BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Dalam KTSP pada jenjang SMP/MTs menuntut sebagian pembelajaran IPA (Fisika, Biologi dan, kimia) secara terintegrasi dalam bentuk tema atau topik yang dikenal dengan nama IPA Terpadu. Pembelajaran IPA terpadu menuntut guru IPA yang professional, menguasai materi IPA secara terpadu (Fisika, Kimia dan Biologi), mampu mengemas dan mengembangkan materi dalam bentuk tema atau topik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai (Tim Pustakia Yustisia; 2008). Namun realitas di lapangan, bahwa guru guru IPA SMP/MTs di Provinsi Aceh berlatar belakang pendidikan yang berbeda-beda yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Dengan kondisi ini diasumsikan pembelajaran IPA terpadu tidak berjalan sebagaimana yang diamanatkan oleh KTSP. Hal ini di perkuat bahwa (1) dalam dua tahun terakhir ini LPTK FKIP Unsyiah mendapatkan kepercayaan dalam pelaksanaan program sertifikasi guru dalam jabatan untuk guru bidang IPA. Fakta yang terlihat dari tahun pertama dan tahun kedua adalah pembelajaran IPA belum terintegrasi di SMP tetapi masih berbasis mata pelajaran biologi, fisika, dan kimia, (2) Sejak tahun 2008 LPTK FRKIP Unsyiah dipercayakan melaksanakan PLPG guru-guru IPA SMP/MTs yang tidak lulus portofolio, fakta memperlihatkan bahwa guru IPA belum mampu mengajarkan IPA secara terpadu.(3) Hasil penelitian yang dilakukan terdadap guru IPA SMPN di Kota Banda Aceh bahwa pembelajaran IPA tidak terintegrasi, tetapi berdasarkan latar belakang guru, yaitu guru yang berlatar belakang fisika mengajarkan fisika saja, demikian juga untuk guru yang berlatar belakang biologi (S, Soewarno : 2010). Untuk itu diperlukan suatu desain model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu bagi guru-guru IPA yang operasional dan praktis yang dapat meningkatkan profesionalisme guru IPA SMP/MTs agar guru-guru IPA dapat melaksanakan proses pembelajaran IPA Terpadu sesuai tuntutan KTSP. Untuk dapat mendisain model pelatihan dimaksud, maka diperlukan data tentang kondisi dan kinerja riel guru IPA selama ini serta model pelatihan yang bagaimana yang dibutuhkan guru sesuai dengan kondisi yang ada (need assessment). 1

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Isu tentang pendidikan di Indonesia masih hangat untuk diperdebatkan, terutama yang menyangkut kualitasnya. Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi dan relevansinya (Parawansa, 2001; Siskandar, 2003; Suyanto, 2001). Laporan United Nation Development Program (UNDP) tahun 2005 mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-110 dari 117 negara. Laporan UNDP tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia relatif rendah. Sadar akan hasil-hasil pendidikan yang belum memadai, maka banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan. Upaya-upaya tersebut, adalah melakukan perubahan atau revisi kurikulum secara berkesinambungan Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti penataran, workshop, seminar, dan lokakarya, Namun kegiatan-kegiatan tersebut belum mampu memberikan kesiapan bagi guru untuk mengimplementasikannya di dalam kelas. Upayaupaya tersebut telah dilakukan secara intensif, tetapi pengemasan pendidikan sering tidak sejalan dengan hakikat belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendidikan yang dilakukan di Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan pembelajaran. Reformasi pendidikan seyogyanya dimulai dari bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar (Brook & Brook, 1993). Podhorsky & Moore (2006) menyatakan, bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya penciptaan program-program yang berfokus pada perbaikan praktik mengajar dan belajar, bukan semata-mata berfokus pada perancangan kelas dengan teacher proof curriculum. Dengan demikian, praktik-praktik pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi kegagalan siswa belajar. Praktik-praktik pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian terhadap cara-cara guru mengemas dan melaksanakan pembelajaran. Untuk itu, diperlukan program-program pembinaan profesi guru. Program-program tersebut membutuhkan fasilitas yang dapat memberi peluang kepada mereka learning how to learn dan to learn about teaching. Fasilitas yang dimaksud, antara lain dalam bentuk pelatihan pembelajaran untuk meningkatkan profesi guru (Santyasa, I.W, 2009). 2

3 Isu mengenai program pembinaan profesi guru melalui pelatihan telah diungkapkan oleh Suastra (2006), dengan mengacu pada empat jenis program unggulan yaitu (1) program peningkatan kualitas pembelajaran melalui pelatihan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen inovatif atau pelatihan dan pelaksanaan lesson study, (2) program peningkatan produktivitas ilmiah guru melalui pelatihan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, (3) program peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru melalui studi lanjut ke D4 atau S1, dan (4) program pengembangan karir guru melalui studi S2. Pembinaan profesi guru merupakan suatu keniscayaan untuk peningkatan kompetensi mereka. Peningkatan kompetensi guru akan berdampak positif padapeningkatan kualitas proses pembelajaran dan perolehan belajar siswa. Oleh sebab itu, disarankan kepada pihak-pihak pengambil kebijakan pendidikan agar secara kontinu memberikan pelayanan kepada para guru melalui pembinaan profesi. Pelayanan yang baik bagi pengambil kebijakan kepada para guru akan berdampak pada pelayanan yang baik bagi guru kepada siswa di sekolah. Pelayanan pembinaan profesi guru dapat dilaksanakan melalui aktivitas pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan pembelajaran dan asesmen inovatif (Santyasa, I.W, 2009). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil refleksi, pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional. Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum. Berdasarkan hasil surve (Ardhana, et al., 2003; Ardhana, et al., 2004; Ardhana, et al., 2005) yang dilakukan di Propinsi Bali, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Aceh, terungkap bahwa Pembelajaran dan Asesmen Inovatif atau Innovative Instruction and Assessment (IIA) 3

4 belum digunakan oleh para guru dalam pembelajaran. Alasan mendasar bagi para guru adalah karena tidak mengerti tentang pembelajaran dan asesmen inovatif. Hal ini patut disadari, bahwa sesungguhnya isu pembelajaran dan asesmen inovatif telah banyak didengung-dengungkan dalam pelatihan guru dan berbagai kegiatan guru lainnya. Namun, sampai saat ini model pelatihan yang operasional dan praktis tentang IIA belum ditemukan dalam praksis pendidikan. Oleh sebab itu, pengembangan model pelatihan berikut pedoman IIA dipandang sangat penting untuk dilakakukan. Secara empiris penerapan IIA dalam pembelajaran berdampak positif dalam peningkatan perolehan belajar siswa (Ardhana, et al., 2003; Ardhana, et al., 2004; Ardhana, et al., 2005). Berdasarkan penelitian selama dua tahun yang telah dilakukan oleh Santyasa et al (2005) dan Santyasa et al (2006) secara konsisten terungkap, bahwa penerapan model perubahan konseptual sebagai IIA memberikan dampak positif dalam pemerolehan belajar berupa peningkatan pemahaman, kemampuan pemecahan masalah, dan keterampilan menggunakan pengetahuan secara bermakna. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai mata pelajaran yang memberikan pengalaman pembelajaran cara berfikir dari suatu instruktur pengetahuan yang utuh, dapat menjadikan undang-undang sebagai starting poin dalam pengembangan pembelajaran. IPA menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami tentang fenomena alam, dan dengan demikian, pembelajaran sains menjadi wahana dalam menyiapkan anak sebagaimana anggota masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengkaji solusi atas masalah-masalah yang dihadapi masyarakat (Mahmuddin:2007). Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615). 4

5 Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan melalui team teaching atau guru tunggal yang menguasai ketiga materi tersebut (Fisika, Biologi, dan Kimia) (Anonim, 2008). Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif. Tujuan penyusunan Model Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP/MTs ini pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, penyusunan model ini di antaranya bertujuan untuk: 1. memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran IPA terpadu pada tingkat SMP/MTs; 5

6 2. memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian; 3. memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA terpadu; 4. memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait (misalnya kepala sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu. Ruang lingkup penyusunan Model ini meliputi pengertian IPA Terpadu, Karakteristik Pembelajarn IPA Terpadu, pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dan penilaian di kelas sehingga dicapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran IPA secara terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan sebaiknya masih dalam lingkup bidang kajian IPA. Tema yang dibahas disajikan dalam konteks IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat, yang melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik perlu ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami tema secara komprehensif dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Namun realitas di lapangan pembelajaran IPA terpadu tidak terlaksana sebagaimana tuntutan kurikulum (S, Soewarno : 2010). Untuk itu perlu dicari solusinya, salah satunya dengan mengembangkan model pelatihan bagi guru-guru IPA. Adapun model-model pembelajaran terpadu yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA Terpadu antara lain : (1) the fragment model (model tergambarkan), (2) the connected model (model terhubung), (3) the nested model (model tersarang), (4) the sequenced model (model terurut), (5) the shared model (model terbagi), (6) the webbed model (model terjaring), (7) the threded model (model tertali), (8) the integrated model (model terpadu), (9) the immersed model (model terbenam), (10) the networked model (model jaringan). (Forgaty,1991: xiv) Dari kesepuluh model tersebut, yang layak dipakai untuk pembelajaran IPA Terpadu : Model Conenected (terhubung), Model Webbed, Type Integrated (keterpaduan), dan Model Nested (tersarang) (Trianto 2011:39) 6

7 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN III.1 Tujuan Penelitian 1 Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan : Mendiskripsikan : model pembinaan profesi guru IPA yang berlangsung di sekolah selama ini, model-model pelatihan yang pernah diikuti oleh guru IPA, pengetahuan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran IPA Terpadu, kinerja guru dalam pembelajaran IPA, kondisi dan kebutuhan guru IPA terhadap model pelatihan pembelajaran yang dapat meningkatkan profesionalismenya sesuai dengan kondisi di lapangan. 2 Mengembangkan model pelatihan pembelajaran IPA Terpadu yang sesuai dengan kebutuhan untuk peningkatan profesionalisme guru IPA SMP/MTs di Provinsi Aceh III.2 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil desain model pelatihan pembelajaran IPA terpadu yang diperoleh dari penelitian ini akan menjadi solusi untuk pembelajaran IPA terpadu di SMP/MTs. Selanjutnya bila sudah dihasilkan model pelatihan yang laik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SMP/MTs, maka model ini dapat dipergunakan oleh pihak terkait dan dalam jangka panjang dapat meningkatkan profesi guru IPA di SMP/MTs, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan. 7

8 BAB IV METODE PENELITIAN IV.1 Jenis Penelitian Sehubungan dengan tujuan utama penelitian ini, yaitu mengembangkan model pelatihan IPA Terpadu yang dimaksudkan di sini adalah model pembinaan guru yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapi, maka penelitian ini dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis penelitian pengembangan. IV.2 Populasi dan Sampel Penelitian Subyek penelitian adalah sekolah menengah pertama (SMP) di 23 daerah kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Selanjutnya akan dipilih 12 (dua belas) sekolah secara purposif stratified random dari 3 kabupaten/kota, yaitu 4 sekolah dari Kabupaten Abdiya mewakili pantai barat-selatan, 4 sekolah dari Kabupaten Pidie mewakili pantai Utara-Ti,mur, dan 4 sekolah dari Kebupaten Aceh Tengah mewakili daerah tengah. Dari setiap sekolah diambil seluruh guru IPA yang terdiri dari guru fisika, guru biologi, dan guru kimia baik kelas VII, VIII, dan IX. IV.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel Variabel utama yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah: model-model pelatihan yang pernah diikuti guru, pengetahuan dan pemahaman guru terhadap model pembelajaran IPA Terpadu, kinerja pembelajaran guru selama ini, kondisi dan kebutuhan guru terhadap model pelatihan. Definisi operasional masing-masing variabel tersebut adalah: (1) Model-model pelatihan yang pernah diikuti guru adalah model-model pelatihan apa saja yang pernah diikuti guru selama ini serta dampaknya terhadap kinerja guru. Data diperoleh dengan angket kepada guru. (2)Pengetahuan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran IPA Terpadu, adalah kondisi pengetahuan konseptual guru tentang pembelajaran IPA Terpadu. Kondisi pengetahuan yang dimiliki guru akan diperoleh melalui hasil angket. 8

9 (5) Kondisi adalah kondisi riel di lapangan tentang guru, siswa serta sarana dan prasarana penunjang yang berdampak pada kinerja pembelajaran guru. Data diperoleh melalui wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. (6) Kebutuhan guru terhadap model pelatihan adalah model pelatihan yang bagaimana yang dibutuhkan guru sesuai dengan kondisi yang ada. Data diperoleh melalui angket dan wawancara. IV.4 Pengumpulan dan Analisis Data 1) Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mempergunakan instrumen-instrumen sebagai berikut: a) Pedoman wawancara yang ditujukan kepada kepala sekolah, untuk memperoleh gambaran model-model pembinaan profesi guru IPA yang dilakukan sekolah, serta model pembinaan yang bagaimana yang diinginkan. b) Angket yang ditujukan kepada guru IPA, untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan dan pemahaman guru IPA terhadap model pembelajaran IPA Terpadu, serta model pembinaan yang bagaimana yang diinginkan. 2) Teknik Analisis Data dan Cara Penafsiran Hasil Penelitian Data tentang (1) model-model pembinaan profesi guru yang dilakukan sekolah selama ini, (2) pengetahuan guru terhadap IPA Terpadu, (3) kinerja pembelajaran guru selama ini, dianalisis dengan sytatistik prosentase dengan rumus, yaitu : f P x 100% (Sudjana 2005:129) N 9

10 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas secara berturut-turut tentang demografi guru, pengetahuan guru tentang IPA Terpadu, pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran terpadu, pelatihan yang pernah diikuti guru serta keinginan baik guru maupun kepala sekolah terhadap pembelajaran IPA Terpadu. V.1 Guru V.1.1 Demografi Guru Tabel 1 Tingkat pendidikan guru No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. S b D c D d D Jumlah Pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh adalah Strata Satu (S1). Tabel 2 Ijazah Guru No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. Biologi b Fisika c Kimia 0 0 d IPA Jumlah Tabel 2 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh, berlatar belakang pendidikan fisika dan biologi. 10

11 Tabel 3 Mata pelejaran yang diajarkan guru No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. Biologi b Fisika c Fisika, kimia, biologi d Fisika, kimia e Fisika, Biologi f TIK Jumlah Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh mengajar berdasarkan latar belakang pendidikannya. Tabel 4 Lama bertugas sebagai guru bidang studi No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a 1-5 thn b 6-10 thn c thn d 20 ke atas e Jumlah Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh telah bertugas selama 6 10 tahun. Tabel 5 Sudah/belum memperoleh informasi tentang IPA Terpadu No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a sudah b belum Jumlah Tabel 5 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh sudah memperoleh informasi tentang IPA Terpadu. 11

12 Tabel 6 Dapat/tidaknya pembelajaran IPA Terpadu dilaksanakan. No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a dapat b tidak dapat c terserrah kepala sekolah d tergantung pada lingkungan Jumlah Tabel 6 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh menyatakan bahwa pembelajaran IPA Terpadu dapat dilaksanakan di sekolah. Tabel 7 Pernah/tidaknya guru menerapkan Pembelajaran IPA terpadu disekolah No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. belum pernah b 1 kali c 2 kali d selalu Jumlah Hasil pengolahan data pada tabel 7 dapat disimpulkan bahwa guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh belum menerapkan pembelajaran IPA Terpadu. Tabel 8 Berapa kali sudah melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu. No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) 1 smt smt C 3 smt d sejak diberlakukan ktsp Jumlah Tabel 8 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh yang pernah melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu, telah melaksanakannya sejak diberlakukannya KTSP. 12

13 Tabel 9 Persiapan sekolah agar IPA Terpadu dapat dilaksanakan No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Kerjasama yang baik antar guru IPA yang ada di b Menyediakan fasilitas agar pembelajaran c meminta guru IPA untuk menyiapkan semua d Poin a, b, c harus ada e meminta guru biologi mampu mengajar fisika dan f Responden yang tidak memberi jawaban Jumlah Tabel 9 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh menyatakan bahwa agar pembelajaran IPA Terpadu dapat dilaksanakan maka harus ada kerja sama yang baik antar guru IPA yang ada di sekolah. Tabel 10 Penyebab pembelajaran IPA Terpadu belum pernah diterapkan di sekolah No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a. Guru IPA belum memahami dengan baik tentang pembelajaran IPA terpadu b Latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk beradaptasi kedalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya c Pembelajaran terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap. d Cakupan materi IPA Terpadu tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia Jumlah Tabel 10 menunjukkan bahwa pada umumnya menyatakan penyebab pembelajaran IPA Terpadu belum diterapkan di sekolah adalah latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk beradaptasi kedalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka memiliki latar belakang 13

14 fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan biologi, begitu juga sebaliknya. Karena perbedaan latar belakang tersebut guru dan pihak sekolah belum melaksanakan pembelajaran IPA Terpadu, untuk memperkecil resiko kesalahan pengajaran pada siswa. V.1.2 Pengetahuan Guru Tentang IPA Terpadu Pengetahuan guru tentang IPA terpadu tertera pada rabel 11 berikut : Tabel 11. Pengetahuan guru tentang IPA Terpadu No Item Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru tentang IPA Terpadu IPA Terpadu adalah gabungan dari berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia dan biologi. IPA Terpadu di ajarkan dengan situasi yang lebih alami dan nyata sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan dengan penerapan di dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran IPA Terpadu tidak hanya mengacu pada konsep dan penguasaan materi saja, tetapi juga pada aplikasi di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tujuan pelaksanaan IPA Terpadu yaitu dapat dicapainya beberapa kompetensi dasar secara sekaligus. Hakikat IPA meliputi sikap, proses, produk dan aplikasi. Pembelajaran IPA Terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. TT S B F % F % F %

15 Cara mengembangkan pengetahuan IPA Terpadu salah satunya dengan cara memadukan antara konsepkonsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek. Guru dapat mengidentifikasikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu TEMA dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran terpadu. Pembelajaran IPA Terpadu diawali dengan penentuan TEMA. Dalam melakukan pemilihan TEMA sebaiknya menghubungkaitkan antara IPAlingkungan-teknologi-masyarakat. Satuan pendidikan atau sekolah (termasuk guru) bebas untuk berimprovisasi dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan keadaan sekolah dan anak didik. Pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu team teaching dan guru tunggal. Guru tunggal adalah satu orang guru mengajarkan seluruh materi IPA Terpadu yang terkait dengan pelajaran fisika, kimia dan biologi terlepas dari latar belakang keilmuan guru tersebut. Dalam pembelajaran IPA Terpadu guru tidak selalu bersifat sebagai teacher-centered (berpusat pada guru). Aktifitas pembelajaran IPA Terpadu banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya

16 16 17 Sumber belajar IPA Terpadu dapat berupa buku, majalah, brosur, surat kabar, poster, informasi lepas, lingkungan alam dan lingkungan sosial. Laboratorium serta peralatannya yang memadai, lingkungan sekolah dan keadaan siswa, dan kesiapan dari kepala sekolah beserta guru IPA merupakan sarana dan prasarana dalam implementasi pembelajaran IPA Terpadu. Hasil rata-rata Hasil temuan di lapangan sebagaimana diungkapkan pada hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang IPA Terpadu cukup baik hal ini dikarenakan pada umumnya responden telah mendapatkan informasi dan pernah mengikuti pelatihan atau seminar tentang pembelajaran IPA Terpadu. Namun dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa para guru IPA masih membutuhkan pelatihan tentang pembelajaran IPA Terpadu secara kontinu dan komprehensif, karena mereka merasa pengetahuannya tentang pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu masih minim. Mereka juga berharap seluruh guru IPA dapat mengikuti pelatihan tersebut, sehingga informasi tentang IPA Terpadu dapat langsung diterima, tanpa melalui perantara. Melihat kenyataan bahwa masih ada guru yang belum mendapat informasi tentang IPA Terpadu membuktikan bahwa kurang meratanya sosialisasi tentang pembelajaran IPA Terpadu di lingkungan guru IPA sendiri di Provinsi Aceh. 16

17 V.1.3 Pengetahuan Guru Tentang Model-Model Pembelajaran Terpadu Pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran terpadu tertera pada tabel 12 berikut : Tabel 12. Pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran terpadu. No Item Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran Terpadu Model Connected (terhubung) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang ditumbuhkembangkan dalam satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidangt studi. Model Webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bias ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Type Integrated (keterpaduan). Tipe ini menggunakan pendekatan antar bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang TT S B F % F % F %

18 4 tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi. Model Nested (tersarang) merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secaca khusus meletakkan focus pengintegrasian pada sejumlah kieterampilan belajar yangt ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pembelajaran (content). Keterampilanketerampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). 28 Jumlah Tabel 12 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh belum memahami tentang model-model pembelajaran terpadu yang pada gilirannya dapat diterapkan pada pembelajaran IPA Terpadu. 18

19 V.1.4 Model pelatihan yang diinginkan guru tentang pembelajaran IPA Terpadu Model pelatihan yang diinginkan guru tentang pembelajaran IPA terpadu tertera pada tabel 13 berikut : Tabel 13 Model pelatihan yang diinginkan guru. No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pembelajaran Terpadu Model b Pembelajaran Terpadu Model 0 0 c Pembelajaran Terpadu Type d Pembelajaran Terpadu Model e Semua Jumlah Tabel 13 memperlihatkan bahwa pada umumnya guru IPA SMP Negeri di Provinsi Aceh menginginkan adanya pelatihan dengan model integrated. V.2 Kepala Sekolah Tabel 14 Sudah/belum menggunakan KTSP No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Sudah b Belum 0 0 Jumlah Tabel 15 Sudah/belum ada guru IPA Terpadu No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Sudah b Belum Jumlah

20 Tabel 16 Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Diajar oleh masing-masing guru b Team teaching oleh guru c Responden tidak menjawab Jumlah Tabel 17 Pernah/tidak ada pelatihan terhadap guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pernah b Tidak pernah Jumlah Tabel 18 yang Model pelatihan pernah diikuti guru. No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pembelajaran Terpadu Model Connected 0 0 b Pembelajaran Terpadu Model Webbed 0 0 c Pembelajaran Terpadu Type Integrated d Pembelajaran Terpadu Model Nested e Responden tidak menjawab Jumlah Tabel 19 Perlu/tidak ada pelatihan terhadap guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Perlu b Tidak perlu 0 0 Jumlah

21 Tabel 20 Model pelatihan untuk guru yang diinginkan kepala sekolah. No. Pilihan Jawaban Frekuensi Perentase ( % ) a Pembelajaran Terpadu Model Connected 0 0 b Pembelajaran Terpadu Model Webbed 0 0 c Pembelajaran Terpadu Type Integrated d Pembelajaran Terpadu Model Nested e Semua f Responden tidak menjawab Jumlah Berikut saran kepala sekolah terhadap pembelajaran IPA Terpadu : 1 Hendaknya tenaga pendidik IPA Terpadu diajarkan oleh guru yang memiliki disiplin ilmu kombinasi ilmu IPA Terpadu. Kenyataan di lapangan masing-masing fisika, biologi dari disiplin keilmuan yang memiliki latar belakang pendidikannya. 2 Mohon kepada pemerintah kabupaten untuk memprogramkan dan memberikan bantuan alokasi dana untuk membeli perlengkapan dan alat-alat serta bahan-bahan untuk mendukung proses pembelajaran IPA Terpadu. 3 Media pembelajaran IPA terpadu perlu dilengkapi. 4 IPA Terpadu agar kedepan lebih banyak melakukan praktek di laboratorium dengan diawasi oleh guru IPA Terpadu. 5 IPA Terpadu baik dilaksanakan tetapi disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekolah, sebaiknya pelaksanaan IPA Terpadu diajar oleh masing-masing guru bidang studi secara terpisah. 6 Mudah-mudahan ada pelatihan IPA Terpadu. 7 Agar diadakan pelatihan-pelatihan untuk guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu. 8 Mengingat sekarang memang belum dibuka jurusan IPA Terpadu di Perguruan Tinggi, maka kami mengharapkan adanya keseriusan dari pihak lembaga terkait dalam hal ini LPMP NAD untuk mengadakan pelatihan-pelatihan IPA Terpadu bagi guru-guru. 9 Guru IPA Biologi/Fisika hendaknya dapat lebih memotivasi diri untuk dapat menguasai kedua bidang ilmu tersebut. 21

22 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : 1. Pembelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri Provinsi Aceh belum terlaksana sebagaimana tuntutan KTSP. 2. Belum ada pembinaan guru IPA dalam hal pembelajaran IPA Terpadu. 3. Guru IPA belun memahami tentang pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu yang sesuai dengan tuntutan KTSP. 4. Guru IPA belum memahami tentang model-model pembelajaran terpadu 5. Guru IPA dan Kepala Sekolah menginginkan pelatihan tentang pembelajaran IPA Terpadu dengan model Integrated dengan guru tunggal. VI.2 Saran 1 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menguji kelaikan model Integrated sebagai sebuah model yang dapat meningkatkan profesionalisme guru IPA. 2 Diharapkan kepada guru IPA SMP di Provinsi Aceh agar dapat terus mengingkatkan pemahamannya tentang IPA Terpadu agar pengimplementasian IPA Terpadu dapat dilakukan dengan baik. 22

23 DAFTAR PUSTAKA Anonim., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta, Depdiknas. Mahmuddin,2007.Pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-empiris-induktif/ Ardhana, W., Kaluge, L., & Purwanto Pembelajaran inovatif untuk pemahaman dalam belajar matematika dan sains di SD, SLTP, dan di SMU. Laporan penelitian. Penelitian Hibah Pasca Angkatan I tahun I. Direktoral Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Ditjen Dikti. Depdiknas. Brooks, J. G., & Brooks, M. G. (1993). In search of understanding: The case for constructivist classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development. Kirkey, T. L Differentiated instruction and enrichment opportunities: An action research report. Parawansa, P Reorientasi terhadap strategi Pendidikan Nasional. Makalah. Disajikan dalam simposium Pendidikan Nasional dan Munas I alumni PPS.UM. di Malang, 13 Oktober Podhorsky, C. & Moore, V Issues in curriculum: Improving instructional practice through lesson study. Tersedia pada Diakses pada tangal 15 Agustus Prendergast, M Action research: The improvement of student and teacher learning. ar/reports/mp2002.htm Santyasa, I W., Keberadaan Dan Kepentingan Pengembangan Model Pelatihan Untuk Pembinaan Profesi Guru, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Santyasa, I W., Suwindra, I N. P., Sujanem, R., & Suardana, K Pengembangan teks fisika bermuatan model perubahan konseptual dan komunitas belajar serta pengaruhnya terhadap perolehan belajar siswa di SMA. Laporan Penelitian RUKK Tahun I. Lembaga Penelitian IKIP Negeri Singaraja. 23

24 LAMPIRAN 1 ANGKET UNTUK GURU IPA Pengantar : Angket ini bertujuan untuk melihat pembelajaran IPA Terpadu sesuai dengan KTSP. Hasil dari angket ini akan dipergunakan sebagai acuan pengembangan model pelatihan bagi guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu. Oleh karena itu bantuan dari bapak/ibu serta member jawaban sesuai kenyataan yang ada sangat diharapkan. Terima kasih. (Drs. Soewarno S, M.Si) Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang Bapak/ Ibu anggap benar dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia : A. Demografi Guru (Latar Belakang) 1. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu di bidang pendidikan? a. D-III d. S-2 b. D-IV e. Lainnya (..) c. S-I 2. Lulusan bidang studi apakah Bapak/Ibu? a. Fisika c. Biologi b. Kimia d. Lainnya ( ) 3. Bidang studi apa yang Bapak/Ibu ajarkan? a. Fisika d. Fisika, kimia dan biologi b. Kimia e. Lainnya (.) c. Biologi 4. Berapa lama Bapak/Ibu sudah bertugas sebagai guru bidang studi? a. 1-5 tahun d. 20 tahun ke atas b tahun e. Lainnya ( ) c tahun 5. Apakah Bapak/Ibu sudah memperoleh informasi tentang pembelajaran IPA Terpadu? a. Sudah b. belum 6. Jika sudah, apakah pembelajaran IPA Terpadu dapat dilaksanakan di sekolah Bapak/Ibu? a. Dapat b. Tidak dapat c. Terserah kepala sekolah saja d. Tergantung kepada lingkungan sekolah 7. Pernahkah Bapak/Ibu menerapkan pembelajaran IPA Terpadu? a. Belum pernah b. Pernah 1 kali c. Pernah 2 kali d. Selalu e. Lainnya ( ) 8. Jika pernah sudah berapa lama? a. 1 Semester c. 3 Semester b. 2 Semester d. Sejak di canangkan dalam kurikulum 9. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu apa yang harus dipersiapkan oleh sekolah agar pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan? a. Kerjasama yang baik antar guru IPA yang ada di sekolah. b. Menyediakan fasilitas agar pembelajaran berlangsung dengan baik. 24

25 c. Meminta guru IPA untuk menyiapkan semua perangkat pembelajaran IPA Terpadu. d Jika pembelajaran IPA Terpadu belum pernah di terapkan, apa yang menyebabkan pembelajaran IPA Terpadu tidak dilaksanakan di sekolah Bapak/Ibu? a. Guru IPA belum memahami dengan baik tentang pembelajaran terpadu. b. Latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya. c. Pembelajaran terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap. d. Cakupan materi IPA Terpadu tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia e. B. Pengetahuan Guru tentang IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 0. TT = Tidak Tahu 1. S = Salah 2. B = Benar Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru No tentang IPA Terpadu TT S B B1 IPA Terpadu adalah gabungan dari berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia dan biologi B2 B3 B4 B5 IPA Terpadu di ajarkan dengan situasi yang lebih alami dan nyata sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan dengan penerapan di dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran IPA Terpadu tidak hanya mengacu pada konsep dan penguasaan materi saja, tetapi juga pada aplikasi di dalam kehidupan seharihari. Salah satu tujuan pelaksanaan IPA Terpadu yaitu dapat dicapainya beberapa kompetensi dasar secara sekaligus Hakikat IPA meliputi sikap, proses, produk dan aplikasi B6 Pembelajaran IPA Terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain

26 B7 Cara mengembangkan pengetahuan IPA Terpadu salah satunya dengan cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16 B17 Guru dapat mengidentifikasikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu TEMA dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran terpadu. Pembelajaran IPA Terpadu diawali dengan penentuan TEMA. Dalam melakukan pemilihan TEMA sebaiknya menghubungkaitkan antara IPA-lingkungan-teknologimasyarakat. Satuan pendidikan atau sekolah (termasuk guru) bebas untuk berimprovisasi dalam pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang lebih sesuai dengan keadaan sekolah dan anak didik. Pembelajaran IPA Terpadu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu team teaching dan guru tunggal. Guru tunggal adalah satu orang guru mengajarkan seluruh materi IPA Terpadu yang terkait dengan pelajaran fisika, kimia dan biologi terlepas dari latar belakang keilmuan guru tersebut. Dalam pembelajaran IPA Terpadu guru tidak selalu bersifat sebagai teacher-centered (berpusat pada guru). Aktifitas pembelajaran IPA Terpadu banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sumber belajar IPA Terpadu dapat berupa buku, majalah, brosur, surat kabar, poster, informasi lepas, lingkungan alam dan lingkungan sosial. Laboratorium serta peralatannya yang memadai, lingkungan sekolah dan keadaan siswa, dan kesiapan dari kepala sekolah beserta guru IPA merupakan sarana dan prasarana dalam implementasi pembelajaran IPA Terpadu Sumber : panduan lengkap KTSP, Tim Pustaka Yustisia C. Pengetahuan Guru tentang model-model pembelajaran Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 26

27 0. TT = Tidak Tahu 1. S = Salah 2. B = Benar Aspek-aspek untuk mengetahui pengetahuan guru No tentang IPA Terpadu Model Conenected (terhubung) merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintegrasikan satu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang C1 ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain, dalam satu bidang studi. Model Webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bias ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula C2 dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi. Dari sub-sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus C3 C4 dilakukan siswa. Type Integrated (keterpaduan). Tipe ini menggunakan pendekatan antar bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi. Model Nested (tersarang) merupakan pengintegrasian kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secaca khusus meletakkan focus pengintegrasian pada sejumlah kieterampilan belajar yangt ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pembelajaran (content). TT S B

28 Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). Sumber : Model Pembelajaran Terpadu, Trianto,Bumi Aksara Note: Jika Bapak/Ibu guru belum pernah melaksanakan Pembelajaran IPATerpadu silahkan melanjutkan dengan mengisi angket pada tabel G halaman 8. D. Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 1. TP = Tidak Pernah 2. P = Pernah 3. S = Sering 4. SS = Selalu No Hal-hal yang dilakukan guru dalam persiapan pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu TP P S SS D1 Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan D2 Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang dipadukan D3 Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu D4 Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu D5 Merumuskan indikator pembelajaran terpadu D6 Menyusun silabus pembelajaran terpadu D7 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sumber : panduan lengkap KTSP, Tim Pustaka Yustisia E. Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 1. TP = Tidak Pernah 2. P = Pernah 3. S = Sering 4. SS = Selalu 28

29 No E1 E2 E3 E4 Hal-hal yang harus dilakukan guru pada Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu Mengawali dengan kegiatan awal/pendahuluan (mis: memberikn motivasi, pretest, dll) Kegiatan Inti (penyampaian materi pelajaran) Kegiatan akhir/penutup dan tindak lanjut (mis: post test, dll) Penilaian non tes Observasi TP P S SS Angket Wawancara Tugas Proyek Portofolio Penilaian tes Kuis Tes harian Ulangan / ujian KD Sumber : panduan lengkap KTSP, Tim Pustaka Yustisia F. Beberapa kendala yang dialami guru dalam implementasi IPA Terpadu Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 1 T = Tidak 2 Y = Ya No Aspek-aspek yang diamati T Y 1 Kurang lengkap sarana belajar seperti laboratorium dll Kurang cukup tersedia buku pelajaran yang menunjang PBM Kompetensi guru yang kurang memadai Motivasi belajar siswa rendah Rasio siswa per kelas yang melebihi kapasitas Kuantitas guru masih kurang Alokasi waktu yang tidak efektif Kesukaran mengaitkan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari Berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA

30 G. Beberapa kendala yang diprediksi masih akan dialami guru dalam pengimplementasian IPA Terpadu. Silahkan lingkari pada nomor yang tersedia sesuai dengan pilihan Bapak/Ibu terhadap pernyataan di bawah ini dengan mengacu pada skala berikut. 0. T = Tidak 1. Y = Ya No Aspek-aspek yang diamati T Y 1 Kurang lengkap sarana belajar seperti laboratorium dll Kurang cukup tersedia buku pelajaran yang menunjang PBM Kompetensi guru yang kurang memadai Motivasi belajar siswa rendah Rasio siswa per kelas yang melebihi kapasitas Kuantitas guru masih kurang H. Jika ada pelatihan kepada bapak/ibu tentang pembelajaran IPA Terpadu, model pembelajaran terpadu yang bapak/ibu inginkan: a. Pembelajaran Terpadu Model Connected b. Pembelajaran Terpadu Model Webbed c. Pembelajaran Terpadu Type Integrated d. Pembelajaran Terpadu Model Nested e. ANGKET UNTUK KEPALA SEKOLAH Pengantar : Angket ini bertujuan untuk melihat pembelajaran IPA Terpadu sesuai dengan KTSP. Hasil dari angket ini akan dipergunakan sebagai acuan pengembangan model pelatihan bagi guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu. Oleh karena itu bantuan dari bapak/ibu serta memberi jawaban sesuai kenyataan yang ada sangat diharapkan. Terima kasih. (Drs. Soewarno S, M.Si) Petunjuk : Pilihlah salah satu jawaban yang Bapak/ Ibu anggap benar dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia : 1. Apakah di Sekolah yang bapak/ibu sudah menggunakan KTSP? a. Sudah b. Belum c... 30

31 2. Apakah di Sekolah yang bapak sudah ada guru IPA Terpadu? a. Sudah b. Belum c Kalau jawaban pana no. 1 sudah apakah sudak cukup? a. Sudah b. Belum c Kalau jawaban pana no. 1 belum bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu? a. Diajar oleh masing-masing guru (Biologi, Fisika, Kimia) secara terpisah b. Team teaching oleh guru (Biologi, Fisika, Kimia) c. 5. Pernahkah ada pelatihan kepada guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu? a. Pernah b. Tidak Pernah c.. 6. Kalau pernah model pemebelajaran terpadu apa saja yang diikuti? a. Pembelajaran Terpadu Model Connected b. Pembelajaran Terpadu Model Webbed c. Pembelajaran Terpadu Type Integrated d. Pembelajaran Terpadu Model Nested e. 7. Menurut Bapak/Ibu perlukah diadakan pelatihan bagi guru-guru IPA tentang pembelajaran IPA Terpadu? a. Perlu b. Tidak perlu c Kalau perlu model pembelajaran terpadu yang bagaimana yangbapak/ibu inginkan? a. Pembelajaran Terpadu Model Connected b. Pembelajaran Terpadu Model Webbed c. Pembelajaran Terpadu Type Integrated d. Pembelajaran Terpadu Model Nested e. 9. Saran bapak/ibu untuk pembelajaran IPA Terpadu. 31

32 LAMPIRAN 2 CURRICULUM VITAE Ketua Peneliti: IV.1. Identitas a) Nama Lengkap : Drs. Soewarno S,M.Si. b) Tempat/Tanggal Lahir : Aceh Tengah/ 13 September 1956 c) Pangkat/Golongan/NIP : Pembina Tk. I/IVb/ d) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e) Jabatan Struktural : - f) Alamat Kantor : Jalan Tengku Imum Lueng Bata Banda Aceh. g) Telp/Faks : (0651)26160/lemlit_usm@yahoo.com h) Alamat rumah : Desa Blangkrueng Kec. Baitussalam Aceh Besar i) Telp/Faks : j) s.soewarno@yahoo.com IV.2. Pendidikan (dari sarjana/yang sederajat ke atas) PERGURAN TINGGI TAHUN GELAR BIDANG STUDI DAN LOKASI IJAZAH Unsyiah Banda Aceh Drs 1983 Pend. Fisika PPs UGM M.Si Fisika IV.3 Pengalama dalam penelitian No Judul Penelitian Status Tahun Sponsor 1 Validitas Prediksi Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) Mata Pelajaran Fisika Di SMU Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Fisika Jurusan PMIPA FKIP Unsyiah Ketua 2004 Mandiri 2 Pemetaan Kapasitas Intelektual Siswa SD dan SMP di Provinsi NAD Melalui Metode TOLT Ketua 2007 DIKTI 3 Profil Literasi Sains Dan Teknologi Guru IPA SD Dan SMP Serta Hubungannya Dengan Prestasi Belajar IPA Siswa SD Dan SMP Di Kabupaten Gayo Lues NAD 4 Pembelajaran Contexctual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas IX dalam Ketua 2006 Pemda Gayo Lues Ketua 2008 DIKTI 32

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro Pelatihan sebuah Solusi dalam Pembelajaran IPA Terpadu. PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sistematis dan menyeluruh. Ilmu pengetahuan yang holistik, bukan merupakan ilmu yang parsial antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013) Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd Pendidikan IPA, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Makalah disampaikan dalam PPM Workshop Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL Oleh Etik Khoirun Nisa NIM 090210102023 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan

Lebih terperinci

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared Noeraida, S.Si., M.Pd., Widyaiswara PPPPTK IPA noeraida67@yahoo.co.id Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006

TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 TUJUAN PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 Pengertian IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam proses belajar mengajar terdapat tiga komponen utama yang terlibat di dalamnya, yaitu pengajar (guru), pembelajar (siswa), dan bahan ajar. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013

MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013 MODEL KETERPADUAN PEMBELAJARAN SAINS DALAM KURIKULUM 2013 Eli Trisnowati Jl. Raya Kalibeber km. 3, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia elitrisnowati@ymail.com ABSTRAK Kurikulum 2013 memiliki beberapa perubahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya suatu negara sangat ditentukan oleh majunya pendidikan di negara tersebut. Pada era globalisasi saat ini, seluruh negara di dunia berusaha melakukan pembenahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional dan saling berinteraksi, bergantung, dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan rangkaian terpadu dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.salah satu komponen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era globalisasi harus dapat memberi dan menfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya keterampilan

Lebih terperinci

ISSN : X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED. Samad, A.

ISSN : X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED. Samad, A. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED Samad, A. ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi

ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI. Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi ANALISIS PEMETAAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA TERPADU DI SMP NEGERI SE-KOTA JAMBI Tiara Aprilini Universitas Negeri Jambi tiaraaprilini@gmail.com Abstrak. Pemetaan kualitas pembelajaran sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar yang dapat menjadikan siswa aktif belajar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suasana belajar yang dapat menjadikan siswa aktif belajar. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembelajaran seorang guru diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang dapat menjadikan siswa aktif belajar. Untuk meningkatkan pemahaman siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hayyah Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ilmu pengetahuan memiliki peranan penting dalam kehidupan individu dan pembangunan bangsa secara ilmiah dan teknologi. Maju mundurnya suatu bangsa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran pokok pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam pembelajaran IPA terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam tersebut

Lebih terperinci

Mochammad Maulana Trianggono, M.Pd. Prodi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember 2016

Mochammad Maulana Trianggono, M.Pd. Prodi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember 2016 Mochammad Maulana Trianggono, M.Pd Prodi PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember 2016 Model Pembelajaran Model Pembelajaran Suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN C T L (Contextual Teaching and Learning) MELALUI METODE DEMONSTRASI Rini Budiharti Pendidikan Fisika P.MIPA UNS ABSTRAK Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 2011 Perencanaan Mengkaji dan memetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan masyarakat yang begitu cepat sebagai dampak dari kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi, membawa akibat positif dan sekaligus akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan dengan baik yang berkaitan dengan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya. Dalam prakteknya, upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan seumur hidup ( long life education) akan terwujut jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan seumur hidup ( long life education) akan terwujut jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan seumur hidup ( long life education) akan terwujut jika pendidikan di Indonesia didasarkan pada empat pilar belajar yang fundamental, yaitu belajar untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

Gambar 1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

Gambar 1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu A. PERENCANAAN Secara konseptual yang dimaksud terpadu pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA. Konsep-konsep yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP KRISTEN ABDI WACANA PONTIANAK. Oleh Aminuyati, Sri Zulhartati, F.Y. Khosmas

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP KRISTEN ABDI WACANA PONTIANAK. Oleh Aminuyati, Sri Zulhartati, F.Y. Khosmas 131 PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU PADA SMP KRISTEN ABDI WACANA PONTIANAK Oleh Aminuyati, Sri Zulhartati, F.Y. Khosmas (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Pelaksanaan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of knowledge), cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation). Sebagai bangunan

Lebih terperinci

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU dalam TEORI DAN PRAKTEK BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013

PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013 MAKALAH PPM PEMBELAJARAN IPA SMP MENURUT KURIKULUM 2013 Oleh : Rita Prasetyowati, M.Si NIP. 19800728 200604 2 001 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini mengenai implementasi KTSP dalam pemanfaatan laboratorium BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang dari penelitian yang menjelaskan tentang harapan dan kenyataan yang ada sesuai dengan kodisi sebenarnya, jika terjadi ketidaksesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS KESIAPAN GURU-GURU BIOLOGI SMP MENGHADAPI MASUKNYA MATERI KIMIA DALAM MATA PELAJARAN IPA DI SMP SE-KOTA SURAKARTA DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Nurma Yunita I, Nanik Dwi N, Sri Yamtinah

Lebih terperinci

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) TAILOR MADE PELAKSANAAN PLPG PSG RAYON 107 UNIVERSITAS LAMPUNG UNIT PENJAMINAN MUTU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 Panitia Sertifikasi

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret, 57126

Universitas Sebelas Maret, 57126 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Pengembangan Model dan Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Magister Pendidikan Sains dan Doktor Pendidikan IPA FKIP UNS Surakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs)

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) MODEL PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas Jl. Gunung Sahari

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA TERPADU PADA TEMA UDARA BERBASIS NILAI RELIGIUS MENGGUNAKAN 4 STEPS TEACHING MATERIAL DEVELOPMENT A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) seharusnya dilakukan secara terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi era globalisasi merupakan tantangan yang harus dijawab dengan karya nyata oleh dunia pendidikan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD, salah satunya kita harus melihat seluruh aspek perkembangannya sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam kehidupan sebuah negara. Tidak akan ada sebuah negara yang makmur tanpa adanya sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU A. Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran Tematik Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan 67 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan pendekatan penelitian pengembangan (Research & Development). Pendekatan ini mengacu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkontruksi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING Seminar Nasional Pendidikan IPA Zainuddin zinuddin_pfis@unlam.ac.id

Lebih terperinci

Standards for Science Teacher Preparation

Standards for Science Teacher Preparation Guru sains di SMP saat ini bukan output S1 Pendidikan IPA Standards for Science Teacher Preparation Memiliki kompetensi dalam biologi, kimia, fisika serta bumi dan antariksa. Guru-guru IPA harus memiliki

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan

Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan Pembelajaran IPA Terintegrasi di SMP A. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat sebagai bangunan ilmu (body of knowledge),cara berpikir (way of thinking), cara penyelidikan (way of investigation).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemampuan berpikir siswa pada usia SMP cenderung masih berada pada tahapan kongkrit. Hal ini diungkapkan berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran IPA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belajar mengajar yang efektif memerlukan penggunaan metodologi dan kemampuan pedagogi yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari generasi siswa sekarang yang lebih cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA (sains) yang mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran (produk) para ahli dan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra

Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter. Henry Januar Saputra Pembelajaran IPA Terpadu Melalui Keterampilan Kerja Ilmiah Untuk Mengembangkan Nilai Karakter Henry Januar Saputra IKIP PGRI SEMARANG h3nry.chow@gmail.com Abstrak Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masuk pada era globalisasi yang menuntut adanya perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubahan pada hakekatnya adalah sesuatu yang wajar karna itu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Dengan demikian bangsa Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber daya manusia yang handal yang mampu menghadapi segala tantangan di masa

Lebih terperinci

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: ,   Abstrak PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA DAN GARAM Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 Bangsa Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan pikiran, komunikasi verbal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. 1 Hasil

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013 Kode Kuesioner Tanggal Lokasi Kota : : - -2014 : MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN GURU/KEPALA SEKOLAH/PENGAWAS SEKOLAH KURIKULUM 2013 Satuan Pendidikan SD SMP SMA SMK (tandai salah satu) A. DATA RESPONDEN

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Penerapan Pendekatan Kontekstual Melalui Model Problem Based Intruction (PBI) Untuk Meningkatkan Mutu Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Pada Mahasiswa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI

PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN HIDUP DI ERA GLOBALISASI Ria Wulandari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Surel: riawulandari.rw46@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Salah satu permasalahan krusial pendidikan Indonesia hingga saat ini

BAB I PEDAHULUAN. Salah satu permasalahan krusial pendidikan Indonesia hingga saat ini BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan krusial pendidikan Indonesia hingga saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia seutuhnya dan bertanggungjawab terhadap kehidupannya. Tujuan pendidikan sains (IPA) menurut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau the study of the group behavior of human beings (Calhoun dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau the study of the group behavior of human beings (Calhoun dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsepkonsep ilmu sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sekarang mulai diterapkan di Indonesia. Penerapan kurikulum didasarkan pada amanat UU Nomor 20 Tahun 2003, bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab

Lebih terperinci

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 68 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam peningkatan sumber daya manusia dan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia.

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU

PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU BURAM PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap

Lebih terperinci