BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Corporate Governance (CG) Cadbury Committee yang pertama kali menggunakan istilah CG pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun Istilah ini menjadi popular dan menjadi titik balik yang sangat menentukan bagi praktek CG. Definisi CG menurut Cadbury Committee adalah seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka. Definisi lain juga diberikan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mengenai CG yaitu sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, dewan komisaris dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Sedangkan itu, Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2000) mendefiniskan corporate governance sebagai: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintahan, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

2 OECD mengembangkan lima prinsip Good Corporate Corporate, yaitu: 1. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannya. 2. Peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) lainnya. 3. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi. 4. Tanggung jawab dewan (dewan komisaris maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Di Indonesia, asas CG ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) yang tercantum dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance, yaitu: 1. Transparansi Untuk menjaga objektivitas dalam melanjutkan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil insiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. 2. Akuntabilitas Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur sesuai kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Responsibilitas Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masingmasing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak diintervensi oleh pihak lain.

3 5. Kewajaran dan Kesetaraan Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan Transparansi Transparansi (transparency) secara harafiah adalah jelas (obvious), dapat dilihat secara menyeluruh (able to be seen through) (Collins, 1986). Dengan demikian transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan (Wardijasa, 2001). Sedangkan menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep- 117/M-MBU/2002, transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang materil dan relevan mengenai perusahaan. Menurut FCGI, prinsip disclosure dan transparency (transparansi) diwujudkan dengan mengembangkan sistem akuntansi (accounting system) yang berbasiskan standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan Informasi Technology (IT) dan Management Information System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi, mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelasdan mengumumkan jabatan kosong secara terbuka.

4 Pengungkapan Corporate Governance dengan Memanfaatkan Internet Disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut (Sihite, 2010). Ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan regulasi yaitu: 1. Pengungkapan Wajib (Mandatory Disclosure) Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep- 17/PM/1995, yang selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem

5 No. Kep-38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis industri. 2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Dalam penelitian ini, akan diteliti pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui website masing-masing perusahaan yang termasuk dalam kategori pengungkapan sukarela. Xiao et al. (2002) dalam Sayogo (2006) mengatakan bahwa internet menawarkan berbagai macam kemudahan dalam mengungkapkan informasi keuangan dalam jumlah yang lebih banyak dan biaya yang lebih rasional serta dapat mencakup pengguna yang lebih luas tanpa harus dirisaukan oleh hambatan geografis. Gandia (2008) mengungkapkan beberapa keuntungan yang didapatkan dari aplikasi dan perkembangan pengungkapan CG yang berbasis internet, yaitu: memfasilitasi komunikasi antara perusahaan dan investor (khususnya pemegang saham), mengurangi biaya distribusi dan

6 meningkatkan ketepatwaktuan dari informasi perusahaan, membantu perkembangan keikutsertaan pemegang saham dalam kehidupan perusahaan, mendemokratisasi akses terhadap informasi perusahaan dan menambah kredibilitas terhadap praktek CG. Sayogo (2005) dalam Sayogo (2006) menyatakan penggunaan internet sejalan dalam peningkatkan transparansi yang diberikan oleh perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan CG Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance berbasis internet melalui Website Perusahaan Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan (Ezat dan Masry, 2008). Perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam meningkatkan informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi yang besar (Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009). Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mencantumkan laporan keuangan dalam website perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar biasanya memiliki lebih banyak produk dan jaringan distribusi yang lebih kompleks yang mengharuskan sistem informasi manajemen dan database yang lebih besar dan lebih

7 kompleks untuk tujuan kontrol managemen (Ashbaugh et al., 1999 dalam Aly et al., 2009). Cheung et al. (2006) memiliki hipotesis jika perusahaan besar lebih transparan daripada perusahaan kecil. Alasannya ialah perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih luas daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumberdaya untuk menyediakan pengungkapan yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Hipotesis tersebut terbukti dari hasil penelitian Cheung et al. (2006) yang menyatakan perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dan memiliki transparansi yang lebih. Perusahaan besar kemungkinan besar lebih mampu memasuki pasar keuangan apabila mereka mengungkapkan lebih banyak informasi secara online (Bonso n and Escobar, 2002 dalam Ezat dan Masry, 2008) Return on Equity (ROE) Terdapat beberapa alasan akan pentingnya penelitian hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan secara online (Ezat dan Masry, 2008). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan untuk memberikan ukuran tingkat efektivitas perusahaan manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2008: 196). Salah satu cara untuk

8 mengukur profitabilitas dengan menilai return on equity (ROE). Kinerja masa lalu dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan perusahaan (Khanna, Palepu, dan Srinivasan, 2004 dalam Cheung et al., 2006). Contohnya, perusahaan yang memiliki profit tinggi kemungkinan lebih mau mengungkapkan informasi kepada investor eksternal daripada perusahaan yang memiliki profit yang rendah (Cheung et al., 2006) Leverage Leverage terkait dengan pengunaan dari sumber keuangan seperti debt dan dana pinjaman untuk meningkatkan ROE. Jadi, perusahaan dengan leverage yang tinggi akan bertanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan para kreditor dengan menyebarkan informasi yang reliabel dalam website perusahaan untuk membuat para kreditor lebih percaya terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya (Ezat dan Masry, 2008). Ketika perusahaan menaikkan debt/ equity ratio, perusahaan diharuskan untuk menaikkan pengungkapan dengan tujuan untuk meyakinkan kreditor jika perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar utangnya (Watts dan Zimmerman, 1990 dalam Gandia, 2004).

9 Penggunaan aset (Asset Utilization) Kemungkinan perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi memiliki tingkat pengungkapan perusahaan yang lebih tinggi daripada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat rendah. Alasannya ialah perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat tinggi kemungkinan akan menarik lebih banyak investor dan analis. Oleh karena itu, perusahaan tersebut akan mengungkapkan lebih banyak informasi yang lebih relevan kepada investor eksternal yang pada gilirannya akan meningkatkan pengungkapan perusahaan dan transparansi pada perusahaan yang menggunakan aset dengan tingkat yang tinggi (Cheung et al., 2006 ) Penerbitan saham baru Perusahaan yang menaikkan modal di pasar modal memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan praktik CG secara lebih luas dan menyalurkannya dalam laporan tahunan untuk meyakinkan para investor potensial (Lang and Lundholm, 1993 dalam Bujaki dan McConomy, 2002). Ezat dan Masry (2008) juga mengungkapkan bahwa sebagian besar perusahaan mencoba meningkatkan modal mereka melalui lebih dari satu sumber dan salah satu sumbernya dengan menerbitkan beberapa saham. Perusahaan yang memerlukan pendanaan baru akan mengungkapkan informasi yang lebih dalam

10 website untuk menarik lebih banyak investor dan untuk meningkatkan kepercayaan mengenai posisi perusahaan yang akan mendorong investor yang lain untuk berinvestasi di dalam perusahaan. Bagi perusahaan yang bermaksud untuk mendapatkan modal akan mengurangi asimetri informasi dan menyediakan akses yang luas mengenai rencana perusahaan dan aktivitas yang bermanfaat (Leland & Pyle, 1977; Myers & Majluf, 1984 dalam Sriram dan Laksamana, 2006). Pengurangan asimetri informasi akan meningkatkan minat investor, dan akan memperluas kemampuan perusahaan untuk mendapatkan lebih banyak modal yang dibutuhkan (Fishman & Hagerty, 1989; Merton, 1987 dalam Sriram dan Laksmana, 2006) Komposisi dewan Menurut Haniffa and Cooke (2002) dalam Ezat dan Masry (2008), komposisi dewan independen dikenal sebagai proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris yang biasa disebut dengan komisaris independen (Ezat dan Masry, 2008). Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004).

11 Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif, independen dan untuk menjaga fairness serta memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan stakehorlder lainnya. Dengan adanya komisaris independen, semua pihak yang berkepentingan mendapatkan manfaat yang besar, terutama terbentuknya situasi yang suitable dengan prinsip Good Corporate Governance, dimana komisaris dapat memberikan pandangan dengan tingkat independensi dan akuntabilitas yang lebih tinggi (Rifai, 2009). Berdasarkan teori agensi, sebuah dewan akan lebih efektif jika terdiri dari mayoritas komisaris yang tidak memiliki hubungan (Amar dan Boujenoui, 2008). 2.2 Penelitian terdahulu Dalam beberapa tahun belakangan ini, terdapat perkembangan penelitian pengungkapan CG perusahaan melalui internet. Gandia (2004) dan (2008) meneliti mengenai pengungkapan corporate governance berbasis internet pada perusahaan-perusahaan publik di Spanyol. Dalam penelitian tersebut, Gandia (2004) dan (2008) dalam Falah (2011) menggunakan tiga perspektif dalam menganalisis pengungkapan CG yaitu: laporan tahunan, pengungkapan dalam website Badan Regulasi Pasar Modal, dan pengungkapan dalam website masing-

12 masing perusahaan. Kesimpulannya ialah pertama, tingkat pengungkapan perusahaan-perusahaan publik di Spanyol masih rendah. Kedua, perusahaanperusahaan tertentu memperlakukan internet sebagai media yang tepat untuk melengkapi informasi yang diterbitkan secara konvensional (annual report). Ketiga, tingkat pengungkapan informasi menunjukan eksistensi perusahaan di media dan hal tersebut menambah keyakinan para investor untuk menanamkan modalnya. Sayogo (2006) dalam Pramono (2011) meneliti tentang determinandeterminan dari pengungkapan CG melalui internet pada perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Penelitian Sayogo (2006) dalam Pramono (2011) mengambil sampel perusahaan yang tergolong dalam Liquid 45 (LQ-45) Bursa Efek Jakarta, yaitu perusahaan yang sahamnya paling aktif diperdagangkan dalam bursa. Media yang menjadi objek penelitian adalah website perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh signifikan.. Falah (2011) meneliti mengenai analisis pengungkapan Corporate Governance berbasis Internet oleh perusahaan publik di Indonesia tahun Dalam penelitiannya, Falah (2011) hanya menggunakan satu perspektif yaitu indeks pengungkapan CG website. Kesimpulan dari penelitian Falah (2011) adalah terdapat perbedaan pengungkapan CG di website perusahaan pada tingkat ukuran perusahaan yang berbeda, tingkat umur listing yang berbeda, tingkat keefektifan jumlah dewan komisaris yang berbeda, dan tipe auditor yang berbeda. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat pengungkapan CG di

13 website perusahaan pada tingkat profitabilitas yang berbeda dan tingkat floating capital yang berbeda. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti 1. Sayogo (2006) 2. Cheung et al. (2006) 3. Amar dan Boujenoui Variabel Dependen Indeks transparansi dari informasi yang terkait dengan Corporate Governance (CG) di website perusahaan. Indeks pengungkapan dan transparansi. Kualitas pengungkapan Variabel Independen Ukuran perusahaan, ROE, klasifikasi industry, ukuran dewan direksi, dualitas posisi dan distribusi saham. Variabel keuangan: ukuran perusahaan, leverage, ROA, aset jaminan, penggunaan aset dan variabel CG: stuktur kepemilikan, komposisi dewan independen, ukuran dewan Struktur kepemilikan, Hasil Penelitian Ukuran perusahaan dan jumlah dewan independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pengungkapan CG dalam media website perusahaan. 1.Tingkat pengungkapan dan transparansi berhubungan positif dengan ukuran perusahaan, pemanfaatan aset, nilai jaminan di perusahaan Hongkong tapi tidak di Thailand. 2. Struktur kepemilikan tidak mempengaruhi perusahaan di Thai dan Hongkong. Ukuran dewan berpengaruh: positif terhadap perusahaan Thai dan negatif di perusahaan Hongkong, komposisi dewan independen berpengaruh positif pada perusahaan di kedua negara. Kualitas pengungkapan CG memiliki hubungan:

14 (2008) CG komposisi dewan, struktur kepemimpinan dewan, ukuran perusahaan, leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru, US-cross listing 4. Gandia (2008) 5. Almilia (2008) 6. Ezat dan Masry (2008) Indeks pengungkapan CG di Spanyol Indeks pengungkapan Internet Financial and Sustainability Reporting (IFSR) Corporate Internet Reporting Ukuran perusahaan, ROE, Usia listing, Ukuran dewan, CEO duality, floating capital, visibilitas media, analisis kedepan Ukuran perusahaan, ROA, ROE, leverage, struktur kepemilikan luar. Ukuran perusahaan, tipe aktivitas - positif dengan komposisi dewan. -negatif dengan struktur kepemilikan dan dualitas CEO. - signifnikan dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar dalam US- cross listing mengungkapkan kualitas informasi yang lebih dalam praktek CG. -tidak signifikan dengan leverage, kesempatan pertumbuhan, kinerja perusahaan, penerbitan saham baru. Pengungkapan CG dipengaruhi oleh perusahaan dengan skor tinggi untuk transparansi juga dan paling mungkin untuk menggunakan internet sebagai saluran untuk pengungkapan CG di internet. Size perusahaan, profitabilitas perusahaan dan kepemilikan mayoritas merupakan variabel yang menentukan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan yang ditunjukkan dengan peningkatan indeks IFSR (Internet Financial and Sustainability Reporting). Ukuran perusahaan, likuiditas, struktur kepemilikan, tipe

15 7. Falah (2011) (CIR) timeliness index Indeks pengungkapan CG pada laporan tahunan perusahaan bisnis perusahaan, ROE, leverage, likuiditas, penerbitan saham, struktur kepemilikan, komposisi dewan, dualitas peran, ukuran dewan komisaris. Ukuran perusahaan, ROE, listing age, floating capital, ukuran dewan komisaris, ukuran auditor. aktivitas bisnis perusahaan, komposisi dewan, dan ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan CIR timeliness. Terdapat empat variabel yang mempengaruhi tingkat pengungkapan CG di website perusahaan yaitu ukuran perusahaan, lamanya listing, ukuran dewan komisaris, dan audit. Akan tetapi, ROE dan floating capital tidak menunjukan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan CG di website perusahaan. Sumber : Berbagai jurnal, Kerangka Konseptual Setiap perusahaan yang go public memiliki berbagai stakeholders yang tentunya ingin mengetahui informasi mengenai perusahaan. Biasanya informasi tersebut hanya dapat diketahui secara tahunan dalam laporan tahunan perusahaan. Seharusnya, informasi mengenai perusahaan dapat diketahui setiap saat tanpa terhalang batasan waktu, tempat ataupun biaya. Internet dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Perusahaan dapat membuat website pribadi

16 yang dapat mengungkapkan informasi perusahaan mengenai laporan keuangan dalam skala kuartal maupun tahunan. Perusahaan juga dapat mengungkapkan secara luas mengenai penerapan Corporate Governance di dalam perusahaan. Dengan begitu, investor dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat yang berkaitan dengan perusahaan. Dalam penelitian ini akan diuji faktor-faktor penentu yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Goverance melalui website perusahaan. Variabel yang diteliti ialah ukuran perusahaan, ROE, leverage, penggunaan aset (asset utilization), penerbitan saham baru, dan komposisi dewan independen. Gambar 2.1 Model kerangka pemikiran penelitian Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan Ln (Total aset perusahaan) Ukuran perusahaan Laba bersih Ekuitas pemegang saham Return on Equity Ln Total utang Total ekuitas Penjualan Total aktiva Jumlah saham baru yang beredar di pasaran J Jumlah dewan independen Jumlah total dewan independen komisaris Leverage Penggunaan aset (Asset Utilization) Penerbitan saham baru Komposisi dewan independen Indeks pengungkapan corporate governance dalam website perusahaan

17 2.4 Hipotesis Ukuran perusahaan Beberapa argumentasi yang mendasari hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan. Pertama, perusahaan besar yang memiliki sistem informasi pelaporan yang lebih baik cenderung memiliki sumber daya untuk menghasilkan lebih banyak informasi dan biaya untuk menghasilkan informasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki keterbatasan dalam sistem informasi pelaporan. Kedua, perusahaan besar memiliki insentif untuk menyajikan pengungkapan sukarela, karena perusahaan besar dihadapkan pada biaya dan tekanan politik yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil. Ketiga, perusahaan kecil cenderung untuk menyembunyikan informasi penting dikarenakan competitive disadvantage (Almilia, 2008). Bukti empiris dari penelitian terhadap pengungkapan secara online (Craven dan Marston, 1999; Pirchegger dan Wagenhofer, 1999; Bonso n dan Escobar, 2002; Debreceny et al., 2002; Ettredge et al., 2002; Bollen et al., 2006) menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dan tingkat pengungkapan (Gandia, 2008). Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H1: Terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.

18 2.4.2 Return on Equity (ROE) ROE merupakan salah satu bagian dalam mengukur kinerja perusahaan. Saat kinerja perusahaan dalam kondisi baik, perusahaan akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak untuk menunjukan keberhasilannya. Di samping itu, perusahaan dengan performa yang baik mempunyai dana yang berlebih untuk membiayai penyediaan informasi. Website perusahaan diasumsikan akan lebih update saat perusahaan dalam kondisi yang baik. Sebaliknya, perusahaan yang dalam kondisi yang kurang sehat, akan membatasi informasi yang diberikan kepada publik (Falah, 2011). Para manajer termotivasi untuk mengungkapkan informasi yang lebih lengkap untuk mendukung kontinuitas dari posisi dan gaji mereka serta untuk memberikan kepercayaan institusional (Gandia, 2008). Terdapat bukti empris yang menyatakan tingkat pengungkapan perusahaan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan yang diproksikan dengan ROE perusahaan (Meek et al., 1995; Ettredge et al., 2002; Haniffa dan Cooke, 2002 dalam Gandia, 2004). Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H2: Terdapat pengaruh signifikan ROE perusahaan terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance Leverage Perusahaan memiliki insentif untuk meningkatkan pengungkapan sukarela kepada stakeholder baik berupa media pengungkapan tradisional

19 maupun media lain yaitu pengungkapan informasi perusahaan melalui website perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Almilia, 2008). Ainun Na'im dan Fuad Rakhman (2000) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) membuktikan bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan pengungkapan. Tetapi, Fitriani (2001) dalam Almilia dan Retrinasari (2007) mengungkapkan bahwa rasio leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H3: Terdapat pengaruh signifikan leverage terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance Penggunaan aset (Asset Utilization) Penggunaan aset dikaitkan dengan rasio aktivitas yang merupakan rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Jenis-jenis rasio aktivitas yaitu: perputaran piutang, hari rata-rata penagihan piutang, perputaran sediaan, hari rata-rata penagihan sediaan, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dan perputaran aktiva. Dalam penelitian ini, penggunaan aset diproksikan dengan perputaran aktiva (assets turnover). Perusahaan yang menggunakan aset tetap dengan tingkat tinggi diasumsikan memiliki pengungkapan yang lebih transaparan melalui internet daripada perusahaan yang menggunakan aset tetap dengan tingkat rendah. Hal ini memungkinkan karena aset tetap dengan tingkat tinggi

20 memerlukan lebih banyak modal untuk mendapatkannya yang pada akhirnya akan menarik lebih banyak investor dan analis (Cheung et al., 2006). Dari uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H4: Terdapat pengaruh signifikan penggunaan aset terhadap indeks pengungkapan Corporate governance Penerbitan saham baru Rencana untuk mendapatkan modal melalui penawaran saham adalah faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengungkapan (Clarkson et al., 1994; Frankel, McNichols, & Wilson, 1995; Gibbins, Richardson, & Waterhouse, 1990; Lang & Lundholm, 1993 dalam Sriram dan Laksmana, 2006). Beberapa studi mengungkapkan hubungan yang signifikan antara penerbitan saham dengan pengungkapan secara online (Ettredge et al., 2002; Xiao et al., 2004; Sriram dan Laksamana, 2006 dalam Ezat dan Masry, 2008). Collet dan Hrasky (2005) dalam Amar dan Boujenoui (2008) juga mengungkapkan terdapat hubungan positif antara pengungkapan sukarela dari praktek CG dan tujuan untuk menerbitkan modal saham di Australia. Namun, Bujaki dan McConomy (2002) dalam Amar dan Boujenoui (2008) tidak melaporkan hubungan signifikan antara penerbitan modal dengan luas informasi CG. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H5: Terdapat pengaruh signifikan penerbitan saham baru terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.

21 2.4.6 Komposisi dewan independen Cheung et al. (2006) memberikan asumsi jika komposisi dewan independen memberikan pengaruh terhadap tingkat pengungkapan dan transparansi. Alasannya adalah komisaris independen kemungkinan menginginkan pengungkapan informasi yang lebih untuk memberi keuntungan kepada stakeholder yang lain dari perusahaan. Ini dapat memberikan hubungan positif dari proporsi komisaris dari luar perusahaan dengan tingkat pengungkapan dan transparansi perusahaan. Chen dan Jaggi (2000) dalam Amar dan Boujenoui (2008) memberikan bukti dari hubungan positif antara komisaris eksternal dengan luas pengungkapan laporan keuangan di Hongkong. Chen dan Jaggi (2000) dalam Amar dan Boujenoui (2008) juga melaporkan bahwa dewan independen memiliki hubungan positif dengan tingkat pengungkapan dari sampel perusahaan yang listed di Singapore Stock Exchange. Ezat dan Masry (2008) menemukan hubungan positif yang signifikan antara komposisi dewan dengan ketepatwaktuan Corporate Internet Reporting. Ini menandakan proporsi komisaris independen dapat mendorong perusahaan untuk mengungkapkan informasi dengan tepat waktu dalam website perusahaan. Di sisi lain, Eng dan Mak (2003) menemukan hubungan negatif antara komposisi dewan independen dengan tingkat pengungkapan sukarela. Berdasarkan hubungan tersebut, didapatkan hipotesis sebagai berikut: H6: Terdapat pengaruh signifikan antara komposisi dewan independen terhadap indeks pengungkapan Corporate Governance.

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun masih berupa saran (exhortation) dan anekdot. Istilah ini menjadi popular seiring terkuaknya berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee Inggris pada tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan produk perusahaan yang merupakan jendela informasi bagi pihak-pihak diluar manajemen suatu perusahaan yang memungkinkan mereka untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good Corporate Governance 2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan oleh Cadbury Comitee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan (Fujianti, 2015). Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan (Fujianti, 2015). Laporan keuangan juga menunjukkan hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi keuangan dan pencapaian kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu dan perubahan posisi keuangan (Fujianti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan merupakan salah satu teori yang mendasari kualitas

BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan merupakan salah satu teori yang mendasari kualitas 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan merupakan salah satu teori yang mendasari kualitas pengungkapan corporate governance. Jensen dan Meckling, (1976) dalam penelitiannya menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau agent) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham atau principal) seringkali terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian ini menggunakan teori keagenan, dimana teori ini sering kali digunakan sebagai landasan dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan pada penelitian ini beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan aktivitas bisnis, semua perusahaan memerlukan dana. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang cukup, akan sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah negara kepada pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti, sebuah perusahaan perlu memperhatikan risiko yang melekat pada setiap aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public. Perusahaan yang terdaftar di 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, dunia perekonomian mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan perekonomian akan menempatkan setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya semua faktor produksi. Terdapat perusahaan yang terdaftar di pemerintah dan ada pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah membawa perubahan pada model dan saluran (channel) yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terduhulu Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan negara lain seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengungkapan Laporan Keuangan. informasi (the release of information). Apabila dikaitkan dengan laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release of information). Apabila dikaitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. dan lain sebagainya. Pemahaman tentang praktik good corporate BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance Good corporate governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji oleh pelaku bisnis, akademisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut diantaranya manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut diantaranya manajemen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut diantaranya manajemen, investor, kreditor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis membutuhkan modal untuk melakukan aktivitas operasional usahanya. Sementara itu terdapat pihak yang memiliki kelebihan dana (investor-kreditor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat krisis tahun 1997 1998, perusahaan perusahaan Indonesia mendapatkan nilai CGPI (Corporate Governance Perception Index) paling rendah di tingkat Asia (McKinsey

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan produk akhir sistem akuntansi dan media utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Informasi yang diungkap di dalam laporan tahunan berisi pengungkapan informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di dalam dunia bisnis selalu terdapat risiko yang timbul dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Risiko perusahaan adalah suatu kondisi dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principal)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pada era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang tidak menentu, suatu perusahaan dihadapkan pada kondisi yang mendorong mereka untuk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal, juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dalam pasar modal, juga sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba (Boediono,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan kontrak di antara faktor-faktor produksi dan hubungan di antara prinsipal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Corporate Governance II.1.1 Pengertian Corporate Governance Kata governance berasal dari bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan di seluruh dunia wajib menyusun dan menyajikan sebuah laporan yang menyajikan informasi baik kuantitatif maupun kualitatif mengenai usaha yang di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan stakeholder lainnya. Prinsip-prinsip yang tercantum dalam pedoman

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan stakeholder lainnya. Prinsip-prinsip yang tercantum dalam pedoman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate Governance menunjukkan suatu aturan atau mekanisme bahwa tindakan manajemen terarah dan terkontrol sehingga dapat memaksimumkan profitabilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena mengenai modal intelektual di Indonesia mulai berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset tidak berwujud (Ulum, 2009:3). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Proses penjualan saham ke masyarakat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi banyak berpengaruh pada dunia usaha. Untuk dapat bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian laporan keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004:2) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bursa Efek Indonesia periode , maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

BAB V PENUTUP. Bursa Efek Indonesia periode , maka dapat ditarik beberapa kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan mengenai pengaruh Faktorfaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Internet Financial and Sustainability Reporting Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis. Peningkatan pengguna internet dan kemudahan dalam akses

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis. Peningkatan pengguna internet dan kemudahan dalam akses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat telah memberikan efek positif terhadap perubahan cara perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnis. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya tuntutan publik terhadap lingkungan perusahaan yang jujur, bersih, dan bertanggung jawab. Masalah Corporate

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN KEUANGAN

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN KEUANGAN PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN DAN NON KEUANGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami perubahan menciptakan arus persaingan yang semakin ketat dan kondisi keuangan yang tidak menentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. website perusahaan biasanya adalah produk atau jasa yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. website perusahaan biasanya adalah produk atau jasa yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan cepatnya kemajuan zaman, dimana seluruh perusahaan- perusahaan yang ada dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Teori keagenan merupakan sebuah teori yang mendasari atas berbagai aspek dan implikasi hubungan keagenan dalam praktik bisnis perusahaan. Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan keputusan investasi di pasar modal membutuhkan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan keputusan investasi di pasar modal membutuhkan analisis terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuatan keputusan investasi di pasar modal membutuhkan analisis terhadap berbagai faktor. Analisis tersebut meliputi faktor-faktor fundamental ekonomi seperti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi lainnya kepada pemegang saham, kreditor dan stakeholders. Laporan tersebut juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa, perusahaan manufaktur maupun perusahaan perbankan yang telah go public memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan (annual report) pada dasarnya adalah sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan dan komisaris independen terhadap tax membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 1. Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keunggulan internet dibandingkan dengan media lain menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Keunggulan internet dibandingkan dengan media lain menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet mempunyai beberapa karakteristik dan keunggulan seperti mudah menyebar (pervasiveness), tidak mengenal batas(borderless-ness), real-time, berbiaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di Indonesia, wajib menyampaikan laporan perusahaannya kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memberikan manfaat bagi stakeholdernya.stakeholder yang dimaksud

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memberikan manfaat bagi stakeholdernya.stakeholder yang dimaksud BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Stakeholder Dalam teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat pada masa yang akan datang. Persaingan terjadi dalam penyediaan 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat. Bisnis investasi menjadi sedemikian kompleks dengan tingkat persaingan yang sangat ketat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan. keputusan dan pertanggungjawaban (accountability). Menurut Kamus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2008:201), laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini good corporate governance (GCG) telah menjadi salah satu pilar dalam sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good corporate governance (selanjutnya disingkat GCG), dalam Bahasa Indonesia sering dikaitkan dengan istilah tata kelola perusahaan. Menurut Sugiyanto (2011),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sosialisasi dan pengembangan era good corporate governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan nasional dan internasional. Untuk mewujudkan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan nasional dan internasional. Untuk mewujudkan perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk memajukan perusahaan adalah dengan melakukan ekspansi. Tujuan perusahaan melakukan ekspansi adalah memperbanyak pangsa pasar dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang serba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang serba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan yang semakin ketat serta kondisi ekonomi yang serba tidak menentu, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur modal, good corporate governance terhadap kinerja keuangan yang diambil dari beberapa sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah dan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi oleh manajemen kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, setiap lembaga pemerintah maupun swasta, perusahaan, para analis, kreditor, investor dan masyarakat sangat membutuhkan informasi. Informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 1.1. Pengertian Good Corporate Governance Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan sumber daya perusahaan dan kinerja manajemen digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia bisnis di Indonesia berjalan beriringan dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya memiliki tujuan utama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Kasus kecurangan pelaporan keuangan yang dilakukan Enron dan Worldcom menunjukkan bahwa perusahaan perlu meningkatkan pemahaman tentang risiko pada kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola perusahaan.bermanfaat sebagai suatu perangkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga ekonomi yang didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu mendapatkan keuntungan atau laba sebesar besarnya, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya jaman membuat berbagai macam perubahan yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Perubahan yang saat ini dapat dirasakan adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Perkembangan perusahaan go publik di Indonesia menjadikan laporan keuangan sebagai kebutuhan utama setiap perusahaan. Hal tersebut ditandai

Lebih terperinci