Laporan Pertemuan Koordinasi POKJA Ayung Lestari. Latar belakang. Tujuan : Tempat dan Waktu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Pertemuan Koordinasi POKJA Ayung Lestari. Latar belakang. Tujuan : Tempat dan Waktu"

Transkripsi

1 Laporan Pertemuan Koordinasi POKJA Ayung Lestari Tanggal : 23 Desember 2015 Tempat : Aula Kantor Distanbunhut Badung Agenda : Membahas hasil Studi Pemetaan dan Assessmen wilayah hulu DAS Ayung Latar belakang Hasil pertemuan POKJA Ayung Lestari dan Forum DAS Badung, pada 29 Mei 2015 di Kantor Distanbunhut Badung, telah mengasilkan kesepakatan bersama terkait legalitas POKJA Ayung Lestari sebagai bagian dari Forum DAS Badung. Selanjutnya untuk pelaksanaan kegiatan lebih lanjut terkait Program Pokja Ayung Lestari secara formal menggunakan legalitas Forum DAS Badung. Salah satu kegiatan program yang dilakukan POKJA Ayung Lestari 2015, yaitu melakukan kajian/studi pemetaan dan assessment wilayah hulu DAS Ayung (khususnya di Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan), untuk memperoleh gambaran data/informasi terkait dengan pengelolaan konservasi hulu DAS Ayung (potensi dan permasalahan), serta stakeholder yang terlibat. Studi ini telah dilakukan oleh tim independen yang disepakati oleh tim Pokja Ayung Lestari. Untuk mengetahui temuan-temuan hasil studi tersebut, sekaligus berbagai rekomendasi/saransaran untuk pengembangan program POKJA ke depan, maka dilakukan kegiatan pertemuan koordinasi POKJA Ayung Lestari ini dengan melibatkan berbagai pihak yang selama ini terlibat dalam kegiatan POKJA. Tujuan : Tujuan pertemuan koordinasi yaitu : (i) Untuk mengetahui hasil studi pemetaan & assessment wilayah hulu DAS Ayung (ii) Mendiskusikan isu-isu dan gagasan untuk pengembangan program POKJA/Forum DAS Badung lebih lanjut ke depan. Tempat dan Waktu 1

2 Pertemuan koordinasi POKJA akan dilaksanakan di Ruang Pertemuan Kantor Distanbunhut Badung, pada Hari Rabu, 23 Desember 2015, dengan agenda acara sbb : : Registrasi peserta : 1. Pengantar tentang Profile Pokja Ayung Selayang Pandang (oleh IG. Suarja) 2.Sambutan dari Kadis Distanbunhut Badung sekaligus membuka Pertemuan (diwakili oleh Ibu AA Ambara Dewi) : Presentasi Hasil Studi oleh tim Studi : Diskusi dan saran-saran : Arahan dari Kadis Distanbunhut Badung, sekaligus menutup acara pertemuan : Istirahat (makan siang). Peserta dan fasilitator Peserta pertemuan terdiri pengurus Forum DAS Badung, Pokja Ayung Lestari, Dinas/Instansi terkait, dan perwakilan dari Desa Sulangai dan Desa Belok Sidan, dengan jumlah peserta yang hadir sebanyak 27 orang dari 40 orang peserta yang diundang, dengan perincian sbb: No Nama Instansi Keterangan 1 Ir. I G K Sudaratmaja, MS Kadis Distanbunhut Badung 2 A.A. Ambara Dewi Distanbunhut Badung 3 IB. Gde Wirawan Distanbunhut Badung 4 A.A. Manacika BLH Badung Diwakili oleh staf (Eka Wikrama) 5 Ketut Ariantana Bagian Sumberdaya Air-ESDM Bali 6 Tjok Bagus Purnawarman Balai Wilayah Sungai, Bali-Penida 7 Joko Heru Setiyawan Radar Bali 8 Putu Puspawetri PT Karya Tangan Indonesia (KTI) 9 Dr. Ir. Made Sudarma, M.S PPLH Unud/ Ketua Pokja 10 Ngurah Warrasutha PT. Tirta Investama (Aqua) 11 Ida Ayu Eka Pertiwi Sari PT. Tirta Investama (Aqua) 2

3 12 Sagung Ratih Sri W. Bali Wilayah Sungai, Bali-Penida 13 I G Bagus Sumertana PT. Bagus Agro Pelaga/ Wakil ketua Pokja 14 Made Budiasa BKSDA Sangeh 15 Ir. Nyoman Sunarta, MS Forum DAS Bali 16 Ir. Made Garus Adiputra, MS Ketua Forum DAS Badung 17 I Gde Suarja JANMA/ Sekretaris Pokja 18 Wayan Supardi Pekaseh Subak Buangga 19 Made Indra Wahyuni JANMA Panitia 20 Gede Yasa Utama JANMA Panitia 21 Nyoman Adi Sumandra Kelihan Banjar Dinas Abing, Desa Sulangai 22 Wayan Yudana Pekaseh Subak Sulangai 23 Nengah Kertiyasa Kelihan Banjar Dinas Bon, Ds Belok Sidan 24 Made Arnadi Kelihan Subak Bhuana Sari, Banjar Kenikit, Belok Sidan 25 Nym Gama Pekaseh Subak Abian Sekarmukti, Belok Sidan 26 Made Pukel Tim Studi 27 Putra Suardika Tim Studi 3

4 Point-point yang dibicarakan (1). Presentasi Profile singkat tentang Pokja Ayung Lestari (oleh IG. Suarja) Mengawali pertemuan koordinasi program Pokja Ayung Lestari-Forum DAS Badung, disampaikan profile singkat tentang keberadaan Pokja Ayung Lestari yang selama ini telah berkiprah dalam mendukung pelestarian konservasi sumberdaya hutan dan air wilayah hulu. Tujuannya untuk menyegarkan kembali pemahaman peserta terkait dengan sejarah lahirnya Pokja Ayung yang diinisiasi oleh program CSR PT. Tirta Investama, Janma dan Distanbunhut Badung sejak Juli 2014, kegiatan yang telah dilakukan selama ini, serta keberadaan Pokja yang secara formal disepakati merupakan bagian dari Forum DAS Badung yang sudah mempunyai legalitas dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Bupati Badung. Diharapkan semua pihak dapat memahami aktifitas yang telah dilakukan oleh Pokja Ayung dan bersedia untuk memberikan dukungan maupun kontribusi dalam pengembangan program Pokja/Forum DAS Badung ke depan (2016). Profile Pokja Ayung secara lengkap (terlampir). (2) Hasil Studi Pemetaan Hulu DAS Ayung Presentasi hasil studi disampaikan oleh tim studi (Putra Suardika dan Made Pukel). Hal-hal yang disampaikan dalam presentasi hasil studi pemetaan hulu DAS Ayung, antara lain : - Tujuan studi yaitu : (i) Memperoleh data dan informasi terkait dengan kehidupan masyarakat meliputi aspek sosial, ekonomi, teknologi, tata guna lahan oleh masyarakat; (ii) Memetakan kelembagaan sosial dan para stakeholder, baik yang terkait langsung dan tidak langsung dengan pemanfaatan air dari DAS Ayung, serta menganalisis peran dan relasinya dengan masyarakat dan sumberdaya alam. - Lokasi studi : Desa Belok Sidan dan Desa Sulangaui Kecamatan Petang, Kab. Badung - Cakupan studi, meliputi: (i) Karakteristik masyarakat (umur, pendidikan, anggota keluarga, tenaga kerja, pekerjaan); (ii) Kondisi sumberdaya alam (vegetasi, air, ternak, pemanfaatan dan produktivitas lahan); (iii) Teknologi (saprodi, DAS Mikro, akses air bersih); (iv) Kelembagaan (peraturan/awig2, stakeholder); (iv) Kemiskinan dan ekonomi (RTM, intervensi pemerintah, pendapatan dan sumbernya) - Hasil dan rekomendasi studi : Beberapa hasil temuan secara umum terkait dengan kondisi pengelolaan sumberdaya hutan dan air yang terjadi dalam 10 tahun terakhir dan kecendrungan perubahan ke depan, a.l: 4

5 Populasi tanaman kayu cenderung mengalami peningkatan karena harga kayu naik, adanya dukungan bantuan bibit dari dinas dan pihak-pihak lain, dan mudah perawatan/pemeliharaannya. Masyarakat lebih melihat pohon kayu sebagai kepentingan ekonomi dibandingkan kepentingan konservasi karena adanya kebutuhan ekonomi.. Akses air bersih cenderung semakin baik/mudah kecuali di kedua Desa. Namun demikia, masih ditemukan beberapa keluarga yang belum memperoleh akses air bersih, terutama di pemukiman baru dekat hutan di Banjar Bon, Desa Belok Sidan (30-40 KK) dan Pondok Batu Nganten dan Bukit Cepaka (40-60 KK), Banjar Abing, Desa Sulangai. Jalan kaki ambil air ke sungai/mata air. Selain itu, sumbr mata air relative tetap, sedangkan debit air cenderung mengalami penurunan. Akses jalan desa, usahatani, kampung cenderung semakin baik karena adanya dukungan proyek pemerintah termasuk program dari PNPM Adanya alih vegetasi dari tanaman kopi ke tanaman jeruk dan asparagus yang cenderung semakin meningkat karena harga yang lebih baik, frekuensi panen lebih sering, dan bisa dilakukan tumpang sari pada tanaman jeruk, terutama di wilayah Desa Belok Sidan. Adanya alih vegetasi tanaman padi ke tanaman empon-empon (kunir, jahe, sere, dll) di lahan sawah cenderung semakin meningkat, akibat kekurangan air irigasi, khususnya di Subak Sulangai dan Batulantang, Desa Sulangai Pendapatan kotor rata-rata petani mencapai Rp 2,3 jt/bln atau Rp /KK / tahun. Sumber pendapatan masyarakat berasal dari : 37 % dari usahatani padi; 29,6% dari usaha ternak dan 17,8 % bersumber dari hortikultura (sayur, bunga dan buah) Rata-rata luas lahan sawah yang digarap oleh petani : 0,37 ha dan luas lading (lahan kering) 1,1 Ha. Beberapa permasalahan yang ditemukan yaitu : Penanaman tanaman kayu menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan mengalahkan kepentingan konservasi karena setiap saat kayu bisa ditebang ketika petani membutuhkan uang. Banyak orang yang berduit mengontrak lahan di Desa Sulangai untuk usaha tanaman kayu yang bertujuan untuk kepentingan ekonomi (bukan konservasi). 5

6 Masih ada kesulitan akses air bersih bagi sebagian masyarakat di Banjar Bon Desa Belok Sidan dan Banjar Abing, Desa Sulangai, serta air irigasi bagi Subak Sulangai (4 dusun) Keterbatasan keterampilan, modal usaha, lahan, dll bagi rumah tangga miskin (3) Diskusi/Tanya jawab dan Perumusan Gagasan/isu untuk pengembangan ke depan Dalam proses diskusi dan tanya jawab, para pihak diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dan masukan atas presentasi hasil studi yang telah dilakukan, masing-masing kepada (i) perwakilan masyarakat/subak dairi Desa Sulangai dan Belok Sidan;. (ii) perwakilan dinas/instansi terkait (iii) Forum DAS Bali; (iv) Forum DAS Badung/Pokja Ayung; (v) Swasta (PT. Tirta Investama dan PT. Bagus Agro Plaga) dan (vi) perwakilan Media (Radar Bali) Beberapa catatan/pertanyaan dan usulan dari masing-masing pihak : (1) Perwakilan Masyarakat dan Subak Sulangai Perlu ada tindak lanjut dari hasil studi, khususnya di wilayah Desa Sulangai Perliu dikembangkan program-program yang bersifat pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh masih banyak masyarakat Desa Sulangai tingkat kesejahteraanya masih kurang. Untuk mengoptimalkan pengeloaan lahan sawah di Subak Sulangai, agar dibantu adanya pembangunan terowongan irigasi Subak Sulangai +4 Km sehingga lahan sawah keseluruhan 123 Ha bisa diolah oleh petani. Perlu adanya dukungan koordinasi yang lebih intensif oleh PDAM dan masyarakat Desa Sulangai terkait pengaturan air bersih yang dikelola oleh PDAM Petang untuk masyarakat Sulangai. (2) Perwakilan Masyarakat dan Subak di Desa Belok Sidan Perlu adanya penambahan petugas kehutanan untuk mengawasi hutan lindung yang ada di Banjar Bon dan Jempanang Desa Belok Sidan. Perlu adanya dukungan asuransi pohon (insentif) untuk menjamin agar pohon kayu tidak ditebang oleh masyarakat sehingga tetap berfungsi untuk perlindungan konservasi di wilayah hulu. 6

7 Perlu dilakukan reboisasi kembali kawasan hutan lindung yang ada di Bon karena beberapa tutupan hutan sudah berkurang dan diganti dengan rumput gajah. Adanya dukungan pengendalian Hama dan penyakit secara hayati (organik) terutama pada tanaman hortikultura (sayur, bunga dan buah ) di subak-subak di wilayah Belok Sidan. (3) Forum DAS Bali (Nyoman Sunarta) Untuk mendukung data tentang adanya penurunan debit air di sumber-sumber mata air di daerah hulu (khususnya di Belok Sidan), sebaiknya perlu dicari data debit air sungai ayung saat ini di BP DAS Unda Anyar, karena sudah ada alat pengukur debit air yang dipasang di Bukian. Untuk teknologi panen air (biopori), ke depan perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam untuk mengukur/melihat sejauhmana volume tangkapan air yang diperoleh dari teknik panen air (biopori) tersebut. Penelitian ini bisa dilakukan bersama dengan mahasiswa Unud (Fakultas Pertanian). (4) Forum DAS Badung/Pokja Ayung (Made Sudarma). Studi yang dilakukan memang cukup sederhana karena keterbatasan pendanaan. Namun secara metodologi sudah memenuhi kaedah akademis dan bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Memang diperlukan kajian yang lebih luas dan mendalam ke depan jika semua pihak ingin mengetahui secara lebih mendalam potensi sumberdaya alam dan potret sosial ekonomi masyarakat di wilayah hulu. Karena itu, perlu ada dukungan dari para pihak, tidak hanya tanggung jawab dari PT. Tirta Investama (Aqua Mambal). Perlu keterlibatan dan dukungan lebih banyak dari para pihak (stakeholder) dalam upaya pelestarian konservasi DAS Ayung ke depan, sebagaimana yang sudah diinisiasi oleh pihak PT. Tirta Investama dan JANMA. 7

8 (5) Perwakilan dari dinas/instansi terkait Balai Wilayah Sungai Bali Penida (Tjok Bagus Purnawarman): Bagaimana gambaran akses air masyarakat di 2 desa, berapa warga yang belum mendapat akses air bersih dan berapa yang sudah? Seberapa besar penurunan debit air yang terjadi sumber mata air? Perlu dilakukan pengukuran debit air di sumber mata air. Sebaiknya perlu dilakukan penetapan lokasi sumber mata air, dan bila diperlukan bisa menggunakan GPS. Perlu adanya sinergitas dari para pihak terhadap akses air oleh masyarakat. Untuk pelestarian konservasi sumberdaya air di hulu, BWS Bali Penida merencanakan untuk membuat waduk di Sidan guna menampung air hujan sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama saat musim kemarau Distanbunhut Badung ( Ibu Gung Ambar Dewi): Terkait pengelolaan hutan terutama penambahan tenaga penjaga hutan yang diusulkan oleh Masyarakat Banjar Bon, untuk saat ini sudah ada regulasi (peraturan) baru, dimana kewenangan pengelolaan hutan lindung ditangani oleh provinsi, sehingga Distanbunhut Badung tidak serta merta bisa mengusulkan penambahan tenaga penjaga hutan. Namun hal ini akan menjadi perhatian pemerintah Badung untuk bisa dikoordinasikan lebih lanjut. Terkait dengan usulan untuk pembangunan sarana irigasi berupa saluran terowogan yang diusulkan oleh Subak Sulangai, akan dilanjutkan ke Dinas Bina Marga Badung. (6) Perwakilan Media (Radar Bali) Debit air Sungai Ayung nampaknya memang benar semakin menurun, walaupun belum diketahui seberapa jauh penurunannya setiap tahun. Hal ini nampak dari kondisi sungai dimana batu-batu besar yang dulunya tidak kelihatan (tertutup air), saat ini mulai kelihatan sehingga menjadi indikasi turunnya debit air sungai. Terjadinya abrasi dibeberapa titik sungai, Nampak terjadi pelebaran sekitar 5 meter 8

9 Kondisi flora dan fauna juga mengalami banyak perubahan akibar adanya perburuan satwa oleh masyarakat. Karena itu, perlu dilakukan upaya pelestarian terhadap flora dan fauna. (7) Perwakilan dari PT Tirta Investama (Aqua Mambal) dan PT. Bagus Agro Plaga 7.1. PT. Tirta Investama-Aqua Mambal (Ibu Dayu) Dari hasil presentasi studi, hanya tergambar data rumah tangga miskin di desa Sulangai saja, sementara di Desa Belok Sidan belum nampak. Untuk itu, sebaiknya informasi/data kemiskinan (rumah tangga miskin) dari wilayah studi di 2 desa dilengkapi, agar lebih jelas gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat PT Bagus Agro Plaga ( I Gusti Bagus Sumertana) Untuk aspek perlindungan konservasi, Bagus Agro sangat concern untuk memperhatikan hal tersebut sebagai bentuk komitmen perusahaan industri pariwisata yang berwawasan lingkungan. Sedang direncanakan akan membuat semacam Lagun (penampung air) untuk mendukung pengelolaan sumberdaya air daerah hulu. Ada rencana pengembangan dan penanaman berbagai jenis pohon pada areal di sepanjang pinggir sungai seluas meter, berupa tanaman sukun, mangga lokal (mangga hutan), jambu kristal dll. (4) Arahan dari Kadis Distanbunhut Badung Sebelum acara pertemuan ditutup, Kadis Distanbunhut Badung berkesempatan memberikan tanggapan atas studi yang telah dilakukan, sekaligus memberikan arahan kepada Forum DAS Badung/ Pokja Ayung dan para pihak terkait untuk mendukung pengembangan program-program Forum/Pokja ke depan. Beberapa hal yang disampaikan oleh Kadis Distanbunhut Badung, yaitu : (i) Saya memberi apresisiasi atas inisiatif yang telah dilakukan oleh Forum DAS/Pokja Ayung untu melakukan studi pemetaan wilayah hulu DAS Ayung, walaupun masih terbatas di 2 desa. Dan inilah momentum yang tepat (pas) untuk membicarakan pengelolaan DAS, karena faktor perubahan iklim (cuaca) saat ini yang cukup ekstrim (panas berkepanjangan). Hal ini berdampak pada perubahan lingkungan seperti kondisi debit air 9

10 semakin berkurang, hasil produksi menrun, dll. Karena itu, sangat tepat jika para pihak benar peduli untuk membicarakan upaya pengelolaan DAS secara terpadu dan berkelanjutan. (ii) Momentum kedua, saat ini bertepatan dengan adanya pergantian (Suksesi) kepemimpinan pemerintahan Kabupaten Badung ke depan, dimana Pempimpin Badung ke depan terpilih adalah Bapak Giri Prasta yang berasal dari Desa Pelaga yang berada di wilayah hulu DAS Ayung. Dari visi/misi yang telah disiapkan, nampaknya isu pelestarian konservasi daerah hulu akan menjadi salah satu fokus perhatian untuk dikembangkan ke depan. Karena itu, diharapkan agar Forum DAS Badung/Pokja dapat memanfaatkan momentum ini dengan mengusulkan gagasan-gagasan konkrit, termasuk sistem/model pengelolaan asuransi (insentif) pohon yang telah diwacanakan selama ini oleh masyarakat hulu dalam mendukung keberlanjutan perlindungan konservasi sumberdaya hutan dan air. (iii) Tingkat kesejahteraan masyakat Badung utara dan Badung Selatan, memang masih nampak terjadi ketimpangan, sehingga ke depan perlu dilakukan upaya-upaya untuk menyeimbangkannya. Dari hasil studi, sumber pendapatan petani di kab Badung 50 % berasal dari sektor pertanian dan 50% sisanya berasal dari non pertanian, dengan ratarata pendapatan mencapai Rp. 57 juta/kk/tahun. Prosentasi orang miskin di Kab. Badung sesuai data statistik masih ada sekitar 2%. (iv) Beberapa permasalahan dan usulan yang telah disampaikan oleh masyarakat dan juga para pihak akan menjadi perhatian dari Distanbunhut ke depan, seperti usulan pembangunan saluran terowongan irigasi di Subak Sulangai, pengawasan hutan lindung dan reboisasi hutan di Bon dan pengembangan pertanian ramah lingkungan khususnya pada hortikultura (sayur dan bunga). (v) Diharapkan agar hasil studi ini dapat di follow up oleh Forum DAS/Pokja dengan membuat executive summary dan memberikan usulan/gagasan konkrit yang akan dikembangkan lebih lanjut, untuk disampaikan kepada pimpinan baru Badung ke depan. Akhirnya acara pertemuan Forum DAS/Pokja Ayung Lestari ditutup secara resmi oleh Kadis Distanbunhut Badung dengan harapan beberapa hal yang sudah didiskusikan bersama para pihak dapat di follow up bersama. 10

11 Kesimpulan dan tindak lanjut Dari hasil diskusi dan pandangan para pihak, disimpulkan beberapa isu/gagasan program yang diusulkan yang perlu dikembangkan dan mendapatkan perhatian oleh Forum DAS Badung/Pokja Ayung dan juga oleh pihak- pihak terkait, antara lain : 1. Memetakan (mapping) sumber-sumber mata air dan pengukuran debit air yang ada di wilayah hulu, agar dapat diketahui kondisi sumber mata air yang ada di hulu dan sebarannya di berbagai wilayah, termasuk besarnya debit air yang ada. 2. Melakukan program pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat hulu, terutama rumah tangga miskin (RTM) melalui kegiatan pengembangan ternak, dukungan bedah rumah dan pemberian modal usaha tani. 3. Melakukan upaya perlindungan sumber-sumber mata air melalui : (i) Pemberian insentif (asuransi) bagi petani pemilik pohon agar tidak ditebang (ii) Mengembangkan teknologi panen air (al. Biopori, sumur resapan, dll) 4. Pengembangan dan penguatan Pertanian Ramah Lingkungan melalui : (i) Pengendalian hama/dan penyakit secara hayati, terutama untuk tanaman hortikultura (sayur, buah dan bunga) (ii) Mendukung pembangunan infrastruktur irigasi, terutama di wilayah Subak Batulantang Desa Sulangai (membuatkan trowongan saluran irigasi sawah sepanjang + 4 Km). Potensi luas sawah yang bisa diolah 123 Ha, sementara dengan keterbatasan air irigasi yang ada, lahan sawah yang baru bisa digarap oleh petani seluas 55 Ha. 5. Melakukan penghijauan (reboisasi) kembali hutan lindung di wilayah hulu (Dusun Bon dan Jempanang) serta meningkatkan jumlah tenaga pengawas hutan (Jaga wana) di hulu. 6. Untuk penanaman pohon penghijauan, perlu dikombinasikan antara tanaman kayu dan buahbuahan sehingga tidak cepat ditebang oleh masyarakat. Demikian beberapa hal penting hasil diskusi dan gagasan untuk pengembangan program Forum DAS Badung/Pokja Ayung Lestari ke depan. Terima kasih. Denpasar, 28 Desember 2015 Sekretaris POKJA I Gde Suarja 11

12 Dokumentasi Kegiatan 12

Peserta yang Terlibat dalam Aksi Tanam Pohon Bersama Para Pihak

Peserta yang Terlibat dalam Aksi Tanam Pohon Bersama Para Pihak LAPORAN AKSI PENANAMAN POHON BERSAMA PARA PIHAK DI BANJAR BUKIAN, DESA PELAGA DAN BANJAR JEMPANANG DESA BELOK SIDAN 25 Nopember 2015 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kita yang

Lebih terperinci

CATATAN HASIL PERTEMUAN TIM POKJA DAS AYUNG Di Bagus Agro Pelaga, 23 Nopember 2013

CATATAN HASIL PERTEMUAN TIM POKJA DAS AYUNG Di Bagus Agro Pelaga, 23 Nopember 2013 CATATAN HASIL PERTEMUAN TIM POKJA DAS AYUNG Di Bagus Agro Pelaga, 23 Nopember 2013 Pertemuan Anggota Pokja yang ke- 2 dilaksanakan pada Sabtu, 23 November 2013 di Bagus Agro Pelaga yang juga anggota Pokja

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PERTEMUAN KOORDINASI III KELOMPOK KERJA (POKJA) AYUNG LESTARI Bongkasa Pertiwi, 22 Januari 2014

LAPORAN HASIL PERTEMUAN KOORDINASI III KELOMPOK KERJA (POKJA) AYUNG LESTARI Bongkasa Pertiwi, 22 Januari 2014 LAPORAN HASIL PERTEMUAN KOORDINASI III KELOMPOK KERJA (POKJA) AYUNG LESTARI Bongkasa Pertiwi, 22 Januari 2014 Latar Belakang Bahwa keberadaan POKJA Ayung Lestari, dari hasil Workshop Pengelolaan DAS Ayung

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN GERAKAN PENANAMAN POHON DI DESA PLAGA Program Konservasi DAS Ayung. Oleh Tim JANMA [TYPE THE COMPANY ADDRESS]

LAPORAN KEGIATAN GERAKAN PENANAMAN POHON DI DESA PLAGA Program Konservasi DAS Ayung. Oleh Tim JANMA [TYPE THE COMPANY ADDRESS] LAPORAN KEGIATAN GERAKAN PENANAMAN POHON DI DESA PLAGA 2013 Program Konservasi DAS Ayung Oleh Tim JANMA 2013 [TYPE THE COMPANY ADDRESS] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAS Ayung sebagai sungai terbesar

Lebih terperinci

Laporan. Pelatihan Pemetaan Partisipatif Wilayah Jempanang, Desa Belok Sidan, 9-10 Mei I Gde Suarja (Koordinator Program JANMA)

Laporan. Pelatihan Pemetaan Partisipatif Wilayah Jempanang, Desa Belok Sidan, 9-10 Mei I Gde Suarja (Koordinator Program JANMA) Laporan Pelatihan Pemetaan Partisipatif Wilayah Jempanang, Desa Belok Sidan, 9-10 Mei 2014 I Gde Suarja (Koordinator Program JANMA) @ Mei 2014 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Banjar Jempanang, secara administratif

Lebih terperinci

LAPORAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH DENGAN TEKNOLOGI KINCIR AIR Di Banjar Jempanang Desa Belok Sidan

LAPORAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH DENGAN TEKNOLOGI KINCIR AIR Di Banjar Jempanang Desa Belok Sidan LAPORAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH DENGAN TEKNOLOGI KINCIR AIR Di Banjar Jempanang Desa Belok Sidan Oleh: I GDE SUARJA GEDE YASA UTAMA @ 2014 Support By : 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Air merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI PEMBUATAN BIOPORI DI BANJAR BUKIAN DAN KIADAN, PLAGA PELAGA AGUSTUS Oleh: I GDE SUARJA Koordinator JANMA

LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI PEMBUATAN BIOPORI DI BANJAR BUKIAN DAN KIADAN, PLAGA PELAGA AGUSTUS Oleh: I GDE SUARJA Koordinator JANMA LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI PEMBUATAN BIOPORI DI BANJAR BUKIAN DAN KIADAN, PLAGA PELAGA 22-23 AGUSTUS 2013 Oleh: I GDE SUARJA Koordinator JANMA @ 2013 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pelaga, salah

Lebih terperinci

LAPORAN WORKSHOP DAN LAUNCHING POKJA AYUNG LESTARI BAGUS AGRO PELAGA, 8 AGUSTUS 2014 DISUSUN OLEH: I GDE SUARJA

LAPORAN WORKSHOP DAN LAUNCHING POKJA AYUNG LESTARI BAGUS AGRO PELAGA, 8 AGUSTUS 2014 DISUSUN OLEH: I GDE SUARJA LAPORAN WORKSHOP DAN LAUNCHING POKJA AYUNG LESTARI BAGUS AGRO PELAGA, 8 AGUSTUS 2014 DISUSUN OLEH: I GDE SUARJA DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 1.2. Tujuan dan keluaran 1 1.3. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sanitasi dalam kesehatan masyarakat memiliki dampak yang cukup vital, sanitasi yang tidak sehat dan buruk dapat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit. Penyakit

Lebih terperinci

Notulen Workshop Para Pihak Dalam Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu dan Berkelanjutan Pelaga, 26 Juli 2013

Notulen Workshop Para Pihak Dalam Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu dan Berkelanjutan Pelaga, 26 Juli 2013 Notulen Workshop Para Pihak Dalam Pengelolaan DAS Ayung secara Terpadu dan Berkelanjutan Pelaga, 26 Juli 2013 I. Tujuan workshop Tujuan workshop adalah untuk membangun pemahaman bersama para pihak terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KONSERVASI DAS AYUNG

LAPORAN AKHIR PROGRAM KONSERVASI DAS AYUNG LAPORAN AKHIR PROGRAM KONSERVASI DAS AYUNG Desa Pelaga, Kecamatan Petang Kabupaten Badung 2013 Oleh : I Gde Suarja (Koord. Program JANMA) Ali Dzulfikar (Field Officer Konservasi) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHALUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHALUAN. 1.1.Latar Belakang I. PENDAHALUAN 1.1.Latar Belakang Sebagaimana diatur dalam UU No. 7 Tahun 2004, DAS adalah suatu wilayah daratan sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi untuk menampung,

Lebih terperinci

Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu

Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 90 96 ISSN: 2085 1227 Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu Program Studi Geografi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara.disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan kabupaten Bangli, dan di sebelah selatan

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BADUNG

DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BADUNG DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BADUNG LAKIP Mengakomodasi : RPJMD : Optimalisasi dan Pelestarian Sumber daya untuk kehidupan masa kini dan akan datang Renstra Distanbunhut Indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN KAWASAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sektor pariwisata merupakan penggerak perekonomian

Lebih terperinci

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Pertanian Dalam Angka Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek ini telah tersusun sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim menyebabkan musim hujan yang makin pendek dengan intensitas hujan tinggi, sementara musim kemarau makin memanjang. Kondisi ini diperparah oleh perubahan penggunaan

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2 Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat dalam Berbagai Thema Proyek Kemakmuran Hijau Jendela-2 Ada Banyak Pengertian Sumber Daya Alam Sumber Daya Alam adalah potensi alam yg dapat dikembangkan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa Masyarakat Desa Jenggik Utara sudah lama mendambakan bendung/embung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk keperluan pertanian

Lebih terperinci

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH MANAJEMEN PENGELOLAAN HUTAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH OLEH: LALU ISKANDAR,SP KEPALA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA REDD+ KOICA-FORDA-CIFOR SENGGIGI,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di Barat dan Utara, Samudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suaka margasatwa merupakan salah satu bentuk kawasan suaka alam. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah kawasan yang mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Register 19 semula ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 67/Kpts-II/1991 tanggal 31 Januari 1991 tentang Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TAHURA Bukit Soeharto merupakan salah satu kawasan konservasi yang terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara dengan luasan 61.850 ha. Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang masyarakat.lebih dari 80% produksi beras nasional dihasilkan

Lebih terperinci

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang PENDAHULUAN BAB A. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menjadi salah satu prioritas nasional, hal tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Sejarah Desa Pejukutan adalah salah satu desa di Kecamatan Nusa Penida, terletak 13 (tiga belas) kilometer dari kota Kecamatan, awal terbentuknya Desa Pejukutan adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU 1 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU Putu Aryastana 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Sempadan sungai merupakan suatu kawasan yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi ABSTRAK Waduk Muara Nusa Dua yang terletak di muara Sungai/Tukad Badung, tepatnya di Jembatan by Pass Ngurah Rai, Suwung, Denpasar, dibangun untuk menyediakan air baku guna memenuhi kebutuhan air bersih.

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanggungjawab sosial muncul dan berkembang sejalan dengan adanya interelasi antara pihak perusahaan dan masyarakat, yang sangat ditentukan dari berbagai dampak yang

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : GEKBRONG : GEKBRONG : CIANJUR : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara

BAB I PENDAHULUAN. Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali memiliki sumberdaya air yang dapat dikembangkan dan dikelola secara menyeluruh, terpadu, berwawasan lingkungan dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl.

TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl. TANGGAPAN KAJIAN/EVALUASI KONDISI AIR WILAYAH SULAWESI (Regional Water Assessment) Disampaikan oleh : Ir. SALIMAN SIMANJUNTAK, Dipl. HE 1 A. KONDISI KETAHANAN AIR DI SULAWESI Pulau Sulawesi memiliki luas

Lebih terperinci

PERMASALAHAN dan PENGEMBANGAN IRIGASI LAHAN KERING. di NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

PERMASALAHAN dan PENGEMBANGAN IRIGASI LAHAN KERING. di NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN PERMASALAHAN dan PENGEMBANGAN IRIGASI LAHAN KERING di NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN Sebagian besar lahan di propinsi NTB berupa lahan kering 1.807.463 ha atau 84% dari luas wilayah NTB (Suwardji, 2004).

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, 1 PERATURAN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN, Menimbang : a. bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2)

Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2) Pengembangan Sayuran Organik Tersertifikasi di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali 1) I Gusti Putu Ratna Adi 2) 1) Program KKN PPM, Dosen Fakultas Pertanian UNUD e-mail : igp_ratnaadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON

PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON PERATURAN DESA PATEMON NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA SUMBER DAYA AIR DESA PATEMON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA PATEMON Menimbang : a. bahwa Tata Kelola Sumber Daya Air Desa Patemon

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya pemanfaatan sumber daya alam khususnya hutan, disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN

PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA DAN MEMELIHARA HUTAN PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA CIBULUH Jl. Lurah Bintang No. 129 Cibuluh, Cidaun, Cianjur 43275 PERATURAN DESA CIBULUH NOMOR : 01/Perdes-cb/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan sebagai sumberdaya alam fisik mempunyai peranan sangat penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan diperlukan manusia untuk tempat tinggal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang Mengingat : : a. bahwa dengan terus meningkatnya pembangunan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suaka Alam Pulau Bawean ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 meliputi Cagar Alam (CA) seluas 725 ha dan Suaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

KOMPENSASI HULU-HILIR DAN INSENTIF PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG SEBAGAI PENGATUR TATA AIR

KOMPENSASI HULU-HILIR DAN INSENTIF PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG SEBAGAI PENGATUR TATA AIR KOMPENSASI HULU-HILIR DAN INSENTIF PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG SEBAGAI PENGATUR TATA AIR Oleh Sylviani 1) Ringkasan Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk melindungi kawasan yang berpotensi

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

FESTIVAL BUDAYA PERTANIAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016

FESTIVAL BUDAYA PERTANIAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016 FESTIVAL BUDAYA PERTANIAN KABUPATEN BADUNG TAHUN 2016 TUJUAN FESTIVAL Membangun Citra Badung Utara Menggali spirit budaya pertanian (Roh Pariwisata) Menciptakan market untuk terjadinya transaksi Menyiapkan

Lebih terperinci

Produk Pertanian Berdaya Saing di Magelang

Produk Pertanian Berdaya Saing di Magelang Produk Pertanian Berdaya Saing di Magelang Nama Inovasi Produk Pertanian Berdaya Saing di Magelang Produk Inovasi Membangun Produk Pertanian yang Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan Guna Mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang : a. bahwa Daerah

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI DESA : BOJONGSARI (RW 03 DAN RW 04) KECAMATAN : BOJONGSOANG KABUPATEN : BANDUNG PROVINSI : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh) Judul Pelaksana Fokus Area Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh) Mitigasi Berbasis Lahan Kerangka Presentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

3.3.(1) Kawasan Pemberdayaan Desa Adat di

3.3.(1) Kawasan Pemberdayaan Desa Adat di 3.3.(1) Kawasan Pemberdayaan Desa Adat di Sanur, Bali Pantai Matahari Terbit Tipe kegiatan: Perencanaan kota dan koordinasi perencanaan kota. Inisiatip dalam manajemen perkotaan: Pelibatan seluruh stakeholders

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Berdasrkan Tim Studi PES RMI (2007) program Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) DAS Brantas melibatkan beberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011

PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011 PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU KABUPATEN BANTUL 2011 1. PROFIL KABUPATEN BANTUL 1.1. Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima daerah kabupaten/kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Apabila

Lebih terperinci

Oleh Ir. Hi. FENNY MONOARFA, MSi Kepala Dinas Pangan

Oleh Ir. Hi. FENNY MONOARFA, MSi Kepala Dinas Pangan Oleh Ir. Hi. FENNY MONOARFA, MSi Kepala Dinas Pangan Disampaikan pada Bimbingan Teknis Eksekutif Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bone Bolango Hotel Dumhill Gorontalo, 05 Mei 2017 1 GAMBARAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam kegiatan industri dan pertanian. menyebabkan terjadinya berkurangnya sumber air bersih.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam kegiatan industri dan pertanian. menyebabkan terjadinya berkurangnya sumber air bersih. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumber daya alam yang sangat berguna dan paling potensial dalam kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa air

Lebih terperinci