PENGARUH TERAPI PUZZLE TERHADAP TINGKAT DEMENSIA LANSIA DI WILAYAH KRAPAKAN CATURHARJO PANDAK BANTUL
|
|
- Djaja Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH TERAPI PUZZLE TERHADAP TINGKAT DEMENSIA LANSIA DI WILAYAH KRAPAKAN CATURHARJO PANDAK BANTUL Dyah Nastiti Nawangsasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Latar Belakang: Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Demensia ini bila tidak ditangani bisa menimbulkan dampak bagi penderita diantaranya terjadi perubahan perilaku pada lansia tersebut seperti melupakan dirinya sendiri, memusuhi orang-orang disekitarnya, dan sering berkeluyuran pada malam hari sehingga mudah hilang. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk memperlambat onset terjadinya demensia adalah dengan terapi puzzle. Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperimental dengan rancangan pre-post with control group. Sampel penelitian sebanyak 4 orang lansia dengan menggunakan teknik total sampling. Instrument penelitian menggunakan MMSE. Analisa data menggunakan Mann Whitney. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kenaikan skor MMSE lansia pada kelompok intervensi. skor MMSE lansia yang mendapatkan terapi puzzle mengalami kenaikan secara bermakna daripada lansia yang tidak mendapatkan terapi puzzle. Nilai signifikan p sebesar. (p <.). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul Kata Kunci: Tingkat Demensia, Terapi Puzzle
2
3 PENDAHULUAN Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and Beare, 7). Beberapa tanda dan gejala demensia hampir tidak kelihatan dan tidak jelas, namun tanda gejala secara umum yaitu bingung, mulai lupa, kehilangan kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari dan sering menyendiri (Anonim, ). Demensia ini bila tidak ditangani bisa menimbulkan dampak bagi penderita diantaranya terjadi perubahan perilaku pada lansia tersebut seperti melupakan dirinya sendiri, memusuhi orang-orang disekitarnya, dan sering berkeluyuran pada malam hari sehingga mudah hilang (Brooker, 9; Carpenito, 9). Jumlah penderita demensia meningkat seiring dengan beberapa faktor dan angka harapan hidup yang meningkat pula. Di seluruh dunia,,6 juta orang memiliki demensia, dengan lebih dari setengah (8 %) yang tinggal di negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah. Setiap tahun, ada 7,7 juta kasus baru. Jumlah ini akan berlipat ganda pada dan lebih dari tiga kali lipat pada tahun (WHO, ). Berdasarkan data Deklarasi Kyoto, tingkat prevalensi dan insidensi demensia di Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Jepang. Menurut data-data diatas prevalensi dan insidensi demensia dapat diatasi dengan berbagai penatalaksanaan yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi Penatalaksanaan demensia dengan obat-obatan yang digunakan untuk menangani demensia antara lain rivastigmin digunakan untuk terapi demensia ringan hingga menengah, donezepin dan galantamin (BPOM, ). Sedangkan
4 untuk terapi yang bisa digunakan untuk demensia adalah terapi music, terapi brain gym, dan terapi puzzle. Puzzle adalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar yang bertujuan untuk mengasah daya piker, melatih kesabaran dan membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu puzzle juga dapat digunakan untuk permainan edukasi karena dapat mengasah otak dan melatih kecepatan pikiran dan tangan (Misbach, ). Pada lansia dengan demensia ditemukan adanya kerusakan pada bagian otak yaitu terdapat kematian sel-sel di dalam otak dan kekurangan suplai darah di otak. Kerusakn didalm otak tersebut yang dapt mengkibtkn gangguan pada lansia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pillai et.all () mengatakan bahwa puzzle dengan jenis crossword puzzle dapat digunakan untuk memperlambat onset penurunan fungsi kognitif pada lansia. Data sensus Amerika Serikat melaporkan bahwa 4-6% lansia yang melakukan crossword puzzle atau pun jenis lainnya dapat digunakan untuk memperlambat onset demensia setidaknya seminggu x atau lebih Berdasarkan survey pendahuluan yang telah peneliti lakukan di wilayah desa Krapakan ditemukan terdapat 44 lansia yang mengalami demensia. 9 lansia mengalami demensia ringan, 7 mengalami demensia sedang dan 8 orang mengalami demensia berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia di wilayah Krapakan Caturharjo Pandak Bantul. METODOLOGI Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan design penelitian quasy eksperimenal design dengan pre and post test with control. Teknik pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling untuk penelitian
5 eksperimen yaitu 4 lansia yang sesuai dengan kriteria inklusi dan esklusi. Variabel independen pada penelitian ini adalah terapi puzzle sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat demensia lansia. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dengan daftar pertanyaan yang menggunakan format Analisa data yang digunakan yaitu dengan analisa univariat dan bivariate. Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden dengan tingkat demensia. Sedangkan analisa bivariate menggunakan Mann Whitney untuk mengetahui pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia. Pengolahan data menggunakan system SPSS. pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination). Kuesioner ini terdiri dari item pertanyaan dengan skor total. Pertanyaan ini dibagi menjadi bagian yaitu orientasi, registrasi memori, atensi dan kalkulasi, pengenalan kembali dan bahasa. Pelaknsanaan penelitian ini dimulai dengan melakukan pretes menggunakan MMSE kepada lansia. Setelah dilakukan pretes selang beberapa hari dilakukanlah terapi puzzle di salah satu rumah warga. Terapi ini dilakukan selam minggu dengan 9x pertemuan. Selang minggu penelitian baru dilakukan postes dengan MMSE.
6 HASIL Table 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, Usia dan Pekerjaan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi kelompok control maupun kelompok intervensi Table 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Demensia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol No. Karekteristik Kontrol (N=4) Intervensi (N=4) n % n % Jenis kelamin Laki-laki 7 4, 4, Perempuan 8,8 76. Pendidikan SD 88, 88, SMP,9,9 SMA,9,9 Usia 4-9 tahun,8 4, 6-74 tahun 8 47, tahun 7 4, 4, 4 Pekerjaan Wiraswasta 4, 7 4, Petani 9,4 9,4 Ibu rumah 8 47, 9,4 tangga Tingkat demensia Kontrol Intervensi Pretes Postes Pretes Postes N % n % N % n % Normal Ringan Sedang Total Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas lansia mengalami demensia ringan saat pretes dan demensia sedang saat postes pada kelompok control. Sedangkan pada kelompok intervensi, mayoritas lansia mengalami demensia ringan saat pretes Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa mayoritas lansia berjenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SD, usia ada pada rentang 6-74 tahun dan bekerja sebagai ibu rumah tangga baik pada maupun postes.
7 Tabel 4. tabulasi silang karakteristik responden pada kelompok kontrol No. Karakteristi k. Usia -9 (tahun) 6-74 (tahun) 7-9 (tahun) Kelompok Kontrol Pretes Posttes Normal Ringan Sedang Normal Ringan Sedang n % n % N % n % n % n % Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Pendidikan SD SMP SMA Total Pekerjaan Wiraswasta Petani Ibu rumahtang ga Total
8 Berdasarkan table 4. diatas pada usia 6-74 tahun mayoritas lansia mengalami demensia ringan masing-masing sebanyak lansia (9.4%) baik pada pretes maupun postes. Sedangkan pada kelompok usia 7-9 tahun mayoritas lansia mengalami demensia sedang masing-masing sebanyak lansia (9.4%) pada saat pretes maupun postes. Jenis kelamin lansia mayoritas adalah perempuan yaitu lansia (9.4%) pada pretes dan lansia (9.4%) pada postes demensia ringan. Terdapat jumlah lansia yang sama pada saat pretes maupun postes demensia sedang. Tingkat pendidikan lansia dengan demensia sedang paling banyak adalah SD yaitu masing-masing 8 lansia (47.6%) pada pretes maupun postes. Selanjutnya pekerjaan sebagai ibu rumahtangga dengan demensia sedang menjadi mayoritas yaitu masing-masing lansia (9.4%) pada pretes maupun postes.
9 Tabel 4.4 tabulasi silang karakteristik responden pada kelompok intervensi setelah dilakukan terapi puzzle No. Karakteristik. Usia -9 (tahun) 6-74 (tahun) 7-9 (tahun) Kelompok Intervensi Pretes Posttest Normal Ringan Sedang Normal Ringan Sedang n % n % N % N % n % n % Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Pendidikan SD SMP SMA Total Pekerjaan wiraswasta petani ibu rumahtangga Total
10 Berdasarkn table diatas mayoritas lansia pada usia 6-74 tahun saat pretes sebanyak 6 lansia (.9%) dan saat postes sebanyak 7 lansia (4.%) daam rentang demensia ringan. Jenis kelamin mayoritas kelompok intervensi maupun kelompok kontrol menggunakan uji Mann Whitney. Tabel 4. Hasil Uji Statistik Wicoxon Saat Pretest dan Posttest pada Kelompok Kontrol dan Intervensi. lansia adalah perempuan yaitu saat pretes sebanyak 7 lansia (4.%) dan saat postes lansia (8.8%) pada demensia ringan. Selanjutnya tingkat pendidikan mayoritas lansia dengan demensia sedang adalah SD yaitu 8 lansia (47.6%) saat pretes dan Kelompok Mean Pre Post Mean Pre test test test Kontrol ±. 7 Intervensi.8..4 ±.9 4 SD P Value Post test ±..7 ±.944. lansia (8.8%) saat postes. Pekerjaan mayoritas lansia adalah wiraswasta yaitu masing-masing lansia (9.4) pada pretes maupun postes yang mengalami demensia ringan. Setelah dilakukan uji normalitas, data menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak normal sehingga untuk mengetahui perbandingan pretest dan posttest pada masing-masing kelompok menggunakan uji Berdasarkan tabel diatas, pada hasil pretest dan posttes kelompok kontrol terdapat selisih mean sebanyak -.4 poin, sedangkan pada kelompok intervensi terdapat selisih mean pada pretest dan posttest sebanyak.4 poin. Selain itu, didapatkan hasil bahwa p value dari kelompok kontrol sebesar.7 (α>.) dan p value kelompok kelompok intervensi sebesar. (α<.). Wilcoxon. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh intervensi yang dilakukan pada
11 Table 4.6 Distribusi Hasil Analisa Postes pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Mean Pre tes Mean Pos tes Mean Kontrol SD Z p Value PEMBAHASAN Pada kelompok kontrol mayoritas lansia didusun Krapakan mengalami demensia ringan pada saat pretes kebanyakan lansia Intervensi menderita demensia sedang. Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa pretes dan postes pada kelompok kontrol terjadi selisih nilai mean yaitu Hal ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan skor MMSE. Sedangkan pada kelompok intervensi terdapat selisih nilai mean yaitu.4. hasil selisih pada kelompok intervensi tersebut menunjukkan bahwa terdapat kenaikan skor MMSE. Nilai Z pada kedua kelompok yaitu -.9 yang berarti bahwa terapi puzzle berpengaruh terhadap kenaikan skor MMSE lansia dengan p value.. Selanjutnya pada kelompok perlakuan mayoritas lansia mengalami demensia ringan saat pretes. Berdasarkan table 4. dapat dilihat bahwa mayoritas lansia mengalami demensia ringan saat pretes pada kelompok control maupun pada kelompok intervensi. Hal ini disebabkan oleh dukungan keluarga pada lansia dengan demensia ringan lebih bagus daripada lansia yang lain. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor tersebut adalah usia. Berdasarkan table 4. dapat dilihat bahwa pada usia 6-74 tahun
12 mayoritas lansia mengalami demensia ringan, baik pada Selain usia, jenis kelamin juga merupakan faktor yang dapat kelompok kontrol maupun mempengaruhi demensia. intervensi. Hal ini dapat disebabkan Berdasarkan table 4. dan tabel 4.4 karena lansia kurang aktivitas fisik. melakukan dapat dilihat bahwa mayoritas lansia berjenis kelamin perempuan Menurut Carvalheiro dan Rodrigues (9) seseorang yang banyak beraktivitas fisik termasuk berolahraga cenderung memiliki memori yang lebih tinggi daripada yang jarang beraktivitas. Hal ini mengalami demensia ringan pada kelompok control maupun intervensi. Hal ini dapat disebabkan karena wanita memiliki hormon esterogen dan progesterone serta perempuan mengalami masa menopause. didukung oleh penelitian yang Beberapa penelitian melibatkan Archives of Medical Research, aktivitas fisik teratur telah terbukti dapat mengurangi resiko demensia sebanyak % pada lansia yang mengalami Alzheimer. Aktifitas fisik tersebut mempunyai beberapa manfaat untuk lansia yang mengalami demensia maupun demensia Alzheimer. menyebutkan bahwa perempuan lebih banyak terkena demensia daripada laki-laki karena perempuan mempunyai hormone esterogen endogen yang menurun. Penurunan hormone estrogen dapat mengakibatkan gangguan fungsi selsel saraf. Jika hal ini terus berlanjut, dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan mengakibatkan demensia
13 pada lansia. Reseptor estrogen telah ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan memori, seperti hipokampus. Selain itu, level estradiol yang rendah demensia ringan pada kelompok control maupun intervensi tingkat pendidikannya adalah SD. Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan lansia rendah. dalam tubuh berhubungan dengan Beberapa penelitian penurunan fungsi kognitif umum dan memori verbal. Hormone estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif mengatakan bahwa semakin rendah pendidikan seseorang semakin tinggi pula menderita demensia. Pendidikan dan dapat membatasi kerusakan mampu mengkompensasi semua tipe akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid. (WHO, ; Baziad, dalam Sihombing, ; Thompson, ; Henry, Katrin dan Louisa, ; Myers, J.S, neurodegenerative dan gangguan vaskular, dan juga mempengaruhi berat otak. Orang yang berpendidikan lebih lanjut, memiliki berat otak yang lebih dan mampu menghadapi perbaikan kognitif serta 8 dalam Banurea, Wiyono & neurodegenerative dibandingkan Theresa, ). Selain itu, pendidikan merupakan faktor yang dapat menyebabkan demensia. Berdasarkan table 4. dan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa mayoritas lansia yang mengalami orang yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat intelegensia dan pendidikan pada seseorang, semakin baik kemampuannya dalam mengkompensasi deficit intelektual. Individu dengan pendidikan yang
14 lebih tinggi sebelumnya dapat mengurangi risiko untuk mengalami demensia pada usia tuanya. (Rahmawati & Warih (9), Carol (), Kapplan & Saddock () dan Keage (). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi puzzle yang dilakukan dapat menaikkan skor MMSE lansia yang mengalami demensia. Hal ini dapat dilihat pada table 4. bahwa p value signifikan yaitu.. Hal ini dapat disebabkan oleh antusias dan tingkat kemauan lansia belajar hal yang baru untuk kesehatan otak yaitu dengan latihan kognitif (puzzle). Hal ini dapat dilihat dari kehadiran lansia dalam mengikuti kegiatan melakukan terapi puzzle yaitu %. Hal ini didukung oleh Hee- Young (), Tuppen () dan Thomason () bahwa lansia demensia dengan rentang ringan sangat direkomendasikan untuk mengikuti latihan kognitif tersebut sesuai dengan program dari Lembaga Nasional untuk Klinik dan Kesehatan di Amerika.salah satu latihan kognitif yang digunakan adalah dengan bermain puzzle. Lansia yang mengikuti program tersebut dibagi dalam kelompok kecil kemudian setiap kelompok mendapatkan kegiatan bermain puzzle secara rutin yaitu jam setiap hari atau x dalam seminggu. Pembagian dalam kelompok kecil pada proses latihan kognitif dapat menumbuhkan keaktifan dan lansia akan menemukan dukungan yang mereka butuhkan. Latihan kognitif tersebut terbukti dapat meningkatkan hasil tes secara signifikan. Latihan kognitif tersebut akan merangsang otak dengan cara menyediakan stimulasi yang memadai untuk
15 mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif otak yang tersisa. Otak akan bekerja saat mengambil, mengolah, dan menginterpretasikan gambar atau informasi yang telah diserap, serta otak bekerja dalam mempertahankan pesan atau informasi yang didapat. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan kesimpulan tentang pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi puzzle terhadap penurunan skor depresi pada lansia dengan nilai p value. (α.). Hal ini menunjukan bahwa Ho ditolak dan ada pengaruh terapi puzzle terhadap tingkat demensia lansia. Selain itu, terdapat selisih nilai mean pada hasil pretest dan posttes kelompok kontrol sebanyak -.47 poin, pada kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok intervensi terdapat selisih mean pada pretest dan posttest sebanyak.4 poin, yang menunjukan adanya kenaikan skor MMSE pada kelompok intervensi. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, peneliti memberikan saran:. Bagi keilmuan bidang keperawatan Dalam bidang keperawatan gerontik, jiwa dan komunitas perlu dikembangkan lagi terapi-terapi komplementer khusunya bagi lansia yang mengalami demensia atau pun bagi lansia yang mulai beresiko mengalami demensia agar demensia dapat diantisipasi dan dapat di perlambat perjalanan penyakitnya walaupun sebenarnya demensia selalu terjadi pada lansia. hal ini menunjukan bahwa terdapat kenaikan dan penurunan skor MMSE
16 . Bagi lansia Lansia berupaya untuk meminimalkan terjadinya demensia dengan terapi-terapi komplementer khususnya terapi puzzle ini dan juga dapat mencegah perkembangan penyakit demensia agar tidak semakin buruk keadaannya.. Bagi peneliti selanjutnya Dapat digunakan sebagai salah satu referensi tentang terapi alternative yang bisa digunakan untuk membantu lansia dengan demensia.
17 DAFTAR PUSTAKA Anonym. 9. Active for Nursing and Residential Hospital, (online), ( diakses November 4) BPOM RI.. Demensia. ( diakses tanggal 9 Februari Thomason, C. (, Nov ). Benefits of cognitive stimulation for people with dementia. NursingTimes.Net, Tuppen, J. (). The benefits of groups that provide cognitive stimulation for people with dementia. Nursing Older People WHO. (). Dementia : Public Health Priority ( Diakses tanggal 8 Februari Brooker, C. 9. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta:EGC Carpenito, L.J. 9. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC Kang, Hee-Young,R.N., PhD., Bae, Yeong- Suk,R.N., PhD., Kim, Eun-Hee,R.N., PhD., Lee, Kap-Soon,R.N., PhD., Chae, M., R.N., & Ju, R., R.N. (). An integrated dementia intervention for korean older adults. Journal of Psychosocial Nursing & Mental Health Services, Keage H.. Education, The Brain and Dementia: Neuroprotection or Compensation?. BRAIN. Misbach, Muzamil.. Media Puzzle, (online), diakses Desember 4 Pillai et. al,. 4. Association of Crosswordpuzzle Partisipation with Memory Decline in Person Who Develop Dementia, (online), ( diakses Desember 4) Sihombing, H, C.. Menopause pada Lansia. Jakarta : FK UI Stanley, M & Beare, P.G. 7. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai dampak yang membahayakan bagi fungsi kognitif lansia. Demensia adalah keadaan ketika seseorang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia saat ini jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah lanjut
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011 Atik Ismiyati INTISARI Latar Belakang : Wanita menjelang
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016
PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI
Lebih terperinciPENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 47 PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA Sarifah Dwi Wulan Septianti¹, Suyamto², Teguh Santoso³ 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses menua adalah proses dimana menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya secara perlahan (Darmojo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Jumlah penduduk saat ini diperkirakan 220 juta jiwa. Berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam
Lebih terperincie-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018
HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB IV. Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta. Di area posyandu. 2. Gambaran Umum Karakteristik Responden
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di posyandu Anyelir A dan posyandu Wijaya Kusuma yang terletak di Kasihan Bantul Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber daya manusia yang penting sebagai penerus bangsa yang akan datang dan memiliki ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senam otak merupakan serangkaian gerakan yang digunakan untuk meningkatkan daya ingat dan konsentrasi seseorang. Senam otak memiliki beberapa manfaat yaitu, dapat mengasah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin bertambah sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011
Lebih terperinciOleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang
pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa
Lebih terperinciHUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong
HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen semu dengan desain control group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pre-post test with control group design yang menggunakan 2 kelompok,
Lebih terperinciArifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat meraih derajat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis
49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat. Demensia akan mengganggu kegiatan sehari-hari lansia maupun hubungan sosial lansia dengan lingkungannya,
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENURUNAN RESPON DEPRESI PADA PASIEN KUSTA Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep. Sp.Kep.J 0028108104 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciDAFTAR SINGKATAN. : Blessed Information Memory Concentration. : Blessed Orientation Memory Concentration. : Functional Activitie Questionnaire
DAFTAR SINGKATAN Lansia TTS BIMC BOMC FAQ STMS CDT MMSE SSP : Lanjut Usia : Teka Teki Silang : Blessed Information Memory Concentration : Blessed Orientation Memory Concentration : Functional Activitie
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian
58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh mendengarkan Al-Qur an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin perawatan bayi selama ratusan tahun di banyak kebudayaan dan salah satu teknik terapi tertua di dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar, meningkat dari sekitar 6.5 milyar di tahun 2006. Peningkatan jumlah penduduk tersebut diikuti dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami proses penuaan di dalam kehidupannya. Menurut Padila (2013), proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak permulaan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).
23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Racangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik. Survei Analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana
Lebih terperinciBAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi dari masa anak ke
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang: Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang kesehatan serta meningkatnya sosial ekonomi dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan menyebabkan
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur
The 7 th University Research Colloqium 08 Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur Nur Hidayah, Suci Tri Cahyani Prodi DIII Kebidanan STIKES PKU MUHAMMADIYAH Surakarta
Lebih terperinciLAMPIRAN. : dr.saulina Dumaria Simanjuntak. 1. Penyediaan obat-obatan : Rp Akomodasi dan transportasi : Rp
LAMPIRAN. Personil Penelitian Nama Jabatan : dr.saulina Dumaria Simanjuntak : Peserta PPDS-I Kedokteran Jiwa FK-USU/ RSUP HAM 2. Biaya Penelitian. Penyediaan obat-obatan : Rp. 5.000.000 2. Akomodasi dan
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : MISNAN 201210201177 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di ruang fisioterapi RS PKU Muhammadiyah Gamping. Subjek penelitian adalah pasien
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU MENGHADAPI MENOPAUSE DI PEDUKUHAN DAGARAN PALBAPANG BANTUL KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Wulandari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Kasihan, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Tempat ini dipilih sebagai lokasi
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015
ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG
PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Dewi Winahyu. *) Dera Alfiyanti **), Achmad Solekhan ***)
Lebih terperinci[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014
PENGARUH SMALL GROUP DISCUSSION TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG DISMENORE PADA SISWI SMPN I DOLOPO Hery Ernawati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak. Sebagai wanita pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi dan perubahan gaya hidup khususnya di daerah perkotaan di Indonesia, jumlah penyakit degeneratif khususnya
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
PENGARUH TERAPI MUSIK DANGDUT RITME CEPAT TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Erika Dewi Noorratri 1, Wahyuni 2 1,2 Stikes Aisyiyah Surakarta Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita yang menunjukan bahwa ovarium telah berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas menstruasi berkurang dan
Lebih terperinciDisusun Oleh : MIA JIANDITA
PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT DAN MADU TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU EDELWEIS DUSUN SERUT PALBAPANG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi
Lebih terperinciPENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA
PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: TITIS PUSPITA WARDANI 201110201136 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk yang cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga mengalami peningkatan angka
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK
HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk mengetahui pengaruh
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH
PENGARUH INTERVENSI PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN METODE PEER GROUP MELALUI PERAN STUDENT ADVISOR PADA SISWA KELAS X DI SMK MUHAMMADIYAH II MOYUDAN TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat
Lebih terperincitahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan
3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autisme merupakan gangguan dalam perkembangan komunikasi, interaksi sosial, tidak bisa mengamati dan mengolah informasi. Orang dengan Autisme Spectrum Disorder (ASD)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 lanjut usia atau lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60 tahun), baik itu pria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir ini menjadi salah satu faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan mental/spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat quasy experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group design. Penelitian
Lebih terperinciPENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TANDES SURABAYA. Yuliati, Nur Hidaayah
PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI RT 03 RW 01 KELURAHAN TANDES SURABAYA Yuliati, Nur Hidaayah Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL
PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL SKRIPSI Disusun oleh: Dani Agus Triana Putriningtyas 201510104379
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen menggunakan design Pretest-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen menggunakan design Pretest- Posttest Control Group Design, sehingga digunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata
Lebih terperinciPriyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DESA TEBON KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN DAN DI UPT PSLU (PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) KECAMATAN SELOSARI KABUPATEN MAGETAN Priyoto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa sekarang ini pembangunan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Made Intan Wahyuningrum
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian experimental dengan menggunakan rancangan pre-experimental (pre-post test with control group design) untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang diambil merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu quasi-experimental design dengan rancangan two-group pre test-post test control
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani pengobatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada anak kurang begitu diperhatikan oleh berbagai pihak baik oleh orang tua,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok usia kritis dikarenakan pada masa tersebut mereka rentan mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan pada anak kurang begitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965). Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia di perkirakan mencapai 500 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Premenopause merupakan masa dimana tubuh mulai bertransisi menuju
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian
Lebih terperinci