Identifikasi Bentuk dan Fungsi Benteng Sembilan Cakung, Jakarta Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identifikasi Bentuk dan Fungsi Benteng Sembilan Cakung, Jakarta Timur"

Transkripsi

1 Identifikasi Bentuk dan Fungsi Benteng Sembilan Cakung, Jakarta Timur Ratna Esykha W.P 1, Supratikno Rahardjo 2 1. Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok. 2. Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok. ratnaesykha@gmail.com Abstrak Benteng Sembilan merupakan salah satu bangunan militer tinggalan Belanda dari periode abad ke-20 yang belum diidentifikasi lebih lanjut mengenai bentuk dan fungsinya dalam aktivitas militer masa lalu. Identifikasi bentuk dan fungsi diperlukan guna mengetahui peranan bangunan ini terutama dalam peristiwa Agresi Militer Belanda di wilayah Jakarta Timur serta menjadi satu pembuktian bagi peristiwa bersejarah tersebut. Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian yang kemudian dilanjutkan analisis khusus dan analisis perbandingan dengan dua bangunan pertahanan lain yang serupa. Penelitian ini menghasilkan interpretasi bahwa bangunan ini merupakan bangunan gudang amunisi dan senjata serta diduga dahulu digunakan dalam peristiwa Agresi Militer Belanda di sekitar daerah Cakung, Jakarta Timur. Form and Function Identification of Benteng Sembilan Cakung, North Jakarta Abstract Benteng Sembilan is one of Dutch s military defense building which it form and function in past military activities has not been identified yet. Form and function identification is needed to recognize the building s role in Dutch Military Agression in North Jakarta and also to prove the building as features of the historical event. The research was began with description method and continued by specific analysis and comparative analysis with another two similar defense building. This research produced an interpretation that the building was an ammunition and weapon storage and probably used in Dutch Military Agression in Cakung, North Jakarta. Key Words: Benteng Sembilan ; form, function; Dutch Military Agression; ammunition and weapon storage.

2 Pendahuluan Sejak awal kedatangannya di Indonesia, bangsa Belanda telah membuat berbagai macam bangunan kolonial yang mencerminkan kebudayaan bangsanya. Salah satu bentuk bangunan kolonial yang dibangun oleh bangsa Belanda adalah bangunan militer. Awalnya bangunan militer dibangun dengan tujuan melindungi gudang-gudang dagangan (pakhuizen), namun di masa kemudian fungsi dan penggunaan bangunan ini berkembang menjadi bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal, tempat pemerintahan, sekaligus tempat sentral dalam upaya merebut dan mengusai pemerintahan pribumi, sehingga peranan bangunan militer menjadi penting pada masa lampau (Haris, 2001: 745). Selain sebagai pusat pemerintahan, fungsi utama bangunan militer terutama benteng adalah bangunan tempat berlindung atau bertahan dari serangan musuh. Benteng dapat pula diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk memperkuat atau mempertahankan kedudukan, posisi, dan yang lainnya. Benteng juga merupakan salah satu upaya dari pihak asing untuk menandingi sistem pertahanan masyarakat atau penguasa lokal (Koestoro, 2010: 97). Bangunan militer dan bangunan pertahanan Belanda diketahui telah dibangun di wilayah Indonesia sejak abad 17 dan pembangunannya terus berkembang hingga abad 20. Pada masa awal pendiriannya, bangunan pertahanan ini difokuskan dibangun di garis luar pertahanan darat yaitu di sepanjang pantai dan di pulau-pulau kecil lepas pantai guna mencegah datangnya musuh dari laut (Marihandono dan Juwono, 2011: 54). Pada perkembangannya kemudian, pembangunan bangunan pertahanan berada tidak jauh dari kota, yaitu berada di pinggir kota atau bahkan di tengah-tengah kota. Penempatan lokasi ini bergantung pada efektivitas penggunaan, strategi militer dan intensitas ancaman yang datang saat itu (Abbas, 2011: 9). Selain dari lokasinya, perkembangan bangunan pertahanan juga terjadi dari segi bentuknya. Di masa awal pendiriannya bangunan pertahanan Belanda memiliki desain dan ukuran yang menyerupai kastil-kastil Eropa abad pertengahan dengan dilengkapi dinding yang tinggi serta menara-menara melingkar pada sudut bangunannya. Guna menambah perlindungan, umumnya kastil-kastil ini dilindungi dengan dinding-dinding pertahanan kota, seperti misalnya tembok-tembok kota yang ada di Batavia, Ternate, Ambon, Banda Neira, Makassar, dan Semarang (Bonke, 2010: 35-36). Di masa

3 kemudian, mulai dari abad ke-19 terutama abad 20, bangunan pertahanan Belanda tidak lagi berukuran besar dan memiliki menara di sudut bangunannya melainkan berubah menyesuaikan kebutuhan perang masa itu yang membutuhkan tingkat efisiensi dan mobilitas tinggi. Bangunan militer dan pertahanan Belanda yang dibangun belakangan bentuknya mengikuti bangunan militer Eropa pada masa Perang Dunia 1 dan 2 yaitu lebih kecil dan sederhana namun dengan teknologi dinding yang lebih kuat. Bangunan tersebut juga dibangun lebih rendah atau bahkan dibangun sepenuhnya atau sebagian berada di permukaan tanah dengan tujuan perlindungan dari serangan senjata perang (Octaviadi, 2008: 120). Salah satu contoh bangunan pertahanan atau bangunan militer Belanda yang dibangun pada abad ke-20 dan berada dalam wilayah perkotaan adalah Benteng Sembilan. Benteng ini berada di wilayah Cakung, Jakarta Timur, yang dahulu merupakan wilayah administrasi kota Bekasi. Pemberian nama Benteng Sembilan bukanlah nama resmi dari pihak pemerintah karena bangunan ini belum terdaftar dan ditetapkan sebagai cagar budaya daerah maupun negara. Nama Benteng Sembilan berasal dari masyarakat sekitar yang menyebutnya berdasarkan jumlah bangunan yang ada di lahan tersebut. Berdasarkan denah pembangunannya, bangunan ini diduga dibangun pada periode pasca kemerdekaan, yaitu tahun Dari masa pembangunan dan keletakan geografisnya tersebut, dapat diasumsikan bahwa bangunan ini memiliki suatu peranan dalam peristiwa peperangan pasca kemerdekaan antara Belanda dan Indonesia, yaitu peristiwa Agresi Militer Belanda 1. Pada periode pasca kemerdekaan, wilayah Bekasi dan Karawang merupakan daerah pinggiran kota Jakarta yang berusaha dikuasai oleh pihak Belanda dan NICA guna dijadikan markas atau titik sentral penyerangan ke wilayah pusat Jakarta (Heijboer, 1998) sehingga cukup tepat apabila bangunan ini dikaitkan dengan peristiwa agresi militer tersebut. Berdasarkan denah bangunannya pula, bangunan ini dahulu berfungsi sebagai ammonitie opslagplaats, atau sebagai gudang amunisi dan senjata. Dalam perang, umumnya bangunan pertahanan terutama bagian gudang penyimpanan senjata semacam depot dan aarsenal diletakan di wilayah yang strategis dan mudah dijangkau. Meskipun terkadang juga dibangun di tempat yang tersembunyi, namun lokasi pembangunan dipastikan dekat dengan wilayah sasaran perang sehingga

4 memudahkan pasukan militer mempersenjatai diri (Bearss, 1965: 317). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini secara tidak langsung dapat membuktikan peranan wilayah Cakung dan Jakarta Timur dalam konflik militer di periode pasca kemerdekaan. Keadaan bangunan yang relatif utuh dibandingkan bangunan militer tinggalan Belanda lain di Indonesia, terutama di Jakarta, menjadikan satu dasar tersendiri bagi dimulainya penelitian ini. Di samping itu, bentuk bangunan yang cukup unik dan jarang ditemui di Indonesia, yaitu beberapa bangunan yang berdiri terpisah namun terintegrasi atau membentuk suatu formasi, juga menjadi suatu alasan kuat bagi penelitian ini. Sejauh ini belum didapati penelitian mengenai sejarah bangunan maupun penelitian lain yang terkait dengan bangunan Benteng Sembilan ini sehingga menjadikan penelitian ini sebagai penelitian awal dan penelitian pendahuluan. Benteng Sembilan merupakan salah satu bangunan militer milik pemerintah kolonial Belanda yang belum diketahui dan diidentifikasi lebih lanjut mengenai bentuk dan fungsi dari bangunannya, bahkan berdasarkan bentuk bangunan dan keterangan pada denah, bangunan Benteng Sembilan ini diduga memiliki fungsi lain di luar fungsi bangunan militer dan pertahanan yang umum dijumpai yaitu sebagai gudang tempat menyimpan amunisi dan senjata perang. Pada umumnya bangunan gudang penyimpanan senjata ini terintegrasi dengan bangunan militer lainnya dan bukanlah suatu bangunan yang umum untuk berdiri sendiri, sehingga berdasarkan hal itu timbul pertanyaan yang terkait dengan bentuk dan fungsi dari bangunan ini. Bentuk bangunan ini dapat menunjukan dan menjelaskan fungsinya, baik sebagai gudang amunisi seperti halnya yang tertulis pada denah bangunannya, ataupun sebagai bangunan militer yang memiliki fungsi lain. Maka dari itu, permasalahan penelitian utama yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana identifikasi bentuk umum dan fungsi dari bangunan Benteng Sembilan?. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan dalam penelitian adalah metode penelitian yang dilakukan oleh Deetz yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data (Deetz, 1967: 8).

5 Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka merupakan pengumpulan data tertulis yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan objek yang diteliti seperti berbagai hasil penelitian, dokumen, dan foto yang menjelaskan mengenai penelitian keberadaan Benteng Sembilan ini sejak pertama kali dibangun hingga saat ini, serta data-data mengenai hasil survey lapangan yang pernah dilakukan. Selain itu, sebagai data sekunder juga dilakukan pengumpulan data berupa laporan penelitian, peta, dokumen, dan foto sehubungan dengan bangunan bangunan militer milik pemerintah Belanda misalnya bangunan benteng Gunung Palasari di wilayah Sumedang dan bangunan pertahanan Ancol di Jakarta Utara yang merupakan bangunan militer Belanda dan memiliki kemiripan bentuk dan kesamaan masa dengan Benteng Sembilan. Studi lapangan dilakukan dengan mendatangi langsung objek penelitian serta institusi lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian guna memperoleh data yang diperlukan. Dalam tahap ini dilakukan perekaman data yang dilakukan secara verbal maupun piktorial yaitu dengan pencatatan serta pengambilan gambar atau dokumentasi mencangkup bentuk, ukuran, dan keletakan dan kemudian akan dilanjutkan dengan pendokumentasian dalam pembuatan gambar, sketsa denah, maupun pengambilan foto dari Benteng Sembilan. Pengumpulan data lapangan juga dilakukan dengan metode wawancara sederhana terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar Benteng Sembilan guna mendapatkan keterangan-keterangan sejarah yang terkait dengan bangunan tersebut. Informasi yang didapatkan dari masyarakat sekitar ini nantinya akan dicocokan dan diintegrasikan dengan dokumen awal atau denah bangunan Benteng Sembilan sehingga informasi yang didapatkan akan semakin lengkap. Perekaman data berupa pengambilan dokumentasi gambar secara langsung juga dilakukan terhadap kedua bangunan yang menjadi objek pembanding yaitu Benteng Gunung Palasari di Sumedang serta Bangunan Pertahanan atau Batteri Ancol di Jakarta Utara. Data dari hasil pendokumentasian tersebut akan ditunjang dengan data-data dari hasil laporan penelitian yang pernah dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung terhadap kedua objek pembanding tersebut. Data dari hasil penelitian tersebut akan digunakan dalam pendeskripsian kedua data pembanding. Pengumpulan

6 data kemudian dilanjutkan dengan mendatangi beberapa institusi yang mungkin berkaitan dengan objek seperti misalnya Balai Arkeologi Bandung, Pusat Dokumentasi Arsitektur, Arsip Nasional RI, Perpustakaan Nasional, dan Pusat Sejarah TNI. Data-data yang telah didapatkan melalui studi pustaka dan studi lapangan kemudian akan digunakan dalam proses pendeskripsian bangunan utama penelitian, yaitu Benteng Sembilan, maupun pendeskripsian dua data pembanding, yaitu Benteng Gunung Palasari dan Bangunan Pertahanan atau Batterai Ancol. Pendeskripsian yang dilakukan meliputi berbagai komponen bangunan yang akan dianalisis dalam tahap penelitian selanjutnya. Tahap penelitian selanjutnya adalah pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan analisis khusus terhadap komponen-komponen bangunan Benteng Sembilan. Guna menambah hasil analisis, dalam tahap ini akan dilakukan pengambilan data penunjang dari benteng-benteng atau bangunan militer lain dengan menggunakan prinsip adanya kedekatan wilayah atau kesamaan ekologi, adanya persamaan bentuk, dan adanya kesinambungan budaya (Sharer& Ashmore, 1979 : ). Data penunjang yang digunakan adalah data mengenai bangunan yang berasal dari kurun waktu sezaman dan memiliki kemiripan bentuk dengan Benteng Sembilan yaitu Benteng Gunung Palasari di Sumedang dan bangunan pertahanan di Ancol, Jakarta Utara. Selain berasal dari kurun waktu sezaman dan memiliki kemiripan bentuk, kedua bangunan pertahanan tersebut dipilih sebagai data pembanding karena kedua data tersebut dapat mewakili bangunan pertahanan dengan fungsi ofensif dan defensif serta bangunan pertahanan dengan fungsi logistik. Kedua bangunan tersebut juga pernah diteliti sebelumnya sehingga memiliki kelengkapan informasi yang memadai misalnya dari segi penanggalannya, pihak pembuatnya yaitu militer Belanda, serta dugaan awal mengenai fungsi kedua bangunan. Data utama kemudian akan dibandingkan dengan kedua data penunjang tersebut dengan mengamati dan menganalisis perbedaan serta persamaan komponenkomponen dasar bangunan yang serupa dengan komponen bangunan Benteng Sembilan mencangkup denah bangunan, atap, dinding, pintu, jendela, dan ventilasi bangunan, serta analisis terhadap lokasi pendirian bangunan. Dengan menganalisis persamaan dan perbedaan komponen-komponen tersebut dari dua bangunan

7 pertahanan yang sudah memiliki kejelasan mengenai bentuk dan fungsinya, maka diharapkan akan memudahkan proses penelitian bentuk dan fungsi dari Benteng Sembilan sebagai objek utama penelitian. Selain dari komponen bangunan, analisis khusus dan perbandingan juga akan dilakukan terhadap lokasi dari ketiga bangunan pertahanan. Perbandingan lokasi dilakukan guna memperjelas dan memperkuat interpretasi mengenai fungsi bangunan yang akan dilakukan dalam tahap penelitian selanjutnya. Tahap penelitian yang terakhir adalah penafsiran data hasil analisis. Pada tahap ini data-data yang didapat dari hasil analisis khusus dan analisis perbandingan akan digunakan terutama untuk menginterpretasikan fungsi dari bangunan Benteng Sembilan. Di samping itu, interpretasi yang akan dilakukan juga mencangkup interpretasi mengenai pihak pembuatnya bangunan, masa pendirian bangunan, dan kaitan bangunan tersebut dengan peristiwa sejarah yang terjadi pada masa itu. Penafsiran yang dilakukan dalam tahap ini diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian dan juga menjelaskan identitas bangunan ini secara lebih spesifik. Bangunan Pertahanan Abad-20 Bangunan pertahanan atau lebih dikenal dengan istilah benteng dibangun dengan tujuan awal melengkapi salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan rasa aman (Koentjaraningrat, 1985: 5-6). Pada masa awal pembangunannya, bangunan benteng dibangun sebagai pusat aktivitas seperti tempat tinggal dan pusat pemerintahan yang merangkap sebagai tempat perlindungan. Di masa kemudian, bangunan benteng dibangun dengan tujuan lebih khusus yaitu sebagai tempat berlindung dari serangan musuh ketika ada potensi peperangan. Bangunan benteng di Indonesia khususnya dapat dikelompokan berdasarkan fungsi bangunan dan periode waktu pembangunannya. Berdasarkan fungsinya, Novida Abbas mengelompokan benteng ke dalam dua kelompok yaitu pertama, benteng yang berfungsi sebagai sarana pertahanan yang dapat melaksanakan fungsi ofensif dan defensif. Benteng ini memiliki ciri fasilitas penunjang seperti lubanglubang penembakan dan bastion pada tiap sudut benteng yang bertujuan untuk memudahkan menembak ke segala arah tanpa perlu menampakan diri. Benteng yang

8 memiliki fungsi ofensif dan defensif biasanya ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis seperti di pusat kegiatan suatu kota, tepi jalur jalan utama, puncak bukit yang memungkinkan pengawasan daerah sekitarnya, dan tepi pantai atau sungai yang merupakan jalur keluar-masuk pelabuhan maupun kota. Kedua, benteng yang memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan logistik, pendidikan, latihan, dan penjara. Benteng-benteng yang memiliki fungsi ini umumnya tidak dilengkapi fasilitas ofensif dan defensif serta keletakannya cukup tersembunyi dan jauh dari pusat kegiatan maupun jalur utama suatu kota (Abbas, 2001:35-36). Berdasarkan periode waktu pembangunannya, bangunan pertahanan atau benteng dibangun dengan bentuk dan fungsi yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan, strategi militer, serta perkembangan teknologi yang ada pada pada kurun waktu tertentu. Pada abad ke-14, benteng dibangun dengan ukuran besar dan dikelilingi tanggul tanah, namun ketika mulai diciptakannya teknologi meriam pertama dalam masa tersebut, tanggul tanah dianggap tidak mencukupi untuk menahan tembakan meriam sehingga diperlukan bangunan pertahanan dengan rancang bangun khusus untuk menahan tembakan meriam (Brice 1990: 7). Pada abad 15-17, benteng dibangun masih dalam ukurang yang besar dan masif, dilengkapi dengan perlindungan tambahan berupa dinding keliling, baik yang berbentuk v maupun dinding keliling berbentuk bintang, serta adanya parit yang dibangun mengelilingi benteng. Ciri lainnya dari benteng yang berkembang dari masa ini adalah adanya bastion pada sudut dan sisi-sisi tertentu bangunan benteng. Pada abad 18-19, penggunaan bastion mulai ditinggalkan dalam pembangunan suatu bangunan benteng. Hal ini didasarkan adanya revolusi industri di Inggris dan penemuan laras meriam beralur yang memungkinkan peluru meriam meluncur ke sasaran dengan akurat dan stabil (Beazley, 1998: 312), menyebabkan sistem pertahanan dengan bastion menjadi kurang efektif lagi karena amunisi dapat ditembakan dari jarak yang lebih jauh dengan keakuratan dan daya hancur yang lebih besar. Benteng yang dibangun dalam kurun waktu abad lebih berfokus pada kekuatan dinding bangunannya yang kuat, yang diharapkan dapat menahan serangan dari berbagai senjata modern yang berkembang kala itu. Penguatan dinding bangunan pertahanan atau benteng ditunjang juga dengan penemuan semen Portland pada abad ke-19 M yang menjadi salah satu unsur pendorong penggunaan beton bertulang dalam pembuatan bangunan-bangunan pertahanan. Selain itu, guna meminimalisir bangunan pertahanan atau benteng dari

9 serangan tembakan, bangunan benteng dibuat lebih rendah dari sebelumnya tanpa harus mengorbankan ruang yang diperlukan untuk meriam, peralatan, pasukan, dan logistik yaitu dengan cara membangun benteng ke dalam tanah (Brice, 1999: ). Sementara itu bangunan-bangunan pertahanan yang dibangun pada abad-20, tepatnya ketika Perang Dunia 1 dan 2 berlangsung, pada umumnya memiliki ciri tergabung dalam satu sistem pertahanan yang saling mendukung. Umumnya juga terintegrasi dengan jalur komunikasi dan suplai yang konstan (Abrianto, 2011: 70). Bentuk dan ukuran bangunan-bangunan pertahanan yang dibangun pada masa ini tidak terlalu besar seperti bangunan pertahanan masa-masa sebelumnya, terbuat dari beton bertulang dengan ketebalan dinding yang memadai mengatasi serangan meriam modern, dan apabila memungkinkan dibangun ke dalam tanah, meskipun ada juga yang berada di atas permukaan tanah (Abrianto, 2008: 120). Karakteristik bangunan pertahanan abad ke-20 tersebut didasari oleh perkembangan teknologi dan strategi masa itu. Teknologi perang yang berkembang pada masa itu diantaranya peledak dengan kekuatan besar dan eksplosif, artileri dengan jarak jangkauan jauh, tank, senapan mesin, dan senapan otomatis. Strategi pertempuran juga berubah dari pasif dan tidak bergerak menjadi pertempuran dinamis dan bergerak dimana medan pertempuran dapat berpindah dengan cepat dalam waktu singkat yang tentu memerlukan komunikasi secara intensif serta jalur perlengkapan yang dapat bergerak dan menyesuaikan diri dengan keperluan. Maka dari itu, bentuk bangunan pertahanan atau benteng dengan karakteristik bangunan yang besar, kokoh, statis, dan berada di permukaan tanah tidak lagi efektif dan digunakan di masa ini (Abrianto 2011: 69). Bangunan pertahanan dari abad 20 juga memiliki karakterisitik lainnya yang membedakan dengan bangunan pertahanan dari masa sebelumnya yaitu lokasi pembangunannya tidak lagi ditempatkan di tepi pantai. Pada masa ini bangunan pertahanan pesisir pantai mulai ditinggalkan karena dianggap tidak lagi efektif dalam menghadapi serangan senjata modern yang dapat ditembakan bahkan dari jarak sejauh 30 km seperti halnya misil dan roket (Hogg, 1981: 242). Fokus bangunan pertahanan masa itu kemudian bukan lagi pada lokasinya yang berada di pesisir pantai, namun seringkali ditempatkan di tengah perkotaan dan dititikberatkan pada bahan pembangunannya yang diperkuat dengan bahan bangunan beton. Bangunan

10 pertahanan beton pada masa perang modern telah terbukti dapat bertahan terhadap serangan bom atom, seperti pada peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, dan serangan nuklir, berdasarkan uji coba nuklir yang dilakukan di Australia dan USA. Selain penggunaan bahan beton yang kuat, bangunan pertahanan modern juga memiliki dinding-dinding yang kuat dan dibangun di bawah permukaan tanah. Jika dibangun di atas permukaan tanah, maka atap bangunannya didesain secara khusus dengan tujuan untuk melindungi diri dari serangan-serangan bom (Hogg, 1981: ). Bangunan pertahanan modern pada dasarnya tetap memiliki ide, prinsip dasar, dan fungsi yang sama dengan bangunan pertahanan yang berasal dari masa sebelumnya seperti misalnya bangunan pertahanan rancangan Vauban, yaitu samasama dibuat dengan tujuan untuk memusatkan kekuatan serangan dan memenangi suatu peperangan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dari segi arsitektur dan estetika, bangunan pertahanan modern tidak semenarik bangunan pertahanan yang berasal dari masa-masa sebelumnya (Hogg, 1981: 249). Hal inilah yang mungkin menjadi satu perbedaan yang mencolok dari bangunan pertahanan modern dengan bangunan pertahanan masa-masa sebelumnya. Teknik Pendirian Bangunan Pertahanan Modern Belanda Menurut Tjoe dkk (2002: 32), untuk mendesain dan membangun sebuah bangunan pertahanan yang baik, ada beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dasar dari sebuah bangunan pertahanan: Memiliki saluran udara atau ventilasi yang baik Tidak ada pintu yang kedap udara Memiliki sejumlah pos observasi yang cukup untuk memantau pergerakan musuh Lebih spesifik lagi, bangunan pertahanan yang dibangun oleh bangsa Belanda pada umumnya memiliki serangkaian karakteristik khusus yang harus dipenuhi dalam proses pembangunannya (Pusat Dokumentasi Arsitektur, Forts In Indonesia, 2010), seperti:

11 Posisi dari bangunan pertahanannya harus memiliki perlindungan keliling dan tertutup dari semua sisi Lahan terbuka yang digunakan sebagai tempat penyerangan harus terus diperiksa secara berkala dan harus ditutupi oleh kawat berduri Harus terhindar dari bahaya serangan dadakan oleh musuh Denah rancangan bangunannya harus sederhana, harus dapat menyediakan kemungkinan pertahanan terbaik walaupun dengan jumlah pasukan yang sedikit Menggunakan rintangan atau fitur-fitur yang ada di alam untuk memperkuat pertahanan dari serangan musuh Bangunan pertahanannya harus tahan terhadap serangan senapan dan senjata-senjata yang memiliki daya ledak lainnya Dimensi besaran dari bangunan pertahanannya harus seminimal mungkin dengan tujuan agar dapat dilindungi dengan baik bahkan oleh jumlah pasukan yang sedikit Berbagai ciri dan dan karakter bangunan pertahanan modern, terutama bangunan pertahanan modern yang dibangun oleh militer Belanda, yang telah disebutkan di atas akan menjadi dasar untuk proses identifikasi periode masa pembangunan serta pihak pembuat bangunan objek utama penelitian yaitu Benteng Sembilan. Karakter bangunan yang disebutkan di atas digunakan selama proses identifikasi bangunan, baik identifikasi awal pada denah bangunan, maupun identifikasi langsung di lapangan. Meskipun demikian, poin-poin di atas bukanlah syarat mutlak dari suatu bangunan pertahanan modern milik Belanda, namun secara garis besar dapat membantu proses identifikasi bahkan proses interpretasi yang dilakukan pada akhir penelitian. Hasil dan Pembahasan Denah merupakan satu-satunya sumber tertulis yang menyebutkan secara langsung mengenai objek utama penelitian sehingga sumber ini menjadi penting untuk dibahas secara khusus. Denah berbahasa Belanda ini memiliki judul Ammonitie Opslagaats Petoekangan yang berarti gudang amunisi yang berada di Petoekangan atau Petukangan dan digambar dengan skala 1:500 dalam ukuran

12 aslinya. Denah ini diduga digambar oleh seseorang bernama A.J.A Hermsen di bawah persetujuan seorang Genie Chef Belanda yang bernama Mr. Cornelis pada tanggal 24 Mei Tercatat pada tanggal 25 April 1992, denah ini digambar ulang oleh Suwarno R. Gambar 1. Gambar denah awal bangunan Benteng Sembilan. (Sumber: Balai Konservasi Kota Tua) Dalam denah tersebut terlihat sembilan bangunan utama yang berdiri terpisah satu sama lain ditambah dengan dua tembok memanjang yang melengkung pada salah satu ujung temboknya dengan bentuk formasi bangunan menyerupai trapesium. Pintu masuk bangunan ini berada di Selatan bangunan-bangunan tersebut. Terdapat beberapa keterangan yang menjelaskan mengenai bangunan-bangunan tersebut diantaranya penyebutaan kantoor atau kantor, Pan yang belum diketahui maksud dan arti dari kata tersebut, Opstelling Agregaat yang apabila diterjemahkan merupakan suatu preparation unit atau semacam gardu instalasi listrik, serta Decooville Rail yang diduga memaksudkan rel kereta, mungkin kereta barang, mulai dari pintu masuk hingga menuju ke depan masing-masing bangunan. Di samping sembilan bangunan utama, terdapat juga komponen-komponen bangunan lain seperti misalnya gracht atau parit juga moeras atau rawa-rawa yang terlihat mengelilingi kesembilan bangunan utama, jembatan di depan pintu masuk, dan wacht yang diduga memaksudkan pos penjagaan. Untuk dapat menuju bangunan

13 wacht tadi, harus melewati jalur veerharde weg yang artinya merupakan sebuah jalur atau jalan yang telah diperkeras, entah dengan batu, beton, atau bahkan aspal. Di samping veeharde weg tersebut, sebelum sampai ke wacht, terdapat beberapa komponen bangunan lainnya seperti sportveld atau lapangan olahraga, legering manschi atau diduga merupakan pangkalan pasukan, dan woning comot atau yang diduga sebagai bangunan rumah tinggal. Semua komponen bangunan tersebut terlihat dikelilingi oleh garis yang disertai dengan tanda x di sisi-sisinya. Hal ini mungkin memaksudkan bahwa keseluruhan komponen bangunan dikeliling atau dilindungi oleh semacam pagar pembatas yang diduga terbuat dari kawat berduri. Keterangan dari saksi sejarah juga menyebutkan adanya komponen yang sama seperti yang disebutkan dalam denah awal bangunan misalnya adanya perlindungan berlapis berupa pagar kayu jati, kawat berduri, serta parit yang mengelilingi seluruh kompleks bangunan Benteng Sembilan. Keterangan lainnya juga menyebutkan bahwa pada pertengahan tahun 1960 hingga awal tahun 2000 masih ditemukan sebuah lapangan serta bangunan kecil serupa rumah yang merujuk pada sportveld serta woning comot pada denah awal bangunan. Komponen-komponen bangunan yang disebutkan ini sayangnya sudah tidak dapat lagi ditemukan di lapangan, namun kesesuaian antara denah dan kondisi asli bangunan, baik kondisi di masa lalu berdasarkan keterangan saksi sejarah, maupun kondisi sekarang, menjadi suatu bukti bahwa bangunan ini merupakan bangunan milik pemerintah Belanda dan kemungkinan besar berfungsi layaknya keterangan dalam denah tersebut yaitu sebagai bangunan penyimpanan senjata dan amunisi milik pemerintah Belanda. Interpretasi awal ini akan ditunjang dengan perbandingan bangunan ini dengan dua bangunan militer milik pemerintah Belanda lainnya yaitu Benteng Gunung Palasari dan Bangunan Pertahanan Ancol. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan yang dilakukan dalam rentang waktu tahun 2013 hingga 2014, Benteng Sembilan merupakan kompleks bangunan yang terdiri dari sembilan bangunan yang tertutup (memiliki atap) dengan ukuran bangunan yang relatif sama, namun secara keseluruhan memiliki lima tipe bentuk bangunan yang berbeda. Ke-sembilan bangunan berada di permukaan tanah, jarak antar bangunannya tidak terlalu jauh satu sama lain, dan membentuk suatu formasi yang menyerupai trapesium. Terdapat tembok atau dinding melengkung di hampir

14 seluruh sisi masing-masing bangunan namun tembok atau dinding penghubung ini tidak menghubungkan bangunan satu dengan bangunan lainnya. Pendeskripsian pada kompleks bangunan Benteng Sembilan dilakukan berdasarkan denah pembuatan bangunan Benteng Sembilan" dengan penomoran bangunan 1-9, yang dimulai dari Barat-Timur, atau berlawanan arah dengan jarum jam. Foto 1. Gambar citra satelit hasil GIS yang memperlihatkan tampak atas Benteng Sembilan. Lingkaran merah menunjukan bangunan 1-9, lingkaran biru menunjukan tembok panjang. A B C D Foto 2. Tampak depan sejumlah bangunan Benteng Sembilan : (A) Bangunan 2, (B) Bangunan 4, (C) Bangunan 7, (D) Bangunan 9.

15 A B C D E Gambar 2. Sketsa bangunan Benteng Sembilan yang menunjukan adanya lima tipe bentuk bangunan yang berbeda: (A) Bangunan 1,2 dan 3, (B) Bangunan 4 dan 6, (C) Bangunan 5, (D) Bangunan 7, (E) Bangunan 8 dan 9. Interpretasi Fungsi Bangunan Benteng Sembilan Pemaparan analisis komponen-komponen bangunan yang dilakukan terhadap bangunan Benteng Sembilan dengan dua bangunan pertahanan lainnya yaitu Benteng Gunung Palasari dan Bangunan Pertahanan Ancol menunjukan fungsi serta aktivitas-aktivitas yang terkait dengan bangunan objek utama penelitian yaitu Benteng Sembilan. Fungsi yang akan dijelaskan dalam tahapan ini bukan sekedar memaksudkan fungsi bangunan ini sebagai bangunan pertahanan, namun fungsi dan penggunaannya dalam aktivitas militer secara lebih spesifik. Foto 3. Dua bangunan pembanding, Benteng Gunung Palasari (kiri) dan Bangunan Pertahanan Ancol (kanan).

16 Lokasi bangunan Benteng Sembilan yang berada di wilayah perkotaan Jakarta menimbulkan indikasi bahwa bangunan ini memiliki peranan yang cukup penting dan vital dalam aktivitas militer di kota Jakarta dan sekitarnya. Ditambah lagi berdasarkan undang-undang perang Staat van Beleg serta catatan perang yang ditulis Moeffreni Moe min, wilayah Cakung tempat bangunan ini berdiri merupakan wilayah batas antara wilayah tentara Belanda dan tentara RI pada rentang waktu sehingga seringkali menjadi titik pertemuan serta titik sentral perang masa itu (Majid dan Darmiati, 1999: 89). Keletakan bangunan yang berada di tengah rawa diduga mengindikasikan bangunan tersebut sengaja dibangun dengan alam rintang alam sekitarnya dengan tujuan menyamarkan dan menyembunyikan keberadaan bangunan tersebut dari musuh yaitu tentara RI. Kuat dugaan bahwa strategi semacam ini cukup berhasil pada masa itu, mengacu dari sisa bangunan yang relatif utuh hingga kini. Dari segi formasi denah dan beberapa komponen bangunan, terlihat bahwa bangunan Benteng Sembilan lebih identik atau memiliki banyak kesamaan dengan bangunan Benteng Gunung Palasari sehingga mungkin saja fungsinya sama seperti Benteng Gunung Palasari yaitu sebagai bangunan penunjang dalam aktivitas militer atau perang di masa lalu yang digunakan mungkin sebagai penjara, tempat pendidikan militer, barak, atau tempat penyimpanan senjata dan amunisi perang. Dinding bangunan Benteng Sembilan terbuat dari beton bertulang, mengindikasikan bangunan ini merupakan rancangan Kolonial Belanda dan menggunakan teknologi bangunan pertahanan abad 20. Teknologi beton bertulang yang digunakan pada bangunan ini menjadi suatu indikator kuat yang dapat menepis dugaan bahwa bangunan ini merupakan bangunan buatan militer Jepang. Dibandingkan dengan bangunan militer Belanda yang umumnya lebih masif dan kompleks teknologinya, bangunan militer Jepang lebih sederhana dari segi rancangan dan teknologi pembuatan bangunannya. Bangunan militer Jepang juga pada umumnya berukuran lebih kecil, tidak terintegrasi dengan bangunan lainnya (berdiri sendiri, tidak membentuk suatu formasi atau kompleks bangunan), dan sebagian besar dibangun di bawah permukaan tanah. Dinding yang tebal dibandingkan dua bangunan pertahanan yang menjadi data banding, ditambah dengan dinding miring sebagai dinding tambahan penguat, mengindikasikan bangunan ini dirancang untuk dapat bertahan dari serangan senjata

17 berdaya ledak besar seperti halnya tank, meriam, bahkan bom. Selain dinding, desain atapnya yang tebal juga semakin menegaskan bahwa bangunan ini dirancang untuk tujuan tersebut. Rancangan yang dapat bertahan dari serangan senjata berdaya ledak tinggi menguatkan dugaan bahwa bangunan ini berfungsi dan digunakan sebagai bangunan penyimpanan senjata dan amunisi. Hal sesuai dengan karakteristik umum bangunan magazine atau tempat penyimpanan senjata, amunisi, dan mesiu, yang mana rancang bangunannya diharuskan bombproof atau tahan terhadap ledakan bom (Smith dalam Geier, 2010: 239). Benteng Sembilan sama dengan kedua bangunan pertahanan lainnya, dahulu diduga memiliki daun pintu yang terbuat dari besi sehingga mengindikasikan bahwa bangunan ini merupakan bangunan tertutup yang penggunaanya intensif dan mungkin permanen serta ditujukan digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Pintu tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa bangunan dibuat dengan tujuan melindungi, menyimpan, atau menyembunyikan sesuatu, entah sekelompok manusia, ataupun sejumlah benda-benda logistik perang. Akan tetapi, minimnya sirkulasi udara pada sejumlah bangunan Benteng sembilan, yaitu bangunan 1-3 dan 7-9, mengindikasikan bahwa bangunan tersebut tidak ditujukan untuk aktivitas manusia yang intensif, melainkan mungkin hanya digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda logistik. Sisa bangunan lainnya, yaitu bangunan 4-6, sebaliknya memungkinkan adanya aktivitas manusia di dalamnya dikarenakan sirkulasi udara yang cukup bagus pada ketiga bangunan tersebut. Hal ini berarti bahwa meskipun sesuai nama aslinya, ammonitie opslagplaats, bangunan ini memiliki fungsi utama sebagai tempat penyimpanan senjata dan amunisi, namun diduga bangunan ini memiliki fungsi lain yang melibatkan banyak aktivitas manusia di dalamnya semisal kantor, barak, ataupun penjara.

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTAHANAN (LOUVRAK) JEPANG DI PULAU DOOM

BANGUNAN PERTAHANAN (LOUVRAK) JEPANG DI PULAU DOOM BANGUNAN PERTAHANAN (LOUVRAK) JEPANG DI PULAU DOOM Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura, e-mail: schiirullia@yahoo.com) Abstract The outbreak of the Pacifi c War between Japan and the Allied

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan

BAB V PENUTUP. di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan BAB V PENUTUP Pemerintah Kolonial Hindia Belanda banyak membangun fasilitas pertahanan di Cilacap untuk mempertahankan pengaruhnya di kota tersebut. Pembangunan fasilitas pertahanan di Cilacap dilakukan

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 190) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut,

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut, BAB I 1.1. Latar Belakang Surabaya saat ini telah menjadi sebuah kota industri yang modern, pusat perekonomian dan bisnis di Jawa Timur, serta sentra kekuatan angkatan bersenjata maritim Indonesia. Surabaya

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA AKUNTANSI-II/A

LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA AKUNTANSI-II/A LAPORAN PENELITIAN DI FORT ROTTERDAM OLEH: ALAMANDA 4516013031 AKUNTANSI-II/A PRODI AKUNTANS1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR TA 2016/2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DASAR-DASAR FENG SHUI

DASAR-DASAR FENG SHUI DASAR-DASAR FENG SHUI Feng Shui adalah seni dan ilmu pengetahuan China tradisional tentang hidup harmonis dengan lingkungan. Berakar dalam kebudayaan China dan filosofi Tao, feng shui adalah cara melihat

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda. 2 Perjuangan dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia terus dilakukan. Pada tanggal 17 Januari 1948 perjanjian Renville akhirnya di tandatangani disusul dengan instruksi penghentian tembak menembak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang Benda Cagar Budaya tahun 1992 nomor 5, secara eksplisit dikemukakan bahwa syarat sebuah Benda Cagar Budaya adalah baik secara keseluruhan maupun

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis

1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No.56, hal ini merupakan bukti bahwa Indonesia telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang telah dikemukakan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan penelitian

Lebih terperinci

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN

2015 KUNINGAN PADA MASA REVOLUSI : CIWARU SEBAGAI PUSAT KERESIDENAN CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai sejarah bangsa Indonesia, terdapat suatu masa yang penting dalam perjalanan sejarah Indonesia hingga Indonesia menjadi seperti sekarang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 022/M/2014 TENTANG TUGU PAHLAWAN SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 022/M/2014 TENTANG TUGU PAHLAWAN SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 022/M/2014 TENTANG TUGU PAHLAWAN SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1. SEJARAH PENEMUAN SITUS Situs pabrik pengolahan karet diketahui ketika

Lebih terperinci

PENDIRIAN STASIUN WILLEM I DI KOTA AMBARAWA

PENDIRIAN STASIUN WILLEM I DI KOTA AMBARAWA PENDIRIAN STASIUN WILLEM I DI KOTA AMBARAWA Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura) Abstract Ambarawa in colonial times included in the residency of Semarang. Despite having a hilly landscape

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Sekutu tanggal 6 Agustus 1945, keesokan harinya tanggal 9 Agustus 1945 bom atom kedua jatuh di Kota Nagasaki, Jepang

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal

sesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa bersejarah 10 November 1945 yang dikenal dengan Hari Pahlawan. Pertempuran tiga pekan yang terjadi

Lebih terperinci

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan yang gigih dan tidak mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946 usaha-usaha perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan kegiatan ekonomi yang cukup potensial bagi Indonesia. Akselerasi globalisasi yang terjadi sejak tahun 1980-an semakin membuka peluang bagi kita

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 013/M/2014 TENTANG BANGUNAN UTAMA HOTEL TOEGOE SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum A I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki potensi wilayah pantai yang sangat besar. agi masyarakat Indonesia pantai sudah tidak asing karena sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB MOMENTUM DAN IMPULS

BAB MOMENTUM DAN IMPULS BAB MOMENTUM DAN IMPULS I. SOAL PILIHAN GANDA 0. Dalam sistem SI, satuan momentum adalah..... A. N s - B. J s - C. W s - D. N s E. J s 02. Momentum adalah.... A. Besaran vektor dengan satuan kg m B. Besaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari. KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR Teknologi PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR 1 PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT RESIKO KORBAN JIWA DI DALAM BANGUNAN Latar Belakang : Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. BAB V PENDEKATAN & KONSEP 5.1 Pendekatan Konsep Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst. 5.1.1 Pendekatan Karakteristik Tapak Karakteristik kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Bengkulu dibentuk pada tahun 1968 yang sebelumnya merupakan wilayah Keresidenan Provinsi Sumatera Selatan. Provinsi Bengkulu terletak di wilayah pantai barat

Lebih terperinci

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai 2 Pendudukan atas pulau Sumatera juga dimaksudkan oleh Jepang untuk dijadikan pangkalan pengawasan terhadap kapal-kapal milik Sekutu di Samudera Hindia bagian barat, juga sebagai daerah pemasok bahan makanan,

Lebih terperinci

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perekonomian regional secara keseluruhan. Sistem perkebunan masuk ke Indonesia pada akhir Abad

Lebih terperinci

BENTENG TOBOALI (Memaknai Arti Sebuah Reruntuhan)

BENTENG TOBOALI (Memaknai Arti Sebuah Reruntuhan) 29 BENTENG TOBOALI (Memaknai Arti Sebuah Reruntuhan) Kristanto Januardi* Kolonialisme di Pulau Bangka cukup banyak meninggalkan bangunan-bangunan yang bersifat monumental seperti di kota-kota besar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kotamadya Pematang Siantar adalah salah satu kota di propinsi Sumatera utara dan merupakan kota kedua terbesar setelah Medan. Pematang Siantar terdiri dari 8

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Kata tinjauan memiliki arti yaitu hasil meninjau, pandangan, pendapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Kata tinjauan memiliki arti yaitu hasil meninjau, pandangan, pendapat 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan memiliki arti yaitu

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 Disusun Oleh : Kelompok 5 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5 LATAR BELAKANG TOKOH PEMIMPIN KRONOLOGIS PETA KONSEP PERLAWANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Museum Palagan Ambarawa yang terletak di Jalan Pemuda km.04 Kelurahan Panjang Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, museum sudah telah menjadi bagian dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, museum sudah telah menjadi bagian dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada saat ini, museum sudah telah menjadi bagian dari kehidupan modern manusia. Hampir setiap kota setidaknya memiliki satu atau bahkan beberapa museum. Mayoritas

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis)

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis) STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis) PERWITA SARI H1F 050070 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Kumpulan soal Pilihan Ganda Fisika Created by : Krizia, Ruri, Agatha IMPULS DAN MOMENTUM

Kumpulan soal Pilihan Ganda Fisika Created by : Krizia, Ruri, Agatha IMPULS DAN MOMENTUM IMPULS DAN MOMENTUM Petunjuk : Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!. Dua buah bola bermassa identik. Keduanya bergerak lurus dan saling mendekati. Bola A dengan kecepatan 3 m/s bergerak ke kanan. Bola

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisa, dan interpretasi data yang penulis paparkan dalam kajian Peran Masyarakat Tengaran Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

Aplikasi Graf dalam Permainan Kecil Super Mario War

Aplikasi Graf dalam Permainan Kecil Super Mario War Aplikasi Graf dalam Permainan Kecil Super Mario War Levanji Prahyudy / 13513052 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia dan modern nya senjata yang di miliki pasukan Belanda.

BAB V KESIMPULAN. untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia dan modern nya senjata yang di miliki pasukan Belanda. BAB V KESIMPULAN Kalau sudah membaca tulisan di atas maka kita dapat menarik kesimpulan dengan jelas bahwa perjuangan Rakyat Karo bersama dengan Tentara Indonesia Tidak bisa di pandang sebelah mata. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan. Secara geografis letak Indonesia terletak pada 06 04' 30"LU - 11 00' 36"LS, yang dikelilingi oleh lautan, sehingga

Lebih terperinci

LUBANG JEPANG: KUBU PERTAHANAN PASUKAN JEPANG DI KABUPATEN BATUBARA

LUBANG JEPANG: KUBU PERTAHANAN PASUKAN JEPANG DI KABUPATEN BATUBARA LUBANG JEPANG: KUBU PERTAHANAN PASUKAN JEPANG DI KABUPATEN BATUBARA Jufrida Balai Arkeologi Medan Abstract Japanese pillboxes in Batubara regency is one of the Japan s effort of defense in face out the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia

Warisan Rezim Prancis di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia Warisan Rezim Prancis 1808 1811 di Jawa: Kajian Strategi Militer dan Politik Birokrasi dalam Historiografi Indonesia Djoko Marihandono dmarihan@ui.edu Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme"

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Judul Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme BAB I PENDAHULUAN I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme" I.2 Esensi Judul I.2.1 Permukiman Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Rancangan Kawasan Setelah beberapa proses sebelumnya rancangan kawasan adalah salah satu hasil yang didapat dari proses perumusan masalah, analisis, dan konsep. Rancangan kawasan

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci