PROFIL KEMAMPUAN MEMECAHAN MASALAH KESEIMBANGAN BENDA TEGAR SISWA KELAS XIA2 SMAN 1 SAMBIT PONOROGO DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KEMAMPUAN MEMECAHAN MASALAH KESEIMBANGAN BENDA TEGAR SISWA KELAS XIA2 SMAN 1 SAMBIT PONOROGO DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA"

Transkripsi

1 PROFIL KEMAMPUAN MEMECAHAN MASALAH KESEIMBANGAN BENDA TEGAR SISWA KELAS XIA2 SMAN 1 SAMBIT PONOROGO DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR SISWA Joko Setiono 1, Subani 2, Sugiyanto 3 1 Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Alamat jsetiono78@gmail.com Abstrak Hasil wawancara dengan guru kelas XIA2 SMAN 1 Sambit bahwa bentuk instrumen penilaian yang dijadikan tolak ukur adalah soal uraian yang menuntut kemampuan memecahan masalah. Materi yang dirasa paling sulit oleh siswa adalah keseimbangan benda tegar yang ditunjukkan oleh nilai ulangan harian, sehingga kajian kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah pada materi keseimbangan benda tegar menjadi penting. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan profil kemampuan memecahkan masalah keseimbangan benda tegar siswa kelas XIA2 ditinjau dari prestasi belajar siswa. Profil kemampuan memecahkan masalah pada penelitian ini meliputi tahapan memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian, dan memeriksa kembali jawaban. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dan jenisnya deskriptif kualitatif. Subyek pada penelitian ini adalah 12 siswa kelas XIA2 SMAN 1 Sambit yang terdiri dari masing-masing 3 siswa kategori prestasi belajar sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah. Data penelitian ini diperoleh dengan metode tes dan wawancara. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek dengan prestasi belajar sangat tinggi memiliki kemampuan sangat baik dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan penyelesaian dan memeriksa kembali jawaban. Subyek dengan prestasi belajar tinggi memiliki kemampuan memahami masalah kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah kategori sangat baik dan cukup, melaksanakan penyelesaian kategori baik serta memeriksa kembali jawaban dalam kurang. Subyek dengan prestasi belajar cukup memiliki kemampuan memahami masalah kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dan melaksanakan penyelesaian kategori cukup, serta memeriksa kembali jawaban kategori kurang. Subyek dengan prestasi belajar rendah memiliki kemampuan memahami masalah kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah kategori kurang, melaksanakan penyelesaian kategori cukup, dan memeriksa kembali jawaban kategori kurang. Kata Kunci : Memecahkan masalah, keseimbangan benda tegar, Prestasi belajar sisw Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan segala potensi dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik agar mampu menghadapi tantangan jaman. Dunia pendidikan selalu menyuguhkan masalah-masalah dalam lingkup akademis untuk melatih peserta didik peka dan mampu memberikan solusi terhadap suatu masalah. Peserta didik dilatih untuk terbiasa menghadapi masalah dalam lingkup akademis dengan harapan menjadi bekal dalam menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat. Tim PISA (Program for International Student Assessment) Indonesia, 2011( dalam Dewi, 2014) menyatakan bahwa penilaian PISA pada tahun 2000, Indonesia menempati peringkat 38 dari 41 negara untuk mata pelajaran sains. Tahun 2003, peringkat 38 dari 40 negara, peringkat 50 dari 57 negara untuk tahun 2006, peringkat 60 dari 65 negara pada tahun 2009, dan pada tahun 2012, Indonesia peringkat 64 dari 65 negara untuk mata pelajaran sains. Tampak jelas bahwa dari tahun ke tahun terjadi penurunan peringkat Indonesia di ajang PISA dalam bidang sains. Pisa menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains 1

2 (Rustaman, tanpa tahun). Pisa menguji proses sains meliputi mengenali pertanyaan ilmiah, mengidentifikasi bukti, menarik kesimpulan, mengkomunikasikan kesimpulan, dan pemahaman konsep ilmiah. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlihat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan suatu masalah (Rustaman, tanpa tahun). Hasil PISA tersebut menandakan bahwa anak Indonesia masih lemah pada kemampuan pemecahan masalah (Dewi, 2014). Hasil wawancara kepada seorang guru Fisika kelas XIA2 di SMAN 1 Sambit, materi fisika yang dirasakan paling sulit oleh siswa adalah keseimbangan benda tegar. Kesulitan siswa terbukti dengan hasil tes ulangan harian, dari 3 kelas rata-rata siswa yang tuntas belum mencapai 50%. Hasil evaluasi ini menunjukan masih dominan siswa yang tidak tuntas pada materi keseimbangan benda tegar. Berdasarkan informasi guru bahwa selama ini bentuk tes evaluasi yang diberikan adalah soal uraian yang menuntut kemampuan memecahan masalah dengan langkah diketahui, ditanya dan dijawab. Hasil jawaban evaluasi keseimbangan benda tegar menunjukkan siswa cenderung mengalami kesulitan dalam memahami masalah, menggunakan konsep, mengaplikasikan rumus dan lemah dalam kemampuan matematis. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa memiliki kemampuan yang lemah dalam memecahkan persoalan Fisika. Kemampuan pemecahan masalah yang lemah pada siswa bila dibiarkan terus menerus akan berakibat menurunya prestasi belajar siswa. Kemampuan memecahakan masalah pada lingkup akademis perlu dilatih sebagai bekal untuk menghadapi masalah yang sebenarnya. Kemampuan memecahkan masalah pada lingkup akademis juga mempengaruhi prestasi belajar seseorang, sehingga menjadi hal penting mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul Profil Kemampuan Memecahan Keseimbangan Benda Tegar Siswa Kelas XIA2 SMAN 1 Sambit Ponorogo Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa. Dasar Teori Belajar dan Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Nurjannah (tanpa tahun) belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus oleh proses pertumbuhan saja. Belajar menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan hasil belajar ini cenderung konstan dan berbekas (Setyorini, 2011:12). Prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar berhubungan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa Arifin (dalam Setyorini, 2011:12). Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar yang dicapai dalam bentuk perubahan pengetahuan dan penguasaannya terhadap ilmu yang dipelajari (Setyawati, 2011: 12). Jadi, prestasi belajar siswa adalah skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang hanya mencangkup kemampuan kognitif siswa saja. 2

3 Kemampuan Memecahkan Hamzah dalam Indrajaya (2009) mengartikan pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Menurut Polya pemecahan masalah merupaka suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan. Secara garis besar indikator kemampuan pemecahan masalah menurut G. Polya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1. Indikator kemampuan pemecahan masalah bedasarkan tahap pemecahan masalah oleh Polya (Sumber : Nirmalitasari, 2011) Tahap Oleh Polya Memahami Melakukan Penyelesaian Memeriksa Kembali Indikator Siswa dapat menyebutkan informasi-informasi yang diberikan dan pertanyaan yang diajukan. Siswa memiliki rencana pemecahan masalah yang ia gunakan serta alasan peggunaannya. Siswa dapat memecahkan masalah sesuai langkah-langkah pemecahan masalah yang ia gunakan dengan hasil yang benar. Siswa memeriksa kembali langkah pemecahan masalah yang ia gunakan. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitiannya adalah deskriptif kualitatif, karena tujuan penelitian ini untuk mencari tahu tentang profil kemampuan memecahan masalah keseimbangan benda tegar. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes tertulis dan wawancara dengan hasil data yang diperoleh tidak berbentuk angka. Data yang dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan. Pelaksanaan penelitian ini menuntut kehadiran peneliti di lapangan karena peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Peneliti sebagai instrumen kunci memiliki arti yaitu : (1) perencana, (2) penyusun instrumen, (3) pengumpul data, (4) penganalisis data dan (5) pelapor hasil penelitian. Tempat penelitian ini ada di SMA Negeri 1 Sambit yang berlokasi di jalan Raya Ponorogo - Trenggalek kabupaten Ponorogo. Tahap perencanaan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal dan pengurusan surat ijin dilakukan pada bulan Februari Tahap pelaksanaan di lapangan dilakukan pada bulan Maret sampai April Sedangkan tahap penyelesaian yang meliputi analisa data dan pelaporan hasil penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XIA2 sejumlah 12 anak. Subyek terdiri dari 4 kelompok yaitu 3 siswa dengan prestasi belajar sangat tinggi, 3 siswa dengan prestasi belajar tinggi, tiga siswa dengan prestasi belajar cukup dan 3 siswa dengan prestasi belajar rendah. Pengelompokan subyek didasarkan hasil tes prestasi belajar menggunakan teknik kuartil. Pada teknik kuartil akan dijumpai tiga buah kuartil, yaitu kuartil pertama (Q1), kuartil kedua (Q2), dan kuartil ketiga (Q3) yang akan membagi kelas XIA2 menjadi 4 kelompok. Empat kelompok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3

4 1. Kelompok siswa yang berada pada interval Q1, termasuk dalam ketegori prestasi belajar rendah. 2. Kelompok siswa yang berada pada interval Q1 < X Q_2, termasuk dalam kategori prestasi belajar cukup. 3. Kelompok siswa yang berada pada interval Q2 < X Q3 termasuk dalam kategori prestasi belajar tinggi. 4. Kelompok siswa yang berada pada interval > Q3 termasuk dalam kategori prestasi belajar sangat tinggi. Dari masing-masing katagori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah kemudian dipilih 3 siswa dengan rekomendasi dari guru sebagai subyek penelitian untuk dideskripsikan kemampuananya dalam memecahkan masalah keseimbangan benda tegar. Data dalam penelitian ini adalah data prestasi belajar siswa dan data kemampuan memecahkan masalah materi keseimbangan benda tegar kelas XIA2 SMAN 1 Sambit. Data prestasi belajar siswa diperoleh melalui tes prestasi belajar berupa pilihan ganda. Data kemampuan memecahkan masalah diperoleh melaui tes uraian dan wawncara. Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu 1). Metode Tes, tes yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tes prestasi belajar dan tes kemampuan memecahkan masalah keseimbangan benda tegar yang diujikan ke seluruh siswa kelas XIA2 SMAN 1 Sambit. 2).Metode Wawancara, wawancara yang dilakukan peneliti adalah percakapan dengan siswa dengan maksud tertentu menggunakan tes sebagai sumber data. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka analisis datanya adalah nonstatistik. Peneliti menggunakan hasil tes dan transkrip wawancara, untuk menyajikan hasil penelitian. Aktivitas dalam analisa data meliputi tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pedoman analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Indikator analisis kemampuan pemecahan masalah keseimbangan benda tegar (Sumber : Nirmalitasari, 2011) Tahap Memecahkan Katagori Indikator Memahami Siswa mampu menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal dengan lengkap dan benar Siswa kurang lengkap dalam menyebutkan informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam soal. Cukup Siswa menyebutkan informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan di luar soal Kurang Siswa tidak dapat menyebutkan informasiinformasi yang diberikan dan tidak dapat menyebutkan apa yang ditanya dalam masalah. Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan rencana tersebut dapat membantunya dalam memecahkan masalah dengan tepat. Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan rencana tersebut kurang dapat membantunya dalam memecahkan masalah. 4

5 Melaksanakan penyelesaian Memeriksa Kembali Jawaban Cukup Kurang Cukup Kurang Cukup Kurang Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dan rencana tersebut tidak membantu dalam memecahkan masalah. Siswa tidak memiliki rencana dalam memecahan masalah. Siswa memiliki rumus yang tepat, Siswa mampu menjabarkan rumus berdasarkan hasil perncanaan dengan tepat dan hasil jawaban yang benar Siswa memiliki rumus yang tepat Siswa mampu menjabarkan rumus berdasarkan hasil perencanaan, tetapi hasil akhir kurang tepat Siswa memiliki rumus yang tepat Siswa tidak mampu menjabarkan rumus dengan tepat sehingga hasil akhir salah Siswa tidak memiliki penyelesaian sama sekali Siswa memiliki alternatif atau cara lain dalam memecahkan masalah yang tepat dengan hasil yang benar. Siswa memiliki alternatif atau cara lain yang tepat tetapi hasil akhirnya kurang benar Siswa memiliki alternatif atau cara lain dalam memecahkan masalah yang tidak tepat Siswa tidak memiliki cara lain untuk memecahkan masalah keseimbangan benda tegar. Hasil Penelitian 1. Profil Kemampuan Memecahkan Subyek Prestasi Belajar Tinggi Berdasarkan hasil analisis, profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar tinggi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Subyek Prestasi Belajar Tinggi Tahap Memecahkan Memahamai Melaksanakan Penyelesaian Memeriksa Kembali Jawaban Kategori Prestasi Belajar Tinggi Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 5

6 Berdasarkan Tabel 4.1 subyek dengan prestasi belajar tinggi pada materi keseimbangan benda tegar cenderung memiliki kemampuan sangat baik dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan penyelesaian dan memeriksa kembali jawaban. 2. Profil Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Tinggi Berdasarkan hasil analisis profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar sedang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Tinggi Tahap Memecahkan Memahamai Melaksanakan Penyelesaian Memeriksa Kembali Jawaban Kategori Prestasi Belajar Tinggi Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Cukup Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Berdasarkan Tabel 4.2 subyek dengan prestasi belajar sedang cenderung memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori sangat baik dan baik, melaksanakan penyelesaian dalam kategori baik dan cukup serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 3. Profil Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Cukup Berdasarkan hasil analisis profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar cukup dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Cukup Tahap Memecahkan Memahamai Melaksanakan Penyelesaian Memeriksa Kembali Jawaban Kategori Prestasi Belajar Cukup Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 6

7 Berdasarkan Tabel 4.3 subyek dengan prestasi belajar cukup memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dan melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup, serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 4. Profil Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Rendah Berdasarkan hasil analisis profil kemampuan memecahkan masalah pada subyek dengan prestasi belajar rendah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Analisis Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Rendah Tahap Memecahkan Memahamai Melaksanakan Penyelesaian Memeriksa Kembali Jawaban Kategori Prestasi Belajar Rendah Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Soal 1 Soal 2 Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Berdasarkan Tabel 4.4 subyek dengan prestasi belajar rendah cenderung memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori kurang, melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup dan memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 5. Perbedaan Kemampuan Subyek Kategori Prestasi Belajar Tinggi, Tinggi, Cukup dan Rendah Dalam Memecahkan Keseimbangan Benda Tegar Perbedaan kemampuan subyek dengan kategori prestasi belajar sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah dapat terlihat pada tabel berikut ini Tabel 4.5 Perbedaan Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Tinggi, Tinggi, Cukup dan Rendah Tahapan Memecahkan Memahami Melaksanakan Penyelesaian Memeriksa Kembali Jawaban Kategori Kemampuan Memecahkan Subyek Dengan Prestasi Belajar Tinggi Tinggi Cukup Rendah dan dan dan dan Cukup Kurang dan Cukup Cukup Cukup Kurang Kurang Kurang 7

8 Kesimpulan 1. Subyek dengan prestasi belajar sangat tinggi pada materi keseimbangan benda tegar memiliki kemampuan sangat baik dalam memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan penyelesaian dan memeriksa kembali jawaban. 2. Subyek dengan prestasi tinggi memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori sangat baik dan baik, melaksanakan penyelesaian dalam kategori baik dan cukup serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 3. Subyek dengan prestasi belajar cukup memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dan melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup, serta memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 4. Subyek dengan prestasi belajar rendah cenderung memiliki kemampuan memahami masalah dalam kategori sangat baik dan baik, merencanakan pemecahan masalah dalam kategori kurang, melaksanakan penyelesaian dalam kategori cukup dan memeriksa kembali jawaban dalam kategori kurang. 5. Subyek dengan prestasi belajar sangat tinggi, tinggi dan cukup dalam memecahkan masalah sudah runtut sesuai tahapan polya, sedangkan subyek dengan prestasi rendah tidak memerlukan tahapan merencanakan pemecahan masalah 6. Subyek dengan prestasi belajar cukup dan rendah masih lemah dalam konsep keseimbangan benda tegar, sehingga dalam memecahkan masalah didasarkan atas perkiraan sendiri bukan pemahaman. 7. Subyek dengan prestasi belajar tinggi, cukup dan rendah masih lemah dalam kemampuan matematis, sehingga tidak mendukung proses pemecahan masalah Saran 1. Bagi guru dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pendekatan secara personal terhadap siswa, sehingga dapat mengetahui kelemahan siswa dalam memecahkan masalah 2. Bagi guru dengan adanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika. 3. Bagi guru dengan adanya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki konsep dan kemampuan matematis peserta didik sehingga dapat mendukung peningkatan kemampuan memecahkan masalah. 4. Bagi peneliti lain yang berminat mengkaji lebih lanjut sebaiknya siswa dibebaskan untuk memecahkan masalah sesuai dengan pemikiranya sendiri tanpa terikat tahapan Polya, sehingga dapat telihat jelas pola pemikiran siswa dalam memecahkan masalah. 5. Bagi peneliti lain yang berminat mengkaji lebih lanjut penelitian ini, agar melakukan metode wawancara yang lebih mendalam kepada siswa, sehingga akan memperjelas profil kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 8

9 6. Daftar Rujukan Dewi, P. S. U Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Fisika Melalui Pengendalian Bakat Numerik Siswa SMP. e- Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, vol 4, (Online), ( diakses 15 Januari 2014 Guruvalah. (tanpa tahun). Kontribusi Inteligensi dan Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar. (Online), ( diakses 16 Januari 2014 Hertiavi, M. A Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Peningkatan Kemampuan Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 6 : 53-57, (Online), dalam ( diakses 16 Januari 2014 Indah, Setyorini Peningkatan Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Dengan Penilaian Portofolio Siswa Kelas VII A SMPN 3 Kademangan Blitar. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Indrajaya, E. S Strategi dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi SPLDV Siswa Kelas VIII Di SMP Kristen Salatiga, artikel skripsi, (Online), ( 7_Full%20text.pdf?sequence=2), diakses 20 Maret Khairany, Nely Nurdian Implementasi Pembelajaran Kooperatif dengan pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika dan Kemampuan Psikomotorik Siswa Kelas VII Semester I SMP Dharma Wanita Universitas Brawijaya Malang Tahun Ajaran 2007/ Skripsi Tidak Diterbitkan.Malang: Universitas Negeri Malang. Maqnun, Luluin Pengaruh Model Pembelajaran NHT Dengan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Fisika Siswa Kelas VIII SMP. Skripsi. (Online), ( diakses 12 maret Mundilarto. Tanpa tahun. Kapita Selekta Pendidikan Fisika. (Online), ( diakses 15 Januari Nirmalitasari, Okta. S. (2012). Profil Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Matematika Berbentuk Open-Start Pada Materi Bangun Datar. (Online), Mathedunesa, Vol 1, No 1,( diakses 16 Februari Nurjannah, Amalia. (tanpa tahun). Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne. (Online), ( diakses 20 Januari

10 Rustaman, Nuryani Y Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & (Online). Makalah, ( NURYANI_RUSTAMAN/MAKALAH_LITSAINS_2003_sep,06.pdf) diakses 15 Januari Santyasa, I Wayan. (tanpa tahun). Pengembangan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Fisiska Bagi Siswa SMA Dengan Pemberdayaan Model Perubahan Konseptual Berseting Investigasi Kelompok. (Online), ( ONSEP.pdf), diakses 15 Januarai 2014 Santyasa, I W Model problem solving dan reasoning sebagai alternatif pembelajaran inovatif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) V, tanggal 5-9 Oktober 2004, di Surabaya. Setyawati, Ika Upaya Peningkatan Keterampilan Kerja Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VIIA SMPN 13 Malang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Skripsi Tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Sugiyono Penelitian Pendididikan. Bandung: Alfabeta CV Suharsimi, Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Taufik, Mohammad Desain Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Dalam Pembelajaran IPA (Fisika) Sekolah Menengah Pertama Di Kota Bandung, Berkala Fisika, Vol 13 (2): E31-E44,(Online), ( diakses 16 januari

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang disusun dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan sebagai tolok ukur dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, setiap manusia senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Tantangan hidup yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus menggunakan model,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu-ilmu dasar (basic science) yang perlu diberikan pada siswa. Hal ini tak lepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan

Lebih terperinci

Mega Astuti Sutaryono 1), Rita P. Khotimah 2) 1),2) Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci: pemecahan masalah; PISA; Problem Based Learning

Mega Astuti Sutaryono 1), Rita P. Khotimah 2) 1),2) Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci: pemecahan masalah; PISA; Problem Based Learning PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERBASIS PISA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK SISWA KELAS XI SEMESTER GENAP SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA) Mega Astuti Sutaryono 1), Rita P. Khotimah

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan, maju mundurnya kualitas manusia dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Adapun tujuan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu pendidikan yang rendah. Hal ini bisa dilihat dari data publikasi terbaru Pearson Education

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. .id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional tentang literasi membaca, matematika dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA Adiyatmo Djafar 1, Karim NakiI 2, Abdul Wahab Abdullah 3 Program Studi S1 Pendidikan Matematika 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Keywords: model of problem based learning, critical thinking

Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang. Keywords: model of problem based learning, critical thinking MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS GEOGRAFI SISWA SMA Nike Nur Fitriana 1 Yuswanti Ariani Wirahayu 2, Purwanto 3 Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/

PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Penerapan Model PBLBernuansaEtnomatematika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Endang Nurliastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Fisika di tingkat SMA/MA dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri, karena (1) mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

Universitas Kanjuruhan Malang 1) 2) 3) Abstrak

Universitas Kanjuruhan Malang   1) 2) 3) Abstrak PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DI SMA AL-RIFA IE GONDANGLEGI MALANG ) Dewi Rafika;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah puas, dalam artian manusia terus menggali setiap celah didalam kehidupan yang dapat mereka kembangkan demi memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

Lebih terperinci

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu eksak yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Kita selalu menggunakan ilmu ini dalam setiap aktivitas, misalnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berubahnya kondisi masyarakat dari masa ke masa, idealnya pendidikan mampu melihat jauh ke depan dan memikirkan hal-hal yang akan dihadapi siswa di

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mind mapping, pemecahan masalah

Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe mind mapping, pemecahan masalah UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 16 YOGYAKARTA Windri Suci Setiawati Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau jawaban dari rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya yaitu tentang bagaimana tingkat kemampuan pemecahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK (AUTHENTIC ASSESSMENT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK (AUTHENTIC ASSESSMENT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK (AUTHENTIC ASSESSMENT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA (Study Eksperimen di kelas VIII MTsN Babakan Ciledug Cirebon) SKRIPSI Oleh: IIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang telah berkembang sangat pesat, baik materi maupun kegunaannya.dengan demikian setiap upaya pengajaran matematika

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 2 (3) (2013) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN SETS PADA KELAS V Isti Nur Hayanah Sri Hartati, Desi Wulandari

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 KALIBAWANG

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 KALIBAWANG UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 KALIBAWANG Halimatus Sa diyyah Universitas PGRI Yogyakarta halimatus_sadiyyah@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga maupun untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Lebih terperinci

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN : MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN : 2301-9085 PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED DENGAN TAHAP CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan,

Alamat Korespondensi : 1) Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan, ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP AL IRSYAD SURAKARTA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI TEGAK TAHUN AJARAN 2011/2012 Ana Andriyani 1), Sutopo 2), Dwi Maryono

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

Profil kesulitan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal fisika materi cahaya ditinjau dari gaya belajar di SMPN 2 Wungu

Profil kesulitan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal fisika materi cahaya ditinjau dari gaya belajar di SMPN 2 Wungu SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 315 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DI KELAS III SD NEGERI PADURENAN 04 BEKASI Aningsih Irnawati Sapitri

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA I SMAN 5 KENDARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM. Oleh : Rimba Hamid dan Aceng Haetami ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA I SMAN 5 KENDARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM. Oleh : Rimba Hamid dan Aceng Haetami ABSTRAK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA I SMAN 5 KENDARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM Oleh : Rimba Hamid dan Aceng Haetami ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR ISSN : 2337-9820 Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR Suprianto, S.Pd., M.Si (1),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains yang berlangsung selama ini hanya sebatas proses penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal pembelajaran sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu proses belajar dan pembelajaran, hasil belajar merupakan hal pokok yang sangat penting karena sebagai alat untuk mengukur pencapaian keberhasilan belajar

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR Dian Safitri Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN CMP KELAS VIIG SMP NEGERI 3 GOMBONG

PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN CMP KELAS VIIG SMP NEGERI 3 GOMBONG PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN CMP KELAS VIIG SMP NEGERI 3 GOMBONG Atik Kusuma Dewi, Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email:

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Bidang Kajian Jenis Artikel : Pendidikan Matematika : Hasil Penelitian PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA Setyati Puji Wulandari 1), Imam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Rusmono (2014:10) menyatakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan guna membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah mereka yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN METODE CERAMAH BERMAKNA MATERI DESAIN GRAFIS SMAN 1 GONDANG TULUNGAGUNG Yandria Elmasari Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN Analisis Kesalahan Menyelesaikan... (Puspita Rahayuningsih&Abdul Qohar) 109 ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS

Lebih terperinci

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR 1 PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERBENTUK OPEN-START PADA MATERI BANGUN DATAR ABSTRAK Octa S. Nirmalitasari UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

Kata Kunci: instrumen penilaian, benar-salah, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dinamika rotasi, kesetimbangan tegar

Kata Kunci: instrumen penilaian, benar-salah, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dinamika rotasi, kesetimbangan tegar PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BENAR-SALAH UNTUK MENILAI KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Aliyyatus Sa adah, Sugiyanto, S.Pd, M.Si, dan Drs.

Lebih terperinci

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari bendabenda di alam tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Munaf,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mohammad. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mohammad. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Anas Sudijono. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 2009.

Lebih terperinci

DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA

DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Volume 0, Nomor ISSN - DESKRIPSI TRAJEKTORI BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LITERASI MATEMATIKA Andi Jusmiana, Sumarni Susilawati, Fahrul Basir Universitas Pejuang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. TopikTugasAkhir: PenelitianPendidikanMatematika

LAPORAN TUGAS AKHIR. TopikTugasAkhir: PenelitianPendidikanMatematika LAPORAN TUGAS AKHIR TopikTugasAkhir: PenelitianPendidikanMatematika PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI TURUNAN PADA KELAS XI IPA 2 DI SMAN 1 KALIDAWIR TUGAS AKHIR DiajukanKepadaFakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan melalui metode ilmiah. Fisika merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

Wahana Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 1, Februari 2013

Wahana Pendidikan Fisika, Vol. 1, No. 1, Februari 2013 WaPFi Vol.1 No.1 Februari 2013 Diterbitkan oleh : Program Diterbitkan Studi oleh : Pendidikan Fisika Departemen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Departemen Pendidikan Fisika Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, uraian tersebut berdasarkan pada informasi diagnostik

Lebih terperinci

Satrio Rahmat Muslim 1, Yaspin Yolanda 2, Ahmad Amin 3 Skripsi ini berjudul Penerapan model Collaborative Teamwork Learning pada

Satrio Rahmat Muslim 1, Yaspin Yolanda 2, Ahmad Amin 3 Skripsi ini berjudul Penerapan model Collaborative Teamwork Learning pada PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE TEAMWORK LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI PENGUKURAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Satrio Rahmat Muslim 1, Yaspin Yolanda

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KLS VIII

KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KLS VIII KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KLS VIII Beni Yusepa, G.P. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pasundan pyusepa.fkip.pmat@unpas.ac.id Abstrak: Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu hal yang penting dan besar manfaatnya bagi kehidupan adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,terut a-ma di sekolah sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,terut a-ma di sekolah sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,terut a-ma di sekolah sekolah formal. Mengingat begitu pentignya peran matematika dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS BAGI MAHASISWA SETELAH MENGIKUTI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PADA TOPIK PRINSIP ARCHIMEDES

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS BAGI MAHASISWA SETELAH MENGIKUTI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PADA TOPIK PRINSIP ARCHIMEDES 1 ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS BAGI MAHASISWA SETELAH MENGIKUTI PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PADA TOPIK PRINSIP ARCHIMEDES Ratmiliya S. Hali 1, Mursalin 2, Nova E. Ntobuo 3 Program Studi S1. Pend. Fisika

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN Nila Mutia Dewi*, Kadim Masjkur, Chusnana I.Y Universitas Negeri Malang Jalan Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa SMK LENI SETIANINGRUM 1), PARNO 2,*), SUTOPO 2) 1) Pascasarjana Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang. Jl. Semarang 5 Malang. 2) Jurusan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif; Student Teams-Achievement Division (STAD) Berbasis Masalah; Prestasi Belajar 1. PENDAHULUAN

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif; Student Teams-Achievement Division (STAD) Berbasis Masalah; Prestasi Belajar 1. PENDAHULUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 3 PURWOSARI SATU ATAP PASURUAN Mohamad Nurdin Program Studi Magister

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kelas Bilingual, Kelas Reguler, Prestasi Belajar

Kata Kunci: Kelas Bilingual, Kelas Reguler, Prestasi Belajar PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ANTARA KELAS BILINGUAL DAN KELAS REGULER KELAS VIII DI SMP NEGERI 19 MALANG DEDY IRAWAN Prodi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK pada Siswa Kelas XI IPA 4 MAN Rembang Tahun Ajaran 2014/2015) Naskah Publikasi

Lebih terperinci

Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika

Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MULTIMEDIA 2 SMK NASIONAL MALANG Rizky Ridlo Rahmanda Putri Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA Sri Jumini )1 1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran Wonosobo umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang komplek. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami peserta didik itu sendiri. Peserta didik adalah penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika yaitu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memegang peran penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menurut Subandar belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapaiderajat Sarjana S-I. Program Studi Pendidikan Matematika PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIK DENGAN STRATEGI DISCOVERY LEARNING (PTK Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 3 Mojogedang Tahun ajaran 2014/2015)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi bangsa yang ingin maju karena pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai. pedoman pokok ajarannya, menegaskan kepada umatnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai. pedoman pokok ajarannya, menegaskan kepada umatnya agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur terpenting dalam mewujudkan manusia seutuhnya. Karena maju mundurnya gerak dan kepribadian suatu bangsa kini ataupun masa yang akan datang

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan peranan yang sangat penting dalam pembangunan. Keberhasilan pembangunan disektor pendidikan mempunyai pengaruh sangat luas terhadap pengaruh

Lebih terperinci

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN :

Serambi Akademica, Vol. IV, No. 1, Mei 2016 ISSN : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK PADA MATERI KEMAGNETAN DI SD NEGERI 1 BANDA ACEH Jabit SD Negeri 1 Banda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan dan pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam memajukan kemampuan berfikir manusia. Pentingnya ilmu matematika dalam memajukan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG Nurussaniah 1, Uray Titin Hiswari 2, Afriyani 3 1,3 Prograsm Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikankan yang ilmiah melalui pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan pendekatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi secara cepat dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian

Lebih terperinci