanya berada dalam satu lokasi maka akan lebih mudah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut hanya berada dalam satu lokasi maka akan lebih mudah dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arus informasi semakin maju akhir-akhir ini dan semakin menuntut kecepatan dari suatu jaringan yang digunakan. Jaringan komputer merupakan solusi yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1266, 2016 BKKBN. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Nomenklatur dan Tusi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembahasan dimulai dari latar belakang penulisan, ruang lingkup yang akan dibahas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembahasan dimulai dari latar belakang penulisan, ruang lingkup yang akan dibahas BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai gambaran umum penulisan skripsi ini. Pembahasan dimulai dari latar belakang penulisan, ruang lingkup yang akan dibahas dalam penulisan skripsi, serta

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum BKKBN. Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta. A. Sejarah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB II. Gambaran Umum BKKBN. Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta. A. Sejarah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB II Gambaran Umum BKKBN Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta A. Sejarah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan 4.1.1 Usulan Perancangan Jaringan Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan teknologi Frame Relay. Daripada menghubungkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB 3 INTI PENELITIAN. merancang suatu pemodelan atau simulasi sehingga mampu mengatasi masalah yang

BAB 3 INTI PENELITIAN. merancang suatu pemodelan atau simulasi sehingga mampu mengatasi masalah yang BAB 3 INTI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil organisasi, analisa masalah dan merancang suatu pemodelan atau simulasi sehingga mampu mengatasi masalah yang ada. 3.1 Profil Organisasi

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LOMBOK BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LOMBOK BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam kegiatannya. Peranan teknologi informasi akan semakin vital bagi perusahaan besar dan perusahaan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN SIMULASI VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK PADA ICT CENTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

PERANCANGAN SIMULASI VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK PADA ICT CENTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN PERANCANGAN SIMULASI VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK PADA ICT CENTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Musdalifa Thamrin Program Studi Teknik Komputer STMIK Profesional Makassar nonongthamrin@gmail.com

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gerakan keluarga berencana dan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 56 Undang-Undang

Lebih terperinci

Hierarki WAN & Dedicated Router

Hierarki WAN & Dedicated Router Nama : M Farisy Maulana Yusuf XII TKJ A Hierarki WAN & Dedicated Router Pemateri : Rudi Haryadi, S.T Antoni Budiman, S.Pd Diagnosa WAN I. TUJUAN Siswa dapat memahami hierarki dari Wide Area Network (WAN)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PROVINSI DIY. A. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PROVINSI DIY. A. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) PROVINSI DIY Pada bab II ini penulis menjelaskan mengenai gambaran umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi DIY

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 1993 TENTANG BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gerakan keluarga berencana dan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Hirarki WAN & Perangkat WAN

Hirarki WAN & Perangkat WAN Senin, 24 September 2012 Hirarki WAN & Perangkat WAN Firman Al-Hadiansyah XI TKJ-A Paraf : Pembina : - Rudi Haryadi - Antoni Budiman Pelajaran : Diagnosa WAN I. Tujuan - Siswa memahami materi hirarki WAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PROPOSAL IMPLEMENTASI JARINGAN ANTAR KOTA MENGGUNAKAN PROTOKOL VPN DAN DYNAMIC ROUTING OSPF

PROPOSAL IMPLEMENTASI JARINGAN ANTAR KOTA MENGGUNAKAN PROTOKOL VPN DAN DYNAMIC ROUTING OSPF PROPOSAL IMPLEMENTASI JARINGAN ANTAR KOTA MENGGUNAKAN PROTOKOL VPN DAN DYNAMIC ROUTING OSPF 1 PENDAHULUAN Jaringan komputer merupakan kumpulan komputer yang terhubung secara fisik dan dapat berkomunikasi

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

DINAS PENCATATAN SIPIL, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 216

DINAS PENCATATAN SIPIL, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 216 DINAS PENCATATAN SIPIL, ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 216 Dinas Pencatatan Sipil, Administrasi Kependudukan Dan Keluarga Berencana mempunyai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATAKERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 100 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT BADAN KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

Vpn ( virtual Private Network )

Vpn ( virtual Private Network ) Vpn ( virtual Private Network ) VPN ( Virtual Private Network ) VPN(Virtual Private Network) adalah sebuah jaringan yang menggunakan infrastruktur telekomunikasi publik, seperti internet untuk menyediakan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 3065

e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 3065 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 3065 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 3066 Penyelenggaraan Komunikasi Data dalam Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI 32 BAB III IMPLEMENTASI DAN PERFORMANSI 3.1 Mekanisme Analisis QoS (Quality of Service) Jaringan ASTInet Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai mekanisme analisis QoS (Quality of Service) di Head Office

Lebih terperinci

2013, No.11 2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tent

2013, No.11 2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tent LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2013 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Unit Organisasi. Tugas Eselon I. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA BENGKULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 200 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengaruh komputer pada dunia bisnis modern saat ini, akan berkurang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengaruh komputer pada dunia bisnis modern saat ini, akan berkurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh komputer pada dunia bisnis modern saat ini, akan berkurang tanpa adanya telekomunikasi dan jaringan komputer. Pada saat komputer telah menjadi salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan komputer merupakan salah satu infrastruktur yang harus ada pada sebuah perusahaan. Baik perusahaan skala kecil, menengah, hingga yang besar membutuhkan jaringan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan aplikasi perkantoran elektronis dilingkungan instansi pemerintah pusat dan daerah menjadi salah satu syarat terselenggaranya kepemerintahan yang baik

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN BARU. masalah yang dihadapi pada jaringan yang sudah ada. Jaringan baru yang akan dibuat

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN BARU. masalah yang dihadapi pada jaringan yang sudah ada. Jaringan baru yang akan dibuat BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN BARU Pada bab ini akan membahas tentang topologi baru sebagai solusi pemecahan masalah yang dihadapi pada jaringan yang sudah ada. Jaringan baru yang akan dibuat akan memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan VPN Untuk menghubungkan jaringan PT. Finroll dan perusahaan relasinya maka perlu adanya proses tunneling antar perusahaan tersebut. Dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI 2206100535 MPLS (Multi Protocol Label Switching) Penggabungan antara IP dan ATM Mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi Kementerian Negara Riset

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, INSPEKTORAT, DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, KELUARGA BERENCANA DAN KETAHANAN PANGAN WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 105 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

Dedicated Router. Mata Pelajaran : Diagnosa WAN Senin, 3 September 2012 Nilai/Paraf :

Dedicated Router. Mata Pelajaran : Diagnosa WAN Senin, 3 September 2012 Nilai/Paraf : Kelompok 4 Iin Windarti (9) Janarto Dwi P (12) Tio Adistiyawan (29) Tomi Kurniawan (30) Kelas : XII TKJ A Dedicated Router Pembimbing : Rudi Haryadi, ST Antoni Budiman, S.Pd Mata Pelajaran : Diagnosa WAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. PT. Vektordaya Mekatrika memiliki struktur organisasi seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini :

BAB 3 METODOLOGI. PT. Vektordaya Mekatrika memiliki struktur organisasi seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini : 1 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Struktur Organisasi PT. Vektordaya Mekatrika memiliki struktur organisasi seperti yang ditunjukan pada bagan dibawah ini : Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Vektordaya Mekatrika

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR p BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer adalah salah satu perangkat penting bagi setiap perusahaan, pada bidang tertentu komputer membantu meningkatkan efisiensi proses dan mendorong munculnya inovasi

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertukaran Informasi antar perusahaan di dunia pada awalnya hanya terbatas di media-media cetak, akan tetapi semakin berkembangnya suatu perusahaan berbanding lurus

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 41 TAHUN TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1;" TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1; TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1;" TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN GROBOGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN. penyedia jasa internet pada jaringan backbone akan tetapi belum diperuntukkan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN. penyedia jasa internet pada jaringan backbone akan tetapi belum diperuntukkan BAB III ANALISIS DAN DESAIN 3.1 Analisis Masalah Saat ini ketersediaan alokasi alamat IPv4 akan semakin menipis dan menurut APJII (Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia) akan diperkirakan akan habis

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KEPALA BKKBN

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KEPALA BKKBN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KEPALA BKKBN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN/ KEPALA BADAN KGQRDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR: 70/HK-010/B5/2001 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet merupakan sebuah jaringan global dan terbuka, dimana setiap pengguna dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi. Seiring dengan maraknya penggunaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Metodologi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Metodologi desain jaringan yang disajikan dibawah ini berasal dari Cisco. Metodologi ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : Prepare, Plan, Design, Implement, Operate,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 163 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DI PROVINSI, KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33 PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33 Fernadi H S, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2008 SERI D.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 43 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Profil Perusahaan 3.1.1 Sejarah BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DAN

Lebih terperinci

Konsep Virtual LAN (VLAN)

Konsep Virtual LAN (VLAN) Konsep Virtual LAN (VLAN) Prinsip utama sebuah LAN adalah, semua device yang berada pada satu LAN berarti berada pada satu broadcast domain. Sebuah broadcast domain mencakup semua device yang terhubung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN

Lebih terperinci

NOMOR : 27 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 27

NOMOR : 27 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 27 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 27 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 27 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 27 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA SEJAHTERA KABUPATEN

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan komputer merupakan suatu sistem yang terdiri dari komputer dan perangkat lainnya yang dirancang untuk dapat bekerja bersama-sama dalam berbagai manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya berbagai sistem informasi pada instansi-instansi pemerintah merupakan implikasi positif dari pemanfaatan teknologi informasi (TI) untuk meningkatkan pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM

BAB III ANALISIS SISTEM 62 BAB III ANALISIS SISTEM 3.1 Analisis Sistem yang Berjalan Di bawah ini adalah topologi awal jaringan RT / RW NET Optima dalam menjangkau pelanggannya Gambar 3.1 Topologi Jaringan Optima 62 63 Dari gambar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN TRAFFIC DAN BANDWIDTH INTERNET DENGAN IPCOP

IMPLEMENTASI MANAJEMEN TRAFFIC DAN BANDWIDTH INTERNET DENGAN IPCOP IMPLEMENTASI MANAJEMEN TRAFFIC DAN BANDWIDTH INTERNET DENGAN IPCOP Tengku Ahmad Riza, Yon Sigit Eryzebuan, dan Umar Ali Ahmad Fakultas Elektro dan Komunikasi Institut Teknologi Telkom, Bandung Program

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 54 BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 4.1. Pendahuluan Teknologi telekomunikasi saat ini membutuhkan sebuah jaringan yang dapat dilewati data dalam jumlah yang sangat besar, dapat melakukan transfer

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI Dengan keterbatasan waktu, tempat, dan biaya yang ada, serta terlalu banyakmya jaringan di kantor-kantor dan laboratorium BPPT yang perlu dihubungkan dengan interkoneksi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH, KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN SATUAN

Lebih terperinci

16 Desember 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG

16 Desember 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG 49 50 16 Desember 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan 27 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2007 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat dan hampir semua bidang memanfaatkan teknologi informasi, misalnya bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat dan hampir semua bidang memanfaatkan teknologi informasi, misalnya bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi informasi telah berkembang dengan sangat pesat dan hampir semua bidang memanfaatkan teknologi informasi, misalnya bidang hiburan,

Lebih terperinci

-1- PERATURAN BUPATI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2016

-1- PERATURAN BUPATI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2016 -1- PERATURAN BUPATI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH, SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci