BAB I PENDAHULUAN. vol. 7, no. 2, 1985, p A. Dobronogov & T. Farole, An Economic Integration Zone for the East African Community:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. vol. 7, no. 2, 1985, p A. Dobronogov & T. Farole, An Economic Integration Zone for the East African Community:"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang isu Setelah kebijakan pintu terbuka sebagai bagian dari reformasi ekonomi dimulai pada akhir tahun 1978, pembangunan ekonomi Cina sangat mengesankan selama rentang waktu 1990 hingga 2010 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahunnya lebih dari 10%. 1 Kawasan Ekonomi Khusus (Special Economic Zones, SEZ) memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Cina. SEZ dianggap sebagai kunci kesuksean Cina dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Peran SEZ dimulai saat Deng Xiaoping di tahun 1980 mengusulkan untuk mendirikan SEZ dengan melakukan transfer otoritas ekonomi dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Deng mengusulkan agar kota-kota yang berdekatan dengan Hong Kong, yaitu Shenzen, Zhuhai, dan Shantou di Provinsi Guangdong serta Xiamen di Provinsi Fujian, dijadikan SEZ. Pembentukan SEZ merupakan salah satu upaya untuk mengaplikasikan ekonomi berbasis pasar ke dalam sistem ekonomi sosialis Cina. SEZ dianggap sebagai pemacu peningkatan ekonomi dengan investasi modal asing serta kerja sama ekonomi dan joint venture antara perusahaan domestik dan asing. Empat kota SEZ di atas dirancang untuk menarik investasi asing yang pada saat itu berada di wilayah Hong Kong dan Makau. 2 Dalam pembentukan SEZ terdapat beberapa prasyarat. Di antara prasyarat itu adalah lokasi geografis, dukungan ekonomi makro oleh negara, dukungan investasi terhadap pengembangan industri, besarnya investasi, keterampilan tenaga kerja, manajemen dan jasa, kebijakan pemerintah, hukum dan peraturan, serta stabilitas dan konsistensi pemerintah. 3 Khusus keempat SEZ Cina, atribut utama yang langsung terlihat adalah lokasi mereka yang diperuntukkan sebagai pintu perdagangan di wilayah pesisir yang dekat dengan pusat ekonomi. Keempat SEZ kemudian berfungsi sebagai katalis pertumbuhan ekonomi dan hingga kini berhasil meningkatkan perekonomian 1 GDP growth (annual %), The World Bank (daring), < diakses pada 2 Oktober V.C. Falkenheim, The Political Economy of China s SEZs, Asian Journal of Public Administration, vol. 7, no. 2, 1985, p A. Dobronogov & T. Farole, An Economic Integration Zone for the East African Community: Exploiting regional potential and addressing commitment challenges, The Poverty Reduction and Economic Management Unit, Africa Region, The World Bank,

2 Cina. Shenzhen, sebuah kota di bagian timur Cina menjadi SEZ yang paling sukses. Shenzhen memiliki jumlah penduduk yang meningkat dari di tahun 1980 menjadi jiwa pada tahun Kota ini diumumkan oleh Forbes sebagai The World s Fastest-Growing Megacities di urutan kedua setelah Karachi di Pakistan dengan peningkatan jumlah populasi dari tahun 2000 hingga 2010 sebesar 56,1%. 4 Terdapat beberapa faktor yang menyumbang keberhasilan Shenzen hingga saat ini. Pertama, lokasi yang strategis, kedekatan dengan Hong Kong yang saat itu mempunyai fasilitas pelabuhan modern yang memiliki akses efektif ke jaringan pengiriman global, mendukung Shenzen dengan mudah menarik investor. Kedua, regulasi yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap akses perdagangan dan berbagai kemudahan mengenai investasi. Ketiga, infrastruktur yang menunjang kegiatan berbasis ekspor. Keempat, jaminan finansial atas investasi dan kelima, terkait dengan demografi penduduk yang mendukung kegiatan pengembangan ekonomi di kota tersebut. 5 Pada tahun 2010 pemerintah Cina mencanangkan program baru pengembangan SEZ di kawasan barat, yaitu di kota Kashgar, Provinsi Xinjiang (lihat Gambar 1). Ini merupakan hasil dari pertemuan Komite Pusat Partai Komunis Cina (PKC) dan Dewan Negara di Beijing pada tanggal Mei 2010, yang merencanakan promosi pengembangan dan pembangunan di Xinjiang Uyghur Autonomous Region (XUAR) yang dinilai sebagai wilayah terdepan di bagian barat Cina. Pada pertemuan itu disebutkan bahwa pengembangan dan pembangunan akan berlangsung hingga tahun 2020 dengan anggaran ratusan miliar yuan. 6 Secara lebih terinci, zona perdagangan di Kashgar akan dibangun dengan investasi 100 juta ($16 juta), meliputi area seluas 99 m 2 atau sekitar 6,6 ha. 7 Kawasan ini terdiri dari area fungsional untuk perdagangan, pariwisata, makanan, dan akomodasi. 4 J. Kotkin & W. Cox, The World s Fastest-Growing Megacities, Forbes (daring), 8 April 2013, < diakses pada 6 September Hao Pu, R. Sliuzas & S. Geertman. The development and redevelopment of urban villages in Shenzhen, Habitat International, vol. 35, no. 2, 2011, pp Wei W, China s New Policy in Xinjiang and Its Challenges, East Asian Policy (daring), 2012, < diakses pada 27 Februari Xinjiang Sets Up Trade Zone In Border Count, China Daily (daring), 2015, < diakses pada 4 April

3 Gambar 1. Posisi kota Kashgar 8 Penunjukkan Kashgar menimbulkan sejumlah pertanyaan. Kashgar berada di posisi paling barat dari Cina yang berbatasan langsung dengan empat negara di kawasan Asia Tengah, lebih dari kilometer jauhnya dari Shenzhen, yang telah dijanjikan oleh pemerintah pusat sebagai role model bagi Kashgar. Apabila SEZ lain di Cina memiliki posisi strategis dekat dengan laut, Kashgar terkurung daratan dan dikelilingi gurun-gurun pasir. Kota ini bahkan secara geografis terputus dengan daerah lain di Cina oleh gurun Taklimakan. Selain terkait masalah geografis, mayoritas penduduk (90%) di Kashgar merupakan bagian dari etnis minoritas Cina. Hal ini dalam beberapa kasus menciptakan ketegangan etnis antara penduduk asli Kashgar dengan etnis mayoritas Han. Perubahan komposisi etnis di Xinjiang, yang tadinya didominasi oleh etnis Uyghur yang Muslim dan kini oleh etnis Han, memunculkan perseturuan hingga gerakangerakan separatis terus terjadi di kawasan tersebut. Di tahun 2015, misalnya, terjadi serangan bom terhadap polisi yang membunuh 18 orang dan melukai belasan lainnya. 9 8 Kashgar Map (daring), < diakses pada 5 September Bomb attack in restive Xinjiang and police response kill at least 18: Radio Free Asia, Reuters (daring), 24 June 2015, < diakses pada 6 September

4 Di luar itu, Kashgar juga merupakan salah satu kota termiskin di Cina. 10 Status tersebut diberikan antara lain karena pendapatan daerah Kashgar pada tahun 2013 berada di ranking 259 dari 355 kota di Cina, yaitu hanya 61,73 juta sangat jauh bila dibandingkan dengan Shanghai di peringkat pertama dengan 2.160,21 juta. 11 Selama ini, perkembangan wilayah Cina bagian barat dan timur begitu timpang. Kota-kota di pesisir timur Cina berkembang begitu pesat dan maju apabila dibandingkan dengan wilayah barat atau tengah. Keberhasilan kota-kota di wilayah pesisir timur salah satunya disebabkan oleh keberadaan SEZ. Dalam konteks ini SEZ memiliki kebijakan ekonomi yang lebih liberal dan mandiri terhadap perdagangan dan investasi di kawasan, dengan didukung oleh faktor kedekatan akses terhadap laut dan negara-negara tetangga Asia Timur dan Tenggara. Hal yang sama juga akan diterapkan di Kashgar yang berada di paling ujung barat Cina berbatasan langsung dengan empat negara Asia Tengah. Ini membuat keputusan pemerintah Cina menetapkan SEZ di kawasan Xinjiang menjadi sebuah hal yang menarik. Penulis ingin menemukan jawaban apakah pengembangan Kashgar melalui kerangka SEZ merupakan upaya Cina menyerap kapital dari perbatasan dengan negara-negara Asia Tengah ataukah terdapat motif lain. B. Pertanyaan penelitian 1. Mengapa pemerintah Cina menerapkan Special Economic Zones di Kasghar, sementara wilayah tersebut mempunyai beberapa kelemahan, khususnya letak geografis yang jauh dari laut, kondisi pemerataan pembangunan, dan masalah hubungan antaretnis? 2. Apa saja tantangan dan hambatan Cina dalam menerapkan Special Economic Zone di Kashgar? C. Tinjauan pustaka Beberapa negara berhasil menggunakan SEZ untuk mendorong pembangunan ekonomi dengan cara penyesuaian pasar yang dinamis. Lotta Moberg menulis bahwa SEZ dapat mendorong investasi, sering dengan menawarkan iklim usaha yang lebih 10 M. Bontje, The Influence of the Special Economic Zone Status of Kashgar on the Living Conditions of the Population, Erasmus University Rotterdam, 2013 < Bontje versie-2.pdf>, diakses pada 31 Agustus Kashgar (Kashi) (Xinjiang) City Information, China Knowledge (daring), < diakses pada 2 Oktober

5 liberal, dengan pajak dan tarif yang lebih rendah, serta peraturan yang cenderung lebih sederhana. 12 Kesuksesan SEZ dipengaruhi oleh banyak faktor; dua di antaranya adalah bahwa SEZ terhubung dengan baik ke pasar domestik, dengan investor yang menggunakan faktor produksi dari dalam negeri, 13 dan bahwa ia terkait dengan lokasi yang berada dekat daerah perkotaan, batas-batas negara dan tenaga kerja terampil. 14 Penetapan SEZ didasari pada usaha pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Cina memperkenalkan SEZ sebagai bagian dari reformasi ekonomi di akhir tahun 1970-an. SEZ di Cina merupakan mesin ekonomi yang berasal dari daerah. Kebijakan tersebut awalnya diperkenalkan di beberapa wilayah di Cina dan menyebar ke wilayah lainnya, meskipun tidak semua SEZ di Cina sukses dan makmur. Meskipun sebagai persyaratan awal untuk SEZ investor asing harus langsung mendirikan perusahaan dengan teknologi tinggi, namun pemerintah kemudian menyederhanakan ketentuan tersebut untuk beberapa teknologi saja. Hal ini memungkinkan SEZ tumbuh dengan keunggulan komparatif, khususnya berkaitan dengan tenaga kerja murah. Deregulasi tersebut memungkinkan adanya hubungan pasar domestik yang tepat sehingga membuat Shenzhen sebagai salah satu proyek SEZ yang sukses di Cina. 15 Selain itu, menurut Xu Chenggang, skema desentralisasi yang dijalankan oleh pemerintah Cina menjadi salah satu faktor keberhasilan dari SEZ. 16 Desentralisasi di Cina sudah dimulai sejak zaman Mao, tepatnya dalam sebuah kerangka yang terencana pada tahun Terdapat beberapa kebijakan dalam skema ini: (1) mendelegasikan hampir semua perusahan BUMN ke pemerintah daerah sehingga pembagian output industri oleh perusahaan subordinasi kepada pemerintah pusat menyusut dari 40% menjadi 14% dari total nasional; (2) perencanaan pusat dapat diubah oleh pemerintah daerah sesuai persetujuan pemerintah pusat; dan (3) skema bagi hasil yang tetap selama lima tahun dan pemerintah daerah memperoleh kewenangan atas pajak. Gelombang kedua desentralisasi dimulai pula di tahun 1970 ketika pemerintah daerah memperoleh 12 L. Moberg, The Political Economy of Special Economic Zones, Research Gate (daring), 1 June 2014, < _Moberg_ The_Political _ Economy_of_Special_Economic_Zones/links/0c960528e12c3d437d pdf>, diakses pada 5 April T. Farole & G. Akinci (eds.), Special Economic Zones: Progress, Emerging Challenges, and Future Directions, The World Bank, Washington, D.C., 2011, p Jing-dong Yuan & L. Eden, Export Processing Zones in Asia: A Comparative Study, Asian Survey, vol. 32, no. 11, November 1992, pp Farole & Akinci, p Chenggang Xu, The Fundamental Institutions of China s Reforms and Development, Journal of Economic Literature, vol. 49, no. 4, 2011, pp Chenggang Xu, Chinese Reform and Chinese Regional Decentralization, Policy Dialogue (daring), 29 November 2006, < Regional_ Decentralization.pdf>, diakses pada 4 Oktober

6 otoritas lebih besar atas investasi dan pendapatan daerah. Sejak saat itu investasi di daerah berkembang luas, namun kendala terhadap pembuatan anggaran di daerah yang masih kurang serius membuat pemerintah pusat kembali melakukan resentralisasi di pertengahan tahun 1970-an. Desentralisasi pasca reformasi ekonomi kembali muncul di tahun 1980-an yang membuat beberapa perubahan mendasar. 18 Dari perspektif administrasi, masa pasca reformasi melihat penguatan signifikan dari peran pemerintah daerah dalam pengelolaan ekonomi lokal, seperti wewenang terhadap regulasi investasi dan alokasi sumber daya yang masuk. Mulai dari tahun 1979, banyak provinsi diizinkan untuk mendirikan perusahaan perdagangan luar negeri mereka sendiri. Sejak saat itu, daerah-daerah mulai membuka diri dengan kebijakan yang diterapkan di Guangdong dan Fujian pada tahun 1978, pembentukan empat SEZ pada tahun 1980, dan deklarasi 14 kota pesisir sebagai kota pantai terbuka pada tahun Daerah-daerah tersebut tidak hanya menikmati tarif dan pajak yang lebih rendah serta mendapat bagian pendapatan yang lebih tinggi, tetapi yang lebih penting mereka juga menikmati lingkungan kelembagaan, kebijakan khusus dan memperoleh kewenangan yang lebih atas pembangunan ekonomi lokal dan pembentukan zona ekonomi khusus dan zona pengembangan ekonomi. Dari perspektif fiskal terjadi perubahan sistem bagi hasil antartingkatan pemerintah: dari pendapatan yang terpusat dan terpadu di bawah sistem yang terencana menjadi sebuah kebijakan otonom atas pendapatan dan belanja antara pemerintah pusat dan provinsi. Setelah itu, pengaturan fiskal pusat-provinsi mengalami beberapa perubahan selanjutnya seperti sistem pembagian proporsional di tahun 1982 dan kontrak fiskal pada tahun Semua perubahan itu karena kegagalan pemerintah pusat untuk mengubah insentif bagi pemerintah daerah dalam upaya untuk membendung penurunan fiskal pemerintah pusat. Sejak saat itu saham lokal dari anggaran pendapatan meningkat dari 54% pada tahun 1978 menjadi 61% pada tahun 1988 dan selanjutnya meningkat menjadi 78% pada tahun 1993 dari pendapatan total pemerintah. Situasi ini mendorong pusat untuk menetapkan sistem bagi hasil pajak di tahun Secara umum, pemerintah daerah di Cina tidak hanya mulai menikmati otonomi yang lebih dalam manajemen ekonomi lokal seperti pengembangan usaha lokal, tetapi juga mulai memikul tanggung jawab utama terkait penyediaan layanan dan fasilitas publik. 18 J. Yifu Lin, Decentralization and Local Governance in China s Economic Transition, The Chinese University of Hong Kong, < diakses pada 3 Oktober Yifu Lin, pp

7 Cina. 20 Masha Bontje melakukan penelitian tentang perbedaan kondisi hidup di kota yang Tampak jelas dari uraian di atas bahwa desentralisasi membantu perkembangan SEZ di sudah berstatus SEZ untuk jangka waktu lama dan yang baru. Shenzhen menjadi role model untuk kota terbaru dengan status SEZ, yaitu Kashgar. 21 Masha melihat bahwa status SEZ memberikan pengaruh tersendiri terhadap penduduk setempat. Kondisi hidup dari penduduk banyak mengalami peningkatan sejak penetapan SEZ. Namun, perkembangan ekonomi juga meningkatkan migrasi ke kota dan migran masih memiliki kesulitan untuk hidup dengan layak. Analisis Bontje menyoroti tidak saja meningkatnya kesempatan kerja, infrastruktur yang diperluas, dan berkurangnya diskriminasi terhadap perempuan, namun juga meningkatnya harga perumahan dan peningkatan migrasi suku Han ke Kashgar. Penduduk Uyghur memiliki kesulitan untuk mendapatkan keuntungan dari situasi baru Kashgar sehingga sering terlibat dalam ketegangan etnis dengan orangorang Han. Selain itu, penduduk Uyghur mendapatkan diskriminasi di pasar tenaga kerja. Sebagian besar perusahaan yang berinvestasi di Kashgar berasal dari Cina timur sehingga mereka lebih memilih pekerja yang berasal dari suku Han. Reaksi pemerintah pada kerusuhan sosial yang muncul adalah penekanan dan penindasan oleh polisi yang juga berdampak negatif terhadap kondisi hidup penduduk setempat. 22 Meski demikian, secara keseluruhan Bontje menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan kondisi hidup penduduk, jumlah investasi, dan juga pertumbuhan ekonomi lokal pasca berjalannya status SEZ di Kashgar. SEZ juga memiliki kaitan dengan salah satu konsep dalam pembangunan daerah atau kawasan, yaitu klasterisari. Michael Porter mengatakan bahwa pembentukan SEZ di Cina berkenaan dengan klaster industri, yaitu sebagai alat untuk menyelidiki keunggulan kompetitif dalam ekonomi global kontemporer. Porter melihat lokasi yang tepat dari kegiatan ekonomi sebagai faktor utama. 23 Dihadapkan dengan lokasi yang memproduksi secara lokal dan menjual secara global, perusahaan berkonsentrasi dalam kelompok industri dan membentuk jaringan kerja sama dan kompetisi. Pembangunan ekonomi harus memenuhi tiga syarat, yaitu faktor produksi, permintaan, dan sektor terkait strategi ekonomi. Konsep Porter telah dilakukan oleh Cina yang melakukan klasterisasi terhadap wilayah tertentu dalam pembangunan wilayah untuk mendukung 20 Falkenheim, p Bontje, p Bontje, p M.E. Porter, The Competitive Advantage of Nations, Free Press, New York,

8 peningkatan dan pertumbuhan ekonomi. Berkaitan dengan posisi Kashgar, penulis menilai perlu investasi besar dalam pembentukan klasterisasi tersebut karena kota ini masih mempunyai sarana infrastruktur yang minim terkait dengan faktor produksi. Pembangunan daerah/kawasan di Cina secara langsung berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi Cina yang telah menjadi perhatian dalam beberapa dekade terakhir. Sekalipun secara nasional ekonomi Cina telah mengalami kemajuan yang pesat, namun ketimpangan begitu jelas terjadi antara wilayah barat dan timur. Menurut Michael Dunford dan Weidong Liu, sejak tahun 1990-an pembangunan Cina mulai terkoordinasi untuk mengatasi masalah kesenjangan tersebut. 24 Koordinasi tersebut dituangkan dalam rencana pembangunan lima tahunan dari pemerintah Cina untuk secara bertahap dapat mengurangi kesenjangan pembangunan. Banyak penelitian telah menemukan faktor-faktor penentu kesenjangan regional di Cina. Jian Chen, Fleisher dan Belton menemukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan pendapatan antara daerah pesisir dan pedalaman. Perbedaan pendapatan daerah di Cina bergantung pada investasi berupa infrastruktur fisik, pertumbuhan lapangan kerja, investasi asing, dan aksesibilitas ke daerah pesisir. 25 Dunford dan Liu berpendapat bahwa kesenjangan daerah tergantung pada produktivitas dan tarif kerja yang berdasarkan wilayah tertentu yang dapat diterima dalam tingkat mobilisasi sumber daya manusianya. Intensitas faktor-faktor ketidaksetaraan ini dapat ditentukan oleh peraturan daerah, dinamika produktivitas, dan struktur pasar tenaga kerja dengan sistem sosial. 26 Setelah tahun 1999 perkembangan dan pembangunan di wilayah barat Cina mulai digencarkan. Going West Strategy kemudian mulai diimplementasikan pada tahun 2001 dengan beberapa tujuan. Jamila Ptackova dalam disertasinya menunjukkan bahwa di antara tujuan tersebut adalah ekspansi infrastruktur, industrialisasi dan urbanisasi, keamanan wilayah, lingkungan dan sumber daya alam, dan stabilitas politik. 27 Modernisasi wilayah barat setelah tahun 2001 dianggap sebagai salah satu strategi yang tepat dilakukan oleh Cina. Namun, seperti yang terjadi di Tibet yang merupakan tempat 24 M. Dunford & Weidong Liu, The Geographical Transformation of China, Routledge, New York, 2015, p Jian Chen, B. Fleisher & M. Belton, Regional income inequality and economic growth in China, Journal of Comparative Economics, vol. 22, no. 2, 1996, pp M. Dunford & Li Li, Chinese Spatial Inequalities And Spatial Policies, Geography Compass, vol. 4, no. 8, August 2010, pp J. Ptackova, The Great Opening of the West development strategy and its impact on the life and livelihood of Tibetan pastoralists: Sedentarisation of Tibetan pastoralists in Zeku County as a result of implementation of socioeconomic and environmental development projects in Qinghai Province, P.R. China, Universität zu Berlin, 2013, < ptackova.pdf>, diakses pada 3 September

9 penelitian Ptackova, modernisasi tersebut perlu proses dan yang terberat adalah asimilasi penduduk lokal dengan penduduk urban yang mulai bermigrasi ke wilayah tersebut. Selain itu, peran biksu di Tibet mulai mengalami pergeseran dan tercampur dengan penduduk pendatang. Walau strategi ini dikatakan berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat Tibet, 28 namun terkait dengan situasi politik, strategi ini juga ternyata meningkatkan kontrol pusat terhadap daerah. Dalam praktiknya banyak aspek kontroversial muncul mengenai strategi pergi ke barat ini, misalnya selama pelaksanaan pembangunan ekonomi dan sosial, penguatan kepentingan ekonomi memiliki pengaruh negatif terhadap lingkungan dan sebaliknya. 29 Penetapan Kashgar sebagai SEZ berkaitan dengan kawasan Asia Tengah yang merupakan tetangga terdekat dari Xinjiang. Menurut Robert Sutter, Cina mempunyai kepentingan khusus di kawasan tersebut. Pertama, terkait dengan keamanan perbatasan, di mana Xinjiang masih rawan akan terjadinya konflik etnis, isu separatisme, dan terorisme. Kedua, energy security Cina, yaitu untuk kemudahan akses terhadap cadangan minyak dan gas di kawasan tersebut. Ketiga, Cina ingin berperan aktif dalam membina lingkungan yang stabil dan produktif sepanjang wilayah perbatasan, sekaligus meningkatkan keunggulan regional melalui diplomasi bilateral dan multilateral kawasan. 30 Sutter menulis bahwa selain didukung oleh kebijakan domestik, kepentingan ekonomi Cina di kawasan Asia Tengah juga didukung oleh politik luar negeri di kawasan tersebut. Selain hubungan bilateral yang baik, munculnya organisasi kawasan Shanghai Cooperation Organization (SCO) di tahun 2001 juga menjadi strategi yang baik dalam melancarkan pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan. Dari beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa pembentukan SEZ di Kashgar dapat dikatakan sebagai sebuah anomali. Memang terdapat analisis yang menjelaskan bahwa perubahan strategi Cina terhadap pembangunan wilayah barat menjadi salah satu faktor pendukung mengapa Cina membentuk SEZ di Kashgar. Meski demikian, penulis tetap berupaya untuk menunjukkan argumen yang kuat dari penetapan Kashgar sebagai SEZ yang juga berimplikasi pada beberapa kebijakan Cina di kawasan Asia Tengah. 28 Ptackova, p Ptackova, p R.G. Sutter, Chinese Foreign Relations: Power and Policy since the Cold War, Rowman & Littlefield, Plymouth, 2007, pp

10 D. Kerangka Teori Special Economic Zones SEZ adalah istilah umum yang mencakup varian terbaru dari zona komersial secara tradisional. Wei Ge berpendapat bahwa SEZ dapat dicirikan sebagai daerah geografis dalam wilayah sebuah negara di mana kegiatan ekonomi jenis tertentu dipromosikan oleh seperangkat instrumen kebijakan yang khusus. Keberadaan SEZ di sebuah negara mencerminkan fakta bahwa pemerintah melakukan kebijakan ekonomi yang mendukung pasar dengan sedemikian rupa sehingga membedakan cara kegiatan ekonomi pada wilayah geografis tertentu dalam negara tersebut. 31 Menurut Bank Dunia, konsep dasar dari SEZ mencakup beberapa karakteristik khusus. SEZ adalah daerah yang secara geografis dibatasi, dilindungi dengan aturan tertentu; memiliki manajemen atau administrasi tunggal; menawarkan manfaat berdasarkan lokasi fisik dalam zona tersebut; dan memiliki manfaat bebas bea beserta prosedur yang efisien. 32 Agar penerapan SEZ dapat berhasil, terdapat beberapa prasyarat kunci, yaitu keuntungan lokasi, ekonomi makro negara, dukungan terhadap investasi industri, pembiayaan investasi, keterampilan tenaga kerja, manajemen dan jasa, kebijakan pemerintah, hukum dan peraturan, serta stabilitas dan konsistensi pemerintah. 33 Dari beberapa prasayarat ini, hanya beberapa poin saja yang cocok dengan kondisi Kashgar. Misalnya, dari poin pertama, posisi Kashgar harus didukung pula dengan ketersediaan infrastruktur. Walau letak geografis Kashgar berdekatan dengan beberapa negara Asia Tengah, namun penting bagi pemerintah untuk menanamkan lebih banyak investasi. Poin keterampilan tenaga kerja kurang dapat ditemukan di Kashgar mengingat sebelum penetapan status SEZ wilayah ini masih dianggap miskin atau kurang berkembang. Poin lain terkait kebijakan pemerintah, hukum dan peraturan sudah mulai didukung oleh terdapatnya sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah Xinjiang Uyghur Autonomous Region (XUAR). SEZ biasanya diterapkan pada negara yang menjalankan ekonomi liberal. Pemberlakuan SEZ memberi dua jenis manfaat utama, yaitu manfaat ekonomi secara 31 Wei Ge, Special Economic Zones and the Opening of the Chinese Economy: Some Lessons for Economic Liberalization, World Development, vol. 27, no. 7, 1999, p P. Pakdeenurit, N. Suthikarnnarunai & W. Rattanawong, Special Economic Zone: Facts, Roles, and Opportunities of Investment, Proceedings of the International Multiconference of Engineers and Computer Scientists 2014 (daring), vol. 2, March 2014, Hong Kong, < IMECS2014/IMECS2014_pp pdf>, diakses pada 2 April Ng Mee Kam & Tang Wing-Shing, The Role of Planning in the Development of Shenzhen, China: Rhetoric and Realities (daring), 2004, < !NgTang_2004.pdf>, diakses pada 3 September

11 langsung dan tidak langsung. Beberapa manfaat langsung di antaranya investasi asing, penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan pemerintah, dan pertumbuhan ekspor. Manfaat tidak langsung antara lain berupa peningkatan keterampilan sumber daya manusia, reformasi ekonomi yang semakin luas, transfer teknologi, diversifikasi ekspor, dan meningkatnya efisiensi perdagangan perusahaan domestik. Untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya, SEZ di Kashgar harus memenuhi sejumlah fungsi spesifik seperti diargumenkan oleh Xu Dixin: 1. Mempromosikan kompetisi perdagangan antarwilayah dan mempromosikan sebuah perdagangan tertentu sebagai usaha untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dalam mengembangkan perekonomian negara, mempercepat produksi, dan meningkatkan kualitas manajemen. 2. Menyerap devisa dan menyaring bagian dari modal asing, teknologi, dan peralatan lainnya. Pemerintah Cina dapat menyerap devisa yang mucul dari aktivas-aktivitas di perbatasan Kashgar dengan negara-negara Asia Tengah. 3. Membuat unit reformasi struktural ekonomi dan sebagai sarana untuk mempelajari pengaturan produksi sesuai dengan permintaan pasar. Penggunaan pengaturan sistem permintaan pasar dinilai berhasil untuk mengembangkan wilayah di pesisir timur, sehingga pemerintah Cina berusaha menerapkan hal yang sama di Kashgar. 4. Menyerap tenaga kerja. Ini merupakan faktor kuat lainnya yang diupayakan oleh pemerintah dalam penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan dari proses industri dan investasi asing maupun lokal. 34 Dalam konteks pembentukan SEZ di Kashgar nampaknya Cina memiliki kepentingan terkait penyerapan kapital dari kedekatan hubungan dengan negara-negara Asia Tengah. Secara historis, kawasan Asia Tengah sejak abad ke-19 dianggap sebagai Great Game negara-negara imperialis seperti Eropa, Uni Soviet dan Amerika Serikat. The New Great Game kembali muncul setelah keruntuhan Uni Soviet di tahun 1990-an; banyak aktor baru berlomba untuk mencapai kontrol kuat dan mengisi kekosongan di kawasan ini. Cara yang digunakan oleh beberapa negara tersebut tidak lagi dengan penguasaan wilayah secara fisik, melainkan perebutan pengaruh dengan terus berupaya menjalin kerja sama. Kawasan Asia Tengah yang berbatasan dengan Kashgar memiliki keunggulan dan potensi geostrategis. Asia Tengah, yang terdiri dari Kazakhstan, Tajikistan, Turkmenistan, Kyrgyzstan, dan Uzbekistan, kaya akan energi seperti batu 34 Dixin Xu, China s Special Economic Zones, Asian Survey, vol. 24, no. 6, June 1984, p

12 bara, gas, minyak dan air. Oleh karena itu, Asia Tengah memiliki potensi ekonomi yang dianggap cepat menjadi pusat ekonomi dunia. 35 Dengan jumlah penduduk 92 juta orang dan sumber daya energi yang melimpah, Asia Tengah merupakan tujuan yang menarik untuk investasi dan perdagangan. Wilayah ini juga sebagai penguhubung antara Eropa dan Asia; lokasinya strategis di persimpangan Asia, Eropa, Teluk Persia, Timur Tengah, dan Asia Timur. 36 Kawasan ini dikelilingi oleh beberapa negara yang dianggap paling cepat berkembang di dunia termasuk Cina, Rusia, Pakistan, dan India yang tidak hanya berinvestasi di wilayah ini tetapi bersaing untuk menjadi pemeran utama. Banyak dari negara-negara tersebut melakukan kerja sama yang intensif dengan kawasan Asia Tengah di berbagai sektor seperti keamanan regional dan ekonomi. Cina berambisi untuk menangkap peluang dengan terus melakukan kebijakan pendukung seperti pembentukan forum multilateral Shanghai Cooperation Organization (SCO) di tahun 2001 dan inisiasi the New Silk Road pada tahun Terdapat dugaan bahwa penerapan SEZ di Kashgar akan menjadikan kota itu sebagai hub di kawasan barat yang akan menjadi sebuah langkah penting untuk melancarkan pembangunan New Silk Road (lihat Gambar 2) yang diprakarsai oleh Presiden Xi Jinping. Ide merevitalisasi Jalan Sutra pertama kali diumumkan Xi pada tanggal 7 September 2013 selama rangkaian kunjungan ia ke negara-negara di Asia Tengah. Xi mengusulkan bahwa negara-negara Eurasia dapat menerapkan model kerja sama baru dan bersama-sama membentuk New Silk Road, yang didukung oleh potensi besar terkait populasi di wilayah ini Z. Akbar, Central Asia: The New Great Game, The Washington Review (daring), October 2012, < diakses pada 14 Oktober OECD, Competitiveness Outlook, Competitiveness and Private Sector Development: Central Asia 2011, World Economic Forum, OECD Publishing, 2011, p N.F. Adiguna, Politik Luar Negeri RRC Terhadap Kawasan Asia Tengah Pasca Pembentukan SCO, Google Drive (daring), 2013, < view?usp=sharing>, diakses pada 5 Oktober M. Boulogne, Xi Jinping s Grand Tour of Central Asia: Asserting China s Growing Economic Clout, Central Asia Economic Paper (daring), 2013 < 2013/10/Economic-Papers-9-October-2013.pdf>, diakses pada 18 September

13 Gambar 2. Peta jalur The New Silk Road Economic Belt 39 Meski lokasinya cukup strategis, tetapi letak Kashgar sangat jauh dari pantai. Stabilitas politik dan kurangnya infrastruktur membuat SEZ Kashgar dipertanyakan. Dilihat dari segi ekonomi, ini semua membuat biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Cina akan jauh lebih besar. Terlepas dari itu, upaya peningkatan produktivitas kawasan melalui SEZ di Kashgar menjadi sebuah upaya pemerintah Cina dalam mewujudkan pembangunan di kawasan barat dan tengah Cina. Going West Strategy Going West Strategy merupakan salah satu arah kebijakan pemerintah Cina dalam melakukan perluasan pembangunan ekonomi di wilayah barat. Presiden Jiang Zemin (memerintah ) melihat bahwa mempromosikan pembangunan ekonomi negara secara merata adalah hal yang sangat penting sehingga pada awal Maret 1999 ia meluncurkan kebijakan untuk mempercepat pembangunan di wilayah tengah dan barat 39 Map of The Silk Road Economic Belt and The Maritime Silk Road, < diakses pada 20 September New Silk Road atau Economic Belt Silk Road yang diinisiasi Cina berfokus pada menyatukan Cina, Asia Tengah, Rusia, dan Eropa (Baltik). Cina juga berusaha menghubungkan Teluk Persia dan Laut Mediterania melalui Asia Tengah dan Samudera Hindia. Bersamaan dengan itu dimunculkan pula ide the 21 st Century Maritime Silk Road yang dirancang untuk alur perjalanan laut dari pantai Cina ke Eropa melalui Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia serta dari pantai Cina melalui Laut Cina Selatan ke Pasifik Selatan dalam satu rute. Lihat Chronology of China s Belt and Road Initiative, Xinhua (daring), 28 March 2015, < /28/c_ htm>, diakses pada 10 September

14 Cina. Jiang mengusulkan strategi pergi ke barat pada Kongres Rakyat Nasional ke-9, Maret Pada Rapat Komite Pusat PKC pada tanggal 9 Juni 1999, ia menyatakan: Kondisi untuk mempercepat pengembangan wilayah tengah dan barat telah ada dan cukup besar. Sudah saatnya... Dalam mempercepat pengembangan wilayah pesisir timur, kita telah kehilangan kesempatan untuk mempercepat pengembangan wilayah tengah dan barat. Mulai sekarang, ini harus menjadi tugas strategis utama bagi Partai dan negara, dan harus ditempatkan dalam posisi yang lebih nyata. 41 Pemerintahan Cina sejak saat itu mulai melakukan modernisasi besar-besaran terhadap wilayah tengah dan barat. Dengan luas wilayah 5,4 juta m 2 dan penduduk lebih dari 280 juta jiwa (23% dari total nasional), bagian barat Cina mencakup sepertiga wilayah total negara dan terdiri dari enam provinsi (Gansu, Guizhou, Qinghai, Shaanxi, Sichuan, Yunnan), lima daerah otonom (Guangxi, Mongolia, Ningxia, Tibet, Xinjiang), serta satu kotamadya (Chongqing). Dibandingkan dengan sisi timur Cina, mayoritas wilayah ini tertinggal dalam hal pembangunan. Gross Domestic product (GDP) per kapita wilayah tengah dan barat menyumbang hanya setengah dari tingkat rata-rata nasional. Namun, wilayah ini memiliki lahan, sumber daya alam yang melimpah, dan pemandangan indah yang membentang luas. 42 Pada berbagai kesempatan selama tahun 1999, target utama masa depan strategi pembangunan yang ditekankan oleh Presiden Jiang dan Perdana Menteri Zhu Rongji adalah peningkatan situasi sosial ekonomi, stabilitas politik, manfaat industri dan konservasi lingkungan. Semua ini diperlukan untuk semakin mengurangi perbedaan pembangunan antarberbagai daerah di seluruh Cina. Tujuan utama dan ide-ide yang ditetapkan dalam strategi ini ditujukan untuk mencapai keadaan ekonomi yang lebih berkembang, kemajuan sosial, kehidupan yang lebih layak dan persatuan. Secara spesifik agenda utama dalam Great Opening of the West Development Strategy tertuang dalam rencana pembangunan lima tahunan, yaitu perluasan infrastruktur; industrialisasi dan urbanisasi; keamanan wilayah, lingkungan, dan sumber daya alam; serta stabilitas politik Hongyi Li, China s Western Development Program: Its Rationale, Implementation, and Prospects, Modern China (daring), 2002, < ChinasWesternDevelopmentProgram_000.pdf>, diakses 4 September Lai, p Pernyataan Jiang dialihbahasakan oleh penulis. 42 Lai, p Ptackova, p

15 Pembangunan sosial ekonomi serta kesatuan dan kesejahteraan seluruh penduduk harus dicapai. Hasil pembangunan bagi kaum minoritas yang terkonsentrasi di wilayah barat dan daerah perbatasan perlu dikembangkan untuk menjaga stabilitas politik dan sosial. Oleh karena itu, promosi akan persatuan dan pengamanan keamanan perbatasan nasional merupakan hal yang penting. 44 Daerah-daerah di Cina timur juga harus berperan dalam perkembangan di barat dengan melakukan kerja sama yang saling menguntungkan dan melengkapi. Hasil produksi harus dikembangkan melalui pergeseran industri, transfer teknologi, dan kerja sama yang diperkuat. 45 Strategi pengembangan ini memang tepat dikatakan sebagai pengembangan yang besar karena dilakukan dalam skala besar. Pemerintah Cina terus melakukan investasi besar-besaran ke wilayah barat dan tengah. Perluasan infrastruktur hingga stabilitas ekonomi adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dengan penetapan SEZ di Kashgar. dengan perluasan infrastruktur yang dilakukan dengan investasi besar-besaran oleh pemerintah Cina sejak tahun Selain itu, upaya industrialisasi dengan melakukan klasterisasi serta migrasi yang dilakukan oleh etnis Han juga semakin menunjukan target dari SEZ, sebagaimana upaya untuk mengamankan wilayah dari berbagai ancaman. Jarak yang jauh dari Beijing menjadikan wilayah ini rawan akan lepasnya kontrol dari pemerintah pusat. Sumber daya alam yang kaya, khususnya gas di kawasan Xinjiang, juga menjadi fokus lain pada saat Cina membutuhkan banyak energi sebagai efek industrialisasi. Tujuan terakhir terkait stabilitas politik menjadi hal yang menarik, khususnya dengan tingginya angka kerusuhan dan serangan bom di wilayah tersebut yang membuat stabilitas politik di Xinjiang menjadi sangat rentan. E. Argumen utama Terdapat dua alasan utama dari penetapan SEZ di Kashgar oleh pemerintah Cina, yaitu sebagai upaya menyerap ekonomi di perbatasan dengan kawasan Asia Tengah dan untuk pemerataan pembangunan di kawasan barat Cina, khususnya di Provinsi Xinjiang. Sementara itu, tantangan terbesar bagi pemerintah Cina dalam penetapan Kashgar sebagai SEZ adalah keamanan dan stabilitas politik di provinsi Xinjiang yang rawan akan separatisme dan ketegangan etnis. Di samping itu, munculnya aktor baru di kawasan, yaitu Rusia, Uni Eropa, India, dan Pakistan juga perlu diperhatikan mengingat 44 Ptackova, p Ptackova, p Wei, China s New Policy in Xinjiang and its Challenges. 15

16 negara-negara ini secara intensif terus melakukan kerja sama perdagangan dan energi dengan negara-negara kawasan Asia Tengah. F. Sistematika penulisan Tesis ini akan terdiri atas lima bab. Setelah Bab Pertama ini, di Bab Kedua penulis akan menguraikan perkembangan SEZ di Cina, strategi Going West dan kondisi umum Kashgar. Pada Bab Ketiga, penulis akan menganalisis alasan ekonomi dan politik dari pemerintah Cina menetapkan Kashgar sebagai SEZ. Sementara itu, hambatan dan tantangan penetapan SEZ di Kashgar akan dianalisis di Bab Keempat. Tesis ini akan ditutup dengan Bab Kelima yang berisikan kesimpulan dan inferens dari hasil penelitian. 16

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang, BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ)

Lebih terperinci

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian 12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah RRC dahulu sebuah negara miskin dengan pendidikan rendah dan teknologi sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis Cina (PKC)

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejatinya tak dapat dipungkiri bahwa setiap negara menghadapi berbagai macam polemik terutama dari segi ekonomi. Hal ini mengharuskan pemahaman lebih mendalam secara

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kawasan disekitarnya. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kawasan disekitarnya. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asia Tengah merupakan salah satu kawasan yang sangat strategis di dunia. Asia tengah merupakan penghubung antara Asia Timur dan Timur Tengah yang kaya akan hasil

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta, sementara wilayah barat diwakili oleh daerah Chonqing yang hanya menghasilkan $145 juta. Diambil dari

BAB I PENDAHULUAN. juta, sementara wilayah barat diwakili oleh daerah Chonqing yang hanya menghasilkan $145 juta. Diambil dari BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Republik Rakyat Cina (untuk selanjutnya disebut Cina) merupakan sebuah negara dengan perekonomian yang berkembang sangat pesat dewasa ini. Negara dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi

DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI 1978 Ida Bagus Gde Restu Adhi 0921105004 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Ecomonic Community (AEC) atau yang lebih dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015. AEC merupakan realisasi dari tujuan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT...

HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT... Kolom IBRAHIM ISA Kemis, 03 Oktober 2013 -------------------- HUBUNGAN INDONESIA -- TIONGKOK BERKEMBANG PESAT... Hubungan dua negeri Asia: -- Indonesia dan Tiongkok--, Yang satu negeri kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara maju di kawasan Eropa masih belum sepenuhnya mereda. Permasalahan mendasar seperti tingginya

Lebih terperinci

Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III)

Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III) Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III) 1. LINGKUNGAN HIDUP Salah satu isu yang menjadi masalah domestik kontemporer di Cina adalah lingkungan hidup. Ini terkait dengan adanya proses industrialisasi yang

Lebih terperinci

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Artikel Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar.

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. BAB II PERKEMBANGAN BRIC BRIC merupakan organisasi yang mengalami perkembangan yang signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. Sejak saat itu BRIC mulai dikenal sebagai

Lebih terperinci

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014 OUTLINE 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2 1. LINGKUNGAN STRATEGIS 3 PELUANG BONUS DEMOGRAFI Bonus Demografi

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi (daerah) adalah suatu proses pemerintah (daerah)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi (daerah) adalah suatu proses pemerintah (daerah) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi (daerah) adalah suatu proses pemerintah (daerah) dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi memainkan perananan yang sangat vital dan strategis dalam pembangunan. Tanpa energi, tidak mungkin menjalankan berbagai aktivitas ekonomi seperti mengoperasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun Pemekaran Wilayah Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018 Disampaikan pada acara Forum Perangkat Kerja Perekonomian, MUSRENBANG 2017 Konsep Pertumbuhan Ekonomi DIY Ke Depan INDIKATOR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA Karya Tulis PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2003 DAFTAR

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan umum merupakan cita-cita luhur yang ingin dicapai setelah lahirnya bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

"One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung" Antara Tiongkok dan Indonesia

One Belt One Road Sebuah Orkestra Angklung Antara Tiongkok dan Indonesia "One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung" Antara Tiongkok dan Indonesia 2017-05-09 09:45:17 CRI http://indonesian.cri.cn/201/2017/05/09/1s165475.htm "One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung"

Lebih terperinci

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan 18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal :

LATAR BELAKANG PESERTA JADWAL DAN LOKASI PELAKSANAAN. Lampiran Surat Nomor : Tanggal : Lampiran Surat Nomor : Tanggal : LATAR BELAKANG Sehubungan dengan pelaksanaan studi Master Plan Program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), salah satu aspek penting yang perlu dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yakni memajukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi Daerah sebagai wujud dari sistem demokrasi dan desentralisasi merupakan landasan dalam pelaksanaan strategi pembangunan yang berkeadilan, merata, dan inklusif. Kebijakan

Lebih terperinci

KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL Oleh : Fery Dona (fery.dona@yahoo.com) ABSTRAK Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

Lebih terperinci

Meskipun investor secara historis dimasukkan unsur penilaian risiko geopolitik di pasar negara

Meskipun investor secara historis dimasukkan unsur penilaian risiko geopolitik di pasar negara Rabu 19 September 2012 09:27 - Risiko politik - mulai dari intervensi politisi kerusuhan sipil dan perang - merupakan pengaruh yang berkembang pada investasi di pasar negara maju dan salah satu yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Master Plan Latar belakang Penyusunan Cetak Biru (Master Plan) Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Banyuasin secara garis besar adalah Dalam rangka mewujudkan Visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan absolut (absolute poverty) merupakan salah satu masalah ekonomi utama yang dihadapi sebagian besar pemerintahan di dunia. Data World Bank pada tahun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan di industri building construction yang sudah masuk di listing Bursa Efek Indonesia per 8 Agustus 2011.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja keuangan daerah khususnya APBA sedikit membaik dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan persentase realisasi anggaran. Hingga November 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah

Lebih terperinci