PENYULUHAN TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN KURBAN DI DESA ATEUK PAHLAWAN KECAMATAN BAITURRAHMAN BANDA ACEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYULUHAN TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN KURBAN DI DESA ATEUK PAHLAWAN KECAMATAN BAITURRAHMAN BANDA ACEH"

Transkripsi

1 PENYULUHAN TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN KURBAN DI DESA ATEUK PAHLAWAN KECAMATAN BAITURRAHMAN BANDA ACEH Darmawi, Ummu Balqis (Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah) ABSTRAK Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberi penyuluhan tentang pemeriksaan kesehatan hewan kurban kepada pelaksana kurban Idul Adha di Desa Ateuk Pahlawan Banda Aceh. Metode pelaksanaan pengabdian melalui penjelasan mengenai pemeriksaan antemortem, postmortem, dan kasus fasciolosis pada sapi kurban. Pemeriksaan antemortem dijelaskan dengan menilai gerakan hewan, cara berjalan, kondisi gigi, bulu dan kulit, mata, telinga, hidung, mulut, alat kelamin, anus, kaki dan kuku serta cara bernafas. Pemeriksaan postmortem dijelaskan dengan menilai bagian kepala, isi dada, isi perut, daging, dan kasus fasciolosis yang disebabkan oleh infeksi Fasciola gigantica pada hati sapi. Hasil menunjukkan bahwa satu dari tujuh ekor sapi belum tumbuh gigi permanen sehingga tidak memenuhi syarat umur dua tahun sebagai sapi kurban. Pemeriksaan ante- dan postmortem menghasilkan keputusan sapi kurban tersebut lulus pemeriksaan kesehatan yang menandakan bahwa sapi kurban sehat sehingga daging dijamin utuh dan aman dikonsumsi. Sebanyak tiga (42,86%) dari tujuh ekor sapi kurban yang diperiksa terinfeksi cacing F. gigantica. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa semua sapi yang diperiksa (tujuh ekor) diyatakan sehat dan hati sapi yang terinfeksi F. gigantica layak dikonsumsi setelah sarang-sarang cacing tersebut disingkirkan. Kata kunci: Sapi kurban, pengabdian masyarakat PENDAHULUAN Umat Islam merayakan hari raya Idul Adha setiap tahun. Pada hari raya tersebut umat Islam yang mampu secara ekonomi biasanya melaksanakan ibadah kurban sebagai wujud pembuktian kecintaan dan keikhlasan umat kepada Allah SWT. Ibadah kurban adalah ibadah yang dilakukan dengan menyembelih hewan ternak seperti kerbau, sapi, domba, dan kambing. Penyembelihan hewan kurban biasanya dilakukan di rumah, mesjid, sekolah, pesantren, dan kantor. Hewan yang disembelih untuk berkurban adalah hewan yang memenuhi kriteria tertentu. Hewan kurban harus layak untuk dikonsumsi dan memenuhi kriteria kesehatan hewan yaitu hewan harus sehat, tidak cacat (tidak pincang, tidak buta, daun telinga tidak rusak, tanduk tidak patah, dan tidak kurus), berjenis kelamin jantan, cukup umur (kerbau dan sapi minimal berumur 2 tahun, domba dan kambing minimal berumur 1 tahun) yang ditandai oleh tumbuhnya sepasang gigi tetap. Tanda-tanda hewan sehat secara fisik dapat dinilai dengan pemeriksaan antemortem yaitu pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih. Tanda-tanda fisik tersebut adalah berbadan tegap, mata bersinar dan tanpa kotoran mata (belekan), hidung basah (bukan basah karena ingus/pilek), bulu bersih mengkilap, tidak kotor atau gimbal, tidak ada cacat pada anggota badan, hewan aktif bergerak dan tidak loyo. Hewan yang sehat tidak mengeluarkan cairan (darah) dari lubang hidung, telinga, mulut, mata, ataupun anus. Hewan sehat memiliki kuku yang sempurna (tidak terlepas atau luka). 87

2 Untuk menjamin daging yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH) maka dilakukan pula pemeriksaan postmortem yaitu pemeriksaan kesehatan hewan setelah disembelih. Hewan sehat atau sakit dapat ditentukan berdasarkan ada tidaknya kelainan-kelainan yang ditemukan pada daging, dan jeroan. Hewan kurban tidak boleh disembelih apabila menderita penyakit ingus jahat, blue tongue, tetanus, dan anthrax. Berdasarkan uraian tersebut maka kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini difokuskan pada penjelasan tentang kesehatan hewan kurban kepada masyarakat yang terlibat langsung pada pelaksanaan kurban di desa Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berhubungan dengan kesehatan masyarakat veteriner, dimana hewan kurban serta produk-produknya yang berkaitan dengan kesehatan manusia atau sebaliknya. 1.1 Analisis Situasi Ibadah kurban ditunaikan oleh umat Islam setiap tahun pada hari Raya Idul Adha. Persyaratan hewan yang digunakan untuk ibadah kurban harus memenuhi kriteria cukup umur, sehat, dan layak untuk dikonsumsi. 1.2 Perumusan Masalah Untuk kepentingan kurban, kriteria hewan kurban harus yang cukup umur, sehat, dan layak dikonsumsi. Masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat untuk menilai hewan belum tentu mampu ditetapkan oleh setiap orang. Oleh karena itu melalui pengabdian kepada masyarakat ini pengabdi memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan hewan kurban. 1.3 Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberi penjelasan tentang kelayakan dan kesehatan hewan kurban kepada masyarakat yang terlibat langsung pada pelaksanaan kurban di desa Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh. 1.4 Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat agar dapat menentukan pilihan hewan yang layak dikurbankan pada masa-masa yang akan datang. 1.5 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah panitia pelaksana kurban yang terlibat langsung pada penanganan hewan kurban di desa Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. 1.6 Kerangka Pemecahan Masalah Pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dalam rangka menetapkan secara tepat hewan yang memenuhi kriteria hewan kurban yang cukup umur, sehat, dan layak dikonsumsi disosialisasikan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. METODE PELAKSANAAN PENGABDIAN Metode pelaksanaan pengabdian dilakukan melalui penjelasan langsung kepada masyarakat yang terlibat langsung pada saat pelaksanaan ibadah kurban. Penjelasan yang diberikan beriringan dengan praktek lapangan berkenaan dengan kesehatan masyarakat veteriner yaitu semua kegiatan yang berhubungan dengan hewan serta produk-produknya 88

3 yang berkaitan dengan kesehatan manusia atau sebaliknya. Pelaksanaan pengabdian mengikuti tahap-tahap pemeriksaan antemortem, penyembelihan hewan kurban, pemeriksaan postmortem, dan pembagian daging hewan kurban. 3.1 Pemeriksaan antemortem Pemeriksaan antemortem ditujukan untuk menentukan apakah hewan kurban benarbenar sehat, sehingga dagingnya tidak mengganggu kesehatan manusia yang memakannya (Fries, 2000; Schnöller, 2006). Pemeriksaan dilakukan terhadap kesehatan hewan yang akan disembelih yang dilaksanakan pada saat hewan diistirahatkan sebelum penyembelihan. Pemeriksaan dilakukan secara umum pada semua hewan yang ingin disembelih. Kondisi hewan diperhatikan satu persatu (gerakan hewan, cara berjalan, bulu dan kulit, mata, telinga, hidung, mulut, alat kelamin, anus, kaki dan kuku serta cara bernafas). 3.2 Proses penyembelihan hewan kurban Sebelum proses penyembelihan dimulai, lubang berukuran panjang dan lebar 50 cm x 50 cm dan kedalaman 100 cm dibuat untuk menampung aliran darah hewan kurban. Hewan dijinakkan dengan cara direbahkan. Tujuannya agar hewan tidak terlalu menderita pada saat penyembelihan serta agar memudahkan pekerja pada saat penyembelihan leher. Setelah hewan jatuh, darah harus segera dikeluarkan (memotong pembuluh darah leher). Pisau yang digunakan adalah pisau yang sangat tajam, agar tidak menyiksa hewan. Darah dari tubuh hewan yang disembelih dikeluarkan sebanyak mungkin. Proses penyembelihan hewan kurban diawasi dalam suasana yang bersih (higienis), baik dan benar. 3.3 Pemeriksaan postmortem Pemeriksaan postmortem ditujukan pada pemeriksaan daging, isi perut dan isi dada. Pemeriksaan postmortem dilaksanakan segera setelah hewan disembelih dengan cara inspeksi yaitu melihat/mengamati dengan mata (Schnöller, 2006). Pemeriksaan juga dengan cara meraba serta menekan (palpasi). Jika diperlukan dilakukan penyayatan (insisi). Fries (2000) menyatakan bahwa pemeriksaan daging yaitu semua bagian tubuh hewan yang disembelih dengan baik dan benar yang layak dan lazim dimakan oleh manusia. Pemeriksaan karkas yaitu semua bagian tubuh hewan yang disembelih setelah dipisahkan kepalanya, dipisahkan bagian kaki bawahnya, diambil kulitnya, dikeluarkan isi perut dan isi dadanya. Pemeriksaan isi perut yaitu bagian-bagian tubuh yang berada didalam rongga perut, seperti perut (maag), hati, limpa, usus, ginjal, kantung kemih dan alat kelamin bagian dalam. Pemeriksaan isi dada yaitu bagian-bagian tubuh yang berada didalam rongga dada, seperti trakhea, esofagus, paru dan jantung. Pemeriksaan postmortem dapat menghasilkan keputusan apakah hewan tersebut lulus pemeriksaan yang menandakan bahwa daging lulus pemeriksaan serta menjamin bahwa daging aman, sehat dan utuh. 3.4 Pembagian Daging Kurban Daging hewan dipotong kecil-kecil (berat satu potongan daging berkisar antara g). Sebagian daging dimasak di tempat penyembelihan, dan dikonsumsi secara bersama-sama oleh masyarakat. Bagian lainnya daging dibagi dengan cara ditumpuk di atas bentangan alas plastik yang cukup luasnya. Setelah daging kurban habis dibagi, semua tumpukan daging diamati satu persatu untuk menambah atau mengurangi daging pada tumpukan daging yang kecil atau besar sehingga ditaksir sama ukuran tumpukannya. Satu 89

4 per satu tumpukan daging dimasukkan ke dalam kantung plastik dan dibagikan kepada penduduk yang telah ditentukan oleh panitia kurban. 3.5 Partisipasi Peserta Pada Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan ini sangat antusias. Mereka terdiri dari penduduk Dusun Pahlawan yang berkurban dan panitia yang dibentuk oleh masyarakat setempat. Mereka melaksanakan kurban secara bersama-sama, dimana 7 orang berkurban sebanyak satu ekor sapi. Pada kegiatan ini jumlah sapi yang disembelih ada 7 ekor sapi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pemeriksaan kondisi antemortem hewan kurban yang diamati berdasarkan gerakan hewan, cara berjalan, bulu dan kulit, mata, telinga, hidung, mulut, alat kelamin, anus, kaki dan kuku serta cara bernafas ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi antemortem pada 7 ekor sapi Organ Pengamatan Penilaian Bulu/kulit Bersih Normal Mata Eksudat (-) Normal Telinga Bersih Normal Hidung Basah Normal Mulut Abses (-) Normal Alat kelamin Bersih Normal Anus Bersih Normal Kaki/kuku Darah (-) Normal Gerakan Lincah Normal Cara bernafas Putus-putus Normal Cara berjalan Lincah Normal Hasil pemeriksaan umur pada 7 ekor sapi sebagai hewan kurban berdasarkan kondisi gigi ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Pemeriksaan umur hewan kurban berdasarkan kondisi gigi No Gigi tetap Keterangan umur 1 + > 2 tahun 2 + > 2 tahun 3 + > 2 tahun 4 + > 2 tahun 5 + > 2 tahun 6 + > 2 tahun 7 - < 2 tahun Hasil pemeriksaan kondisi postmortem hewan kurban yang diamati pada organ yang terdapat pada daerah kepala ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Pemeriksaan postmortem pada bagian kepala Organ Hasil Pemeriksaan Keterangan 90

5 Kepala Pembengkakan karena bisul, tumor, luka, benjolan Negatif Mata Merah Negatif Telinga Luka Negatif Hidung Lendir berlebihan Negatif Mulut Luka Negatif Lidah Luka, lepuh, sariawan, bengkak, pendarahan Negatif Hasil pemeriksaan kondisi postmortem hewan kurban yang diamati pada organ yang terdapat pada jeroan ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Pemeriksaan postmortem pada bagian jeroan Organ Hasil Pemeriksaan Keterangan Trakhea Busa banyak, corpus aleonum, luka, lepuh, darah Negatif Esofagus Busa banyak, corpus aleonum, luka, lepuh, darah Negatif Paru Bisul, tumor, benjol, bintik merah, warna berubah Negatif Jantung Bisul, benjolan, cacing, Negatif Perut/Usus Perubahan warna dinding perut/usus Negatif Limpa Tumor, benjolan, bengkak Negatif Ginjal Bengkak, perubahan warna Negatif Daging Memar, bintik darah, bisul, perubahan warna Negatif Hasil pemeriksaan antemortem pada tujuh ekor sapi menunjukkan bahwa semua sapi tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kondisi sakit (Tabel 1). Berdasarkan kondisi gigi menunjukkan bahwa 6 ekor sapi telah tumbuh gigi permanen, sedangkan satu ekor sapi belum tumbuh gigi permanen. Hal ini berarti sapi yang belum tumbuh gigi permanen belum mencapai umur dua tahun (Tabel 2). Pemeriksaan postmortem pada bagian kepala tidak ditemukan pembengkakan karena bisul, tumor, luka, ataupun benjolan. Mata terlihat bersinar dan tidak ada eksudat. Mulut dan lidah terlihat bersih dan tidak ditemukan lepuh-lebuh ataupun luka. Hidung terlihat basah dan tidak ada lendir yang berlebihan. Telinga terlihat bersih dan tidak ada ekto parasit (Tabel 3). Pemeriksaan postmortem pada bagian jeroan ditunjukkan pada Tabel 4. Pemeriksaan trakhea dan esofagus tidak ada corpus aleonum, luka, lepuh, darah, dan busa normal. Pemeriksaan paru menunjukkan bahwa tidak ditemukan bisul, tumor, benjol, bintik merah, dan warna normal. Pada jantung juga tidak ditemukan bisul, benjolan, dan cacing. Warna perut/usus adalah normal yaitu putih bersih, dan mengkilap. Pada limpa dan ginjal tidak ditemukan tumor, benjolan, ataupun bengkak. Tekstur daging normal yaitu liat berwarna merah, tidak ada memar, bintik darah, bisul. Pemeriksaan postmortem ditujukan untuk: (1) Mengenali kelainan atau abnormalitas pada daging, isi dada dan isi perut, sehingga hanya daging hewan kurban yang baik yang akan dibagikan atau dikonsumsi. (2) Menjamin bahwa proses penyembelihan dilaksanakan dengan baik. (3) Meneguhkan hasil pemeriksaan antemortem. (4) Menjamin kualitas dan keamanan daging. Apabila pada pemeriksaan postmortem tidak ditemukan kelainan, maka daging boleh dikonsumsi. Apabila ditemukan ada kelainan lokal (sedikit), maka daging boleh dikonsumsi, tetapi bagian yang mengalami kelainan harus dibuang (disayat). Apabila ditemukan banyak kelainan (ada penyakit berbahaya) semua bagian tidak boleh dikonsumsi. Daging yang tidak sehat (karena hewan sakit) jika dikonsumsi maka akan mengganggu kesehatan tubuh manusia (misalnya akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, tubuh mudah sakit, mengganggu pertumbuhan pada anak, menyebabkan sakit perut, pusing-pusing, demam, diare atau bahkan jika parah dapat menyebabkan kematian. Beberapa penyakit dapat diamati melalui pemeriksaan postmortem. Perubahan yang khas dan menciri pada berbagai organ tubuh menjadi penunjang diagnosa. Corner et al. 91

6 (1990) menyatakan penyakit tuberculosis pada sapi lebih signifikan dapat diamati melalui nekropsi postmortem ditandai dengan lesi paru. Kaneene et al. (2006) melaporkan bahwa salah satu metode program pengendalian dan eradikasi tuberculosis di Amerika Serikat adalah melalui pemeriksaan rutinitas ante- dan postmotem. Radunz (2006) menyatakan bahwa keberhasilan eradikasi brucellosis dan tuberculosis di Australia didukung oleh kerjasama antara industri dan pemerintah yang mendanai program surveilens ante- dan postmortem sehingga mengurangi infeksi pada saat penanganan daging. McMahon et al. (1987) menyatakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing parasitik yaitu kasus fasciolosis pada sapi sering dideteksi pada empat Abotoir (tempat pemotongan) di Australia. Pemeriksaan daging berfungsi menjamin daging bermutu yaitu yang aman, sehat dan utuh untuk perelindungan kesehatan manusia. Selain itu, dapat membantu mengawasi kejadian penyakit hewan dan melindungi kesehatan hewan lainnya. Daging masih boleh dikonsumsi apabila pada pemeriksaan antemortem hewan dinyatakan sehat dan pada pemeriksaan postmortem tidak ada kelainan yang ditemukan (daging bermutu tinggi). Apabila ditemukan bisul (yang tidak menyebar ke seluruh bagian), patah tulang, pembengkakan persendian atau kelainan-kelainan bersifat lokal (setempat) maka daging boleh dikonsumsi. Apabila ditemukan cacing, tetapi tidak menyebar rata di seluruh bagian tubuh, maka daging boleh dikonsumsi setelah cacing atau bagian yang rusak karena cacing tersebut dibuang. Daging tidak boleh dikonsumsi apabila banyak mengandung darah, banyak kelainan yang ditemukan (misalnya, banyak terdapat bisul atau bisul yang menyebar, banyak mengandung cacing atau parasit lain. Untuk mendapatlan daging hewan kurban yang ASUH dan menjaga kesejahteraan hewan, maka hewan diistirahatkan minimal 12 jam sebelum disembelih. Hal ini dilakukan mengingat pengangkutan hewan atau transportasi hewan menyebabkan hewan tersebut letih, lemah dan kekurangan tenaga. Jika hewan yang letih dan lemah tersebut disembelih, maka akan menghasilkan daging yang tidak bermutu. Hewan diistirahatkan agar memulihkan kondisi/kesegaran tubuh hewan, sehingga akan menghasilkan daging yang bermutu. Pada saat penyembelihan, darah hewan kurban harus dikeluarkan secara sempurna. Jika darah dari hewan yang disembelih tidak dikeluarkan sebanyak mungkin, maka darah tersebut akan tertahan didalam daging atau daging masih mengandung banyak darah. Daging yang masih banyak mengandung darah, maka daging tersebut sangat cepat menjadi busuk. Daging yang busuk (banyak mengandung kuman) akan mengeluarkan bau busuk dan daging menjadi tidak sehat (kandungan gizi berkurang). Hasil pemeriksaan kondisi postmortem hewan kurban yang diamati pada organ hati ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Pemeriksaan postmortem pada hati No Jenis pemeriksaan Tumor Bisul Benjolan Cacing

7 Pemeriksaan postmortem pada tujuh hati sapi tidak ditemukan tumor, bisul ataupun benjolan-benjolan, tetapi pada tiga hati sapi ditemukan adanya bagian-bagian parenkim hati yang mengalami nekrosa yang diganti oleh jaringan ikat membentuk sarang-sarang cacing F. gigantica. Hal ini berarti bahwa tiga (42,86%) dari tujuh ekor sapi kurban positif terinfeksi oleh cacing F. gigantica (Tablel 5). Pada sapi infeksi cacing F. gigantica berlangsung asymptomatic. Kelainan patologi yang ditimbulkan oleh fasciolosis biasanya tergantung kepada jumlah metaserkaria yang tertelan pada suatu periode tertentu dan kerentanan hewan.infeksi yang berat pada sapi menunjukkan tidak ada gejala klinis yang nyata, tetapi dapat menimbulkan pengurangan produksi. Kasus fasciolosis kronis terjadi pada semua musim dan gejala klinik termasuk anemia, berat badan berkurang, penurunan produksi susu, udema submandibula. Infeksi alami pada inang definitif terjadi manakala inang definitif menelan tumbuhan atau kadang-kadang ketika meminum air yang terkontaminansi metaserkaria. Ketika tertelan, cacing muda mengalami encyst pada usus halus, melakukan penetrasi ke dinding usus, dan menuju rongga abdominal. Cacing muda yang berhasil menerobos mukosa usus membentuk kista pada dinding usus, melewati rongga abdomen untuk mencapai kapsul dan memasuki jaringan hati. Cacing muda bermigrasi ke parenkim hati selama 6 8 minggu sebelum melanjutkan ke kantung empedu sebagai tempat pendewasaan dan mulai bertelur. Setelah 6-8 minggu bermigrasi ke dalam jaringan hati, cacing muda melanjutkan kehidupannya pada kantung empedu. Aktivitas cacing menghisap darah menyebabkan iritasi pada kantung empedu sehingga menimbulkan respons inflamasi, dan berasosiasi dengan kehilangan darah menyebabkan anemia. Iritasi dan obstruksi kantung empedu menyebabkan fibrosis hati. F. gigantica yang mampu mencapai hati adalah cacing muda yang berhasil melawan respons imunitas inang definitif. Kesimpulan Masyarakat Dusun Ateuk Pahlawan Kecamatan Baiturrahman yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kurban telah diberi penyuluhan tentang kelayakan dan kesehatan hewan kurban. Satu dari tujuh ekor sapi belum tumbuh gigi permanen sehingga tidak memenuhi syarat umur dua tahun sebagai sapi kurban. Pemeriksaan kesehatan ante- dan postmortem menunjukkan tujuh ekor sapi dinyatakan sehat. Pada organ hati sapi ditemukan cacing F. gigantica yang menginfeksi tiga ekor sapi (42,86%) dari tujuh ekor sapi kurban. Organ hati masih layak dikonsumsi setelah sarang-sarang cacing F. gigantica disingkirkan. Saran Kepada pelaksana kurban disarankan agar memisahkan antara daging dan jeroan, terutama rumen dan usus hewan. Rumen dan usus adalah bagian tubuh hewan yang berhubungan langsung dengan tinja sehingga masih ada sisa-sisa kotoran yang melekat pada organ tersebut. Sisa kotoran adalah media yang cocok untuk pertumbuhan mikroba yang dapat menurunkan kualitas daging hewan kurban. DAFTAR PUSTAKA Corner L, Melville L, McCubbin K, Small KJ, McCormick BS, Wood PR, Rothel JS Efficiency of inspection procedures for the detection of tuberculous lesions in cattle. Aust Vet J. 67(11): Availeble at: 93

8 Fries R Procedures in abattoirs and meat inspection. State of the discussion on the implementation of alternative systems. Berl Munch Tierarztl Wochenschr. 113(1):1-8. Availeble at: Kaneene JB, Miller R, Meyer RM Abattoir surveillance: the U.S. experience. Vet Microbiol. 112(2-4): McMahon J., Kahn S., Batey R., Murray J.G., Moo D., and Sloan C Revised postmortem inspection procedures for cattle and pigs slaughtered at Australian abattoirs. Aust Vet J. 1987, 64(6): Availeble at: Radunz B Surveillance and risk management during the latter stages of eradication: experiences from Australia. Vet Microbiol. 112(2-4): Availeble at: Schnöller A Guidelines for animal and meat inspection procedures in the slaughterhouse. Rev Sci Tech. 25(2): Availeble at: 94

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI

Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Seleksi dan Penyembelihan Hewan Qurban yang Halal dan Baik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Pendahuluan Dan makanlah makanan yang Halal lagi Baik dari apa yang

Lebih terperinci

Pemeriksaan Postmortem

Pemeriksaan Postmortem Pemeriksaan Postmortem = Pemeriksaan pascamati = Pemeriksaan setelah pemotongan adalah pemeriksaan kesehatan pada organ dan karkas pada proses pemotongan hewan. Pemeriksaan ini dilaksanakan setelah organ

Lebih terperinci

b. Sapi/kerbau: Berumur di atas 2 (dua) tahun ditandai dengan tumbuhnya sepasang gigi tetap. (Lihat Gambar 1b).

b. Sapi/kerbau: Berumur di atas 2 (dua) tahun ditandai dengan tumbuhnya sepasang gigi tetap. (Lihat Gambar 1b). Ourban adalah suatu upaya untuk mendekatkan din kepada Allah SWT dengan melakukan penyembelihan hewan atas dasar ketakwaan dan kesabaran dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, sebagaimana

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL )

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN GROBOGAN MEMILIH DAGING ASUH ( AMAN, SEHAT, UTUH, HALAL ) Diterbitkan : Bidang Keswan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Grobogan Jl. A. Yani No.

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

Gambar 2.1. Telur Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012) 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trematoda Hati 2.1.1 Fasciola hepatica a. Morfologi dan Daur Hidup Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya ± 30x13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501

2 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 501 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2014 KEMENTAN. Hewan Kurban. Pemotongan. Persyaratan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/Permentan/PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN

Lebih terperinci

Mutu karkas dan daging ayam

Mutu karkas dan daging ayam Standar Nasional Indonesia Mutu karkas dan daging ayam ICS 67.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN DAGING DAN HEWAN POTONG SERTA HASIL IKUTANNYA DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber)

KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KIAT-KIAT MEMILIH DAGING SEHAT Oleh : Bidang Keswan-Kesmavet, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (disadur dari berbagai macam sumber) KASUS SEPUTAR DAGING Menghadapi Bulan Ramadhan dan Lebaran biasanya

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Press Release. 1. Terkait persiapan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan:

Press Release. 1. Terkait persiapan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan: Press Release Pelepasan Tim Pemantau Pelaksanaan Pemotongan Hewan Qurban 1435 H Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Jakarta, 1 Oktober 2014 Dalam rangka upaya penjaminan

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TEORI FENOMENA ORGAN

TEORI FENOMENA ORGAN TEORI FENOMENA ORGAN By: Syariffudin Definisi Teori Fenomena Organ Yaitu sebuah teori untuk menilai fungsi organ organ dalam secara fisiologi maupun secara patalogis dengan didasarkan pada apa yang terlihat

Lebih terperinci

PEMOTONGAN HEWAN HARI RAYA IDUL ADHA (QURBAN)

PEMOTONGAN HEWAN HARI RAYA IDUL ADHA (QURBAN) PEMOTONGAN HEWAN HARI RAYA IDUL ADHA (QURBAN) I. Dasar Hukum Nasional a. Undang-undang No. 6 1967 b. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1977 c. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1983 d. Peraturan Daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH

Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH Prosedur Operasional Standard Pemotongan Hewan di RPH Pemotongan hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) harus dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan permintaan daging secara nasional semakin meningkat seiring dangan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, pembangunan pendidikan yang lebih maju, kesadaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

PENANGANAN DAGING KURBAN

PENANGANAN DAGING KURBAN 1 2 PENANGANAN DAGING KURBAN Daging kurban harus ditangani secara baik dan benar agar daging yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi masyarakat. Penanganan daging kurban yang tidak higienis dapat

Lebih terperinci

Statistik Tanaman Holtikultura Kabupaten Pinrang 2016 i Statistik Pemotongan Ternak Kabupaten Pinrang 2016 i STATISTIK PEMOTONGAN TERNAK KABUPATEN PINRANG 2016 Nomor Publikasi : 73153.007 Katalog BPS :

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN RUMINANSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim

BAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016

VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN PEMULASARAN JENAZAH RUMAH SAKIT DR. KARIADI Jl. Dr. Sutomo No. 16 Semarang. Telp. (024) 8413993 PRO JUSTITIA VISUM ET REPERTUM No : 15/VRJ/06/2016 Atas permintaan tertulis

Lebih terperinci

Penyembelihan Hewan. Aspek Fikih

Penyembelihan Hewan. Aspek Fikih Aspek Fikih Penyembelihan Hewan 5 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan dapat menjelaskan tata cara penyembelihan hewan, menjelaskan ketentuan akikah dan kurban serta dapat

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi

TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi 4 TINJAUAN PUSTAKA Kepentingan Higiene dan Sanitasi Higiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya sehat atau baik untuk kesehatan. Tujuan higiene adalah untuk menjamin agar daging tetap aman dan layak

Lebih terperinci

Standar Kerja dan Perencanaan Kualitas Potongan Daging Sapi dari RPH Sampai Display Pasar Tradisional

Standar Kerja dan Perencanaan Kualitas Potongan Daging Sapi dari RPH Sampai Display Pasar Tradisional Standar Kerja dan Perencanaan Kualitas Potongan Daging Sapi dari RPH Sampai Display Pasar Tradisional Kelvin Siswanto, I Nyoman Sutapa Abstract: Rumah Potong Hewan (RPH) is a place where do slaughter animals

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia World Healt Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan penyakit pada ternak merupakan salah satu hambatan yang di hadapi dalam pengembangan peternakan. Peningkatan produksi dan reproduksi akan optimal, bila secara

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMOTONGAN HEWAN DAN PENANGANAN DAGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan bangunan atau kompleks bangunan yang dibuat menurut bagan tertentu di suatu kota yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH

Kebutuhan Personal Higiene. Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Kebutuhan Personal Higiene Purnama Anggi AKPER KESDAM IM BANDA ACEH Pendahuluan Kebersihan merupakan hal yang penting Dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan Konsep Dasar Berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

APBD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 KODE REKENING

APBD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 KODE REKENING KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN SERTA FASILITASI PENERAPAN KEAMANAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN APBD PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011 KODE REKENING 2.01.03.82.01.5.2 j APA YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM

Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA. Oleh FIKRI AFRIZAL NIM Laporan Praktikum Penyakit Parasitik FASCIOLA GIGANTICA Oleh FIKRI AFRIZAL NIM 1102101010049 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2013 FASCIOLA GIGANTICA a. Morfologi

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Populasisapibali dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole,

Lebih terperinci

Pelatihan dan Pengenalan Hewan Sehat dan Penyediaan Daging Kurban yang ASUH, serta Sosialisasi Penyakit Zoonotik pada Hewan Potong, 6 September 2016

Pelatihan dan Pengenalan Hewan Sehat dan Penyediaan Daging Kurban yang ASUH, serta Sosialisasi Penyakit Zoonotik pada Hewan Potong, 6 September 2016 Dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha 1437 H, sekaligus sebagai rangkaian acara Dies Natalis IPB ke-53, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN, PENGANGKUTAN DAN PENJUALAN DAGING DALAM WILAYAH KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa agar hewan yang akan dipotong

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia A. Topik : Sistem Hematologi B. Sub Topik : Anemia C. Tujuan Instruksional 1. Tujuan Umum : Setelah penyuluhan peserta diharapkan dapat mengtahui cara mengatasi terjadinya

Lebih terperinci

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Etiologi Fasciola sp, hidup di dalam hati dan saluran empedu. Cacing ini memakan jaringan hati dan darah. 1. Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga penyakit parasit cacing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah menghasilkan karkas dengan bobot yang tinggi (kuantitas), kualitas karkas yang bagus dan daging yang

Lebih terperinci

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009

TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE. Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009 TUGAS BIOLOGI DASAR DIARE Oleh : Nama : Yunika Dewi Wulaningtyas NIM : 080210101051 Prodi : Pendidikan Matematika (R) Angkatan : 2008/2009 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

PEDOMAN SURVEI KARKAS

PEDOMAN SURVEI KARKAS PEDOMAN SURVEI KARKAS PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat-nya

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Manusia

Sistem Pencernaan Manusia Sistem Pencernaan Manusia Manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus melalui serangkaian proses pencernaan agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Proses

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Modul PraktikumBiologi Hewan Ternak 2016 2 Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati dalam

Lebih terperinci

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) *) **) Michelia Rambu Lawu *), Sri Yuliawati **), Lintang Dian Saraswati **) Mahasiswa Bagian Peminatan

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Pita 2.1.1. Definisi Infeksi cacing pita atau taeniasis ialah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia

Lebih terperinci

Penyembelihan Hewan. Ringkasan Materi

Penyembelihan Hewan. Ringkasan Materi Penyembelihan Hewan Standar Kompetensi : 5. Memahami Hukum Islam tentang penyembelihan hewan 5 Kompetensi Dasar : 5.1 Menjelaskan Tata Cara Penyembelihan Hewan 5.2 Menjelaskan Ketentuan Aqiqah Dan Qurban

Lebih terperinci

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TIPS MENYIMPAN DAGING QURBAN AGAR LEBIH AWET DAN TETAP SEHAT DIKONSUMSI SOSIALISASI KEPADA IBU-IBU PKK RT 01 DUSUN XII SIDOREJO DESA NGESTIHARJO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Perlengkapan Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan yearling (1-2 tahun). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,

Lebih terperinci

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN PEMOTONGAN TERNAK DAN PENANGANAN DAGING SERTA HASIL

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit halus)cacing tersebut menggulung dan berbentuk kumparan dan biasanya mempunyai

Lebih terperinci

Panduan pengobatan sapi feedlot

Panduan pengobatan sapi feedlot Panduan pengobatan sapi feedlot Tentang panduan ini Menjaga kondisi kesehatan dan kesejahteraan hewan adalah penting bagi keberhasilan dan keuntungan perusahaan. Merupakan hal yang penting bahwa staf feedlot

Lebih terperinci

Badan Standardisasi Nasional

Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia SNI 01-6159 1999 Rumah Pemotongan Hewan Badan Standardisasi Nasional Rumah Pemotongan Hewan Pendahuluan Penetapan standar Rumah Pemotongan Hewan merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

Berikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Berikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Selama bulan puasa dan saat Lebaran tiba, sudah menjadi kebiasaan khususnya umat Islam menyajikan makanan yang bergizi serta lezat dalam cita rasa bagi keluarga. Berbagai bahan makanan disiapkan untuk

Lebih terperinci

Surat Pernyataan Riwayat Kesehatan Calon Mahasiswa Baru Universitas YARSI

Surat Pernyataan Riwayat Kesehatan Calon Mahasiswa Baru Universitas YARSI Surat Pernyataan Riwayat Kesehatan Calon Mahasiswa Baru Universitas YARSI IDENTITAS CALON MAHASISWA BARU Pilihan Fakultas : Tanggal diperiksa : Nomor Pendaftaran Nama Lengkap Nama panggilan Jenis Kelamin

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA

BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB III HANDLING TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan komoditas ternak, khususnya daging. Fenomena

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG SELATAN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih meningkatkan

Lebih terperinci

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD C.M. SRI LESTARI, J.A. PRAWOTO DAN ZACKY GAZALA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Edible portion dapat

Lebih terperinci

MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN

MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.009.01 MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK HEWAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 DAFTAR

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris Lumbricoides Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering dijumpai. Diperkirakan prevalensi di dunia berjumlah sekitar 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Sapi Potong

Pengendalian Penyakit pada Sapi Potong Pengendalian Penyakit pada Sapi Potong Potensi sapi potong di Indonesia sangat menjanjikan, dengan keadaan tanah yang subur sehingga pakan berupa hijauan yang merupakan kebutuhan sapi seharusnya juga lebih

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) Disusun Oleh : Kelompok 9 Dita Swafitriani 200110140030 Hartiwi Andayani 200110140176 Fathi Hadad 200110140242

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2012 DAFTAR ISI 1. Apa Kandungan gizi dalam Daging ayam? 2. Bagaimana ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Ternak babi adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Hal

Lebih terperinci

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes

Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh Junaidi Pangeran Saputra. 0 I. PERALATAN UNTUK PERAWATAN TERNAK POTONG (SAPI, KAMBING DAN DOMBA) 1. Timbangan - Elektrik, Kubus ternak. A. Macam-Macam Peralatan

Lebih terperinci

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT

>> PENDAHULUAN >> TUJUAN >> MANFAAT >> PENDAHULUAN Pedoman Cara Ritel Pangan yang Baik di Pasar Tradisional adalah acuan yang digunakan dalam melakukan kegiatan ritel pangan di pasar tradisional dan dalam rangka pengawasan keamanan pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014

VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 PRO JUSTITIA PEMERINTAH KABUPATEN SERANG VISUM ET REPERTUM NO : 027 / VER / RS / I / 2014 Serang, 27 Juni 2015 Saya yang bertanda tangan di bawah Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F. Dokter Spesialis Forensik

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci