BAB II KAJIAN PUSTAKA. interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
|
|
- Hendri Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Sosial Menurut Gillin dan Gillin, ada dua macam proses sosial yang timbul akibat interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif. Proses Asosiatif, Pada hakikatnya proses ini mempunyai kecenderungan untuk membuat masyarakat bersatu dan meningkatkan solidaritas di antara anggota kelompok. Kemudian bentuk proses asosiatif, yaitu kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. 1 Pada proses asosiatif, yang pertama adalah kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerja sama dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan tujuan agar kepentingannya lebih mudah tercapai. Yang kedua yakni, Akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat dua atau lebih individu atau kelompok yang berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada, sehingga tercapai kestabilan keseimbangan. Kemudian yang ketiga yakni, Asimilasi merupakan sebuah proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kelompok individu. Dan yang terakhir yakni, Akulturasi adalah suatu keadaan di 1 Ajat sudrajat. Bentuk-bentuk dan aturan dalam interaksi sosial [online] tersedia di www. dan Aturan dalam Insteraksi Sosial.htm. diakses pada tanggal 20/12/2012
2 mana unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Dalam akulturasi kita mengenal unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dan unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima. Sedangkan Proses disosiatif merupakan sebuah proses yang cenderung membawa anggota masyarakat ke arah perpecahan dan merenggangkan solidaritas di antara anggota-anggotanya. Kita mengenal tiga bentuk proses disosiatif, yaitu persaingan, kontravensi, dan konflik. Persaingan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan harus dilaksanakan dengan berpedoman pada nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya persaingan atau kompetisi antara lain sebagai berikut, Perbedaan pendapat mengenai hal yang sangat mendasar, Perselisihan paham yang mengusik harga diri dan kebanggaan masing-masing pihak yang ditonjolkan., Keinginan terhadap sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau menjadi pusat perhatian umum, Perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat, Perbedaan kepentingan politik kenegaraan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Kontravensi adalah suatu proses komunikasi antarmanusia, di mana antara pihak yang satu dengan pihak yang lain sudah terdapat benih ketidaksesuaian, namun di antara pihak-pihak yang terlibat itu saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya.
3 Konflik, Istilah konflik berasal dari kata Latin configere yang berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologi, konflik dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Menurut Robert M.Z. Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, di mana tujuan mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan pesainganya. 2.2 Teori Sistem : Menciptakan Konsep Perubahan Sosial Pemikiran tentang sistem merupakan suatu kesatuan yang kompleks terdiri berbagai antar hubungan dan dipisahkan dari lingkungan sekitar oleh batas tertentu. Organisme jelas merupakan contoh sebuah sistem, begitu pula molekul, bangunan, planet, dan galaksi. Pemikiran umum seperti ini dapat pula diterapkan pada masyarakat manusia dengan berbagai tingkat kompleksitasnya. Pada tingkat makro keseluruhan masyarakat dunia (kemanusiaan) dapat dibayangkan sebagai sebuah sistem. Pada tingkat menengah (mezo) negara bangsa (nation state) dan kesatuan politik regional atau aliansi militer pun dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Pada tingkat mikro. Komunitas lokal, asosiasi, perusahaan, keluarga, atau ikatan pertemanan dapat diperlakukan sebuah sistem kecil. Begitu pula, segmen tertentu dari masyarakat seperti aspek ekonomi, politik, dan budaya secara
4 kualitatif juga sebagai sebuah sistem. Begitulah ditangan pakar teori sistem seperti Talcott Parsons 2 Perubahan sosial dapat dibayangakan sebagai perubahan yang terjadi didalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perpedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan dengan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka tertentu. Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu berbeda; dan (3) diantara keadaan sistem sosial yang sama. 3 Menurut Zstompka konsep dasar mengenai perubahan sosial menyangkut tiga hal yakni yang pertama, studi mengenai perbedaan; yang kedua, studi harus dilakukan pada waktu yang berbeda; yang ketiga, pengamatan pada sistem sosial yang sama. 4 Merujuk pada teori sistem yang menciptakan konsep perubahan sosial yakni berbicara tentang sistem berarti adalah suatu ikatan yang terdiri antar organisme dalam suatu lingkup wilayah dan membentuk suatu hubungan tertentu yang tidak dibatasi oleh waktu, dan dapat dibagi dalam beberapa tingkatan. Sehingga dapat menciptakan konsep perubahan sosial yang terjadi didalan sistem sosial tersebut yakni, dikarenakan terjadinya perbedaan keadaan dalam jangka waktu yang 2 Talcott Parsons Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: prenada Ibid Talcott Parsons 4 Nanang Martono sosiologi perubahan sosial, Jakarta:RajaGrafindo Persada 2011.
5 berlainan. Maka kaitannya dengan penelitian ini yakni yang menjadi sebuah sistem disini dapat diumpamakan sebagai suatu masyarakat yang berada dalam suatu wilayah tertentu yang menjalin hubungan dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu lingkungan hidup yang menjadi tempat pencaharian penduduk mengalami proses perubahan dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, sehinga mengakibatkan hubungan antara manusia (masyarakat) dan lingkungan menjadi tidak normal. Yakni proses perubahan stabilitas danau yang menjadi dangkal disebabkan karena faktor alam dan juga aktifitas-aktifitas masyarakat yang dapat merusak lingkungan (danau), yang pada akhirnya juga berakibat buruk pada kehidupan masyarakat, seperti kesehatan yang terganggu akibat adanya pencemaran lingkungan, hilangnya sumber pencaharian nelayan, dan hal yang paling mendasar adalah pengaruhnya bagi kehidupan mayarakat nelayan yang kesehariannya menggantungkan pendapatannya dengan cara memanfaatkan hasil danau ini. 2.3 Perubahan Sebagai Proses Dinamika Sosial Budaya Kata perubahan, dinamika, dan manusia (masyarakat sebagai makhluk sosial budaya) tidak terpisahkan dalam realitas kehidupan. Kata dinamika berasal dari bahasa Yunani yang berarti; dapat, mampu (jadi kuat), kemudian menjadi kata dinamic (Inggris) atau dinamis yang berarti kemampuan atau kekuatan yang aktif, dari kata dinamis tersebut, dibentuk kata dinamika yang artinya punya kekuatan, punya daya gerak, arti tersebut meluas terhadap apa saja yang memiliki kekuatan dan daya gerak, sehingga kekuatan dahsyat yang eksplosif (meledak)
6 disebut dinamit (Drijarkara, 1985). Dalam pembahasan ini perubahan merupakan dinamika yang memiliki kekuatan dan daya gerak yang efektif dalam masyarakat. Pemahaman terhadap pengertian dinamika sosial tidak bisa dilepaskan dari kerangka konseptual dasar tentang hakekat masyarakat dan perkembangan kehidupan sosialnya. Seperti dimaklumi, masyarakat atau biasa disebut pula dengan kehidupan sosial telah menjadi tema sentral diskursus keilmuan sosial, utamanya sosiologi dan antropologi. Kajian mendalam yang dilakukan para ilmuan sosial telah menghasilkan suatu pemahaman konseptual tentang masyarakat yang tidak tunggal. Kompleksitas pema-haman tentang masyarakat dan perkembangan kehidupan sosialnya terkait erat dengan asumsi-asumsi teoritik yang menjadi paradigma keilmuannya. Menurut pandangan teori interaksi, masyarakat itu bukanlah sosok organisme yang tumbuh dan berkembang menurut kadar ketentuan hukum-hukum alam sebagaimana pandangan yang berlaku umum dalam teori sosialnya kelompok kolektivis, holistik dan organistik. Seperti dimaklumi, kelompok yang disebut belakangan ini selalu memahami masyarakat sebagai realitas objektif yang berkembang dinamis menuju satu kesatuan sosial yang integral. Masyarakat diibaratkan seperti organ (badan) yang hidup (dinamis) dan tidak mati (statis). Pandangan ini juga dikenal dengan karakter teoritiknya yang memandang dan menempatkan peran dominan masyarakat yang melingkupi keber-adaan dan peran penting individu di dalamnya. Menurutnya, individu itu hanya melayani dan
7 mengabdi kepada masyarakat (Hoselitz, 1988). Tegasnya, individu-individu itu adalah bagian-bagian organisme yang hidup demi kepentingan keseluruhan. Mereka adalah subjek pasif yang tidak memiliki kebebasan kompetensial dalam menghadapi kekuatan sosial dan alam yang maha hebat. Pandangan yang kolektivistis, holistis dan organistis semacam itu terlihat jelas, misalnya, dalam pemikirannya August Comte, Herbert Spencer dan kelompok Darwinisme Sosial. Pada umumnya, mereka melihat masyarakat secara holistis sebagai kesatuan atau keseluruhan organik yang dalam bentuk dan arahnya tidak bergantung pada inisiatif para anggotanya atau individu-individu yang ada di dalamnya, melainkan, pada proses spontan otomatis perkembangan akal budi manusia yang dapat berkembang dengan sendirinya. Proses perkembangan berlangsung tahap demi tahap dan merupakan proses alamiah yang tidak terelakan dan tidak terhentikan. Dalam konteks demikian ini, perkembangan atau evolusi yang menjadi titik tolak bagi prosesproses sosial itu dikuasai oleh hukum universal yang berlaku bagi semua orang dimanapun dan kapanpun secara linear yang, menurut Spencer, beranjak dari kondisi homogenitas tak terpadu yang tak pasti (undefinite, incoherent homogenity) ke arah heterogenitas terpadu yang pasti (difenite, coherent heterogenity) (Johnson, 1988: 82; Veeger, 1993: 20). Paradigma interaksi juga tidak memandang masyarakat sebagai-mana pandangan individualistis, atomistis, dan mekanistis yang cenderung deterministik, individu ditempatkan sebagai poros tunggal pembentuk dan sekaligus inti dari kehidupan sosial yang paling nyata. Masyarakat bukan kesatuan
8 organis, melainkan sebagai kejamakan (plurality) yang terdiri dari banyak individu, yang hanya dalam penampakan merupakan kesatuan. Artinya, kesatuan mereka bersifat semu karena segala sesuatunya ditentukan kemauan otonom individu-individu. Argumentasi yang mendasari pendapat ini adalah keluarkanlah semua individu dari masyarakat, niscaya masyarakat akan berhenti, tetapi bubarkanlah masyarakat, serta lembaga-lembaga, individu akan tetap ada, (Veeger, 1993: 69). Kesediaan individu-individu untuk mengikat diri dalam suatu masyarakat, tiada lain hanyalah sebagai sarana untuk saling memperkuat, dan sebagai perimbangan suatu keadaan dimana tak seorang pun yang lebih kuat dari pada yang lain. Vilfredo Pareto (dalam Veeger, 1993: 73), salah seorang sosiolog yang mengikuti garis pemikiran ini menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang dilakukan oleh anggota-anggota individu. Mereka merupakan the material points or molecules dari sistem yang disebut masyarakat. Sistem sosial yang eksistensinya ditopang oleh individu-individu senantiasa mengarah kepada keseimbangan yaitu pemeliharaan keseimbangan atau pemulihan keseimbangan setelah terjadinya pergolakan. Dalam hal ini, keseimbangan dimaknai sebagai akibat dari proses yang sifatnya mekanistis karena setiap individu memiliki perasaan otomatis yang aktif menentang setiap hal yang mengancam atau mengganggu kestabilan. Paradigma proses interaksi tidak memandang masyarakat hanya dari salah satu dari dua sisi dimensional yang ada pada kehidupan sosial, tetapi memahami masyarakat secara utuh. Menurut paradigma tersebut, pada diri apa yang disebut masyarakat itu terdapat dua
9 dimensi yang saling terkait dan meresapi satu sama lain, yaitu dimensi kolektivistis (objektif) dan sekaligus dimensi individualistis (subjektif). Jadi, masyarakat sebagai proses dapat dilihat dari dua segi, yang dalam kenyatannya tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain karena satu. Pertama, masyarakat dapat ditinjau dari segi anggotanya yang membentuk, mendukung, menunjang, dan meneruskan suatu pola kehidupan bersama tertentu yang disebut masyarakat, atau yang berusaha untuk mengubahnya. Kedua, masyarakat dapat ditinjau dari segi pengaruh struktur atas anggotanya. Pengaruh itu demikian penting, hingga dapat dikata bahwa tanpa adanya pengaruh itu manusia tidak bisa hidup, apalagi berkembang (Veeger, 1993) Selaras dengan pandangan interaksi tersebut di atas, George Simmel (dalam Veeger, 1993: 91) berpendapat bahwa tidak ada kelompok yang mempunyai hidup dalam dirinya lepas dari anggotanya. Begitu juga, tidak ada hukum, bahasa, filsafat negara atau pranata sosial lainnya yang melayang-layang di atas kepala individu-individu konkrit atau berevolusi secara bertahap, atau mempunyai riwayat hidup sendiri. Masyarakat terbentuk karena adanya suatu proses sosiasi (bahasa Jerman Vergesellschaftung yang berarti proses di mana masyarakat itu terjadi ). Sosiasi meliputi interaksi timbal balik yang sifatnya dialektis. Melalui proses ini, individu saling berhubungan dan saling mempengaruhi, yang berimplikasi pada kemunculan masyarakat itu sendiri (Johnson, 1988: 257). Karena itu dapat dikatakan, bahwa antara individu dan masyarakat merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan, satu sama lain saling mempengaruhi terjadinya dinamisasi sosial. Individu-individu membentuk
10 masyarakat dan masyarakat adalah kumpulan dari individu, keduanya selalu berproses secara dinamis dalam pola dan bentuknya.
MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur
Lebih terperinciStandar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar
Konflik Sosial Judul : Konflik Sosial Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar : Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat
Lebih terperinciDampak Perubahan Sosial Budaya
Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kesehatan dr.taufik Suryadi,SpF (abiforensa@yahoo.com) Ahli Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Lulusan FK USU Lulusan Program Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM
Lebih terperinciBAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini
BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,
Lebih terperinciMATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL
MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL 1. Hubungan Interaksi Sosial dan Dinamika Kehidupan Sosial Interaksi sosial akan menyebabkan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks. Jalinan
Lebih terperinciFacebook :
1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena
Lebih terperinciILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 MANUSIA DAN MASYARAKAT Selain sebagai individu, manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena: 1. Butuh orang
Lebih terperinciBAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di
BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar
Lebih terperinciSifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan
Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan Mengapa manusia, memerlukan interaksi dengan manusia lain? 1. Sifat-sifat Interaksi Sosial Budaya dalam Kehidupan Masyarakat Interaksi adalah
Lebih terperinciSOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN
SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilahirkan manusia sudah mempunyai naluri untuk hidup berkawanan, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan manusia lainnya. Artinya dalam hidupnya antara satu dengan yang lain selalu berinteraksi,
Lebih terperinci4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer
Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan
Lebih terperinciBUDAYA OLAHRAGA DAYUNG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DESA KLIDANG LOR KABUPATEN BATANG
BUDAYA OLAHRAGA DAYUNG TERHADAP INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DESA KLIDANG LOR KABUPATEN BATANG Dian Kusumawati¹, Dwi Agung Kurniawan² diankusumawati22@gmail.com, Agungmpd092@gmail.com Universitas Selamat
Lebih terperinciInteraksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.
1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 2. Proses Interaksi Sosial
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak
Lebih terperinciSMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL Pengertian Konflik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan,
Lebih terperinciSosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial
Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial
MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi
Lebih terperinciMasyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material
Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia Masyarakat : ( - مشاركة -(شارك kaum/komunitas Budaya : Pola pikir/tradisi/kebiasaan Kebudayaan : Wujud material dari budaya (benda/fisik) حضر مدن (ثقف- ثقافة ( Arab
Lebih terperinciTujuan Instruksional Khusus
Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Nelayan Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama
Lebih terperinciManusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd. STKIP Siliwangi Bandung 2014 1 Manusia sebagai makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan divided (tidak
Lebih terperinciGagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial
Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah
Lebih terperinciBAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial
BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat
Lebih terperinciPERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN
PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bentuk-bentuk interaksi sosial, aturan-aturan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok (Soekanto,
Lebih terperinciPARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL
PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan sesamanya. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap
Lebih terperinciDalam bahasa latin Individu berasal dari kata individuum. Artinya : yang tak terbagi
SITI IRENE ASTUTI Individu dan Masyarakat Dalam bahasa latin Individu berasal dari kata individuum. Artinya : yang tak terbagi Dalam bahasa Inggris Individu berasal dari kata in dan divided. Artinya :
Lebih terperinciBAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS
17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori
Lebih terperinciMAKALAH INTERAKSI SOSIAL
MAKALAH INTERAKSI SOSIAL Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Sosiologi Disusun : SUCI SARTIKA 153121017 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA TANGERANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang
Lebih terperinciMemahami Akar dan Ragam Teori Konflik
Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah
Lebih terperinciSOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN I OLEH: AJAT SUDRAJAT
SOSIOLOGI AGAMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEMESTER VI PERTEMUAN I OLEH: AJAT SUDRAJAT AGAMA DALAM KAJIAN ILMIAH (1) Agama sudah menjadi fenomena universal. Agama menjadi bahan pemikiran para penganutnya
Lebih terperinciBAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan
31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat
Lebih terperinciPANDANGAN HIDUP SISTEM
PANDANGAN HIDUP SISTEM SEPERTI APA REALITAS YANG EKOLOGIS? Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi FE UPN Veteran Jatim) Pemahaman Hidup Sistem Visi atau pandangan hidup akan realitas
Lebih terperinciInisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : SOSIOLOGI DAN KEBUDAYAAN PERTANIAN Semester : I/II Pertemuan Ke : 3 Pokok Bahasan : KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Dosen
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Menurut Young dan Mack (dalam Walgito 2003:57) interaksi sosial adalah hubunganhubungan sosial yang dinamis dan menyangkut
Lebih terperinci1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)
a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG
Lebih terperinciDIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 1213 Psikologi Dakwah
DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK 1213 Psikologi Dakwah Hubungan Psikologi dakwah Sosiologi Hubungan Psikologi dakwah dengan Psikologi Sosial Minggu 4 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD
Lebih terperinciSosiologi Komunikasi. Komunikasi Massa sebagai system social dan pranata social. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI
Modul ke: Sosiologi Komunikasi Komunikasi Massa sebagai system social dan pranata social Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerapkan metode pengajaran yang efektif dan efisien, kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, guru memegang tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran
Lebih terperinciBAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan
BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan urutan pengertian, diawali dengan
Lebih terperinciBentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 1. Proses yang Asosiatif a. Kerjasama 1) Kerukunan Tolong Menolong dan Gotongroyong 2) Bargaining : Pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara
Lebih terperinciBENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL
BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL 1. Kimbal Young (1948) == a. Oposisi b. Kerja Sama c. Difrensiasi 2. Gillin (1951) == Proses Asosiatif dan Disosiatif 3. Tamotsu S.(1986) == Akomodasi, Ekspresi, Interaksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem
Lebih terperinciBAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan
33 BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD Kehidupan social itu sendiri tidak pernah terlepas dari adanya sebuah interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan
Lebih terperinciLandasan-landasan ketahanan nasional Pancasila sebagai landasan ideal. Peranan Pancasila sebagai landasan ideal tidak dapat dipisahkan dari kedudukan
KETAHANAN NASIONAL Terbentuknya negara Indonesia dilatarbelakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa karena potensinya yang besar dilihat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Interaksi Sosial Priyatna (2013: 70) menyatakan bahwa interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Interaksi sosial Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, sebab tanpa adanya interaksi tidak mungkin kehidupan bersama akan terjalin.
Lebih terperinciBAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural
Lebih terperinciBAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya
36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat
Lebih terperinciVII KONFLIK DAN INTEGRASI
VII KONFLIK DAN INTEGRASI Pengertian Konflik Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Transmigrasi Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja,
Lebih terperinciBentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa
Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya Annisa Nurhalisa Interaksi Sosial Asosiatif -> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Lebih terperinciPERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA PASCA KONFLIK LAHAN ANTARA WARGA DENGAN TNI DI DESA SETROJENAR KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN RINGKASAN SKRIPSI Oleh : UMI NURROISAH NIM. 10413244010 JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memenuhi hal-hal
Lebih terperinciBENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL
BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL Jenis-jenis Hubungan Sosial Hubungan antar individu Contoh: 2 orang siswa saling bertegur sapa Hubungan individu dengan kelompok Contoh: Seorang pendeta memberikan kotbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Setiap negara memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari bahasa, makanan, pakaian sampai kebudayaan yang beraneka ragam. Begitupun
Lebih terperinciRangkuman UAS Sosiologi By:Merah Dhaka Satria/X- IIS 2
Rangkuman UAS Sosiologi By:Merah Dhaka Satria/X- IIS 2 Fungsi dan Peran Sosiologi A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Individual dan Sosial Dithley : manusia secara esensial berevolusi dan berkembang. Sebagai
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciBAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian
Lebih terperinciTEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL
TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL Perubahan sosial merupakan sebuah keniscayaan yang berlangsung tidak terbendung dalam kehidupan. Baik perubahan yang cepat maupun lambat. Berbagai factor yang mendasarinya.
Lebih terperinciPROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TRUNOJOYO PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL Slamet Widodo 1 PROSES SOSIAL Cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan saling bertemu dan menentukan
Lebih terperinciPengertian Sistem, Proses Sosial dan Interaksi sosial
Pengertian Sistem, Proses Sosial dan Interaksi sosial Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-1 Apakah SISTEM..????? Secr etimologis berasal dr
Lebih terperinciILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS]
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS] Oleh : Jaeni Supratman Contact Person : E-mail : supratjay@gmail.com ; jaenisupratman@yahoo.com Facebook : http://www.facebook.com/jaenisupratman Follow me : @jaenisupratman
Lebih terperinciPROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L
PROSES SOSIAL EKO NUGROHO, S.PT, M.SC FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2013/2014 Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama Perubahan-perubahan dalam struktur
Lebih terperinciDalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing)
Dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional, guru seni harus memiliki kemampuan menulis ilmiah (academic writing) KARYA TULIS ILMIAH Laporan Hasil Penelitian Buku Ilmiah Buku Ajar (Buku Teks) Kritik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah satu patokan untuk pengambilan keputusan-keputusan serta tindakan-tindakan dalam hidupnya.
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Pokok Bahasan : Perkembangan teori sosiologi dan antropologi. Pertemuan ke- : 1 dan 2 Mahasiswa memiliki pemahaman dan wawasan mengenai perkembangan teori sosiologi dan antropologi. 1. Menjelaskan pengertian
Lebih terperinciFORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL
Mata Pelajaran : IPS Jumlah soal : 50 (45, 5 Essay) TIM PENYUSUN Mata Pelajaran : IPS Jumlah soal : 50 (45, 5 Essay) No. Urut Kompetensi Dasar Kelas smt. Materi Indikator Soal Bentuk Tes No. Soal (1) (2)
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana
BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam
Lebih terperinciBAB III. Metodologi Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian 3. 1 Paradigma dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih paradigma konstruktivisme sebagai landasan filosofis untuk memahami realitas sosial di masyarakat.
Lebih terperinciSRI HAYATI DEFINISI DAN PERKEMBANGN GEOGRAFI POLITIK
SRI HAYATI DEFINISI DAN PERKEMBANGN GEOGRAFI POLITIK Geografi Politik adalah bagian atau cabang dari Geografi Manusia, yang terutama mempelajari negara sebagai suatu region politik. (Moodie, 1963) Political
Lebih terperinciSEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN
Modul ke: 14Fakultas Dr. PSIKOLOGI SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN BAB XIII Metode Penelitian KUALITATIF Antonius Dieben Robinson Manurung, MSi Program Studi PSIKOLOGI Menurut Banister, dkk (1994) penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Masyarakat tidak dapat dibayangkan dalam suatu keadaan yang tetap dan diam, melainkan suatu proses yang tidak berhenti. Karena di dalam masyarakat akan selalu
Lebih terperinciMANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA TUJUAN PERKULIAHAN Mahasiswa memahami manusia sebagai makhluk budaya Mahasiswa mampu mengapresiasi kebudayaan Mahasiswa memahami problematika kebudayaan MANUSIA MANUSIA Apa
Lebih terperinciESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang
ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen
Lebih terperinciMATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA 1. Hakekat Perubahan Sosial yang Terjadi di Masyarakat Perubahan sosial merupakan sebuah proses yang tidak dapat dihindari dalam sebuah masyarakat, baik perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan sebagai wahana yang digunakan untuk mencerdaskan dan memberikan perubahan kehidupan bagi siswa yang bersifat progresif,
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus berinteraksi. Sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kunci dalam hidup bermasyarakat ialah interaksi, karena memang sudah menjadi hal yang seharusnya dilakukan bagi setiap manusia dalam masyarakat untuk terus
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa
45 BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural Skripsi yang berjudul Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinci