ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN"

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005) Oleh ANUGERAH DEWI P. S. H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 RINGKASAN ANUGERAH DEWI P. S. H Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005). Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat mempertahankan eksistensinya. Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, salah satunya kinerja keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi, (2) Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan sebelum merger dan akuisisi, (3) Menganalisisi kondisi kinerja keuangan perusahaan sesudah merger dan akuisisi, (4) Menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Objek penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun Berdasarkan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, diperoleh tiga perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan pada periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over. Selanjutnya digunakan uji beda paired sample t test untuk mengetahui ada tidaknya dampak akuisisi terhadap kinerja keuangan. Alasan merger dan akusisi yang dilakukan perushaan berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan keadaan perusahaan sampel. Begitu juga dengan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda-beda untuk tiap perusahaan. Dari hasil analisis deskriptif pada rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi maka dapat terlihat beberapa perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan pada nilai rata-rata setiap rasio, nilai maximum, nilai minimum, serta standar deviasi dari rasio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Selanjutnya untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dilakukan uji paired sample t test dengan SPSS 17. Dari hasil pengujian dengan membandingkan kinerja keuangan 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada taraf signifikan 95% (α=0.05). Kata Kunci: Merger, Akuisisi, Kinerja Keuangan

3 ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh ANUGERAH DEWI P. S. H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

4 Judul Skripsi : Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005) Nama : Anugerah Dewi P. S. NIM : H Menyetujui, Pembimbing (Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP : Mengetahui, Ketua Departemen (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Anugerah Dewi Permata Sary yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember Penulis merupakan anak ke dua dari pasangan Alm. Bapak Wito dan Ibu Giyanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Cipadu 1 Tangerang pada tahun 2002, pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 245 Jakarta pada tahun 2005 dan pendidkan menengah atas di SMA Negeri 6 Jakarta pada tahun Setelah itu penulis melanjutkan studi untuk jenjang stara satu di Institut Pertanian Bogor. Penulis memulai studinya di tahun 2008 pada Mayor Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh masa studinya di IPB, penulis aktif di beberapa organisasi dan ikut serta menjadi panitia dalam beberapa acara kepanitiaan yang diselenggarakan oleh BEM FEM IPB dan BEM KM IPB. Penulis aktif sebagai staff Direktorat Public Relation Center of Management (COM@) ( ). Di tahun berikutnya penulis menjabat sebagai Dewan Komisaris Center of Management (COM@) ( ). Selain aktif pada himpunan profesi, penulis juga aktif dalam unit kegiatan mahasiswa International Association of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS). Di organisasi ini penulis menjabat sebagai Head of Human Resources Develompent Department ( ). iv

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini membahas mengenai dampak merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan terhadap kinerja keuangannya. Dampak merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan dilihat dari perubahan kinerja keuangan setelah merger dan akuisisi yang di proyeksikan ke dalam empat rasio yaitu, current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan total asset turn over yang masing masing mewakili rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Demikian skripsi ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Bogor, Maret 2012 Penulis v

7 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, masukan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan ucapan terimakasih kepada: 1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM dan Ibu Dra. Siti Rahmawati M.Pd selaku dosen penguji sidang yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen. 4. Seluruh Dosen Departemen Manajemen beserta Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu. 5. Kedua orang tua penulis yang telah mendidik, memberi kasih sayang, doa serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Serta Eko yang telah memberikan bantuan yang tak terhitung nilainya. 6. Iqdam Nadirman yang selalu memberikan motivasi, semangat, kesabaran dan dukungan kepada penulis. 7. Sahabat sekaligus keluargaku di Putri Bunda, Dina, Mutia, Mafia, Aysri, dan Gita. Terimakasih atas kehangatan keluarga, pertolongan, dan keceriaan yang selalu kalian berikan. 8. Sahabat-sahabatku di Manajemen 45, Risya, Amel, Ida, Fitri, Regi dan Oca. Terimakasih untuk keceriaan dan kebersamaanya selama ini. 9. Sahabat-sahabat tersayangku Debby, Bunga, Riris, Duma dan Tri yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 10. Teman-teman Center of Management dan IAAS. Terimakasih untuk kekeluargaan dan teamwork selama berada di organisasi tersebut. vi

8 11. Teman-teman satu bimbingan, Ida, Nabila, Anggara, Fuji sebagai tempat bertukar pendapat dan ilmu serta selalu memberikan semangat untuk berjuang bersama sampai akhir. 12. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. vii

9 RINGKASAN DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... Halaman UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Merger dan Akuisisi Pengertian Motif Merger dan Akuisis Jenis Merger Analisis Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan Pengertian Analisis Laporan Keuangan Tujuan Analisis Jenis laporan Keuangan Metode dan Teknik Analisis Analisis Rasio Keuangan Pengertian, Tujuan, dan Klasifikasi Rasio Keunggulan Analisis Rasio Uji Normalitas Data Uji Paired Sample T Test Penelitian Terdahulu III. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Variabel Penelitian Teknik Analisis Analisis Deskriptif iv v viii

10 Uji Normalitas Uji Paired Sample T Test IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur PT Hanson International PT Kalbe Farma Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur PT Hanson International PT Kalbe Farma Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur PT Hanson International PT Kalbe Farma Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi Analisis Deskriptif Sesudah Merger dan Akuisisi Perbandingan Analisis Deskriptif Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Analisis Rasio Likuiditas Analisis Rasio Solvabilitas Analisis Rasio Profitabilitas Analisis Rasio Aktivitas Uji Paired Sample T Test Analisis Rasio Likuiditas Analisis Rasio Solvabilitas Analisis Rasio Profitabilitas Analisis Rasio Aktivitas KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan b. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Daftar perusahaan sampel Hasil pengujian normalitas data Daftar rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi Daftar rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Hanson International Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Kalbe Farma Hasil analisis deskriptif sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Hasil analisis deskriptif rata-rata sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Hasil paired sample t test sebelum dan sesudah merger dan Akuisisi x

12 DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Kurva distribusi normal Kerangka pemikiran penelitian Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Kondisi current ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Kondisi current ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Kondisi debt to equity ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Kondisi debt to equity ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Kondisi net profit margin Hanson International sebelum merger dan akuisisi Kondisi net profit margin Hanson International sesudah merger dan akuisisi Kondisi total asset turn over Hanson International sebelum merger dan akuisisi Kondisi total asset turn over Hanson International sesudah merger dan akuisisi Kondisi current ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Kondisi current ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Kondisi net profit margin Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi xi

13 24. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Perubahan komponen current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Perubahan komponen debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Perubahan komponen net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Perubahan komponen total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi xii

14 DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Daftar rasio keuangan Hasil output uji normalitas Hasil output uji deskriptif Hasil output bloxplot Hasil output uji paired sample t test Perhitungan manual uji beda berpasangan xiii

15 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangakan strategi perusahaan agar dapat mempertahankan eksistensinya, baik strategi jangka pendek maupun strategi jangka panjang. Masalah penggabungan usaha selalu menarik perhatian karena banyak aspek dan kepentingan yang terkait. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Melalui penggabungan beberapa usaha, diharapkan perusahaan-perusahaan itu dapat meningkatkan pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada. Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan melakukan merger dan akuisisi bertujuan untuk membuat skala bisnis menjadi lebih besar di tengah kompetisi. Merger dan akuisisi merupakan alternatif investasi modal pertumbuhan secara internal. Merger terjadi ketika dua organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha sedangkan akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli suatu perusahaan yang lebih kecil atau sebaliknya. Merger dan akuisisi di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang menarik bagi banyak perusahaan baik domestik maupun asing untuk melakukannya. Merger di Indonesia secara umum diatur dalam Undang-undang No.1/1995 mengenai Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 27/1998 mengenai Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 28/1999 mengenai Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dan peraturan-peraturan lain yang terkait. Untuk perusahaan

16 2 Terbuka, merger diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.G.1 mengenai Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) mencatat nilai merger dan akuisisi atau penggabungan usaha selama tahun 2011 mencapai Rp 70,3 triliun yang terdiri atas transaksi sesama perusahaan asing Rp 39,5 triliun, perusahaan asing dan perusahaan Indonesia Rp 26,2 triliun, serta sesama perusahaan lokal Rp 4,6 triliun. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun (Sumber: Pada tahun 2005, menurut Dealogic s Invesment Banking Review, Asia tampil di posisi teratas dalam merger dan akuisisi global pada kuartal pertama dengan nilai kesepakatan yang diumumkan melonjak sebesar 75% dari periode yang sama tahun lalu yang jauh lebih cepat daripada kawasan manapun. Indonesia menjadi salah satu negara yang menunjukan pertumbuhan terkuat dengan nilai kesepakatan merger dan akuisisi meningkat sebesar 37% menjadi US$ 5,4 miliar. (Sumber: Contoh perusahaan yang pernah melakukan aktivitas akuisisi di tahun 2005 adalah PT Indofood Sukses Makmur. Pada 1 Juni 2005 perusahaan ini melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas mengakuisisi PT Kebun Ganda Prima dan PT Citranusa Intisawit senilai Rp. 175 miliar atau 100% saham dari Silveron Investment Ltd Milik Reserve Cash Ltd pemegang saham KGP dan CI. Akuisisi ini adalah akuisisi eksternal perusahaan yang bergerak dalam perkebunan sawit di Kalimantan Barat seluas 27 ribu hektar. (Sumber: Dokumentasi Bursa Efek Indonesia) Contoh lain adalah merger yang dilakukan oleh PT Hanson International Tbk yang mengakuisisi 50% saham PT Panca Amara Utama pada 15 April Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan PT Hanson Industri Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi PT Hanson International Tbk dan beralih menjadi perusahaan investasi. (Sumber: Dokumentasi Bursa Efek Indonesia) Selain dua perusahaan diatas, pada tahun 2005 tercatat 19 perusahaan terbuka yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi di Indonesia. Enam

17 3 diantaranya bertindak sebagai perusahaan pengakuisisi, yaitu Indofood Sukses Makmur, Hanson International, Kalbe Farma, Bakrie Sumatera Plantation, Medco Energy International, dan Bat Indonesia. Sedangkan 13 perusahaan lainnya berindak sebagai perusahaan target, yaitu Bank NISP, Bank Buana Indonesia, Bank Lippo, Bank Arta Graha, Cahaya Kalbar, Gajah Tunggal, HM Sampoerna, Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, Lippo Karawaci, Excelkomindo Pratama, Ring Tenders Indonesia, Summitplast, dan Duta Semesta Mas. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, salah satunya kinerja keuangan. Perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak dari kinerja perusahaan dan keadaan finansialnya. Setelah melakukan merger dan akuisisi, posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan tercermin dalam laporan keuangannya. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005) Perumusan Masalah Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menarik untuk dianalisis karena aktivitas merger dan akuisisi mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan, diantaranya investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Pada tahun 2005 tercatat banyak aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan publik, namun penelitian ini fokus untuk menganalisis dampak merger dan akuisisi pada perusahaan publik dari sektor manufaktur. Dipilihnya perusahaan yang berasal dari sektor manufaktur dilatarbelakangi oleh fakta bahwa mayoritas perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 2005 adalah perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur. Perusahaan yang menjadi fokus penelitian ini diantaranya Indofood Sukses Makmur, Hanson International, dan Kalbe Farma.

18 4 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Apakah alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi? 2. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi? 3. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah merger dan akuisisi? 4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah merger dan akuisisi? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi. 2. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum merger dan akuisisi. 3. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah merger dan akuisisi. 4. Menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan manufaktur perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat mengukur perubahan kinerja keuangan perusahaan setelah dilakukannya merger dan akuisisi serta memberikan masukan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan langkah perusahaan selanjutnya. 2. Bagi Investor Melalui penelitian ini diharapkan investor dapat mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap fundamental perusahaan melalui kinerja keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.

19 5 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi, pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian lebih lanjut di permasalahan yang sejenis atau bersangkutan Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini berkaitan dengan analisis data laporan keuangan periode lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dimana perusahaan tersebut melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun Selanjutnya dilakukan uji beda dengan paired sample t test untuk melihat adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

20 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merger dan Akuisisi Pengertian Merger dan akuisisi merupakan dua cara yang lazim dipakai untuk menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua organisasi yang berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha. Akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli (mengakuisisi) suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya. Ketika merger atau akuisisi tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, maka dapat disebut pengambilalihan (takeover). Sebaliknya jika diinginkan oleh kedua belah pihak, akuisisi diistilahkan sebagai merger yang bersahabat (friendly merger). (David 2009) Motif merger dan akuisisi Menurut Brigham dan Houston (2001) menyebutkan terdapat beberapa motif perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi, diantaranya: 1. Sinergi Motif utama dalam sebagian besar merger adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang bergabung. Perusahaan yang melakukan merger berusaha untuk mencapai sinergi, yaitu kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil penjumlahan bagian-bagiannya. Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber: (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis manajemen, pemasaran, produksi, atau distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik dari pada analis sekuritas; (3) perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger; dan (4) peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan.

21 7 2. Pertimbangan pajak Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah merger, misalnya perusahaan yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok tarif pajak tertinggi dapat mengambil alih perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian yang besar. Selain itu merger dan akuisisi dapat dipilih sebagai cara untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas berlebih. 3. Pembelian aktiva di bawah biaya penggantian Kadang-kadang perusahaan diambil alih karena nilai penggantian aktivanya yang lebih tinggi daripada nilai pasar perusahaan itu sendiri. Tentu saja, nilai sebenarnya dari setiap perusahaan adalah fungsi daya menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya untuk mengganti aktivanya. Jadi, akuisisi harus didasarkan nilai ekonomi aktiva yang diakuisisi, bukan atas biaya penggantinya. 4. Diversifikasi Diversivikasi merupakan salah satu alasan untuk melakukan merger, hal ini karena diversifikasi membantu menstabilkan laba perusahaan sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. 5. Insentif pribadi manajer Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi daripada analisis ekonomi, begitu juga dengan keputusan merger dan akuisisi. Terkadang ego eksekutif memegang peranan penting dalam keputusan merger dan akuisisi Jenis merger Para ekonom mengklasifikasikan merger dan akuisisi menjadi empat jenis (Brigham dan Houston 2001): 1. Merger horizontal Merger horizontal adalah penggabungan dua jenis perusahaan yang menghasilkan jenis produk atau jasa yang sama. Merger ini terjadi apabila perusahaan dalam jenis usaha yang sama saling bergabung, misalnya jika suatu pabrikan komputer mengakuisisi pabrikan lain.

22 8 2. Merger vertikal Merger vertikal adalah penggabungan atau merger antara satu perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelangganya. Contoh merger vertikal adalah pengambilalihan pabrik baja oleh suatu pemasoknya, seperti perusahaan minyak yang mengakuisisi sebuah perusahaan petrokimia yang menggunakan minyak sebagai bahan baku. 3. Merger kongenerik Merger kongenerik adalah penggabungan perusahaan yang bergerak dalam industri umum yang sama tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan pemasok diantara keduanya. Merger ini melibatkan perusahaanperusahaan yang berkaitan satu sama lain tetapi bukan merupakan produsen produk yang sama (horizontal) dan juga tidak mempunyai hubungan sebagai produsen pemasok (vertikal). Contoh dari merger jenis ini adalah pengambilalihan Lotus oleh IBM. 4. Merger konglomerat Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri yang benar-benar berbeda, seperti halnya pengambilalihan Mongtomery oleh Mobil Oil. Penghematan operasi sebagian bergantung pada jenis merger yang terjadi. Pada umumnya merger horizontal dan vertikal memberikan manfaat operasi sinergistik terbesar, untuk itu dalam setiap kejadian perlu untuk mempertimbangkan klasifikasi ekonomi ketika menganalisis merger yang prospektif. 2.2 Analisis Laporan keuangan Pengertian Harahap (2004) mengemukakan bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahan pada suatu saat tertentu atau suatu jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca atau laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan.

23 9 Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus kas perusahaan dalam periode tertentu Pengertian analisis laporan keuangan Prastowo dan Juliaty (2008) memberi definisi analisis laporan keuangan sebagai suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan dalam masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Lebih jauh lagi Prastowo dan Juliaty (2008) menegaskan bahwa disiplin dari suatu analisis terhadap laporan keuangan terletak pada dua landasan pengetahuan, yaitu landasan pemahaman terhadap model-model akuntansi seperti yang tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan dan landasan penguasaan terhadap alat-alat analisis keuangan Tujuan analisis Prastowo dan Juliaty (2008) mengemukakan analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa yang akan datang; sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi, atau masalah lainnya; dan sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Dari semua tujuan tersebut yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, tekanan, dan intuisi; mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakan pada

24 10 setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbanganpertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan tersebut Jenis laporan keuangan Jenis laporan keuangan utama menurut Harahap (2004) diantaranya: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu 2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu 3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Pada laporan ini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode 4. Laporan arus kas. Laporan ini memuat sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam menentukan harga pokok produksi suatu barang. Dalam hal tertentu harga pokok produksi disatukan dalam harga pokok penjualan. HPPj = HPPd + Persediaaan awal Persediaan akhir Harga pokok penjualan adalah harga pokok produksi ditambah persediaaan barang awal dikurangi persediaan barang akhir. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas. Laporan ini jarang digunakan dan merupakan rekomendasi Trueblood Committee tahun 1974.

25 Metode dan teknik analisis Prastowo dan Juliaty (2008) menyatakan secara umum, metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis). Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda sedangkan disebut analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik analisis yang temasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik perbandingan, analisis trend, analisis sumber dan penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor. Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama maka disebut metode vertikal. Sedangkan metode ini disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen (Common Size), analisis rasio, dan analisis impas. Analisis rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak dipakai dalam praktik. Dalam analisis rasio, hal yang perlu ditekankan adalah arti dan kegunaan dari masing-masing angka rasio tersebut. Ray H. Garrison misalnya mengklasifikasikan analisis rasio menjadi tiga, yaitu rasio investor, rasio jangka pendek, dan rasio kreditor jangka panjang. Agar diperoleh hasil yang optimal, maka analisis terhadap laporan keuangan harus mempunyai fokus yang jelas. Hal ini diharapkan dapat

26 12 memenuhi kebutuhan umum para pemakai laporan keuangan, analisis laporan keuangan harus difokuskan pada lima area analisis, yaitu menilai likuiditas, struktur modal, return on investment, pemanfaatan aktiva, dan kinerja operasi. Analisis terhadap laporan kinerja keuangan dengan berbagai metode dan teknik analisis serta telah memfokuskan pada area analisis yang jelas akan menghasilkan informasi penting, yaitu informasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan Analisis rasio keuangan Pengertian, tujuan, dan klasifikasi rasio Harahap (2004) menjelaskan rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lain yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Rasio ini menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara satu pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos dan membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Rasio menyediakan profil dari suatu perusahaan, karakteristik ekonomi dan strategi kompetitifnya, juga karakteristik operasional, finansial dan investasinya White et al. (2003). White et. al. membagi analisa rasio menjadi empat kategori utama, yaitu: 1. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan dan aset yang dibutuhkan untuk menjaga kesinambungan kegiatan operasi tersebut. Rasio ini dibagi menjadi dua subkategori: a. Short-term (operating) activity, mengukur efisiensi dari penggunaan sumber daya modal jangka pendek. b. Long-term (investment) activity, mengukur efisiensi dari penggunaan investasi modal jangka panjang.

27 13 2. Rasio likuiditas, membandingkan sumber daya jangka pendek perusahaan terhadap kewajiban jangka pendek perusahaan. 3. Rasio utang jangka panjang dan solvency ratio, mengevaluasi prospek risk dan return perusahaan dalam jangka panjang. 4. Rasio profitabilitas, mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menjaga dan meningkatkan keuntungan. Dibagi menjadi dua subkategori yaitu: a. Return on sales, mengukur hubungan antara biaya dan tingkat penjualan perusahaan. b. Return on investment, mengukur antara keuntungan dan jumlah investasi yang diperlukan untuk menghasilkan keuntungan tersebut Keunggulan analisis rasio Menurut Harahap (2004), analisis rasio memiliki keunggulan dibanding dengan teknik analsis lainnya. Keunggulan tersebut adalah: 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain 4. Bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score) 5. Menstandarisir size perusahaan 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang 2.3 Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Nugroho 2005). Prosedur

28 14 yang digunakan pada uji statistik dilandaskan oleh asumsi-asumsi tertentu diantaranya bahwa data harus berdistribusi normal. Selain itu data yang digunakan berupa data kuantitatif dengan skala pengukuran interval dan rasio. Kisaran dari kemungkinan hasil distibusi normal adalah seluruh garis, yaitu semua angka yang terletak diantara - dan +. Ekor dari kurva lonceng memiliki panjang tanpa batas kiri dan kanan. (De Fusco et al. 2001) Gambar 1. Kurva distribusi normal Definisi karakteristik dari distribusi normal menurut De Fusco et al. (2001) diantaranya: 1. Distribusi normal digambarkan oleh dua parameter, yaitu mean µ dan varians σ 2. X~N(µ, σ 2 ).(1) 2. Distribusi normal memiliki skewness 0 yang berarti simetris. Distribusi normal mempunyai kurtosis 3 yang berarti yang mengukur puncak, dengan kurtosis yang berlebihan (-3) dianggap 0. Sebagai konsekuensi dari simetri, rata-rata, median, dan semua modus adalah sama untuk variabel acak normal. 3. Kombinasi dari dua atau lebih variasi acak normal juga terdistribusi normal. 2.4 Uji Paired Sample T Test Menurut De Fusco et al. (2001), terdapat tiga jenis uji mengenai hipotesis rata-rata berdasarkan masalahnya: 1. Uji mengenai single mean, digunakan untuk menguji rata-rata populasi dari satu populasi apakah sama, lebih besar, atau lebih kecil dari beberapa nilai hipotesis.

29 15 2. Uji mengenai perbedaan diantara mean, digunakan untuk menguji sampel yang yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan sampel saling bebas. 3. Uji mengenai perbedaan mean, digunakan untuk menguji dua rata-rata bedasarkan sampel dependen dimana data disusun dalam pengamatan berpasangan dan uji ini disebut dengan uji perbandingan berpasangan atau paired sample t test. Data yang digunakan merupakan data berpasangan dari satu sampel antara sebelum dan sesudah perlakuan tertentu yang kemudian diuji rata-rata perbedaan. De Fusco et al. (2001) merumuskan hipotesis sebagai berikut untuk uji mengenai perbedaan berpasangan dengan sampel dependen. H 0 = μ d μ d0 = 0 H 1 = μ d μ d0 0 Untuk menghitung t-statistik atau t-hitung harus ditentukan terlebih dahulu rata-rata perbedaan sample: n d = 1 n i=0 d i..(2) Dimana n adalah jumlah pasangan pengamatan. Kemudian hitung variasi dengan rumus: s d 2 = n d i d 2 i=0 n 1.. (3) Hitung standar deviasi dengan mengakarkan nilai variasi: s d = s d (4) Hitung standar eror dari perbedaan mean dengan rumus: s d = s d n.. (5) Statistik uji yang digunakan untuk pengujian: t hit = d μ d0 s d...(6) Wilayah kritik dari pengujian, yaitu: t < t 2 atau t > t 2... (7)

30 Penelitian terdahulu Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan Murni Hadingsih (2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa peningkatan dan penurunan yang terjadi pada rasio-rasio keuangan tidak cukup kuat untuk menunjukkan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap rasio keuangan, baik perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan yang diakuisisi. Hal ini dibuktikan dengan tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Payamta dan Setiawan (2004) dalam Murni Hadiningsih (2007) meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun Dari rasio-rasio keuangan yang terdiri rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas hanya rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On Investment, Return On Equity, Net profit margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. Annisa Meta C. W. (2009) membuktikan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi. Morck (1990) dalam Ali Riza Pahlevi (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh tujuan manager pengakuisisi terhadap hasil akusisi antara bidder dan target. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 326 akusisi di Amerika Serikat yang dilaksanakan selama periode waktu 1975 sampai Menurut peneliti (Morck), manager yang buruk akan menghasilkan akusisi yang buruk pula. Alternatifnya manager yang buruk memiliki insentif yang lebih untuk mengakuisisi perusahaan target dengan

31 17 tujuan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan atau untuk menemukan bisnis baru yang lebih sehat dengan melakukan diversifikasi perusahaan target yang tidak berhubungan (unrelated diversification) dan membeli perusahaan target yang sedang tumbuh guna mengurangi tingkat pengembalian (return) dalam akusisi. Di mana manager yang buruk juga akan menghasilkan keputusan merger dan akuisisi yang buruk pula. Chad Van Mallow (2000) melakukan penelitian untuk menguji pengalaman merger dan akuisisi pada industri jasa keuangan di Amerika Serikat pada tahun 1990-an. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah penggabungan yang telah dilakukan mengakibatkan peningkatan efisiensi operasi. Sebanyak 25 bank terbesar di teliti pada rasio keuangan umum untuk industri jasa keuangan, diantaranya return on equity, return on asset, charge off to loans dan asset growth. Penelitian ini membandingkan kinerja operasi perusahaan selama awal dekade ( ) dengan akhir dekade ( ). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bank tidak mengalami peningkatan yang signifikan pada kinerja operasi di seluruh rasio yang umum digunakan pada industri perbankan. Ulku Yaylacicegi (2005) melakukan penelitian mengenai aktivitas merger dan akuisisi pada industri telekomunikasi di Amerika Serikat. Penelitian ini menjelaskan akibat merger dan akuisisi pada industri telekomunikasi menggunakan statistik komunikasi yang umum digunakan pada periode 1988 sampai 2001 dengan menggunakan teknik estimasi analisis data dinamis panel. Penelitian ini menguji efek sinergi dan factor yang mempengaruhi merger dari waktu ke waktu dari segi kinerja keuangan, operasional, dan teknologi yang mengukur keuntungan, pertumbuhan, efisiensi, produkttivitas, skala dan lingkup ekonomi, dan kemajuan teknologi. Dari hasil uji, penelitian ini menemukan bukti bahwa merger dan akuisisi diikuti penurunan laba, kinerja operasional, dan penurunan investasi pada teknologi baru.

32 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Merger dan akuisisi adalah salah satu tindakan strategis perusahaan untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan usahanya. Dalam merger, entitas baru dapat dibentuk (dari/dengan menyatakan) perusahaan yang digabungkan, sedangkan pada akuisisi, perusahaan target menjadi tambahan atau cabang dari perusahaan yang mengakuisisi. Perubahan-perubahan yang biasa terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah kinerja keuangan perusahaan dan keadaan finansial perusahaan yang praktis membesar dan meningkat. Penilaian kinerja perusahaan yang tercermin dari laporan keuangan perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui. Hasil penilaian tersebut juga dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya termasuk menilai keberhasilan keputusan merger dan akuisisi. Dimana laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada periode lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan yang diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan total asset turn over. Selanjutnya digunakan uji beda paired sample t test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan. Adapun kerangka pemikiran penelitian terilustrasikan dalam gambar berikut.

33 19 Alasan perusahaan melakukan merger Investor Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2005 Kinerja Keuangan Sebelum Akuisisi Kinerja Keuangan Sesudah Akuisisi Analisis Deskriptif Uji Asumsi: o Distribusi Data Normal o Ada Kecukupan data Memenuhi Uji Beda dengan Paired-Sample T Test Tidak Memenuhi Uji Beda dengan Wilcoxon Sign Test Rasio Keuangan : 1. Current ratio 2. Debt to equity ratio 3. Net profit margin 4. Total Assets Turn Over Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian

34 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pernah melakukan merger dan akusisi pada tahun Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret Sumber data dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan sumber lainnya yang berasal dari sumber bacaan seperti buku-buku, jurnal, data dari internet, serta literatur-literatur terkait yang mendukung penelitian. Populasi yang digunakan adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pernah melakukan merger dan akusisi, dan perusahaan tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut pada tahun Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling, yaitu dengan pendekatan purposive sampling. Adapun perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: 1. Perusahaan publik terdaftar di BEI. 2. Melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada periode Perusahaan termasuk industri manufaktur dan industri lain selain perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. 4. Tersedia laporan keuangan untuk 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi. 5. Tanggal dilakukan merger dan akuisisi diketahui dengan jelas. Berdasarkan sampling yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat tiga perusahaan yang memenuhi kriteria sampel dari total enam perusahaan pengakuisisi yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun Perusahaan tersebut diantaranya:

35 21 Tabel 1. Daftar Perusahaan Sampel No Perusahaan Pengakuisisi 1 PT Indofood Sukses Makmur 2 PT Hanson International tbk Perusahan Target PT Kebun Ganda Prima dan PT Citranusa Intisawit Tanggal Merger dan Akuisisi 27 Juni November 2005 PT Anca Amara Utama 5 Oktober PT Kalbe Farma Tbk PT Enseval dan PT Sumber: Dokumentasi BEI 3.4 Metode Analisis Data Variabel penelitian Dankos 16 Desember 2005 Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger atau akuisisi. Kinerja keuangan perusahaan secara eksplisit di representasikan oleh rasio-rasio keuangan berikut ini: 1. Rasio likuiditas Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini digunakan current ratio. Current Ra tio = Current Assets...(8) Current Liabilities Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar mampu menutupi kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual yang tentu saja tidak dipakai untuk membayar hutang. Untuk menguji apakah alat bayar tersebut benar-benar likuid, maka alat bayar yang kurang atau tidak

36 22 likuid harus dikeluarkan dari total aktiva lancar. Alat bayar yang kurang likuid misalnya persediaan dan pos-pos yang analog dengan persediaan. 2. Rasio solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah debt to equity ratio, rasio ini memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini, maka semakin baik perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama. Namun bagi pemegang saham atau manajemen resiko leverage ini sebaiknya besar. Debt to Eq uity = Total Debt...(9) Total Equitiy 3. Rasio profitabilitas Rasio profitabilitas atau rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah laba, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio. Jenis rasio profitabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah net profit margin. NPM menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Net Income NPM =...(10) Sales

37 23 4. Rasio aktivitas Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian maupun kegiatan lainnya. Jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio total asset turn over, dimana rasio ini menunjukan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Total Asse ts Turnover = Sales...(11) Average Total Assets Teknik analisis Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata (mean), standar deviasi kinerja keuangan dari rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan yang terdaftar di BEI Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. (Nugroho 2005). Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji metode kolmogorov-smirnov test. Sampel berdistribusi normal atau terima H 0 apabila Asymptotic sig > taraf signifikan yang digunakan dalam pengujian, dalam hal ini adalah 95% atau α=0.05. Sebaliknya dikatakan tidak normal atau tolak H 0 apabila asymptotic sig < taraf signifikan. Dengan hipotesis sebagai berikut: Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi H 0 = Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi menyebar normal H 1 = Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisis tidak menyebar normal

38 24 Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi H 0 = Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi menyebar normal H 1 = Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi tidak menyebar normal Pengujian ini mengunakan program SPSS versi Jika hasil uji menunjukan sampel berdistribusi normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametric (paired sampel t-test). Tetapi jika apabila sampel tidak berdistribusi normal maka uji beda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametric (wilcoxon sign test). Hasil uji normalitas data rasio keuangan dengan kolmogorovsmirnov test secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil Pengujian Normalitas Data Taraf Periode Variabel Sig Kesimpulan Signifikan CR Normal Sebelum DER Normal Merger dan NPM Normal Akuisisi TATO Normal CR Normal Sesudah DER Normal Merger dan NPM Normal Akuisisi TATO Normal Sumber: Data diolah Dari Tabel 2 diketahui hasil uji normalitas untuk periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi untuk semua variabel penelitian yaitu current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari semua variabel memiliki asymptotic sig > taraf signifikan (α=0.05) atau terima H 0. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji normalitas ini maka digunakan uji paired sampel t test untuk uji beda untuk data yang menyebar normal.

39 Uji Paired Sample T Test Data yang telah dikumpulkan dan dihitung kemudian akan diolah dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji beda paired sample t test. Uji beda ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaaan rata-rata dua sampel. Dua sampel yang dimaksud disini adalah sampel yang sama namun mengalami proses pengukuran maupun perlakuan yang berbeda. Dua perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel pertama sebelum dilakukan akuisisi dan sampel kedua sesudah dilakukan akuisisi, sehingga outputnya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh rasio-rasio keuangan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; Variabel Current ratio: H 0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi H 1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Variabel Debt to equity ratio: H 0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi H 1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Variabel Net profit margin: H 0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi H 1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi Variabel Total asset turn over: H 0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi H 1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

40 26 Dari hasil uji paired sample t test dengan menggunakan SPSS 17, variabel dikatakan tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau terima H 0 apabila asymptotic sig > taraf signifikan yang digunakan dalam pengujian, dalam pengujian ini menggunakan taraf signifikan 95% atau α=0.05. Sebaliknya variabel dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi atau tolak H 0 apabila asymptotic sig < taraf signifikan.

41 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi PT Indofood Sukses Makmur PT Indofood Sukses makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Indofood merupakan salah satu perusahaan makanan olahan terbesar di Indonesia dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang saling melengkapi sebagai berikut: Produk Konsumen Bermerek (CBP). Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal 7 Oktober ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merekmerek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan. Bogasari, memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta. Kegiatan usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan. Agribisnis. Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-anak perusahaannya termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum) yang tercatat di BEI. Kegiatan usaha utama Grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek. Di samping itu, kegiatan

42 28 usaha Grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan tebu serta tanaman lainnya. Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak-anak perusahannya, serta berbagai produk pihak ketiga Dalam menjalankan bisnisnya, Indofood memiliki visi sebagai perusahaan total food solution dengan misi memberikan solusi atas kebutuhan pangan secara berkelanjutan, senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi, memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan, dan meningkatkan stakeholder s values secara berkesinambungan. Sebagai salah satu perusahaan terbesar makanan di Indonesia Indofood mencatat berbagai prestasi, diantaranya Indonesia's Most Admired Companies Award 2010, The Best in Building and Managing Corporate Image; Top Brand Award 2010 Pop Mie, Outstanding Achievement in Building the Top Brand; Indonesian Customer Satisfaction Award 2010 Segitiga Biru, Golden Award, The Best in Achieving Total Customer Satisfaction for 7 Years ( ); Indonesia Original Brands 2010 Bimoli, Its Contributions in Building Indonesia Original Brand. Perseroan mencatatkan penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp 38,40 triliun di tahun 2010, naik 2,7% dari Rp 37,40 triliun di tahun 2009 karena peningkatan penjualan di seluruh Kelompok Usaha Strategis kecuali Grup Bogasari akibat penurunan harga jual rata-rata. Sepanjang tahun 2010, Perseroan membukukan penjualan ekspor sebesar US$480 juta. Disisi lain laba bersih meningkat 42,2% menjadi Rp 2,95 triliun di tahun 2010 dari Rp 2,08 triliun di tahun 2009, terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja operasional dan penurunan beban keuangan. Indofood juga melakukan upaya peningkatan kualitas lingkungan kerja yang ditempuh melalui berbagai cara, antara lain melalui penerapan Good Manufacturing Practices (GMP), Sertifikasi ISO 14000, ISO 22000,

43 29 ISO 9001 dan penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3). Upaya-upaya tersebut merupakan salah satu sarana untuk mencapai tingkat zero accident yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan dan iklim kerja sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas. Pada tanggal 29 Desember 2004, Indofood melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan Reserve Cash Limited Hongkong (RCL) untuk membeli 100% kepemilikan saham RCL pada Silveron Investment Limited (SIL). Transaksi jual beli tersebut di finansialkan dan diselesaikan pada 27 Juni 2005 dengan nilai pembelian sebesar Rp 175 miliar. SIL memiliki kepemilikan langsung dan tidak langsung masing-masing Kebun Ganda Prima dan Citranusa Intisawit. Di tahun yang sama, pada 24 November 2005 Indofood melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas kembali mengambil alih kepemilikan saham Kebun Mandiri Sejahtera sebesar 93.44% dari PT Arka Kirana Sawita dengan jumlah nilai pengambilan sebesar Rp 75 miliar. Kebun sawit berlokasi di Kabupaten pasir Kalimantan Timur dengan luas 8350 Ha kebun karet dan 3000 Ha kebun kelapa sawit. Kedua aktivitas akuisisi yang dilakukan Indofood tergolong jenis akuisisi kongenerik, dimana penggabungan usaha melibatkan perusahaan yang bisnisnya masih berkaitan tetapi tidak termasuk dalam ketegori akuisisi vertikal dan horizontal. Perusahaan yang bergabung tidak memproduksi produk yang sama (horizontal) dan tidak juga mempunyai hubungan sebagai pemasok (vertikal). Adapun tujuan yang ingin dicapai Indofood dari akuisisi ini adalah untuk memenuhi sasaran perseroan memiliki lahan seluas 250 ribu hektar perkebunan kelapa sawit di tahun PT Hanson International PT Hanson International Tbk yang dahulu bernama PT Hanson Industri Utama Tbk didirikan pada tanggal 7 Juli 1971 berdasarkan Akta Notaris Henk Limanow, S.H. No. 13. Akta pendirian ini telah disahkan

44 30 oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat keputusan No. J.A.5/212/11 tanggal 12 Desember 1971, serta diumumkan dalam berita negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 26 Desember Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini terutama meliputi bidang industri kimia dan serat sintesis, permintalan, pertenuan, industri tekstil laninnya, perdagangan ekspor impor, lokal, leveransir, grosir dan distributor, serta agen. Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersial pada tahun 1973 dan hasil produksinya dipasarkan terutama ke Eropa, Amerika Serikat, Asia, dan timur Tengah. Visi yang ingin dicapai Hanson adalah menjadi perusahaan yang berdaya saing global dan memberikan nilai optimal bagi stakeholder. Untuk mewujudkan visi tersebut, Hanson menetapkan empat misi yang harus dilaksanakan, yaitu memberikan nilai optimal bagi pemangku kepentingan, menerapkan teknologi informasi yang tepat guna, meningkatkan nilai ekonomis, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada tahun 2010, Hanson memperoleh laba bersih sebesar Rp 33,63 miliar dengan peningkatan sebesar 41,2% dari tahun 2009 sebesar Rp 13,95 miliar. Laba ini diperoleh dari hasil penjualan bersih sebesar Rp 109 miliar ditahun 2010 setelah sebelumnya di tahun 2009 perusahaan tidak membukukan penjualannya karena pada tahun tersebut penjualan hanya dilakukan oleh anak perusahaan. Pada 5 Oktober 2005, Hanson masuk sebagai pemegang saham PT Panca Amara Utama sebesar 50%. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perindustrian, perdagangan, pertambangan dan jasa, khususnya amoniak dan pupuk. Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan Hanson Industri Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut dan berubah nama menjadi PT Hanson International tbk. Akuisisi yang dilakukan oleh Hanson dapat digolongkan sebagai jenis akuisisi horizontal, yaitu penggabungan yang dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha yang sama. Akuisisi jenis ini bertujuan untuk mengurangi persaingan, meningkatkan aset, menekan biaya,

45 31 meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, distribusi, riset dan pengambangan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan Hanson yang pada saat itu sedang mengalami kebangkrutan pada core bisnisnya PT Kalbe Farma PT Kalbe Farma Tbk ( Perseroan atau Kalbe ) berdiri sejak tahun 1966 dan pada tahun 1991 terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan publik. Kalbe merupakan perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar USD 3,6 miliar dan omset penjualan Rp 10,2 triliun pada akhir tahun Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi yang masing-masing memberikan kontribusi yang relatif seimbang, yaitu divisi obat resep (kontribusi 25%), divisi produk kesehatan (kontribusi 17%), divisi nutrisi (kontribusi 22%) serta divisi distribusi dan kemasan (kontribusi 36%). Dengan didukung lebih dari karyawan termasuk tenaga pemasaran dan penjualan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi. Dalam menjalankan bisnisnya, Kalbe Farma memiliki visi menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima dengan misi meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut Kalbe menjunjung beberapa nilai, diantaranya saling percaya diantara sesama karyawan, kesadaran penuh dalam setiap tindakan, inovasi yang merupakan kunci keberhasilan, tekad untuk menjadi yang terbaik, dan saling keterkaitan yang dijadikan panduan. Semangat inovasi yang telah menjadi bagian integral pertumbuhan Perseroan sejak awal pendiriannya secara berkesinambungan diterapkan di lingkungan Grup Kalbe untuk pengembangan produk baru yang berdaya

46 32 jual dan berbasis teknologi yang memberikan kemudahan bagi konsumen. Melalui kegiatan riset dan pengembangan di bidang medis, Kalbe mendorong pertumbuhan Perseroan di masa mendatang dan berperan serta dalam memajukan dunia kesehatan demi meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Melalui peningkatan produktivitas, inovasi di bidang kesehatan, pengelolaan arus kas yang baik didukung upaya perbaikan berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan kualitas sumber daya manusia, Kalbe memiliki landasan yang kuat untuk terus bertumbuh sebagai perusahaan kesehatan yang unggul di Indonesia. Dengan didukung upaya perbaikan berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan kualitas sumber daya manusia, Kalbe terus mengembangkan diri untuk menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima. Kalbe juga berhasil meraih beberapa penghargaan diantaranya peringkat 2 Annual Report Award 2009 untuk kategori perusahaan swasta terbuka non keuangan dari Bapepam-LK, BEI, BI, Ditjen Pajak, Kementrian BUMN, IAI, dan KNKG; Indonesia Best Brand Award 2010 dari Swa dan MARS untuk Promag, Cerebrovit, Cerebrofot, Milna dan Prenagen; Emiten Terbaik 2010 untuk sektor rokok, farmasi, keperluan rumah tangga dari majalah investor dan masih banyak lagi. Di tahun 2010 Kalbe mencapai total penjualan bersih Rp miliar atau pertumbuhan 12,5%, sementara laba usaha tercatat Rp miliar atau meningkat 14.4% dibanding tahun sebelumnya, serta laba bersih mencapai Rp miliar atau meningkat 38,5% dibandingkan tahun Pencapaian penjualan diatas Rp 10 triliun di tahun 2010 ini adalah tonggak istimewa bagi Kalbe mengingat bisnis farmasi memiliki persaingan yang sangat ketat dengan pasar yang terfragmentasi, terlebih pula di sektor nutrisi Kalbe bersaing dengan banyak perusahaan multinasional. Kalbe juga mampu mempertahankan dominasinya di pasar obat di Indonesia dengan menguasai 14% pangsa pasar.

47 33 Pada segi infrastruktur fasilitas produksi, Kalbe beserta anak perusahaannya telah mengimplementasikan ISO 14001:2004 yang merupakan standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan pada hampir semua fasilitas produksinya. Selain itu, perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) juga senantiasa dilakukan di bidang lingkungan, untuk terus meningkatkan kinerja dalam menjaga lingkungan dan mencegah pencemaran. Pada tanggal 16 Desember 2005, Kalbe melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan Enseval menjadi satu perusahaan dalam rangka menciptakan suatu perusahaan farmasi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Merger yang dilakukan Kalbe ini tergolong jenis merger horizontal, dimana penggabungan dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha yang sama. Merger horizontal diharapkan dapat menimbulkan sinergi yang disebabkan oleh peningkatan kinerja perusahaan yang baru, karena kelemahan perusahaan relatif mudah diperbaiki dan terbukanya penyesuaian kedua perusahaan yang berada dalam bisnis yang sama. Dalam lingkup persaingan bisnis yang semakin ketat, penggabungan usaha memungkinkan Kalbe membangun dasar yang kuat serta mengembangkan bisnisnya untuk mempertahankan posisi terdepan dalam industri ini. Melalui penggabungan usaha ini Kalbe mengharapkan adaya peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja mengingat biaya operasional yang meningkat, jaringan distribusi yang semakin lebar, perbaikan manajemen rantai apsokan, serta posisi tawar menawar yang kuat kepada para pemasok. Penggabungan juga sangat berpotensi menarik minat partisipasi investor untuk membeli saham Kalbe. Selain itu, penggabungan usaha yang dilakukan Kalbe juga menyatukan kekuatan pemasaran, mendorong sentralisasi serta konsolidasi dibidang penelitian dan pengembangan yang menjadi dasar utama yang lebih efisien dan efektif untuk perluasan usaha. Pada akhirnya, peggabungan bertujuan untuk menghasilkan posisi kas yang lebih baik bagi perseroan.

48 Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Tabel 2. Daftar Rasio Keuangan Sebelum Merger dan Akuisisi Kalbe Hanson Indofood Tahun CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO Rata-rata Sumber: Data diolah Sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rasio keuangan perusahaan bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda-beda untuk tiap perusahaan. Namun jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya Kalbe memperoleh nilai rata-rata tertinggi untuk current ratio, net profit margin dan total asset turn over dengan perolehan nilai sebesar 1.995, 0.064, dan Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to equity ratio dicapai oleh Indofood dengan nilai sebesar Daftar rasio keuangan perusahaan sebelum merger dan akuisisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.

49 35 Tabel 3. Daftar Rasio Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi Kalbe Hanson Indofood Tahun CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO Rata-rata Sumber: Data diolah Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, secara umum rasio keuangan perusahaan menunjukan perbaikan. Sama halnya dengan kondisi sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, Kalbe juga memperoleh nilai rata-rata rasio tertinggi diantara perusahaan lainnya sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Nilai untuk current ratio, net profit margin dan total asset turn over sebesar 4.148, 0.106, dan Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to equity ratio sebesar juga diraih oleh Kalbe. Daftar rasio keuangan perusahaan sesudah merger dan akuisisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

50 PT Indofood Sukses Makmur CR Nilai 2,000 1,500 1,000 1,304 0,867 1,646 1,939 1,479 0,500 0,000 CR CR Tahun Gambar 3. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai kemudian di tahun berikutnya current ratio membaik dengan peningkatan di tahun 2002 dan 2003 namun kembali menurun pada tahun Current ratio yang berfluktuasi ini disebabkan oleh aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki Indofood berfluktuasi jumlahnya dari tahun ke tahun. Menurunnya current ratio pada tahun tertentu menunjukan melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang dimilikinya terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan peralatan yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.

51 37 CR 3,000 Nilai 2,000 1,000 1,467 1,168 0,916 0,898 1,163 2,036 0,000 CR CR Tahun Gambar 4. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi, rasio ini menurun berangsur-angsur sampai dengan tahun 2008 kemudian mengalami peningkatan sampai tahun Walaupun aktiva lancar secara berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar mengalami fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Rata-rata current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata current ratio sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang dimiliki Indofood terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan peralatan yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.

52 38 DER 3,000 2,897 2,431 2,925 2,578 2,560 Nilai 2,000 1,000 0, DER DER Tahun Gambar 5. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Sama halnya dengan yang terjadi pada current ratio, rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai kemudian di tahun berikutnya debt to equity ratio membaik dan menempati nilai tertinggi sebesar setelah itu debt to equity ratio kembali mengalami penurunan sampai dengan tahun Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan semakin baiknya kemampuan perusahaan untuk membiayai kewajiban jangka panjangnya.

53 39 DER Nilai 4,000 2,000 0,000 2,331 2,115 2,613 3,110 2,451 1,339 DER DER Tahun Gambar 6. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi. Rasio ini mengalami penurunan di tahun 2006 setelah itu secara berangsur meningkat sampai dengan tahun 2008 dan kembali mengalami penurunan sampai tahun Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Rata-rata debt to equity ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata debt to equity ratio sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang dimana total ekuitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010 sedangkan total hutang mengalami fluktuasi. Perubahan rasio antara periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood untuk menarik perhatian para investor.

54 40 NPM 0,060 0,051 0,051 0,049 Nilai 0,040 0,020 0, , , NPM NPM Tahun Gambar 7. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat di wakili oleh net profit margin terus mengalami penurunan secara berangsur-angsur dari tahun 2000 sampai dengan Penurunan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan penjualan yang tidak diiringi dengan peningkatan laba bersih. Penjualan terus menunjukan perkembangan baik dari tahun 2000 sampai dengan 2004 namun laba bersih yang diperoleh perusahaan mengalami fluktuasi. Laba menunjukan peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 namun mengalami penurunan setelah itu sampai dengan tahun Fluktuasi laba ini disebabkan besarnya biaya operasional yang harus dikeluarkan perusahaan berbeda tiap tahunnya.

55 41 NPM 0,100 Nilai 0,050 0,000 0,007 0,030 0,035 0,027 0,056 0,077 NPM NPM Tahun Gambar 8. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 dan 2007 terlihat peningkatan namun setelah itu menurun di tahun 2008 dan kembali meningkat sampai dengan tahun Meskipun laba menunjukan trend pertumbuhan yang baik tetapi penjualan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan nilai net profit margin mengalami fluktuasi pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Rata-rata net profit margin pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami peningkatan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata net profit margin sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi.

56 42 TATO Nilai 1,200 1,100 1,000 0,900 1, , , , , TATO TATO Tahun Gambar 9. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sebelum dilakukan aktivitas merger dan akuisisi. Meskipun penjualan menunjukan pertumbuhan yang baik dari tahun ke tahun dan diiringi total asset yang juga menunjukan peningkatan tetapi perolehan rasio total asset turn over bervariasi. Hal ini disebabkan pada tahun tertentu peningkatan pada penjualan tidak sebesar peningkatan pada total aktiva yang menyebabkan nilai total asset turn over mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan dan sebaliknya.

57 43 TATO 1,500 1,269 1,341 Nilai 1,000 0,500 0,938 0,980 0,926 0,813 0,000 TATO TATO Tahun Gambar 10. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi Sama halnya dengan ketiga rasio sebelumnya, rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh rasio total asset turn over juga mengalami fluktuasi. Di tahun 2006 terjadi peningkatan rasio total asset turn over sesudah itu rasio ini mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup sering. Meskipun total aktiva terus mengalami peningkatan pada periode setelah dilakukannya merger dan akuisisi tetapi penjualan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan nilai total asset turn over mengami fluktuasi. Rata-rata total asset turn over pada periode setelah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan akuisisi rata-rata current ratio sebesar sedangkan sesudah merger dan akuisisi sebesar Penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

58 PT Hanson International CR 0,800 0,600 0,559 0,574 0,713 Nilai 0,400 0,200 0,000 0,248 0,218 CR CR Tahun Gambar 11. Kondisi current ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi, rasio ini menurun di tahun 2001 dan terus mengalami peningkatan berangsur-angsur sampai tahun Current ratio yang berfluktuasi ini disebabkan oleh fluktuatifnya jumlah aktiva lancar dan utang lancar yang dimiliki Hanson selama tahun 2000 sampai dengan tahun Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Hanson untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga disebabkan oleh sebagian besar aktiva lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan dan bukan aktiva yang lebih likuid seperti kas.

59 45 CR 0,600 0,575 Nilai 0,400 0,200 0,272 0,145 0,317 0,000 0,012 0,004 CR CR Tahun Gambar 12. Kondisi current ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio menunjukan perkembangan yang cukup buruk pada awal tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi. Rasio ini mengalami penurunan sampai dengan tahun 2009 dan menempati posisi terendah dengan nilai kemudian meningkat pada tahun 2010 dengan perolehan nilai sebesar Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami penurunan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Hanson untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga disebabkan oleh sebagian besar aktiva lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan dan bukan aktiva yang lebih likuid seperti kas.

60 46 DER 30,000 21,866 20,000 Nilai 10,000 0,000-10,000-20,000-10,594 0,885 0,964 1, DER DER Tahun Gambar 13. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi Sama halnya dengan current ratio, debt to equity ratio yang merupakan perwakilan dari rasio solvabilitas juga mengalami fluktuasi. Di tahun 2001 debt to equity ratio mencapai menurun drastis dari tahun sebelumnya. Penurunan yang sangat tajam ini disebabkan menurunnya ekuitas yang dimiliki oleh Hanson. Ditahun berikutnya Hanson memperlihatkan nilai ekuitas yang semakin meningkat. Sejak tahun 2002 Hanson memiliki nilai debt to equity ratio yang berangsur meningkat yang mengindikasikan perusahaan lebih banyak didanai oleh hutang daripada ekuitas pemegang saham.

61 47 DER 5,000 2,193 1,955 4,877 Nilai 0,000-5,000-1,014-1,006-2, DER DER Tahun Gambar 14. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami penurunan pada awal tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian mengalami fluktuasi di tahun berikutnya hingga bernilai negatif mulai dari tahun 2008 sampai dengan Perolehan nilai negatif pada debt equity ratio disebabkan oleh defisit ekuitas yang dialami perusahaan. Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami penurunan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang.

62 48 NPM 0,200 0,000-0,200 0, NPM -0,400-0,600-0,800-0,681-0,327-0,315-0,060 NPM Tahun Gambar 15. Kondisi net profit margin Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin, menunjukan trend yang terus membaik dari tahun 2000 sampai tahun Berangsur-angsur net profit margin yang pada tahun 2000 bernilai negatif meningkat sampai bernilai positif pada tahun 2004 sebesar Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh meningkatnya laba bersih perusahaan. Di tahun 2000 perusahaan mengalami kerugian namun keadaan ini terus menunjukan perbaikan sampai pada tahun 2004 dimana perusahaan berhasil mendapatkan keuntungan kembali dan memperoleh laba bersih sekitar 2 miliar.

63 49 NPM Nilai 0,500 0,000-0,500 0,036-0,235-0,474 0, NPM NPM Tahun Gambar 16. Kondisi net profit margin Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin mengalami penurunan sampai dengan tahun 2007 dengan perolehan nilai negatif. Net profit margin yang bernilai negatif disebabkan oleh perusahaan yang mengalami kerugian pada tiga tahun pertama setelah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian di tahun 2009 dan 2010 perusahaan kembali memperoleh laba dari aktivitas bisnisnya. Pada tahun 2008 dan 2009 Hanson tidak membukukan penjualannya karena penjualan yang terjadi adalah hasil dari usaha anak perusahaan yaitu PT Primayudha Mandirijaya oleh karena itu tidak ada nilai net profit margin pada tahun ini. Pada tahun 2010 Hanson kembali melakukan penjualan dan memperoleh laba bersih yang pada akhirnya mencatatkan nilai rasio net profit margin sebesar Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi.

64 50 TATO Nilai 0,600 0,400 0,200 0,000 0,411 0, , , , TATO TATO Tahun Gambar 17. Kondisi total asset turn over Hanson International sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over mengalami fluktuasi. Rasio ini meningkat sampai tahun 2001 dan mengalami penurunan ditahun 2002 dan meningkat kembali sampai tahun Fluktuasi pada nilai total asset turn over ini disebabkan oleh penurunan dan peningkatan pada penjualan dan total aktiva yang dimiliki Hanson. Peningkatan pada rasio total asset turn over mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Hanson karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan begitupun sebaliknya penurunan pada rasio total asset turn over mengindikasikan menurunnya kegiatan bisnis yang dijalankan karena semakin menurun volume bisnis yang dilakukan.

65 51 TATO Nilai 1,000 0,500 0,527 0,585 0,549 0,819 0,000 0,000 0,000 TATO TATO Tahun Gambar 18. Kondisi total asset turn over Hanson International sesudah merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga mengalami fluktuasi setelah dilakukan aktivitas merger dan akuisisi. Pada tahun 2006 total asset turn over mengalami peningkatan yang kemudian diikuti dengan penurunan di tahun setelahnya. Pada tahun 2008 dan 2009 tidak terjadi perputaran penjualan terhadap aktiva, hal ini disebabkan pada tahun tersebut Hanson tidak membukukan penjualannya. Pada tahun 2010 Hanson kembali memperoleh nilai rasio total asset turn over sebesar setelah perusahaan kembali membukukan hasil penjualannya. Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah dilakukannya merger dan akuisisi dari menjadi Peningkatan rasio total asset turn over ini mengindikasikan efektifnya penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

66 PT Kalbe Farma CR 4,000 Nilai 3,000 2,000 1,000 0,000 2,108 2,113 1,177 1,568 3,010 CR CR Tahun Gambar 19. Kondisi current ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2002 dengan nilai dan posisi tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai Current ratio yang berfluktuasi disebabkan oleh aktiva lancar yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan 2004 sedangkan hutang lancar yang berfluktuasi jumlahnya dari tahun ke tahun. Menurunnya current ratio pada tahun 2002 menunjukan melemahnya kemampuan Kalbe untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, namun demikian di tahun berikutnya Kalbe kembali terus menunjukan perbaikan pada rasio ini.

67 53 CR Nilai 6,000 4,000 2,000 4,045 5,042 4,983 3,333 2,987 4,394 0,000 CR CR Tahun Gambar 20. Kondisi current ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami peningkatan di tahun 2006 setelah itu rasio ini berangsur menurun sampai tahun 2009 hingga mencapai nilai terendah kemudian current ratio kembali meningkat pada tahun Walaupun aktiva lancar secara berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar mengalami fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata current ratio menunjukan peningkatan dari menjadi Meningkatnya rata-rata current ratio pada periode setelah dilakukannya merger dan akuisisi ini menunjukan membaiknya kemampuan Kalbe untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

68 54 DER 8,000 7,704 6,936 6,000 Nilai 4,000 2,000 0, , , , DER DER Tahun Gambar 21. Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio menunjukan trend yang terus membaik selama lima tahun sebelum melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Jika pada tahun 2000 debt to equity ratio yang dicapai Kalbe sebesar maka pada tahun 2004 telah mencapai kali. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan membaiknya kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka panjangnya.

69 55 DER 1,000 0,762 Nilai 0,500 0,361 0,331 0,375 0,393 0,000 0,235 DER DER Tahun Gambar 22. Kondisi debt to equity Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami fluktuasi. Di tahun 2006 debt to equity ratio mengalami penurunan dari tahun sebelumnya kemudian di tahun berikutnya current ratio berangsur membaik dan menempati nilai tertinggi pada tahun 2009 sebesar setelah itu debt to equity ratio kembali mengalami penurunan di tahun Walaupun jumlah ekuitas mengalami peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata debt to equity rasio menunjukan penurunan dari menjadi Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang dimana total ekuitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai Perubahan rasio antara periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood untuk menarik perhatian para investor.

70 56 NPM 0,150 0,100 0,101 0,112 0,109 Nilai 0,050 0,000-0,050-0,018 0, NPM NPM Tahun Gambar 23. Kondisi kinerja keuangan Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Begitu juga dengan net profit margin yang mewakili rasio profitabilitas, rasio ini menunjukan trend yang terus membaik dari tahun 2000 yang pada awalnya net profit margin bernilai negatif meningkat sampai dengan tahun 2003 menjadi dan pada tahun 2004 kembali sedikit mengalami penurunan. Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan baik selama periode 2000 sampai Setelah rugi bersih tahun 2000 sebesar Rp 28 miliar, laba bersih terus meningkat sehingga pada tahun 2004 mencapai Rp 372 miliar. Peningkatan laba bersih ini disebabkan oleh kinerja operasional perusahaan yang terus membaik yang dibuktikan dengan pertumbuhan penjualan secara konsisten dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dengan rata-rata pertumbuhan 25,3% per tahun.

71 57 NPM Nilai 0,150 0,100 0,050 0,111 0,111 0,101 0,090 0,102 0,126 0,000 NPM NPM Tahun Gambar 24. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi Net profit margin yang mewakili rasio profitabilitas menunjukan penurunan pada tiga tahun pertama sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian rasio ini kembali meningkat dari tahun 2009 sampai tahun Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan baik diiringi pertumbuhan penjualan yang terus meningkat dari tahun 2006 sampai dengan 2010 yang membuktikan kinerja operasional Kalbe yang terus membaik. Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata net profit margin menunjukan peningkatan dari menjadi Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Kalbe dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasionalnya.

72 58 TATO Nilai 1,500 1,000 0,500 0,000 0, , , , , TATO TATO Tahun Gambar 25. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 dan mengalami penurunan sampai tahun Fluktuasi pada nilai total asset turn over ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan Kalbe yang tumbuh secara konsisten diiringi dengan peningkatan total aktiva. Namun pada tahun tetentu peningkatan penjualan tidak sebesar peningkatan total aktiva, hal inilah yang menyebabkan nilai total asset turn over mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan pada rasio total asset turn over ini mengindikasikan membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Kalbe karena semakin banyak volume bisnis yang dilakukan serta mengindikasikan efektifnya penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Merger dan Akuisisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Merger dan Akuisisi 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merger dan Akuisisi 2.1.1 Pengertian Merger dan akuisisi merupakan dua cara yang lazim dipakai untuk menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua organisasi yang berukuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Merger dan akuisisi adalah salah satu tindakan strategis perusahaan untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan usahanya. Dalam merger, entitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari pembuatan ringkasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat persaingan antar perusahaan pun semakin tinggi dan pada akhirnya menjadi suatu tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya sebagai pedoman yang mengambil topik mengenai literasi keuangan antara lain penelitian : 2.1.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 7 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan merupakan hasil refleksi dari sekian banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya. Globalisasi juga bisa berdampak positif dan negatif,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya. Globalisasi juga bisa berdampak positif dan negatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Globalisasi sekarang persaingan perdagangan semakin ketat sehingga menuntut untuk setiap perusahaan untuk lebih kreatif dalam mengembangkan usahanya. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba Setiap perusahaan pasti menginginkan memproleh laba yang maksimal atas usaha yang dikelolanya sehingga perusahaan dapat terus maju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan (uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi ini dalam dunia bisnis, perkembangan zaman yang berdampak pada persaingan dunia bisnis yang terjadi menjadikan manajemen perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan perkembangan perekonomian yang tinggi, maka semakin berkembang pula dunia usaha dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB II 1 TINJAUAN PUSTAKA. topik mengenai merger akuisi perusahaan. Ada beberapa penelitian tentang

BAB II 1 TINJAUAN PUSTAKA. topik mengenai merger akuisi perusahaan. Ada beberapa penelitian tentang 9 BAB II 1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian terdahulu yang mengambil topik mengenai merger akuisi perusahaan. Ada beberapa penelitian tentang merger/akuisisi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PUBLIK YANG MELAKUKAN MERGER DAN AKUISISI SELAMA DAN SESUDAH KRISIS MONETER (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik Yang Tergabung Di Bursa Efek Indonesia)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Tajjali Fatima dan Amir Shehzad (2014) menggunakan paired sample T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian Tajjali Fatima dan Amir Shehzad (2014) menggunakan paired sample T-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik mengenai Dampak Merger atau Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia usaha dewasa ini semakin maju ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang ada. Persaingan ini terjadi di dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Akuisisi telah menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan komunitas pelaku bisnis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT Astra Agro Lestari Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan suatu strategi yang tepat agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat menuntut suatu perusahaan untuk dapat selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat terus bertahan, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan persaingan perusahaan yang semakin ketat, khususnya antar perusahaan sejenis, salah satunya pada perusahaan industri farmasi. Dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain : 2.1. Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa penulis, antara lain : 2.1.1. Hamidah danmanasye

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha di antara perusahaan yang semakin ketat, menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin ketat. Perusahaan harus memiliki strategi yang tepat agar perusahaan tersebut dapat terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran kegiatan-kegiatan ekonomi dalam bentuk yang teratur dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pihak-pihak yang berkepentingan dengan kondisi dari hasil operasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Djarwanto (2004:2), laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Simbolon (2006) Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Metode Du Pont System pada PT Intraco Penta Tbk Medan bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Sawir (2008:67) kinerja keuangan adalah penilaian tingkat efisiensi dan produktifitas perusahaan di bidang keuangan yang dilakukan secara berkala atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu bentuk informasi untuk melihat dan menilai perkembangan kinerja perusahaan ialah laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi persaingan usaha semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut suatu perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan,

Lebih terperinci

samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan

samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kondisi finansial atau kondisi permodalan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kondisi finansial atau kondisi permodalan yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memasuki era pasar bebas dan globalisasi persaingan dunia usaha di Indonesia semakin ketat. Setiap perusahaan ditantang untuk dapat merancang strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh para pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaanya. Dalam meningkatkan serta memperlancar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui posisi keuangan perusahaan saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2012:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS PERBEDAAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN Syamsul Arif R. Rustam Hidayat Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. peluang investasi karena banyak perusahaan berlomba-lomba meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ketat menimbulkan persaingan antar para pelaku bisnis. Keadaan yang seperti ini memaksa para pelaku bisnis untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk berusaha terus mengembangkan inovasi dan strategi-strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas dan globalisasi, perkembangan dan persaingan dunia bisnis di Indonesia semakin pesat. Hal tersebut menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan

BAB III PEMBAHASAN. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 1. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan dituntut untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode kompratif untuk membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Uji beda akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan bagaimana perubahan unsur unsur itu dari tahun ke tahun untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan bagaimana perubahan unsur unsur itu dari tahun ke tahun untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Dalam PSAK No. 1, 2012 : 1,3, dalam Denny (2014) Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh para pengusaha yang sukses dalam mengelola perusahaannya. Dalam meningkatkan serta memperlancar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat dilihat dan diukur dari kinerja perusahaan, yaitu melihat perkembangan dan pertumbuhan perusahaan tersebut melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Model yang sering digunakan dalam melakukan analisis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk Nama : Stephanie Octaviani Npm : 21209655 Jurusan : S1 - Akuntansi Latar Belakang Masalah Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memasuki pasar bebas, persaingan usaha antar perusahaan semakin kuat dan ketat. Kondisi ini menuntut perusahaan agar selalu mengembangkan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaan bahkan dapat berkembang. Perusahaan yang mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perusahaan bahkan dapat berkembang. Perusahaan yang mampu untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya globalisasi, kemajuan teknologi dan komunikasi serta adanya perdagangan bebas yang saat ini terjadi mengakibatkan adanya perubahan lingkungan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi yang menunjukkan posisi keuangan untuk menunjukkan kinerja perusahaan, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan finansial yaitu perusahaan, seorang penganalisis laporan keuangan adanya ukuran atau yard stick

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat. Karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu. Perusahaan perlu mengembangkan strategi yang tepat agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat. Karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu. Perusahaan perlu mengembangkan strategi yang tepat agar mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi membawa masyarakat kepada era perdagangan bebas yang berdampak besar terhadap sektor perekonomian. Banyak perusahaan baru yang berdiri dan berkompetisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Dupont pada PT. Hanjaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Dupont pada PT. Hanjaya 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu David Lianto (2013) yang mengkaji tentang Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis Dupont pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori Tentang Laporan Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akutansi

Lebih terperinci

: AYU ASTREA NINGSIH B.

: AYU ASTREA NINGSIH B. ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2002-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan yang ketat dalam berbagai aspek merupakan hal yang tak dapat dihindari, terutama dalam dunia bisnis atau perusahaan. Oleh karena itu, sebuah perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Kinerja keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2014 : 3). Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci