BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan pengertian pengaruh adalah sebagai berikut : Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Menurut Badudu dan Zain (1994) mendefinisikan pengertian pengaruh adalah sebagai berikut : Pengaruh adalah (1) daya yang menyebabkan sesuatu terjadi; (2) sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain; (3) tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuasaan orang lain. Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari pengaruh adalah sesuatu yang dapat mengubah, membentuk atau menyebabkan sesuatu berubah Risiko Risiko memiliki berbagai definisi dan berkaitan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Pada sisi lain, penanganan risiko bahkan dapat memunculkan peluang bagi organisasi. Risiko tidak dapat dihindari oleh organisasi, dan terdapat pada 6

2 7 sumber daya yang dimiliki dan proses operasi termasuk pengendalian manajemen risiko diperlukan bagi pencapaian tujuan suatu unit dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Berikut beberapa pengertian tentang risiko, antara lain: 1. Risiko adalah segala ancaman yang membatasi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya (Tuanakotta, 2011). 2. Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit, seperti adanya ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disjikan secara wajar setelah audit selesai (Rahayu dan Ely, 2013). 3. Risiko adalah ketidakpastian yang dihadapi oleh organisasi dalam mencapai tujuannya. Risiko juga bisa dipandang sebagai potensi terjadinya kondisi-kondisi atau kejadian-kejadian yang dapat menghambat organisasi untuk mencapai tujuannya (Pusdiklatwas BPKP, 2009). Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah kemungkinan terjadinya ancaman atau penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian, jadi merupakan ketidakpastian terjadinya sesuatu, yang apabila terjadi akan menimbulkan kerugian.

3 Risiko Bisnis Klien (Client Business Risk) a. Bisnis Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang bisnis, diantaranya adalah: 1. Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan (profit) (Ebert and Ricky, 1995). 2. Bisnis adalah suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, organisasi atau masyarakat luar (Gitosudarmo, 1996). Menurut Gitosudarmono (1996) berdasarkan jenis kegiatannya diklasifikasikan menjadi: 1. Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatannya dalam bidang pertambangan. 2. Agraris, yaitu yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian. DAlam hal ini termasuk perusahaan agrarian adalah budi daya perikanan udang ataupun peternakan. 3. Industri/manufaktur, yaitu bisnis yang bergerak di bidang industri. 4. Jasa, yaitu bergerak dalam memenuhi kebutuhan pelayanan jasa bagi masyarakat. b. Klien Ikatan Akuntan Indonesia mendefinisikan klien sebagai pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan

4 9 jasa professional.istilah pemberi kerja untuk tujuan ini tidak termasuk orang atau badan yang mempekerjakan anggota. c. Pengertian Risiko Bisnis Klien Risiko bisnis klien yaitu risiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat timbul dari banyak faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strateginya sebagai pesaing (Arens et al, 2006). Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk memungkinkan auditor mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik, yang menurut pertimbangan auditor, kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan atau laporan pemeriksaan (laporan audit). Pengetahuan tersebut akan digunakan oleh auditor dalam menaksir risiko bawaan dan risiko pengendalian, serta dalam menentukan sifat, saat dan luasnya prosedur audit. Tingkat pengetahuan auditor untuk suatu penugasan juga mencakup pengetahuan umum tentang ekonomi dan industri yang menjadi tempat beroperasinya entitas klien, dan pengetahuan yang lebih khusus tentang bagaimana entitas klien beroperasi (Hery, 2013). Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan sangat penting untuk melaksanakan audit yang memadai. Sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Auditor

5 10 menggunakan pengetahuan dari risiko ini untuk menentukan luasan yang tepat dari bukti audit (Arens et al, 2006). Menurut Arens et al (2006) menjelaskan ada beberapa faktor yang meningkatkan arti penting dari pemahaman atas bisnis dan industri klien, yaitu: a. Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan pemasok utama. Akibatnya, auditor memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pelanggan dan pemasok utama itu serta risiko yang berkaitan. b. Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali joint venture atau aliansi strategis. c. Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang meningkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi. d. Semakin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak terwujud lainnya telah meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi manajemen. e. Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik atas bisnis dan industri klien untuk memberikan jasa bernilai tambah kepada klien. d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Risiko Bisnis Klien Menurut Arens et al (2006) ada faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis auditor, antara lain: 1. Industri dan Lingkungan Eksternal

6 11 Terdapat tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang industri klien dan lingkungan eksternal adalah: a) Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat mempengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima dan bahkan dapat mempengaruhi auditor dalam menerima penugasan pada industri yang lebih berisiko, seperti industri simpan pinjam dan asuransi kesehatan. b) Terdapat risiko-risiko inhern yang umumnya dimiliki oleh semua klien dalam sejumlah industri tertentu. Pemahaman akan risiko tersebut akan membantu auditor dalam mengidentifikasi risikorisiko inhern yang dimiliki klien. c) Banyak industri yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik, yang harus dipahami oleh auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Operasi dan Proses Bisnis Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama pendapatan, pelanggan dan pemasok kunci, sumber pembiayaan, dan informasi tentang pihak terkait yang dapat menunjukan area di mana risiko bisnis klien meningkat. Kunjungan ke perusahaan klien dapat membantu auditor memperoleh pemahaman yang lebih baik atas kegiatan bisnis klien, karena kunjungan tersebut akan memberikan

7 12 kesempatan untuk mengamati kegiatan perusahaan secara langsung dan bertemu dengan karyawan kunci. Diskusi dengan karyawan non akuntansi selama kunjungan ini dan selama proses audit juga membantu auditor untuk mempelajari lebih mendalam bisnis klien guna membantu menilai risiko inhren. 3. Manajemen dan Tata Kelola Karena manajemen menetapkan strategi dan proses bisnis perusahaan, auditor harus menilai filosofi dan gaya operasi manajemen, serta kemampuannya untuk mengidentifikasi dan merespon risiko, karena hal ini sangat mempengaruhi risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasi klien, serta aktivitas dewan direksi dan komite audit. Dewan direksi yang efektif dapat membantu memastikan bahwa perusahaan hanya mengambil risiko yang tepat, sedangkan komite audit melalui pengawasannya atas pelaporan keuangan, dapat mengurangi kemungkinan akuntasi yang terlalu agresif. Untuk mendapatkan pemahaman akan sistem tata kelola klien, auditor harus memahami anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, mempertimbangkan kode etik perusahaan, dan membaca notulen rapat perusahaan. 4. Tujuan dan Strategi Klien Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai tujuan organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan:

8 13 1. Integritas pelaporan keuangan 2. Efektivitas dan efisiensi kegiatan 3. Ketaatan pada hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku umum 5. Pengukuran dan kinerja Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja utama yang digunakan manajemen untuk mengukur kemampuan pencapaian tujuan. Indikator ini meliputi angka laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih, yang mencakup ukuran yang sesuai dengan klien dan tujuannya. e. Penilaian Risiko Bisnis Klien Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien. Perhatian utama auditor adalah risiko dari salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh risiko bisnis klien. Penilaian auditor atas risiko bisnis klien mempertimbangkan industri yang digeluti klien dan faktor eksternal lainnya, serta strategi bisnis klien, proses dan faktor internal lainnya. Auditor juga mempertimbangkan pengendalian manajemen yang dapat mengurangi risiko bisnis, seperti praktik penilaian risiko yang efektif dan tata kelola perusahaan (Arens et al, 2006).

9 Risiko Audit (Audit Risk) a. Pengertian Audit Menurut American Accounting Association (AAA) dalam Accounting Review, vol.47 menyatakan : Auditing is a systematic process of objectively obtaining snd evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users. Auditing merupakan suatu proses yang sistemastis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakn dn peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan criteria yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepad pengguna informasi tersebut. berikut: Menurut Alvin Arens (2006), hakekat mengenai auditing sebagai The accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person. Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau pengevaluasian bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan criteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

10 15 Dari kedua definisi definisi tersebut disimpulkan bahwa : Auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. b. Pengertian Risiko Audit Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Rahayu dan Ely, 2013). Menurut Tuanakotta (2011) risiko audit adalah risiko seorang auditor tidak menemukan suatu salah saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat manajemen. Kekeliruan dari salah saji (errors dan misstatements) dapat terjadi karena bermacam-macam hal, antara lain: pemrosesan transaksi tidak akurat, transaksi hilang atau terabaikan dari sistem akuntansi, hasil akhir (laporan keuangan) dipalsukan, pemilihan kebijakan akuntansi yang tidak tepat, estimasi akuntansi (misalnya: penyisihan piutang ragu-ragu, nilai wajar surat berharga, persediaan usang, dan lain-lain) berdasarkan analisis yang lemah atau dimanipulasikan. Sedangkan menurut Arens et al (2006), risiko audit adalah ukuran atas kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan

11 16 mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan serta suatu laporan keuangan audit wajar tanpa syarat telah diterbitkan. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko audit adalah risiko seorang auditor tidak menemukan salah saji material dalam laporan keuangan atau ditemukannya salah saji material setelah audit dilaksanakan. c. Model Risiko Audit Didalam risiko audit itu terdapat beberapa komponen risiko, komponen risiko tersebut meliputi risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Model risiko audit menurut SAS 47 (AU 312) : Audit Risk (AR) = Inherent Risk (IR) x Control Risk (CR) x Detection Risk (DR) Model risiko audit digunkan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besarnya bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam setiap siklus. 1) Risiko Bawaan (Inherent Risk) Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian intern yang terkait. Auditor harus memprediksi di manakah (dalam segmen laporan keuangan) salah saji yang paling mungkin terjadi dan di mana yang kemungkinannya paling kecil.

12 17 Informasi ini mempengaruhi jumlah bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana auditor mengalokasikannya dalam segmen-segmen audit (Rahayu dan Ely, 2013). a) Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan Pada awal audit tidak banyak yang dapat diperbuat untuk mengubah risiko bawaan. Sebaliknya auditor harus menetapkan faktorfaktor pembentuk risiko tersebut dan memodifikasi bahan bukti audit (Rahayu dan Ely, 2013). Faktor-faktor utama tersebut adalah: a. Sifat bidang klien Akan lebih besar kemungkinan keusangan persediaan pada pabrik komputer daripada pabrik besi. Atau piutang pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan kecil akan lebih rendah kolektibilitasnya daripada pinjaman oleh bank. Risiko bawaan tiap jenis usaha akan lebih bervariasi pada akun seperti piutang usaha, piutang pinjaman, persediaan, tanah dan bangunan. Sifat usaha ini kurang pengaruhnya untuk akun kas, wesel tagih dan utang hipotek. b. Integritas manajemen Jika manajemen didominasi satu atau beberapa di mana integritas manajemen kurang maka laporan keuangan yang disajikan kemungkinan besar akan salah saji. Misal auditor mengambil risiko professional dan hukum yang besar jika menerima penugasan dari

13 18 klien yang integritas kurang baik dalam kasus menghadapi tuntutan hukum. Jika manajemen memiliki integritas tertentu yang memadai, kemungkinan tidak menyajikan apa adanya suatu pos yang disajikannya dalam laporan keuangan juga akan besar. Maka auditor harus mengevaluasi dahulu apakah ia akan menerima penugasan dari klien. Jika menerima maka auditor harus menetapkan tingkat risiko bawaan yang tinggi untuk semua segmen dalam penugasan untuk menguji kemungkinan salah saji yang disengaja. c. Motivasi klien Motivasi manajemen dalam menyajikan laporan keuangan dapat termotivasi oleh beberapa hal salah satunya yaitu dari perolehan bonus dari presentase laba bagi manajer. Mungkin manajemen cenderung akan melakukan mark up laba bersih. Selain itu ada pula motivasi bagi manajemen dalam mengurangi laba sebelum pajak yang disajikan dalam laporan keuangan, dengan tujuan untuk mengurangi pajak yang harus dibayar. Maka jika manajemen tidak memiliki integritas tinggi motivasi seperti itu tentunya dapat mendorong untuk mensalah sajikan laporan keuangan.

14 19 d. Hasil audit sebelumnya Kemungkinan manajemen akan mengulangi lagi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan dalam tahun berjalan akan terjadi seperti pada audit sebelumnya. Ini disebabkan beberapa salah saji mempunyai sifat yang sistematis dan organisasi cenderung lamban melakukan pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika tidak memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program tahun berjalan. Jika pada tahun sebelumnya terdapat banyak salah saji pada penetapan harga jual kemungkinan besar risiko bawaan tinggi dan pengujian secara ekstendif harus dilakukan dalam tahun berjalan untuk memeriksa apakah kelemahan dalam sistem klien telah diperbaiki. Tetapi jika pada beberapa tahun sebelumnya tidak ditemukan salah saji auditor dibenarkan jika ia mengurangi risiko bawaan dengan catatan tidak ada perubahan keadaan yang signifikan. e. Penugasan pertama Tidak adanya pengalaman sebelumnya atas audit untuk klien tertentu akan membuat auditor menetapkan tingkat risiko bawaan yang lebih tinggi dibanding dengan jika sebelumnya auditor telah melakukan audit atas klien tersebut. Penetapan tingkat risiko bawaan pada awal penugasan yang tinggi oleh auditor akan

15 20 berkurang secara bertahap pada tahun-tahun berikutnya setelah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai kondisi klien. f. Hubungan istimewa Dalam hal transaksi yang terjadi antar cabang atau antar anak perusahaan dengan induk perusahaan, auditor harus meningkatkan risiko bawaan klien yang bersangkutan. g. Transaksi tidak rutin Transaksi yang tidak biasa bagi perusahaan akan besar kemungkinannya untuk tidak dicatat dengan benar karena kurang pengalaman klien dalam melakukan pencatatan hal yang demikian. Contoh peristiwa luar biasa seperti kerugian karena bencana alam. h. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun yang melibatkan kebijakan dan pertimbangan manajemen. Penyisihan piutang ragu-ragu merupakan salah satu akun yang melibatkan kebijakan dan pertimbangan manajemen. i. Kerentanan terhadap kecurangan Auditor perlu mempertimbangkan risiko adanya kecurangan dalam situasi di mana relatif mudah untuk memindahkan aktiva perusahaan menjadi milik pribadi, misal kas tunai, jika kemungkinan ini besar maka auditor harus menetapkan risiko bawaan yang tinggi.

16 21 j. Unsur-unsur populasi Kebanyakan auditor menetapkan risiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang usaha yang kebanyakan telah jatuh tempo dari pada yang unsur-unsurnya adalah piutang yang masih baru. Sehingga membutuhkan penelaahan lebih seksama karena lebih tingginya kemungkinan terjadinya salah saji daripada transaksi biasa. b) Penilaian Risiko Bawaan Auditor harus mengavaluasi semua informasi yang dapat mempengaruhi tingkat risiko inheren serta menetapkan suatu tingkat risiko inheren yang tetap bagi setiap siklus dari setiap akun. Sebagai contoh, pada suatu audit atas persediaan, auditor menyatakan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya telah ditemukan sejumlah salah saji dan pergerakan persediaan mengalami penurunan pada tahun berjalan. Pada situasi ini, kebanyakan auditor akan menetapkan tingkat risiko pada tingkat risiko yang relatif tinggi (beberapa auditor bahkan menetapkan tingkat risiko inheren sebesar 100%). 2) Risiko Pengendalian (Control Risk) Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam satu segmen tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern (Rahayu dan Ely, 2013).

17 22 Risiko pengendalian adalah risiko tidak tercegahnya dan/atau tidak ditemukannya kekeliruan dan salah saji yang material, dalam waktu yang singkat oleh sistem pengendalian intern pada entitas itu. Seperti halnya dengan inherent risk, auditor tidak dapat memengaruhi risiko pengendalian. Tidak ada prosedur audit yang dapat mengurangi control risk. Namun, auditor harus menilai seberapa besarnya control risk untuk perencanaan audit yang baik (Tuanakotta, 2011). Risiko pengendalian mengandung unsur : 1. Penetapan apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan. 2. Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebut di bawah nilai maksimum dalam rencana audit. Makin efektif struktur pengendalian intern perusahaan semakin rendah faktor risiko yang dapat diterapkan untuk risiko pengendalian. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas. Jika internal control efektif maka control risk menjadi rendah dan bukti lebih sedikit. Beberapa risiko pengendlian akan selalu ada karna keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern. a. Risiko pengendalian (CR) akan selalu ada (CR>0) karena faktor keterbatasan pengendalian intern (missal: kelalaian, kejenuhan manusia).

18 23 b. Dalam perencanaan audit, planned assessed level of CR ditentukan berdasarkan hasil pemahaman atas struktur pengendalian intern klien. c. The actual assessed level of CR ditentukan kemudian setelah auditor melakukan pengujian (tests of control) dan memperoleh bukti tentang efektifitas IC. a) Pertimbangan Profesional Auditor Sebelum auditor dapat menetapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih kecil dari 100%, auditor harus melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. b. Mengevaluasi seberapa baik struktur tersebut seharusnya berfungsi berdasarkan pemahaman yang diperoleh dan c. Melakukan pengujian atas efektivitas pengendalian. 3) Risiko Deteksi (Detection Risk) Risiko deteksi adalah bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi atau segmen. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor (Rahayu dan Ely, 2013). Risiko deteksi adalah risiko seorang auditor menemukan suatu salah saji yang material yang terdapat dalam suatu asersi yang dibuat

19 24 manajemen (Tuanakotta, 2011). Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko deteksi, yaitu: a. Keputusan auditor mengenai 1) Prosedur audit, 2) Besar sampel dan items yang dipilih, 3) Timing 4) Staffing b. Keliru menerapkan prosedur audit c. Keliru menafsirkan bukti yang diperoleh 4) Hubungan Risiko Bawaan, Risiko Pengendalian dan Risiko Deteksi Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Risiko bawaan dan risiko pengendalian terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, berbeda dengan risiko deteksi, risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

20 25 5) Faktor-faktor yang mempengaruhi Risiko Audit Menurut Arens et al (2006) mendefinisikan dalam menetapkan risiko audit, auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: a. Ketergantungan pihak eksternal terhadap laporan keuangan klien Jika para pengguna eksternal bergantung sepenuhnya pada laporan keuangan, maka merupakan hal yang tepat untuk menurunkan tingkat risiko audit. Sejumlah faktor yang dapat menjadi indikator atas derajat ketergantungan para pengguna eksternal pada laporan keuangan adalah : 1) Ukuran usaha klien Semakin besar kegiatan operasional klien, maka semakin banyak pula pihak yang menggunakan laporan keuangan klien. Ukuran usaha yang diukur dengan total aktiva pendapatan akan memberikan pengaruh pada risiko audit. 2) Distribusi kepemilikan Laporan keuangan perusahaan publik umumnya banyak digunakan oleh banyak pengguna daripada laporan keuangan perusahaan non publik. 3) Sifat dan nilai kewajiban Jika laporan keuangan mengandung nilai kewajiban yang besar, laporan keuangan tersebut memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk digunakan secara luas oleh para investor, baik yang

21 26 telah ada maupun calon investor, daripada laporan keuangan yang memiliki nilai kewajiban yang kecil. b. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah penerbitan laporan audit. Merupakan hal yang sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal tersebut terjadi, tapi beberapa faktor berikut ini akan menjadi indikator yang baik atas peningkatan kemungkinan tersebut: 1) Posisi likuidasi Jika secara konsisten, klien mengalami kekurangan kas serta modal kerja, maka hal tersebut dapat mengidentifikasi masalah dalam melunasi tagihan-tagihan di masa yang akan datang. 2) Laba (rugi) pada tahun-tahun sebelumnya Jika perusahaan mengalami penurunan laba yang cepat atau mengalami kenaikan kerugian selama beberapa tahun terakhir, maka auditor harus mengenali sejumlah masalah solvabilitas yang mungkin akan dialami klien di masa yang akan datang. Merupakan hal yang penting pula untuk mempertimbangkan perubahan laba relative terhadap saldo yang tersisa pada akun laba ditahan. 3) Metode pembiayaan pertumbuhan Semakin klien menyadarkan dirinya pada utang sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan yang akan dihadapinya apabila kegiatan operasi klien kurang berhasil.

22 27 Merupakan hal yang penting pula untuk mengevaluasi apakah aktiva tetap klien dibiayai menggunakan kredit jangka pendek yang bernilai besar dapat memicu perusahaan untuk bangkrut. 4) Kompetensi manajemen Manajemen yang kompeten akan selalu waspada terhadap potensi akan adanya kesulitan keuangan serta akan memodifikasi metode-metode operasionalnya untuk meminimalkan berbagai pengaruh dari masalah jangka pendek. Kemampuan manajemen ini harus dinilai sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan. c. Evaluasi dan integritas manajemen adalah bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi tentang kesinambungan hubungan dengan klien yang telah ada. Jika klien memiliki integritas yang patut dipertanyakan, maka auditor kemungkinan besar akan menentukan tingkat risiko audit yang lebih rendah. Perusahaan-perusahaan dengan integritas yang rendah seringkali melaksanakan kegiatan bisnis mereka dengan suatu tindakan yang dapat menyebabkan konflik dengan para pelanggan. Pada akhirnya, berbagai konflik ini seringkali tercermin pada pemahaman para pengguna laporan akan kualitas dari audit yang dilaksanakan, serta dapat mengakibatkan sejumlah gugatan hukum serta sejumlah ketidakpastian lainnya.

23 28 6) Penilaian Risiko Audit Untuk menilai risiko audit, auditor pertama-tama harus menilai faktorfaktor yang mempengaruhi risiko audit. Suatu evaluasi yang khas tentang risiko audit umumnya bernilai tinggi, sedang dan rendah. Dimana suatu penilaian atas risiko audit yang rendah berarti bahwa klien yang berisiko membutuhkan lebih banyak bukti audit yang ekstensif, penugasan atas personal yang lebih berpengalaman atas suatu review yang lebih ekstensif pada kerja audit. Selagi risiko audit isi berjalan, tambahan ini dapat diperoleh beserta risiko audit tanpa dimodifikasi Risiko Bisnis Auditor a. Pengertian Kantor Akuntan Publik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha dibidang pemberian jasa professional dalam praktik akuntan publik. Menurut Rahayu dan Ely (2013) mendefinisikan Kantor Akuntan Publik sebagai berikut: Kantor Akuntan Publik mempunyai tanggung jawab yang lebih jelas dan lebih banyak persyaratan professional yang harus dipenuhi oleh Kantor Akuntan Publik daripada organisasi lainnya karena tanggungjawabnya lebih besar terhadap pemakai laporan audit. Kantor Akuntan Publik mempunyai hak legal untuk melaksanakan audit laporan keuangan berdasarka peraturan yang berlaku. Selain itu juga Kantor Akuntan Publik menyediakan jasa lainnya bagi kliennya, seperti Special audit, Tax service, Other attestations, Accounting services, Management consulin.

24 29 Menurut Pasal 6 SK Menkeu No. 43/1997, izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan sebegai berikut: Berdomisili di Indonesia 1. Memiliki register akuntan 2. Menjadi anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) 3. Lulus ujian sertifikasi Akuntan Publik yang diselenggarakan oleh IAI 4. Memiliki pengalaman kerja minimal tiga tahun sebegai akuntan dan pengalaman audit umum sekurang-kurangnya 3000 jam dengan reputasi baik 5. Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum sekurang-kurangnya satu tahun. 6. Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit. b. Pengertian Risiko Bisnis Auditor (Auditor Business Risk) Risiko bisnis auditor adalah risiko dimana auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) akan menderita kerugian karena melakukan perikatan, meskipun laporan audit yang dibuat untuk klien dinyatakan unqualified opinion (Johnstone, 2000). Misalnya adanya tuntutan di pengendalian oleh pihak yang merasa dirugikan karena penggunaan jasa dari Kantor Akuntan Publik, sanksi hukum yang ditetapkan oleh organisasi profesi seperti IAI, hukuman masyarakat berupa tuduhan yang sifatnya menjelaskan atau menilai rendah reputasi suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) dan berusaha untuk tidak

25 30 menggunakan jasanya dan kemungkinan tidak dibayar oleh klien. Beberapa pertimbangan dari risiko bisnis auditor antara lain adalah penanganan perusahaan yang go public, regulated industry akan perusahaan-perusahaan yang menjadi sorotan publik. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Bisnis Auditor Menurut Johnstone (2000) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis auditor, yaitu : 1. Initial Public Offering 2. Engagement Timing 3. Audit-Firm Expertise\ 4. Additional Billing Opportunities 5. Competitor Strategy Penerimaan Klien Keputusan untuk menerima atau menolak penugasan baru merupakan keputusan yang krusial. Di satu pihak ia berhubungan langsung dengan peningkatan pendapatan Kantor Akuntan Publik. Di pihak lain, ia berhubungan dengan berbagai risiko yang berpotensi mengancam kelangsungan Kantor Akuntan Publik. Kantor Akuntan Publik tidak berkewajiban memberi jasa audit kepada perusahaan apa pun. Kantor Akuntan Publik berkewajiban menyeleksi perusahaan mana yang akan diterimanya sebagai klien, dan mana yang harus ditolaknya. Kantor Akuntan Publik berkewajiban menolak penugasan ulang yang

26 31 tidak memenuhi persyaratan Kantor Akuntan Publik itu. Ini adalah esensi dari keputusan mengenai client acceptance dan client retention. (Tuanakotta, 2011). Menurut Rahayu dan Ely (2013) Ada beberapa pertimbangan penting sebelum kantor akuntan public menerima suatu penugasan, yang menyangkut tanggung jawab pada etika profesi, yaitu: 1. Tanggung jawab terhadap publik yaitu independesi, integritas dan objektivitas 2. Tanggung jawab terhadap klien yaitu melakukan audit dengan kompetensi dan profesionalisme tinggi 3. Tanggung jawab terhadap rekan seprofesi, yaitu mengembangkan kehidupan profesi dan kemampuan melayani publik a. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Penerimaan Klien Menurut Johnstone (2000) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan penerimaan klien adalah: a. Risiko-risiko seperti risiko bisnis klien, risiko audit dan risiko bisnis auditor b. Audit Hour Keterbatasan jangka waktu pemeriksaan akan mempengaruhi program audit yang telah ditetapkan karena auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, sehingga akan mengurangi kemungkinan untuk menerima klien

27 32 c. Experience of Engagement Team Rendahnya kompetensi auditor yang akan ditugaskan untuk melakukan suatu pemeriksaan akan mengurangi kemungkinan untuk menerima klien d. Audit fee Ketidaksesuaian biaya pemeriksaan dengan ruang lingkup audit, jumlah personil yang akan ditugaskan, serta biaya pendukung lainnya akan mengurangi kemungkinan untuk menerima klien. 2.2 Kerangka Pemikiran Berdasarkan standar auditing yang berlaku umum (standar pekerjaan lapangan), auditor diharuskan untuk merencanakan pekerjaannya secara memadai dan jika digunakan asisten harus disupervisi sebagaimana mestinya. Auditor merencanakan penugasan audit dengan sebaik-baiknya untuk mendapatkan bahan bukti yang tepat pada setiap situasi yang dihadapi dan untuk menciptakan tingkat efsiensi biaya audit. Bukti audit yang tepat harus diperoleh auditor untuk memperkecil kewajiban hukum dan mempertahankan reputasinya. Di samping itu, efisiensi biaya audit juga menjadi penting agar kantor akuntan publik dapat tetap kompetitif. Untuk dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki pengetahuan tentang bisnis kliennya agar dapat memahami kejadian, transaksi, dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan klien (Hery, 2013).

28 33 Keputusan untuk menerima atau menolak klien adalah keputusan sebelum proses perencanaan audit dimulai. Keputusan untuk menerima atau menolak penugasan baru merupakan keputusan yang krusial. Di satu pihak ia berhubungan langsung dengan peningkatan pendapatan KAP. Di pihak lain, ia berhubungan dengan berbagai risiko yang berpotensi mengancam kelangsungan KAP (Tuanakotta, 2011). Meskipun untuk memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah, kantor akuntan publik harus ekstra hati-hati dalam memutuskan klien mana yang akan diterima. Sebisa mungkin kantor akuntan publik menolak penugasan audit dari klien yang memiliki reputasi manajemen yang buruk (tidak memiliki integritas) (Hery, 2013). Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas, disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti, keumdian digambarkan dalam kerangka teoritis yang diuraikan sebagai berikut:

29 34 Kantor Akuntan Publik (KAP) Penugasan Audit Perencanaan Audit Dalam penentuan keputusan penerimaan klien, KAP harus memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi. Risiko Bisnis Klien Risiko Audit Risiko Bisnis Auditor Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis klien : 1. Industri dan Lingkungan Eksternal 2. Operasi dan Proses Bisnis 3. Manajemen dan Tata Kelola 4. Tujuan dan strategi 5. Pengukuran dan kinerja Arens et al. (2006) Komponen risiko audit: 1. Risiko Bawaan 2. Risiko Pengendalian 3. Risiko Deteksi Rahayu (2013) Faktor-faktor mempengaruhi : yang 1. Initial Public Offering 2. Engagement Timing 3. Audit-Firm Expertise 4. Additional Billing Opportunities 5. Competitor Strategy Johnstone (2000) Penerimaan Klien Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

30 35 Risiko Bisnis Klien Risiko Audit Keputusan Penerimaan Klien Risiko Bisnis Auditor Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran 2.3 Penelitian Terdahulu Berikut ini akan disajikan beberapa rangkuman mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul dalam penelitian ini yaitu Pengaruh Risiko Bisnis Klien, Risiko Audit, dan Risiko Bisnis Auditor terhadap Keputusan Penerimaan Klien. Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu No Penulis Judul Kesimpulan/ Hasil Persamaan Perbedaan 1. Wondabio Evaluasi Hasil penelitiannya Persamaanya adalah Perbedaannya adalah (2006) Manajemen Risiko menunjukan bahwa sama-sama meneliti pada penilitian Kantor Akuntan risiko bisnis klien, mengenai pengaruh sebelumnya menguji Publik (KAP) variabel management risiko audit, dan risiko risiko bisnis klien, Dalam Keputusan integrity, audit fee, Penerimaan Klien bisnis auditor risiko audit, dan risiko going concern, dan (Client Acceptance mempunyai pengaruh bisnis auditor specialist. Sedangkan Decisions) yang signifikan mempunyai pengaruh dalam penelitian ini Berdasarkan terhadap keputusan yang signifikan tidak menguji variabel Pertimbangan Dari penerimaan klien. terhadap keputusan tersebut. Risiko Klien penerimaan klien. (Client Risk), Risiko Audit (Audit Risk) Dan Risiko

31 36 2. Sahnoun dan Zarai (2008) Bisnis Kap (Auditor s Business Risk) Effect of auditee business risk, audit risk and auditor business risk on auditor auditee negotiation outcomes Hasil penelitiannya menunjukan bahwa hanya auditee business risk yang berpengaruh signifikan terhadap auditor auditee negotiation, sedangkan audit risk dan auditor business risk tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor auditee negotiation. Persamaanya adalah sama-sama meneliti mengenai pengharuh auditee business risk, audit risk, auditor business risk terhadap auditor auditee negotiation. Perbedaannya dengan penelitian ini terletak pada subjek penelitiannya yaitu dalam penelitian sebelumnya dilakukan pada 200 auditor di Tunisia, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada auditor KAP yang berada di Kota Bandung. 2.4 Hipotesis Penelitian Hubungan Risiko Bisnis Klien Dengan Keputusan Penerimaan Klien Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien yaitu risiko bahwa klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat timbul dari banyak faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strateginya sebagai pesaing (Arens et al, 2006). Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang operasi perusahaan adalah penting untuk melaksanakan audit yang memadai. Sifat bisnis dan industri klien dapat memengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Risiko yang berkaitan dengan risiko industri tertentu dapat memengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko audit yang dapat diterima. Bahkan, banyak industri memiliki persyaratan perlakuan akuntansi khusus yang harus dipahami oleh

32 37 auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum. (Hery, 2013). Auditor harus membangun pemahaman dengan sesuai dengan jasa yang akan dilaksanakan selama penugasan audit. Pemahaman tersebut akan mengurangi risiko terjadinya salah interpretasi kebutuhan pihak laim, baik auditor maupun klien. Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam bentuk komunikasi tertulis dengan klien. Jika auditor yakin bahwa pemahaman dengan klien belum terbentuk, ia harus menolak untuk menerima atau menolak untuk melaksanakan penugasan. Tetapi jika auditor yakin, maka penugasan tersebut dapat diterima. (Rahayu dan Ely, 2013) Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai berikut Ho 1 : Risiko bisnis klien tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien Ha 1 : Risiko bisnis klien berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien Hubungan Risiko Audit Dengan Keputusan Penerimaan Klien Risiko audit adalah risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Konrath, 2002). Pengertian lainnya, risiko audit (audit risk) merupakan risiko kesalahan auditor dalam memberikan pendapat

33 38 wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. (Guy et al, 2002). Kegagalan audit (audit failure) yang dialami oleh auditor independentterutama disebabkan karena KAP gagal mendeteksi adanya kecurangan (fraudulent) yang dilakukan manajemen, baik yang disebabkan oleh perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva perusahaan (misappropriation of assets) atau kecurangan yang terjadi terhadap laporan keuangan (fraudulent financial statement). Kecurangan (fraud) terjadi jika 3 (tiga) kondisi terpenuhi yaitu incentive, opportunity, rationalization/attitude (Ramos, Michael, 2003). Risiko audit yang dihadapi auditor hendaknya terus diusahakan dapat diminimalisir untuk menghindari risiko bisnis yang dihadapi oleh pengguna laporan auditor dan juga bertujuan untuk menjaga reputasi dari auditor itu sendiri. Auditor dapat menggunakan logika model risiko audit untuk mengambil keputusan tentang sifat, saat, dan luasnya prosedur audit bagi suatu asersi maupun untuk perikatan para staf pada berbagai aspek penugasan. Kompenen risiko audit tersebut adalah risiko bawaan, risiko deteksi dan risiko pengendalian. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai berikut Ho 2 : Risiko audit tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien Ha 2 : Risiko audit berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

34 Hubungan Risiko Bisnis Auditor Dengan Keputusan Penerimaan Klien Risiko bisnis auditor adalah risiko dimana auditor atau KAP akan menderita kerugian karena melakukan perikatan, meskipun laporan audit yang dibuat untuk klien dinyatakan unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian). Manajemen risiko KAP merupakan satu hal yang sangat penting bagi profesi akuntan publik. Telah terbukti secara emphiris bahwa risiko klien, risiko audit dan risiko bisnis KAP mempunyai dampak signifikan terhadap proses penerimaan klien di KAP. Peluang perusahaan yang mempunyai management integrity yang baik untuk diterima sebagai klien pada KAP adalah cukup signifikan dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai integritas management yang buruk. Peluang perusahaan yang mempunyai risiko bisnis dan risiko audit yang rendah, untuk diterima sebagai klien KAP adalah cukup besar (signifikan) dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis dan risiko audit yang tinggi. Peluang perusahaan yang memiliki dampak terhadap risiko bisnis auditor yang rendah untuk diterima sebagai klien KAP adalah cukup signifikan dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki dampak terhadap risiko bisnis auditor yang tinggi (Wondabio, 2006). berikut Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai Ho 3 : Risiko bisnis auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

35 40 Ha 3 : Risiko bisnis auditor berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien Hubungan Risiko Bisnis Klien, Risiko Audit, Dan Risiko Bisnis Auditor Dengan Keputusan Penerimaan Klien Unsur penting dalam audit ialah menilai adanya risiko salah saji yang material salam laporan keuangan. Auditor harus peduli dengan risiko bisnis yang dihadapi perusahaan dalam kesulitan keuangan, atau masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern problem). Apakah ada alasan bagi penggugat untuk menyatakan bahwa ia adalah pemakai laporan keuangan (yang diaudit) dan yang dianggapnya menyesatkan, kemudian menuntut Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam tahap client acceptance, hal khusus seperti ini perlu ditelisik lebih lanjut. Siapa yang berpotensi menjadi pemakai laporan keuangan yang diaudit, apa kepentingannya dengan perusahaan ini, keadaan keuangan dan keadaan legal-nya (apakah ada ancaman hukum, dari siapa saja, mengenai hal apa, berapa besar) (Tuanakotta, 2011). Kekeliruan dari salah saji (errors dan misstatements) dalam laporan keuangan dapat terjadi karena bermacam-macam hal, antara lain: pemrosesan transaksi tidak akurat, transaksi hilang atau terabaikan dari system akuntansi, hasil akhir (laporan keuangan) dipalsukan, pemilihan kebijakan akuntansi yang tidak tepat, estimasi akuntansi (misalnya: penyisihan piutang ragu-ragu, nilai wajar surat berharga, persediaan usang, dan lain-lain) berdasarkan analisis yang lemah atau dimanipulasikan (Tuanakotta, 2011).

36 41 Keputusan penerimaan klien memberi kesempatan khusus kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengevaluasi dan mengurangi risiko. Auditor harus mempertimbangkan informasi dari berbagai sumber ketika mengevaluasi klien potensial. Standar khusus pengendalian (Quality Control Standars) dari AICPA mewajibkan Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur penerimaan klien dalam rangka meminimalkan kemungkinan berhubungan dengan klien integritas manajemennya rendah. Menurut Hery (2013:73) Prosedur yang dapat dilakukan untuk menevaluasi klien baru adalah: 1. Memperoleh dan meninjau informasi keuangan yang ada, seperti laporan keuangan bulanan, laporan keuangan tahunan, surat pemberitahuan pajak penghasilan, dan sebagainya 2. Menanyakan kepada pihak ketiga, seperti pihak bank, pengacara, dan supplier, mengenai beberapa informasi yang terkait dengan integritas dan reputasi manajemen klien 3. Mengkomunikasikannya dengan auditor sebelumnya, sebagaimana yang diharuskan oleh standar auditing, mengenai apakah terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi, prosedur audit, atau masalah penting lainnya 4. Mempertimbangkan apakah klien baru memiliki beberapa keadaan yang memerlukan perhatian khusus atau menunjukan risiko bisnis atau risiko audit yang tidak biasanya, seperti masalah tuntutan hukum atau masalah kesinambungan usaha

37 42 5. Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit 6. Memahami syarat-syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien 7. Menentukan apakah KAP dapat bertindak independen dengan klien baru 8. Menentukan apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) memiliki keahlian dan pengetahuan teknis khusus tentang industri klien agar dapat melaksanakan penugasan secara baik, dan 9. Menentukan apakah penerimaan klien baru tersebut tidak melanggar kode perilaku professional Meskipun untuk memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah, Kantor Akuntan Publik (KAP) harus ekstra hati-hati dalam memutuskan klien mana yang diterima. Sebisa mungkin Kantor Akuntan Publik (KAP) menolak penugasan dari klien yang memiliki reputasi manajemen yang buruk (tidak memiliki integritas). Bahkan, saat ini beberapa KAP menolak klien yang berkecimpung dalam industri tertentu yang berisiko tinggi, seperti perusahaan simpan pinjam dalam perusahaan asuransi jiwa (asuransi kesehatan dan kecelakaan). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk yaitu sebagai berikut Ho 4 : Risiko bisnis klien, risiko audit, dan risiko bisnis auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien Ha 4 : Risiko bisnis klien, risiko audit, dam risiko bisnis auditor berpengaruh signifikan terhadap keputusan penerimaan klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:849) : Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

Buku Wajib: Standar Profesional Akuntan Publik, 2007, Ikatan Akuntan Indonesia

Buku Wajib: Standar Profesional Akuntan Publik, 2007, Ikatan Akuntan Indonesia Buku Wajib: Standar Profesional Akuntan Publik, 2007, Ikatan Akuntan Indonesia 1 Materi Perkuliahan 1 Auditing dan Profesi Akuntan Publik 2 Audit Laporan Keuangan dan Tanggungjawab Auditor 3 Etika Profesi

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K Materialitas, dan Risiko AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Materialitas 11-2 FASB definisi

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1)

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Penerimaan Perikatan dan Perencanaan Audit REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 PERENCANAAN

Lebih terperinci

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3 AUDIT LAPORAN KEUANGAN Pertemuan 3 HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN AUDITING Akuntansi Auditing MANFAAT EKONOMI SUATU AUDIT Akses ke pasar modal Biaya Modal yang Rendah Penangguhan infesiensi dan kecurangan

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian auditing menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 4) yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian auditing menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 4) yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Auditing dan Profesi Akuntan Publik 2.1.1.1 Pengertian Auditing Pengertian auditing menurut Arens, Elder dan Beasley (2008

Lebih terperinci

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang Pada Standar Pekerjaan Lapangan #1 (PSA 05) menyebutkan bahwa Pekerjaan (audit) harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya Perencanaan audit meliputi

Lebih terperinci

Pengertian Audit. ( Pertemuan ke-2) Antariksa Budileksmana Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 2-1

Pengertian Audit. ( Pertemuan ke-2) Antariksa Budileksmana Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 2-1 Pengertian Audit ( Pertemuan ke-2) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com 2010 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 2-1 Bidang Akuntansi Akuntansi keuangan untuk pihak ekstern. Akuntansi manajemen

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut 6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No. SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga meningkat. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga meningkat. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan sebuah perusahaan tidak terlepas dari laporan keuangan. Seiring dengan perkembangan ekonomi, kebutuhan terhadap informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 (24 November) Akuntan 49.348 50.879 52.270 53.800 53.800*) Akuntan Publik 928 995 1.016 1.003 1.055 KAP 408 417 396 387 394 Cabang KAP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

KEBUTUHAN EKONOMIS akan AUDITING

KEBUTUHAN EKONOMIS akan AUDITING KEBUTUHAN EKONOMIS akan AUDITING Penyebab Resiko Informasi Kecenderungan : Pembuat keputusan menerima informasi yang tidak dapat dipercaya Jauhnya sumber informasi Bias dan motif penyedia informasi Jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan Audit Bentuk Baku Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan Paragraf Scope Paragraf Pendapat Nama KAP

BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan Audit Bentuk Baku Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan Paragraf Scope Paragraf Pendapat Nama KAP BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para pengguna laporan keuangan menyandarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dewasa ini, perkembangan dunia usaha yang sangat pesat merupakan sinyal bahwa tantangan dalam dunia bisnis semakin berat. Persaingan bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam melakukan evaluasi perencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry, langkah awal yang penulis lakukan adalah dengan membuat permohonan izin kepada pihak KAP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori yang menjadi landasan dalam penelitian dan ditentukan hipotesis penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT SA Seksi 325 KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT Sumber: PSA No. 35 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA SA Seksi 341 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA Sumber: PSA No. 30 Lihat SA Seksi 9341 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan Kantor Akuntan Publik adalah badan

Lebih terperinci

AUDITING LITERATUR: Drs. Hardi, SH, MM, MH, Ak 1

AUDITING LITERATUR: Drs. Hardi, SH, MM, MH, Ak 1 LITERATUR: AUDITING ) 1. Auditing and Assurance Service 14 th By. Arens, Elder, and Beasley 2. Modern Auditing, 8 ed Boynton & Kell 3. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Per 1 Maret 2011 Ikatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16 Penetapan Materialitas Penetapan Risiko tedi last 09/16 TAHAPAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN (aplikasi pemeriksaan keuangan) 1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal. 2. Memahami Bidang kegiatan/operasional

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan Audit Keuangan Hubungan Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terinci tedi last 09/17 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. independen yang bertujuan untuk mengevaluasi atau mengukur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. independen yang bertujuan untuk mengevaluasi atau mengukur BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Auditing Pada umumnya audit merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap suatu kesatuan ekonomi yang dilakukan seseorang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:175)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Agensi Teori agensi adalah teori yang mendasari hubungan atau kontak antara principal dan agent (Anthony dan Govindarajan, 2002). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan perdagangan dunia saat ini banyak perusahaan melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya principal (pemilik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak

TANGGUNG JAWAB AUDITOR. by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak TANGGUNG JAWAB AUDITOR by Ely Suhayati SE MSi AK Ari Bramasto SE MSi Ak Tanggung Jawab Auditor vs Tanggung Jawab Manajemen Auditor mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit. Pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

Chapter 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIK

Chapter 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIK Chapter 8 PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIK Audit Plan PERENCANAAN AUDIT - Standar Pekerjaan Lapangan dalam Standar Auditing mengharuskan bahwa audit harus direncanakan dengan sebaik-baiknya - Tiga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Auditing Arens, et al., (2012:4) mendefinisikan auditing sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahap penyelesaian audit sangat mempengaruhi keberhasilan hasil audit. Tahap ini sangat penting dan dilaksanakan setelah pelaksanaan audit atas berbagai siklus. Keputusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi auditor saat ini memiliki peran yang penting dalam sebuah siklus bisnis. Sebuah entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Mulyadi (2002:150) tingkat materialitas salah saji laporan keuangan adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya

Lebih terperinci

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit. SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Auditing Audit merupakan tugas utama dari seorang akuntan publik, karena dengan fungsi ini seorang akuntan publik

Lebih terperinci

MODUL-3 INTERNAL AUDITING

MODUL-3 INTERNAL AUDITING 2007 MODUL-3 INTERNAL AUDITING Oleh : Muh. Arief Effendi,SE, MSi, Ak, QIA STIE TRISAKTI JAKARTA Ch.3 PENENTUAN RISIKO (RISK ASSESMENT) FILOSOFI COSO (COSO PHILOSOPHY) SIAPA YANG MEMANFAATKAN PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepercayaan masyarakat kepada akuntan publik dalam mengaudit suatu laporan keuangan sangat besar, dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan tidak terlepas dari perekonomian suatu negara. Perusahaan baru akan tumbuh secara cepat jika memiliki perekonomian yang baik dan sehat.

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Minggu ke-6 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Program Studi Akuntansi STIE PELITA NUSANTARA KONSEP MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang

Lebih terperinci

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia. Pertumbuhan ini ditandai dengan semakin banyak dan berkembangnya perusahaan yang go public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu peran auditor eksternal adalah untuk memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku

Lebih terperinci

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02 Daftar Isi Standar Umum SA Seksi 200 STANDAR UMUM Sifat standar umum; pelatihan dan keahlian auditor; independensi; penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama dalam pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku bisnis maupun bagi para kalangan masyarakat yang bukan pelaku bisnis. Dunia bisnis

Lebih terperinci

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi

1. Keandalan laporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang ada. 3. Efektifitas & efisiensi operasi Adalah suatu proses yang dijalankan dewan komisaris, manajemen, personil lain, yang didesign untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan sebagai berikut: 1. Keandalan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin pesatnya dunia usaha sekarang ini, maka persaingan diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai usaha agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pasti akan melaporkan dan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya persaingan yang terjadi antar entitas dalam berbagai sektor industri. Entitas bersaing untuk

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan Edisi : VII/Juli 2009 Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan Oleh: Rian Ardhi Redhite Beny Kurniawan Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan Pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit 2.1.1.1 Pengertian Audit Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut: Auditing is accumulation

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 AUDIT SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PERTEMUAN 10 AUDIT SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERTEMUAN 10 AUDIT SISTEM INFORMASI AKUNTANSI A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai ruanglingkup audit sistem informasi akuntansi. Anda harus mampu : 1. Menjelaskan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi perekonomian Indonesia pada umumnya menyebabkan peningkatan pesat tuntutan masyarakat atas mutu dan jenis jasa profesi akuntan publik sehingga

Lebih terperinci

LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU DAN LAPORAN AUDIT TIDAK BAKU

LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU DAN LAPORAN AUDIT TIDAK BAKU Makalah Auditing LAPORAN AUDIT BENTUK BAKU DAN LAPORAN AUDIT TIDAK BAKU Disusun oleh: KELOMPOK 9 NUR REZEKI ASRIFA SALAM A32112013 SRI ASRIYANI SUMADI A32112024 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas, BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor eksternal adalah seorang profesional auditor yang melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Profesionalisme Auditor Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin

Lebih terperinci

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16

Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan. tedi last 09/16 Tinjauan Konseptual Perencanaan Standar Pelaksanaan Tahapan Perencanaan tedi last 09/16 TINJAUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN AUDIT Alasan utama auditor harus merencanakan penugasannya dengan tepat: 1. Memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor eksternal yang berprofesi sebagai akuntan publik. Terkait dengan itu, bahwa laporan keuangan sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan semakin meningkat.

Lebih terperinci

REPRESENTASI MANAJEMEN

REPRESENTASI MANAJEMEN SA Seksi 333 REPRESENTASI MANAJEMEN Sumber: PSA No. 17 PENDAHULUAN 01 Seksi ini mensyaratkan auditor untuk memperoleh representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER Dalam suatu general audit/financial audit (pemeriksaan umum), akuntan public pada akhir pemeriksaannya harus mengeluarkan laporan akuntan public yang terdiri

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini telah menyisakan pertanyaan dari banyak investor mengenai dapatkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat saat ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara para pelaku bisnis. Berbagai macam usaha untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI NO.SKB.003/SKB/I/2013 TENTANG INTERNAL AUDIT CHARTER (PIAGAM AUDIT INTERNAL) PT ASURANSI JASA INDONESIA (PERSERO) 1. VISI, MISI DAN STRUKTUR ORGANISASI

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT Definisi Materialitas FASB mendefinisikan materialitas sebagai berikut: Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

PT Wintermar Offshore Marine Tbk

PT Wintermar Offshore Marine Tbk PT Wintermar Offshore Marine Tbk ( Perusahaan ) Piagam Audit Internal I. Pembukaan Sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 yang ditetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha menjalankan bisnisnya dengan sebaik mungkin, dengan harapan bisnis tersebut dapat memiliki keberlangsungan hidup usaha dimasa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat menjadi salah satu kebutuhan utama bagi para pelaku bisnis. Informasi ini diperlukan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : PSAK par.7) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi perekonomian Indonesia pada umumnya menyebabkan peningkatan pesat tuntutan masyarakat atas mutu dan jenis jasa profesi akuntan publik sehingga

Lebih terperinci