BAB II TINAJUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINAJUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1. GLISEROL Berawal pada 2800 SM gliserol (1, 2, 3 propanaetriol atau gliserin), adalah molekul organik yang diisolasi dengan pemanasan lemak dengan adanya abu (untuk memproduksi sabun), gliserol merupakan zat kimia industri dengan puluhan aplikasi. Sejak akhir 1940-an, menyusul ditemukannya surfaktan sintetis, gliserol telah diproduksi dari ephichlorohydrin yang diperoleh dari propilena ( demikian juga dari minyak fosil) perusahaan kimia yang besar telah memperkirakan kelangkahan gliserol, sehingga memulai memproduksi gliserol sintetis. Saat ini, pabrik gliserol justru telah ditutup, dan banyak pabrik yang menggunakan gliserol sebagai bahan baku ( termasuk untuk memproduksi ephichlorohydrin itu sendiri) yang diperoleh dari surplus besar gliserol yang terbentuk sebagai produk samping ( 10% berat) dari pembuatan bahan bakar biodiesel dengan proses transesterifikasi minyak biji dengan metanol [11]. Saat ini produksi gliserol dari lemak dan minyak dilakukan dengan cara saponifikasi yang menghasilkan gliserol dan sabun, dengan hidrolisis yang menghasilkan gliserol dan asam lemak atau dengan cara transesterifikasi dengan metanol yang menghasilkan gliserol dan fatty acid methyl ester. Berikut merupakan skema pembentukkan gliserol dari lemak dan minyak : Gambar 2.1 Sintesis Gliserol dari Lemak dan Minyak [12] Jelas sekali pertanyaan muncul tentang bagaimana gliserol tambahan ini dapat digunakan secara bijak. Secara umum telah ada penggunaan gliserol dalam jumlah besar, sebagai contoh, gliserol digunakan dalam bidang farmasi, kosmetik 6

2 (perawatan rambut dan kulit), sabun, dan pasta gigi. Ada juga penggunaan langsung yaitu sebagai pemanis dalam permen dan kue dan sebagai wetting agent pada tembakau. Beberapa pemanfaatn kimia gliserol juga telah dilakukan di industri, terutama dalam sintesis ester, polieter, dan alkyd resin. Cakupan penggunaan gliserol terlihat masih kecil untuk dilakukan pengembangan dalam bidang ini. Sehingga muncul pertanyaan apakah ada pengaplikasian dalam bidang lain, dimana gliserol itu sendiri atau turunannya dapat ditangani dengan cara yang baru dalam industri kimia [12] Sifat Fisika Gliserol Gliserol merupakan pelarut yang sangat berguna untuk berbagai untuk berbagai padatan, baik organik maupun inorganik yang penting pada bidang farmasi. Kelarutan gas dalam gliserol, sama seperti pada cairan lainnya yaitu bergantung pada suhu dan tekanan. Berikut merupakan sifat sifat fisika dari gliserol [13] : 1. Berat molekul : 92,09 gr/mol 2. Titik lebur : 18,17 o C 3. Titik didih : 290 o C ( 760 mmhg ) 4. Densitas : 1,261 g/cm 3 (20 o C) 5. Viskositas : 1,499 cp ( 20 o C / gliserol 100%) 6. Boiling point : 69 (P = 1 atm) 7. Tekanan uap : 0,0025 mmhg (50 o C) 0,195 mmhg (100 o C) 4,3 mmhg (150 o C) 46 mmhg (200 o C) Sifat Kimia Gliserol Gliserol adalah molekul reaktif yang mengalami semua reaksi biasa alkohol. Dua gugus hidroksil primer akhir lebih reaktif daripada gugus hidroksil sekunder dalam. Dibawah kondisi netral atau alkali, gliserol dapat dipanaskan sampai 250 o C tanpa pembentukan akrolein. Karena itu sebaiknya reaksi dengan gliserol dilaksanakan pada kondisi basa atau netral pada 180 o C, gliserol alkalin 7

3 mulai dehidrasi membentuk eter poligliserol. Pada suhu kamar gliserol cepat menyerap air, ketika encer gliserol akan diserang oleh mikroorganisme. Pada oksidasi, gliserol menghasilkan berbagai produk tergantung pada kondisi reaksi. Beberapa produk industri penting gliserol meliputi : 1. Mono-, di-, dan tri ester asam organik dan anorganik 2. Mono dan digliserida dari asam lemak yang dibentuk oleh tranesterifikasi trigliserida (dari lemak) 3. Ester alifatik dan aromatik yang terbentuk oleh reaksi dengan agen alkilasi masing masing 4. Poligliserol dibentuk oleh keterasingan antar molekul air dengan katalis basa 5. 1,2 atau 1,3 siklik asetal atau ketal dibentuk oleh reaksi aldehida atau keton [13] 2.2 ESTERIFIKASI Esterifikasi adalah suatu reaksi ionik yang merupakan gabungan dari reaksi adisi dan reaksi penataan ulang eliminasi. Esterifikasi juga didefenisikan sebagai reaksi antara asam karboksilat dan alkohol. Esterifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis enzim (lipase) dan asam anorganik (asam sulfat dan asam klorida), dengan berbagai variasi alkohol biasanya methanol, etanol, 1- propanol, 1-butanol, amil alkohol dan lain lain. Asam organik yang digunakan sebagai katalis akan menyebabkan asam karboksilat mengalami konjugasi sehingga asam konjugat dari asam karboksilat tersebutlah yang akan berperan sebagai substrat. Mekanisme reaksi esterifikasi dapat dijelaskan melalui beberapa tahap reaksi berikut : a) Pembentukkan proton pada asam karboksilat. Pada proses ini terjadi perpindahan proton dari katalis asam atom oksigen pada gugus karbonil b) Alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dimana atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol, yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium. Pada proses ini terjadi pelepasan proton atau deprotonisasi dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan senyawa kompleks teraktivasi 8

4 c) Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil yang diikuti pelepasan molekul air menghasilkan ester [14] Mekanisme reaksi diatas dapat dirangkum sebagai berikut : Gambar 2.2 Mekanisme Reaksi Esterifikasi [14] Esterifikasi tanpa katalis juga dapat dilakukan dengan menggunakan satu molekul asam karboksilat dan satu pereaksi secara berlebihan. Pertambahan hasil juga dipengaruhi oleh dehidrasi yang artinya menarik air yang terbentuk sebagai hasil samping reaksi. Air dapat dipisahkan dengan cara menambahkan pelarut yang bersifat non polar seperti misalnya benzene dan kloroform sehingga air yang terbentuk akan segera terikat pada pelarut yang digunakan atau dengan menambahkan molekul sieves [15] Faktor Faktor yang Mempengaruhi Esterifikasi 1. Katalis Katalisator mempengaruhi kecepatan reaksi kimia dalam satu atau dua jalan, dengan pembentukan senyawa antara, atau dengan adsorpsi. Proses esterifikasi dipercepat dengan penambahan asam kuat, sepeti asam sulfat atau asam klorida. Titik keseimbangan reaksi tidak diubah oleh katalis ; hanya kecepatan esterifikasinya ditingkatkan. Dalam setiap kasus, sekarang secara umum digunakan sebuah katalis, yang biasanya asam sulfat, dalam pencampuran dengan alkohol dan asam yang akan direaksikan.katalisator basa tidak efektif karena konversi dari gugus karboksil ke ion karboksilat menggeser kesimbangan sangat jauh ke kiri; penambahan ke hidrolisis ester [16]. 2. Temperatur Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur (Keenan, et.al., 1984). Seperti kebanyakan reaksi lain, kecepatan esterifikasi kira-kira meningkat dua kali dengan kenaikan suhu 10 o C. Oleh karena itu, panas digunakan untuk 9

5 mempercepat reaksi esterifikasi (Groggins, 1958). Kita dapat menghitung kenaikan ini dalam kecepatan reaksi dengan dasar bahwa molekul bergerak kirakira lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi dan konsekuensinya tumbukan satu sama lain lebih sering. Selama suhu naik tidak hanya tumbukan molekul lebih sering, tetapi mereka bertumbukan dengan dampak yang lebih besar karena mereka bergerak lebih cepat. Pada suhu tinggi prosentase hasil tumbukan dalam sebuah reaksi kimia lebih luas karena prosentase molekul yang memiliki energi aktivasi yang dibutuhkan untuk bereaksi lebih besar [16]. 3. Kecepatan Pengadukan Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius : k = A e(-ea/rt) dimana, T = Suhu absolut ( ºC) R = Konstanta gas umum (cal/gmol ºK) E = Tenaga aktivasi (cal/gmol) A = Faktor tumbukan (t-1) k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1) Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi [17] Esterifikasi Gliserol Ester adalah kelas penting dalam bahan kimia, memiliki aplikasi diberbagai bidang seperti sebagai pelarut, plasticizer, bidang farmasi, dan barang setengah jadi [18]. Reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam karboksilat dengan senyawa alkohol membentuk ester. Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus CO2 R dan R dapat berupa alkil maupun aril, Esterifikasi dapat dilangsungkan dengan katalis asam dan bersifat reversible. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: 10

6 C3H5(OH)3 + RCOOH C3H5(OH)2OOCR + H2O Gliserol Asam Karboksilat Ester Gliserol Air Percobaan pembuatan produk glycerol triheptanoate dilakukan dengan cara reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam heptanoat. Kegunaan produk dari glycerol triheptanoate adalah plasticizer ramah lingkungan dengan kelebihan yaitu, bebas pthalat dan mudah dilelehkan, penguapan rendah. Gliserol monostearat merupakan senyawa ester yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi antara gliserol dengan asam stearat. Pembuatan gliserol stearat ini dilakukan dalam range temperatur o C dengan waktu yang digunakan untuk percobaan adalah 8 jam, kondisi optimal dihasilkan pada temperature 180 o C dengan waktu reaksi 8 jam diperoleh ester 94,5 % katalis yang digunakan katalis asam (HCl) dengan basa (KOH) dengan konsentrasi 0,75 %. Kegunaan produk GMS (gliserol monostearat) ini adalah untuk surfaktan non-ionik pada industri oleokimi, GMS ini digunakan dalam shampoo sebagai pearlizing agent, emulsifier, dan lotion, serta dalam industri makanan (ice cream, butter, dll) sebagai opacifier [14]. Asetilasi gliserol mengarahkan pada pembentukkan bahan kimia yang berguna seperti gliserol monostearat dan diasetat yang memiliki aplikasi dalam sirogenik dan polimer. Gliserol triasetat dapat berperan sebagai pengubah aliran dingin dan pengurang viskositas dalam biodiesel, bahan aditif anti ketukan dan menaikkan angka oktan pada bensin sebagai alternatif dari alkil ester yang komersial (MTBE dan ETBE) [19]. Bremus et al menemukan proses untuk menghasilkan triasetin secara kontinyu, pada tahap pertama hanya sebagian gliserol dikonversi dengan asam asetat. Pada tahap kedua campuran reaktan dicampur dengan asam asetat anhidrida untuk mencapai konversi sempurna dari triasetin, tahap terakhir triasetin dimurnikan dengan cara distilasi. Rose et al, melakukan eksperimen untuk mensisntesis DAG (Diasilgliserol) melalui esterifikasi asam lemak bebas dan gliserol pada suatu system bebas pelarut menggunakan Lipozyme IM yang disertai dengan pembuangan air secara simultan, menghasilkan yield 85 % DAG [20]. 11

7 Corma et al, menginvestigasi basa lewis yaitu hidrotalsit sebagai katalis untyuk mengkonversi metal oleat dengan gliserol menjadi ester yang bernilai sebagai surfaktan dan emulsifier. Roice et al, mempublikasikan sebuah tulisan tentang kegunaan gliserol dimetalkrilat sebagai monomer. Diester ini dapat digunakan untuk mensintesa kopolimer dengan sifat baru yang menarik [12]. 2.3 ASAM BENZOAT Asam benzoat bewarna putih, dan berbentuk kristal (seperti pasir). Asam benzoate digunakan untuk membuat bahan kimia lainnya, seperti didalam parfum dan penyedap rasa, dan berfungsi sebagai pengawet makanan dan agen anti jamur. Adapun sifat fisika dari asam benzoate adalah sebagai berikut : 1. Titik leleh : 122 o C 2. Titik didih : 250 o C 3. Berat molekul : 122,1 gr/mol 4. Tekanan uap : 1 mmhg pada 96 o C 5. Kelarutan dalam air : sedikit larut 6. Densitas uap : 4,2 (udara =1) 7. Spesific Gravity : 1,3 (air =1) [21] Penelitian oleh Gui dan rekannya menunjukkan bahwa esterifikasi dari asam aromatik lebih sulit dibanding dengan asam alifatik dan waktu reaksi yang lebih lama (16 jam) dilakukan dengan menggunakan ionic liquid SO3 sebagai katalis [22] Ketika asam benzoate direaksikan dengan etanol, n-propanol, i-propanol, n-butanol, i-buatanol, s-butanol, t-butanol, ionic liquids asam Novel Bronsted dengan kation benzothiazolium terlarut didalam campuran reaktan homogen pada temperature operasi dan kemudian media reaksi berubah dari system homogen menjadi system dua fasa liquid solid ketika reaksi telah selesai dan sistem didinginkan pada temperatur ruangan. Namun, pada saat dengan methanol sistem esterifikasi tetap homogen selama reaksi. Fenomena reaksi bervariasi terhadap kelarutan dari katalis dalam reaktan [23]. 12

8 2.4 ASAM KLORIDA Asam klorida adalah cairan yang tidak mudah terbakar, transparan dan tidak berwarna atau kuning. Meskipun asam klorida tidak mudah meledak ataupun terbakar, tetapi merusak berbagai jenis logam untuk membentuk hydrogen. Adapun sifat fisika dari asam klorida adalah sebagai berikut : 1. Titik leleh : -66 o C (konsentrasi 35%) 2. Titik didih : 108,6 o C (Konsentrasi 20,2%) 3. Berat molekul : 36,46 gr/mol 4. Tekanan uap : 10 mmhg ( 20 o C, konsentrasi 30%) 5. Spesific Gravity : 1,18 (15 o C, konsentrasi 35%) [24] Kinerja katalis dan kemampuan untuk pemulihan kembali dari beberapa katalis asam homogen (asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat) untuk esterifikasi asam lemak bebas (FFA) yang dihidrolisa dengan enzim dan methanol telah diteliti. Untuk meningkatkan laju reaksi, katalis homogen seperti asam sulfat, asam klorida dan asam nitrat dapat digunakan untuk mengkatalisa reaksi esterifikasi karena katalis asam homogen ini memiliki aktivitas katalisa yang lebih unggul dibanding dengan katalis heterogen. Hal ini telah diobservasi bahwa dihasilkan laju reaksi yang lebih cepat ketika diberikan katalis yang lebih banyak, karena asam klorida menyediakan proton kepada FFA dalam jumlah yang cukup untuk mengkatalisa reaksi pada laju yang rasional. Namun, katalis homogen pada umumnya dipandang berpotensi terlarut dan terdistribusi dalam biodiesel setelah proses esterifikasi. Meskipun semua katalis diatas memberikan yield yang tinggi, asam klorida adalah satu satunya katalis yang dapat dipertimbangkan untuk dipulihkan kembali dan digunakan kembali. Asam klorida yang dipulihkan dapat mencapai yield yang tinggi pada reaksi esterifikasi FFA dalam 5 kali pemakaian ulang. Semua asam klorida masih tetap pada fasa methanol hal ini mungkin dikarenakan 63% air yang miuncul dalam katalis meningkatkan polaritas dari fasa methanol [8]. 13

9 2.5 KATALIS PADAT Saat ini, sekitar 180 proses industri menggunakan katalis asam padat dalam operasinya, seperti zeolit, oksida, oksida campuran termasuk asam heteropoli dan fosfat. Namun, jumlah yang signifikan dari reaksi dengan katalis asam seperti reaksi Friedel-Crafts, esterifikasi, hidrasi dan hidrolisis masih menggunakan asam konvensional, seperti H2SO4 dan AlCl3. Untuk reaksi dimana air berperan sebagai reaktan atau produk, seperti hidrolisis, hidrasi, dan esterifikasi, hanya beberapa katalis asam padat yang dapat diterima sesuai ketentuan aktivitasnya, stabilitas, dan ketidaklarutannya. Kesulitan dalam menggunakan katalis asam padat adalah peracunan yang berat pada sisi aktif asam oleh air, dan faktanya, kebanyakan dari katalis asam pada kehilangan aktivitas katalitiknya dalam larutan [9]. Pada proses esterifikasi ini, reaktan, katalis dan kondisi operasi reaksi memberikan pengaruh dan peranan yang penting. Pada proses esterifikasi katalis yang banyak digunakan pada awalnya adalah katalis homogen asam donor proton dalam pelarut organic, seperti H2SO4, HF, H3PO4, dan RSO3H, PTSA. Hanya saja, katalis katalis homogen ini bersifat korosif, beracun dan sulit untuk dipisahkan dari produk. Oleh karena itu, dicoba dilakukan penggantian katalis homogen asam dengan katalis padat (katalis heterogen), seperti zeolit, alumina ataupun resin pengganti ion, yang saat ini merupakan satu - satunya yang telah digunakan secara komersial. Namun resin pengganti ion ini kurang memiliki kekuatan mekanik dan stabilitas termal, sehingga mudah terdeaktivasi dan karenanya pemakaiannya terbatas [25] Zeolit Mineral zeolit adalah kelompok mineral aluminium silikat terhidrasi LmAlxSiyOz.nH2O, dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca dan Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n koefisien dari H2O, serta L adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis (M +, M 2+ ) Al2O3.SiO2.zH2O, M + berupa Na atau K dan M 2+ berupa magnesium kalsium, atau besi. Litium, Stronsium, atau Barium dalam jumlah kecil dapat menggantikan M + atau M 2+, g dan z bilangan koefisien. Beberapa jenis zeolit bewarna putih, kebiruan, kemerahan, coklat, atau 14

10 warna lainnya karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Densitas zeolit antara 2,0-3,0 g/cm 3, dengan bentuk halus dan lunak [26]. Esterifikasi merupakan reaksi dengan katalis asam yang penting didalam industri kimia. Telah ditunjukkan produk samping air mendeaktivasi katalis asam padat selama reaksi. Sehingga, zeolit yang tinggi kandungan silika, yang bersifat hidrofobik, diharapkan untuk menunjukkan aktivitas katalitik yang tinggi untuk reaksi ini. Faktanya, zeolit yang kaya silika efisien untuk digunakan dalam esterifikasi asam asetat dengan etanol. Disisi lain, untuk esterifikasi asam asetat dengan 2 butanol, aktivitas H-ZSM-5 lebih rendah dibanding dengan resin penukar kation. Diduga, reaksi ditekan karena limitasi difusi dari reaktan yang besar menuju pori ; reaksi hanya terjadi pada permukaan luar dari kristal. Diketahui bahwa berbagai jenis zeolit yang memiliki rasio Si/Al > 10 adalah aktif. Karena zeolit dengan rasio Si/Al yang lebih besar memiliki sifat yang lebih hidrofobik, sifat hidrofobik sangat penting pada aktivitas zeolit. Hubungan antara ukuran kristal dari H-ZSM-5 dan aktivitas katalitiknya ditunukkan pada gambar berikut : Gambar 2.3 Pengaruh Ukuran Kristal H-ZSM-5 pada Laju Hidrasi Fasa Cair Sikloheksana pada 393 K (Okuhara, 2002)[9]. Konstanta laju katalistik hamper konstan untuk partikel dengan ukuran dari 0,05 hingga 0,4 µm dan terjadi penurunan untuk partikel dengan ukuran 15

11 kristal lebih besar, sehingga ini mengindikasikan bahwa semakin kecil kristal maka semakin baik aktivitas katalitiknya. Semakin besar kristal H-ZSM-5 menunjukkan derajat deaktivasi yang lebih tinggi, yang mungkin dikarenakan oleh akumulasi hidrokarbon dengan titik didih yang lebih tinggi dari pada pori - pori zeolit dan dealuminasi dari kisi zeolit yang menurunkan sisi aktif [9] Aktivitas Zeolit Alam Zeolit alam adalah salah satu material yang banyak terdapat pada daerah pegunungan berapi yang berasal dari transformasi abu vulkanik. Zeolit alam memiliki begitu banyak kegunaan diantaranya dapat digunakan sebagai adsorben, dehidrasi, separator, penukar ion dan katalis [26]. Pada umumnya zeolit yang ditambang langsung dari alam masih mengandung pengotor pengotor organic berwujud kristal maupun amorf. Untuk meningkatkan kualitas zeolit alam, terutama sebagai pengemban katalis, harus dilakukan aktivasi terhadap zeolit alam. Proses pembuatan katalis H-Zeolit dilakukan melalui tahap dealuminasi, pencucian, pengeringan, dan kalsinasi. [27]. Aktivasi zeolit dengan asam dilakukan agar bisa memasukkan gugus H+, dan untuk mebersihkan permukaan pori pori sehingga tidak tertutupi oleh senyawa pengotor [28]. Aktivasi ini merubah zeolit alam menjadi H-Zeolit melalui proses pertukaran kation, dan mekanismenya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar. 2.4 Mekanisme Proses Dealuminasi Zeolit Alam menjadi H-Zeolit [28] 2.6 METANOL Metanol merupakan salah satu solvent yang memiliki banyak kegunaan. Metanol merupakan pelarut organic komersial pertama dan telah digunakan untuk inhibisi hidrat, dehidrasi, gas sweetening, dan pemulihan likuid. Metanol banyak 16

12 diaplikasikan pada temperatur yang rendah, dimana sifat fisika methanol lebih menguntungkan dibandingkan pelarut lainnya yang memiliki kelemahan berupa viskositas yang tinggi, bahkan menimbulkan pembentukkan padatan. Metanol menunjukkan sifat polar maupun non-polar, sehingga methanol memiliki kemampuan yang unik dan dapat digunakan pada berbagai aplikasi. Gambar 2.5 Grafik Pengaruh Temperatur Terhadap Viskositas Beberapa Pelarut Organik [10] Metanol memiliki sifat fisika yang disukai dibanding dengan pelarut lain kecuali pada sifat tekanan uapnya. Viskositas methanol sekitar satu orde lebih rendah dibanding dengan pelarut lain, terutama pada temperatur yang lebih dingin. Metanol memiliki tegangan permukaan yang relatif lebih rendah dibanding dengan pelarut lain, tegangan permukaan yang tinggi cenderung meimbulkan masalah berupa foaming [10]. [29] Sifat sifat fisika dari methanol adalah sebagai berikut : 1. Titik didih : 64 o C 2. Titik beku : -98 o C 3. Densitas : 0,792 gr/cc 4. Viskositas : 0,6405 cp ( 15 o C) 5. Polaritas : 76,2 (air =100) 6. Berat Molekul : 32 gr/ mol 17

13 2.7 GLISEROL TRIBENZOAT Reaksi esterifikasi gliserol tribenzoat dengan mereaksikan gliserol dengan gugus benzoate secara (trans) esterifikasi. Secara umum reaksi esterifikasi gliserol yang terjadi adalah : C3H5(OH)3 + 3C6H5COOH C24H20O6 + 3H2O Gliserol Asam Benzoat Tribenzoin Air [14] Sintesis 3- monobenzoate glycerol (α-mbg) dilakukan dengan esterifikasi asam benzoate dan gliserol tanpa menggunakan pelarut, dan terbukti dapat dilakukan dengan menggunakan C. Antartica lipase B sebagai katalis untuk menghasilkan gliserol monobenzoat [2]. Produk gliserol tribenzoat ini digunakan untuk aplikasi bahan plasticizer untuk industri polimer, bahan tambahan pada makanan [5] bahan anti air pada tinta printer, bahan pada pewarna kuku [6], dan sebagai tambahan pada minyak citrus untuk menaikkan nilai specific gravitynya [4]. Gliserol tribenzoat juga merupakan pelarut non- volatile yang dapat digunakan untuk mengurangi viskositas resin tertentu dan castor oil sehingga campurannya menghasilkan sifat sifat optimum sebagai pelapi (polishing) [30]. 2.8 METODE ANALISA Pada penelitian mengenai pembuatn gliserol tribenzoat ini akan digunakan 2 metode analisa yaitu : Sprektoskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red) Fourier Transform Infrared (FTIR) spektroskopi adalah teknik yang digunakan untuk menentukan fitur kualitatif dan kuantitatif dari molekul aktif IR (Infra Red) dalam sampel padatan organic atau padatan anorganik, cairan atau gas. Ini adalah metode yang cepat dan relatif tidak mahal untuk analisa padatan berbentuk kristalin, mikrokristalin, amorf, atau film. Sampel dianalisa pada skala micron menuju skala kilometre da kemajuan terbaru membuat persiapan sampel 18

14 yang dibutukan relatif mudah. Keuntungan lain dalam teknik IR adalah dapat memberikan informasi tentang elemen cahaya (misalnya H, dan C) dalam zat anorganik [31]. Ikatan kimia bergetar pada frekuensi karakteristik representative dari struktur, sudut ikatan, dan panjangnya. Oleh karena itu, setiap molekul memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan radiasi yang diberikan dengan cara menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu. Sprektoskopi FTIR memanfaatkan keuntungan dari hal ini, dengan car merekam energy penyerapan dari sampel disepanjang rentang frekuensi. Kemudian sebuah puncak penyerapan dapat diidentifikasi dan ditetapkan untuk suatu ikatan kimia sehingga dapat diidentifikasi secara kualitatif maupun kuantitatif senyawa individu yang ada di dalam suatu sistem yang kompleks [32]. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui sejumlah komponen dalam produk secara Spektrofotometri Infra Red dengan mendeteksi gugus fungsional Glycerol tribenzoate memiliki gugus fungsi C6H5COOCH2(C6H5COO)CH2(C6H5COO) yang tergolong dalam grup ester dengan panjang gelombang cm -1. Bila spektra mempunyai penyesuaian yang tetap (close match) didaerah ini (serta daerah frekuensi gugus), maka hal ini merupakan bukti kuat bahwa senyawa yang memberikan kedua spektra ini adalah identik [33] 2.9 ANALISA BIAYA Analisa biaya dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan melalui penelitian ini bersifat ekonomis. Uraian biaya yang digunakan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu biaya untuk aktivasi katalis zeolit alam, biaya untuk esterifikasi, dan biaya untuk pemurnian gliserol tribenzoate. Harga zeolit teraktivasi dihitung berdasarkan 30 gram zeolit alam yang akan diaktivasi. Berikut bahan baku yang diperlukan untuk sintesis H-Zeolit pada Tabel 2.1 Untuk biaya listrik hot plate dan furnace pada proses aktivasi diuraikan sebagai berikut : Biaya listrik pada hot plate = 0,5 kw x Rp kwh x 6 jam = Rp

15 Biaya listrik furnace = Rp 9450 = 1,4 kw x Rp x 5 jam Tabel 2.1 Keterangan Jumlah Biaya untuk Sintesis Katalis H-Zeolit Bahan Jumlah Satuan Harga/satuan Harga (Rp) (Rp) Zeolit alam 30 gram /kg 450 Asam Klorida 76 ml 1400/ml 2470 Aquadest 524 ml 2000/liter 1048 Biaya Listrik hot plate 4056 Biaya Listrik Furnace 9450 Total Rp Maka diperoleh harga katalis H-Zeolit/gram adalah Rp /30 gram = Rp. 582,47 Esterifikasi dilakukan berdasarkan 58,518 gram asam benzoat, sehingga semua bahan dihitung per 58,518 gram asam benzoat. Berikut ini pada Tabel 2.2 jumlah bahan baku yang digunakan untuk mensintesis gliserol tribenzoate Biaya listrik pada hot plate = 0,5 kw x Rp kwh x 1 jam = Rp 675 Tabel 2.2 Keterangan Jumlah Biaya untuk Sintesis Gliserol Tribenzoat Bahan Jumlah Satuan Harga/satuan (Rp) Harga (Rp) Asam Benzoat 58,518 gram /kg 3218,49 Gliserol 12,61 ml /liter 2522,0 Metanol 250 ml /liter 3000,0 H-Zeolit 0,7566 gram 582,47/gram 440,7 Biaya Listrik Hot Plate 675 Total Rp 9856,19 Biaya untuk pemurnian terdiri dari aquadest dan biaya listrik oven dijabarkan sebagai berikut : Asumsi pengeringan selama 5 jam Biaya listrik pada oven = 0,4 kw x Rp kwh x 5 jam 20

16 = Rp 2163,2 Tabel 2.3 Keterangan Jumlah Biaya untuk Pemurnian Gliserol Tribenzoat Bahan Jumlah Satuan Harga/satuan (Rp) Harga (Rp) Aquadest 400 ml 2000/liter 3218,49 Biaya Listrik Oven 675 Total Rp 2163,2 Total biaya untuk produksi 68,992 gram gliserol tribenzoat = Rp 9856,19 + Rp 2163,2 = Rp ,39 Maka harga per gram = Rp ,39/ 68,992 gram = Rp. 174,214/gram Harga gliserol tribenzoat dipasaran adalah 64 USD/kg = Rp /kg, maka harga per gram = Rp. 851,936. Harga gliserol tribenzoat yang dihasilkan masih berasa dibawah harga pasaran, maka dapat disimpulkan produk ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lemak dan minyak adalah trigliserida yang berarti triester (dari) gliserol. Perbedaan antara suatu lemak adalah pada temperatur kamar, lemak akan berbentuk padat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

dapat mencapai hingga 90% atau lebih. Terdapat dua jenis senyawa santalol dalam minyak cendana, yaitu α-santalol dan β-santalol.

dapat mencapai hingga 90% atau lebih. Terdapat dua jenis senyawa santalol dalam minyak cendana, yaitu α-santalol dan β-santalol. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tanaman Cendana (Santalum album L.) adalah tanaman asli Indonesia yang memiliki aroma yang khas, dimana sebagian besar tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Industri Kimia Banyak proses kimia yang melibatkan larutan homogen untuk meningkatkan laju reaksi. Namun, sebagian besar pelarut yang digunakan untuk reaksi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Biodiesel dari Biji Tembakau dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada beberapa dekade terakhir ini, konsumsi bahan bakar fosil seperti minyak bumi terus mengalami kenaikan. Hal itu dikarenakan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan energi aktivasi Gibbs

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 INDUSTRI KIMIA DAN PERKEMBANGANNYA Saat ini, perhatian terhadap industri kimia semakin meningkat karena berkurangnya pasokan bahan baku dan sumber energi serta meningkatnya

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian yang dijalankan untuk memberikan alternatif sintesis pelumas dasar bio melalui proses esterifikasi asam lemak (asam karboksilat) berkatalis heterogen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi) Proses Pembuatan Biodiesel (Proses TransEsterifikasi) Biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel, yang biasanya menggunakan minyak solar. seperti untuk pembangkit listrik, mesinmesin pabrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan perkembangan

Lebih terperinci

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat 1.1 Latar Belakang Senyawa ester hasil kondensasi dari asam asetat dengan 1-pentanol akan menghasilkan senyawa amil asetat.padahal ester dibentuk dari isomer pentanol yang lain (amil alkohol) atau campuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan manusia akan bahan bakar semakin meningkat. Namun, peningkatan kebutuhan akan bahan bakar tersebut kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi bahan bakar sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari analisis kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) yaitu

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIKO-KIMIA BIJI DAN MINYAK JARAK PAGAR Biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini Indonesia masih mengimpor monogliserida dan digliserida yang dibutuhkan oleh industri (Anggoro dan Budi, 2008). Monogliserida dan digliserida dapat dibuat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 ASIL PECBAAN DAN PEMBAASAN Transesterifikasi, suatu reaksi kesetimbangan, sehingga hasil reaksi dapat ditingkatkan dengan menghilangkan salah satu produk yang terbentuk. Penggunaan metil laurat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai

BAB I PENDAHULUAN. oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Silika merupakan unsur kedua terbesar pada lapisan kerak bumi setelah oksigen. Senyawa ini terkandung dalam berbagai senyawa dan campuran, mulai dari jaringan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik KAPASITAS 20.000 TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industri di Indonesia, pemerintah beruapaya meningkatkan pertumbuhan industri

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT Pengantar Gugus fungsi dari asam karboksilat terdiri atas ikatan C=O dengan OH pada karbon yang sama. Gugus karboksil biasanya ditulis -COOH. Asam alifatik memiliki gugus alkil

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu penyiapan aditif dan analisa sifat-sifat fisik biodiesel tanpa dan dengan penambahan aditif. IV.1 Penyiapan

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIODIESEL Biodiesel adalah bahan bakar diesel alternatif yang berasal dari minyak nabati ataupun lemak hewan. Komponen utama dalam minyak nabati dan lemak hewan adalah trigliserida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan bakar fosil telah banyak dilontarkan sebagai pemicu munculnya BBM alternatif sebagai pangganti BBM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ACARA 4 SENYAWA ASAM KARBOKSILAT DAN ESTER Oleh: Kelompok 5 Nova Damayanti A1M013012 Nadhila Benita Prabawati A1M013040 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) CPO merupakan produk sampingan dari proses penggilingan kelapa sawit dan dianggap sebagai minyak kelas rendah dengan asam lemak bebas (FFA) yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menipisnya cadangan minyak bumi, masalah lingkungan yang terus memburuk (global warming), dan ketidakstabilan energi menyebabkan manusia harus mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Biodiesel Tanaman sawit (Elaeis guineensis jacquin) merupakan tanaman yang berasal dari afrika selatan. Tanaman ini merupakan tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel dapat dibuat dengan empat cara utama, yaitu secara langsung dengan pencampuran, mikroemulsi, pirolisis dan transesterifikasi. Metode yang paling umum digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU Penyusun : Riyo Eko Prasetyo 2307030067 Wicaksono Ardi Nugroho 2307030078 Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M. Eng 19580819 198503

Lebih terperinci

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 19 Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Biodiesel Minyak jelantah semula bewarna coklat pekat, berbau amis dan bercampur dengan partikel sisa penggorengan. Sebanyak empat liter minyak jelantah mula-mula

Lebih terperinci

PEMBUATAN GLISEROL TRIBENZOAT DARI GLISEROL (HASIL SAMPING INDUSTRI BIODIESEL) DENGAN VARIASI RASIO REAKTAN DAN TEMPERATUR REAKSI

PEMBUATAN GLISEROL TRIBENZOAT DARI GLISEROL (HASIL SAMPING INDUSTRI BIODIESEL) DENGAN VARIASI RASIO REAKTAN DAN TEMPERATUR REAKSI Endah Kusuma Rastini, Jimmy, Wahyuda Auwalani, Nur Aini Setiawati: pembuatan gliserol tribenzoat dari gliserol (hasil samping industri biodiesel) dengan variasi rasio reaktan dan temperatur reaksi PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI Pardi Satriananda ABSTRACT Ethyl ester and gliserol produce by reacting coconut

Lebih terperinci

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI

PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI PEMBUATAN ETIL ASETAT MELALUI REAKSI ESTERIFIKASI TUJUAN Mempelajari pengaruh konsentrasi katalisator asam sulfat dalam pembuatan etil asetat melalui reaksi esterifikasi DASAR TEORI Ester diturunkan dari

Lebih terperinci

PEMBUATAN GLISEROL TRIBENZOAT DARI GLISEROL (HASIL SAMPING INDUSTRI BIODIESEL) DENGAN VARIASI RASIO REAKTAN DAN TEMPERATUR REAKSI

PEMBUATAN GLISEROL TRIBENZOAT DARI GLISEROL (HASIL SAMPING INDUSTRI BIODIESEL) DENGAN VARIASI RASIO REAKTAN DAN TEMPERATUR REAKSI Endah Kusuma Rastini, Jimmy, Wahyuda Auwalani, Nur Aini Setiawati: pembuatan gliserol tribenzoat dari gliserol (hasil samping industri biodiesel) dengan variasi rasio reaktan dan temperatur reaksi PEMBUATAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN GLISEROL TRIBENZOAT DARI GLISEROL (HASIL SAMPING INDUSTRI BIODIESEL) DENGAN VARIASI RASIO REAKTAN DAN TEMPERATUR REAKSI

PEMBUATAN GLISEROL TRIBENZOAT DARI GLISEROL (HASIL SAMPING INDUSTRI BIODIESEL) DENGAN VARIASI RASIO REAKTAN DAN TEMPERATUR REAKSI Endah Kusuma Rastini, Jimmy, Wahyuda Auwalani, Nur Aini Setiawati: pembuatan gliserol tribenzoat dari gliserol (hasil samping industri biodiesel) dengan variasi rasio reaktan dan temperatur reaksi PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber bahan bakar semakin meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Akan tetapi cadangan sumber bahan bakar justru

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS II. 1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Biodiesel dan green diesel Biodiesel dan green diesel merupakan bahan bakar untuk mesin diesel yang diperoleh dari minyak nabati

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh: Achmad Hambali NIM: 12 644 024 JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini pemakaian bahan bakar yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang semakin menipis. Cepat atau lambat cadangan minyak bumi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON OLEH NAMA : HABRIN KIFLI HS. STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK ASISTEN : VI (ENAM) : HERIKISWANTO LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin

Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Laporan Praktikum Senyawa Organik Polifungsi KI2251 1 Kondensasi Benzoin Benzaldehid: Rute Menujuu Sintesis Obat Antiepileptik Dilantin Antika Anggraeni Kelas 01; Subkelas I; Kelompok C; Nurrahmi Handayani

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN PERBANDINGAN MASSA ALUMINIUM SILIKAT DAN MAGNESIUM SILIKAT Tahapan ini merupakan tahap pendahuluan dari penelitian ini, diawali dengan menentukan perbandingan massa

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave)

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Pembuatan Biodiesel dari Minyak Kelapa dengan Katalis H 3 PO 4 secara Batch dengan Menggunakan Gelombang Mikro (Microwave) Dipresentasikan oleh : 1. Jaharani (2310100061) 2. Nasichah (2310100120) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya energi baik energi yang bersifat terbarukan maupun energi yang bersifat tidak terbarukan. Namun demkian, eksplorasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan Tania S. Utami *), Rita Arbianti, Heri Hermansyah, Wiwik H., dan Desti A. Departemen Teknik

Lebih terperinci

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR Jurnal Rekayasa Produk dan Proses Kimia JRPPK 2015,1/ISSN (dalam pengurusan) - Astriana, p.6-10. Berkas: 07-05-2015 Ditelaah: 19-05-2015 DITERIMA: 27-05-2015 Yulia Astriana 1 dan Rizka Afrilia 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: Sifat fisik dan kimia bahan 1. NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Lipid, ester gliserol dengan asam lemak, berdasarkan titik lelehnya dikelompokkan menjadi lemak atau minyak. Lipid pada suhu kamar berwujud padat disebut lemak sedangkan lipid berwujud cair

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini terdiri dari bahan utama yaitu biji kesambi yang diperoleh dari bantuan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Lebih terperinci

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari,Nani Wahyuni Dosen Tetap Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penurunan kualitas lingkungan hidup dewasa ini salah satunya disebabkan oleh aktifitas kendaran bermotor yang menjadi sumber pencemaran udara. Gas-gas beracun penyebab

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Kimia Dan Peralatan. 3.1.1. Bahan Kimia. Minyak goreng bekas ini di dapatkan dari minyak hasil penggorengan rumah tangga (MGB 1), bekas warung tenda (MGB 2), dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR Gliserol hasil samping produksi biodiesel jarak pagar dengan katalis KOH merupakan satu fase yang mengandung banyak pengotor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum) Disusun oleh : Dyah Ayu Resti N. Ali Zibbeni 2305 100 023

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan untuk penelitian ini adalah gliserol kasar (crude glycerol) yang merupakan hasil samping dari pembuatan biodiesel. Adsorben

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi tidak pernah habis bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i LEMBAR PERSEMBAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x GLOSARIUM... xi INTISARI.... xii ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci