KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL"

Transkripsi

1 KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 RINGKASAN HECKHEL. Kualitas Papan Semen Dari Kayu Acacia mangium Willd. Dengan Substitusi Fly Ash. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc. Papan semen partikel merupakan salah satu produk dari panil kayu yang berpotensi cukup besar untuk dikembangkan. Papan semen partikel adalah papan tiruan yang terbuat dari campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, semen dan bahan tambahan serta diberi perlakuan kempa dingin. Papan semen ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan produk biokomposit lainnya, antara lain : tahan terhadap serangan jamur, serangga dan api, serta memiliki stabilitas dimensi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas papan semen partikel dan mempelajari pengaruh substitusi semen dengan fly ash terhadap sifat fisis dan mekanisnya. Bahan yang digunakan adalah Acacia mangium Willd., semen Portland tipe I merk Holcim dan fly ash. Adonan pembuatan papan semen partikel terdiri dari semen, air dan partikel dengan perbandingan 2,5 : 1,25 :1,0. Taraf substitusi sebagian semen dalam penelitian adalah 5%, 10%, 20%, 50%. Suhu hidrasi terjadi akibat reaksi eksotermik antara semen dan air. Nilainya merupakan salah satu indikator kesesuaian kayu sebagai bahan baku papan semen partikel. Suhu dan waktu hidrasi dipengaruhi oleh zat ekstraktif sehingga zat ekstraktif dapat menghambat pengerasan semen. Pengaruh substitusi fly ash terhadap sifat fisis dan sifat mekanis papan semen partikel dianalisa menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa suhu hidrasi semakin naik dengan meningkatnya taraf semen tersubstitusi, kecuali pada taraf substitusi 50%. Tingkat semen tersubstitusi sampai dengan 50% menghasilkan suhu hidrasi yang tergolong sedang (36-41 C), berdasarkan penggolongan oleh LPHH Bogor. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa substitusi semen oleh fly ash berpengaruh nyata terhadap seluruh sifat fisis dan mekanis papan partikel semen yang dihasilkan. Kerapatan papan semen partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar JIS A 5417 (1992) dan Bison (1975). Sedangkan untuk kadar air, pengembangan linear, dan pengembangan tebal papan semen partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini hanya memenuhi standar JIS A 5417 (1992). Seluruh sifat mekanis (MOR, MOE, IB, kuat pegang sekrup) papan partikel semen hasil penelitian masih dibawah kualitas yang disyaratkan oleh standar JIS A maupun Bison (1975), kecuali pada MOE papan semen dengan taraf substitusi 0% sudah mencapai standar yang ditentukan oleh JIS A

3 THO Quality of Cement Bonded Particle Board From Acacia mangium Willd. Wood With Substitution of Fly Ash HECKHEL 1), DEDE HERMAWAN 2) Introduction: Cement bonded particle board is one kind of wood composite that has large potency to be developed. Cement bonded particle board made from mixture of wood particles or other lignocelluloses materials, cement and additives, and then cold pressed. Cement bonded particle board has many advantages compared to other biocomposite product, which are: resistance to fire, mold and insects, and also has high dimension stability. Hydration temperature happened because of exothermic reaction between cement and water. Hydration temperature is compatibility indicator between wood particle and cement. Hydration time and temperature are affected by extractives, because extractive can barrier cement hydration. The aims of this research was to find out the quality of cement bonded particle board and the effect of cement substitution with fly ash to board physical and mechanical properties. This research was doing during May-August 2006 period at bio-composite laboratory (Faculty of Forestry) and Energy Electrification Laboratory (Faculty of Agricultural Technology) IPB. Methods: Material that used was Acacia mangium Willd particle, type I Portland cement (with Holcim Brand) and fly ash. Cement bonded particle board was made from cement water and wood particle with comparison 2,5 : 1,0 : 1,25. This blending was matted with woody mat former with actual size 30 x30 cm. It should have covered with plastic and zinc mat all over the mat former. After the mat forming process, it continued with setting process. Setting process is a process with that formed blending and was given a specific pressure 35 Kg/cm 2, continues with oven process with 60 0 C for 24 hours. After the setting process, panel was removed from the oven. Plastic and zinc mat that covered the panels are released. Next process of making Cement bonded particle board was curing process. This process refers to panels curing that consist of two stages. The first stage was panel overlayed at room temperature for three weeks. The second stage was re-oven the panels at temperature ± 80 0 C for 10 hours. The last step of board making process was conditioning at room temperature for one week. Result and Discussion: Substituted cement level until 50% produced medium hydration temperature (36-41 C), based on LPHH Bogor classification. All Physical properties of cement bonded particle board (Density value, water content, linear swelling, thickness swelling) have fulfilled standard of JIS A 5417 (1992). Mechanical properties consisted Internal of Bond (IB) with value range from 1,04 2,43 kg/cm², Modulus of Elasticity (MOE) value range from kg/cm², Modulus of Rupture (MOR) value range from 17,18 58,73 kg/cm², screw hold strength value range from 14,43 25,69 kg. All Physical properties of cement bonded particle board was not fulfiled standard of JIS A 5417 (1992). Conclusion: Result of statistical analysis indicated that substitution cement by fly ash had an affect on physical and mechanical properties of cement bonded particle board. Advisor Department of Forest Product 1) Student of Department of Forest Product, Faculty of Forestry IPB 2) Lecturer of Department of Forest Product, Faculty of Forestry IPB Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc..

4 KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

5 Judul Skripsi : Kualitas Papan Semen dari Kayu Acacia mangium Willd. dengan Substitusi Fly Ash Nama Mahasiswa : Heckhel NRP : E Departemen : Hasil Hutan Disetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc. NIP Diketahui, Dekan Fakultas Kehutanan Insitut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. H.Cecep Kusmana, M.S. NIP Tanggal lulus : 08 Januari 2007

6 PRAKATA Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas segala nikmat dan karunia-nya, karena hanya dengan pertolongan-nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kualitas Papan Semen dari Kayu Acacia mangium Willd. dengan Substitusi Fly Ash. Skripsi ini memuat laporan penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui pengaruh subsitusi semen dengan fly ash terhadap kualitas papan semen yang dihasilkan. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapakan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu : 1. Keluarga tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa dan restu serta pengorbanan yang terbaik bagi putranya. 2. Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc. yang telah memberikan bantuan, arahan, nasihat dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Suwarno Sutarahardja sebagai dosen penguji wakil dari Departemen Manajemen Hutan yang telah memberikan nasihat, kritik dan saran yang membangun. 4. Bapak Dr. Ir. A. Machmud Thohari, DEA. sebagai dosen penguji wakil dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan yang telah memberikan kritik dan sarannya. 5. Teman-teman THH 39 (Indra, Chiput, Aconk, Ace, Ieka, dll.), THH 40 (Welly, Pupuy, Ina, Rico, dll.), keluarga besar Fahutan IPB, Teman Seperjuangan saya Sesar, teman-teman saya (Baby, Bonita, Wisnu, Videl, Adam, Dimas, ). Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi sumber informasi bagi yang menggunakannya. Bogor, Januari 2007 Penulis

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Maret Penulis merupakan anak tungal, buah hati pasangan Jackenad Muthian dan Helmy Rama Yanthie Jenjang pendidikan formal yang dilalui penulis adalah pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Polisi I bogor tahun , Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada SLTP Negeri V Bogor tahun dan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Bogor tahun Pada tahun 2002 penulis berhasil lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan. Tahun 2004 penulis mengambil Sub-Program Studi Pengolahan Hasil Hutan dan pada tahun 2005 memilih Biokomposit sebagai bidang keahlian. Pada tahun 2005 penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Getas (Jawa Timur), Cilacap, dan Batu Raden. Pada bulan Februari - Maret 2006 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di PT. Anditya Furniture, Bogor. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi dengan judul Kualitas Papan Semen Dari Kayu Acacia mangium Willd Dengan Subsitusi Fly Ash di bawah bimbingan Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc..

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 Hipotesa... 2 TINJAUAN PUSTAKA Papan Semen Partikel... 3 Semen... 5 Abu Terbang (Fly Ash)... 7 Pembuatan Papan Semen... 9 Sifat Fisis dan Mekanis Papan Semen Suhu Hidrasi Kayu Acacia mangium Willd METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metode Penelitian Standar Pengujian Papan Semen Partikel Rancangan Percobaan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu Hidrasi Sifat Fisis Papan Semen Partikel Kerapatan Kadar Air Pengembangan Linear Pengembangan Tebal Daya Serap Air Sifat Mekanis Papan Semen Partikel Keteguhan Patah atau Modulus of Rupture (MOR) Keteguhan Lentur atau Modulus of Elasticity (MOE) lkatan Dalam atau Internal Bond (IB) i

9 Kuat Pegang Sekrup KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Persyaratan standar papan semen partikel menurut Bison, Persyaratan standar papan semen partikel menurut JIS A Komposisi bahan kimia semen portland Komposisi bahan kimia penyusun fly ash Komposisi bahan untuk pengujian suhu hidrasi Komposisi bahan adonan dalam pembuatan papan semen partikel analisis sidik ragam sifat-sifat papan semen Suhu hidrasi semen pada berbagai macam adonan Hasil analisis kerapatan panil pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai kerapatan panil pada berbagai... taraf perlakuan Hasil analisis kadar air panil pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai kadar air panil pada berbagai... taraf perlakuan Hasil analisis pengembangan linear panil setelah perendaman 2 jam... pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis pengembangan linear panil setelah perendaman 24 jam... pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai pengembangan linear panil... setelah perendaman 2 jam pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai pengembangan linear panil... setelah perendaman 24 jam pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis pengembangan tebal panil setelah perendaman... 2 jam pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis pengembangan tebal panil setelah perendaman jam pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai pengembangan tebal panil... setelah perendaman 2 jam pada berbagai taraf perlakuan iii

11 20. Uji lanjut Duncan terhadap nilai daya serap air panil setelah perendaman 24 jam pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis daya serap air perendaman 2 jam... pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis daya serap air perendaman 24 jam... pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai daya serap air panil setelah... perendaman 2 jam pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai daya serap air panil setelah... perendaman 24 jam pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis MOR pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai MOR panil... pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis MOE pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai MOE panil... pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis IB pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai IB panil... pada berbagai taraf perlakuan Hasil analisis Kuat Pegang Sekrup pada berbagai taraf perlakuan Uji lanjut Duncan terhadap nilai kuat pegang sekrup panil... pada berbagai taraf perlakuan iv

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Alat ukur suhu hidrasi Pembuatan lembaran lapik menggunakan cetakan Pengempaan lapik dan sistem klem Alur proses pembuatan papan semen Pola pemotongan contoh uji menurut JIS A 5908 (1994) Pemberian beban dalam rangka uji MOE dan MOR Sketsa alat uji Internal Bond Sketsa pemasangan sekrup pada uji kuat pegang sekrup Kurva suhu hidrasi semen dalam berbagai taraf perlakuan Histogram kerapatan panil pada berbagai taraf perlakuan Histogram kadar air panil pada berbagai taraf perlakuan Histogram pengembangan linear panil setelah perendaman... pada berbagai taraf perlakuan Histogram pengembangan tebal panil setelah perendaman... pada berbagai taraf perlakuan Histogram daya serap air setelah perendaman... pada berbagai taraf perlakuan Histogram MOR panil pada berbagai taraf perlakuan Histogram MOE panil pada berbagai taraf perlakuan Histogram IB panil pada berbagai taraf perlakuan Histogram kuat pegang sekrup pada berbagai taraf perlakuan v

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pengukuran suhu hidrasi Nilai rata-rata kerapatan panil pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata kadar air panil pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata pengembangan linear setelah perendaman... 2 jam pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata pengembangan linear setelah perendaman jam pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata pengembangan tebal setelah perendaman... 2 jam pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata pengembangan tebal setelah perendaman... jam pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata daya serap air setelah perendaman 2 jam... pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata daya serap air setelah perendaman 24 jam... pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata keteguhan patah atau Modulus of Rupture... (MOR) pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata keteguhan lentur atau Modulus of Elasticity... (MOE) pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata Internal Bond (IB) pada berbagai taraf perlakuan Nilai rata-rata kuat pegang sekrup pada berbagai taraf perlakuan vi

14 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam upaya peningkatan pemanfaatan kayu secara efektif dan efisien untuk memenuhi permintaan akan produk kayu yang semakin bertambah dari tahun ke tahun, maka diperlukan terobosan baru dalam pengetahuan di bidang biokomposit. Salah satu produk biokomposit yang berpotensi untuk dikembangkan adalah papan semen partikel. Papan semen partikel adalah papan komposit yang terbuat dari campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, semen, air, dan bahan tambahan serta diberi perlakuan kempa dingin. Perbandingan antara jumlah partikel : semen adalah sekitar 1 : 2,75 (Bison, 1975) Kelebihan papan semen dibanding dengan produk biokomposit lainnya antara lain memiliki stabilitas dimensi yang tinggi, tahan terhadap serangan faktor perusak biologis seperti jamur dan serangga, dan tahan terhadap api. Sedangkan kelemahan dari papan semen partikel ini adalah mempunyai kerapatan yang tinggi sehingga sulit untuk dipotong dan dipasang, proses pembuatannya lama (±1 bulan), dan biayanya sangat dipengaruhi oleh harga semen. Kelemahan papan semen yang terakhir ini disebabkan karena semen sebagai bahan pengikat merupakan bagian dominan dari keseluruhan bahan pembuatan papan semen partikel. Kayu hanya menyusun kira-kira 27 % produk berdasarkan berat dan kurang dari 10% biaya pembuatan papan semen partikel. Salah satu upaya untuk mengurangi biaya pembuatan papan semen partikel adalah dengan menggunakan fly ash (abu terbang) sebagai bahan substitusi semen. Fly ash yang digunakan pada penelitian ini didapat dari Perusahaan Toba Pulp Lestari yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Fly ash atau biasa disebut boiler ash ini merupakan hasil dari proses pembakaran cangkang kelapa sawit. Tiap harinya dihasilkan kurang lebih 90 ton fly ash. Selama ini fly ash hampir tidak digunakan dan menumpuk sebagai limbah. Hal inilah yang memicu penulis untuk meneliti apakah fly ash ini dapat digunakan sebagai substitusi semen dalam pembuatan papan semen partikel, sehingga dapat mengurangi biaya pembuatan semen dan meningkatkan nilai tambah dari fly ash yang selama ini menjadi limbah di PT. Toba Pulp Lestari.

15 2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas papan semen partikel kayu Acacia mangium Willd. dan mempelajari pengaruh substitusi semen dengan fly ash terhadap sifat fisis dan mekanisnya. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi inspirasi dalam pengembangan dan kemajuan teknologi pembuatan papan semen. Hipotesa Substitusi sebagian semen dengan fly ash pada persentase tertentu berpengaruh pada sifat fisis dan mekanis papan semen partikel

16 TINJAUAN PUSTAKA Papan Semen Partikel Papan semen merupakan papan yang dibuat dari potongan kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dengan semen sebagai perekatnya. Papan buatan dengan perekat semen mempunyai sifat tertentu yang lebih baik dari papan buatan dengan perekat organik, karena lebih tahan terhadap serangga dan api sehingga tidak perlu lagi ditambahkan bahan pengawet. (Sutigno et al. 1977). Haygreen dan Bowyer (1989), menambahkan bahwa kelebihan papan semen lainnya adalah dapat disambung, disekrup, dipaku, dan dibor. Papan semen ini juga tidak menghasilkan bahan-bahan kimia berbahaya dan tidak berpengaruh pada kualitas udara di dalam ruangan (Pease, 1994). Standar penelitian ini menggunakan persyaratan standar sifat-sifat fisis dan mekanis papan semen partikel menurut paten (Bison, 1975) yang tercantum pada Tabel 1 dan Persyaratan sifat-sifat fisis dan mekanis papan semen partikel menurut standar JIS tahun 1992 yaitu Japanese Industrial Standard Cement Bonded Particle Board No. A yang tercantum pada Tabel 2. Tabel 1. Persyaratan standar papan semen partikel menurut Bison, 1975 Sifat-sifat papan Semen Standar Bison (1975) Kerapatan (g/cm 3 ) Maks 1,25 Kadar air (%) Pengembangan Tebal setelah direndam air selama 2 jam (%) 0,8-1,3 Pengembangan Tebal setelah direndam air selama 24 jam (%) 1,2-2,0 Pengembangan Tebal setelah direndam air selama 48 jam (%) 1,2-2,0 Daya Hantar panas (W/mK) ,26 Modulus elastisitas (MOE) (kg/cm 2 ) Modulus patah (MOR) (kg/cm 2 ) Keteguhan rekat internal (kg/cm 2 ) 4-6 Sumber: Bison (1975)

17 4 Tabel 2. Persyaratan standar papan semen partikel menurut JIS A Sifat Fisis dan Mekanis Papan Semen Nilai Kerapatan : panil kerapatan tinggi > 0,8 g/cm 3 Kadar Air Maks 16% Pengembangan Tebal untuk panil dengan tebal 12 mm toleransi tebal ± 1 mm (± 8,3%) Pengembangan Linear untuk panil dengan tebal 12 mm toleransi linear ± 1 mm (± 8,3%) Daya Serap Air - Internal Bonding - Modulus of Rupture (MOR) > 63 kg/cm 2 Modulus of Elastisity (MOE) > kg/cm 2 Sumber : JIS A Selain kelebihan-kelebihan papan semen yang telah dijabarkan sebelumnya, Papan komposit yang menggunakan bahan pengikat semen ini memiliki beberapa kekurangan seperti diantaranya memiliki kerapatan yang paling tinggi (1,25 g/cm 3 ) dibandingkan dengan papan partikel kerapatan sedang (0,4-0,8 g/cm 3 ) maupun papan partikel berkerapatan tinggi (0,8-1,05 g/cm 3 ) (Bison, 1975). Kerapatan yang tinggi ini menyebabkan papan semen partikel sulit dipotong dan dipasang sehingga menjadi penghambat dalam perkembangannya (Haygreen dan Bowyer, 1989) Sifat-sifat papan semen partikel ditentukan oleh dua komponen dasar, yaitu kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya dan semen sebagai bahan pengikatnya. Papan semen partikel ini bisa dilapisi dengan bahan lain yang mempunyai kekuatan yang baik (Bison, 1975). Sifat fisis dan mekanis papan semen yang terpenting adalah kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah, modulus elastisitas, dan keteguhan rekat internal. Sifat ini penting terutama untuk pemakaian struktural, seperti pelapisan atas lantai, dinding sisi dan bagian-bagian industri yang memerlukan kekuatan dan ketegaran (Haygreen dan Bowyer, 1989). Penggunaan akhir papan semen partikel antara lain untuk dinding bangunan pabrik, konstruksi bangunan tanpa tiang, peredam suara, dinding dan pagar taman, sebagai pengganti papan asbes dan pengganti kayu lapis.

18 5 Semen Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO 2 ), Aluminium Oksida (Al 2 O 3 ), Besi Oksida (Fe 2 O 3 ) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, lalu terbentuk clinker, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Semen sebagai bahan pengikat partikel mempunyai ketahanan yang istimewa terhadap perusakan dan pembusukan, serangga dan api, sehingga papan semen cocok untuk permukaan dinding-dinding eksterior dan interior (Haygreen dan Bowyer, 1989). Jenis-jenis semen menurut BPS adalah : Semen abu (portland cement) adalah bubuk/bulk berwarna abu kebirubiruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sampai dengan tipe V. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni. Semen sumur minyak (oil well cement) adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

19 6 Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras. Badan Standar Nasional (1994) mengolongkan semen Portland menjadi lima jenis, yaitu: Semen portland jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak membutuhkan persyaratan-persyaratan khusus seperti pada jenis-jenis yang lain Semen portland jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang Semen portland jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi Semen portland jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah Semen portland jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Semen portland sebagai perekat hidrolisis dapat mengeras apabila bersenyawa dengan air dan akan membentuk benda padat yang tidak larut dalam air. Jumlah air yang digunakan untuk sejumlah semen menentukan kualitas adukan campuran yang dihasilkan (Purwoko, 1980). Simatupang (1974) mengemukakan bahwa semen selain sebagai pengikat hidrolisis juga dapat berfungsi sebagai pengawet dan dapat mengurangi sifat mudah terbakar dari papan semen partikel. Secara umum komposisi bahan kimia yang terdapat dalam semen portland menurut Moslemi (1994) dapat dilihat pada Tabel 3.

20 7 Tabel 3. Komposisi bahan kimia semen portland Komposi bahan kimia Jumlah (%) Kapur (CaO) Silikat (SiO 2 ) Alumina (Al 2 O 3 ) 3,0-7,0 Besi oksida (Fe 2 O 3 ) 0,7-3,0 Magnesia (MgO) 1,5-7,2 Sulfur Trioksida (SO 3 ) 0,0-1,0 Soda (Na 2 O) 0,1-1,5 Potasium (K 2 O) 0,3-0,6 Sumber : Moslemi (1994) Mutu semen sebagai bahan pengikat sangat ditentukan oleh mutu ikatannya, sedangkan mutu ikatan semen ditentukan oleh jenis semen (Shreve dan Brink, 1977). Semen portland cenderung lebih tahan terhadap air dan sifat mengeras lebih cepat dibandingkan dengan jenis semen yang lain, sehingga umum dipakai dalam pembuatan papan semen partikel. Abu Terbang (Fly Ash) Abu terbang adalah abu sisa pembakaran batu bara yang dipakai dalam banyak industri. Komposisi bahan-bahan penyusunnya terdiri dari materialmaterial oksida anorganik yang mengandung silika dan alumina aktif, kuarsa, juga besi dan kapur yang cukup tinggi. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat. Tahun 1989, total abu yang dihasilkan dari pembakaran batu bara di seluruh dunia mencapai 440 miliar ton, sekitar 75 persen adalah abu terbang. Produsen utama adalah negara-negara bekas Uni Soviet (99 miliar ton), diikuti Cina (55 miliar ton), Amerika Serikat (53 miliar ton) dan India (40 miliar ton). Produksi abu ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Cina sendiri menghasilkan lebih dari 110 miliar ton abu di tahun 2000, dengan total produksi abu dunia tahun 2000 mencapai angka 661 miliar ton. Selama ini abu terbang tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja, sehingga memiliki potensi mencemari lingkungan. Tingkat pemanfaatan abu

21 8 terbang dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini sendiri, kalau tidak dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan. Pemanfaatan abu terbang akan mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan lingkungan, yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan sisa ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen portland dalam pembuatan beton. Selain lebih ramah lingkungan, mengurangi jumlah energi yang diperlukan karena berkurangnya pemakaian semen, lebih awet dan lebih murah, bahan ini juga tetap menunjukan perilaku mekanik yang memuaskan. Komposisi bahan kimia penyusun fly ash dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi bahan kimia penyusun fly ash Komposisi Bahan Kimia Jumlah Nitrogen (%) 0,12 Carbon organic (%) 0,65 Kalium(%) 36,17 Calsium (%) 5,95 Clorin (%) 0,15 Minyak (%) 0,014 Fosforus (ppm) 2357 Magnesium (ppm) 3619 Boron (ppm) 0,006 Cuprum (ppm) 34,48 Zincum (ppm) 57,39 Mangan (ppm) 6,5 Besi (ppm) 70,83 Fly ash yang digunakan dalam penelitian ini adalah fly ash (boiler ash) yang berasal dari PT. Toba Pulp Lestari. Fly ash ini merupakan hasil pembakaran cangkang kelapa sawit berupa partikel-partikel halus berwarna hitam. Setiap harinya boiler ash diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak di PT.Toba Pulp Lestari dan hanya sedikit yang digunakan sebagai pupuk dan media persemaian bagi tanaman Eucalyptus.

22 9 Pembuatan Papan Semen Partikel Tahap-tahap pembuatan papan semen partikel menurut paten (Bison, 1975) adalah sebagai berikut : 1. Persiapan flake (Flake Preparation) Sebelum dibuat flake, kayu dibersihkan dari kulit dan disimpan selama beberapa bulan untuk menyesuaikan kadar air sekaligus mengurangi zatzat penghambat ikatan antara semen dengan partikel-partikel kayu 2. Pembuatan partikel Kayu dipotong-potong menjadi ukuran 50 cm dengan chain saw, kemudian dimasukkan dalam flaker. Hasilnya berupa partikel berukuran panjang mm dengan tebal 0,2-0,3 mm. Partikel yang ukurannya lebih besar dari ukuran ini secara otomatis dipisahkan dan kemudian digiling kembali lalu disimpan dalam storage bin. 3. Pengendalian kadar air Pengukuran kadar air dilakukan di storage bin secara kontinyu. Variasi kadar air dikompensasi dengan cara penambahan air pada tahap pengolahan selanjutnya. 4. Penimbangan dan pembuatan adonan (proportion and mixing) Bahan-bahan dalam pembuatan papan semen partikel seperti semen, kayu, air, dan zat kimia tambahan dicampur dalam satu tangki pencampuran (mixing station). Semua bahan yang digunakan dalam pembuatan adonan ditimbang secara seksama. 5. Pembuatan lembaran (mats forming) Kualitas lapik dipengaruhi oleh toleransi ukuran tebal akhir panil, sehingga diperlukan toleransi penyebaran adonan secara merata diatas plat cetakan. Penyebaran adonan yang homogen dalam cetakan sangat berpengaruh terhadap kerapatan lapik. 6. Pembuatan (pressing) Tekanan yang dibutuhkan pada proses pengempaan sampai dengan 25 kg/cm 3. Tingkat tekanan tergantung pada ukuran dan ketebalan papan serta jumlah papan. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

23 10 7. Pengerasan awal, pematangan, dan pengkondisian (hardening, maturing, and conditioning) Pada pengerasan awal panil diberi tekanan dan panas yang dikontrol. Pemberian panas dilakukan selama 6-8 jam. Pematangan ikatan semen dengan partikel kayu memerlukan waktu minimal 18 hari. Setelah itu panil mencapai kekuatan yang optimal. Lembaran-lembaran panil ditumpuk di gudang atau diletakkan berdiri tegak dan diberi celah supaya sirkulasi udara baik, sehingga kadar air panil dengan lingkungan sesuai. 8. Penyelesaian (finishing) Penyelesaian dilakukan dengan cara pengamplasan panil pada satu sisi atau dua sisi sesuai dengan permintaan konsumen. Pengampelasan pada satu atau dua sisi harus memperhatikan tingkat ketebalan. Pada umumnya untuk meratakan tepi papan mengunakan, mesin pemotongan manual yang digunakan pada industri papan partikel. Terdapat terdapat dua alternatif ukuran panil yaitu x mm dan x mm. Ukuran ketebalan berkisar 8-40 mm dan kerapatan maksimum 1,250 kg/cm 3 untuk perbandingan partikel : semen adalah 1 : 2,75. (Bison, 1975). Hermawan (2001) menyatakan untuk memperbaiki kesesuaian kayu sebagai bahan baku papan papan semen dapat dilakukan melalui penyimpanan dan penggunaan mineral. Hasil penelitian Hermawan (2001) menyatakan bahwa pemberian gas CO 2 dan supercritical CO 2 setelah pengempaan ke dalam papan semen partikel mampu mempercepat proses pengerasan semen dan meningkatkan kualitas panil. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Semen Sifat fisis dan mekanis papan partikel yang terpenting adalah kerapatan, kadar air, pengembangan tebal, daya serap air, modulus patah, modulus elastisitas dan keteguhan rekat internal. Sifat ini penting terutama untuk pemakaian struktural seperti pelapisan, alas lantai, dinding sisi dan bagian-bagian industri yang memerlukan kekuatan dan ketegaran (Haygreen dan Bowyer, 1989).

24 11 Kerapatan Kerapatan merupakan sifat fisik yang menunjukan kekompakan ikatan partikel dalam suatu panel (Haygreen dan Bowyer, 1989). Kerapatan ratarata akhir papan lebih ditentukan oleh jenis bahan baku, jenis adonan, persiapan awal, pengeringan, kadar perekat dan katalisator (Sutini, 2003) Kadar air Kadar air merupakan sifat fisik yang menunjukan banyaknya air yang terdapat dalam panil (Haygreen dan Bowyer, 1989). Kadar air papan dipengaruhi oleh partikel, kerapatan, konfigurasi partikel, kadar perekatan dan katalisator (Sutini, 2003) Pengembangan tebal Perubahan dimensi papan partikel dalam hal ini ketebalan dapat menjadi penting dalam banyak pemakaiannya. Stabilitas dimensi papan akan rendah apabila pengembangan tebal papan tinggi. Pengembangan tebal seperti itu bukanlah suatu proses yang seketika tetapi membutuhkan waktu setelah papan menjadi basah (Haygreen dan Bowyer, 1989). Daya serap air Daya serap air merupakan sifat fisik yang mencerminkan kemampuan papan semen untuk menyerap air. Perbedaan daya serap papan terhadap air berhubungan dengan kerapatan papan yang berbanding terbalik dengan daya serap air. Semakin besar kerapatan papan maka makin kecil daya serapnya terhadap air (Haygreen dan Bowyer, 1989). Modulus patah Sifat ini adalah tingkat keteguhan papan semen dalam menerima beban tegak lurus terhadap permukaan papan. (Haygreen dan Bowyer, 1989). menyatakan semakin tinggi kerapatan partikel penyusunnya, maka akan semakin tinggi sifat keteguhan dari papan partikel yang dihasilkan. Modulus lentur Modulus lentur merupakan ukuran ketahanan terhadap pembengkokan. Berhubungan langsung dengan kekakuan gelagar yang juga merupakan suatu faktor untuk kekuatan atau tiang yang panjang (Haygreen dan Bowyer, 1989).

25 12 Keteguhan rekat internal Keteguhan rekat internal yaitu kekuatan tarik tegak lurus bidang panil. Keteguhan rekat merupakan ukuran tunggal terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan karena menunjukan kekuatan ikatan antara partikel-partikel (Haygreen dan Bowyer, 1989). Suhu Hidrasi Suhu hidrasi terjadi akibat reaksi eksotermik antara semen dan air. Nilainya merupakan salah satu indikator kesesuaian kayu sebagai bahan baku papan semen partikel. Suhu dan waktu hidrasi dipengaruhi oleh zat ekstraktif yang dapat menghambat pengerasan semen. Menurut Moslemi (1989), hardwood secara umum lebih menghambat hidrasi semen dibandingkan softwood. Hal ini diakibatkan besarnya jumlah kandungan hemisellulosa yang dapat larut dalam hardwood. Pengukuran suhu hidrasi mengacu pada metode Hermawan (2001) dilakukan dengan menggunakan kotak styrene foam yang kedap udara dimana kedalamnya dimasukkan suatu wadah (gelas plastik) berisikan adonan partikel, bahan pengikat (semen dan fly ash) dan air dengan tingkat perbandingan 1 : 13,3 : 6,65. Adonan yang telah diaduk sampai homogen didalam gelas plastik dihubungkan dengan recorder menggunakan termokopel, lalu kotak styrene foam ditutup rapat agar tidak ada panas yang keluar. Kenaikan suhu dicatat setiap jam terus menerus selama 24 jam dalam periode tertentu suhu maksimum akan tercapai dan setelah itu suhu akan turun kembali, suhu maksimum itulah yang dipakai sebagai ukuran suatu bahan bisa dipakai. Menurut Sandermann (1956) dalam Kamil (1970) suhu hidrasi lebih dari 60 o C adalah baik, o C sedang dan kurang dari 55 o C tidak baik. Akan tetapi menurut standar Puslitbang Hasil Hutan suhu hidrasi yang lebih dari 41 o C termasuk baik, o C sedang dan kurang dari 36 o C tidak baik (Kamil, 1970). Sandermann dan Kohler (1964) dalam Ernawati (1996) menyatakan bahwa perbedaan waktu hidrasi campuran semen dan kayu dengan waktu hidrasi semen menunjukan tingkat penghambat. Apabila nilai indeks penghambat untuk adonan semen saja nol, maka dengan semakin kecil nilai indeks penghambat suatu

26 13 bahan yang dicampurkan dengan semen maka semakin tinggi nilai kesesuaian bahan baku tersebut dan sebaliknya semakin besar nilai indeks penghambat maka semakin rendah nilai kesesuaian bahan baku tersebut. Kesesuaian kayu sebagai bahan baku papan partikel dapat dilihat dari nilai indeks penghambat (inhibitor index). Indeks penghambat dapat dihitung berdasarkan perbedaan waktu atau suhu hidrasi campuran semen dan partikel kayu dengan waktu atau suhu hidrasi semen yang menunjukan tingkat pengerasan semen (Hachmi et al. 1988). Rumus indeks penghambat adalah sebagai berikut : t t I = ' t ' ' T T ' T ' S S X100% ' S Keterangan : I = Indeks penghambat t = Waktu untuk mencapai suhu maksimum adonan partikel + semen t = Waktu untuk mencapai adonan semen T = Suhu hidrasi maksimum adonan partikel + semen T = Suhu hidrasi maksimum adonan semen S = Kemiringan suhu hidrasi maksimum adonan partikel + semen Cara lain yang digunakan untuk menentukan kesesuaian suatu jenis kayu sebagai bahan baku papan semen partikel adalah berdasarkan faktor kesesuaian (Ca-faktor), dengan rumus : Awc Ca faktor = x100% Anc Keterangan : Ca-faktor = Faktor kesesuaian Awc = Luas daerah dibawah kurva hidrasi campuran semen, partikel dan katalis Anc = Luas daerah dibawah kurva hidrasi semen dan air Apabila Ca-faktor lebih dari 68% tergolong baik, sedang bila berkisar antara 28 68%, dan tidak baik bila kurang dari 28% (Hachmi et al. 1988). Perbandingan antara semen dengan kayu dalam pengukuran suhu hidrasi sangat mempengaruhi suhu hidrasi maksimum yang dihasilkan. Semakin tinggi

27 14 kandungan semen akan menghasilkan suhu hidrasi maksimum yang tinggi, dan begitu pula sebaliknya (Hermawan, 2001). Kayu Acacia mangium Willd. Acacia mangium Willd. termasuk ke dalam famili Leguminoceae, subfamili Mimosoidae, dan ordo Rosales. Kayu ini mulai dikenal secara luas di Indonesia setelah jenis ini banyak digunakan dalam kegiatan reboisasi dan rehabilitasi lahan. Secara alami, jenis ini tumbuh di daerah tropis terutama di dataran rendah dan beriklim basah, dengan curah hujan tahunan bervariasi antara 1000 mm/th sampai lebih dari 4500 mm/th dan mempunyai suhu rata-rata pada bulan dingin o C (Dursalam, 1987 dalam Susilowati, 1998). Di Indonesia daerah sebaran alaminya meliputi Irian Jaya bagian Selatan, Kepulauan Aru (Maluku Selatan) dan Pulau Seram. Pada tanah yang cukup subur, jenis ini dapat mencapai tinggi 23 meter dengan diameter lebih dari 20 cm pada umur 9 tahun. Pemanfaatan kayu jenis pohon ini terutama ditujukan untuk penyediaan bahan baku industri pulp dan kertas serta produk biokomposit. Acacia mangium Willd. menghasilkan kayu padat berwarna coklat muda sampai coklat tua pada teras dan berwarna krem sampai kuning pada tebal gubal kecil. Di Jerman berhasil dicoba sebagai bahan baku papan partikel (Priasukmana dan Silitonga, 1972). Tidak semua jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan baku dalam produksi papan semen partikel hal ini terkait dengan kandungan zat ekstraktif yang dapat mengganggu pengerasan semen. Syarat bahan baku kayu untuk papan semen partikel adalah memilki kandungan gula maksimum 1%, tannin maksimum 2%, senyawa minyak atau lemak maksimum 3%, serat lurus dan plastis (Kliwon,1990). Uzair et. al. (1991) menyatakan bahwa kayu Acacia mangium Willd. yang berumur 5 tahun mengandung zat ekstraktif sebesar 3,00%; kelarutan zat-zat ekstraktif kayu Acacia mangium Willd. berumur 7 tahun dalam air dingin sebesar 3,35%; dalam air panas sebesar 4,67% dan dalam larutan NaOH 1% sebesar 14,49%.

28 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2006 sampai Agustus 2006, bertempat di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Keteknikan Kayu, Laboratorium Kimia Kayu (Fakultas Kehutanan) dan Laboratorium Energi dan Elektrifikasi (Fakultas Teknologi Pertanian) Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah partikel kayu Acacia mangium Willd., semen Portland tipe I merk Holcim, fly ash (abu terbang), dan air. Alat-alat yang digunakan antara lain: disk refiner, flaker, saringan 10 mesh, 80 mesh dan 100 mesh, sarung tangan, ember plastik, oven, desikator, timbangan, kaliper, sprayer, mikrometer sekrup, plat besi dan murnya, plat seng, gelas ukur, pengaduk, plastik transparan, lakban, kertas cor, cetakan kayu (30x30) cm, wadah uji suhu hidrasi, termokopel, recorder, UTM (Universal Testing Machine) merk Instron, dan alat tulis. Metode penelitian 1. Persiapan Bahan Bahan untuk pembuatan papan: Bahan yang digunakan untuk pembuatan papan berasal dari jenis kayu Acacia mangium Willd. Kayu diproses menjadi wafer berukuran (2x3) cm menggunakan mesin flaker. Kemudian wafer tersebut digiling menjadi partikel menggunakan mesin disk refiner lalu disaring, partikel yang dipakai adalah partikel yang tertahan pada saringan 10 mesh. Sebelum digunakan partikel terlebih dahulu direndam dalam air dingin selama 48 jam dan setiap 24 jam air diganti. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat ekstraktif yang ada pada kayu. Setelah direndam partikel dikering udarakan sampai mencapai kadar air kayu 30-35% setelah proses pengeringan ini partikel siap digunakan untuk bahan pembuatan papan.

29 16 Bahan untuk pengujian suhu hidrasi adalah Partikel kayu mangium yang dioven pada suhu 60º selama 24 jam. Setelah kering tanur partikel tersebut digiling sampai menjadi serbuk menggunakan mesin willey mill kemudian serbuk tersebut disaring menggunakan hammer mill. Serbuk kayu yang dipakai untuk pengujian suhu hidrasi adalah serbuk yang lolos pada saringan 80 mesh dan tertahan pada saringan 100 mesh. 2. Pengujian Suhu Hidrasi Bahan yang dipakai adalah serbuk kayu mangium, semen, fly ash, dan air. Adonan dibuat menjadi enam macam, yaitu: 1. Semen + air 2. Semen + air + serbuk kayu 3. Semen + air + serbuk kayu + fly ash tingkat substitusi 5% 4. Semen + air + serbuk kayu + fly ash tingkat substitusi 10% 5. Semen + air + serbuk kayu + fly ash tingkat substitusi 20% 6. Semen + air + serbuk kayu + fly ash tingkat substitusi 50% Perbandingan antara campuran (semen + fly ash) dengan serbuk kayu adalah 13,3 : 1,0. Sedangkan perbandingan antara campuran (semen + fly ash) dengan air adalah 2 : 1 (Hermawan, 2001). Adonan diaduk sampai homogen didalam gelas plastik, kemudian adonan dihubungkan dengan recorder menggunakan termokopel. Gelas plastik yang berisi adonan dimasukkan kedalam kotak styrene foam yang kedap udara. Suhu hidrasi tercatat secara otomatis selama 24 jam dengan interval waktu setiap menit. komposisi bahan untuk pengujian suhu hidrasi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi bahan untuk pengujian suhu hidrasi Taraf Semen Tersubstitusi (%) Bahan substitusi (g) Semen (g) Serbuk kayu (g) Air (g) ,5 5 6,7 126, , ,3 119, , ,6 106, , ,5 66, ,5

30 17 c a b e d Gambar 1. Alat ukur suhu hidrasi Keterangan : a. Styrene foam b. Adonan c. Termokopel yang dihubungkan dengan recorder d. Ruang kedap udara e. Wadah plastik 3. Pembuatan Papan Semen Papan semen partikel dibuat dengan perbandingan partikel kayu, semen dan air adalah 1,0 : 2,5 : 1,25. Bahan yang digunakan untuk substitusi semen adalah fly ash. Total berat adonan yang digunakan untuk membuat satu lembar panil ukuran 30 cm x 30 cm x 1,2 cm, dengan kerapatan sasaran papan semen sebesar 1,2 g/cm³ adalah 1296 g. Salah satu hal yang penting dalam pembuatan papan semen adalah kandungan air yang terdapat dalam partikel kayu karena akan mempengaruhi jumlah air yang ditambahkan pada campuran adonan. Kandungan air partikel mangium sebesar 25,47 %. Tahapan pembuatan adonan adalah sebagai berikut : Air disemprotkan secara merata pada partikel kayu, kemudian ditambahkan campuran bahan pengikat (semen + fly ash) lalu diaduk sampai seluruh bagian partikel kayu terlapisi oleh bahan pengikat. Komposisi bahan dalam pembuatan papan semen partikel dapat dilihat pada Tabel 6.

31 18 Tabel 6. Komposisi bahan adonan dalam pembuatan papan semen partikel Taraf Semen Tersubstitusi (%) Bahan substitusi (g) Semen (g) Serbuk kayu (g) Air (g) ,10 342,28 254, ,11 647,99 342,28 254, ,21 613,89 342,28 254, ,42 545,68 342,28 254, ,05 341,05 342,28 254,20 Dalam pengukuran berat bahan adonan ditambahkan spilasi sebesar 10 %, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi bahan adonan yang jatuh, menempel pada wadah, dan lain-lain. Pembuatan lembaran lapik dilakukan diatas plat besi yang dilapisi dengan kertas cor. Kegunaan kertas cor ini adalah agar papan semen mudah untuk diangkat dari plat besi. Pembuatan lembaran dilakukan dengan menggunakan bantuan cetakan berukuran 30 cm x 30 cm (dapat dilihat pada Gambar 2). Setelah itu lapik diberi tekanan awal (pre press) bersamaan dengan diangkatnya cetakan. Bagian atas lapik dilapisi kertas coran lalu ditaruh plat besi pasangannya. Lapik yang ada pada plat besi dimasukkan kedalam mesin kempa dingin dengan tekanan spesifik 35 kg/cm² sampai ketebalan 1,2 cm, sementara itu baut dikencangkan atau biasa disebut pengkleman (lihat Gambar 3). Setelah diklem plat besi yang berisi lapik dioven dengan suhu 60ºC selama 24 jam. Kemudian lapik dikeluarkan dari plat besi dan panil diletakkan di suatu ruangan untuk pengerasan lanjutan (curing) pada suhu ruangan selama tiga minggu. Setelah itu panil dikeringkan didalam oven pada suhu 80ºC selama 10 jam. Tahap akhir dalam proses pembuatan papan semen partikel yaitu pengkondisian pada suhu ruangan selama satu minggu, tujuannya adalah untuk menyamakan suhu panil dengan suhu ruangan. Proses pembuatan papan semen partikel secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 4. Papan semen partikel yang telah melewati fase pengkondisian dipotongpotong untuk dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanis papan yang dibuat. Pola pemotongan contoh uji standar JIS A dapat dilihat pada Gambar 5.

32 19 a b d c Gambar 2. Pembuatan lembaran lapik menggunakan cetakan Keterangan : a. Adonan dimasukkan b. Cetakan berukuran 30 cm x 30 cm c. Plastik cor d. Plat besi b a c d e g Gambar 3. Pengempaan lapik dan sistem klem h f

33 20 Keterangan : a. Arah tekanan b. Plat besi bagian atas c. Lubang sekrup d. Adonan e. Ganjal I dengan tebal 1,2 cm f. Plastik cor g. Ganjal II dengan tebal 1,2 cm h. Plat besi bagian bawah Semen : Partikel : Air 2,5 : 1,0 : 1,25 Kempa Dingin Tekanan 35 Kg/cm 2 Pengerasan Awal (Setting ± 60 0 C, 24 Jam) Pengerasan Lanjutan (Curing 3 Minggu, Suhu Kamar) Pengeringan (Suhu ± 80 0 C, 10 Jam) Pengkondisian 1 Minggu Gambar 4. Alur proses pembuatan papan semen

34 Gambar 5. Pola pemotongan contoh uji menurut JIS A Keterangan Gambar : 1. Contoh uji kerapatan dan kadar air, berukuran 10 cm x 10 cm. 2. Contoh uji pengembangan linear, tebal dan daya serap air, berukuran 5 cm x 5 cm. 3. Contoh uji modulus patah dan modulus elastisitas, berukuran 5 cm x 20 cm. 4. Contoh uji keteguhan rekat internal, berukuran 5 cm x 5 cm. 5. Contoh uji kuat pegang sekrup, berukuran 4 cm x 7,5 cm. 4. Pengujian Papan Semen Partikel a. Sifat Fisis Papan Semen Partikel a.1. Kerapatan Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya, lalu diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan volumenya. Jumlah contoh uji kerapatan tiap papan adalah 2 buah. Kerapatan papan semen dihitung menggunakan rumus: Berat( gr) Kerapa tan = 3 Volume( cm )

35 22 a.2. Kadar Air Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm. Contoh uji ditimbang kemudian dioven dengan suhu 103 ± 2 0 C selama 24 jam sampai beratnya konstan. Nilai kadar air papan dapat dihitung dengan rumus : Keterangan : BA : Berat Awal (g) BKO : Berat Kering Oven (g) BA BKO Kadar air = x100% BKO a.3. Pengembangan Linear Dan Tebal Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm diukur dimensinya pada kondisi kering udara. Dimensi lebar diukur pada kedua sisinya kemudian dirata-ratakan, sedangkan tebal diukur pada pusat contoh uji, selanjutnya contoh uji direndam dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam, kemudian diukur kembali dimensinya. Nilai pengembangan tebal dan linear papan dapat dihitung dengan rumus: Pengembangan = D D D 1 0 x 0 100% keterangan : D 0 : Dimensi awal (cm) D 1 : Dimensi akhir (cm) a.4. Daya Serap Air Pengujian daya serap air dilakukan bersamaan dengan pengujian pengembangan linear dan tebal. Contoh uji ditimbang kemudian direndam dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam, kemudian contoh uji ditimbang kembali. Nilai daya serap air dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

36 23 keterangan : B1 : Berat Awal (g) B2 : Berat Akhir (g) Daya Serap Air = B B B 2 1 x 1 100% b. Sifat Mekanis Papan Semen Partikel b.1. Keteguhan Patah Atau Modulus of Rupture (MOR) Pengujian dilakukan dngan menggunakan alat universal testing machine (UTM). Contoh uji berukuran 5 cm x 20 cm pada kondisi kering udara dibentangkan dengan jarak sangga 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm (seperti tertera pada Gambar 6) dan kemudian pembebanan dilakukan di tengah-tengah jarak sangga. Nilai MOR dihitung dengan menggunakan rumus: 3PL MOR = 2 2bh Keterangan : MOR : Modulus patah (kg/cm 2 ) P : Beban sampai patah (kg) L : Panjang Bentang (cm) L1 = L2 : Setengah jarak sangga b : Lebar contoh uji (cm) h : Tebal contoh uji (cm) P h b L1 L2 L Gambar 6. Pemberian beban dalam rangka uji MOE dan MOR

37 24 b.2. Keteguhan Lentur Atau Modulus Of Elastisity (MOE) Pengujian MOE dilakukan bersamaan dengan pengujian MOR (lihat Gambar 6), pada saat pengujian besarnya defleksi dicatat pada setiap selang beban tertentu. Nilai MOE dihitung dengan menggunakan rumus berikut : MOE = 3 ΔPL 4Δybh Keterangan : MOE : Modulus lentur (kg/cm 2 ) ΔP : Perubahan beban yang digunakan (kg) L : Jarak sangga (cm) b : Lebar contoh uji (cm) h : Tebal contoh uji (cm) Δy : Perubahan defleksi pada setiap perubahan beban (cm) 3 b.3. Ikatan Dalam Atau Internal Bond (IB) Contoh uji 5 cm x 5 cm direkatkan pada dua blok besi dengan perekat epoxy dan dibiarkan mengering selama 24 jam (Gambar 7). Kedua blok besi ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai beban maksimum (contoh uji rusak). Nilai keteguhan rekat internal dapat dihitung dengan menggunakan rumus: IB = P A Keterangan: IB : Keteguhan rekat internal (kg/cm 2 ) P : Beban maksimum saat ikatan partikel lepas (kg) A : Luas permukaan contoh uji (cm 2 )

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL KUALITAS PAPAN SEMEN DARI KAYU Acacia mangium Willd. DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH HECKHEL DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 RINGKASAN HECKHEL. Kualitas Papan Semen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO

PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

PEMBUATAN PAPAN SEMEN GYPSUM DARI KAYU Acacia mangium Willd HENDRIK

PEMBUATAN PAPAN SEMEN GYPSUM DARI KAYU Acacia mangium Willd HENDRIK PEMBUATAN PAPAN SEMEN GYPSUM DARI KAYU Acacia mangium Willd HENDRIK DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 RINGKASAN HENDRIK. Pembuatan Papan Semen Gypsum Dari Kayu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai Agustus 2011. Pemotongan kayu dilakukan di Work Shop Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis Papan Semen 4.1.1. Kadar Air Nilai rata-rata kadar air papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 7. 12 Kadar air (%) 9 6 3 0 JIS A5417 1992:

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekam Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Sel-sel sekam yang telah masak

Lebih terperinci

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI RASIO BAHAN BAKU DAN TARGET KERAPATAN Oleh: Yunida Syafriani Lubis 111201033 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,

Lebih terperinci

PEMBUATAN PAPAN SEMEN DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera L.) HERDIYAN SETIADHI

PEMBUATAN PAPAN SEMEN DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera L.) HERDIYAN SETIADHI PEMBUATAN PAPAN SEMEN DARI SABUT KELAPA (Cocos nucifera L.) HERDIYAN SETIADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN HERDIYAN SETIADHI. Pembuatan Papan Semen

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

Sifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan

Sifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan PARDOMUAN SJDABUTAR. E02495009. Pengaruh Macam Dan Kadar Katalis Terhadap Sifat Papan Semen Partikel Acacia nrangirtm Willd., Dibawah Bimbingan Ir. Bedyaman Tambunan dan Ir. I.M. Sulastiningsih MSc. Papan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan partikel yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal. Sifat mekanis papan partikel yang diuji meliputi Modulus of Elasticity

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 )

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI TIGA JENIS BAMBU DENGAN PENAMBAHAN KATALIS MAGNESIUM KLORIDA (MgCl 2 ) SKRIPSI Oleh: Irvan Panogari Sibarani 071203007/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokompsit Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kekuatan Bahan dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2012 Juli 2012. Dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Laboratorium Rekayasa Departemen Hasil Hutan,

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL SKRIPSI Oleh: RIZQI PUTRI WINANTI 111201013 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit

Lebih terperinci

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA SKRIPSI MARIA YUNITA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG HASIL PENELITIAN Oleh: Satria Muharis 071203013/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA HASIL PENELITIAN Oleh: Zul Rahman Arief 061203037 / Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai Juli 2008. Pembuatan OSB dilakukan di Laboratorium Biokomposit, pembuatan contoh uji di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Produk Majemuk Kelompok Peneliti Pemanfaatan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.

Lebih terperinci

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 48 4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 4.1 Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kekuatan papan yang dihasilkan masih rendah utamanya nilai MOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4.1 Geometri Strand pada Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2012 Agustus 2012. Dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Departemen

Lebih terperinci

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI 1 VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI SKRIPSI ANDRIAN TELAUMBANUA 111201059/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

Karakteristik Fisis dan Mekanis Papan Semen Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolacea Widjaja) dengan Dua Ukuran Partikel

Karakteristik Fisis dan Mekanis Papan Semen Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolacea Widjaja) dengan Dua Ukuran Partikel Karakteristik Fisis dan Mekanis Papan Semen Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolacea Widjaja) dengan Dua Ukuran Partikel Physical and Mechanical Characteristics of Cement Board Bamboo Hitam (Gigantochloa

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara ERICK MARTHIN GULTOM (061203028) KEHUTANAN 2010 KUALITAS PAPAN PLASTIK KOMPOSIT PADA BERBAGAI TINGKAT PENDAURULANGAN PLASTIK ERICK MARTHIN GULTOM 061203028 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 1 strand

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN : SINTESIS DAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN SABUT KELAPA Erwan 1), Irfana Diah Faryuni 1)*, Dwiria Wahyuni 1) 1) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT SKRIPSI Oleh Ance Trisnawati Gultom 061203040/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B) PENGARUH UKURAN.. (19) 1-19 PENGARUH SUSUNAN PARTIKEL TERHADAP SIFAT MEKANIK (MoE dan MoR) PAPAN SEMEN PARTIKEL KAYU ULIN (Eusidexylon zwageri T.Et.B) Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan kayu semakin meningkat dengan semakin berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fakta menunjukkan, besarnya laju kerusakan hutan di Indonesia menyebabkan industri

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan

Lebih terperinci

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 77 6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 6.1 Pendahuluan Pengempaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas papan yang dihasilkan (USDA, 1972). Salah satu hal

Lebih terperinci

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE)

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE) KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE) SKRIPSI Oleh: Reymon Fernando Cibro 071203026/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian 23 MATERI DAN METODE Materi Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di aboratorium Biokomposit, aboratorium Keteknikan Kayu dan aboratorium Kayu Solid, Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Lebih terperinci

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1)

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1) 69 UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT Ninik Paryati 1) 1) Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi Telp. 021-88344436 e-mail: nparyati@yahoo.com

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT HASIL PENELITIAN Oleh: Desi Haryani Tambunan 061203010/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian

Lebih terperinci

PAPAN SEMEN-GYPSUM DARI CORE-KENAF (Hibiscus cannabinus L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGERASAN AUTOCLAVE

PAPAN SEMEN-GYPSUM DARI CORE-KENAF (Hibiscus cannabinus L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGERASAN AUTOCLAVE 12 PAPAN SEMEN-GYPSUM DARI CORE-KENAF (Hibiscus cannabinus L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGERASAN AUTOCLAVE Cement-Gypsum Board from Core-Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Using Curing AutoclaveTechnology Rohny

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki daur hidup yang sangat singkat, dihargai hanya selama proses distribusi

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki daur hidup yang sangat singkat, dihargai hanya selama proses distribusi TINJAUAN PUSTAKA Kertas Kardus Kardus atau Corrugated Paper sebagai sebuah bahan dasar kemasan memiliki daur hidup yang sangat singkat, dihargai hanya selama proses distribusi produk dari produsen kekonsumen

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat (semen). Beton mempunyai karakteristik tegangan hancur tekan yang

Lebih terperinci

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN 1 PENGUJIAN SIFAT MEKANIS PANEL STRUKTURAL DARI KOMBINASI BAMBU TALI (Gigantochloa apus Bl. ex. (Schult. F.) Kurz) DAN KAYU LAPIS PUJA HINDRAWAN DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Ira Lestari Simbolon 1, Tito Sucipto 2, Rudi Hartono 2 1 Alumni Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl.

Ira Lestari Simbolon 1, Tito Sucipto 2, Rudi Hartono 2 1 Alumni Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Pengaruh Ukuran Partikel dan Komposisi Semen- Partikel terhadap Kualitas Papan Semen dari Cangkang Kemiri (Aleurites Moluccana Wild) ( Effect of Particle Size and Composition of Particles cement for quality

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD

PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD i PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult.

PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult. PENGARUH PANJANG PARTIKEL TERHADAP KUALITAS ORIENTED PARTICLE BOARD DARI BAMBU TALI (Gigantochloa apus J.A & J.H. Schult. Kurz) SKRIPSI Oleh: RICKY HALOMOAN GEA 111201132/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN KONSENTRASI CaCl 2

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN KONSENTRASI CaCl 2 KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH INDUSTRI PENSIL DENGAN BERBAGAI KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN KONSENTRASI CaCl 2 SKRIPSI Fatmala Salmah 111201001 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Andi Aulia Iswari Syam un 1, Muhammad Agung 2 Endang Ariyanti

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN GIPSUM DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN VARIASI KADAR GIPSUM

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN GIPSUM DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN VARIASI KADAR GIPSUM SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN GIPSUM DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN DAN VARIASI KADAR GIPSUM SKRIPSI Oleh : FAUZAN KAHFI 031203035 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PAPAN PARTIKEL 2.1.1 Definisi dan Pengertian Papan partikel adalah suatu produk kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara massa per volume yang berhubungan dengan distribusi partikel dan perekat dalam contoh

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN SEMEN-GIPSUM Meri Darmawi, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil olahan sesuai dengan SNI 03-6820-2002. Riyadi (2013) pada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu bahan kontruksi yang banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern. Beton sangat banyak digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam zaman modern ini terdapat 3 bahan struktur bangunan yang utama yaitu kayu, baja dan beton. Dan sekarang ini pertumbuhan dan perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius. Bahkan di wilayah yang seharusnya belum menjadi masalah telah menjadi masalah. Yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan November 2010 di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Millenium yang ketiga ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari Beton. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan, [ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Jenis kayu yang dipakai dalam penelitian ini adalah kayu rambung dengan ukuran sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini

BAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian di laksanakan bulan September - November 2016. Penelitian ini akan dilakukan di Work Shop (WS) dan Laboratorium Teknonologi Hasil Hutan (THH) Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan. 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.1.1 Kerapatan Sifat papan yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kerapatan. Dari pengujian didapat nilai kerapatan papan berkisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4.1. Sifat Fisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan laminasi pada dasarnya dipengaruhi oleh sifat bahan dasar kayu yang digunakan. Sifat fisis yang dibahas dalam penelitian ini diantaranya adalah

Lebih terperinci

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20

17 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(1), 16-20 KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN POLYETHYLENE (PE) DAUR ULANG THE QUALITY OF COMPOSITE BOARD MADE OF WASTE OIL PALM STEM (Elaeis guineensis Jacq) AND

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI SEKAM PADI (Oryza sativa Linn) RATU FORTUNA

KUALITAS PAPAN SEMEN DARI SEKAM PADI (Oryza sativa Linn) RATU FORTUNA KUALITAS PAPAN SEMEN DARI SEKAM PADI (Oryza sativa Linn) RATU FORTUNA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRACT INTRODUCTION: Recently, plenty of waste of paddy as

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block II. TINJAUAN PUSTAKA A. Paving Block 1. Definisi Paving Block Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. 2: 75-79 ISSN: 1412-7784 Tersedia Online: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND

Lebih terperinci

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT Abdul Halim, M. Cakrawala dan Naif Fuhaid Jurusan Teknik Sipil 1,2), Jurusan Teknik Mesin 3), Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK

Vol.17 No.1. Februari 2015 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK PENGARUH PENGGUNAAN FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN PAVING BLOCK Oleh: Mulyati*, Saryeni Maliar** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ** Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS ALUMUNIUM SULFAT SKRIPSI Oleh: Dedi Saputra 061203015/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan pembangunan perumahan, perhubungan dan industri berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan-bahan pendukungnya. Beton merupakan salah satu bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai bulan Februari 2009. Tempat pembuatan dan pengujian glulam I-joist yaitu di Laboratorium Produk

Lebih terperinci