BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan"

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Bahasa isyarat adalah salah satu media komunikasi utama bagi para penderita tuna-rungu di seluruh dunia. Pengguna bahasa isyarat di seluruh dunia cukup banyak. Setiap negara bahkan setiap daerah mempunyai bahasa isyarat masing-masing yang berbeda. Di satu sisi jumlah masyarakat umum yang mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan bahasa isyarat sangat terbatas. Masalah akan muncul ketika penderita tuna-rungu atau tuna-wicara ingin berkomunikasi dengan orang normal yang tidak mengerti bahasa isyarat. Bagi orang yang dapat mendengar, mereka dapat mempelajari dan memahami bahasa tulis sebagai representasi bahasa lisan dengan menggunakan tulisan atau surat untuk menyandikan fonem. Namun bagi penderita tuna-rungu, korespondensi ini tidak dapat dilakukan, karena surat hanya terlihat sebagai suatu simbol tanpa makna. Oleh karena itu penderita tuna-rungu mempunyai kesulitan besar dalam membaca dan menulis karena pada kenyataannya tidak ada korenspondensi langsung antara bahasa alami mereka (bahasa isyarat) dengan bahasa tulisan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan berpengaruh pada kehidupan dan hubungan interpersonal dalam komunitas tuna-rungu. Kesulitan dalam berkomunikasi antara penderita tuna-rungu dengan orang yang dapat mendengar dapat membawa permasalahan dalam proses integrasi penderita tuna-rungu ke dalam masyarakat luas. Tentu saja permasalahan ini perlu dicari solusi agar proses komunikasi dengan orang yang normal dapat dilakukan secara lancar, yang pada akhirnya akan meningkatkan hubungan yang harmonis antar komponen masyarakat. Oleh karena itu kebutuhan akan suatu penerjemah dari bahasa isyarat ke dalam bahasa tulisan atau lisan menjadi sangat besar. Penerjemah bahasa isyarat ini akan dapat digunakan untuk membantu proses komunikasi antara masyarakat umum dengan masyarakat penderita tuna-rungu, meskipun hal ini masih sulit diwujudkan penerjemah dan besarnya variasi bahasa isyarat di dunia. karena terbatasnya ketersediaan alat Bahasa isyarat pada dasarnya mempunyai sifat dinamis, karena menggunakan gerakan atau perubahan gestur tubuh sebagai ganti suara tutur untuk berkomunikasi. Gestur adalah suatu bentuk bahasa tubuh atau komunikasi non-verbal. Gestur yang

2 umum digunakan merupakan kombinasi atas bentuk/pola tangan, orientasi dan gerakan tangan, ekspresi muka, dan pola bibir. Gestur tangan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, seperti gestur untuk percakapan, gestur kontrol, gestur manipulatif, dan gestur untuk komunikasi. Salah satu bagian dari bahasa isyarat adalah bahasa isyarat yang diperagakan hanya dengan menggunakan perubahan pose gestur tangan terutama pose dari jari-jari tangan yang disebut dengan bahasa isyarat finger spelling. Bahasa isyarat finger spelling menggunakan variasi pose jari-jari dan telapak tangan untuk merepresentasikan abjad demi abjad sehingga membentuk suatu kata, atau dengan kata lain digunakan untuk mengeja suatu kata. Bahasa isyarat finger spelling terutama digunakan untuk mengkomunikasikan informasi tentang nama orang, tempat dan objek lain yang tidak tercakup atau belum dikenal dalam bahasa isyarat. Jadi isyarat finger spelling ini juga memegang peran yang penting dalam bahasa isyarat. Secara umum bahasa isyarat finger spelling ini pada dasarnya sudah dapat digunakan untuk berkomunikasi namun dengan cara mengeja kata atau kalimat abjad demi abjad. Namun untuk percakapan yang cukup panjang menjadi tidak praktis. Dalam ranah penelitian sistem pengenalan bahasa isyarat dengan menggunakan komputer, para peneliti mengelompokkan bahasa isyarat menjadi dua kelompok berdasarkan sifat masukan sistem, yaitu bahasa isyarat statis dan bahasa isyarat dinamis. Bahasa isyarat statis digunakan pada sistem pengenalan bahasa isyarat yang masukannya bersifat statis atau diam, yang berupa citra atau foto. Karena masukannya adalah citra atau foto bersifat statis maka, maka bahasa isyarat statis hanya dapat digunakan untuk mengenal isyarat abjad saja. Jadi untuk membentuk suatu kata atau kalimat masih belum bisa. Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa isyarat dinamis adalah sistem pengenal bahasa isyarat yang menggunakan masukan yang bersifat dinamis yang berupa gerakan gestur peraga bahasa isyarat dan umumnya dilakukan secara waktu nyata. Ada dua mode yang umum digunakan untuk menangkap gerakan gestur peraga bahasa isyarat, yaitu mode kontak dan mode non-kontak. Mode kontak artinya peraga isyarat harus mengenakan sensor-sensor tertentu di badan atau tangan mereka, seperti menggunakan glove, accelerometer, maupun sensor flex yang perubahan nilainya akan 2

3 ditangkap oleh penerima pada komputer untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan mode non-kontak artinya peraga bahasa isyarat tidak perlu menggunakan sensor apapun, gerakan gestur dari peraga bahasa isyarat akan ditangkap melalui kamera. Mode nonkontak ini tentu saja lebih praktis, namun hasil pengenalannya masih belum sebaik mode non-kontak. Dalam komunitas peneliti bahasa isyarat, bahasa isyarat dinamis ini dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok, pertama adalah bahasa isyarat finger spelling yang menggunakan kombinasi pose jari tangan untuk membentuk abjad-abjad yang dirangkai menjadi suatu kata atau kalimat. Sedangkan kelompok kedua adalah bahasa isyarat yang dibentuk dengan menggunakan gerakan dan pose gestur tangan serta didukung oleh gestur badan maupun muka peraga. [1] Secara umum terdapat beberapa kendala pada penggunaan bahasa isyarat bagi orang normal, diantaranya karena tidak ada bahasa isyarat yang bersifat universal. Setiap negara menggunakan bahasa isyarat yang berbeda. Dalam membantu menemukan alat bantu komunikasi untuk penderita tuna-rungu dan tuna-wicara, banyak ahli yang sudah melakukan penelitian pada pengenalan berbagai bahasa isyarat, seperti bahasa isyarat untuk bahasa Pakistan [2], India [3], Inggris [4], Irlandia [5], Amerika Serikat [6] [7], Jepang [8],Taiwan [9], dan lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas komunikasi antara penderita tuna-rungu dengan orang yang dapat mendengar. Perkembangan penelitian dalam bidang pengenalan bahasa isyarat masih jauh tertinggal dibandingkan dengan penelitian di bidang pengenalan lisan. Bahasa isyarat disampaikan melalui interaksi dari berbagai saluran informasi, sehingga proses analisis bahasa isyarat jauh lebih kompleks dibanding proses analisis saluran audio satu dimensi pada bahasa lisan. Implementasi bahasa isyarat dengan menggunakan gestur tangan masih banyak menemukan permasalahan, karena pengenalan gestur masih merupakan masalah yang kompleks, dan secara alami terdapat banyak variasi pada kinerja gestur dari pengguna, seperti fitur fisik pengguna dan kondisi lingkungan. Lebih lanjut isyarat gestur tangan dapat diklasifikasi menjadi dua kategori, yaitu gestur tangan statis dan dinamis. Isyarat gestur tangan statis didefinisikan sebagai konfigurasi gestur tangan dan pose yang ditangkap dalam bentuk 3

4 citra diam (still image), sedangkan gestur tangan dinamis didefinisikan sebagai isyarat gestur tangan yang bergerak yang ditangkap sebagai runtun citra bergerak (video). Bahasa isyarat dianggap sebagai bahasa yang paling terstruktur dari seluruh kategori gestur. Seperti halnya bahasa lisan, bahasa isyarat muncul dan berkembang secara alami di dalam komunitas penderita tuna-rungu. Di setiap komunitas penderita tuna-rungu berkembang bahasa isyaratnya sendiri. Bahasa isyarat berkembang secara tidak gayut dengan bahasa lisan di wilayah masing-masing. Setiap bahasa isyarat mempunyai aturan dan tata-bahasa masing-masing, dengan sifat umum yang dapat dirasakan secara visual [5]. Seperti halnya pada bahasa lisan, terdapat banyak bahasa isyarat yang berbeda di dunia. Meskipun bahasa isyarat terutama dikomunikasikan dengan menggunakan gestur tangan secara manual, namun juga dapat digabungkan dengan isyarat nonmanual yang disampaikan melalui ekspresi wajah, gerakan kepala, postur tubuh, dan gerakan tubuh. Jadi karena kompleksitas dan sifat alami multimodal pada bahasa isyarat, maka area pengenalan bahasa isyarat membutuhkan penelitian multidisiplin yang mencakup disiplin pengenalan pola, machine learning, computer vision, serta pengolahan bahasa alami dan linguistik [10]. Perbedaan antar individu saat menggunakan gestur dan atribut fisik masingmasing individu dapat berpengaruh pada pengenalan bahasa isyarat. Namun hal ini dapat diatasi dengan menyesuaikan sistem pengenalan untuk pengguna individual (sistem yang bergantung pada pengguna), atau dengan menggunakan contoh berbagai gestur dari subyek yang berbeda untuk mendapatkan sistem yang tidak bergantung pada pengguna. Sedangkan variasi kondisi lingkungan dapat diatasi dengan membuat sistem yang dapat dikonfigurasi untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang berbeda. Penelitian tentang bahasa isyarat finger spelling telah dilakukan oleh [11] dengan menggunakan sensor Glove. Bendary [12] melakukan penelitian tentang penterjemah bahasa isyarat abjad Arab dengan masukan video bahasa isyarat finger spelling. Video masukan menampilkan obyek tangan yang memperagakan bahasa isyarat finger spelling. Penelitian yang lain dilakukan oleh [13] yang meneliti pengenalan bahasa isyarat finger spelling untuk bahasa India. Bahasa isyarat diperagakan dengan menggunakan dua tangan. Pengenalan bahasa isyarat finger 4

5 spelling untuk abjad Inggris telah dilakukan oleh [14] dengan menggunakan sensor glove yang dilengkapi dengan 20 sensor. Dari hasil pengujian sistem yang dibuat dapat mengenali isyarat abjad dengan ketelitian mencapai 94 %. Penelitian tentang pengenalan bahasa isyarat Indonesia telah dilakukan oleh [15]. Penelitian ini mencoba membuat penerjemah isyarat bahasa Indonesia statis. Salah satu masalah yang dihadapi dalam penelitian sistem pengenalan bahasa isyarat kontinu, adalah penanganan proses perpindahan dari isyarat satu ke isyarat berikutnya. Gerakan tangan dari akhir isyarat pertama sampai ke awal isyarat berikutnya disebut dengan movement epenthesis (ME) [16]. Bagian ini tidak berhubungan dengan isyarat apapun, dan dapat meliputi perubahan bentuk tangan, gerakan tangan dan dapat mencapai sepanjang frame isyarat itu sendiri. Oleh karena itu sistem pengenalan isyarat otomatis harus mempunyai suatu cara untuk dapat mengabaikan atau mengidentifikasi dan menghilangkan bagian tersebut sebelum melakukan proses penerjemahan isyarat yang sesungguhnya. Penelitian lain oleh [17] dengan menggunakan sarung tangan yang dilengkapi dengan sensor flex untuk mengukur tekukan jari dan accelerometer untuk mengukur gerakan sumbu x, y, z. Penelitian ini digunakan untuk menerjemahkan kata isyarat bahasa Indonesia. Sebenarnya yang diperlukan masyarakat adalah suatu sistem penerjemah bahasa isyarat Indonesia yang sederhana, mudah digunakan, murah dan ramah pengguna. Antarmuka pengguna yang alami yang tidak perlu harus harus memakai peralatan bantu seperti sarung tangan maupun sensor atau piranti yang harus ditempelkan pada tangan pengguna akan menentukan seberapa tinggi tingkat usabilitasnya. Dari pembahasan di atas khususnya untuk pengenalan bahasa isyarat finger spelling umumnya masih menggunakan piranti sensor (glove, accelerometer, flex) yang harus dikenakan oleh peraga isyarat agar dapat dikenali oleh sistem. Salah satu pertimbangan penggunaan piranti sensor yang harus dikenakan oleh peraga isyarat adalah waktu proses pengenalan yang cepat dan tingkat akurasi pengenalan tinggi, sehingga dapat digunakan secara waktu nyata. Namun penggunaan piranti sensor ini menjadi kurang praktis untuk diimplementasikan pada praktek meskipun mempunyai ketelitian pengenalan yang tinggi. Hal ini karena selain harus menyediakan sensor yang 5

6 harus dikenakan oleh peraga isyarat juga komputer harus dilengkapi dengan pendeteksi/pembaca data yang dihasilkan oleh sensor tersebut. Dalam rangka mengatasi ketidakpraktisan penggunaan piranti sensor yang harus dikenakan oleh peraga isyarat, beberapa penelitian sudah mulai mengarah pada penggunaan kamera sebagai sensor untuk menangkap bahasa isyarat yang diperagakan. Hal ini karena peraga isyarat tidak perlu menggunakan piranti sensor tertentu, dan untuk saat ini semua laptop sudah dilengkapi dengan kamera, ataupun jika belum maka dapat menggunakan kamera web yang sangat mudah di dapat dan harganya relatif murah. Lebih lanjut tren perkembangan komputer mengarah pada piranti mobile, baik yang berupa telepon pintar maupun tab dengan perangkat keras yang sudah menyamai perangkat komputer desktop maupun laptop serta sudah dilengkapi dengan kamera. Beberapa penelitian tentang sistem pengenalan bahasa isyarat yang sudah bersifat non-kontak yaitu yang menggunakan kamera, sebagian masih menggunakan masukan citra (bersifat statis) sehingga belum bisa digunakan untuk melakukan penterjemahan secara waktu nyata. Sedangkan pada sistem pengenalan yang bersifat dinamis sebagian masih menggunakan masukan video (offline) atau masih membatasi tangkapan kamera hanya pada area tangan saja. Hal ini akan menjadi suatu batasan dalam pemakaian dalam praktek secara waktu nyata. Masalah lain pada penggunaan kamera sebagai sensor masukan isyarat tangan peraga, adalah karena waktu komputasi yang cukup lama, sehingga umumnya proses dilakukan secara offline yaitu dengan menggunakan masukan berupa citra (statis) maupun video. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirangkum perumusan masalahnya sebagai berikut. 1. Bahasa isyarat khususnya isyarat finger spelling merupakan bagian dari bahasa isyarat dinamis yang dikomunikasikan dengan menggunakan gestur tangan isyarat manual. Namun sampai saat ini masih umumnya masih menjadi kesulitan bagi orang normal untuk mempelajarinya, sehingga penderita tuna rungu dan/atau tuna wicara sering menghadapi kesulitan ketika akan berkomunikasi dengan menggunakan isyarat finger spelling dengan orang normal atau sebaliknya. 6

7 2. Pengenalan isyarat gestur tangan dinamis masih menjadi salah satu topik penelitian sampai saat ini, umumnya masih menggunakan piranti yang harus dipakai sehingga kurang praktis. Sedangkan yang sudah menggunakan model non-kontak seperti kamera sebagian besar masih belum dapat digunakan secara waktu nyata sebagai sistem penterjemah bahasa isyarat finger spelling saat berkomunikasi dengan komunitas tuna rungu dan tuna wicara. 3. Masih belum ada sistem penerjemah bahasa isyarat khususnya bahasa isyarat abjad finger spelling berbasis non-kontak yang dapat digunakan secara waktu nyata (real time). 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan merancang metode pengenalan bahasa isyarat abjad finger spelling yang dapat menerjemahkan bahasa isyarat yang diperagakan melalui gestur tangan dan mengimplementasikan dalam bentuk prototipe aplikasi. I.4 Keaslian penelitian Bahasa isyarat merupakan salah satu media komunikasi yang kompleks yang muncul dan berkembang secara alami pada komunitas penderita tuna-rungu. Bahasa isyarat mempunyai variasi yang sangat besar, karena setiap komunitas akan mengembangkan bahasa isyaratnya sendiri. Meskipun bahasa isyarat utamanya dikomunikasikan dengan menggunakan gestur tangan secara manual, namun juga didukung dengan penggunaan isyarat non-manual melalui gerakan tubuh, ekspresi wajah, gerakan kepala dan lain sebagainya. Penggunaan komputer sebagai alat bantu untuk pengenalan bahasa isyarat sudah cukup lama diteliti dan dikembangkan oleh para ahli di bidang interaksi manusia dan komputer. Kompleksitas dan penggunaan multi modal dalam komunikasi bahasa isyarat menuntut dukungan penelitian multidisiplin dari berbagai area disiplin ilmu, seperti semantik, pengolahan bahasa alami dan linguistik, pengolahan citra, pengenalan pola, machine learning, computer vision, teknologi sensor, dan disiplin ilmu yang lain. Secara sederhana lingkup penelitian di bidang pengenalan bahasa isyarat dapat digambarkan dalam bentuk diagram tulang ikan 7

8 (fish bone diagram) seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.1. Beberapa penelitian sudah mulai mengeksplorasi berbagai metode dan algoritme yang terkait dengan proses pengenalan pengenalan bahasa isyarat seperti yang akan dijelaskan berikut ini. Komponen Bahasa Isyarat Komponen Manual [26][27] Komponen Non Manual Teknologi Berbasis Kontak [12][24][25] Teknologi Berbasis Visi [7][19] [28][29] Variasi Bahasa Isyarat Variasi Tiap Daerah/Negara [1][2][3][7][8][10][11][12][29] Statik/ Dinamik [31][32][33][34][35][36] Ekstraksi Fitur & Klasifikasi [21][22][23] Deteksi kontur [11][13][14][15]]16][17][18][19] Pengenalan Bahasa Isyarat Dukungan Teknologi Pengenalan Gestur Tangan Gambar 1.1 Fish bone diagram lingkup permasalahan pengenalan bahasa isyarat. Langkah awal dalam pengenalan bahasa isyarat adalah bagaimana dapat melakukan pengenalan gestur tangan. Sudah banyak penelitian yang dilakukan dalam proses pengenalan gestur tangan dan pada awalnya digunakan sebagai antarmuka untuk mengoperasikan sistem khususnya komputer, sebagai pengganti piranti antarmuka tradisional seperti mouse. Lebih lanjut penelitian tentang pengenalan gestur tangan dikembangkan agar dapat digunakan untuk mengenali bahasa isyarat yang diperagakan dengan menggunakang gestur tangan. Tahap pengenalan gestur diawali dengan deteksi kontur yang dilanjutkan dengan proses ekstraksi fitur gestur tangan agar selanjutnya dapat dilakukan proses klasifikasi. Beberapa penelitian tentang pengenalan gestur tangan yang digunakan sebagai antarmuka pengguna dengan sistem telah dilakukan oleh Sanches [18] dengan menggunakan pendekatan segmentasi cepat dan penggunaan pendekatan jarak Housdorff sebagai dasar dari proses pengenalan pose gestur tangan. Penelitian ini mampu mengenali gestur tangan pengguna sampai 84%. Penelitian yang lain dilakukan oleh Hyosun [19] dengan menggunakan tapis Kalman. Yang [16] 8

9 melakukan penelitian tentang pengenalan gestur tangan dengan menggunakan Hiden Markov Model (HMM). Wachs [20] juga melakukan penelitian tentang sistem berbasis visi, yang dapat memanipulasi obyek data medis dengan menggunakan gestur tangan. Penelitian sejenis yang membahas tentang pengenalan gestur tangan diantaranya adalah [21] yang membuat simulasi gerakan tangan, [22] mengembangkan pengenalan gestur tangan dengan algoritme fitur Haar like dan AdaBoost, [23] melakukan pengenalan gestur tangan dengan detektor Viola-Jones yang digabungkan dengan metoda RAMOSAC, [24] melakukan pengenalan gestur tangan untuk menggantikan mouse dengan algoritme SHIFT. Penelitian-penelitian tersebut sudah mampu mengenali gestur tangan dengan cukup baik dengan rentang pengenalan antara 80 % sampai 97 %, namun beberapa penilitian masih menggunakan penanda (marker) pada ujung tangan untuk lebih memudahkan proses pengenalan. Area penelitan berikutnya dapat dikelompokkan berdasarkan dukungan teknologi yang digunakan. Dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pertama adalah pengenalan bahasa isyarat yang menggunakan dukungan teknologi berbasis kontak dan kelompok kedua adalah yang menggunakan dukungan teknologi berbasis visi. Pada kelompok pertama proses pengenalan didukung oleh penggunaan sensor-sensor atau piranti yang harus dipasang pada tangan atau bagaian tubuh yang lain. Piranti sensor yang sering digunakan pada penelitian ini mempunyai banyak variasi piranti, diantaranya adalah accelerometer, sarung tangan (glove), layar sentuh, sensor flex, dan lain sebagainya. Khan [25] menggunakan sensor gloves untuk mengenali gestur tangan dari peraga bahasa isyarat. Sensor glove digunakan untuk menangkap isyarat gestur tangan peraga dan nilai-nilai yang dihasilkan oleh sensor glove akan dicatat untuk selanjutnya digunakan pada proses klasifikasi dan pengenalan 24 abjad bahasa Inggris. Supriyati [17] telah mengembangkan sistem bahasa isyarat Indonesia dengan menggunakan sarung tangan bersensor. Sensor yang digunakan berupa sensor flex untuk mengukur tekukan jari dan accelerometer untuk mengukur gerakan pada sumbu x, y, dan z. Linsie [26] mengembangkan model prototype yang dapat mengenal gestur tangan dengan menggunakan accelerometer MEMS yang mampu 9

10 mengenal sampai delapan gestur tangan. Gerakan gestur tangan akan dikenali dengan membandingkan nilai percepatan gerakan tangan yang diperoleh dengan nilai yang sudah tersimpan dalam basis data. Penggunaan sensor yang harus dikenakan pengguna ini mampu meningkatkan pengenalan hingga lebih dari 90 %. Penggunaan sensor gloves mampu meningkatkan pengenalan, namun kurang praktis dalam penerapannya, karena pengguna harus mengenakan sarung tangan yang berisi beberapa sensor. Oleh karena itu dikembangkan penelitian tentang pengenalan gestur tangan berbasis visi atau non-kontak (contactless), yang dalam hal ini umumnya menggunakan kamera untuk menangkap gerakan gestur tangan peraga bahasa isyarat. Gerakan gestur tangan peraga bahasa isyarat akan ditangkap oleh kamera menjadi runtun citra untuk selanjutnya diproses dengan menggunakan algoritme pengenalan agar dapat dikenali. Persson [23] menggunakan detektor Viola-Jones untuk mencari dan melacak gerakan tangan. Data runtun waktu dari citra lintasan tangan dialihragamkan ke ruang sudut yang akan menghasilkan skala dan translasi yang tidak berubah. Runtun ini selanjutnya digunakan untuk mengklasifikasi gestur kedalam seperangkat template. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem dapat bekerja dengan baik namun masih terbatas pada mode pencahayaan dan lingkungan tempat algoritme dilatihkan. Tanibata [8] mengajukan sebuah metode untuk mendapatkan fitur tangan dari sederetan citra orang yang sedang berkomunikasi dengan bahasa isyarat Jepang dengan latar belakang yang kompleks. Untuk setiap gambar akan dilakukan pelacakan wajah yang dilanjutkan dengan tangan dengan menggunakan warna kulit yang telah ditentukan dan pelacakan siku dengan cara mencocokkan dengan cetakan bentuk siku. Fitur tangan seperti arah tangan, jumlah jari, dan seterusnya diekstrak dari area tangan dan siku. Untuk dapat mengenal kata isyarat bahasa Jepang digunakan runtun fitur tangan sebagai masukan ke HMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem yang dibangun dapat mengenal 65 bahasa isyarat Jepang dengan baik. Namun penelitian ini masih bersifat off-line yaitu masih menggunakan data runtun citra gerakan peraga isyarat, sehingga tidak ada batasan waktu komputasi atau belum dapat digunakan secara waktu nyata (real time). 10

11 Dalam lingkup komputasi istilah komputasi waktu nyata (real-time computing (RTC)) dapat digambarkan sebagai suatu perangkat keras dan perangkat lunak sistem yang tunduk pada kekangan waktu nyata, misalnya tenggat waktu operasional dari event terhadap tanggapan sistem. Program waktu nyata harus menjamin dapat memberi tanggapan di dalam batasan waktu yang telah ditentukan, atau yang sering disebut sebagai tenggat waktu (deadlines) [27]. Tanggapan waktu nyata sering dinyatakan dalam mili detik atau mikro detik. Suatu sistem waktu nyata juga dapat digambarkan sebagai kontrol atas suatu lingkungan dengan menerima data, mengolahnya, dan mengembalikan hasilnya dengan cukup cepat untuk mempengatur kondisi lingkungan saat itu [28]. Istilah waktu nyata juga digunakan dalam simulasi dengan kondisi clock simulasi mempunyai kecepatan sama dengan clock sesungguhnya, dan di dalam kendali proses dan sistem interprise dapat diartikan sebagai tanpa tunda waktu yang berarti. Ditinjau dari struktur komponen penyusun bahasa isyarat secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu komponen manual dan komponen non manual. Komponen manual adalah komponen penyusun bahasa isyarat dengan menggunakan gestur tangan sebagai media komunikasi utama yang mencakup konfigurasi tangan, tempat artikulasi, gerakan tangan, dan orientasi tangan. Sedangkan komponen non manual menggunakan media selain gestur tangan untuk berkomunikasi. Komponen ini meliputi ekspresi wajah, pandangan mata, posisi dan orientasi kepala, dan postur badan. Komponen non manual ini juga sering digunakan bersama dengan dengan komponen manual untuk memberi penekanan informasi yang disampaikan. Trmal [29] melakukan penelitian untuk membuat suatu sistem ekstraksi fitur visual (Visual Feature Extraction (VFE)) untuk pengenalan bahasa isyarat. Penelitian ini fokus pada komponen manual dari bahasa isyarat, yaitu pada bentuk tangan, posisi, dan orientasinya. Penelitian yang lain dilakukan oleh Zaki [30] yang menggunakan keempat komponen manual dari bahasa isyarat. Penelitian ini menggabungkan tiga fitur yang berbasis visi untuk meningkatkan kinerja pengenalan. Dua fitur yang digunakan adalah posisi kurtosis dan PCA untuk mengukur konfigurasi dan orientasi tangan. Sedangkan fitur ketiga adalah motion chain code yang mewakili gerakan tangan. Penelitian ini berhasil membuat sistem 11

12 pengenalan Bahasa isyarat yang terdiri atas empat modul untuk deteksi tangan, pelacakan gerak tangan, ekstraksi fitur dan pengklasifikasi HMM. Penelitian ini sudah mampu mengenali bahasa isyarat sampai 88%, namun masih ada beberapa kelemahan diantaranya yaitu masih belum bisa sepenuhnya memisahkan antara tangan dengan wajah, dan belum bisa sepenuhnya mengenali bahasa isyarat secara kontinyu. Dalam pengenalan bahasa isyarat dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu bahasa isyarat statis dan dinamis [1]. - Bahasa isyarat statis yaitu bahasa isyarat yang tidak memerlukan gerakan tangan untuk memperagakannya, dalam hal ini adalah abjad latin dari kecuali huruf J dan Z karena dalam peragaannya mengandung gerakan tangan. - Bahasa isyarat dinamis, berbeda dengan isyarat statis yang dalam peragaannya membutuhkan gerakan tangan, jari atau keduanya. Dalam perkembangannya kelompok Bahasa isyarat dinamis dapat dibagi lagi menjadi dua subkategori, yaitu: o Tipe I. Isyarat ini terdiri dari suatu runtun isyarat statis dengan beberapa gerakan transisi antar setiap isyarat. Gerakan yang ada pada isyarat ini tidak mempunyai makna tertentu melainkan hanyalah transisi atara isyarat satu dengan isyarat berikutnya. Kategori ini dikenal dengan finger spelling word. o Tipe II. Kriteria selain yang disebutkan di atas masuk dalam kategori ini. Isyarat ini dapat mewakili suatu abjad, seperti J dan Z atau membentuk suatu kata atau kalimat, seperti matahari, atau selamat datang. Penelitian tentang pengenalan gestur tangan statis untuk mengenal abjad dalam ASL dilakukan oleh Rahman [31]. Pengenalan dilakukan dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan back propagation. Sementara itu Sanjaya [32] telah melakukan penelitian tentang sistem pengenalan bahasa isyarat Filipina untuk angka. Bahasa isyarat diperagakan dengan menggunakan glove dengan warna tersandi. Proses pengenalan dilakukan dengan menggunakan algoritme HMM. Untuk sistem pengenalan bahasa isyarat yang dinamis memang masih banyak kendala masih harus diatasi, namun sudah terdapat beberapa peneliti yang mencoba untuk mencari pemecahannya. Yang [33] dan kawan-kawan telah mengembangkan 12

13 algoritme enhanced Level Building (elb) yang digunakan untuk mengatasi masalah ME pada pengenalan bahasa isyarat. Yang [34] kembali melakukan penelitian tentang penanganan ambiguitas ME dan segmentasi tangan dalam pengenalan bahasa isyarat kontinyu dengan menggunakan pemrograman dinamis. Iqbal [35] juga melakukan penelitian tentang ekstraksi ciri pada pengenalan sistem isyarat bahasa Indonesia dinamis berbasis sensor flex dan accelerometer. Dalam penelitian ini dikembangkan 5 jenis ekstraksi ciri, yang menggunakan pendekatan statistik, kuantisasi atau kombinasi keduanya. Hasil pengujian menunjukkan akurasi tertinggi mencapai 99,6 %. Dari beberapa penelitian yang telah di jelaskan di atas, secara umum terdapat beberapa hal yang masih dapat dioptimalkan atau dilakukan. 1. Ditinjau dari sisi dukungan teknologi, sebagian besar penelitian masih menggunakan piranti sensor yang harus dipakai oleh pengguna. Penggunaan sensor ini memungkinkan tingkat pengenalan yang tinggi dan sebagian sudah dapat digunakan secara waktu nyata. Namun hal ini akan menurunkan tingkat kepraktisan sistem saat akan digunakan karena peraga isyarat harus lebih dulu mengenakan sensor-sensor yang diperlukan untuk pengenalan isyarat. Sedangkan penelitian yang sudah berbasis non-kontak, yaitu yang menggunakan kamera untuk mengambil data isyarat gestur tangan peraga isyarat sebagian besar masih menggunaan masukan data statis atau belum dapat digunakan secara waktu nyata. 2. Belum ada yang mengembangkan sistem pengenalan isyarat abjad finger spelling berbasis visi. Yaitu sistem pengenalan isyarat abjad finger spelling yang dapat mengeja isyarat abjad sehingga membentuk suatu kata atau kalimat, tanpa harus menggunakan sensor yang dipasang pada tangan atau bagian badan dan dengan algoritme sederhana sehingga dapat digunakan secara waktu nyata. 3. Penggunaan kamera web biasa yang berharga murah dan mudah diperoleh yang memungkinkan untuk dapat digunakan secara luas oleh masyarakat. Lebih lanjut untuk saat ini semua Laptop atau Notebook sudah dilengkapi dengan kamera visual, sehingga tidak perlu menambah kamera web lagi jika akan digunakan untuk menjalankan sistem pengenalan. 13

14 Penelitian ini akan mengembangkan suatu sistem pengenalan isyarat abjad finger spelling dengan menggunakan kamera web yang umum dan dapat digunakan secara waktu nyata (real time). Perbedaan dengan penelitian yang sudah ada dapat dibagi menjadi dua. Pertama, dari pendekatan dan algoritme yang digunakan yaitu algoritme pengenalan yang sederhana sehingga mempunyai kecepatan komputasi yang tinggi agar dapat dijalankan secara waktu nyata. Yang kedua kedua adalah penggunaan kamera web biasa yang nantinya akan dapat digunakan untuk menangkap gerakan pose gestur tangan peraga isyarat secara waktu nyata.. Berdasarkan pada pendekatan dan algoritme yang digunakan untuk pengenalan bahasa isyarat Indonesia, secara umum dapat dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah proses pengenalan pose gestur tangan, dan tahap berikutnya adalah proses identifikasi dan pengenalan terhadap perpindahan dari satu pose gestur ke pose yang lain. Tahap pengenalan pose gestur tangan diawali dengan proses identifikasi gestur tangan dan pemisahan dengan citra latar belakang termasuk badan dan kepala dari pengguna (peraga bahasa isyarat). Pada penelitian ini proses segmentasi dan pemisahan citra gestur tangan dengan latar belakang menggunakan algoritme deteksi warna kulit (skin detection) dan Convexity Defect. Pada tahap ini sistem sudah dapat mengikuti gerakan gestur tangan peraga isyarat, untuk selanjutnya hanya bagian gestur tangan saja yang akan diambil dan disimpan dalam buffer untuk digunakan dalam proses pengenalan pose gestur tangan. Tahap berikutnya adalah untuk mengidentifikasi pose gestur isyarat tangan untuk diklasifikasi sesuai dengan pola abjad yang sudah tersimpan dalam basis data. Setelah berhasil dikenali, maka berikutnya adalah mengidentifikasi isyarat gestur tangan berikutnya. Seperti diketahui untuk bahasa isyarat finger spelling dalam membentuk suatu kata atau kalimat memerlukan lebih dari satu pose gestur tangan yang berarti ada beberapa frame yang berisi citra transisi perpindahan pose gestur tangan. Permasalahan yang muncul pada pengenalan bahasa isyarat dinamis adalah bahwa beberapa frame proses transisi perpindahan pose gestur ini tidak perlu (bukan merupakan bagian dari isyarat), sehingga perlu dieliminasi atau dihilangkan. Namun pada pengenalan isyarat finger spelling, masalah ini tidak menjadi kendala. Karena isyarat abjad sudah tertentu dan disimpan dalam basis data, jadi pada saat transisi 14

15 jika tidak dikenali sebagai salah satu abjad yang disimpan dalam basis data tidak akan dianggap sebagai abjad. 1.5 Batasan Penelitian Karena luasnya cakupan dalam sistem pengenalan bahasa isyarat dan besarnya jumlah isyarat yang digunakan dalam bahasa isyarat, maka pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada: 1) Menggunakan kamera web biasa 2) Cakupan pengenalan isyarat adalah untuk abjad, dan finger spelling untuk pengejaan kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia secara dinamis atau waktu nyata (real time). 15

BAB I PENDAHULUAN. maupun non verbal. Komunikasi secara verbal menggunakan kata-kata lisan untuk. mengungkapkan ekspresi penggunanya.

BAB I PENDAHULUAN. maupun non verbal. Komunikasi secara verbal menggunakan kata-kata lisan untuk. mengungkapkan ekspresi penggunanya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dapat berinteraksi antara satu sama lainnya melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi dalam bentuk bahasa terjadi baik secara verbal maupun

Lebih terperinci

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dari tugas akhir ini.

Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dari tugas akhir ini. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi, dan sistematika pembahasan dari tugas akhir ini. I.1 Latar Belakang Perkembangan interaksi

Lebih terperinci

SENSOR GERAK DENGAN LEAP MOTION UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI TUNA RUNGU/WICARA

SENSOR GERAK DENGAN LEAP MOTION UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI TUNA RUNGU/WICARA SENSOR GERAK DENGAN LEAP MOTION UNTUK MEMBANTU KOMUNIKASI TUNA RUNGU/WICARA Achmad Basuki, Muhammad Zikky, Jauari Akhmad Nur Hasim, Naufal Ilham Ramadhan Program Studi Teknik Informatika Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

1BAB I. 2PENDAHULUAN

1BAB I. 2PENDAHULUAN 1BAB I. 2PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Pelacak objek (object tracking) pada saat ini merupakan penelitian yang menarik dalam bidang computer vision. Pelacak objek merupakan langkah awal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan citra digital merupakan salah satu subjek dari teknologi informasi yang sangat menarik dan menantang saat ini. Proses pengolahan citra digital bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan komunikasi dibutuhkan pemahaman antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan komunikasi dibutuhkan pemahaman antara pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses sosial yang mendasar dan dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia membutuhkan komunikasi untuk dapat saling berinteraksi satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Augmented Reality dapat memvisualisasikan dengan baik model 3 dimensi, video, paparan area, maupun animasi 3 dimensi dengan hanya membutuhkan deteksi visual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi di dunia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama di bidang robotika. Saat ini robot telah banyak berperan dalam kehidupan manusia. Robot adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan dari Tugas Akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan dari Tugas Akhir ini. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan dari Tugas Akhir ini. 1.1 LATAR BELAKANG Bagi para pengusaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Zaman semakin berkembang pesat, begitu pula dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang juga turut berkembang dengan pesatnya. Hal ini, membuat manusia berpikir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra digital telah digunakan secara luas pada era modern seperti sekarang ini, citra digital banyak dimanfaatkan untuk merekam informasi, komunikasi dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Dosen Pembimbing : 1) Prof.Dr.Ir. Mauridhi Hery Purnomo M.Eng. 2) Dr. I Ketut Eddy Purnama ST., MT. Oleh : ATIK MARDIYANI (2207100529)

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia memiliki insting untuk berinteraksi satu sama lain demi mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia memiliki insting untuk berinteraksi satu sama lain demi mencapai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki insting untuk berinteraksi satu sama lain demi mencapai suatu tujuan, dan dalam interaksi itu, mengintepretasi kondisi emosional menjadi penting dalam

Lebih terperinci

Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST, MT

Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST, MT Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Berbasis Sensor Flex dan Accelerometer Menggunakan Dynamic Time Warping Mohammad Iqbal 2209 205 024 Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng Dr. I Ketut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di segala bidang dalam era globalisasi saat ini begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di segala bidang dalam era globalisasi saat ini begitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan di segala bidang dalam era globalisasi saat ini begitu pesat.terutama dalam bidang IT yang semakin maju seiring dengan kebutuhan pemakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya pendatang baru seperti mahasiswa dari luar daerah, pindahan dari kota lain atau turis manca negara yang ingin berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung, namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan teknologi sekarang ini, penggunaan komputer sudah hampir menjadi sebuah bagian dari kehidupan harian kita. Semakin banyak muncul peralatan-peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengenalan wajah adalah aplikasi dari pengolahan citra yang dapat mengidentifikasi seseorang melalui citra digital atau frame video. Sistem pengenalan wajah

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biometrik adalah salah satu teknologi cangih yang banyak dipakai untuk menjadi bagian dari system keamanan di berbagai bidang. Biometrik ini bahkan sudah digunakan

Lebih terperinci

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Wawan Kurniawan Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi wwnkurnia79@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sudah tidak diragukan lagi bahwa penerapan teknologi komputer dan teknologi informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sudah tidak diragukan lagi bahwa penerapan teknologi komputer dan teknologi informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah tidak diragukan lagi bahwa penerapan teknologi komputer dan teknologi informasi telah memiliki pengaruh sampai ke fondasi kehidupan sehari-hari manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Interaksi manusia-robot (human-robot interaction) atau disingkat HRI adalah suatu bidang studi yang didedikasikan untuk pemahaman, perancangan dan mengavaluasi sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

Pendekatan Polinomial dan Zero Crossing Untuk Parsing Kata Pada Data Rekaman Finger Motion Capture

Pendekatan Polinomial dan Zero Crossing Untuk Parsing Kata Pada Data Rekaman Finger Motion Capture Pendekatan Polinomial dan Zero Crossing Untuk Parsing Kata Pada Data Rekaman Finger Motion Capture Widda Ayui Silma 2207100096 Dosen Pembimbing: 1) Dr I Ketut Eddy Purnama, S.T., M.T. 2) Ahmad Zaini, S.T.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robot selama beberapa dekade ini sangat pesat. Robot pertama kali diperkenalkan pada tahun 1921 oleh Karel Capek dalam suatu pertunjukan drama. Mulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks, tetapi sangat dapat diandalkan. Sistem ini memberikan sarana pengenalan obyek yang

Lebih terperinci

PENGENALAN ABJAD SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BERBASIS KAMERA DEPTH

PENGENALAN ABJAD SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BERBASIS KAMERA DEPTH ISSN 1858-4667 JURNAL LINK VOL 24/No. 1/Februari 2016 PENGENALAN ABJAD SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BERBASIS KAMERA DEPTH Cucun Very Angkoso 1, Muhammad Fuad 2, Dian Rusydi Hadiwineka 3 Program

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING DAN REKAM DATA SISTEM PENGENALAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA BERBASIS SENSOR

RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING DAN REKAM DATA SISTEM PENGENALAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA BERBASIS SENSOR RANCANG BANGUN APLIKASI MONITORING DAN REKAM DATA SISTEM PENGENALAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA BERBASIS SENSOR Mohammad Iqbal Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Elektro Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN UAV yang merupakan kepanjangan dari Unmanned Aerial Vehicles, atau dalam kata lain DRONE adalah tipe pesawat terbang yang beroperasi dengan sendirinya tanpa seorang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Waktu : 1 x 3x 50 Menit Pertemuan : 1 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

Implementasi Sistem Pendeteksi Gerakan dengan Motion Detection pada Kamera Video Menggunakan AForge.NET

Implementasi Sistem Pendeteksi Gerakan dengan Motion Detection pada Kamera Video Menggunakan AForge.NET JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Implementasi Sistem Pendeteksi Gerakan dengan Motion Detection pada Kamera Video Menggunakan AForge.NET Muhammad Redha, Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin pesat dan cepat, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini membuat manusia bagaikan tak terpisah oleh jarak ruang dan waktu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi mobile atau yang sekarang sering disebut sebagai apps merupakan aplikasi yang berjalan pada perangkat mobile seperti smartphone dan tablet. Jenis-jenis apps

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI KAMUS PERCAKAPAN BAHASA ARAB BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN TEKNOLOGI J2ME

RANCANG BANGUN APLIKASI KAMUS PERCAKAPAN BAHASA ARAB BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN TEKNOLOGI J2ME RANCANG BANGUN APLIKASI KAMUS PERCAKAPAN BAHASA ARAB BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN TEKNOLOGI J2ME Renanda Cahaya Saputra 1) S1/Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Surabaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNOLOGI INFORMASI. Materi 3 Piranti Masukan

PENGANTAR TEKNOLOGI INFORMASI. Materi 3 Piranti Masukan PENGANTAR TEKNOLOGI INFORMASI Materi 3 Piranti Masukan Oleh:. Piranti Masukan Perangkat input merupakan peralatan yang digunakan oleh pengguna untuk melakukan interaksi dengan komputer, agar komputer dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Masyarakat seakan acuh pada keadaan orang yang memiliki kekurangan didalam dirinya. Banyak orang yang merasa dikucilkan dan merasa dirinya tidak di anggap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. pendapat para responden mengenai Augmented Reality, aplikasi Virtual dressing

BAB 3 METODE PENELITIAN. pendapat para responden mengenai Augmented Reality, aplikasi Virtual dressing BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Hasil Uji Kuesioner Kuisioner terdiri dari 12 pertanyaan dan terdapat 56 responden yang menjawab kuesioner secara online. Kuisioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan dijelaskan mengenai pustaka yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam mengembangkan sistem. Pemasukan data ke dalam komputer secara tradisional adalah melalui

Lebih terperinci

Markerless Augmented Reality Pada Perangkat Android

Markerless Augmented Reality Pada Perangkat Android Markerless Augmented Reality Pada Perangkat Android Yoze Rizki - 2207 100 102 Pembimbing: Mochamad Hariadi, ST.,MSc.,PhD. Cristyowidiasmoro, ST.,MT., Department of Electrical Engineering Faculty of Industrial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendeteksian objek dalam suatu citra merupakan hal mendasar dalam banyak aplikasi analisis citra (image analysis). Manusia bisa langsung mengenali objek yang dilihatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi non-verbal biasanya banyak dilakukan oleh mereka yang memiliki kekurangan dalam kemampuan berbicara (tuna wicara). Cara berkomunikasi yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN SISTEM

ANALISA PERANCANGAN SISTEM Gambar 2.16. Black Bo Pengujian black bo adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lumrah. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya teknologi adalah pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. lumrah. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya teknologi adalah pengetahuan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keterlibatan teknologi dalam kehidupan manusia merupakan suatu hal yang lumrah. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya teknologi adalah pengetahuan terhadap penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Universal (universality), dimana karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. a. Universal (universality), dimana karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasar dari ciri atau tanda dari seseorang maka identitas seseorang itu dapat diketahui. Permasalahan yang menyangkut identitas seseorang tersebut dapat dikategorikan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam bidang keamanan, salah satunya adalah pengenalan wajah (face recognition).

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam bidang keamanan, salah satunya adalah pengenalan wajah (face recognition). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini telah banyak penerapan pengenalan pola di banyak negara maju maupun negara yang berkembang, hal ini membuktikan bahwa pengenalan pola sangatlah penting

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan wajah merupakan suatu teknologi dalam dunia kecerdasan buatan agar komputer dapat meniru kemampuan otak manusia dalam mendeteksi dan mengenali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan pemprosesan sinyal suara. Berbeda dengan speech recognition

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan pemprosesan sinyal suara. Berbeda dengan speech recognition BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Speaker recognition adalah salah satu bidang pengenalan pola yang berkaitan dengan pemprosesan sinyal suara. Berbeda dengan speech recognition yang mengenali kata atau

Lebih terperinci

Copyright Tabratas Tharom 2003 IlmuKomputer.Com

Copyright Tabratas Tharom 2003 IlmuKomputer.Com Pengolahan Citra Pada Mobil Robot Tabratas Tharom tharom@yahoo.com Copyright Tabratas Tharom 2003 IlmuKomputer.Com BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PERANCANGAN PENGOLAHAN CITRA SEBUAH MOBIL ROBOT Perancangan pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian maupun pembuatan aplikasi mengenai pengenalan karakter / pengenalan pola ataupun yang berhubungan dengan Jaringan Syaraf Tiruan terlebih dengan metode Backpropagation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini terbagi menjadi enam bagian yang masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini terbagi menjadi enam bagian yang masing-masing akan BAB I PENDAHULUAN Bab pertama ini terbagi menjadi enam bagian yang masing-masing akan menjelaskan rmengenai latar belakang, pendefinisian masalah, tujuan dari penelitian, ruang lingkup, metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengubah manusia, dari cara pandang seseorang atas sesuatu hingga cara

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengubah manusia, dari cara pandang seseorang atas sesuatu hingga cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Computer vision, layaknya mata sebagai indra penglihatan pada manusia, juga mampu mengubah manusia, dari cara pandang seseorang atas sesuatu hingga cara seseorang berinteraksi

Lebih terperinci

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW

TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW TRACKING ARAH GERAKAN TELUNJUK JARI BERBASIS WEBCAM MENGGUNAKAN METODE OPTICAL FLOW Ubaidillah Umar, Reni Soelistijorini, B. Eng, MT, Haryadi Amran Darwito, S.ST Jurusan Teknik Telekomunkasi - Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak semua manusia dilahirkan dalam keadaan sempurna. Beberapa dilahirkan dengan keadaan indra penglihatan yang tidak dapat berfungsi sama sekali. Sehingga

Lebih terperinci

PENGENALAN BAHASA ISYARAT HURUF ABJAD MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) SKRIPSI

PENGENALAN BAHASA ISYARAT HURUF ABJAD MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) SKRIPSI PENGENALAN BAHASA ISYARAT HURUF ABJAD MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Pada Departemen Ilmu Komputer/Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun di IT Telkom mengakibatkan semakin banyak buku buku Tugas Akhir yang dibuat. Dengan semakin banyaknya buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, hal ini membuktikan bahwa pengenalan pola sangatlah penting terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, hal ini membuktikan bahwa pengenalan pola sangatlah penting terutama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini telah banyak penerapan pengenalan pola di banyak negara maju maupun negara berkembang, hal ini membuktikan bahwa pengenalan pola sangatlah penting terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan dan ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan dari tesis ini. 1.1 Latar Belakang Di tempat umum seperti

Lebih terperinci

Pemanfaatan Leap Motion (Hand Motion Tracking) sebagai Pengganti Mouse dan Keyboard Disusun oleh : Rusmono Yulianto, SE,S.

Pemanfaatan Leap Motion (Hand Motion Tracking) sebagai Pengganti Mouse dan Keyboard Disusun oleh : Rusmono Yulianto, SE,S. Pemanfaatan Leap Motion (Hand Motion Tracking) sebagai Pengganti Mouse dan Keyboard Disusun oleh : Rusmono Yulianto, SE,S.ST, MM,MT Abstrak Tujuan Leap Motion memberikan alternatif dalam pemanfaatan gerakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA. Sistem Identifikasi Teroris Dengan Pelacakan Dan Pengenalan Wajah

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA. Sistem Identifikasi Teroris Dengan Pelacakan Dan Pengenalan Wajah LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA Sistem Identifikasi Teroris Dengan Pelacakan Dan Pengenalan Wajah Oleh : Endah Sudarmilah, S.T, M.Eng Umi Fadlillah, S.T Dibiayai oleh Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah

Lebih terperinci

Rancang Bangun Aplikasi Konversi Bahasa Isyarat Ke Abjad Dan Angka Berbasis Augmented Reality Dengan Teknik 3D Object Tracking

Rancang Bangun Aplikasi Konversi Bahasa Isyarat Ke Abjad Dan Angka Berbasis Augmented Reality Dengan Teknik 3D Object Tracking Rancang Bangun Aplikasi Konversi Bahasa Isyarat Ke Abjad Dan Angka Berbasis Augmented Reality Dengan Teknik 3D Object Tracking Ane Annisa 1, Nurul Hiron 2, Muhammad Adi Khairul Anshary 3. 1,2,3 Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi saat ini menjadi umpan bagi para ahli untuk mencetuskan terobosan-terobosan baru berbasis teknologi canggih. Terobosan ini diciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi internet berkembang dengan sangat pesat dan sangat mudah sekali untuk mengaksesnya. Akan tetapi, didalamnya terdapat banyak konten yang

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN. lingkup dari Tugas Akhir ini, serta diakhiri dengan sistematika penulisan laporan.

BAB I: PENDAHULUAN. lingkup dari Tugas Akhir ini, serta diakhiri dengan sistematika penulisan laporan. BAB I: PENDAHULUAN Bab I ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, dan ruang lingkup dari Tugas Akhir ini, serta diakhiri dengan sistematika penulisan laporan. 1.1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memanfaatkan ciri wajah yang telah tersimpan pada database atau wajah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memanfaatkan ciri wajah yang telah tersimpan pada database atau wajah BAB I 1. asd PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi di bidang informasi khususnya dengan menggunakan komputer telah berkembang, hal ini menyebabkan banyak aplikasi baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya Ilmu Komputer telah menghasilkan berbagai kemudahan yang tentunya semakin mempermudah manusia di dalam menangani tugas tugas / permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manuasia. Biometrika telah lama dikenal sebagai pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir akhir ini teknologi yang berbasis " Sound and Video Capture Device " telah banyak berkembang. Para ilmuwan ataupun perusahaan yang bergerak di bidang IT memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (terlibat 8%) (Austroads, 2002). Salah satu faktor terbesar penyebab kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. (terlibat 8%) (Austroads, 2002). Salah satu faktor terbesar penyebab kecelakaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kecelakaan lalu lintas diindonesia tergolong cukup tinggi. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Indonesia, terdapat sebanyak 117.949 kecelakaan lalu lintas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ! <!!!!!

BAB I PENDAHULUAN ! <!!!!! BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna wicara merupakan seseorang yang mengalami kesulitan dalam berbicara. Hal ini disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya organ-organ untuk berbicara, seperti

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang implementasi dan pengujian dari sistem yang dikembangkan berdasarkan hasil perancangan yang didapat pada BAB IV. V.1 Implementasi V.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi wajah pada suatu citra merupakan bagian yang penting dalam perkembangan sistem pengenalan wajah (Face Recognition). Pengenalan wajah banyak digunakan untuk

Lebih terperinci

memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya dan memberikan jawaban

memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya dan memberikan jawaban BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia Multimedia dapat diartikan sebagai pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafis, suara dan gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari semakin banyak masalah yang terjadi seiring meningkatnya populasi di daerah perkotaan, akibatnya lalu lintas menjadi lebih padat karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi merupakan sebuah hal yang akan terus berkembang mengikuti jaman. Seiring perkembangan jaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi merupakan sebuah hal yang akan terus berkembang mengikuti jaman. Seiring perkembangan jaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi merupakan sebuah hal yang akan terus berkembang mengikuti jaman. Seiring perkembangan jaman, masyarakat selalu bergantung kepada teknologi, dikarenakan teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab pertama ini mencakup latar belakang permasalahan yang mendasari pelaksanaan tugas akhir, tujuan, ruang lingkup tugas akhir dan sistematika penulisan laporan. 1.1. Latar Belakang Pengenalan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING 1 Rucitra Danny Anindita dan Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suara, video, animasi, virtual 3D, dan sebagainya bisa diakses bisa diakses kapan

BAB I PENDAHULUAN. suara, video, animasi, virtual 3D, dan sebagainya bisa diakses bisa diakses kapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, pesatnya perkembangan teknologi telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek tersebut adalah dalam hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk berkomunikasi adalah dengan cara melakukan interaksi langsung. Dengan interaksi maka setiap orang dapat mengerti maksud pernyataan ataupun perintah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci

INTERAKSI SCALING TERHADAP OBJECT AUGMENTED REALITY DENGAN TANGAN 3D ALAMI MENGGUNAKAN PENDEKATAN STEREO-VISION

INTERAKSI SCALING TERHADAP OBJECT AUGMENTED REALITY DENGAN TANGAN 3D ALAMI MENGGUNAKAN PENDEKATAN STEREO-VISION A-157 INTERAKSI SCALING TERHADAP OBJECT AUGMENTED REALITY DENGAN TANGAN 3D ALAMI MENGGUNAKAN PENDEKATAN STEREO-VISION Yories Yolanda, Rifkie Primartha, Hadipurnawan Satria Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan bagian dari ekosistem kota yang perlahan terus berkembang dan memenuhi kebutuhan penduduk agar dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

PERANCANGAN SARUNG TANGAN UNTUK PENGENALAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA BERBASIS SENSOR

PERANCANGAN SARUNG TANGAN UNTUK PENGENALAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA BERBASIS SENSOR Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 PERANCANGAN SARUNG TANGAN UNTUK PENGENALAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA BERBASIS SENSOR Mohammad Iqbal 1*, Endang Supriyati 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Representasi Matematis a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) representasi adalah konfigurasi atau sejenisnya yang berkorespondensi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang kwh-meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya pemakaian energi listrik pada suatu bangunan atau gedung [1]. Berdasarkan sistem pembayarannya,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih locker

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih locker BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

Lebih terperinci

2016 DETEKSI MOOD PESERTA DIDIK PADA RUANG KELAS MENGGUNAKAN METODE DEEP LEARNING

2016 DETEKSI MOOD PESERTA DIDIK PADA RUANG KELAS MENGGUNAKAN METODE DEEP LEARNING BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa suasana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang sangat penting adalah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang sangat penting adalah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era informasi memerlukan dukungan teknologi diberbagai bidang. Salah satu teknologi yang sangat penting adalah TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Telah banyak

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi

BAB I PENDAHULUAN Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Masalah Teknologi Informasi dan Konsep Avatar sebagai Solusi Konsep teknologi informasi khususnya Internet telah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meniru sistem visual manusia (human vision).

BAB I PENDAHULUAN. untuk meniru sistem visual manusia (human vision). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama pada teknologi komputer sehingga membuat pekerjaan pengolahan data dapat ditangani dengan lebih cepat dan tepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda tangan dengan sifat uniknya merupakan salah satu dari sekian banyak atribut personal yang diterima secara luas untuk verifikasi indentitas seseorang, alat pembuktian

Lebih terperinci