ISSN : X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED. Samad, A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN : X UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED. Samad, A."

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 4 MAKASSAR MELALUI MODEL UNIT LEARNING TIPE INTEGRATED Samad, A. ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan model Unit Learning Tipe Integrated pada siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Variabel penelitian adalah model unit learning tipe integrated dan hasil belajar fisika. Penelitian tindakan ini meliputi lima tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi yang dirangkaikan dalam satu siklus kegiatan. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 4 Makassar dengan subjek penelitian kelas X 2 tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar selama Siklus I berlangsung adalah sebesar 67,03. Nilai ini termasuk dalam kategori tinggi. Namun demikian, tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat tinggi. Pada siklus I juga terlihata masih ada siswa yang memiliki nilai pada kategori rendah dan kategori sedang. Hasil analisis deskriptif tentang ketuntasan belajar siswa setelah diajar melalui model Unit Learning tipe Integrated menunjukkan bahwa hampir setengah jumlah siswa perlu perbaikan karena belum mencapai ketutasan minimum yang ditetapkan di sekolah, sehingga perlu diusahakan pada siklus II. Secara umum pada siklus II terjadi peningkatan positif atas aktivitas siswa, hal ini terlihat dari rata rata kehadiran siswa setiap pertemuan, jumlah siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis, siswa yang menjawab ketika diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran, dan siswa yang menanggapi jawaban dari siswa lain selama proses pembelajaran berlangsung semakin meningkat. Sebaliknya jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pelajaran semakin berkurang. Selama pelaksanaan kegiatan di siklus II, telah dilakukan perubahan-perubahan demi peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar dan hasil penelitian pada siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya walaupun hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan yang ditargetkan. KATA KUNCI: indikator keberhasilan, model unit learning tipe integrated, penelitian tindakan I. PENDAHULUAN Fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan. Oleh karena itu proses pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian yang lebih baik mulai pada tingkat SD sampai perguruan tinggi. Namun demikain kenyataan di lapangan justru menunjukkan kualitas dan kuantitas proses dan produk pembelajaran fisika masih rendah. Hal ini diduga karena sifat kreatif dan antisipatif para guru fisika dalam praktek pembelajaran untuk memaksimalkan peranan siswa masih belum optimal. Kualitas proses pembelajaran fisika dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang bersifat reguler, yang menunjukkan pemilihan pendekatan, strategi, dan metode yang kurang bervariasi. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari oleh siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes (model pembelajaran konvensional). Selanjutnya proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran fisika menjadi kurang fokus pada siswa sehingga siswa merasa jenuh. Kejenuhan ini menyebabkan siswa banyak yang JSPF Vol. 9, Mei

2 mengerjakan pekerjaan lain saat proses belajar mengajar berlangsung. Produk pembelajaran fisika salah satunya dapat dilihat dari perolehan nilai rapor. Untuk mata pelajaran fisika, produknya masih relatif rendah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk perbaikan tersebut adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan PTK kekurangan atau kelebihan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi untuk selanjutnya dicari solusi yang tepat. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, para ahli telah mengembangkan berbagai model pengajaran yang dapat digunakan dalam mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Salah satu model pembelajaran yang menarik untuk digunakan adalah model Unit Learning Tipe Integrated. Sesuai dengan amanat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), model Unit Learning Tipe Integrated merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah dasar/madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik Berdasarkan hakikat pembelajaran model Unit Learning Tipe Integrated, masalah yang dihadapi dapat diatasi sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian yang berjudul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar Melalui Model Unit Learning Tipe Integrated. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar jika digunakan model Unit Learning Tipe Integrated II. LANDASAN TEORI a. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto. 2007: 1). Trianto (2007: 2), dalam bukunya menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. Menurut Johnson (dalam Trianto, 2007: 5), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah JSPF Vol. 9, Mei

3 pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. b. Model Pembelajaran Terpadu Menurut Joni, T. (dalam Trianto, 2007: 6), pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/ peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak. Senada dengan pendapat di atas menurut Hadi Subroto(dalam Trianto, 2007: 6), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pelajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami. Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eskplorasi suatu topik merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di dalam ekplorasi tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang bersamaan. Dalam pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu adalah mulai ekplorasi topik. Dalam eksplorasi topik diangkatlah suatu tema tertentu. Kegiatan pembelajaran berlangsung diseputar tema kemudian baru membahas masalah konsep-konsep pokok yang terkait dengan tema Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu Menurut Ujang Sukardi, dkk (dalam Trianto, 2007: 8), pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. JSPF Vol. 9, Mei

4 Pengajaran terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin dan saling terkait. Dengan demikian, materimateri yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Pengajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, sebaliknya pembelajaran terpadu harus mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema perlu mempertimbangkan karakteristik siswa, seperti minat, kemampuan, kebutuhan dan pengetahuan awal. Materi pelajaran yang dipadukan tidak perlu terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dilakukan. Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Prinsip penggalian tema 2) Prinsip penggolongan pembelajaran 3) Prinsip evaluasi 4) Prinsip reaksi 1.2. Pentingnya Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam belajar mengajar. Ada beberapa alasan yang mendasarinya, antara lain: 1) Dunia anak adalah dunia nyata. 2) Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/ objek lebih terorganisir. 3) Pembelajaran akan lebih bermakna. 4) Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri. 5) Memperkuat kemampuan yang diperoleh. 6) Efesiensi waktu. Pembelajaran terpadu dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan. Menurut Departemen Pendididkan dan Kebudayaan (dalam Trianto. 2007:12), pembelajaran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya. 2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. 3) Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama. 4) Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. 5) Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak. 6) Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah : kerjasama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain. Di samping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. (Depdiknas dalam Trianto. 2007: 13) Karakteristik Pembelajaran Terpadu Menurut Depdikbud (1996: 3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: JSPF Vol. 9, Mei

5 1) Holistik Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka. 2) Bermakna Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. 3) Otentik Pembelajaran tepadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, dengan siswa bertindak sebagai aktor pencari arah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut. 4) Aktif Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus belajar. Secara konkret sintaks pembelajaran terpadu dapat dilihat dalam tabel 2.1. Sintaks ini dikembangkan dengan mengadopsi sintaks model pembelajaran langsung yang diintegrasikan dengan model pembelajaran kooperatif. JSPF Vol. 9, Mei

6 Tabel 2.1 Langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu Fase-1 Tahap Pendahuluan Fase-2 Presentasi materi Fase-3 Membimbing pelatihan Fase-4 Menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik Fase-5 Mengembang-kan dengan memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Fase-6 Menganalisis dan mengevaluasi Tingkah Laku Guru 1. Mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya. 2. Memotivasi siswa. 3. Memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep-konsep prasyarat yang sudah dikuasai oleh siswa. 4. Menjelaskan tujuan pembelajaran (Kompetensi Dasar dan Indikator). 1. Presentasi konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa melalui demonstrasi dan bahan bacaan. 2. Presentasi keterampilan proses yang dikembangkan. 3. Presentasi alat dan bahan yang dibutuhkan melalui charta. 4. Memodelkan penggunaan peralatan melalui charta. 1. Menempatkan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. 2. Mengingatkan cara siswa bekerja dan berdiskusi secara kelompok sesuai komposisi kelompok. 3. Membagi buku siswa dan LKS. 4. Mengingatkan cara menyusun laporan hasil kegiatan. 5. Memberikan bimbingan seperlunya. 6. Mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan. 1. Mempersiapkan kelompok belajar untuk diskusi kelas. 2. Meminta salah satu anggota kelompok untuk mempersentasikan hasil kegiatan sesuai dengan LKS yang telah dikerjakan. 3. Meminta anggota kelompok lain menanggapi hasil presentasi. 4. Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi. 1. Mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang diberikan. 2. Membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi pelajaran yang baru saja dipelajari. 3. Memberikan tugas rumah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap kinerja mereka Model-model Pembelajaran Terpadu Fogarty memperkenalkan 10 model pembelajaran terpadu yakni: fragmented, connected, nested, seguenced, shaved, webbed, threaded, integrated, immersed, networked. Kesepuluh model tersebut dibagi ketiga tipe. Tipe yang pertama adalah tipe pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu (fragmented, connected, nested), tipe kedua yakni pembelajaran terpadu antara bidang studi (seguenced, shaved, webbed, threaded, integrated), tipe ketiga adalah keterpaduan dalam faktor siswanya (immersed, networked) Model Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated (Model Unit Learning Tipe Integrated) Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa JSPF Vol. 9, Mei

7 bidang studi. Pada model ini tema yang berkaitan dan tumpang tindih akan dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pada tahap awal guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap yang akan diajarkan dalam satu semester. Langkah berikutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang mempunyai keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa bidang studi. Bidang studi yang diintegrasikan misalnya matematika, sains (fisika, biologi dan kimia), seni dan bahasa, dan pelajaran sosial. Fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatih oleh seorang guru kepada siswanya dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content). Menurut Fogarty (dalam Trianto, 2007: 48), keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill). Tipe integrated (keterpaduan) ini memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu: a) Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada isi pelajaran, startegi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa dalam pembelajaran semakin diperkaya dan berkembang. b) Motivasi siswa dalam belajar dapat diperbaiki dan ditingkatkan. c) Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak. Sehingga kegiatan belajar lebih bermakna dan hasil belajar anak akan dapat bertahan lebih lama. d) Tipe terintegrasi juga memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain. Dalam tipe ini, guru tidak perlu mengulang kembali materi yang tumpang tindih, sehingga tercapailah efesiensi dan efektifitas pembelajaran. e) Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal siswa dengan pengalaman belajar yang terkait. Selain itu, tipe integrated juga memiliki sejumlah kekurangan, antara lain: a) Terletak pada guru, guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan yang diprioritaskan. Guru harus berwawasan luas dan memiliki kreativitas yang tinggi serta berani mengemas dan mengembangkan materi. b) Penerapannya, yaitu sulitnya menerapkan tipe ini secara penuh. c) Pengintegrasian konsep-konsep dari berbagai bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam. d) Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif baik, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. e) Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, bahkan juga fasilitas internet. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang meliputi lima tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, JSPF Vol. 9, Mei

8 evaluasi, dan refleksi yang dirangkaikan dalam satu siklus kegiatan. Variabel penelitian adalah model unit learning tipe integrated dan hasil belajar fisika. Batasan operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Model Unit Learning Tipe Integrated adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa bidang studi dengan cara menetapkan konsep, keterampilan, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. 2. Hasil belajar fisika dapat dinyatakan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah mengikuti proses pembelajaran fisika dengan model Unit Learning Tipe Integrated yang dapat diukur dengan menggunakan tes atau penilaian tertentu setelah diadakan evaluasi belajar pada akhir suatu siklus. Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Makassar semester genap tahun ajaran 2008/2009 dengan subyek penelitian siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar tahun pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Siklus I dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada model berikut: Permasalahan Rencana Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Terselesaikan Refleksi I Evaluasi I Observasi I Siklus I Terselesaikan Belum Terselesaikan Rencana Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Hasil Evaluasi II Observasi II Siklus II Gambar 3.1. Diagram alur dalam penelitian tindakan kelas (Adopsi Tim Pelatih Proyek PGSM; 1999 :27) Rincian langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Siklus I Pelaksanaan siklus I dilakukan selama 4 minggu sebanyak 4 (empat) kali pertemuan atau JSPF Vol. 9, Mei

9 8 jam pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 45 menit yaitu pertemuan I pada tanggal 15 April 2009, pertemuan ke-ii pada tanggal 29 April 2009, pertemuan ke-iii pada tanggal 4 Mei 2009, dan pertemuan ke-iv pada tanggal 6 Mei Tahap kegiatan penyajian materi untuk siklus I adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. 2) Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket Quadra serta buku penunjang lain yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 3) Membuat lembar observasi yang dijadikan pedoman oleh pengamat. 4) Membuat dan menyusun alat evaluasi dalam hal ini tes hasil belajar siklus I untuk melihat apakah hasil belajar fisika siswa meningkat setelah menerapkan model Unit Learning Tipe Integrated. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 4 minggu atau 4 kali pertemuan, setiap pertemuan (tatap muka) adalah 2 x 45 menit. Pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 diisi dengan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Unit Learning Tipe Integrated. Setelah pertemuan ke-4 diisi dengan pemberian tes hasil belajar (ulangan harian untuk siklus I). Secara umum, tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan pembelajaran) pada siklus I ini adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi keadaan awal siswa sebelum penelitian berupa minat, kesiapan, dan motivasi siswa. 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan tema pembelajaran kepada siswa. 3) Guru menampilkan sebuah fenomena kepada siswa. 4) Membagi siswa ke dalam 5 (lima) kelompok yang terdiri dari 8 orang. 5) Tiap kelompok akan mendiskusikan besaran-besaran yang terkait dengan fenomena tersebut. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasekan jawaban kelompoknya masing-masing. 6) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang telah mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya. Selanjutnya guru menanggapi hasil diskusi kelompok siswa kemudian memberikan informasi yang sebenarnya. 7) Guru memantau keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan pedoman observasi yang menjadi jurnal harian yang meliputi aspek sikap dan kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 8) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dimengerti. 9) Guru menjelaskan hal yang ditanyakan oleh siswa. 10) Agar siswa lebih memahami konsep yang diberikan, terampil dan kritis dalam menyelesaikan soal, maka siswa diberi tugas berupa soal latihan dan dikerjakan di kelas. JSPF Vol. 9, Mei

10 11) Memeriksa tugas siswa dan memberikan umpan balik dari hasil tugas tersebut. 12) Memberikan tes akhir siklus. c. Tahap Observasi (pengamatan) Tahap observasi ini dilaksanakan pada saat pemberian tindakan berlangsung, yaitu : 1) Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi selama proses pembelajaran berlangsung yang dicatat oleh peneliti dengan menggunakan format observasi yang telah disusun. 2) Hal-hal yang menjadi perhatian observer (guru mata pelajaran fisika) dalam tahap ini adalah keaktifan siswa selama proses belajar berlangsung, antara lain kehadiran, kedisiplinan, keberanian mengemukaan pendapat, keberanian dalam menanggapi jawaban yang diajukan siswa lain, keberanian untuk mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis, dan hal-hal lain yang dapat menunjang peningkatan hasil belajar siswa. 3) Memberikan evaluasi tes hasil belajar pada siswa di akhir siklus. 4) Menganalisis data hasil observasi dan tes hasil belajar siswa untuk mengetahui skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa kali pertemuan melalui model Unit Learning Tipe Integrated. d. Tahap Refleksi Hasil Kegiatan Hasil yang diperoleh setelah dilakukan observasi dan evaluasi tes hasil belajar siswa, dikumpulkan lalu dianalisis. Berdasarkan hasil tersebut dilakukan refleksi untuk melakukan pengkajian terhadap hasil-hasil yang diperoleh, baik dari hasil belajar maupun catatan guru dari lembar observasi yang diambil selama proses belajar mengajar berlangsung. Halhal yang masih kurang, perlu diperbaiki dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan hasil pada setiap pertemuan dan melakukan diskusi hasil refleksi dengan guru mata pelajaran fisika. Hasil pengkajian yang telah dilakukan dijadikan acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya yang merupakan kelanjutan dan penyempurnaan tindakan pada siklus pertama. 2. Siklus II Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan dan penyempurnaan dari hasil siklus I. Pelaksanaan Siklus II dilakukan dalam 4 (empat) kali pertemuan atau 8 jam pelajaran dengan alokasi waktu 8 x 45 menit yaitu pertemuan I pada tanggal 11 Mei 2009, pertemuan ke-ii pada tanggal 18 Mei 2009, pertemuan ke-iii pada tanggal 20 Mei 2009, dan pertemuan ke-iv pada tanggal 27 Mei 2009, dengan satu kali tes setiap akhir siklus. Tahap kegiatan untuk siklus II dalam penyajian materi tersebut di atas adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali pertemuan dan lembar observasi yang dijadikan pedoman oleh pengamat. 2) Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket Quadra serta buku penunjang lain yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 3) Menciptakan proses belajar mengajar yang tidak terlalu cepat. JSPF Vol. 9, Mei

11 4) Menambah waktu pengerjaan soal-soal penerapan agar siswa dapat menyelesaikan soal-soal dengan benar tanpa mengurangi waktu pemberian materi pelajaran. 5) Menambah jumlah kelompok yang sebelumnya 5 kelompok yang terdiri dari 8 orang diubah menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 5 orang, serta melakukan pertukaran kelompok. 6) Membuat dan menyusun alat evaluasi dalam hal ini tes hasil belajar siklus II untuk melihat apakah hasil belajar fisika siswa meningkat setelah menerapkan model Unit Learning Tipe Integrated. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini berlangsung selama 4 minggu atau 4 kali pertemuan, setiap pertemuan (tatap muka) adalah 2 x 45 menit. Pertemuan ke-1 sampai pertemuan ke-3 diisi dengan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Unit Learning Tipe Integrated. Setelah pertemuan ke-4 diisi dengan pemberian tes hasil belajar (ulangan harian untuk siklus II). Secara umum, tindakan yang dilakukan untuk setiap pertemuan (kegiatan pembelajaran) pada siklus II ini adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi keadaan awal siswa sebelum penelitian berupa minat, kesiapan, dan motivasi siswa. 2) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan tema pembelajaran kepada siswa. 3) Guru menampilkan sebuah fenomena kepada siswa. 4) Membagi siswa ke dalam 8 (delapan) kelompok yang terdiri dari 5 orang. 5) Tiap kelompok mendiskusikan besaranbesaran yang terkait dengan fenomena tersebut. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasekan jawaban kelompoknya masing-masing. 6) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang telah mempresentasekan hasil diskusi kelompoknya. Selanjutnya guru menanggapi hasil diskusi kelompok siswa kemudian memberikan informasi yang sebenarnya. 7) Guru memantau keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan pedoman observasi yang menjadi jurnal harian yang meliputi aspek sikap dan kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 8) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi yang belum dimengerti. 9) Guru menjelaskan hal yang ditanyakan oleh siswa. 10) Agar siswa lebih memahami konsep yang diberikan, terampil dan kritis dalam menyelesaikan soal, maka siswa diberi tugas berupa soal latihan dan dikerjakan di kelas. 11) Memeriksa tugas siswa dan memberikan umpan balik dari hasil tugas tersebut. 12) Memberikan tes akhir siklus. c. Tahap Observasi (pengamatan) Tahap observasi ini dilaksanakan pada saat pemberian tindakan berlangsung, yaitu : 1) Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi selama proses JSPF Vol. 9, Mei

12 pembelajaran berlangsung yang dicatat oleh peneliti dengan menggunakan format observasi yang telah disusun. 2) Hal-hal yang menjadi perhatian observer (guru mata pelajaran fisika) dalam tahap ini adalah keaktifan siswa selama proses belajar berlangsung, antara lain kehadiran, kedisiplinan, keberanian mengemukaan pendapat, keberanian dalam menanggapi jawaban yang diajukan siswa lain, keberanian untuk mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis, dan hal-hal lain yang dapat menunjang peningkatan hasil belajar siswa. 3) Memberikan evaluasi tes hasil belajar pada siswa di akhir siklus. 4) Menganalisis data hasil observasi dan tes hasil belajar siswa untuk mengetahui skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa kali pertemuan melalui model Unit Learning Tipe Integrated. d. Tahap Refleksi Hasil Kegiatan Setelah mengadakan perbaikan yang terdapat pada siklus sebelumnya, dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran, salah satunya adalah bertambahnya siswa yang memberikan solusi dari masalah yang diajukan di awal pembelajaran. Nilai hasil belajar siswa juga meningkat ditinjau dari frekuensi dimana setiap siswa ratarata sudah berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi dengan nilai rata-rata kelas berada pada kategori tinggi. Jenis data dan cara pengambilan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. data tentang hasil belajar fisika siswa diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar berupa tes objektif pada setiap akhir siklus. 2. Data keaktifan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti proses belajar akan diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pedoman observasi. Data yang diperoleh dari pelaksanaan observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data hasil belajar fisika siswa Kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk mengolah data hasil belajar dalam penelitian, digunakan analisis dengan prosedur sebagai berikut: 1. Merata-ratakan semua skor hasil belajar. 2. Menyajikan data tes hasil belajar dalam bentuk tabel distribusi yang meliputi subyek penelitian, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan standar deviasi. Mengingat nilai yang diperoleh siswa dari hasil pemeriksaan lembar jawaban masih dalam bentuk skor mentah, maka terlebih dahulu dilakukan konversi dari bentuk skor mentah menjadi bentuk nilai. 3. Membuat tabel kategori berdasarkan nilai rata-rata dalam kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kriteria kategori yang digunakan mengacu pada Surat Edaran Direktorat Pendidikan Menengah Pertama No.2/C3/MN/ 1999 (dalam widyastuti. 2008:22) sebagai berikut: JSPF Vol. 9, Mei

13 Tabel 3.1. Kriteria Persentase pada surat edaran Direktorat Pendidikan Menegah Pertama N.288/c3/MN/1999 No Nilai Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 4. Membuat tabel klasifikasi tingkat ketuntasan belajar siswa. Tabel 3.2. Klasifikasi Ketuntasan belajar Siswa Nilai Kategori Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari tes hasil belajar fisika dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Model pembelajaran yang diterapkan akan efektif apabila 80% dari siswa mencapai ketuntasan minimal 65 dan diharapkan hasil belajar tersebut dicapai dalam dua siklus. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penyajian Hasil Analisis Data 1. Data Hasil Belajar Hasil analisis tes hasil belajar Fisika siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makasar pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. > 65,00 Tuntas < 65,00 Tidak Tuntas Tabel 4.1 Statistik Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada siklus I dan II Pengelompokan tingkat ketuntasan belajar siswa memahami materi fisika dalam kategori tuntas atau tidak tuntas didasarkan pada acuan KKM yang ditentuan SMA Negeri 4 Makassar a. Seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar fisika jika nilai yang diperoleh minimal 65,00. b. Seorang siswa dikatakan tidak tuntas dalam belajar jika nilai yang diperoleh tidak mencapai 65, Membuat diagram batang berdasarkan distribusi nilai hasil belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa. 6. Berdasarkan hasil klasifikasi ketuntasan belajar, maka penarikan kesimpulan akhir apakah siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar dinyatakan tuntas atau tidak tuntas dalam pembelajaran fisika dengan menerapkan model Unit Learning Tipe Integrated. No Statistik Nilai statistik Siklus I Siklus II 1 Subyek penelitian Nilai tertinggi 80,00 86,67 3 Nilai terendah 46,67 63,33 4 Nilai rata-rata 67,03 72,83 5 Standar deviasi 9,42 7,10 Dari Tabel 4.1 tampak bahwa dari 40 siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar yang menjadi subyek penelitian pada siklus I dan II terlihat bahwa; nilai rata-rata siswa yang diperoleh adalah 67,03 pada siklus I dan 72,83 pada siklus II, nilai tertinggi 80,00 pada siklus I dan 86,67 pada siklus II, dan nilai terendah 46,67 pada siklus I dan 63,33 pada siklus II, serta standar deviasi 9,42 pada siklus I dan 7,10 pada siklus II. Keseluruhan nilai yang diperoleh selanjutnya dikonversi ke dalam skala lima, seperti pada tabel 4.2 berikut ini JSPF Vol. 9, Mei

14 Tabel 4.2 Distribusi dan Persentase Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada Siklus I dan II No Nilai Kategori Siklus I Siklus II Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Sangat rendah 0 0,00 0 0, Rendah 3 7,50 0 0, Sedang 13 32, , Tinggi 24 60, , Sangat tinggi 0 0,00 2 5,00 Jumlah , ,00 Untuk lebih jelasnya distribusi frekuensi dan persentase nilai tes hasil belajar fisika siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat sebelum penelitian siklus I dan II dapat dilihat pada grafik 4.1. Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi dan Persentase Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat Sebelum Penelitian, Siklus I dan II Dari Gambar 4.1 tampak bahwa tidak ada siswa (0 %) yang masuk dalam kategori sangat rendah baik pada saat sebelum penelitian, siklus I maupun pada siklus II. Jumlah siswa yang masuk dalam kategori rendah mengalami penurunan pada kategori rendah dimana pada saat sebelum penelitian terdapat 13 orang (32,5 %), siklus I terdapat 3 orang (7,50 %) dan tidak ada lagi siswa (0%) pada siklus II. Jumlah siswa yang masuk dalam kategori sedang juga mengalami penurunan dimana pada saat sebelum penelitian sebanyak 10 orang (25 %), JSPF Vol. 9, Mei

15 siklus I sebanyak 13 orang siswa (32,50 %) dan pada siklus II sebanyak 9 orang siswa (22,50 %), sedangkan siswa yang masuk dalam kategori tinggi mengalami peningkatan dari 17 orang siswa (42,5%) pada saat sebelum penelitian, menjadi 24 orang siswa (60,00 %) pada siklus I dan bertambah menjadi 29 orang (72,50 %) pada siklus II, begitu pula pada kategori sangat tinggi juga mengalami peningkatan dari tidak ada siswa (0%) pada saat sebelum penelitian dan siklus I menjadi 2 orang siswa (5,0 %) pada sikluss II. Selanjutnya untuk melihat ketuntasan belajar siswa, maka keseluruhan nilai yang diperoleh siswa dibagi menjadi dua interval nilai dalam kategori ketuntasan belajar yang berlaku di SMA Negeri 4 Makassar untuk bidang studi fisika. Persentase dan kategori ketuntasan belajar siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Persentase dan kategori ketuntasan belajar siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada siklus I dan II. Siklus I Siklus II No Nilai Kategori Frekuensi Persentase Persentase Frekuensi (%) (%) 1. < 65,00 Tidak Tuntas 16 40, ,50 2. > 65,00 Tuntas 24 60,00 31 Jumlah , ,50 100,00 Untuk lebih jelasnya perbandingan distribusi frekuensi dan kategori ketuntasan belajar siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat sebelum penelitian, siklus I dan II dapat dilihat pada grafik 4.2. Persentasee dan kategori ketuntasan belajar siswa kelas X2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat sebelum penelitian, siklus I dan II. Frekuensi ,5% 42,5% 40 % 60 % 22,5% 77,5% tidak tuntas tuntas 0 sebelum penelitian siklus I siklus II Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase dan kategori ketuntasan hasil belajar fisika siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada saat sebelum penelitian, siklus I dan II JSPF Vol. 9, Mei

16 Dari gambar 4.2, tampak bahwa dari 40 orang siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar yang menjadi sampel penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: a. Persentase ketuntasan belajar siswa setelah diajar melalui model Unit Learning tipe Integrated, untuk kategori tuntas sebesar 42,5 % pada saat sebelum penelitian, kemudian meningkat menjadi 60,00 % pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 77,50 % pada siklus II. b. Persentase ketuntasan belajar siswa setelah diajar melalui model Unit Learning tipe Integrated, untuk kategori tidak tuntas sebesar 57,5 % pada saat sebelum penelitian, kemudian menurun menjadi 40,00 % pada siklus I dan menurun lagi hingga menjadi 22,50 % pada siklus II. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah siswa yang berada dalam kategori tuntas mengalami peningkatan yakni, 17 orang atau 42,5 % pada saat sebelum penelitian dan meningkat menjadi 24 orang atau 60,00 % pada Siklus I kemudian meningkat lagi menjadi 31 orang atau 77,50 % pada Siklus II. Meskipun belum mencapai ketuntasan klasikal 80%, namun penelitian ini menunjukkan peningkatan dari penelitian sebelumnya yang mencapai ketuntasan 76,67 %. 2. Hasil Observasi Siklus I dan II Hasil Observasi siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar pada Siklus I dan II. No Komponen yang Diamati Siklus I Siklus II rerata % rerata % 1 Siswa yang hadir pada saat pembelajaran. 38,00 95,00 39,00 97, Siswa yang memberikan jawaban sementara ketika diberikan masalah di awal pembelajaran. Siswa yang memperhatikan materi yang diajarkan guru. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pelajaran. Siswa yang mampu menghubungkan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang mereka pahami melalui pengamatan langsung. Siswa yang mampu menemukan tema pembelajaran. Siswa yang mampu bekerja sama dengan kelompok. Siswa yang menanggapi hasil persentasi anggota kelompok lain. 4,33 10,83 8,00 20,00 29,00 72,50 35,67 89,17 9,00 22,50 3,33 8,33 4,33 10,83 8,00 20,00 5,33 13,33 6,33 15,83 29,00 72,50 35,67 89,17 6,33 15,83 8,33 20,83 JSPF Vol. 9, Mei

17 9 10 Siswa yang mampu menyimpulkan hasil diskusi dengan benar Siswa yang mengerjakan soal di papan tulis dengan benar. 5,33 13,33 6,33 15,83 4,00 10,00 4,67 11,67 Dari Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa frekuensi kehadiran siswa tergolong tinggi, karena hanya 2,50 % sampai 5,00 % yang tidak hadir selama pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I maupun siklus II, jumlah siswa yang memberikan jawaban sementara ketika diberikan masalah di awal pembelajaran dan menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran meningkat dari 10,83 % menjadi 20,00 %, jumlah siswa yang memperhatikan materi yang diajarkan guru meningkat dari 72,50 % menjadi 89,17 %, jumlah siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pelajaran menurun dari 22,50 % menjadi 8,33 %, jumlah siswa yang menanggapi hasil persetase anggota kelompok lain meningkat dari 15,83 % menjadi 20,83 %, jumlah siswa yang mampu menyimpulkan hasil diskusi dengan benar meningkat dari 13,33 % menjadi 15,83, jumlah siswa yang mampu bekerja sama dengan kelompok meningkat dari 72,50 % menjadi 89,17 %, dan jumlah siswa yang mengerjakan soal di papan tulis dengan benar bertambah dari 10,00 % menjadi 11,67 %. 3. Refleksi Siklus I dan II a. Refleksi Siklus I Berdasarkan lembar observasi dan analisis data pada siklus I ditemukan beberapa siswa yang kurang aktif pada saat pembelajaran berlangsung, di mana siswa yang memberikan jawaban sementara ketika diberikan masalah di awal pembelajaran memiliki jumlah persentase 10,83 %, dan masih banyak pula siswa yang kurang aktif untuk menanggapi jawaban dari kelompok lain pada saat diskusi berlangsung dengan jumlah persentase hanya 15,83 %. Pada tahap ini siswa yang memperhatikan materi yang diajarkan guru memiliki persentase hanya 72,50 %, hal ini berarti bahwa masih terdapat siswa yang ribut dan kurang memperhatikan pelajaran dengan jumlah persentase 22,50 %. Ini disebabkan oleh model pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, proses pembelajaran yang terlalu cepat, kurangnya bimbingan dalam pengerjaan soal-soal serta waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut terlalu singkat. Kurangnya pengelolaan kelas dan bimbingan baik secara perorangan ataupun secara kelompok sehingga siswa cenderung melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu pembagian anggota kelompok yang tidak merata antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, sedang dan kurang sehingga ada kelompok yang di dalamnya lebih banyak anggota kelompok yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan ada pula kelompok yang di dalamnya lebih banyak anggota kelompok yang memiliki kemampuan berpikir sedang sehingga kurang terjalin JSPF Vol. 9, Mei

18 kerjasama antara anggota kelompok dalam mendiskusikan suatu masalah yang diajukan oleh guru. Hal ini nampak pada banyaknya siswa yang mengajukan solusi ataupun pertanyaan terhadap masalah yang diberikan masih tergolong rendah. Oleh karena itu, pada siklus II dilakukan pembagian kelompok yang merata antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, sedang, dan rendah sehingga semua anggota kelompok dapat bekerja sama dengan baik dalam memecahkan suatu masalah yang diajukan oleh guru. b. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil observasi yang menjadi rekaman pelaksanaan tindakan pada Siklus II dapat dipaparkan perubahan-perubahan sikap yang terjadi di dalam realisasi tindakan terhadap proses aktivitas belajar di kelas selama kegiatan berlangsung. Sikap siswa sudah menunjukkan antusias dalam mengikuti pelajaran bahkan sebagian siswa senang dengan model Unit Learning tipe Integrated. Hasil pemberian tes dan hasil lembar observasi langsung selama proses pelaksanaan belajar mengajar selanjutnya dikomunikasikan dengan guru fisika (observer) untuk memperoleh tanggapan sekaligus mengetahui hasil akhir pelaksanaan tindakan atau penelitian. Berdasarkan hasil tersebut terlihat adanya peningkatan persentase siswa yang memberikan jawaban sementara ketika diberi masalah di awal pembelajaran berlangsung yaitu dari 10,83 % meningkat menjadi 14,17 %, siswa yang mengerjakan soal di papan tulis dengan benar dari pertemuan pertama siklus I hingga berakhirnya siklus II memiliki persentase 10,00% hingga mencapai 11,67 %, begitu pula dengan siswa yang menanggapi hasil persentase dari kelompok lain meningkat persentasenya yaitu dari 15,83 % menjadi 20,83 %. Frekuensi kehadiran siswa selama mengikuti kegiatan proses belajar mengajar sampai akhir pertemuan siklus II menggambarkan bahwa minat dan motivasi belajar fisika siswa mengalami peningkatan, keberanian untuk mengajukan diri mengerjakan soal di papan tulis sudah merata bukan hanya pada golongan siswa yang mempunyai hasil belajar yang baik. Melainkan siswa yang selama ini diam memperlihatkan keberanian untuk maju mengerjakan soal-soal latihan di papan tulis dan mengajukan pendapatnya mengenai konsep yang ditanyakan. Kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkurangnya siswa meminta penjelasan ulang materi yang sudah diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas belajar mengajar pada siklus II ini semakin baik. Adapun bentuk perubahan tindakan yang dilakukan pada siklus II yaitu menambah jumlah kelompok yang sebelumnya 5 kelompok yang terdiri dari 8 orang diubah menjadi 8 kelompok yang terdiri dari 5 orang, serta melakukan pertukaran anggota kelompok dengan cara membagi kelompok secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dimaksudkan agar terjalin interaksi yang baik antar sesama anggota kelompok untuk mampu bekerjasama dalam memecahkan JSPF Vol. 9, Mei

19 atau mendiskusikan suatu masalah yang diajukan oleh guru. Selain itu bentuk perubahan tindakan yang lain dilakukan adalah proses belajar mengajar yang tidak terlalu cepat, menambah waktu pengerjaan soal-soal penerapan tanpa mengurangi waktu pemberian materi pelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang berpartisipasi dan selalu main-main untuk mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya, memberikan bimbingan kepada siswa, khususnya yang baru serius jika guru yang membimbing secara bergiliran dari satu kelompok ke kelompok yang lain, serta memberikan motivasi kepada siswa dengan cara mengemukakan bahwa siswa yang sering memberikan solusi terhadap pertanyaan yang diberikan oleh guru dan sering naik mengerjakan soal di papan tulis akan mendapatkan penambahan nilai. 4. Perubahan Sikap Siswa Dalam Proses Pembelajaran Selain terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa selama siklus I dan siklus II, terjadi pula perubahan sikap siswa dalam proses pembelajaran. Perubahan tersebut merupakan data kualitatif yang diperoleh melalui lembar observasi pada setiap pertemuan selama dua siklus. Adapun perubahan-perubahan yang dimaksud adalah: a. Meningkatnya keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II dalam proses pembelajaran seperti: memberikan jawaban sementara terhadap masalah pada awal pembelajaran, menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran, serta memberikan tanggapan positif terhadap jawaban siswa lain. b. Meningkatnya keaktifan siswa dalam mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis, siswa yang mengerjakan soal di papan tulis dengan benar, serta semakin banyak siswa yang membantu temannya dalam mengerjakan soal sehingga guru tidak terlalu kewalahan dalam membimbing siswa. c. Semakin sedikit siswa yang melakukan aktivitas lain pada saat pembahasan materi pelajaran. b. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis kualitatif dan kuantitatif, terlihat pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran melalui model Unit Learning tipe Integrated memberikan perubahan hasil belajar yaitu terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. 1. Siklus I Berdasarkan hasil observasi siswa pada siklus I diketahui bahwa melalui model Unit Learning tipe Integrated dapat mengaktifkan siswa walaupun peningkatannya masih kecil, persentase siswa yang memberi jawaban sementara ketika diberikan masalah di awal pembelajaran, dan siswa yang menanggapi jawaban dari siswa lain serta siswa yang mampu menyimpulkan hasil diskusi masih tergolong rendah, hal ini dipengaruhi oleh rasa percaya diri siswa yang masih kurang untuk tampil di depan kelas. Selanjutnya, persentase siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi pelajaran masih tinggi. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar selama Siklus I berlangsung yaitu sebesar 67,03. Setelah dikategorisasikan JSPF Vol. 9, Mei

20 berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar siswa kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar, diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa Kelas X 2 SMA Negeri 4 Makassar berada pada kategori tinggi, namun demikian tidak ada siswa yang berada pada kategori sangat tinggi. Dan pada siklus I ini masih ada siswa yang memiliki nilai pada kategori rendah dan kategori sedang. Namun, secara individu terdapat beberapa siswa yang mengalami penurunan dari sebelum penelitian hingga pada siklus I. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut adalah siswa yang tidak hadir saat proses pembelajaran berlangsung (sakit). Selain itu, ada beberapa siswa lain yang juga mengalami penurunan akibat sering terlambat pada saat proses pembelajaran maupun saat tes berlangsung sehingga siswa tersebut tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Faktor-faktor lain yang menyebabkan siswa memiliki nilai yang masih rendah dan sedang antara lain : a) Proses pembelajaran terlalu cepat pada saat pemberian materi pelajaran. b) Kurangnya pengelolaan kelas dan kurangnya bimbingan dalam pengerjaan soal-soal baik secara perorangan maupun secara kelompok sehingga siswa cenderung melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung. c) Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal-soal latihan terlalu singkat sehingga mengakibatkan kurangnya siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis pada saat guru meminta siswa mengerjakan soal di papan tulis karena siswa belum sempat menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru akibat dari waktu yang diberikan terlalu singkat. d) Terlalu banyak anggota kelompok dalam setiap kelompok sehingga kurang terjalin kerjasama yang baik antara sesama anggota kelompok dalam setiap kelompok. e) Pembagian anggota kelompok yang tidak merata antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir tinggi, sedang, dan rendah, sehingga ada kelompok yang di dalamnya terlalu banyak anggota kelompok yang memiliki kemampuan berpikir tinggi dan ada pula kelompok yang di dalamnya terlalu banyak anggota kelompok yang memiliki kemampuan berpikir rendah, yang mengakibatkan anggota kelompok kurang bekerjasama dengan baik dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Hasil analisis deskriptif pada tabel 4.3 tentang deskripsi ketuntasan belajar siswa setelah diajar melalui model Unit Learning tipe Integrated menunjukkan bahwa hampir setengah jumlah siswa yang perlu perbaikan karena belum mencapai ketutasan minimum yang ditetapkan di sekolah, sehingga hal ini perlu diusahakan pada siklus II. Adapun langkah-langkah sebagai hasil refleksi siklus I dalam pelaksanaan siklus II meliputi : a) Proses belajar mengajar yang tidak terlalu cepat. b) Memberikan bimbingan kepada siswa, khususnya yang baru serius jika guru yang membimbing secara bergiliran dari satu kelompok ke kelompok yang lain. c) Menambah waktu pengerjaan soal-soal penerapan agar siswa dapat menyelesaikan soal dengan benar tanpa JSPF Vol. 9, Mei

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 3 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN MENGORGANISASIKAN

Lebih terperinci

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Jurnal Dinamika, September 2011, halaman 74-90 ISSN 2087-7889 Vol. 02. No. 2 Peningkatan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Biologi Siswa melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan : 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Wringingintung 01 yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Berdasarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Anderson yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Anderson yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 2.1 Pemahaman Guru Pemahaman merupakan salah satu bagian daripada domain kognitif dari Taksonomi Anderson yang merupakan revisi dari Taksonomi Bloom. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting 3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Surabaya yang terletak di jalan Danau Towuti Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tahap Pra Siklus Penelitian pada tahap pra siklus ini diawali dengan kegiatan pencarian datadata untuk mengetahui kondisi awal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini mengikuti prosedur penelitian sesuai dengan prosedur pada rencana tindakan yaitu: a. Perencanaan Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan dan kebermaknaan kurikulum akan terwujud apabila ada proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA Nurmah nurmaharsyad@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto JPF Volume 2 Nomor 1 ISSN: 2302-8939 46 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas X Mas Kapita Kabupaten Jeneponto Nurhayati. G Jurusan Pendidikan Fisika,Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Beragam strategi yang dilakukan bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setiap tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahapan yang dilaksanakan sebagai realisasi dari perencanaan yang telah disusun. Perencanaan yang telah disusun, belum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipilih adalah Penelitian Tindakan atau Classroom Action Research maksudnya adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Simbangdesa 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang. Pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan 01 semester II tahun pelajaran 2015/2016, yaitu sebuah

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU Sakka, Yusuf Kendek dan Kamaluddin e-mail: sakha_rahma@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Terpadu 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek,

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Lisna Selfi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN No 3 Siwalempu Samriani Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang tercantum pada kurikulum. Bagi para siswa, belajar kimia hanya untuk keperluan menghadapi ulangan

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak Mikran, Marungkil Pasaribu, I Wayan Darmadi Email: Mikran_fisika@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, untuk mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol. 1, No. 2, Desember 2016. Hal 199 208. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,

Lebih terperinci

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau Fatimah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi di Kelas IIIB SD Integral Rahmatullah Tolitoli Sarina Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Said Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PERMAINAN BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI ISLAMI PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH NGUPASAN I KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN

BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU dalam TEORI DAN PRAKTEK BAB I TUJUAN UMUM MODEL PEMBELAJARAN A. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BAB III KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DAN MODEL PROBLEM BASEDINSRUCTION (PBI) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Bahagian ini menguraikan tentang Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam

Lebih terperinci

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Hasil penelitian tindakan kelas selama dua siklus terbagi dalam beberapa tahap, diantaranya adalah : (i) Kondisi awal sebelum pelaksanaan

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil observasi dan hasil tes, baik tes lesan maupun tes tertulis dapat disimpulkan dan dianalisa bahwa pembelajaran dengan menggunakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal adalah kondisi belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Sidorejo Lor 06 Kecamatan Sidorejo Kota Sal atiga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Sekolah Sebelum peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih dahulu peneliti melakukan observasi di kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri Dukuh 02 Salatiga. Penelitian ini rancang dengan menggunakan tahap-tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Model Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, April 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW SD Negeri 01 Kebonsari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU Kristanti 1), Widha Sunarno 2), Cari 3) 1 tantiwidodo@gmail.com 2 widhasunarno@gmail.com 3 carinln@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Alat Pernapasan Pada Manusia dan Hewan Kelas V SDN No.

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Alat Pernapasan Pada Manusia dan Hewan Kelas V SDN No. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Alat Pernapasan Pada Manusia dan Hewan Kelas V SDN No. 3 Toaya Amaliah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi di kelas X4 semester genap tahun pelajaran 2010-2011 SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 orang siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN 2354-614X Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana Hadijah S. Pago, I Nengah Kundera,

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan dengan memanfaatkan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jrakahpayung 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang sebanyak

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 4 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU NESTED Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA MEMILIKI KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal ( Pra Siklus) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri Mrisi 2 Semester 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Lebih terperinci

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Tutik Yuliarni 7 Abstrak. Proses pembelajaran masih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan tentang penerapan strategi pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK DIANA MANURUNG Guru SMPN 1 Patumbak Email : chairini.nurdin@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU Delila Ilvi Shakti, Kamaluddin dan Muhammad Ali Delilailvi_shakti@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau Sumanti N. Laindjong, Lestari M.P. Alibasyah, dan Ritman Ishak Paudi Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 Sri Widayati 1 Abstrak. Di kelas 3 SDN Sidomulyo 03 untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU Hadi Guru Matematika SMP Negeri 1 Palu Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

MEIDITA CAHYANINGTYAS K

MEIDITA CAHYANINGTYAS K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 MEIDITA CAHYANINGTYAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Total jumlah siswa di kelas 4 berjumlah 38 siswa, dengan total

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Penelitian ini berawal dari rendahnya hasil belajar matematika siswa SDN Wonomerto 03 Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, berdasarkan observasi awal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Simbangdesa 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang sebanyak 2 siklus,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gabahan Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 dengan Subjek Penelitian Siswa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian pelaksanaan tindakan ini, diuraikan mengenai kondisi awal sebelum tindakan, tindakan pada siklus 1 dan siklus 2, hasil tindakan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Wardhani, (2007: 1.3) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yag dilakukan oleh

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN No. 1 Enu Pada Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok Evawati, H. Abduh. H. Harun, dan Nuraedah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas III SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata Moh. Abdi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.739 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Kusnati SMPN 3 Ciawigebang;

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Zuraidah Guru IPS SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : zuraidahida867@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat.

Noorhidayati, Zainuddin, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin. Kata kunci: Hasil belajar, model pembelajaran ARIAS, konsep zat. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR KONSEP ZAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, DAN SATISFACTION) Noorhidayati,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tlogodalem. SD Negeri Tlogodalem terletak di Dusun Ngadisari, Desa Tlogodalem, Kecamatan Kertek, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai pembelajaran matematika di kelas IV A SDN 2 Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan media grafis. Melalui penelitian tindakan

Lebih terperinci

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Kondisi awal Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning Tipe STAD diketahui ketuntasan hasil belajar IPA semester I kelas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA Gina Rosarina 1, Ali Sudin, Atep Sujana 3 123 Program

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SD Inpres Laemanta

Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SD Inpres Laemanta Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 4 ISSN 2354-614X Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SD Inpres Laemanta Maryam Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS di SDK Despot Petunasugi Kecamatan Bolano Lambunu

Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS di SDK Despot Petunasugi Kecamatan Bolano Lambunu Penerapan Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPS di SDK Despot Petunasugi Kecamatan Bolano Lambunu Maryati, Jamaludin, Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SDN Samban 02 Penelitian ini dilakukan di SDN Samban 02 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Dilihat dari letak geografisnya SDN Samban 02 terletak di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIIIB SMP Pelita Bangsa yang terletak di Jalan Pangeran Emir M. Noer no. 33 Palapa, Tanjung Karang, Bandar Lampung

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak

Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2. Abstrak MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII G SEMESTER 2 SMP NEGERI 2 TOROH GROBOGAN 1 Oleh: Ning Endah Sri Rejeki 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci