PERAN PUSJATAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR NASIONAL
|
|
- Sucianty Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERAN PUSJATAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR NASIONAL
2 OUTLINE 1. Tupoksi Pusjatan 2. Produk dan Teknologi Pusjatan 3. Penerapan Teknologi Baru
3 1. TUPOKSI PUSJATAN
4 TUPOKSI PUSJATAN PERMEN PUPR NO.15/PRT/M/2015 Penyusunan kebijakan teknis, program, & anggaran litbang bidang jalan dan jembatan Pelaksanaan litbang, pelayanan uji lab. dan lapangan, sertifikasi, inspeksi, kalibrasi, dan adtek bid.jalan & jembatan Pemantauan, evaluasi & pelaporan hasil litbang bid.jalan & jembatan Pelaksanaan urusan peningkatan kapasitas SDM litbang di bid.jln & jembatan Pelaksanaan pengelolaan sarana kelitbangan Pelaksanaan urusan keuangan, ketatausahaan, dan umum Penyiapan penyusunan standar dan pedoman Pelaksanaan diseminasi & kerjasama litbang di bid.jalan & jembatan Penyelenggaraan pangkalan data & pengembangan konsep sistem data teknis jalan & jembatan
5 TUPOKSI BINA MARGA PERMEN PUPR NO.15/PRT/M/2015 Perumusan kebijakan di bid.penyelenggaraan jln sesuai dg ketentuan per-uu-an Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan jalan nasional Pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan konektivitas yg menjadi prioritas nasional Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bid. penyelenggaraan jln Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bid. penyelenggaraan jln Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bid. penyelenggaraan jln Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Marga Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri PUPR
6 IRISAN TUSI PUSJATAN DG BINA MARGA Kebijakan (litbang) bid. Jln&jmbtn Penyusunan norma, standar & pedoman Adtek / bimbingan teknis & supervisi Evaluasi&pelaporan PUSJATAN Pelaksanaan urusan peningkatan SDM litbang bid.jln&jmbtn Pelaksanaan pengelolaan sarana kelitbangan Pelaksanaan urusan keuangan, ketatausahaan&umum Pelaksanaan diseminasi&kerjasama litbang Penyelanggaraan pangkalan data KONSEP BINA MARGA Pelaksanaan kebijakan di bidang konektivitas yang menjadi prioritas nasional Pelaksanaan administrasi Dirjen BM Pelaksanaan fungsi lain yg diberikan oleh Menteri PUPR
7 BUSSINESS PROCESS PUSJATAN TUJUAN PUSJATAN
8 20% 30% Prototipe / Integrasi Prototipe
9
10
11 KERJASAMA PUSJATAN DENGAN BINA MARGA Tahun Anggaran 2015 Sebagai narasumber dalam adtek Tahun Anggaran 2016 Advis Teknis Jembatan Kritis Penanganan Keruskan Badan Jalan Bujangga, Kabupaten Berau Kaltim Rencana Flyover utk Perlintasan Kereta Api di Brebes
12 2. PRODUK DAN TEKNOLOGI PUSJATAN
13 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016
14 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016
15 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016
16 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016 Deskripsi Teknologi: Teknologi hasil litbang yang dapat memberikan informasi kondisi jembatan, apakah jembatan tersebut memerlukan tindakan atau belum memerlukan tindakan pada bagian kritis. Keunggulan: + Memberikan informasi kondisi jembatan secara cepat + Paket all in one: 10 alat sensor, logger 32 channel, power supply, VSAT communication system + Garansi 1 tahun
17 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016
18 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016
19 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016 WMA ECO-NUSKA Deskripsi Teknologi: Merupakan aspal dengan campuran hangat yang dapat digunakan hingga lalu lintas berat. Keunggulan: 1. Kualitas setara dengan kualitas Hot Mix Asphalt, bahkan bisa lebih baik. 2. Temperatur pencampuran C, temperatur pemadatan C (lebih rendah dari Hot Mix Asphalt). 3. Penggunaan bahan bakat lebih hemat dibanding Hot Mix Asphalt. 4. Memiliki daya rekat dan ketahanan terhadap air yang lebih tinggi. 5. Sifat aspal pada perkerasan lebih awet. 6. Mereduksi polusi selama proses pencampuran di AMP WMA ZEOLIT Deskripsi Teknologi: Pemanfaatan zeolit sebagai bahan aditif untuk campuran hangat. Keunggulan: 1. Temperatur pencampuran C, sedangkan temperatur pemadatan C (lebih rendah dari Hot Mix Asphalt). 2. Sifat aspal pada perkerasan lebih awet. 3. Mereduksi emisi hingga 54%
20 TEKNOLOGI UNGGULAN PUSJATAN 2016 Deskripsi Teknologi: CMP merupakan teknologi jembatan flyover yang mengkombinasikan penggunaan teknologi baja bergelombang dengan mortar busa untuk timbunan pendekat jembatan. Keunggulan: + Biaya konstruksi lebih murah 40% + Waktu konstruksi lebih cepat 50% + Meminimalkan ganguan lalu lintas saat instalasi + Masa layan dapat melebihi 100 tahun + Mengurangi penggunaan tiang fondasi + Tebal struktur baja bergelombang lebih tipis + Tidak membutuhkan konstruksi dinding penahan Cocok untuk perlintasan kereta api, persimpangan jalan yang membutuhkan bentang yang panjang. Sudah diterapkan pada simpang Antapani Kota Bandung untuk mengatasi kemacetan.
21 KONSEP APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG APLIKASI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG UNTUK JALAN LINTAS ATAS Konsep aplikasi CSS sebagai JALAN LINTAS KONVERSI MODEL JEMBATAN KE MODEL CSS KONVERSI MODEL ini menghemat lebar bentang, penggunaan beton & kebutuhan kedalaman fondasi
22 Clustering Product Bidang Perkerasan Aspal Lapis Beraspal Pondasi Kelas A Bahan Bakar AMP Aditif Pondasi Kelas B Bahan Stabilisasi Agregat Tanah Dasar Lain-lain
23 ASPAL Aspal Pen 60/70 Aspal Modifikasi Aspal Buton Aspal Emulsi Cutback Asphalt Aspal Karet Aspal keras konvensional (PG 58) hasil pemrosesan dari minyak bumi Aspal yang telah dimodiifikasi dengan bahan lain untuk meningkatkan kinerja, umumnya bahan tambah yg digunakan adalah SBS Aspal Batu Buton dan varian nya (Asbuton Pracampur, Campuran Panas Asbuton dll) aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi Aspal cair yang dihasilkan dengan cara melarutkan aspal keras dalam pelarut minyak bumi dengan proporsi tertentu Aspal keras yang dimodifikasi dengan karet alam untuk meningkatkan kinerja nya
24 BAHAN TAMBAH/ADITIF Antistripping Bahan tambah yang digunakan untuk meningkatkan kelekatan aspal dan agregat Warm Mix Bahan tambah yg digunakan untuk menurunkan temperatur pencampuran dan pemadatan Peremaja Bahan tambah yang digunakan untuk meremajakan (rejuvenating) aspal yg telah menua (ageing)
25 Agregat Agregat Standar Agregat yang memenuhi persyaratan spesifikasi Agregat Sub Standar Agregat yg tidak memenuhi persyaratan spesifikasi (Batu karang/kapur)
26 Bahan Bakar AMP Bahan Bakar Standar Bahan bakar AMP standar yang umum digunakan adalah minyak tanah atau solar Batu Bara Gas dari Cangkang Sawit Batu bara dapat digunakan sebagai bahan bakar pada AMP dengan cara gasifikasi Cangkang sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar pada AMP dengan cara gasifikasi
27 Bahan Stabilisasi Bahan Stabilisasi Bersemen Bahan tambah yang digunakan pada tanah yang telah distabilisasi dengan semen untuk mencegah retak Bahan Stabilisasi Berbasis Kimia Bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi tanah
28 Lain-lain Zeolit Bahan tambah yang digunakan untuk menurunkan temperatur pencampuran dan pemadatan pada campuran panas RAP (Recycle Asphalt Pavement) Hasil milling lapis beraspal, dapat digunakan sebagai material lapis pondasi atau bahu jalan
29 3. PENERAPAN TEKNOLOGI BARU
30 SE PENERAPAN TEKNOLOGI SURAT EDARAN Menteri PUPR NOMOR 03/SE/Db/2016 Tentang Prosedur persetujuan penggunaan teknologi baru/komplek/non standar dan/atau spek.khusus di lingk. Dirjen BM Butir E. Tahapan Persetujuan Penggunaan Teknologi Baru/Komplek/Non Standar 4) Untuk proses persetujuan penggunaan teknologi baru, pengusul perlu melampirkan : a. Bukti teknis (skala lab/skala lapangan) b. Metode desain (struktural/material) c. Metode pelaksanaan d. Utk pabrikan didukung good manufacturing practice e. Spesifikasi produk f. Analisa harga satuan 7) Apabila SNI sudah ada, maka dapat langsung diterapkan. Penambahan dapat dilakukan jika terdapat hal-hal yang belum diatur dalam SNI; 8) Apabila teknologi baru/komplek/non standar tersebut belum ada dalam SNI, pedoman dan manual, maka tetap dapat diterapkan dengan catatan sebagai berikut : a. Pengaturan teknis bersifat interim b. Dilakukan dalam rangka pembelajaran dan penyempurnaan SNI, pengaturan pedoman dan manual teknis c. Dilakukan monitoring dan evaluasi dalam penerapannya untuk penyempurnaan proses standardisasi teknologi tersebut
31 TERIMA KASIH
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian terhadap masalah lingkungan mulai meningkat beberapa tahun belakangan ini. Kesadaran akan lingkungan telah mendorong usaha daur ulang untuk keperluan tertentu,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 35/PRT/M/2006 TENTANG PENINGKATAN PEMANFAATAN ASPAL BUTON UNTUK PEMELIHARAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN ASBUTON PADA PERKERASAN JALAN BERASPAL
BERBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN ASBUTON PADA PERKERASAN JALAN BERASPAL Oleh: Drs. Madi Hermadi, SSi. MM. Peneliti Bidang Teknik Jalan di Puslitbang Jalan dan Jembatan PENDAHULUAN Tulisan ini merupakan tulisan
Lebih terperinciSpesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi campuran beraspal hangat mulai berkembang di dunia, hal ini dikarenakan proses dalam teknologi ini mampu menekan emisi gas buang tanpa merusak dari karakteristik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asphalt concrete - wearing course merupakan lapisan yang terletak dibagian atas berdasarkan susunan perkerasan aspal dimana lapisan permukaan ini harus mampu menerima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal beton (Laston) sebagai bahan untuk konstruksi jalan sudah lama dikenal dan digunakan secara luas dalam pembuatan jalan. Penggunaannya pun di Indonesia dari tahun
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN WARM MIXED ASPHALT
PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN WARM MIXED ASPHALT Puri Nurani Dosen Jurusam Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang Jl Soekarno-Hatta No 9 (65141) Telp: (0431) - 404424-404425
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat yang diiringi dengan peningkatan mobilitas penduduk. Salah satu prasarana transportasi adalah jalan yang
Lebih terperinciPEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
PEDOMAN Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil LAMPIRAN SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 20/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN SPESIFIKASI TEKNIS BAHAN PERKERASAN JALAN KERIKIL
Lebih terperinciTEKNOLOGI CORRUGATED-MORTAR BUSA PUSJATAN (CMP)
TEKNOLOGI CORRUGATED-MORTAR BUSA PUSJATAN (CMP) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Badan Penelitian dan Pengembangan TEKNOLOGI CORRUGATED- MORTAR BUSA PUSJATAN (CMP) Penyusun: Fahmi Aldiamar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya adalah salah satu infrastruktur yang sangat penting dalam perkembangan suatu negara karena dengan jalan yang baik proses perekonomian suatu negara akan berjalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang transportasi adalah pembangunan sarana dan prasarana berupa jalan yang sangat penting bagi suatu daerah atau wilayah sehingga dapat saling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana jalan berkaitan erat dengan pertumbuhan pembangunan di berbagai sendi kehidupan manusia karena merupakan fasilitas yang sangat vital dalam mendukung pergerakan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir
KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Sipil
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6
REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS MAKADAM ASBUTON LAWELE (SKh-3.6.6.1) SPESIFIKASI KHUSUS-3 INTERIM SEKSI 6.6.1 LAPIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakar batubara untuk pemanas agregat adalah AMP yang umumnya menggunakan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Umum Unit Produksi Campuran Beraspal yang dikenal dengan nama AMP (Aspal Mixing Plant), merupakan tempat mencampur agregat, aspal, dan tanpa atau dengan bahan tambahan pada temperatur
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT LITBANG JALAN DAN JEMBATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT LITBANG JALAN DAN JEMBATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi yang besar dan dampak samping terhadap lingkungan. Maka WMA dan CMA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makin hari makin panas ya di Indonesia, masih banyak penggunaan teknologi di Indonesia yang tidak ramah lingkungan, seperti hal nya dalam konstruksi jalan raya di Indonesia
Lebih terperinciPENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR
PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR Ludfi Djakfar 1, Hendi Bowoputro 1, Achmad Wicaksono 1, Gagoek Soenar P. 1 1 Dosen / Jurusan Teknik
Lebih terperinciKepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth.: Para Pejabat Eselon I di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURAT EDARAN NOMOR : 46/SE/M/2015 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini volume dan beban kendaraan cenderung terus meningkat sehingga diperlukan suatu inovasi dalam bidang pemeliharaan jalan guna mempertahankan kinerja jalan
Lebih terperinciPENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT
PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF CAMPURAN LAPIS PONDASI ATAS / CEMENT TREATED BASE (CTB) DENGAN PERBANDINGAN PERSENTASE SEMEN Nama: Gery Perdana Putra Pesambe NIM: 03112060
Lebih terperinci3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran
Lebih terperinciCape Buton Seal (CBS)
Cape Buton Seal (CBS) 1 Umum Cape Buton Seal (CBS) ini pertama kali dikenalkan di Kabupaten Buton Utara, sama seperti Butur Seal Asbuton, pada tahun 2013. Cape Buton Seal adalah perpaduan aplikasi teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, transportasi merupakan sarana penunjang berbagai aspek
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton (Laston) Lapis aspal beton adalah lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan lainnya, terutama bidang perekonomian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk disuatu daerah, jalan raya merupakan sarana transportasi yang mempunyai peran penting untuk menunjang aktifitas masyarakat.
Lebih terperinciTEKNOLOGI TAMBALAN CEPAT MANTAP SEBAGAI SOLUSI CEPAT PENANGANAN KERUSAKAN JALAN BERLUBANG
TEKNOLOGI TAMBALAN CEPAT MANTAP SEBAGAI SOLUSI CEPAT PENANGANAN KERUSAKAN JALAN BERLUBANG Nono Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umun dan Perumahan Rakyat Jln. A.H. Nasution No. 264,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 110KEP/BSN/ 12/2008 /12/2005 TENTANG PENETAPAN 52 (LIMA PULUH DUA) STANDAR NASIONAL INDONESIA
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 110KEP/BSN/ 12/2008 /12/2005 TENTANG PENETAPAN 52 (LIMA PULUH DUA) STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi darat adalah salah satu pilihan yang banyak diminati di Indonesia jika dibandingkan dengan transportasi lainnya. Maka prasana transportasi darat harus memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspal merupakan bahan pengikat dalam campuran perkerasan lentur, aspal juga mengurangi instrusi air masuk ke dalam lapisan perkerasan. Aspal yang digunakan untuk perkerasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama dalam menggerakkan roda perekonomian nasional dan daerah, mengingat penting dan strategisnya fungsi jalan untuk mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkerasan jalan raya dibagi menjadi dua jenis yaitu perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (flexible Pavement) dan pada perkerasan lentur terdapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Timbunan Ringan Dengan Mortar Busa Material timbunan ringan dengan Mortar busa adalah merupakan foamed embankment mortar disebut juga sebagai high-grade soil yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerusakan jalan yang terjadi di berbagai daerah saat ini merupakan permasalah yang sangat kompleks dan kerugian yang diderita sungguh besar terutama bagi pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Lingkaran cincin api (ring of fire) Pasifik atau sabuk gempa Pasific (sircum Pasific seismic belt) yang mencakup wilayah panjang mencapai 0.000 km merupakan daerah dimana
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan prasarana yang sangat penting dalam aksessibilitas untuk melakukan pergerakan atau mobilisasi baik orang maupun barang, selain itu jalan raya berperan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Perancangan Jalan Kode Mata Kuliah : MKT 1218 SKS : 3 (3-0) Semester : IV 1 GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lain yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat (Wirahadikusumah, 2007). Lapisan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, hal ini karena jalan memiliki peran penting dan strategis untuk mendorong
Lebih terperinciDjoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK
Tinjauan Teknis dan Ekonomi Penggunaan Aspal Beton dan Hot Rolled Sheet Sebagai Bahan Pelapisan Ulang Permukaan Jalan ( Kasus Ruas Widang Gresik Sta 7+150 s/d Sta 10+200 ) Djoko Sulistiono, Amalia FM,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan suatu lapis perkerasan yang berada diantara permukaan tanah dengan roda kendaraan yang berfungsi memberikan rasa aman, nyaman dan ekonomis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era industri yang maju pada saat ini, jalan merupakan prasarana dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti perkantoran, kawasan perdagangan,
Lebih terperinci1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)
1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Menteri Pekerjaan Umum, untuk infrastruktur jalan dengan panjang Jalan Nasional pada tahun 2008 yang sampai saat ini telah mencapai 34.628 Km, tercatat kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting pada pengembangan kehidupan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Jalan dikembangkan melalui
Lebih terperinciPure Crete Base jalan
Pure Crete Base jalan Masalah khas dari jalan sekunder: Kegagalan Base Jalan Pure Crete Definisi produk Pure Crete adalah suatu formulasi kompleks non bakteri multi enzymatic yang mengubah karakteristik
Lebih terperinciDR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkerasan jalan adalah suatu bagian dari jalan yang diperkeras dengan lapisan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan adalah suatu bagian dari jalan yang diperkeras dengan lapisan konstruksi tertentu yang memiliki ketebalan, kekakuan, kekuatan dan kestabilan tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi jalan sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini disebabkan aspal memiliki
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON
ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:
Lebih terperinciTKS 4406 Material Technology I
TKS 4406 Material Technology I Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST., MT. Department of Civil Engineering Faculty of Engineering University of Brawijaya Definisi Aspal adalah material hitam atau coklat tua, pada
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : , Maret 2015
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 93 Vol. 2, No. 1 : 93-104, Maret 2015 PENERAPAN TEKNOLOGI DAUR ULANG DENGAN BAHAN PEREMAJA LOKAL UNTUK PENINGKATAN UMUR LAYANAN PERKERASAN On Aplication of Recycling Technology
Lebih terperinciPEDOMAN. Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-14-2004-B Penggunaan tailing untuk lapis pondasi dan lapis pondasi bawah DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi... i Daftar tabel... i Prakata...
Lebih terperinciDAFTAR PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TAHUN 2008
DAFTAR PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TAHUN 2008 No. Nomor SNI Judul Standar Nasional Indonesia NOMOR: 95/KEP/BSN/9/2008 TANGGAL 25 SEPTEMBER 2008 1. SNI 7393:2008 satuan pekerjaan besi dan alumunium
Lebih terperinciLAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)
BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi
Lebih terperinciADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN
ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Addendum dokumen pengadaan diterbitkan Panitia Pengadaan dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kepada peserta lelang tentang adanya perubahan ketentuan dalam dokumen pengadaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pada umur perkerasan jalan tidak terlepas dari sifat bahan terutama aspal sebagai bahan pengikat. Sehingga diperlukan suatu terobosan baru dengan memodifikasi
Lebih terperinciSpesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan
Standar Nasional Indonesia Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan ICS 93.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat ditemukan pertama kali di Babylon pada tahun 625 SM, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Umum Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang diletakkan diatas lapisan tanah dasar yang berfungsi untuk memikul beban lalu lintas. Struktur perkerasan
Lebih terperinciSPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)
SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Mata Kuliah : Perancangan Perkerasan Jalan Kode Mata Kuliah : MKT 1218 SKS : 3(3-0) Waktu Pertemuan : 0 Menit A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran umum mata kuliah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai bahan pengikat agregat agar lapisan perkerasan kedap air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stone Matrix Asphalt atau disebut Split Mastic Asphalt (SMA) telah dikenal sejak pertengahan era tahun 1960-an di Jerman, merupakan jenis campuran beraspal panas yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement) yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan lentur terdiri
Lebih terperinciSpektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015
Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 158 Vol. 2, No. 2 : 158-171, September 2015 ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN PEREMAJA SULFUR TERHADAP SIFAT FISIK ASPAL DAUR ULANG Analysis the Effect of Sulfur Rejuvenated
Lebih terperinciPENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC
PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR
KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR Senja Rum Harnaeni 1), Isyak Bayu M 2) 1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA FILLER ASBUTON DALAM CAMPURAN MORTAR HOT ROLLED ASPHALT. Oleh : Erwin Wisnu Wardana Ragil Purwanto
TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA FILLER ASBUTON DALAM CAMPURAN MORTAR HOT ROLLED ASPHALT Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tahap Pendidikan Sarjana Jurusan Teknik Sipil Oleh : Erwin Wisnu Wardana 15095087
Lebih terperinciPENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR
PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR Whinda Pratiwi, Tiara Gea Noviastuti, Ludfi Djakfar, Hendi Bowoputro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciKata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.
Lebih terperinciAkhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT
Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari Anyer di Banten sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuaca di Indonesia akhir-akhir ini sulit diprediksi, pada saat musim kemarau suhu udara begitu tinggi, sedangkan pada musim hujan memiliki curah hujan sangat tinggi,
Lebih terperinciMETODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA)
METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN PAKET 34 (JALAN SERUNAI MALAM II, JALAN SERUNAI MALAM I, JALAN BERSAMA) A. MOBILISASI & MANAGEMEN KESELAMATAN LALU LINTAS Mobilisasi adalah kegiatan yang diperlukan dalam kontrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu faktor yang sangat penting di dalam bidang teknik sipil, Kemajuan pengetahuan tentang teknologi beton memungkinkan untuk dibangunnya struktur-struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat berperan penting dalam berkembangnya suatu negara. Tidak hanya digunakan sebagai prasarana transportasi darat yang
Lebih terperinciPENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN
PEDOMAN No. 006 / BM / 2009 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil PENYUSUNAN SPESIFIKASI KHUSUS JALAN DAN JEMBATAN D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar
Lebih terperinciSPESIFIKASI UMUM DAFTAR ISI DIVISI I UMUM
SPESIFIKASI UMUM DAFTAR ISI DIVISI I UMUM Halaman SEKSI 1.1 RINGKASAN PEKERJAAN Pasal 1.1.1 Cakupan Pekerjaan... 1-1 1.1.2 Klasifikasi Pekerjaan Konstruksi... 1-2 1.1.3 Ketentuan Rekayasa (Engineering)...
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 04/SE/M/2016 TANGGAL 15 MARET 2016 TENTANG PEDOMAN PERANCANGAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN TELFORD KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasarana jalan dan jembatan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Kondisi
Lebih terperinciBAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.
BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. 1.1 SEJARAH PERKERASAN JALAN. A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak
Lebih terperinci