BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Terdapat berbagai macam demodulator FM apabila dikelompokkan berdasarkan rangkaian pembangunnya. Modul Demodulator FM pun telah tersedia namun belum terdapat modul demodulator yang menggunakan Phase Locked-Loop (PLL). Pada pembuatan tugas akhir yang terdahulu telah dibuat demodulator FM. Bagian yang akan diperdalam dalam pembuatan tugas akhir ini adalah pada analisa kerja PLL sebagai demodulator. 2.2 Landasan Teori Radio adalah proses transmisi sinyal melalui udara dengan menggunakan gelombang elektromagnetik dengan range frekuensi tertentu, mulai dari 3 KHz sampai 300 GHz. Gelombang-gelombang ini disebut gelombang radio. Radiasi elektromagnetik dibuat dengan membangun elektromagnetik field dan dapat menjalar melalui udara serta ruang hampa. Informasi berupa suara dibawa dengan mengubah nilai-nilai dari gelombang yang dipancarkan seperti amplitudo, frekuensi atau phasa. Ketika gelombang radio ini bertemu dengan konduktor elektrikal, pada inductor akan terbangun sebuah arus alternatif. Informasi yang terdapat pada gelombang dapat diuraikan kembali menjadi bentuknya semula. Sistem radio yang digunakan untuk komunikasi akan mempunyai beberapa elemen. Elemen pertama adalah pemancar. Pemancar merupakan rangkaian elektrikal yang digunakan untuk membuat sinyal-sinyal yang akan dikirim sesuai dengan frekuensi yang diinginkan. Terdapat 3 macam modulasi yaitu modulasi Amplitudo (AM), modulasi Frekuensi (FM), dan modulasi Phasa (PM). Elemen kedua adalah antenna. Gelombang elektromagnetik akan menempuh perjalanan udara langsung pada tujuan atau dipantulkan terlebih dahulu. Hal ini akan mengurangi intensitas gelombang. Dan noise akan muncul selama dalam perjalanan. Apabila nilai noise lebih besar dari informasi, informasi 3

2 yang ada akan sulit untuk diurai kembali. Maka diperlukan antenna dan perancangan propagasi yang mendukung pemancaran sinyal. Resonansi merupakan elemen ketiga. Resonansi pada radio akan memungkinkan sebuah stasiun dipilih secara khusus. Rangkaian resonansi akan merespon pada frekuensi tertentu. Hal ini memungkinkan penerima memilih secara tepat sinyal dengan frekuensi yang diinginkan. Elemen keempat adalah penerima. Input receiver berasal dari antenna. Filter digunakan untuk memisahkan sinyal yang tidak diinginkan. Sinyal yang telah didapat kemudian diolah melalui proses demodulasi dan dikembalikan kembali ke bentuk asalnya seperti suara, gambar atau data. Modul radio frekuensi biasanya berupa rangkaian sederhana yang digunakan untuk memancarkan, menerima atau keduanya pada nilai frekuensi carrier tertentu. Penggunaan modul ini sangat luas. Pada pembuatan Tugas Akhir ini akan dibuat Modul Radio Frekuensi yang dapat digunakan untuk kepentingan praktikum pada Mata Kuliah Elektronika Komunikasi.Pemancar radio FM stereo di Indonesia memiliki range frekuensi kerja pada 75 MHz sampai dengan 108 MHz. Namun karena modul yang dibuat hanya merupakan model dari demodulator FM, maka frekuensi kerja yang digunakan bernilai 300 KHz Modulasi Frekuensi Pada modulasi frekuensi, frekuensi carrier bervariasi sesuai dengan sinyal informasi yang harus dikirim. Frekuensi carrier mengasumsikan satu harga untuk sebuah bit 1 dan yang lainnya untuk bit 0. Tipe modulasi on/off ini juga disebut frequency shift keying (FSK) atau carrier shift keying. Modulasi ini dapat pula berupa proses analog yang kontinyu, input sinyalnya berupa sembarang bentuk gelombang yang dianggap sebagai sekumpulan gelombang sinus. Carrier yang tidak termodulasi dapat ditulis dengan persamaan a c = A c sin 2πf c t. Bila frekuensi f c dimodulasikan oleh gelombang sinus yang berfrekuensi f m, maka didapatkan a cm = A c sin 2π(f c + f c sin 2π f m t)t dengan f c adalah deviasi frekuensi maksimum yang dapat terjadi. Sinyal FM ditransmisikan pada amplitudo yang konstan.noise yang muncul terkadang memengaruhi perubahan frekuensi.namun noise lebih banyak memberikan efek pada amplitudo. Perubahan ini dapat diabaikan dengan adanya Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 4

3 proses deteksi. Dengan bantuan sepotong amplitudo pada amplitudo nol. Secara teori, gelombang terima yang seketika melintasi nol yang digunakan dalam proses deteksi. Pada rangkaian deteksi, limiter mengubah persilangan nol ini menjadi gelombang persegi.selanjutnya rangkaian ini memindahkan setiap distorsi amplitudo menjadi gelombang kotak.output limiter kemudian dapat diolah untuk mendapatkan pola bit asli. Gambar 1. Modulasi Frekuensi Dalam modulasi frekuensi, index modulasi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. (2.1) di mana f m adalah nilai frekuensi tertinggi dari sinyal modulasi x m (t) dan Δf adalah deviasi frekuensi sinyal carrier. Apabila h << 1 modulasi yang terjadi disebut sebagai FM narrowband dan bandwithnya mendekati 2f m. Apabila h >> 1 modulasi yang terjadi disebut sebagai FM wideband dan bandwithnya mendekati 2Δf c. FM yang memiliki bandwith yang lebih besar memiliki rasio signal to noise yang lebih besar pula. Sinyal FM yang konstan dan memiliki index modulasi yang terus bertambah, akan memiliki bandwith yang lebih besar. Namun jarak antar spektrum akan berkurang Phase Locked-Loop Phase Locked-Loop(PLL) adalah sebuah sistem feedback dimana sinyal balik digunakan untuk mengunci frekuensi output dan fasanya serta fasa dari Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 5

4 sinyal input. Bentuk gelombang input dapat berupa berbagai macam sinyal, termasuk sinyal sinusoidal atau sinyal digital. Phase Locked-Loop pertama kali digunakan pada tahun 1932 sebagai deteksi sinkron dari sinyal radio.penerapan ini berkaitan dengan deteksi sinyal yang telah ditransmisikan. Dimulai pada tahun 1960-an, program satelit NASA menggunakan Phase Locked-Loop untuk menetapkan frekuensi sinyal pancar satelit. Walaupun sinyal dirancang untuk dipancarkan pada frekuensi 108 MHz, penggeseren oleh osilator dan shift Doppler menghasilkan beberapa kilohertz pergeseran frekuensi pada sinyal yang diterima. Sinyal yang dipancarkan memiliki bandwith yang sangat sempit, namun karena adanya pergeseran frekuensi dibutuhkan bandwith yang lebih lebar pada penerima kemungkinan penambahan pada noise (daya noise penerima berbanding lurus dengan bandwith). Namun, komunikasi satelit kemudian berkembang dengan digunakannya Phase Locked-Loop untuk mengunci frekuensi sinyal pancar, dan memungkinkan bandwith penerima yang lebih sempit dengan jauh lebih kecil daya noise. Phase Locked-Loop telah banyak digunakan untuk filter, frekuensi synthesis, motor-speed control, frekuensi modulasi, demodulasi, deteksi sinyal, dan macam-macam lainnya. Munculnya kesadaran Phase Locked-Loop sebagai rangkaian terintegrasi yang relatif tidak mahal telah menyebabkan Phase Locked- Loop menjadi rangkaian yang paling sering digunakan dalam komunikasi.phase Locked-Loop dapat berupa rangkaian analog maupun digital, namun kebanyakan terdiri atas komponen analog dan digital. Gambar 2. Blok diagram Phase Locked-Loop. Gambar 2 mengilustrasikan arsitektur dasar dari Phase Locked-Loop. Detektor fasa menghasilkan sinyal output berupa fungsi dari perbedaan fasa antara dua buah sinyal input. Output detektor difilter (dan mungkin juga dikuatkan) dan komponen DC dari sinyal eror diterapkan pada voltage-controlled oscillator. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 6

5 Sinyal feedback yang masuk ke phase detektor adalah frekuensi output VCO dibagi dengan N. Kontrol tegangan VCO V c (t) memaksa VCO untuk mengubah frekuensi dengan arahan untuk mengurangi perbedaan antara frekuensi input dan frekuensi output dari divider. Apabila dua frekuensi ini dekat, mekanisme PLL memaksa frekuensi kedua input ini menjadi sama dan VCO terkunci dengan frekuensi masuk (incoming, yang datang). Yaitu, f r = f d (2.2) dan frekuensi output divider adalah f d = f o /N (2.3) Frekuensi output f o = Nf r (2.4) adalah sebuah integral bertingkat dari frekuensi input. Apabila divider tidak digunakan maka N sama dengan 1. Begitu loop terkunci, akan terdapat perbedaan kecil fasa diantara dua sinyal input phase detektor. Perbedaan ini menghasilkan sebuah tegangan DC pada output phase detektor yang dibutuhkan VCO dari freerunning frekuensi dan menjaga loop tetap dalam keadaan terkunci. (ini bukan tipe PLL yang sebenarnya). Kemampuan self-koreksi dari PLL memungkinkannya untuk mendeteksi perubahan frekuensi di sinyal input begitu terjadi kondisi lock. Range frekuensi yang dapat ditahan dalam posisi lock sebagai sinyal input oleh PLL disebut sebagai lock range. Sedangkan capture range adalah range frekuensi yang dapat dilock oleh loop. Dan range ini lebih sempit dibandingkan lock range. Karena output frekuensi PLL adalah sebuah integral bertingkat dari frekuensi referensi, frekuensi output dapat diubah dengan mengubah rasio pembagi N. komponen pembagi ini telah dibuat dapat diperoleh dengan mudah. Penyediaan ini memungkinkan pembuatan banyak frekuensi dari sebuah input frekuensi. Frekuensi sintesis adalah aplikasi yang paling sering digunakan PLL Model Linear Phase Locked-Loop PLL nonlinear karena phase detektornya nonlinear, bias dimodelkan sebagai perangkat linear ketika perbedaan fasa di input phase detektor kecil. Untuk analisa linear, diasumsikan output phase detektor adalah sebuah fungsi linear dari perbedaan fasa kedua sinyal input, yaitu Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 7

6 V a = K d (θ r θ d ) (2.5) di mana θ r dan θ d adalah phase dari sinyal input dan sinyal feedback dan K d adalah gain factor dari phase detektor dengan satuan volt/radian. VCO juga diasumsikan dapat dijadikan model perangkat linear yang output frekuensinya merupakan deviasi frekuensi free-running dengan peningkatan Δω = K O V C (2.6) di mana V C adalah tegangan input VCO dan K O adalah gain factor VCO, dalam satuan radian per second per volt. Output frekuensinya adalah ω 0 = ω c + Δω = ω c + K 0 V c (2.7) di mana ω c adalah frekuensi free-running dari VCO. Karena frekuensi adalah fasa dalam fungsi waktu, operasi VCO dapat dituliskan juga sebagai Δω = = K o V c (2.8) Hasil akhir dari pembagi frekuensi f d adalah pembagi frekuensi input dibagi dengan N, yaitu f d = (2.9) atau, karena phase adalah integral waktu dari frekuensi θ d = (2.10) untuk model PLL, rangkaian pembagi N dapat diganti dengan sebuah scalar frekuensi-independent yang setara dengan 1/N. dengan asumsi ini, PLL dapat direpresentasikan dengan model linear pada gambar 3 di bawah dimana F(s) adalah fungsi transfer dari LPF. θ r (s) adalah Gambar 3. Model Linear sinyal kecil dari Phase Locked-Loop Fungsi transfer linear dari hubungan output phase θ o (s) dan input phase (2.11) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 8

7 Fungsi transfer yang sama menunjukkan hubungan frekuensi input dan output f r (s) dan f o (s). apabila LPF tidak digunakan, fungsi transfernya adalah (2.12) yang ekivalen dengan fungsi transfer dari LPF sederhana dengan Gain DC sebesar N dan banwith K v dimana (2.13) digunakan untuk menyederhanakan notasi. PLL ini dijadikan referensi sebagai first-order loop karena dapat dideskripsikan dengan persamaan diferensial orde pertama dan juga merupakan tipe I. Dengan model matematika yang digunakan di sini, PLL tampak seperti LPF, namun frekuensi dan phase output menampilkan defiasi dari frekuensi freerunning ω c. PLL sebenarnya adalah BPF dengan frekuensi tengah pada frekuensi input gelombang. Output phase detektor adalah sinyal frekuensi rendah yang difilter oleh LPF. Sangatlah mudah untuk membangun LPF narrow-bandwith dibandingkan filter dengan Q yang tinggi yang mungkin lebih dibutuhkan. Ini adalah salah satu keunggulan utama PLL. Biasanya dalam loop juga terdapat filter untuk menyaring komponenkomponen yang tidak diinginkan dari phase detektor dan untuk menyediakan kontrol terhadap respon frekuensi loop. Apabila F(s) adalah sebuah LPF sederhana, maka F(s) = ( ) (2.14) dan fungsi transfer dari loop tertutup adalah ( ) (2.15) di mana (2.16) (2.17) ( ) (2.18) Persamaan 2.15 adalah bentuk umum dari fungsi transfer LPF orde kedua. Persamaan ini sering muncul dalam analisa PLL. Nilai dari respon frekuensi steady-state adalah Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 9

8 *( ) + (2.19) dan phase shift-nya ( ) (2.20) Nilai dari respon frekuensi pada fungsi transfer orde kedua ini ditentukan untuk nilai ζ tertentu. Untuk ζ = 0,707, fungsi transfer menghasilkan respon butterworth maximally flat orde kedua. Untuk nilai ζ < 0,707, puncak gain terdapat pada domain frekuensi. Nilai maksimum dari respon frekuansi M p sebagai fungsi damping rasio dapat ditemukan dengan mengatur deriatif dari persamaan 2.19 dengan respect to frekuensi sama dengan nol. Nilai M p dapat ditentukan dengan persamaan berikut. (2.21) dan frekunsi ω p dimana nilai maksimum muncul adalah (2.22) Gambar 4. Magnitude dari PLL orde kedua sebagai fungsi frekuensi dari damping rasio tertentu. Bandwith 3dB ω h dapat diatur dengan mengubah frekuensi ω n pada persamaan 2.19 menjadi sama dengan 0,707 untuk gain DC (0,707N). dan ω h akan bernilai (dengan ζ < 1) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 10

9 (2.23) Waktu yang dibutuhkan agar didapat nilai output naik dari 10% ke 90% dari nilai akhirnya disebut rise time t r. Rise time adalah nilai pendekatan terhadap bandwith sistem dengan hubungan (2.24) yang bernilai tetap untuk sistem orde pertama. Biasanya bandwith dirancang untuk lebih semput agar didapat maksimum filter dan rise time yang pendek sehingga loop dapat mengikuti perubahan dari gelombang input. Persamaan 2.24 menunjukkan bahwa perancangan ini tidak memungkinkan.perancangan hanya dapat memilih salah satu antara kecepatan respon sistem dan bandwith sistem. Karakteristik sistem dapat diubah dengan mengubah gain loop atau bandwith filter atau dengan menambahkan filter dengan orde yang lebih tinggi Phase detektor Karakteristik kinerja PLL sangat beragam tergantung pada tipe phase detektor yang digunakan. Tiga bentuk phase detektor yang paling sering digunaka adalah digital detektor yang output sinyalnya terbatas hanya pada dua atau tiga level yang berbeda, mixer atau multiplier, dan sampling phase detektor Digital phase detektor Rangkaian logika saat ini telah menjadi phase detektor yang paling sering dipakan karena telah tersedia sebagai IC yang kecil dan murah. Output rangkaian logika PD adalah sebuah pulsa amplitudo konstan yang lebar pulsanya sebanding dengan perbedaan fasa dari dua buah sinyal input (yang dapat berupa sinyal analog maupun digital) Exclusive-OR Phase Detektor Rangkaian eksklusif-or ditunjukkan pada Gambar 5 biasa digunakan sebagai salah satu tipe PD yang paling sederhana. Output rangkaian ini tinggi bila dan hanya bila salah satu sinyal input tinggi. Dalam digital PD, phase error didefinisikan sebagai (2.25) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 11

10 Gambar 5. Phase Detektor Exclusive-OR Dimana T adalah perioda dari sinyal input dan τ adalah perbedaan waktu antara kedua buah sinyal. (apabila kedua input tidak memilki frekuensi yang sama, phase error akan ambiguous). Nilai rata-rata dari output gerbang eksklusif- OR sebagai fungsi dari phase error digambarkan pada Gambar.5. Diasumsikan kedua sinyal input memiliki 50 duty cycle. Output maksimum (output gerbang tinggi pada tiap waktu) ketika kedua sinyal berbeda fasa sebesar 180 o.terdapat dua buah nilai phase error untuk setiap tegangan output, tapi hanya satu nilai yang akan berkoresponden dengan gain loop negative dan nilai yang lain untuk gain loop positif. Untuk nilai positif dari gain loop, sistem loop-tertutup tidak stabil, dan error yang muncul akan menyesuaikan diri dengan phase error loop feedback-negatif. Satu kerugian dari eksklusif-or sebagai PD adalah outputnya tergantung pada duty cycle dari sinyal input Flip-flop Detektor Rangkaian sederhana set-reset flip-flop ditunjukkan pada Gambar 7 dapat pula digunakan sebagai phase detektor. Sinyal f a dan f b berupa pulsa narrow yang dihubungkan ke input set dan reset. Nilai rata-rata keluaran Q berbanding lurus terhadap perbadaan phase kedua sinyal. Nilai rata-rata dari karakteristik transfer tegangan terhadap phase ditunjukkan pada Gambar 8. Phase detektor ini memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan rangkaian eksklusif-or yaitu phase detektor flip-flop memiliki phase range 2 kali lipat lebih besar (0 sampai 2π). Tegangan output hanya akan mencapai V V ketika phase error mencapai 2π rad. Kekurangan dari phase detektor ini adalah output memerlukan filter lebih apabila dibandingkan dengan output phase detektor eksklusif-or. Dengan mempertimbangkan timing diagram pada Gambar 9 (diasumsikan di sini beberapa langkah digunakan untuk mengubah sinyal input A dan B menjadi pulsa digital), output rangkaian eksklusif-or memiliki frekuensi dua kali lipat frekuensi sinyal inputnya, sedangkan output flip-flop memiliki frekuensi yang sama dengan inputnya. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 12

11 Gambar 6. Output tegangan rata-rata sebagai fungsi phase error dari PD eksklusif-or Gambar 7. Flip-flop RS yang digunakan sebagai phase detektor. Gambar 8. Output teganga rata-rata sebagai fungsi phase error untuk PD flip-flop RS Gambar 9. Respon output PD eksklusif-or dan flip-flop RS terhadap input PD f A dan f B Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 13

12 Hal ini menunjukkan komponen AC pada output rangkaian eksklusif-or memiliki kecepatan dua kali lipat kecepatan output flip-flop. Dengan sebab ini rangkaian ekskludif-or membutuhkan LPF yang lebih akurat. Flip-flop RS berkerja maksimal dengan sinyal input low duty-cycle. Output yang didapat akan memiliki flat spot dengan lebar sesuai sinyal input yang akan memberikan efek negatif pada kinerja PLL Dual-D flip-flop Karakteristik phase-tegangan dari set-reset flip-flop sebelumnya sensitive terhadap lebar pulsa dari sinyal input. Apabila lebar pulsa tersebut tertentu, salah satu karakteristik yang muncul adalah sifat non-linear. Dual-D flip flop ditunjukkan pada Gambar 10 kurang sensitive terhadap duty cycle. Nilai D flipflop tinggi pada edge awal sinyal input dan akan tetap tinggi sampai mereka di reset. Sinyal reset muncul ketika kedua input tinggi. Ketika kedua sinyal berada dalam fasa dan frekuensi yang sama, kedua output akan tetap bernilai rendah dan tidak ada sinyal pump yang akan diterapkan pada LPF. Ketika kedua sinyal memiliki frekuensi yang sama, tapi tidak pada phase, karakteristik transfer tegangan DC output akan seperti yang ditunjukkan pada gambar 8 untuk RS flipflop. Apabila kedua sinyal berbeda frekuensi, output tegangan akan bergantung pada frekuensi relative fan perbedaan fasa. Gambar 10. Phase detektor dual-d flip-flop, termasuk di dalamnya LPF Timing diagram pada Gambar 11 menunjukkan contoh kasus di mana f 2 = 2f 1. Pada gambar 11a, leading edge f 1 muncul tepat setelah f 2 yang menghasilkan Q 2 bernilai 50% dari waktu (Q 2 menjadi tinggi ketika f 2 bernilai tinggi dan kemudian mereset ketika f 1 bernilai tinggi), dan nilai rata-rata dari output PD Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 14

13 adalah 0,5 V. pada gambar 10b, leading edge f 1 muncul tepat sebelum f 2 yang menghasilkan Q 2 tinggi hampir di seluruh waktu, dan tegangan rata-ratanya mendekati V. rata-rata tegangan output terhadap perbedaan fasa sebesar 0,75 V untuk f 2 = 2f 1. Gambar 11(a). Output PD dual-d flip-flop (Q 2 ) ketika f 1 mendahului f 2 (b). Output PD dual-d flip-flop (Q 2 ) ketika f 2 mendahului f 1. Gambar 12. Rata-rata output dual-d flip-flop sebagai fungsi dari perbedaan frekuensi input Secara umum, rata-rata output dapat diperhitungkan dengan rumus ( ) (2.26) Dengan f 2 lebih besar dari f 1.Rumus ini digambarkan pada Gambar 12. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 15

14 Phase-Frequency Detektor Walaupun phase detektor eksklusif-or dan flip-flop sederhana, namun keduanya memiliki beberapa batasan. Salah satunya adalah sinyal output memerlukan substantial filter untuk mendapat nilai DC. Selain itu, loop akan lambat bereaksi apabila kedua sinyal input tidak sama frekuensinya. PD phasefrekuensi (atau three-state) dirancang untuk menghilangkan batasan-batasan ini.phase-frequency detektor berlaku sebagai phase detektor selama lock dan menyediakan sinyal yang sensitive terhadap frekuensi untuk membantu pendudukan ketika loop keluar dari kondisi lock. Phase-frequency detektor telah tersedia dalam bentuk IC dan sudah termasuk diantaranya charge pump.charge pump digambarkan pada gambar 14. Charge pump terdiri atas sumber arus yang dikontrol oleh tegangan, bahwa nilai output arus plus atau minus I tergantung pada nilai tegangan kontrol. Untuk nilai lain tegangan kontrol, arus yang di dapat nol (atau sama dengan rangkaian terbuka). Apabila kapasitor merupakan rangkaian terintegrasi, satu komponen ditambahkan pada sumber untuk mendapatkan fungsi transfer. Dan loopnya menjadi loop tipe II. Jika C di-shunt oleh resistor, loop akan tetap sebagai loop tipe I. Gambar 13. Rangkaian charge pump. Banyak pabrik saat ini telah memroduksi Quad-D phase-frekuensi detektor. Jika kedua frekuensi sinyal input bernilai sama, flip-flop Q 1a dan Q 2a tidak akan pernah set, dan rangkaian akan berfungsi sebagai dual-d flip-flop. Apabila kedua sinyal tidak memiliki frekuensi yang sama, maka either Q 1a or Q 2a will be set. Kedua flip-flop ini berperan sebagai pendeteksi apakah sinyal memiliki frekuensi yang berbeda. Sebagai contoh, jika f 1 setidaknya dua kali lebih cepat dibandingkan f 2, maka Q 1a atau Q 1b akan selalu bernilai tinggi. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 16

15 Gambar 14. Quad-D phase-frequency detektor Karakteristik tegangan rata-rata terhadap frekuensi relative digambarkan pada Gambar 16. Berlaku untuk f 2 f 1. Perlu diingat apabila frekuensi tidak sama, rat-rata tegangan output akan lebih besar dibandingkan rata-rata tegangan output dual-d flip-flop. Karena tegangan yang lebih besar diterapkan pada VCO, loop dapt bereaksi lebih cepat. Begitu loop mencapai frekuensi lock, phase error didapatkan dari Q 1b dan Q 2b seperti yang didapatkan dari dual-d flip-flop. Gambar 15. Output tegangan rata-rata dari quad-d phase-frekuensi detektor sebagai fungsi dari perbedaan frekuensi input Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 17

16 Gambar 16. Output tegangan rata-rata sebagai fungsi phase error dari quad-d phase-frekuensi detektor. Apabila loop dalam keadaan lock, karakteristik rata-rata tegangan terhadap phase ditunjukkan pada Gambar 16. Range phase untuk phase-frequency detektor adalah 720 o Mixers Mixer dan multiplier sering digunakan sebagai phase detektor dalam PLL analog. Apabila sinya input adalah θ i = A i sin ω 0 t dan sinyal referensi adalah θ r = A r sin (ω 0 t + Ø), di mana Ø adalah perbedaan fasa antara kedua sinyal, maka sinyal output θ adalah (2.27) di mana K adalah gain mixer. Salah satu fungsi utama dari loop LPF adalah untuk mengeliminasi harmonisa kedua sebelum mencapai VCO. Harmonisa kedua akan diasumsikan telah difilter dan hanya bagian pertama yang akan diperhitungkan. Maka, (2.28) Ketika sinyal error sama dengan nol, Ø = π/2. Sinyal error ini proportional untuk perbedaan fasa sebesar 90 o.untuk perubahan kecil fasa ΔØ, ( ) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 18

17 Untuk perubahan/gangguan kecil pada fasa ΔØ (2.29) karena output phase detektor diasumsikan menjadi θ = K d (θ i θ o ). factor skala dari phase detektor K d bernilai (2.30) Faktor skala phase detektor K d tergantug pada nilai amplitudo sinyal input, perangkat ini hanya dapat dipertimbangkan linear karena amplitudo sinyal input yang tetap dan deviasi fasa yang kecil. Untuk deviasi fasa yang lebih besar, (2.31) yang menggambarkan hubungan non-linear antara θ dan Ø Detektor Sampling Phase detektor bisa didapat dari switch linear time-varying yang ditutup secara periodik. Secara teori matematis, switch ini dapat digambarkan sebagai pulsa modulator, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 18. Apabila operasi sampling dilakukan berdasarkan periode waktu, yaitu apabila sample dilakukan dengan jarak pendek P sebagai contoh T = 0, T, 2T,, nt, maka sampling akan seragam. Bentuk gelombang input dan output dari perangkat yang menghasilkan sampling dengan rate yang seragam ditunjukkan pada gambar 19. Outputnya dapat diperhitungkan dengan θ (t) = θ i (t)θ r (t) (2.32) di mana θ r (t) dapat diasumsikan sebagai rantai periodic dari pulsa amplitudo tetap dari amplitudo A r, lebar sinyal P, dan periode T. Karena θ r (t) bersifat periodic seperti yang digambarkan pada Gambar 20, persamaan ini dapat dikembangkan dalam seri Fourier sebagai berikut (2.33) di mana (2.34) ( ) n 0 (2.35) n = 0 (2.36) maka didapatkan * ( )+ (2.37) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 19

18 apabila sinyal input adalah gelombang sinus maka ( { [ ] [ ]}) (2.38) ketika loop dalam keadaan lock (ω i = ω 0 ). Nilai DC-nya adalah ( ) (2.39) Gambar 17. Switch yang dimodelkan sebagai modulator fasa. Gambar 18. Contoh bentuk gelombang input dan output dari perangkat sampling Gambar 19. Pulsa modulasi digunakan sebagai model sample Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 20

19 Kondisi ω 0 P/2 muncul karena pulsa θ r (t) diasumsikan mulai pada saat t = 0. Apabila waktu originalnya digeser ke tengah pulsa, kondisi ini tidak akan muncul. Untuk perbedaan kecil fasa Ø, sinyal error akan sebanding dengan perbedaan fasa. Karena sebab itu, switch linear time-varying dapat berperan sebagai phase detektor. Apabila perbedaan output DC dari mixer adalah nol ketika Ø = -ω o P/2. Yaitu ketika fasa osilator dan sinyal referensi sama. Hal ini membedakan mixer sebagai phase detektor, yang dapat di-null-kan ketika kedua sinyal berada dalam phase quadrature. Sedangkan pada mixer, nilai konstan gain sampling-phase-detektor K d berbanding lurus dengan amplitudo sinyal yang digunakan. Kondisi yang dibutuhkan untuk menampilkan karakteristik linear pada kedua loop adalah amplitudo sinyal input bernilai konstan dan nilai phase error sangat kecil hingga memenuhi persamaan berikut ( ) (2.40) Gambar 20. Output ZODH dibandingkan dengan output yang diinginkan (sinyal putus-putus) Ketika loop dalam keadaan lock (ω i = ω o ), output mixer mengandung DC dan harmonisa kedua, sedangkan output sampling phase detektor mengandung DC dan seluruh harmonisa dari frekuensi input. Maka dari itu untuk sampling phase detektor dibutuhkan LPF yang lebih ketat dibandingkan mixer sinusoidal. Fortunately, telah ada filter yang dapat diterapkan untuk sampling PD. Filter yang paling umum digunakan adalah zero-order data hold (ZODH) atau generator boxcar. ZODH adalah sebuah perangkat yang mengubah pulsa dengan lebar P menjadi pulsa amplitudo konstan dengan lebar T, seperti ditunjukkan pada gambar 20. Output ZODH di antara kedua sampling t i dan t i+1 adalah θ o (t) = θ (t i )[u(t) u(t i )] (2.41) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 21

20 di mana θ (t i ) adalah nilai θ (t) pada saat t i. meskipun analisa kombinasi pulsa sampling dan ZODH sangat rumit, respon prekuensi akan mendekati perkiraan apabila proses sampling diganti dengan sample ideal yang outputnya berupa rangkaian dari impulse. Sinyal sample θ*(t) terdiri atas serangkaian impul modulasi amplitudo θ*(t) = θ i (t)δ T (t) (2.42) di mana δ T (t) adalah satu unit impuls dari periode T, (2.43) dan δ(t nt) mewaliki unit area yang muncul pada saat t = nt. δ T (t) bersifat periodic dan dapat dituliskan dengan seri Fourier (2.44) di mana ω o = 2π/T. Nilai konstan C n ditentukan oleh (2.45) Kemudian δ T (t) dapat dikembangkan dalam seri Fourier (2.46) dan karena (2.47) Berdasarkan persamaan-persamaan di atas, spectrum frekuensi dari serangkaian impuls pada perioda T mengandung komponen DC dan frekuensi fundamental dan seluruh harmonisa dengan amplitudo 1/T. persamaan (2.42) dapat juga dituliskan sebagai ( ) (2.48) Apabila input θ i (t) adalah gelombang sinus θ i (t) = A i sin (ω i t + Ø), (2.49) Persamaan ini mirip dengan hasil yang di dapat dari persamaan (2.38) untuk hasil realistic sample model finite-pulse-width. Perbedaannya, harmonisa pada model finite-pulse-width diatenuasi oleh (2.50) Dengan sampler impuls, seluruh harmonisa diatenuasi oleh 2/T. Respon impuls dari ZODH adalah sebuah pulsa dengan lebar T, atau Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 22

21 θ o (t) = u(t) u(t T) (2.51) dan fungsi transfer frequency-dependent adalah (2.52) dan respon frekuensi ZODH adalah (2.53) yang merupakan LPF dengan phase shift linear seperti yang ditunjukkan pada gambar 22. Sebuah fitur penting dari filter ini adalah tidak memberikan gain pada frekuensi sampling dan seluruh harmonisanya. Seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.49) atau persamaan (2.38), ketika input dan frekuensi sampling sama outputnya akan menghasilkan komponen DC dan seluruh harmonisa dari frekuensi sampling. Karena ZODH tidak memberikan gain pada frekuensi yang bukan nol ini, seluruh harmonisa yang tidak diinginkan dihapus oleh filter. Ini adalah salah satu alas an utama mengapa PLL banyak digunakan.zodh juga memiliki phase lag yang naik berbanding lurus dengan kenaikan frekuensi. Walaupun PLL yang dibangun dengan sampling detektor biasa dianalisa dengan menggunakan teknik transformasi-z, hasil yang hampir sama akan didapat pula pada kinerja loop dengan menggunakan teknik kontinyu. Ketika frekuensi input dan feedback sama, persamaan (2.49) dapat dituliskan sebagai berikut high-frequency term (2.54) Gambar 21. Respon frekuensi dari ZODH Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 23

22 Gambar 22. Model PLL yang mengandung modul sample-and-hold yang disederhanakan Karena kondisi-kondisi pada frekuensi tinggi difilter seluruhnya oleh ZODH, maka (2.55) Untuk Ø kecil. Respon frekuensi loop dapat diperkirakan dengan menggunakan model pada gambar 23, dengan VCO sebagai satu-satunya komponen lain yang bergantung pada frekuensi di dalam loop. Dalam model ini, K dibangun berdasarkan perkalian factor A i phase detektor dengan gain yang terdapat pada loop. Model ini digunakan untuk menganalisa stabilitas loop dan karakterstik respon frekuensi pada chapter berikutnya Perbandingan PD Penggunaan phase detektor pada penerapannya bergantung pada banyak factor, termasuk di dalamnya harga, ukuran, kecepatan dan noise. Mixer doublebalanced memiliki performansi noise paling baik dari seluruh jenis PD, namun hanya mampu menghasilkan tegangan output mendekati 0.5 V. karena kebanyakan VCO membutuhkan tegangan input sebesar 2 sampai 10 V, PD ini akan membutuhkan amplifier, namun ini akan memperbesar noise juga yang menjadikan PD ini bukan pilihan terbaik. PD jenis ini biasanya diterapkan pada rangkaian yang membutuhkan pulling range VCO yang kecil, seperti ketika VCXO digunakan. Sample-and-hold discriminator bekerja pada frekuensi 20 sampai 100 KHz, tapi di atas range frekuensi ini akan terdapat terlalu banyak bocoran harmonisa. Apabila diinginkan kecepatan, biasanya dianjurkan phase detektor digital dengan menggunakan emitter-coupled logic (ECL) Voltage-Controlled Oscillator Voltage-Controlled Oscillator (VCO) merupakan unit non-linear yang akan membangkitkan suatu sinyal dimana frekuensinya ditentukan oleh besarnya tegangan control yang dimasukan pada VCO. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 24

23 VCO (voltage controlled oscillator) adalah osilator LC yang frekuensinya bias dikendalikan dari tegangan yang diberikan pada varaktor-nya. Varaktor adalah dioda yangbila diberi tegangan balik akan menjadi kapasitor, dimana nilai kapasitansinya tergantung dari tegangan yang diberikan padanya. Jadi dengan mengubah tegangan pada varaktor, frekuensi VCO akan berubah. Secara garis besar, VCO akan menghasilkan sinyal yang frekuensinya ditentukan dari bagian LF. Bagian LF mendapat masukan berupa perbedaan fasa antara sinyal masukan dengan sinyal keluaran PLL.Sehingga akan diperoleh sinyal keluaran yang frekuensinya 'terkunci' terhadap sinyal referensi di bagian masukan. Sementara itu nilai kapasitansi varaktor (maupun kapasitansi intrinsik dalam transistor) sangat mudah dipengaruhi oleh suhu. Inilah yang membuat frekuensi VCO mudah berubah (kurang stabil). PLL mempekerjakan dua jenis osilator itu (kristal dan VCO) sedemikian rupa sehingga menghasilkan frekuensi output yang stabil dan sekaligus mudah diubah-ubah (variabel). Caranya adalah dengan membagi frekuensi VCO dan kemudian membandingkannya dengan frekuensi referensi yang berasal dari osilator Kristal. Lebar frekuensi VCO ditentukan oleh karakteristik varaktor yang digunakan. Nilai kapasitansi varaktor dalam PLL ditentukan oleh tegangan error yang dihasilkan detektor fasa yang besarnya berkisar antara 0 5 volt, mengingat detektor fasa umumnya dibangun dari TTL (Transitor Transistor Logic) yang beroperasi pada tegangan 5 volt. Variasi tegangan error ini akan menentukan lebar frekuensi kerja VCO. Terkadang variasi tegangan 0 5 volt sering dirasa kurang. Untuk mendapatkan variasi tegangan yang lebih lebar (misalnya 0 15 Volt) dibutuhkan sebuah DC Amplifier sehingga akan diperoleh frekuensi kerja VCO yang lebih lebar. Rangkaian VCO (Voltage Control Oscillator) atau osilator terkendali adalah suatu rangkaian yang berfungsi menghasilkan gelombang output AC, biasanya gelombang kotak atau persegi, dimana frekuensi yang dihasilkan tergantung kepada tegangan input yang diberikan kepadanya. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 25

24 Jika sinyal input lemah, dan terganggu oleh noise, PLL tetap dapat mengunci sinyal dan menghasilkan sinyal output yang kuat dengan tanpa mengubah frekuensi. Rasio/perbandingan sinyal terhadap noise sangat diperbesar karena PLL juga menyaring noise diluar jangkauan penangkapan. Jika yang masuk sinyal termodulasi, maka outputnya akan berupa sinyal kontrol/sinyal pemodulasi. Kepentingannya ketika digunakan di dalam PLL. Point-point utama dari sebuah VCO yang digunakan dalam sistem PLL adalah sebagai berikut. 1. Frequency deviation. Capture range maksimum PLL sama besar dengan gain loop terbuka, akan menyediakan kemampuan deviasi frekuensi sebesar ini. Apabila lebih kecil, maka capture range PLL dibatasi oleh kemampuan maksimum frekuensi deviasi VCO. 2. Frequency stability. Apabila kestabilan pada frekuensi tinggi diperlukan, VCXO (Kristal VCO) biasa digunakan. Kestabilan frekuensi adalah kondisi yang paling penting pada frekuensi synthesizer. Namun VCXO memiliki deviasi frekuensi yang sempit dan tidak dapat mengikuti sinyal dengan deviasi frekuensi yang besar/lebar. 3. Modulation sensitivity. Sensitifitas modulasi K o harus tinggi. Perubahan kecil pada tegangan DC akan memberikan perubahan yang cukup besar pada frekuensi VCO. 4. Response. VCO harus dapat bereasksi cukup cepat sehingga tidak memengaruhi karakteristik kestabilan loop. Biasanya, kutub VCO berada di luar kutub dominan sistem. 5. Frequency-voltage characteristics. Nilainya harus linear. Toleransi kelinearitasan bergantung pada penggunaannya. PLL yang dibangun dengan mikroprosesor dapat menggunakan ADC untuk mengatasi sifat non-linear VCO. 6. Spectral purity. Tergantung kepada penggunaannya, output VCO sangat mendekati sinyal sinus, seperti pada analog frekuensi synthesizer. Pada penggunaan lain, output VCO dapat berupa rangkaian pulsa kotak. Sinyal error menyediakan indikasi pada apa yang terjadi dengan fasa input. Sinyal error ini seharusnya bernilai nol dan untuk mendapatkan nilai nol dapat Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 26

25 dilakukan pengubahan fasa sinyal kedua untuk sama dengan sinyal pertama. VCO yang digunakan untuk menghasilkan dapat digunakan untuk hal ini. Sesuai dengan namanya, VCO menghasilkan sinyal periodik yang frekuensinya berubah-ubah berdasarkan sinyal yang masuk. Apabila sinyal error bernilai nol, VCO akan menghasilkan sinyal dengan frekuensi tengah (frekuensi kerja). Tetapi apabila sinyal error tidak bernilai nol, sinyal output VCO akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan frekuensi yang bekerja pada VCO Low Pass Filter Filter adalah adalah sebuah rangkaian yang dirancang agar melewatkan suatu pita frekuensi tertentu dan menghilangkan sinyal lain di luar pita frekuensi yang diinginkan.pengertian lain dari filter adalah rangkaian pemilih frekuensi agar dapat melewatkan frekuensi yang diinginkan dan menahan (couple)/membuang (bypass) frekuensi lainnya. Filter yang digunakan dalam rangkaian PLL adalah low pass filter. Low pass filter (LPF) adalah filter yang melewatkan frekuensi yang berada di bawah frekuensi cut off. Rangkaian ini memiliki output tegangan DC yang terus naik sampai ke frekuensi cut off. Bersamaan dengan naiknya frekuensi diatas frekuensi cut off, tegangan outputnya diperlemah (turun).pada saat penguatan menurun, LPF berfungsi sebagai integrator. Filter pasif terdiri atas resistor, induktor, dan kapasitor. Frekuensi cutoff (fc) disebut juga frekuensi 0.707, frekuensi 3-dB, frekuensi pojok, atau frekuensi putus, dari LPF dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : F c = ½ phi R C (2.56) Low pass filter adalah filter yang melewatkan sinyal dengan frekuensi rendah dan menghilangkan sinal dengan frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cutoff. Filter RC digunakan untuk menghilangkan tegangan sinyal yang memiliki frekuensi dibawah frekuensi cutoff. Sistem radio menggunakan filter untuk menghilangkan/mem-blok harmonisa yang menyebabkan terjadi gangguan komunikasi atau noise. LPF yang ideal akan menghilangkan seluruh sinyal yang memiliki frekuensi di atas frekuensi cutoff. Respon frekuensi ini disebut fungsi rectangular. Daerah transisi tidak didapati pada filter yang ideal. Secara matematis, LPF ideal Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 27

26 didapatkan dengan mengalikan sinyal dengan fungsi rectangular pada domain frekuensi. Namun filter ideal tidak mungkin untuk dibuat. Bentuk respon LPF seperti ditunjukkan gambar di bawah ini. Contoh rangkaian LPF : Gambar 23. Respon frekuensi dari LPF Gambar 24. Low Pass Filter Terdapat berbagai macam rangkaian filter dengan respon frekuensi yang berbeda-beda pula. Respon frekuensi filter biasa ditampilkan dengan menggunakan Bode plot dan sebuah filter dibedakan berdasarkan karakteristik nilai frekuensi cutoffnya. Nilai frekuensi cutoff merupakan nilai frekuensi dimana filter memotong setengan nilai daya input atau sebesar 3 db. Orde filter ditentukan dari jumlah attenuasinya Loop Filter Loop filter yang digunakan adalah Low Pass Filter(LPF), biasanya pada orde pertama, tetapi filter dengan orde yang lebih tinggi kadang ditambahkan apabila diinginkan komponen AC pada output phase detektor. Konfigurasi jaringan tergantung pada apakah output PD dimodelkan sebagai sumber tegangan (low output impedance) atau sumber arus (high output impedance). Gambar 25a menunjukkan filter orde pertama yang dapat digunakan dengan output charge pump. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 28

27 Gambar 25(a). Filter orde pertama dengan output charge pump PD (b). Filter orde pertama dengan output tegangan PD Tegangan yang diberikan (2.57) di mana I(V) adalah amplitudo dari output PD. Gambar 25b menunjukkan sebuah filter aktif orde pertama, yang dapat digunakan dengan PD low output impedance. Fungsi transfer (2.58) adalah filter orde pertama dengan gain DC (2.59) yang dapat diatur sesuai dengan kinerja loop Aplikasi Phase Locked-Loop Tracking Filters PLL dapat mem-filter noise yang terdapat pada sinyal input (referensi). PLL akan mendeteksi frekuensi input selama perubahan yang terjadi tidak terlalu cepat. Fungsi transfer PLL adalah LPF kisaran frekuensi VCO, sesuai dengan frekuensi input. Rangkaian ini bukan merupakan filter linear, karena informasi pada semua amlplitudo hilang, tetapi rangkaian ini mengurangi fluktuasi frekuensi input. Ketika loop bekerja, fungsi transfer seperti pada persamaan (2.14) (biasanya nilai N = 1). Loop akan berfungsi sebagai BPF dengan frekuensi tengah sama dengan frekuensi refernsi input. Bandwith loop orde kedua seperti pada persamaan (2.23). dari persamaan ini dan persamaan (2.17) dapat dilihat bahwa besar bandwith. Bandwith loop tertutup berbanding lurus dengan akar dari bandwith loop filter Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 29

28 dikali konstan loop gain. Sangat mungkin loop terkunci (lock) pada frekuensi harmnisa atau sub-harmonisa loop, tergantung pada jenis PD dan VCO yang digunakan. Sebagai contoh, tipe mixing-pd, PLL akan lock pada frekuensi subharmonisa ketika output VCO berupa gelombang kotak. Kemampuan PLL untuk mengatur sendiri frekuensi tengahnya menjadi sama dengan frekuensi sinyal input menjadikan PLL solusi yang baik dalam permasalahan modulasi dan demodulasi Angle Modulation Sebuah PLL telah menyediakan rata-rata modulasi fasa dan secara tidak langsung modulasi frekuensi.gambar 26 menunjukkan PLL dengan penambahan sinyal modulasi sebelum LPF. Gambar 26. PLL dengan sinyal m(t) phase-modulating Apabila model linear diasumsikan sebagai loop, maka superposisi dapat digunakan untuk menemukan fasa output. (2.60) di mana M(s) adalah transformasi Laplace dari sinyal modulasi m(t). Pada frekuensi rendah (2.61) dan * + PLL berperan sebagai LPF persamaan (2.61) dapat dipenuhi pada frekuensi di antara bandwith loop. Pada wilayah frekuensi ini, fasa output dimodulasi oleh m(t) dan * + (2.62) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 30

29 Apabila fasa input tetap, frekuensi output akan berbanding lurus dengan derivative sinyal modulasi. Hal ini merupakan acuan sebagai indirect frequency modulation untuk membedakannya dari direct FM, di mana frekuensinya proporsional pada sinyal modulasi Frequency Demodulation Demodulator frekuensi yang biasa disebut diskriminator frekuensi adalah sebuah rangkaian yang secara langsung mengubah variasi frekuensi menjadi perubahan tegangan secara linear. Terdapat berbagai macam rangkaian yang digunakan dalam sistem telekomunikasi seperti konversi FM ke AM,balanced, phase-shift discriminator, dan modulator frekuensi Phase Locked-Loop. Input FM Phase Detector Low Pass Filter Sinyal Output Voltage Controlled Oscillator Gambar 27. Diagram Blok demodulator FM PLL Apabila PLL lock pada fekuensi input, kontrol tegangan VCO berbanding lurus dengan pergeserran frekuensi VCO dari frekuensi free-running-nya. Apabila frekuensi input bergeser, kontrol tegangan akan bergeser pula. Apabila sinyal input dimodulasi oleh frekuesi modulasi maka VCO akan mendemodulasi output. PLL dapat digunakan untuk mendeteksi sinyal FM narrowband maupun wideband (nilai deviasinya tinggi) seperti pada perangkat FM detektor lain. Apabila tegangan maksimum output PD adalah V V, maka nilai tegangan maksimum yang dapat diterapkan pada VCO adalah KV V, dimana K adalah gain DC dari LPF. Maka nilai deviasi frekuensi maksimum VCO adalah (2.63) Dengan mengasumsikan VCO linear terhadap range frekuensi. Apabila output PD dapat menyebar antara ± V V, nilai tracking range (TR) akan menjadi (2.64) Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 31

30 Nilai tracking range harus lebih besar dari deviasi frekuensi sinyal input. Demodulasi FM didapat dengan mengatur free-running frekuensi dari VCO menjadi sama dengan frekuensi tengah sinyal input. Metode pendeteksian ini kan mengasumsikan selubung gelombang sinyal input mempunyai nilai yang tetap. Untuk memastikan nilai amplitudo yang tetap, ditambahkan amplifier dan limiter pada rangkaian PLL. Cara kerja sebuah demodulator FM PLL sangat mudah untuk dipahami. Sinyal input FM dan sinyal output dari VCO diinputkan ke rangkaian phase detektor. Output phase detektor kemudian difilter dengan menggunakan sebuah Low Pass Filter, amplifier, kemudian digunakan untuk mengontrol VCO. Ketika tidak didapati carrier dari modulasi dan sinyal input FM berada di tengah bandwith filter (hanya gelombang carrier saja), tegangan VCO akan berada pada posisi tengah. Ketika terjadi deviasi dalam frekuensi carrier (terdapat modulasi), frekuensi VCO akan mengikuti sinyal input dalam rangka menjaga loop dalam kondisi lock. Hasil yang di dapat, nilai tegangan pada VCO berubah-ubah dan perubahan ini sebanding dengan perubahan carrier yang termodulasi.tegangan.yang bervariasi ini kemudian difilter dan diamplifier dalam rangka mendapatkan sinyal yang terdemodulasi. Fastaqimah Fii Amrillah ( ) 32

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi modul praktikum FM menggunakan PLL (Phase Locked Loop) sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septiandi mahasiswa Program Studi Teknik Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2012/2013 JUDUL ( FSK) FREQUENCY SHIFT KEYING GRUP 1 TELKOM 3D PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PHASE LOCKED LOOP DISKRET. oleh Joel Patra Tirtayasa NIM:

MODUL PRAKTIKUM PHASE LOCKED LOOP DISKRET. oleh Joel Patra Tirtayasa NIM: MODUL PRAKTIKUM PHASE LOCKED LOOP DISKRET oleh Joel Patra Tirtayasa NIM: 612011010 Skripsi Untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA 4.1 Amplitude Modulation and Demodulation 4.1.1 Hasil Percobaan Tabel 4.1. Hasil percobaan dengan f m = 1 KHz, f c = 4 KHz, A c = 15 Vpp No V m (Volt) E max (mvolt) E

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1Amplitude Modulation and Demodulation

BAB II DASAR TEORI. 2.1Amplitude Modulation and Demodulation BAB II DASAR TEORI 2.1Amplitude Modulation and Demodulation Modulasi adalah suatu proses dimana parameter dari suatu gelombang divariasikan secara proposional terhadap gelombang lain. Parameter yang diubah

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016 JUDUL AMPITUDE SHIFT KEYING GRUP 4 3A PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM 3.1. Perancangan Pedoman Praktikum Pada perancangan pedoman praktikum untuk mata kuliah Elektronika Telekomunikasi Analog terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Tujuan

Lebih terperinci

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK) BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK) Sigit Kusmaryanto http://sigitkus@ub.ac.id I Pendahuluan Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi pada sinyal pembawa sehingga menghasilkan sinyal termodulasi.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari BAB III PERANCANGAN ALAT Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari beberapa perangkat keras (Hardware) yang akan dibentuk menjadi satu rangkaian pemodulasi sinyal digital

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

Sistem Modulator dan Demodulator BPSK dengan Costas Loop

Sistem Modulator dan Demodulator BPSK dengan Costas Loop Sistem Modulator dan Demodulator BPSK dengan Costas Loop Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga budihardja.murtianta@staff.uksw.edu

Lebih terperinci

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PENGENALAN TEKNIK TELEKOMUNIKASI Modul : 08 Teknik Modulasi Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015 PengTekTel-Modul:08 PengTekTel-Modul:08 Apa itu Modulasi? Modulasi adalah pengaturan parameter

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Seminar Tugas Akhir Selasa, 24 Januari 2012 Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Riski Andami Nafa 2209106071 Pembimbing :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang... ABSTRAK Kemajuan teknologi sudah berkembang dengan pesat terutama dengan banyak terciptanya berbagai macam peralatan dalam bidang telekomunikasi yang salah satunya yaitu modem sebagai alat modulasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan maupun kepada semua pembaca.

KATA PENGANTAR. Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan maupun kepada semua pembaca. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dewasa ini dunia telekomunikasi berkembang sangat pesat. Banyak transmisi yang sebelumnya menggunakan analog kini beralih ke digital. Salah satu alasan bahwa sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan perangkat keras dari tugas akhir yang berjudul Penelitian Sistem Audio Stereo dengan Media Transmisi Jala-jala Listrik. 3.1.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan

BAB II DASAR TEORI. dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan BAB II DASAR TEORI Pemancar radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan gelombang elektromagnetik. Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Tinjauan Umum Alat Alat ini menggunakan system PLL hanya pada bagian pemancar, terdapat juga penerima, dan rangkaian VOX atau voice operated switch, dimana proses pengalihan

Lebih terperinci

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa

Teknik modulasi dilakukan dengan mengubah parameter-parameter gelombang pembawa yaitu : - Amplitudo - Frekuensi - Fasa BAB II PEMBAHASAN Modulasi adalah proses menumpangkan sinyal informasi kepada sinyal pembawa, biasanya berupa gelombang sinus berfrekuensi tinggi. Terdapat tiga parameter kunci pada suatu gelombang sinusoidal

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TELEKOMUNIKASI LAPORAN PERCOBAAN 8 PHASE LOCKED LOOP Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Elektronika Telekomunikasi Semester IV PEMBIMBING : Lis Diana Mustafa, ST. MT.

Lebih terperinci

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom

Amplitude Modulation. SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Amplitude Modulation SISTEM KOMUNIKASI Semester Ganjil 2016/2017 Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Apa itu Modulasi? Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (arrier)

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi alat sehingga memudahkan menganalisa rangkaian. Pengukuran dilakukan pada setiap titik pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS Untuk mengetahui apakah hasil rancangan yang dibuat sudah bekerja sesuai dengan fungsinya atau tidak, perlu dilakukan beberapa pengukuran pada beberapa test point yang dianggap

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Digital Signal Processing Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital yang merupakan alternatif dalam pengolahan sinyal analog telah diterapkan begitu luas. Dari

Lebih terperinci

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial

Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi Sudut / Modulasi Eksponensial Modulasi sudut / Modulasi eksponensial Sudut gelombang pembawa berubah sesuai/ berpadanan dengan gelombang informasi kata lain informasi ditransmisikan dengan perubahan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

BAB II NOISE. Dalam sistem komunikasi, keberhasilan penyampaian informasi dari pengirim

BAB II NOISE. Dalam sistem komunikasi, keberhasilan penyampaian informasi dari pengirim BAB II NOISE.1 Umum Dalam sistem komunikasi, keberhasilan penyampaian informasi dari pengirim (transmitter) kepada penerima (receiver) tergantung pada seberapa akurat penerima dapat menerima sinyal yang

Lebih terperinci

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB IV SINYAL DAN MODULASI DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dan carrier (gelombang pembawa) yang sesuai dengan aplikasi yang diterapkan.

BAB II DASAR TEORI. dan carrier (gelombang pembawa) yang sesuai dengan aplikasi yang diterapkan. BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Modulasi melibatkan dua buah sinyal, yaitu sinyal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Mekanik Ketinggian Level Air Transduser adalah alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Sebuah tranduser digunakan untuk mengkonversi suatu besaran

Lebih terperinci

MAKALAH PENGUAT DAYA

MAKALAH PENGUAT DAYA MAKALAH PENGUAT DAYA Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Komunikasi Disusun oleh: Shintya Yosvine Monro 111090109 FAKULTAS ELEKTRO DAN KOMUNIKASI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM BANDUNG

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter) BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulator 8-QAM Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM Dari blok diagram diatas dapat diuraikan bahwa pada modulator 8-QAM sinyal data yang dibangkitkan oleh rangkaian pembangkit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENELITIAN TERDAHULU Sebelumnya penelitian ini di kembangkan oleh mustofa, dkk. (2010). Penelitian terdahulu dilakukan untuk mencoba membuat alat komunikasi bawah air dengan

Lebih terperinci

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu TEKNIK MODULASI PRINSIP UMUM PRINSIP UMUM Bagian dari komunikasi Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu PRINSIP UMUM Modulasi merupakan suatu proses dimana informasi, baik berupa sinyal audio,

Lebih terperinci

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta MODULATOR DAN DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email: budihardja@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT

Modulasi Digital. Levy Olivia Nur, MT Modulasi Digital Levy Olivia Nur, MT Model Komunikasi Digital Sumber informasi Analog atau digital Format Simbol digital Modulator Channel Baseband atau bandpass Noise Tujuan Informasi Unformat Demodulat

Lebih terperinci

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny Modulasi Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal tersebut harus ditumpangkan pada sinyal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan teknologi semakin pesat, terutama dalam bidang komunikasi data. Komunikasi berarti pengiriman informasi dari pengirim ke penerima

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi

BAB II DASAR TEORI. sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi BAB II DASAR TEORI Modulasi adalah proses dimana parameter gelombang pembawa diubah sesuai dengan sinyal pemodulasinya. Modulasi ada dua macam, yaitu modulasi sinyal analog dan modulasi sinyal digital.

Lebih terperinci

TEKNIK MODULASI. Kelompok II

TEKNIK MODULASI. Kelompok II TEKNIK MODULASI Kelompok II Pengertian Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfrekuensi rendah Contoh

Lebih terperinci

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D.

Arie Setiawan Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Teknik Telekomunikasi Multimedia -Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya 2012 Arie Setiawan 2209106024 Pembimbing : Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M. Eng, Ph.D. Latar Belakang Indonesian

Lebih terperinci

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

BOBI KURNIAWAN, JANA UTAMA Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK PERANCANGAN RADIO PORTABEL UNTUK MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA BERBASIS FREKUENSI MODULASI (FM) DENGAN MENGGUNAKAN MP3, MEMORY CARD, KOMPUTER DAN LINE IN MICROPONE SEBAGAI MEDIA INPUT

Lebih terperinci

DATA ANALOG KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Transmisi Analog (Analog Transmission) Data Analog Sinyal Analog DATA ANALOG

DATA ANALOG KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T. Transmisi Analog (Analog Transmission) Data Analog Sinyal Analog DATA ANALOG Transmisi Analog (Analog Transmission) DATA ANALOG SINYAL ANALOG PROJECT KOMUNIKASI DATA DATA DIGITAL SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T DATE GENAP 2013/2014 MATERI 4. TRANSMISI ANALOG Data Analog Sinyal

Lebih terperinci

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com

MODULASI. Adri Priadana. ilkomadri.com MODULASI Adri Priadana ilkomadri.com Pengertian Modulasi Merupakan suatu proses penumpangan atau penggabungan sinyal informasi (pemodulasi) kepada gelombang pembawa (carrier), sehingga memungkinkan sinyal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1] BAB II DASAR TEORI 2.1. Receiver Penerima (Receiver) adalah sebuah alat yang menerima pancaran sinyal termodulasi dari pemancar (transmitter) dan mengubah sinyal tersebut kembali menjadi sinyal informasi

Lebih terperinci

DTG2F3. Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris

DTG2F3. Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG. By : Dwi Andi Nurmantris DTGF3 Sistem Komunikasi MODULASI ANALOG By : Dwi Andi Nurmantris Where We Are? OUTLINE MODULASI ANALOG 1. Penerapan Tranformasi Fourier dalam Sistem Komunikasi. Modulasi, Demodulasi, dan Kinerja Sistem

Lebih terperinci

Modulasi. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Modulasi. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Modulasi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto 1 AM Analog FM Modulasi PM ASK Digital ASK FSK PSK voltage Amplitudo, Frekuensi, Phase 180 0 +90 0 B A C -90 0 0 0 C A cycle (T) B 0 π 2π Amplitude (V) (t)

Lebih terperinci

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. 7. Modulasi. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016 TEE 843 Sistem Telekomunikasi 7. Modulasi Muhammad Daud Nurdin syechdaud@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016 Modulasi Prinsip Dasar Modulasi Modulasi Gelombang Kontinu Modulasi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan parameter dari

BAB II DASAR TEORI. Modulasi dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan parameter dari BAB II DASAR TEORI.1 Konsep Dasar Modulasi Digital Modulasi dapat didefinisikan sebagai proses pengubahan parameter dari gelombang pembawa (amplitudo, frekuensi dan fasa) oleh sinyal informasi. Modulasi

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KOMUNIKASI

BAB II SISTEM KOMUNIKASI BAB II SISTEM KOMUNIKASI 2.1 Sistem Komunikasi Digital Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk menyebarkan

Lebih terperinci

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A 1. Jelaskan jenis-jenis modulasi digital? 2. Apa keuntungan modulasi FM jika dibandingkan dengan modulasi AM? 3. Sebutkan interface mux SDH dan dapan menampung sinyal

Lebih terperinci

Rancang Bangun Demodulator FSK 9600 Baud untuk Perangkat Transceiver Portable Satelit IiNUSAT - 1

Rancang Bangun Demodulator FSK 9600 Baud untuk Perangkat Transceiver Portable Satelit IiNUSAT - 1 1/6 Rancang Bangun Demodulator FSK 9600 Baud untuk Perangkat Transceiver Portable Satelit IiNUSAT - 1 Muhamad Aenurrofiq Alatasy, Prof. Ir. Gamantyo H., M.Eng, Ph.D. Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 206/207 JUDUL SINGLE SIDEBANDD-DOUBLE SIDEBAND (SSB-DSB) GRUP 2 3C PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian BAB III PERANCANGAN Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian catu daya, modulator dan demodulator FSK, pemancar dan penerima FM, driver motor DC, mikrokontroler, sensor, serta

Lebih terperinci

MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP

MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP MODUL MODULATOR-DEMODULATOR BINARY PHASE SHIFT KEYING (BPSK) MENGGUNAKAN METODE COSTAS LOOP Oleh Arivia Aurelia Devina Pramono NIM : 612005004 Skripsi ini untuk melengkapi syarat-syarat memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang berfrekuensi tinggi sesuai sinyal informasi (pemodulasi) yang frekuensinya lebih rendah, sehingga

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying

Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Perancangan Sistem Modulator Binary Phase Shift Keying Deddy Susilo 1, Budihardja Murtianta 2, Arivia Aurelia Devina Pramono 3 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SENSOR MEKANIK KETINGGIAN LEVEL AIR Transduser adalah alat yang mengubah suatu energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Sebuah tranduser digunakan untuk mengkonversi suatu besaran

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 ET 3200

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 ET 3200 PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 4 ET 3200 PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii ATURAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan

BAB II DASAR TEORI Suara. Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan BAB II DASAR TEORI 2. 1 Suara Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitude tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun benda

Lebih terperinci

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A VI. ANALISA DATA Percobaan SSB dan DSB yang pertama sinyal audio dengan gelombang sinus 1kHz dan amplitudo 2Vpp dimodulasi dengan carrier. Sinyal audio digabung

Lebih terperinci

Praktikum Sistem Komunikasi

Praktikum Sistem Komunikasi UNIT V Modulasi BPSK dan DPSK 1. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital 2. Mengetahui jenis-jenis format data coding 3. Mampu memahami sistem komunikasi digital

Lebih terperinci

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 05 FILTER PASIF PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi

Lebih terperinci

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, http://sigitkus@ub.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kebutuhan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK

PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2008 PERANCANGAN DAN REALISASI PLL(88-108) MHZ DENGAN INDIKATOR LED SAAT DAERAH FREKUENSI LOCK DAN UNLOCK Gumilar Trisyana Putra¹, Budianto², Budi Prasetya³

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah teori catu

Lebih terperinci

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto Status Revisi : 00 Tanggal Pembuatan : 5 Desember 2014 MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Data dan Sinyal Data yang akan ditransmisikan kedalam media transmisi harus ditransformasikan terlebih dahulu kedalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bit 1 dan 0 akan diwakili oleh tegangan listrik dengan

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

1. Pengertian Penguat RF

1. Pengertian Penguat RF 1. Pengertian Penguat RF Secara umum penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam peralatan elektronik dibutuhkan suatu penguat yang dapat

Lebih terperinci

Oleh : Dalmasius N A P.

Oleh : Dalmasius N A P. PENGGUNAAN SCA PADA SISTEM PENYIARAN RADIO FM UNTUK PENGIRIMAN DATA TEKS Oleh : Dalmasius N A P. Nama : M. Khoirudin NPM : 1211050051 Fakultas Ilmu Komputer Program Studi Sistem Informasi Informatics And

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL DIBUAT OLEH: WAHYU PAMUNGKAS, ST LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI AKATEL SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2006 1 MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL SIFAT-SIFAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modulator FM

Rancang Bangun Modulator FM Rancang Bangun Modulator FM David Satria Efendi* Febrizal** Rahyul Amri** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau Kampus Binawidya Km 125 Simpang Baru Panam Pekanbaru

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Inverter dan Aplikasi Inverter daya adalah sebuah perangkat yang dapat mengkonversikan energi listrik dari bentuk DC menjadi bentuk AC. Diproduksi dengan segala bentuk dan ukuran,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter Dengan asumsi bahwa kelistrikan di Gedung Direktorat TIK UPI seimbang maka dalam penggambaran bentuk

Lebih terperinci

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi==

KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi== TRANSMISI DATA KONSEP DAN TERMINOLOGI ==Terminologi== Direct link digunakan untuk menunjukkan jalur transmisi antara dua perangkat dimana sinyal dirambatkan secara langsung dari transmitter menuju receiver

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja sistem, baik secara keseluruhan ataupun kinerja dari bagian-bagian sistem pendukung. Perancangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini membahas tentang pengujian alat yang dibuat, adapun tujuan pengujian tersebut adalah untuk mengetahui apakah alat yang telah dirancang berfungsi dan mengahasilkan keluaran

Lebih terperinci