BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Sejak lahirnya era reformasi dan tumbangnya rezim orde baru hingga saat ini, Indonesia masih mengalami krisis kepemimpinan dan belum tampak adanya perbaikan yang signifikan. Beberapa tindakan kekerasan dan kesejahteraan rakyat yang tidak merata masih menjadi masalah utama di negeri ini, bahkan tindak pidana korupsi semakin marak terjadi di kalangan para pejabat dan elite politik. Pada saat kampanye, calon wakil rakyat mengatakan membela kepentingan rakyat. Namun, setelah menjabat sebagai wakil rakyat, mereka justru memperjuangkan kesejahteraan diri sendiri dan partai. Selain itu, banyak pemimpin bangsa ini yang membuat jarak pemisah dengan rakyat. Mereka memposisikan diri di tempat yang tinggi, hingga kurang dapat melihat secara dekat beserta permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan oleh masyarakat (Aditya, 2014: 3-4). Di tengah krisis kepercayaan dan kepemimpinan di negeri ini, hadir satu sosok yang memiliki citra sederhana namun tegas. Meskipun berasal dari desa dan anak orang biasa, prestasi dan jiwa kepemimpinannya telah mendunia. Sosok tersebut adalah Joko Widodo atau Jokowi yang saat ini telah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia periode Nama Jokowi mulai dikenal masyarakat sebagai salah satu tokoh politik ketika menjadi Wali Kota Solo bersama FX Hadi Rudyatmo, sebagai Wakil Wali Kota Solo, untuk dua periode, yang terhitung dari tanggal 28 Juli 2005 sampai 1 Oktober Pada tanggal 3 Januari 2012, Jokowi berkomitmen untuk menggunakan Esemka, yaitu mobil rakitan siswa SMK 2 Solo dan SMK Warga Solo, sebagai mobil dinas. Niat beliau tersebut menjadi fenomenal karena sempat menjadi polemik di tingkat nasional, baik karena menyangkut dasar hukum penggunaan mobil dinas pejabat, sampai dengan penilaian yang dianggap terburu-buru karena Esemka belum diuji emisi (Ambarita, 2014: 180).

2 Saat Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012, Jokowi menjadi salah satu calon gubernur bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon wakil gubernurnya. Pasangan Jokowi-Ahok saat itu harus berhadapan dengan calon lainnya yang dianggap lebih kuat, diantaranya calon incumbent, Fauzi Bowo (Foke) yang berpasangan dengan Nahrowi Ramli (Nara). Selain itu, Hidayat Nur Wahid yang pernah menjadi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) juga ikut menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Akhirnya, setelah melalui dua putaran pilkada, pada tanggal 29 September 2012, Jokowi dan Ahok ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih untuk periode (Aditya, 2014: 85 dan 107). Selama proses menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, beliau mendapat banyak dukungan dari masyarakat, terutama kalangan bawah, dan para wartawan yang selalu meliput kegiatan blusukan Jokowi. Blusukan tersebut merupakan kegiatan beliau yang bertujuan untuk meninjau permasalahan yang terdapat di dalam masyarakat dengan langsung turun ke lapangan. Setelah menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi dipilih rakyat Indonesia sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode , dan dilantik pada tanggal 20 Oktober Jokowi tidak hanya dikenal di kalangan nasional, namun juga dunia. Satu minggu setelah pelantikannya sebagai presiden, Jokowi menjadi cover majalah Time, edisi 27 Oktober 2014, dan dinobatkan sebagai A New Hope bagi Republik Indonesia. Sebelumnya, ketika menjabat sebagai Wali Kota Solo, Jokowi juga dinobatkan oleh The City Mayors Foundation pada bulan Januari 2013 sebagai wali kota terbaik ketiga di dunia. The City Mayors Foundation merupakan organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2003 untuk mempromosikan, mendorong, dan memfasilitasi pemerintahan lokal yang terbuka dan kuat. Organisasi ini memberikan penghargaan bagi para wali kota di seluruh dunia yang unggul dan berkualitas (Ambarita, 2014: 175). Dikutip dari Selasa, 8 Januari 2014, organisasi ini memilih Jokowi sebagai salah satu wali kota terbaik karena menjadikan Solo sebagai destinasi pariwisata bagi dunia internasional, kampanye melawan korupsi, menolak untuk mengambil gaji, pribadinya yang rendah hati, dermawan dan pendekatannya kepada masyarakat, dan beliau juga dianggap memiliki kualitas

3 yang baik karena mau langsung terjun ke lapangan atau melakukan blusukan untuk melihat permasalahan yang sedang dialami oleh masyarakat. Ketika Jokowi menjadi Presiden Republik Indonesia, beliau dianggap sebagai pemimpin yang memiliki citra sederhana di awal masa kepemimpinannya. Pada umumnya, pemimpin atau pejabat lebih memilih untuk menggunakan busana ataupun setelan jas yang mahal, akan tetapi beliau tetap lebih memilih untuk menggunakan setelan kemeja putih dan celana hitam yang terlihat sederhana, bahkan sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo. Citra sederhana yang melekat padanya tersebut pun mengundang banyak tanya, apakah kesederhanaannya hanya sekedar pencitraan ataukah bukan. Terlepas dari hal tersebut, ketika berkomunikasi dengan masyarakat dan media, Jokowi tidak hanya menunjukkan bahasa verbal namun juga bahasa nonverbal yang apa adanya yang mendukung citranya tersebut. Karenanya, sikapnya yang sederhana dalam bertingkah laku dan berbicara menjadi salah satu karakter yang paling disukai rakyat Indonesia pada saat ini (Aditya, 2014: 236). Jokowi sebagai presiden ketujuh di Indonesia, juga membawa kebiasaannya yang sederhana dalam hal pemilihan busana kepada para menteri yang ditunjuknya untuk menjalankan tugas bersamanya. Ketika mengumumkan nama-nama menteri dalam Kabinet Kerja yang telah dibentuknya tersebut, seluruh menteri terlihat hadir menggunakan setelan yang serupa, kemeja putih dan celana hitam. Gerak atau langkah cepat yang sering dilakukannya ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta juga diterapkannya kepada seluruh menteri yang ada. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 26 Oktober 2014 di halaman Istana Negara, Jakarta, yang juga dihadiri oleh istri Jokowi, Iriana Widodo, dan Jusuf Kalla beserta istrinya. Ketika melakukan blusukan ke beberapa daerah, Jokowi juga lebih memilih setelan yang serupa, kemeja putih dan celana hitam.

4 Gambar 1.1 Jokowi Memakai Kemeja Putih dan Celana Hitam ketika Mengumumkan Nama-nama Menteri dalam Kabinet Kerja Sumber: hariansib.co Selain menggunakan setelan kemeja putih dan celana hitam, ketika menjabat sebagai presiden, Jokowi juga menggunakan batik dan setelan jas. Dalam beberapa kesempatan, beliau menggunakan batik, misalnya ketika melakukan kegiatan kenegaraan seperti menerima tamu negara ketika baru saja dilantik menjadi presiden dan ketika melakukan blusukan keluar negeri. Pada saat tertentu, Jokowi juga menggunakan setelan jas, seperti ketika menghadiri APEC CEO Summit di Beijing. Sebelumnya, Majalah Tempo edisi 31 Agustus 2014, mengatakan bahwa Jokowi sempat terlihat tidak nyaman menggunakan setelan jas. Jokowi menggunakan setelan jas tersebut karena permintaan Majalah Tempo untuk melakukan sesi wawancara di Kantor Redaksi Majalah Tempo. Menurut majalah tersebut, Jokowi mengaku bahwa beliau lebih nyaman menggunakan setelan kemeja putih, celana hitam, dan sepatu kets yang dipakainya ketika bermain bola pada acara tujuh belasan beberapa waktu yang lalu. Dari segi penampilan, Jokowi memang tidak seperti pemimpin pada umumnya yang sangat memperhatikan penampilan. Namun, beliau merupakan tipe pemimpin yang dianggap mau belajar. Selain itu, beliau juga dianggap mampu mendapatkan berbagai jawaban dari permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat dengan melakukan peninjauan langsung ke lapangan. Hal tersebut dikarenakan beliau memiliki pandangan bahwa para pemimpin harus turun ke bawah (Ambarita, 2014: 248). Pandangan ini tidak terlepas pula dari rasa empati yang dimiliki Jokowi terhadap orang-orang di sekitarnya. Karena Jokowi pernah

5 merasakan kehidupan yang prihatin, seperti pernah tinggal di Bantaran Kali Anyar sewaktu masih kecil, beliau pun mampu berkomunikasi dengan kalangan bawah. Beliau menyadari dalam kondisi susah, orang akan mampu menghargai tindakantindakan manusiawi, dari sinilah beliau belajar untuk menjadi rendah hati ( ). Rasa empati ini pun secara tidak langsung mampu mempengaruhi komunikasi verbal dan nonverbal serta citra yang terbentuk dari Jokowi. Kesederhanaan Jokowi dapat dikatakan sebagai suatu simbol yang dapat menjadi sebuah citra yang tersirat dari komunikasi nonverbal yang dimilikinya. Adapun dalam wawasan Saussurean, simbol adalah diagram yang mampu menampilkan gambaran suatu objek, meskipun objek itu tidak dihadirkan. Misalnya, peta bisa memberikan gambaran hubungan objek-objek tertentu meskipun objek itu tidak dihadirkan. Simbol memiliki arti sebagai media primer dalam proses komunikasi yang dapat berupa bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya (Elbadiansyah, 2014: 63). Sedangkan menurut Eickelman dan Piscatori, simbol merupakan tanda yang menunjuk kepada nilai-nilai, dan seringkali simbol ini diungkapkan melalui bahasa. Kadang-kadang juga diungkapkan melalui citra di samping bahasa. Keterkaitan antara nilai, simbol, dan bahasa, menurut mereka, memiliki pengaruh yang sangat kuat. Hal ini sejalan dengan pendapat Pekonen, yaitu dimana ungkapan simbolik yang saling terjalin dan diartikulasikan melalui bahasa, merupakan sarana sosialisasi yang sekaligus dapat menciptakan suatu ikatan sosial antara individu dan kelompok, sebab peranperan dan relasi sosial yang ada di masyarakat disampaikan melalui bahasa (Sobur, 2004: 176). Simbol meliputi apa yang dirasakan atau dialami. Simbol tersebut adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada suatu hal. Semua simbol, baik kata-kata yang terucapkan, sebuah objek seperti sebuah bendera, suatu gerak tubuh seperti melambaikan tangan, sebuah tempat seperti masjid atau gereja, atau suatu peristiwa seperti perkawinan, merupakan bagian-bagian suatu sistem simbol. Clifforg Geertz mengatakan makna hanya dapat disimpan di dalam simbol. Hal ini terjadi karena manusia berpikir, berperasaan, dan bersikap dengan

6 ungkapan-ungkapan yang simbolis. Setiap orang, dalam arti tertentu membutuhkan sarana atau media untuk berkomunikasi. Media ini terutama ada dalam bentuk-bentuk simbolis sebagai pembawa atau pelaksana makna atau pesan yang akan dikomunikasikan. Makna atau pesan yang sesuai dengan maksud pihak komunikator diharapkan dapat ditangkap dengan baik oleh pihak lain (Sobur, 2004: ). Kaum profesional dan eksekutif pada umumnya berharap akan produkproduk berkelas, bercita rasa tinggi dan bernilai tinggi untuk membentuk suatu pesan atau citra positif. Meskipun Jokowi saat ini telah menjabat sebagai pejabat negara dan di sisi lain juga sebagai pengusaha di bidang bisnis perkayuan, beliau tetap bersikap low profile dengan terlihat nyaman menggunakan pakaian yang berkisar seratusan ribu rupiah (Putra dkk., 2014: 120). Menurut Desmond Morris, sekurangnya ada tiga fungsi mendasar dari pakaian yang dikenakan manusia, yakni memberikan kenyamanan, sopan-santun, dan pamer (display). Setiap bentuk dan apapun yang mereka kenakan, baik secara gamblang maupun samar-samar, akan menyampaikan penanda sosial (social signals) tentang si pemakainya (Sobur, 2004: 170). Komunikasi nonverbal Jokowi memiliki kemungkinan berasal dari pengalaman hidupnya yang pernah merasa susah. Karenanya, gaya hidup yang dijalaninya selama ini pun terlihat lebih sederhana dibandingkan pejabat negara pada umumnya. Orang yang punya status tertentu kerap kali dihubungkan dengan gaya hidup, terutama bagi para pejabat yang biasanya dihubungkan dengan gaya hidup mewah. Gaya hidup merupakan istilah menyeluruh yang meliputi cita rasa seseorang dalam fashion, mobil, hiburan dan rekreasi, bacaan, dan lainnya. Gaya menggambarkan bagaimana seseorang berpakaian dan bertingkah laku (Sobur, 2004: 167).

7 Gambar 1.2 Jokowi Terlihat Menunjukkan Kedekatannya terhadap Warga disertai Raut Muka yang Ramah Ketika Melakukan Blusukan Sumber: google.com Citra sederhana yang diikuti oleh kedekatan Jokowi dengan masyarakat dan wartawan dianggap tidak terlepas dari asas yang kuat dalam mengadakan komunikasi yang baik antara dirinya sendiri dengan orang lain. Jokowi memiliki citra yang mampu diterima banyak masyarakat, dimana beliau juga mampu memberikan pengaruh kepada mereka. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya Jokowi dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga menjadi Presiden Republik Indonesia pada periode dan tetap dekat dengan rakyat. Komunikasi yang telah terjalin tersebut mampu meningkatkan aspirasi masyarakat dan membantu pemimpin negara dalam membuat keputusan di tengah kehidupan bermasyarakat (Nasution, 2004: 103). Cara berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal sangat menentukan citra diri seorang pemimpin, seperti cara berkomunikasi Jokowi yang dinilai sangat sederhana dan merakyat. Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan komponen yang wajib hadir dalam setiap proses komunikasi. Komunikasi verbal merupakan penyampaian pesan melalui kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata (Sobur, 2004: 122). Komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal memiliki perbedaan dan persamaan yang turut ambil bagian dalam proses penelitian ini. Adapun persamaan yang dimiliki oleh keduanya adalah aturan-perintah dan kesengajaan. Aturan-aturan dalam pesan nonverbal dapat diidentifikasi seperti halnya dalam pesan verbal. Beberapa pola aturan tersebut berkaitan dengan produksi pesan nonverbal dan

8 emosi yang ditampilkan. Misalnya, bagaimana pesan verbal dan nonverbal seseorang dalam pertemuan pertama dengan orang lain. Seperti pesan verbal, beberapa pola pesan nonverbal bersifat umum dan dapat menjadi perilaku perseorangan. Misalnya, ekspresi (mimik) muka sedih, gembira, terkejut, dan takut, yang terlepas dari budaya seseorang. Persamaan lainnya adalah kesengajaan. Bahasa digunakan secara sadar oleh orang untuk tujuan pengiriman pesan, baik lisan maupun tulisan. Hal ini juga sering terjadi dalam komunikasi nonverbal (Ruben, 2013: 171). Perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal adalah kesadaran dan perhatian, aturan terbuka dan tertutup, pengendalian, status umum versus status pribadi, dan spesialisasi belahan otak. Kesadaran dan perhatian orang pada umumnya lebih tertuju kepada komunikasi verbal dibandingkan komunikasi nonverbal. Dalam dunia pendidikan, keterampilan seseorang berkomunikasi secara verbal dianggap sebagai salah satu keterampilan dasar, dibandingkan komunikasi nonverbal yang kurang mendapatkan perhatian. Mengenai aturan, komunikasi verbal bersifat terbuka. Informasi aturannya adalah berupa struktur dan penggunaan bahasa yang tersedia dalam berbagai sumber. Sedangkan komunikasi nonverbal bersifat tertutup, dimana terdapat pola-pola berupa ekspresi kasih sayang, cara berjabat tangan, dan sebagainya, yang adalah bukan kesepakatan universal (Ruben, 2013: ). Selain itu, pengendalian juga merupakan perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal yang terlihat mencolok. Di saat seseorang mampu mengendalikan komunikasi verbal, terkadang orang tersebut tetap tidak dapat mengendalikan komunikasi nonverbalnya. Misalnya, tata bahasa seseorang ketika berbicara di depan umum adalah baik, namun diucapkan dengan suara yang gemetar dan keringat yang mengucur deras. Dalam hal status, komunikasi verbal atau pola penggunaan bahasa dianggap sebagai topik yang sesuai untuk diskusi publik dan pengawasan dibandingkan komunikasi nonverbal yang berupa penampilan, gerak-gerik, tingkah laku, dan posisi badan. Akan tetapi, saat ini terdapat aturan untuk membahas perilaku nonverbal, terutama nonverbal para tokoh masyarakat. Banyak perhatian yang diberikan ke berbagai bagian tubuh atau pakaian yang digunakan oleh tokoh-tokoh tersebut. Perbedaan terakhir dari

9 komunikasi verbal dan nonverbal adalah spesialisasi belahan otak, dimana otak kiri memainkan peran utama dalam proses bahasa atau komunikasi verbal, dan otak kanan yang merupakan spesialisasi komunikasi nonverbal yang mampu mengenali gambar, tubuh, seni, dan musik (Ruben, 2013: ). Komunikasi verbal dan nonverbal tersebut saling berkaitan. Akan tetapi, menurut Birdwhistell, barangkali tidak lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata. Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian, penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan 93% dampak pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal. Komunikasi nonverbal sangat penting dalam mencapai komunikasi yang efektif. Dale G. Leathers, penulis Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa komunikasi nonverbal sangat dibutuhkan (Rakhmat, 2007: 287). Pertama, faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Kedua, perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal daripada pesan verbal. Misalnya, menurut Mehrabian, hanya 7% perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38% dikomunikasikan lewat suara, dan 55% dikomunikasikan melalui ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya). Ketiga, pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Dalam situasi komunikasi yang disebut double binding ketika pesan nonverbal bertentangan dengan pesan verbal orang bersandar pada pesan nonverbal (Rakhmat, 2007: 288). Alasan selanjutnya mengenai pentingnya komunikasi nonverbal adalah pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi, dimana fungsi tersebut memiliki arti memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Yang kelima, pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Pesan verbal membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan apa yang ada di pikiran seseorang dibandingkan menyampaikan pesan secara nonverbal. Alasan terakhir mengapa

10 pesan nonverbal sangat dibutuhkan, karena pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Sugesti yang dimaksud dalam hal ini adalah menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (secara tersirat) (Rakhmat, 2007: 288). Komunikasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Dengan berkomunikasi, kita dapat menyamakan pendapat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti komunikasi diantara pemimpin negara dengan masyarakatnya. Komunikasi juga dapat diasosiasikan sebagai simbol, dimana sebuah label arbitrer atau representasi terdapat dari fenomena. Dalam berkomunikasi, terdapat proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (West, 2009: 7). Simbolsimbol tersebut pun pada akhirnya dapat diketahui dengan jelas pada komunikasi nonverbal seseorang. Karenanya, peneliti merasa tertarik untuk meneliti komunikasi nonverbal, yang dalam hal ini adalah komunikasi nonverbal dari Joko Widodo atau Jokowi ketika menjadi Presiden Republik Indonesia serta citra apa saja yang terbentuk darinya. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah di atas, peneliti merumuskan bahwa fokus masalah yang diteliti lebih lanjut adalah: Bagaimana pemaknaan simbol nonverbal serta citra yang terbentuk dari Presiden Joko Widodo? 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah komunikasi nonverbal serta citra yang terbentuk dari Presiden Joko Widodo dalam tiga video mengenai aktifitas beliau di awal masa kepemimpinannya (20 Oktober Januari 2015) yang masing-masing berdurasi di bawah 4 menit. Video tersebut merupakan media dokumentasi yang dipilih dan diambil oleh peneliti secara acak dari website Youtube. Adapun video yang dipilih tersebut mewakili ketiga pakaian yang sering digunakan oleh beliau dalam berbagai kegiatannya sebagai presiden, yaitu setelan jas dan celana berwarna hitam, kemeja berwarna putih dan celana berwarna hitam, serta baju batik dan celana berwarna hitam.

11 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan makna dari simbol nonverbal serta citra yang terbentuk dari orang yang paling berpengaruh di Indonesia saat ini, dimana yang dimaksud oleh peneliti adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi). 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara akademis, penelitian diharapkan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan refrensi bagi penelitian serupa di hari dan masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan kontribusi untuk memahami cara berkomunikasi dari seorang pemimpin yang memiliki citra sederhana dan dianggap berbeda dengan para pemimpin sebelumnya. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan kontribusi pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan analisis semiotika. Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menganalisis makna dari komunikasi nonverbal dari Presiden Joko Widodo serta citra yang terbentuk darinya. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada siapa saja yang ingin menganalisis komunikasi nonverbal dan citra seseorang melalui analisis semiotika. Peneliti juga berharap pembaca dapat lebih memahami makna dari simbol yang terdapat pada seseorang yang sangat berpengaruh di saat penelitian ini dilakukan, yaitu Joko Widodo atau Jokowi (Presiden Republik Indonesia periode ).

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa pekan lalu, Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) DKI Jakarta dianggap demikian penting. Hal ini terlihat jelas ketika semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Selain itu pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan pendapatnya atau alasan (KBBI, 2005: 240). Menurut Widyamartaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Pemilu 2014 akan menjadi cermin bagi kualitas yang merujuk pada prinsip demokrasi yang selama ini dianut oleh Negara kita Indonesia. Sistem Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Hasil Olah Peneliti. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Hasil Olah Peneliti. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet sebagai alat komunikasi telah berkembang menjadi sebuah media yang efektif dan bersifat global. Instant Messaging (pesan instan), Chatting, Facebook,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan yang terkenal dengan keindahan lingkungan, juga keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Namun, siapa sangka negara yang terkenal dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, BAB V KESIMPULAN Politisasi identitas Betawi dilakukan oleh Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas, yaitu dengan penggunaan pakaian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. common) Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut

BAB I PENDAHULUAN. common) Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut BAB I PENDAHULUAN Komunikasi atau communicare berarti membuat sama (to make common) Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era demokrasi ini, khususnya di Inodonsia, musik tidak hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era demokrasi ini, khususnya di Inodonsia, musik tidak hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era demokrasi ini, khususnya di Inodonsia, musik tidak hanya sebagai media komunikasi seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam penggunaannya, musik berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengamat perkotaan, yang dikutip dari okezone.com (4 Oktober 2012)

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengamat perkotaan, yang dikutip dari okezone.com (4 Oktober 2012) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta, sebagai kota metropolitan ternyata masih menyimpan banyak persoalan. Meski usianya telah mencapai 485 tahun, masalah seperti banjir, kemacetan, kesejahteraan

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) merupakan isu publik yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar politisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara untuk membangun image kepublik agar mendapatkan perhatian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perhelatan akbar pemilihan kepala daerah hingga pemilihan presiden di Indonesia setiap calon pasangan yang maju menggunakan berbagai cara untuk membangun image

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

Lanjutan...Non Verbal, (Psikom part-4, 15 okt 2013) By : Khey M.Boer

Lanjutan...Non Verbal, (Psikom part-4, 15 okt 2013) By : Khey M.Boer Lanjutan...Non Verbal, (Psikom part-4, 15 okt 2013) By : Khey M.Boer Fungsi nonverbal dalam hubunganya dgn pesan verbal (Mark L.Knapp,1972:9-12) ada lima yaitu: 1. Repitisi yaitu mengulang kembali pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki kemampuan berbahasa telah memungkinkan manusia memikirkan suatu masalah secara terus-menerus. Dengan bahasa, manusia dapat mengkomunikasikan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang pokok dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang pokok dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang pokok dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, manusia memiliki kesempatan untuk saling berhubungan, saling bertukar pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, kemacetan bukan hal yang asing lagi. Hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi maka pesat juga perkembangan dalam dunia mode dan fashion. Munculnya subculture seperti aliran Punk, Hippies,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya

KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI. Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya KOMUNIKASI VERBAL DAN KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI Sesi 9 Pengantar Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Jaya KOMUNIKASI VERBAL = KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA/KATA- KATA, BAIK LISAN

Lebih terperinci

Standar Penampilan Pribadi.

Standar Penampilan Pribadi. Standar Penampilan Pribadi Standar dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang disepakati Sedangkan penampilan pribadi mempunyai pengertian sebagai penampilan (performance) dari diri seseorang maupun organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi media baru (new media) menghasilkan perubahan besar dalam pengalaman politik masyarakat. Media baru yang dirancang untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Salah satu hal yang penting bagi suatu organisasi adalah komunikasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tumbangnya rezim Soeharto pada tahun 1998, Indonesia mengalami masa reformasi, dimana rakyat bisa terlibat langsung dalam aktivitas politik di DPR atau

Lebih terperinci

Session 5 Pengantar Komunikasi

Session 5 Pengantar Komunikasi Session 5 Pengantar Komunikasi Session 5 Pengantar Komunikasi Sasaran Sesi Diharapkan para manajer kampanye mampu : Memahami proses komunikasi Menjelaskan perbedaan komunikasi verbal dan non verbal Module

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tersebut, peneliti berhasil menemukan frame Jurnal Nasional terkait dengan sosok

BAB IV PENUTUP. tersebut, peneliti berhasil menemukan frame Jurnal Nasional terkait dengan sosok 121 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti dalam rangka menjawab tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneliti kemudian menarik benang

Lebih terperinci

NOTA PEMBELAAN. BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR

NOTA PEMBELAAN. BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR NOTA PEMBELAAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA TERHADAP TUNTUTAN PENUNTUT UMUM DALAM PERKARA PIDANA No. 1537/Pid.B/2016/PN.JKT.UTR TETAP MELAYANI WALAU DI FITNAH Bapak Ketua Majelis Hakim, dan Anggota Yang saya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN LAGU SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Hasil Temuan Penelitian Dari hasil mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, observasi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang sangat cepat, khususnya dalam teknologi dan cara berfikir masyarakatnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur 73 BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi media massa mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan berita, gambaran umum serta berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari apa yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari apa yang terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari apa yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran. Menurut The Webster

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Ahok Gugat Cerai Veronica Tan

Ahok Gugat Cerai Veronica Tan Tak Banyak yang Tahu Ahok Gugat Cerai Veronica Tan Ramadhan Rizki Saputra, CNN Indonesia Senin, 08/01/2018 10:06 WIB Ahok mendaftarkan gugatan cerai terhadap istrinya, Veronica Tan pada Jumat (5/1) ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak terlepas dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Manusia membutuhkan pakaian karena pakaian memiliki manfaat kepada para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dimana teknologi semakin canggih, memudahkan semua orang mendapatkan informasi dengan cepat. Hal ini membuat pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI

ETIKA DALAM BERKOMONIKASI ETIKA DALAM BERKOMONIKASI PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH Gambaran tentang keberadaan komunitas punk di Salatiga pada bab v telah sedikit memberikan gambaran tentang hubungan komunitas punk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik dan berbeda setiap pembicaranya. Bahasa yang digunakan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. menarik dan berbeda setiap pembicaranya. Bahasa yang digunakan oleh orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa dapat menunjukkan si pemakai bahasa. Itu artinya bahasa bisa menjadi cerminan pribadi si pemakai bahasa (pembicara) tersebut. Bahasa sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online.

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Semenjak tumbangnya rezim orde baru media massa terus berkembang hingga di era demokrasi saat ini. Berbagai jenis media massa telah tumbuh dan berkembang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan analisis dan bahasan terhadap suatu persoalan penelitian, ada berbagai alternatif metode penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Oleh sebab

Lebih terperinci

AMIN MUHTADI A

AMIN MUHTADI A REFERENSI DAN IMPLIKATUR DALAM KOLOM SMS PEMBACA LIPUTAN KHUSUS THOMAS UBER PADA HARIAN TEMPO BULAN MEI 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat mengenal korupsi sebagai tindakan penyalahgunaan uang negara atau institusi perekonomian sebagai upaya untuk meraih keuntungan pribadi. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RETORIKA PRABOWO SUBIANTO DAN JOKO WIDODO DALAM DEBAT CALON PRESIDEN

PERBANDINGAN RETORIKA PRABOWO SUBIANTO DAN JOKO WIDODO DALAM DEBAT CALON PRESIDEN PERBANDINGAN RETORIKA PRABOWO SUBIANTO DAN JOKO WIDODO DALAM DEBAT CALON PRESIDEN 2014 (Studi Kasus Retorika Debat Calon Presiden 2014 Mengenai Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial) Heru Ricky

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 ini menjadi tahun yang ramai dengan perbincangan politik. Mulai dari pemilihan anggota DPRD sampai pemilihan calon presiden terjadi pada tahun 2014 ini.

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis berarti negara atau kota dan teta berarti urusan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis berarti negara atau kota dan teta berarti urusan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis berarti negara atau kota dan teta berarti urusan. Politik pertama kali digunakan oleh Aristoteles dimana kata politik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Professional attire pada dasarnya merupakan cara berpakaian secara rapi dan formal. Professional attire dalam dunia kerja jelas merupakan aspek yang sangat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sebagai salah satu televisi berita dengan program andalannya Mata Najwa, Metro TV tak mau ketinggalan membahas isu terhangat. Salah satunya mengenai suasana jelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan positif khususnya dalam dunia politik, seperti halnya kebebasan berpendapat yang menjadi

Lebih terperinci

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN AD/ART KM UGM PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Republik Indonesia harus diisi dengan kegiatan pembangunan yang bervisi kerakyatan sebagai perwujudan rasa syukur bangsa Indonesia atas rahmat Tuhan

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 4 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Memahami Perbedaan Perbedaan Budaya DESKRIPSI Modul ini membahas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa dalam kehidupan kita sehari-hari banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh komunikasi. Apa yang kita ketahui, maknai, pahami, bahkan yang kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini karena fungsi bahasa yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya DEFINISI KBBI, Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami Effendy, proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dengan diumumkannya dua pasangan calon bupati dan wakil bupati, maka rangkaian Pilkada Serentak 2015 di Kabupaten Bantul resmi dimulai. Calon Bupati (cabup) dan Calon Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah majalah membutuhkan desain, termasuk pada cover, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah majalah membutuhkan desain, termasuk pada cover, yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah majalah, keberadaan cover (halaman muka) merupakan bagian yang penting. Cover sebuah majalah menjadi penting keberadaanya karena menjadi bagian yang nantinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan memiliki lembaga-lembaga khusus berdasarkan tugas masing-masing. Dalam rangka untuk memahami

Lebih terperinci

Kwin Kian Gie Tentang Kontroversi Pilkada Langsung

Kwin Kian Gie Tentang Kontroversi Pilkada Langsung Saturday, September 27, 2014 Ini Penjelasan Gamblang Kwin Kian Gie Tentang Kontroversi Pilkada Langsung Oleh: Kwik Kian Gie Sejak Indonesia berdiri sampai tahun 2007 tidak ada Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA)

Lebih terperinci

PEMAKNAAN KARIKATUR OOM PASIKOM PADA HARIAN KOMPAS EDISI 10 SEPTEMBER 2016

PEMAKNAAN KARIKATUR OOM PASIKOM PADA HARIAN KOMPAS EDISI 10 SEPTEMBER 2016 PEMAKNAAN KARIKATUR OOM PASIKOM PADA HARIAN KOMPAS EDISI 10 SEPTEMBER 2016 I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak

Lebih terperinci