BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan perekonomian Indonesia di era globalisasi ini, aset pemerintah harus dikembangkan potensinya agar dapat meningkatkan pendapatan negara. Pemerintah Indonesia berperan mengelola seluruh aset negara sesuai peraturan dan undang-undang yang berlaku agar meningkatkan kesejahteraan bangsanya. Otonomi daerah merupakan salah satu produk pemerintah dalam mengembangkan potensi aset di tiap wiayah. Dalam otonomi daerah, pemekaran wilayah kota/kabupaten dan provinsi dapat membangun kemandirian suatu daerah. Pemekaran wilayah tersebut dapat membantu mengurangi beban pemerintah pusat dalam pembangunan negara. Pengelolaan aset daerah dikendalikan di setiap wilayah lokal oleh penguasa setempat. Salah satu wilayah lokal di Indonesia yang memiliki banyak potensi aset yaitu Provinsi Jawa Barat. Wilayahnya yang dekat dengan pemerintah pusat, serta aset yang melimpah dan tersebar dalam berbagai macam sektor perekonomian, menjadikan aset Jawa Barat berpotensi untuk dikembangkan. Keindahan alamnya dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi daerah tersebut. Dengan jumlah 16 Kabupaten dan 8 Kota, masyarakat Jawa Barat yang berpendudukan cukup tinggi ini tentu dapat meningkatkan potensi daerah mereka. Salah satu wilayah lokal di Jawa Barat yaitu Kabupaten Bandung, yang memiliki luas ha. Dengan wilayah yang sangat luas, Kabupaten Bandung memiliki aset potensial yang melimpah terutama aset pariwisatanya. Aset tersebut tentu dapat dikembangkan pemanfaatanya yang turut serta meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Perlu suatu pengelolaan aset yang komperhensif dan terintegrasi agar Pemerintah melakukan pembangunan daerah dengan optimal. Beberapa masalah terkait pengelolaan aset muncul akibat pemekaran wilayah. Salah satu masalah yang muncul yaitu masalah legal. Masalah tersebut harus 1

2 segera diselesaikan, mengingat hal itu dapat membebani pemerintah dalam melaksanakan program-program pembangunan setempat. Oleh karena itu pengidentifikasian aset perlu dilakukan dengan seksama agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Masalah utama yang muncul akibat pengelolaan yang kurang optimal terhadap aset daerah Kabupaten Bandung, yaitu ketidaktertiban administrasi dalam penatausahaan aset. Aset Kabupaten Bandung yang termasuk ke dalam BMD (Barang Milik Daerah) menjadi tidak terawasi kondisinya. Banyak aset yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi tidak optimal penggunaannya. Padahal jika aset tersebut dikelola secara optimal, maka Pemda (Pemerintah Daerah) dapat dengan mudah mengembangkan pemanfaatan aset pada masa yang akan datang. Menurut Permendagri No.17 Tahun 2007, Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan Inventarisasi menurut Budiono (2005: 207) merupakan pencatatan pendaftaran barang-barang milik kantor yang dipakai dalam melaksanakan tugas. Inventarisasi barang merupakan kegiatan untuk melakukan pencatatan dan pendaftaran barang pada suatu saat tertentu. Seluruh BMD merupakan sasaran inventarisasi yaitu semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, baik yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang maupun yang berada dalam pengelolaan Pengelola Barang. Semua aset baik aset lancar maupun aset tetap perlu dilakukan inventarisasi secara tertib. Menurut Perbup No. 13 tahun 2009 Pasal 20 ayat 1, Pengelola bertanggung jawab atas pelaksanaan sensus barang milik daerah. Artinya SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) wajib menyelenggarakan inventarisasi dengan tertib. Aset Kabupaten Bandung memiliki bermacam karakteristik dan berada dalam posisi geografis yang tersebar, sehingga pendekatan keruangan (spatial) menjadi sangat penting dalam pengelolaan aset khususnya inventarisasi. 2

3 Pendekatan spatial memudahkan Pemda melakukan analisis keruangan untuk objek aset maupun wilayah Kabupaten Bandung secarara keseluruhan, agar mendapat gambaran informasi yang cukup bagi perencanaan strategi serta pengambilan keputusan dalam pemanfaatan aset jangka pendek maupun jangka panjang. Pendekatan spatial dalam mendata aset akan lebih menguntungkan daripada non-spatial. Pemda Kabupaten Bandung membutuhkan suatu sistem informasi yang cepat dan akurat untuk meningkatkan kinerja SKPD dalam mengelola aset Pemda. Sistem tersebut dikenal dengan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA). SIMA ini merupakan pengembangan dari Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah (SIMBADA). SIMBADA menurut Kep Mendagri No. 49 Tahun 2001 adalah suatu sistem aplikasi dalam rangka pengelolaan, inventarisasi barang-barang milik daerah dengan menampilkan bentuk dan format-format standar yang telah dibakukan serta mudah dilaksanakan. Dilihat dari Keputusan Menteri tersebut bisa dilihat Sistem Informasi Manjaemen Barang dianjurkan oleh pemerintah untuk digunakan oleh instansi pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Bandung memiliki suatu sistem informasi yang disebut Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Tetapi sistem tersebut belum dikelola langsung oleh bagian pengelolaan aset, melainkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Berasarkan Peraturan Bupati No 13 Tahun 2009 Pasal 1:20, Penggunaan adalah kegiatan yang di lakukan oleh pengguna/kuasa pengguna dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan. Berdasarkan peraturan tersebut, Pengelolaan aset termasuk penggunaan BMD seharusnya dilakukan oleh SKPD terkait yaitu Pengelola aset, namun SIMDA hingga saat ini masih dikelola oleh BPKP. SKPD belum memiliki kompetensi khusus dalam manajemen aset, terutama pengoperasian SIMDA. Pengoperasian SIMDA dilakukan oleh BPKP, tetapi masih belum optimal karena kurangnya komitmen dari SKPD kepada BPKP. Data dalam SIMDA 3

4 belum sepenuhnya sesuai dengan laporan keuangan dan kondisi aslinya di lapangan. Hal tersebut tentu dapat merugikan pemerintah, karena informasi yang didapat tidak sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini untuk mendukung pelaksanaan program pemerintah dalam pemanfaatan aset. Untuk itu dibutuhkannya suatu sistem yang dapat mengakses data secara akurat dan cepat agar mempermudah SKPD dalam mengawasi serta mengelola aset Pemda. Sistem yang dibutuhkan yaitu suatu sistem yang terhubung ke seluruh bagian pengelolaan aset dalam rangka pengoptimalan sistem inventarisasi aset. Berdasarkan hasil studi kasus mengenai evaluasi sistem inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, terdapat kesimpulan dari 4 aspek dalam sistem inventarisasi yang diterapkan yaitu: 1. Aspek Legal: Banyak Aset Pemda yang belum terbebas dari masalah hukum, seperti sengketa tanah yang sertifikat kepemilikannya ganda. Hal tersebut menyebabkan pemanfaatan aset kurang optimal. 2. Aspek Fisik a. Dari hasil inventarisasi Pemda, masih ada aset yang belum teridentifikasi aspek fisiknya seperti jumlah dan bentuk aset. b. Adanya kendaraan dinas yang kondisi fisiknya tidak sesuai dengan buku inventarisasi karena aset tersebut dibawa pensiun oleh pengguna tanpa melaporkannya terlebih dahulu. 3. Proses Kerja Inventarisasi a. Masih banyak aset Pemda Kabupaten Bandung yang belum terdata dan dilakukan kodefikasi serta diberi stiker kode. b. Banyak aset yang didata di buku inventaris tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Masalah itu terjadi akibat prosedur pelaporan aset yang belum terorganisir dengan baik. c. Pemeliharaan dan pengawasan aset yang belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini terjadi karena bagian pemeliharaan tidak termasuk kedalam bagian pengelolaan aset. 4

5 4. Sistem Informasi Pendukung Dalam pengimplementasianya, SIMDA masih memiliki kekurangan dalam hal pengolahan data untuk memudahkan karyawan, berikut permasalahan dalam aplikasi SIMDA barang. a. Kurangnya kejalasan prosedur dan mekanisme mutasi barang dalam inventarisasi aset. Isi Perbup No 13 tahun 2009 masih mengacu kepada Permendagri No.17 tahun 2007, sehingga prosedur dan tata cara inventarisasi aset belum memberikan kejelasan yang mendalam bagi pegawai dalam mengoptimalkan kinerja mereka. b. BPKP selaku badan verivikasi SIMDA yang mengelolanya, belum mendapat komitmen yang jelas dari SKPD karena adanya gap antara bendahara keuangan dan bendahara barang. c. Teknologi belum mencakup seluruh aspek pengelolaan aset. SIMDA belum terintegrasi ke bagian keuangan dan pemeliharaan aset, serta bagian lain yang berhubungan. d. SIMDA masih kurang optimal penggunaannya karena data yang didapat belum sepenuhnya update sesuai laporan keuangan. Data yang didapat seringkali kurang akurat. e. Bagian keuangan masih lamban dalam memberikan laporan keuangan kepada BPKP, hal tersebut terjadi karena bagian keuangan masih menggunakan sistem akuntansi keuangan secara manual. f. Gambar kondisi aset belum diupdate ke dalam SIMDA sehingga harus dibenahi untuk pengembangan SIMA BMD berbasis spatial. g. SIMDA belum dapat diakses secara online sehingga kurang cepat dalam pengaksesan informasi. Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, permasalahan yang terjadi terkait sistem informasi Pemda Kabupaten Bandung yaitu, belum adanya sistem informasi inventarisasi aset berbasis online yang langsung dapat diakses oleh semua pegawai pengelola aset. Sistem Informasi tersebut tentunya berbentuk SIMA yang dikembangkan dari SIMDA. Sistem yang sudah ada pun belum memberikan informasi secara cepat dan akurat, masih ada beberapa fitur yang 5

6 kurang seperti kondisi aset. Untuk itu dipelukan perangkat aplikasi sistem informasi geografis (geographical information system/ GIS). Menurut Siregar: 2004, GIS hanya sebuah sarana untuk pengambilan data, menganalisisnya, dari kumpulan data berbasis ruang (spatial based data) untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Belum adanya keefektifan dalam SIMDA maka perlu dibuat rancangan sistem informasi inventarisasi aset berbasis web yang tepat, khususnya dalam mengawasi aset Pemda Kabupaten Bandung secara keseluruhuan. SIMDA yang efektif yaitu yang memiliki variabel sistem informasi manajemen yang mendukung kegiatan operasional sistem. Menurut Sutabri (2004) indikator dari variabel sistem informasi manajemen yaitu availability, timelines, accuracy, completeness, dan presentation. SIMDA yang ada saat ini belum memiliki suatu keefektifan dalam lima variabel tersebut. Bahkan masih banyak kekurangan dalam variable completeness dan presentation, terkait data dalam simda belum dapat sepenuhnya lengkap sesuai kondisi lapangan dan belum berbasis web. Dengan sistem Informasi berbasis web, tentu dapat membantu pengaksesan informasi aset secara cepat, akurat, dan dapat terintegrasi dengan bagian pengelolaan aset yang terkait. Dari masalah tersebut, penulis akan membuat rancangan proyek dengan judul Analisis Evektifitas SIMDA dan Perancangan Sistem Informasi Inventarisasi Aset Berbasis Web Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 1.2 Identifikasi Proyek Berdasarkan latar belakang proyek di atas mengenai perancangan sistem informasi inventarisasi aset, maka penulis membuat identifikasi proyek yang dapat dilihat sebagai berikut. 1. Seberapa efektifkah SIMDA yang diterapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana kondisi SIMDA saat ini dan kebutuhuan SIMDA bagi pengelola aset yang akan dikembangkan di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung? 6

7 3. Bagaimana rancangan sistem informasi inventariasi aset berbasis web yang sesuai peraturan pemerintah dan dibutuhkan pengelola aset? 1.3 Tujuan dan Manfaat Proyek Sehubungan dengan identifikasi proyek yang sudah diungkapkan di atas, tujuan proyek ini adalah merancang sistem informasi inventarisasi aset yang sesuai kebutuhan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Tujuan Proyek Adapun tujuan dari proyek yang akan dicapai adalah. 1. Mengetahui seberapa efektifkah SIMDA yang sudah diterapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 2. Mendapatkan informasi SIMDA saat ini dan informasi yang dibutuhkan untuk perancangan sistem informasi inventarisasi aset. 3. Menghasilkan rancangan sistem informasi inventarisasi aset yang tepat digunakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Manfaat Proyek Proyek tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya : 1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Membantu memberikan masukan membuat rancangan sistem informasi invetarisasi aset. Dengan adanya sistem informasi inventarisasi aset maka dapat menjadi acuan dan akan mempermudah perusahaan dalam mengelola aset Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 2. Bagi Program Studi Manajemen Aset a. Memberikan umpan balik dalam mengevaluasi proses perkuliahan yang diberikan kepada mahasiswa di Program Studi Manajemen Aset. b. Menjalin hubungan baik dan kerjasama antara program studi dengan instansi pemerintah. 7

8 3. Bagi Penulis Penulis dapat mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu manajemen aset yang telah dipelajari selama kegiatan belajar di Program Studi Manajemen Aset, khususnya ilmu mengenai SIMA dan inventarisasi aset yang dikembangkan dengan perancangan proyek. 4. Bagi Pembaca Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan masukan bagi pembaca tentang pentingnya suatu sistem informasi inventarisasi dalam pengelolaan aset, agar produktivitas pemerintah terus meningkat. Selain itu memberikan masukan mengenai rancangan sistem informasi inventarisasi aset di Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. 1.4 Hasil yang Diharapkan Dari proyek yang selesai dibuat, maka hasil yang diharapkan yaitu dapat membuat perencanaan sistem informasi yang tepat diterapkan Pemda Kabupaten Bandung, dengan rincian sebagai berikut. 1. Efektivitas SIMDA yang sudah diterapkan Pemda Kabupaten Bandung. 2. Kondisi awal SIMDA yang sedang berjalan dan informasi mengenai kondisi SIMDA untuk perancangan yang dibuthkan pengelola aset. 3. Rancangan sistem informasi inventarisasi aset dengan sistem online yang dapat terhubung ke semua bagian manajemen aset, sehingga memudahkan SKPD dalam mengawasi dan mengelola aset Pemda Kabupaten Bandung. 1.5 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2008) adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (hal. 60). Kerangka berpikir dalam penelitian ini merupakan suatu panduan bagi peneliti agar pola pikir penelitian lebih terarah. Kerangka berpikir penelitian terhadap sistem inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung dimulai dengan mengidentifikasi sistem inventarisasi aset Pemkab Bandung pada saat pra 8

9 penelitian dilaksanakan. Informasi singkat mengenai Pemkab Bandung diperoleh langsung dari Pemkab Bandung. Kerangka berpikir terdiri dari tiga tahap, yaitu input, process dan output, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : INPUT Permasalahan pada sistem inventarisasi aset Analisis Efektivitas Proses Sistem: Prosedur Inventarisasi Aset PROSES Landasan Teori: 1. Inventarisasi Aset 2. SIM (DFD & ERD) 3. ROP & EOQ 4. PHP Aliran Data ROP & EOQ Perancangan Sistem Informasi Inventarisasi Aset Landasan Normatif: 1. PP no 6 th PMK 96 th Permendagri 17 th Perbup 17 th 2009 OUTPUT Menghasilkan Rancangan Sistem Informasi Inventarisasi Aset Berbasis Web Sumber: Olah Data Penulis, 2012 Gambar 1.1 Kerangka Berpikir 9

10 1. Input Berdasarkan hasil studi kasus mengenai evaluasi sistem inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, terdapat kesimpulan dari 4 aspek dalam sistem inventarisasi yang diterapkan yaitu: 1. Aspek Legal: Banyak Aset Pemda yang belum terbebas dari masalah hukum, seperti sengketa tanah yang sertifikat kepemilikannya ganda. Hal tersebut menyebabkan pemanfaatan aset kurang optimal. 2. Aspek Fisik a. Dari hasil inventarisasi Pemda, masih ada aset yang belum teridentifikasi aspek fisiknya seperti jumlah dan bentuk aset. b. Adanya kendaraan dinas yang kondisi fisiknya tidak sesuai dengan buku inventarisasi karena aset tersebut dibawa pensiun oleh pengguna tanpa melaporkannya terlebih dahulu. 3. Proses Kerja Inventarisasi a. Masih banyak aset Pemda Kabupaten Bandung yang belum terdata dan dilakukan kodefikasi serta diberi stiker kode. b. Banyak aset yang didata di buku inventaris tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Masalah itu terjadi akibat prosedur pelaporan aset yang belum terorganisir dengan baik. c. Pemeliharaan dan pengawasan aset yang belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini terjadi karena bagian pemeliharaan tidak termasuk kedalam bagian pengelolaan aset. 4. Sistem Informasi Pendukung Dalam pengimplementasianya, SIMDA masih memiliki kekurangan dalam hal pengolahan data untuk memudahkan karyawan, berikut permasalahan dalam aplikasi SIMDA barang. a. Kurangnya kejalasan prosedur dan mekanisme mutasi barang dalam inventarisasi aset. Isi Perbup No 13 tahun 2009 masih mengacu kepada Permendagri No.17 tahun 2007, sehingga prosedur dan tata cara 10

11 inventarisasi aset belum memberikan kejelasan yang mendalam bagi pegawai dalam mengoptimalkan kinerja mereka. b. BPKP selaku badan verivikasi SIMDA yang mengelolanya, belum mendapat komitmen yang jelas dari SKPD karena adanya gap antara bendahara keuangan dan bendahara barang. c. Teknologi belum mencakup seluruh aspek pengelolaan. SIMDA masih kurang optimal penggunaannya karena data yang didapat belum sepenuhnya update sesuai laporan keuangan. d. Bagian keuangan masih lamban dalam memberikan laporan keuangan kepada BPKP, hal tersebut terjadi karena bagian keuangan masih menggunakan sistem akuntansi keuangan secara manual. e. Gambar kondisi aset belum diupdate ke dalam SIMDA sehingga harus dibenahi untuk pengembangan SIMA BMD berbasis spatial. 2. Process Setelah adanya permasalahan, perancangan proyek dimulai dengan mnganalisa efektivitas SIMDA kemudian menganalisa sistem inventarisasi aset, metodologi pengembangan sistem, aliran data dan perancangan sistem. Setelah kegiatan tersebut, maka dilakukan pengambilan data dan observasi. Data yang telah didapat kemudian diolah dengan didasari oleh landasan teori dan landasan normatif. 3. Output Hasil dari perancangan proyek ini yaitu menghasilkan rancangan sistem informasi inventarisasi aset berbasis web Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, yang dikembangkan dari SIMDA sesuai kebutuhan Pengelola Aset. 11

12 1.6 Lokasi dan Jadwal Proyek Untuk keperluan penelitian ini ditentukan lokasi dan waktu penelitian agar materi lebih fokus dan terperinci Lokasi Proyek Penelitan dilakukan di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Jl. Raya Soreang Km.17 Soreang Kabupaten Bandung Jawa Barat. Berikut adalah peta lokasi dan foto citra satelit dari objek penelitian yang diperoleh melalui pencarian dengan menggunakan Google Maps. Gambar 1.2 adalah gambar Kantor Pemerintahan Kabupaten Bandung yang menjadi pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung seperti dibawah ini. Sumber : Google Map Gambar 1.2 Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Gambar 1.3 adalah gambar peta yang menunjukan lokasi kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung seperti gambar berikut. 12

13 Kantor Pemda Kabupaten Bandung Sumber : Google Map Gambar 1.3 Peta Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Berdasarkan Gambar 1.3 di atas. lokasi dari Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung berada dalam garis warna merah yang menandakan keberadaannya di Jl. Raya Soreang Km.17 Soreang Kabupaten Bandung. Sedangkan untuk foto citra satelit nya dapat dilihat pada Gambar 1.4 berikut ini. Lokasi Pemda Kab. Bandung di Komplek Perkantoran Pemkab Bandung Jl. Raya Soreang Sumber: Gambar 1.4 Foto Citra Satelit Objek Penelitian 13

14 1.6.2 Jadwal Proyek Waktu proyek dilaksanakan dari tanggal 1 April 2012 sampai dengan 31 Juli Berikut adalah uraian kegiatan dan waktu pelaksanaan. NO KEGIATAN 1 Tinjauan Lapangan 2 Penentuan Bidang Kajian Penelitian 3 Pertemuan dengan Pembimbing POLBAN 4 Pengumpulan Data Awal 5 Pengolahan Data Awal 6 Pengumpulan Data Akhir 7 Pengolahan Data 8 Penulisan Laporan Tugas Akhir 9 Persetujuan Pembimbing untuk sidang Tugas Akhir 10 Penyerahan laporan tugas akhir ke program studi 11 Sidang Tugas Akhir 12 Revisi Laporan Tugas Akhir 13 Pengumpulan Laporan Tugas Akhir Sumber: Olah Data Penulis, 2012 Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Perancangan Proyek BULAN KGIATAN/ TAHUN 2012 APRIL MEI JUNI JULI I II III IV I II III IV I II III IV I II IV 14

BAB IV PENUTUP 4.1 K esimpulan

BAB IV PENUTUP 4.1 K esimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis efektivitas dan proyek perancangan sistem informasi inventarisasi aset Dearah, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : 1. Efektifivitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian simpulan berisi simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Manfaat ekonomi masa depan

BAB II LANDASAN TEORI. manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Manfaat ekonomi masa depan BAB II LANDASAN TEORI A. Aset Dalam PSAK No 16 Revisi Tahun 2011 disebutkan bahwa aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud yang berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Timur adalah provinsi di bagian timur Pulau Jawa,

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Timur adalah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Timur adalah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi Jawa Timur saat ini tumbuh menjadi provinsi besar yang modern. Dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia pada saat sebelum era reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian yakni

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Kabupaten Bantul, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

BAB IV PENUTUP. Kabupaten Bantul, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai pengeloaan aset daerah di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Proses atau alur pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak reformasi keuangan negara bergulir, yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi barang milik daerah di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pegadaian merupakan BUMN di Indonesia yang usaha intinya bergerak di bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Dasar hukum pendirian

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan pengelolaan aset tetap dan mencari penyebab terjadinya faktor-faktor

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Kab. Demak Nomor Tanggal : 12 TAHUN 2016 : 23 DESEMBER 2016 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi yang

BAB I PENDAHULUAN. publik diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan SIMDA pada pemerintah daerah sebagai suatu organisasi sektor publik diharapkan dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menyelenggarakan pemerintahan sesuai dengan makna otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, pelaksanaan desentralisasi sebagai asas penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA. Tercapainya target penerimaan bunga deposito 7,000,000,000 Rupiah Peningkatan Manajemen Investasi Daerah

PENETAPAN KINERJA. Tercapainya target penerimaan bunga deposito 7,000,000,000 Rupiah Peningkatan Manajemen Investasi Daerah PENETAPAN KINERJA SKPD : DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH TAHUN : 204 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Program/Kegiatan 2 3 4 Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma baru pengelolaan barang milik negara/aset negara telah memunculkan optimisme baru dalam penataan dan pengelolaan aset negara. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 136 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 136 TAHUN 2015 TENTANG -1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 136 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan kepadatan penduduk dalam berbagai bidang dan memiliki berbagai macam informasi yang berhubungan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengelolaan barang milik daerah merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengelolaan barang milik daerah merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi RINGKASAN EKSEKUTIF Pengelolaan barang milik daerah merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN TOLAK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUNG

INDIKATOR DAN TOLAK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUNG I. PROGRAM DAN KEGIATAN Program : Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Aset Daerah. Kegiatan : 1. Penyusunan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah 2. Peningkatan Manajemen Aset / Barang Daerah

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007.

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kota Padang belum efektif dilaksanakan sesuai Permendagri No 17 Tahun 2007. BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hilmah (2013) menganalisis pelaksanaan penatausahaan dan akuntansi aset tetap. Hasil penelitian ini menunjukan penatausahaan aset tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah merupakan proses yang memerlukan keterlibatan segenap unsur dan lapisan masyarakat, serta memberikan kekuasaan bagi pemerintah daerah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat dan pesat dapat dipandang sebagai peluang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat dan pesat dapat dipandang sebagai peluang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi sebagai ekses dari era globalisasi yang berlangsung dengan sangat cepat dan pesat dapat dipandang sebagai peluang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinus. Dengan banyaknya desa yang telah disalurkan bantuan bibit pohon pinus

BAB I PENDAHULUAN. pinus. Dengan banyaknya desa yang telah disalurkan bantuan bibit pohon pinus BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinas Kehutanan Kecamatan Tarutung telah memprogramkan penanaman Pinus sebagai tanaman hutan rakyat. Program ini dilihat sebagai peluang ekonomi sehingga bermunculan

Lebih terperinci

Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah

Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah Permasalahan Kapitalisasi Aset Tetap Pada Instansi Pemerintah Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SPKN Dosen : Dr. Nunuy Nur Afiah, SE., M.Si., Ak. Disusun Oleh: Harri Mustari NPM 120620110021 Angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mengatur, memanfaatkan serta menggali sumber-sumber. berpotensi yang ada di daerah masing-masing. Undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mengatur, memanfaatkan serta menggali sumber-sumber. berpotensi yang ada di daerah masing-masing. Undang-undang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur serta mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian internal lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a Bahwa Barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan barang daerah merupakan bagian penting dalam keuangan negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan bahwa Keuangan Negara adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN III : PERATURAN DAERAH NOMOR : 1 TAHUN 2014 TANGGAL : 29 JANUARI 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi keuangan daerah yang diawali dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Lebih terperinci

Penerapan Fitur Jalan-jalan Cilacap Berbasis Teknologi Informasi

Penerapan Fitur Jalan-jalan Cilacap Berbasis Teknologi Informasi Penerapan Fitur Jalan-jalan Cilacap Berbasis Teknologi Informasi Menurut Carl Wilson Wakil Direktur Utama Eksekutif dan CIO jaringan hotel Marriot Internasional, Tidak ada lagi perbedaan antara proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komputer yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara

BAB I PENDAHULUAN. komputer yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi berbasis komputer yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial. Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventaris adalah daftar yang memuat semua barang milik kantor yang dipakai untuk melaksanakan tugas. Salah satu atau beberapa perlengkapan mengalami gangguan pasti

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 87 TAHUN No. 87, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 87 TAHUN No. 87, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 87 TAHUN 2016 NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REKONSILIASI BARANG

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA. Terpenuhinya dan terbayarnya jasa komunikasi, SDA dan listrik. Terpenuhinya kebutuhan berbagai barang cetakan dan penggandaan

PENETAPAN KINERJA. Terpenuhinya dan terbayarnya jasa komunikasi, SDA dan listrik. Terpenuhinya kebutuhan berbagai barang cetakan dan penggandaan PENETAPAN KINERJA SKPD : DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH TAHUN : 03 Sasaran Strategis 3 4 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Meningkatnya efisiensi, efektivitas dan responsibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 10 TAHUN 20120//.88... TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Salah satu penelitian yang membahas tentang sistem informasi adalah Perancangan dan Implementasi Web Berbasis MVC Menggunakan Framework Zend (Studi Kasus:

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT TAHUN 2013 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI SERAM BAGIAN BARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS SENSUS BMD KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Banyaknya pulau, luasnya daratan dan perairan Negara Republik Indonesia merupakan aset atau harta

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Dengan luas sekitar 373,70 Km 2, Kota Semarang dapat digolongkan sebagai kota metropolitan di Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Papua dibentuk berdasarkan Undang undang Nomor 12 Tahun 1969

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Papua dibentuk berdasarkan Undang undang Nomor 12 Tahun 1969 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Provinsi Papua dibentuk berdasarkan Undang undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonomi Irian Barat dan Kabupaten Otonomi di Provinsi Irian Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun laporan keuangan. Dengan adanya masalah tersebut maka harus diperlukan sebuah pengelolaan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Magang merupakan kegiatan mahasiswa dalam dunia kerja dimana mahasiswa tersebut dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama duduk dibangku perkuliahan. Magang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat penelitian Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kwandang. Kabupaten ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi dan informasi sudah bukanlah hal yang asing bagi masyarakat. Perkembangan teknologi dan informasi semakin sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perusahaan untuk merombak sistem manual yang sudah sejak lama diterapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perusahaan untuk merombak sistem manual yang sudah sejak lama diterapkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini mengundang perhatian berbagai perusahaan untuk merombak sistem manual yang sudah sejak lama diterapkan menuju

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2016, serta pengamatan langsung kondisi tahun 2017 diperoleh simpulan hasil sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2016, serta pengamatan langsung kondisi tahun 2017 diperoleh simpulan hasil sebagai BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari observasi dengan instrumen pemantauan pengelolaan barang milik daerah yang dilakukan terhadap dokumen tahun anggaran 2015 dan 2016,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, pemerintah daerah merupakan organisasi sektor publik yang diberi kewenangan oleh pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan/memproduksi barang-barang publik. Tujuan organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG KODEFIKASI LOKASI DAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG KODEFIKASI LOKASI DAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG KODEFIKASI LOKASI DAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. b. Mengingat : 1. 2. 3.

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 1.a TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU TENGGARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lokasi yang diinginkan atau sebaliknya dengan memilih informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lokasi yang diinginkan atau sebaliknya dengan memilih informasi yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem yang menyatukan komponen data tekstual atau data atribut dengan data peta

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT -1- SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN REKONSILIASI BARANG MILIK DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia. ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia. ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah terjadi berbagai perkembangan dan perubahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah (Pemda), dimana pada satu pihak menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip input/ masukan data, managemen, analisis dan representasi data.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip input/ masukan data, managemen, analisis dan representasi data. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu teknologi yang menggabungkan dunia manajemen basis data dengan peta digital, dan grafik. Secara umum Sistem Informasi

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Rambu lalu lintas merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Rambu lalu lintas merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rambu lalu lintas merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi para pengguna jalan sebagai alat penyampai informasi di jalan. Oleh karena itu dalam letak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian terhadap manajemen aset Dinas Pertanian dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian terhadap manajemen aset Dinas Pertanian dan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian terhadap manajemen aset Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua. 1. Evaluasi terhadap pengelolaan aset tanah dan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua telah memberikan kewenangan yang besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA MARET 2017

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA MARET 2017 LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA 27 31 MARET 2017 I. Dasar Pelaksanaan : 1 2 3 Dokumen Pelaksanaan Kegiatan-DIPA Nomor MA 002.01.001012.01.51.11.5799.001.001.052B.524111 kegiatan Belanja

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN SIMEULUE

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN SIMEULUE 1 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN SIMEULUE 2 Lampiran : Peraturan Bupati Simeulue Nomor : 06 Tahun 2016 Tanggal Tentang : 04 April 2016 M 26 J. Akhir 1437 H : Pedoman Teknis

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung sangat cepat terutama media internet, dimana pada tahun-ketahun

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENATAUSAHAAN DAN PENGAMANAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. 1.1 Kesimpulan. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. 1.1 Kesimpulan. Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN 1.1 Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Penyusunan data atribut (keterangan) aset tanah dan bangunan

Lebih terperinci

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah (pemda), salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui penyampaian laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Provinsi ini merupakan wilayah multi-etnis yang dihuni oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Provinsi ini merupakan wilayah multi-etnis yang dihuni oleh banyak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, Indonesia. Provinsi ini merupakan wilayah multi-etnis yang dihuni oleh banyak suku bangsa. Selain

Lebih terperinci

PROFIL DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014

PROFIL DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014 PROFIL DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2014 1. SEJARAH DPPKA Salah satu kebijakan pemerintah Kabupaten Tanah Datar dalam usaha peningkatan pendapatan daerah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. Sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Keuangan daerah sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Keuangan daerah sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Keuangan daerah sebagaimana di atur dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Derah adalah termasuk kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Tasikmalaya merupakan kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa. Kota ini memiliki banyak potensi daerah dan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi dan transparansi merupakan suatu keharusan bagi entitas organisasi untuk mempertanggungjawabkan setiap pekerjaan yang dilakukan, baik pada lingkup

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Hal ini ditunjukkan oleh media-media elektronik

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Hal ini ditunjukkan oleh media-media elektronik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi yang menyajikan informasi berkembang sangat pesat. Hal ini ditunjukkan oleh media-media elektronik yang serba digital. Sektor informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

1 BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1 BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kebutuhan manusia terhadap teknologi informasi sangat besar dan hampir setiap individu sering memanfaatkan teknologi informasi untuk mencari tempat berlibur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi informasi seperti layanan informasi website sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi informasi seperti layanan informasi website sebagai alat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi didunia saat ini sangat begitu pesat, sehingga membuat masyarakat dunia mencari cara untuk dapat mengetahui perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENERIMAAN, PENYIMPANAN DAN PENYALURAN BARANG MILIK DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan. Pembangunan

Lebih terperinci

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam rangka meningkatkan kinerja SKPD disuatu daerah masalah penatausahaan keuangan dan pengelolaan barang milik daerah, khususnya yang berkaitan dengan penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Salah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi sekarang ini telah membuat manusia bekerja dengan tepat dan akurat sehingga pemanfaatan waktu harus dilakukan secara efisien. Banyaknya data maupun

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL Eka Putri Agustini, Sri Kusumaningrum, Siti Nur Hadiyati DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi diluar negeri menunjukan semakin maraknya globalisasi yang menuntut daya saing tiap negara, termasuk daya saing pemerintah daerahnya (Halim, 2001:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami lulusan lulusan perguruan tinggi. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. dialami lulusan lulusan perguruan tinggi. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan mahasiswa terhadap lingkungan masyarakat khususnya dunia kerja memang sangat di butuhkan, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran yang dialami lulusan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci