BAB I PENDAHULUAN. B.Latar Belakang Masalah. diwujudkan dengan proses berkarya. Karya cipta manusia mempunyai isi yang
|
|
- Teguh Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN B.Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Manusia mempunyai kodrat sebagai makhluk yang memiliki akal budi, rasa, dan daya cipta. Manusia menggunakan idenya untuk menciptakan nilai yang diwujudkan dengan proses berkarya. Karya cipta manusia mempunyai isi yang bersifat pribadi (Mudhofir, 1992: 75). Seni adalah salah satu perwujudan dari kodrat manusia sebagai makhluk berkarya. Manusia menghadirkan seni di dalam dunia spiritualnya. Karya seni merupakan perwujudan imajinasi kreatif manusia. Karya seni dibuat sebagai bentuk ekspresi rasa serta wujud objektivitas dari pengalaman pribadi manusia. Manusia menikmati karya seni agar memperoleh stimulus berupa refleksi perasaan yang diterima. Kenikmatan seni tersebut berupa kenikmatan lahiriah yang muncul dari proses menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni sehingga mempunyai nilai spiritual. Hubungan antarmanusia merupakan salah satu inspirasi dalam menciptakan karya seni. Hakikat manusia sebagai makhluk sosial, saling berhubungan satu sama lain, dapat menimbulkan konflik yang beragam. Konflik antar pemeluk agama merupakan isu yang sering dijumpai di Indonesia. Indonesia 1
2 2 adalah negara dengan 6 agama besar yang diakui secara resmi oleh pemerintah, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia menjadi tantangan besar. Konsep tenggang rasa dan toleransi harus kuat ditanamkan oleh tiap-tiap individu dalam masyakarat. Hal tersebut bertujuan agar tercipta kehidupan yang damai. Masyarakat yang baik adalah ketika sekumpulan individu di dalamnya mampu hidup berdampingan antar pemeluk agama tanpa saling berselisih. Individu di dalam masyarakat tersebut tidak perlu menunjukkan tentang siapa yang paling benar berdasar atas agama yang dianut masing-masing. Konsep menghargai dan menghormati kepercayaan individu yang lain harus menjadi prinsip dan nilai yang selalu ditanam dalam masyarakat dan rakyat Indonesia secara luas. Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah banyak mengalami konflik yang berdasar atas minimnya sikap saling menghormati antar pemeluk agama. Rakyat Indonesia kemudian akan kembali berpikir apakah bumi Indonesia ini cocok sebagai tempat hidup manusia beragama. Hal tersebut dikarenakan konflik yang berimbas pada torelansi antar pemeluk agama di Indonesia yang dirasa masih cukup minim. Isu tentang keberagaman yang ditampilkan dan yang menjadi latar belakang dari seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema membuat penulis tertarik untuk meninjau lebih lanjut sebagai bahan tugas akhir.seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema akan lebih
3 3 pantas ditinjau dari konsep simbol dalam filsafat seni. Filsuf yang banyak mengulas tentang simbol dalam seni dan sangat cocok sebagai sudut pandang seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema adalah Susanne K. Langer. Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema merupakan sebuah judul seni pertunjukan yang diinisiatori oleh Ferial Afiff dan dipentaskan di Bukit Rhema, Magelang pada tanggal 26 Oktober Lokasi pertunjukan memakai ruang utama bangunan di Bukit Rhema tersebut. Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema merupakan judul dalam bahasa Jawa yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti ode untuk para pemeluk. Seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema terdiri dari beberapa unsur, yakni tarian, musik, dan ruang pentas. Penulis dalam meneliti pertunjukan seni tersebut akan mengambil simbol dalam gerakan yang dihadirkan di seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu: a. Bagaimana konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer? b.apakah yang dimaksud dengan seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema? c. Bagaimana seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema ditinjau dari konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer?
4 4 A. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran, penulis belum menemukan tulisan karya ilmiah yang terkait dengan seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. Peneliti hanya menemukan beberapa skripsi di lingkungan Fakultas Filsafat tentang Susanne K. Langer dan konsep simbol. Skripsi tersebut diantaranya: 1. Bangsa, Jantan Putra Pantomim Indonesia dalam Perspektif Filsafat Seni Susanne K. Langer: Studi Kasus Bengkel Mime Theatre Yogyakarta. Skripsi Fakultas Fisafat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi menggunakan objek formal filsafat seni Susanne K. Langer dan objek material pantomim Indonesia. 2. Sumiatun Konsepsi Simbol Menurut Susanne K. Langer ( ). Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi menggunakan objek formal filsafat manusia dan objek material pandangan Susanne K. Langer dalam merefleksikan manusia dari sudut pandang simbolik. 3. Wulandari, Pipit Punk Fashion sebagai Simbol Komunitas Punk di Yogyakarta Ditinjau dari Filsafat Susanne K. Langer. Skripsi Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi menggunakan objek formal berupa filsafat Susanne K. Langer, khususnya seni dan objek material fashion sebagai simbol komunitas punk di Yogyakarta.
5 5 Beberapa penelitian di atas memiliki objek formal filsafat seni Susanne K. Langer dengan objek material yang berbeda-beda. Objek formal penelitian ini adalah konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer dan objek material berupa seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi ilmudan filsafat, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang konsep simbol yang terdapat di dalam seni pertunjukan. Selain itu juga diharapkan bahwa penelitian ini mampu menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Bagi bangsa dan negara, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat Indonesia tentang konsep simbol dalam filsafat seni, khususnya filsafat seni Susanne K. Langer, dan seni pertunjukan. 3. Bagi penelitian, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang filsafat seni dan bidang ilmu lain, serta mengembangkan kemampuan secara kritis dan sistematis atas persoalan filsafat terutama dalam bidang filsafat seni. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer.
6 6 2. Mendeskripsikan seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. 3. Menganalisis seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema menurut konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer. E. Tinjauan Pustaka Kesenian termasuk sebagai salah satu unsur dari kebudayaan universal (Koentjaraningrat, 1990: 204). Kesenian tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, serta bersifat sosio-religius. Sosio-religius artinya bahwa kesenian tersebut tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sosial dan untuk kepentingan yang erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat yang bersangkutan (Sujarno dkk, 2003: 13). Seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema merupakan jenis pertunjukan yang di dalamnya terdapat gerakan tari. Seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema mengeksplorasi gerak tubuh sebagai konsep untuk mengangkat isu-isu sosio-religius yang terjadi di lokasi berlangsungnya seni pertunjukan tersebut yaitu di Bukit Rhema, Magelang, Jawa Tengah. Penulis dalam penelitian ini memfokuskan pada simbol dalam gerakan, sehingga hanya akan fokus pada gerakan tari yang terdapat pada seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. Tari adalah salah satu cabang seni. Soedarsono (1977:17), memberi definisi tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Definisi tersebut berlandaskan atas seni sebagai ekspresi.
7 7 Elemen dasar dari tari adalah gerakan atau ritme. Gerak-gerak ekspresif adalah gerak-gerak yang indah dan bisa menggetarkan perasaan manusia. Gerak yang indah ialah gerak yang distiril, yang di dalamnya mengandung ritme tertentu (Soedarsono, 1977: 16). Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis. Seni tari adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat yang penuh makna (meaning). Keindahan tari tidak hanya pada keselarasan gerakan-gerakan badan dalam ruang dengan diiringi musik tertentu, namun seluruh ekspresi itu harus mengandung maksud-maksud tari yang dibawakan. Pemahaman tersebut menempatkan fenomena tari sebagai bagian dari aktualisasi dan representasi kultural-simbolik manusia (Hadi, 2007: 13). Seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema merupakan jenis seni pertunjukan yang di dalamnya terdapat gerakan tari dengan pendekatan modern. Tari dengan pedekatan modern (Sutrisno, Verhaak, 1993: 100) merupakan jenis tari yang sudah melepaskan diri dari keterkaitan tradisi. Tari dengan pendekatan modern selalu mencari hal-hal yang baru, baik tema, bentuk, maupun teknik dasar. Seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema yang dipentaskan di Bukit Rhema merupakan pertunjukan lanjutan dari pementasan yang dilakukan di Situs Payak, Piyungan, Bantul pada tanggal 8 Maret Seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud yang dipentaskan di Situs Payak mengangkat tentang kehidupan manusia yang selalu menganggap agama yang
8 8 dianut sebagai agama yang paling benar. Hal tersebut membawa sikap skeptis dalam kehidupan bermasyarakat. Seni pertunjukan Tjap Merah karya Vincentius Yosep Prihantoro Sadsuitubun yang dipentaskan di GoetheHaus, Menteng, Jakarta, pada hari Jumat tanggal 21 Januari 2011 pukul WIB sebagai contoh bentuk seni pertunjukan lain yang mengangkat isu sosial. Seni pertunjukan Tjap Merah terinspirasi dari kisah tentang Gerwani. Pertunjukan tersebut menampilkan perburuan atas sekelompok perempuan sebagai kelanjutan tragedi 1965 yang terjadi di Indonesia. F. Landasan Teori Seni dikatakan dapat memperkaya kehidupan seseorang melalui pengalaman emosi atau pengalaman kehidupan yang tidak diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Seni yang berkualitas mampu memberikan pengalaman estetik, pengalaman emosi, pengalaman keindahan, atau pengalaman seni yang khas dari seni itu sendiri (Sumardjo, 2000:124). Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia. Teori ini berhubungan dengan pengalaman seorang seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh yang terkenal dengan teori ekpresi ini adalah Benedetto Croce. Seni menurut Croce adalah pengungkapan dari kesan-kesan. Ekspresi sama dengan intuisi; adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui pengkhayalan tentang hal-hal yang bersifat individu yang menghasilkan gambaran angan-angan berupa warna, garis, dan kata. Pengalaman estetis seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan (Gie, 1976: 75).
9 9 Leo Tolstoy mendefinisikan seni sebagai suatu kegiatan manusia yang secara sadar menyampaikan perasaaan-perasaan yang telah dihayatinya kepada orang-orang lain sehingga orang lain tersebut juga mengalaminya. Tolstoy dalam karyanya What Is Art? lebih lanjut menjelaskan tentang seni sebagai kegiatan manusia dalam kaitannya dengan teori pengungkapan. Kegiatan seni adalah memunculkan perasaan dalam diri sendiri dengan perantara gerak, garis, warna, suara atau bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata sehingga orang lain mengalami perasaan yang sama (Gie, 1976: 61,76). Langer dalam Problematika Seni (2006: 16) memberi pengertian ekspresi sebagai sesuatu yang sama pada setiap karya seni. Karya seni adalah suatu bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi indera atau pencitraan yang mengekspresikan perasaan insani. Perasaan mengandung arti luas sebagai sesuatu yang bisa dirasakan, antara lain: sensasi fisik, derita hati maupun kesenangan, kegairahan dan ketenangan, emosi yang kompleks, tekanan pikiran, atau sifat-sifat perasaan terkait dengan kehidupan manusia. Suatu karya seni dapat dipahami melalui simbol. Henry James mendefinisikan karya seni sebagai proyeksi dari gejolak perasaan di dalam ruang dan bersifat temporal, serta berstruktur puitis. Seni musik akan terdengar seperti perasaan-perasaan yang menyentuh. Karya seni berupa lukisan, patung dan bangunan menyajikan wujud, warna, dan garis-garis yang mengekspresikan emosi dan suatu yang ketegangan yang tampak hidup, serta resolusi yang menyentuh perasaan. Konsepsi kehidupan, emosi, dan kekayaan batiniah dapat diekspresikan dalam suatu karya seni (Langer, 2006: 28-29).
10 10 Filsuf lain yang mempunyai teori tentang ekspresi adalah Carl Gustav Jung. Jung berpendapat bahwa ekspresi diandaikan sebagai formulasi yang paling baik terhadap hal yang tidak dikenal tetapi ada dalam bentuk simbol. Simbol yang hidup adalah ekspresi suatu hal yang tidak dapat ditandai dengan tanda yang lebih tepat. Simbol yang hidup akan melahirkan arti dalam wujud ekspresi. Kemudian simbol tersebut akan mati dan meninggalkan arti historis saja.jung mengungkapkan bahwa bentuk simbol lain adalah gambar dalam artian gambar fantasi. Gambar fantasi tersebut secara tidak langsung berhubungan dengan objek luar. Gambar berakar pada tindakan fantasi yang tidak disadari dan memiliki nilai benar yang dapat membuat kenyataan batiniah dapat lebih menentukan arti psikologis kenyataan luar (Dibyasuharda, 1990: 21-22). Ernst Cassirer (1987: 215) menerangkan bahwa ekspresi berbeda dengan sikap sentimental. Penyair dalam membuat puisi tentu saja peka terhadap emosiemosi terdalam. Penyair tanpa emosi-emosi hanya akan menghasilkan karyakarya yang bermakna dangkal dan sembarangan. R.G. Collingwood (1958: 275) berpendapat bahwa yang coba diusahakan oleh seniman ialah mengekspresikan emosi tertentu dalam setiap ucapan dan gerak-gerik sebagai karya seni. Kesengajaan dalam ekspresi artistik dan linguistik adalah perlu. Setiap tindak berbahasa dan penciptaan seni akan ditemukan struktur teleologis tertentu. Aktor dalam sebuah drama tentu saja betul-betul memainnya perannya. Struktur keseluruhan yang koheren yang dibentuk pada tekanan dan irama kata-kata, tinggi rendahnya suara, mimik, gerak-gerik tubuh semua mengarah ke satu tujuan pengejawantahan sifat manusia. Tidak hanya bersifat ekspresif, namun juga
11 11 representatif dan interpretatif. Seorang penyair tidak sekadar orang yang menuruti gejolak perasaan atau emosi karena hal tersebut bukanlah yang disebut dengan seni, melainkan sentimentalis. Seniman yang tidak melalui proses kontemplasi dan penciptaan bentuk-bentuk, tetapi lebih menonjolkan emosinya sendiri akan jatuh menjadi seorang sentimental (Cassirer, 1987: 216). G. Metode Penelitian 1. Bahan penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan melalui riset dan pustaka tentang seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema ditinjau dari konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer. Kajian penelitian ini difokuskan pada bentuk ekspresi simbol seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. Bahan-bahan riset dan pustakatersebutterbagi atas 2 bagian: a. Bahan primer yang terdiridari: 1. Riset yang terkait dengan seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema yang berlangsung pada tanggal 26 Oktober 2014 berupa foto, video, dan wawancara secara mendalam dengan seniman terkait. 2. Data pustaka yang terkait dengan seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema yang berlangsung pada tanggal 26 Oktober 2014 berupa artikel dan press release yang terkait dengan pertunjukan seni tersebut. b. Bahan sekunder yang terdiri dari:
12 12 1. Buku Susanne K. Langer tahun 1953 berjudul Feeling and Form. Charles Scribner s Sons. New York. 3. Buku Susanne K. Langer tahun 1978 berjudul Philosophy in a New Key. Harvard University Press. Amerika Serikat. 4. Buku Susanne K.Langer tahun 1964 berjudul Philosophical Sketches. Mentor Books. Amerika Serikat. Selain buku-buku tersebut, sumber data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh oleh studi-studi intelektual yang pernah dibuat dan berkaitan dengan teks yang berkaitan dengan konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer. Data tersebut dapat berupa buku, ulasan, komentar, jurnal dan telaah yang berhubungan dengan objek studi penelitian. 2. Jalan penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis melalui tiga tahap, yang meliputi: a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian yang berkaitan dengan objek kajian penelitian. b. Pengelompokkan data, yaitu mengolah semua data yang terkumpul dengan klasifikasi dan deskripsi agar sesuai dengan apa yang akan diteliti. c. Penyusunan penelitian, melakukan penyusunan data penelitian secara sistematis dan analitis.
13 13 3. Analisis hasil Penelitian ini menggunakan metode historis faktual yang mengacu pada buku yang ditulis oleh Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair (1990: 67-71) yaitu: a. Identifikasi: pemahaman terhadap konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer, namun tanpa kehilangan objektivitasnya. b. Verstehen: mengerti dan memahami makna yang mendasari pemikiran Susanne K. Langer tentang konsep simbol dalam filsafat seni. c. Hermeneutika: pemahaman dan penafsiran terhadap konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer. 4. Hasil yang akan dicapai Penelitian ini diharapkan dapat mencapai hasil sebagai berikut: a. Pemaparan tentang konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer. b. Pemaparan tentang seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. c. Pemaparan dan analisis yang jelas tentang seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema menurut konsep simbol dalam filsafat seni Susanne K. Langer.
14 14 H. Sistematika Analisa Hasil penelitian ini akan dibagi dalam lima bab berikut: BAB I Merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian yang digunakan. BAB II Merupakan kajian objek formal yang akan menjelaskan tentang pengertian seni dan simbol menurut Susanne K. Langer. BAB III Merupakan kajian objek material yang akan menjelaskan mengenai alur dalam seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema. BAB IV Merupakan analisis kritis terhadap seni pertunjukan Kidung Dumateng Para Sesujud: Bukit Rhema ditinjau dari konsep simbol menurut filsafat seni Susanne K. Langer. BAB V Berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER. Oleh : Ritter Willy Putra Christina Abigail Daniz Puspita
ESTETIKA ABAD KE-20 SUSANNE K. LANGER Oleh : Ritter Willy Putra 12120210157 Christina Abigail 12120210195 Daniz Puspita 12120210208 Fifiani Lugito 12120210231 Harryanto 12120210370 Fakultas Seni dan Desain,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Sistim Pendidikan Nasional Tahun 2003 pada pasal 3 yang dikatakan
Lebih terperinciBAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan
1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 DESKRIPSI KARYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang diungkapkan melalui bahasa sebagai pengantar yang memiliki nilai estetika atau keindahan
Lebih terperinciEstetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen
Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumbolon berarti tanda untuk mengartikan sesuatu) 1. Sebuah simbol adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sebagai masyarakat sosial, tidak dapat lepas dari bahasa yang setiap kali diucapkan dari mulut secara langsung. Bahasa yang digunakan sehari-hari merupakan
Lebih terperinci3. Karakteristik tari
3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran
Lebih terperinci48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK
48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi yang diciptakan oleh sastrawan melalui kontemplasi dan suatu refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN
BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diri seseorang. Musik tidak hanya menyentuh, tetapi meresap dan merasuk jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik adalah sarana penyucian jiwa dan pengenalan unsur rohani dari diri seseorang. Musik tidak hanya menyentuh, tetapi meresap dan merasuk jiwa dan hati pendengarnya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009
BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan
BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.
Lebih terperinciKOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI
SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan dari si pencipta.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini mempunyai nilai keindahan. Nilai keindahan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Membaca indah puisi merupakan sebuah usaha mengapresiasi karya sastra dan usaha menghidupkan sebuah karya sastra, khususnya puisi, di tengah maraknya arus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan ungkapan kehidupan manusia yang memiliki nilai dan disajikan melalui bahasa yang menarik. Karya sastra bersifat imajinatif dan kreatif
Lebih terperinciSILABUS. Kode Mata Kuliah : -
SILABUS Mata Kuliah : Filsafat Seni Bobot : 3 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Menjelaskan pengertian dan pemahaman mengenai filsafat, konsep seni, dan filsafat seni Menjelaskan periodesasi konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat
Lebih terperinciManusia dan Keindahan
Manusia dan Keindahan 5 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang keindahan, renungan, keserasian serta kaitannya dengan manusia didalam kehidupan sehari-hari Tujuan Instruksional
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu
BAB VI KESIMPULAN A. Simpulan Keindahan dalam beragam pemaknaannya melahirkan ekspresi-ekspresi kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu bertransformasi secara ideal
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK
ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dasarnya manusia hidup di dunia harus memenuhi lima kebutuhan pokok untuk bertahan hidup, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil perpaduan estetis antara keadaan lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya kreativitas yang tinggi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sendratari Ramayana lebih dikenal dengan nama Ramayana Balet
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang A. LATAR BELAKANG MASALAH Sendratari Ramayana lebih dikenal dengan nama Ramayana Balet merupakan kesenian tradisi Jawa yang berbentuk seni drama tari. Pertunjukan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Musik adalah pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama (ritmik), dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan, sifat
Lebih terperinciBAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN
21 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Langkah-Langkah Proses Berkarya Legenda yang dulu lahir dan tumbuh dalam masyarakat sendiri perlahan hilang atau dilupakan karena tak ada pola pewarisan yang
Lebih terperinciMata Kuliah Persepsi Bentuk
Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 11 Fakultas FDSK Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk Grafis Dan Multimedia www.mercubuana.ac.id IDE Dalam dunia seni rupa umumnya dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. a. Langer terkesan dengan pengembangan filsafat ilmu yang berangkat
226 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, sampailah pada akhir penelitian ini dengan menarik beberapa kesimpulan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)
DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala
Lebih terperinciMata Kuliah Persepsi Bentuk
Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 11 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id IDE Dalam dunia seni rupa umumnya dikenal ada dua struktur,
Lebih terperinciModul 3 PPG-Konten Kurikulum 1
C. Hakikat Seni Anak Usia Dini Seni mewakili perasaan dan persepsi tentang dunia anak. Seorang anak menggambar dan menulis untuk mengatur gagasan dan membangun makna dari pengalamannya (Baghban, 2007).
Lebih terperinciMENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel
MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan
Lebih terperinciARTIKEL TENTANG SENI TARI
NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang sifat ekstrovert pernah dilakukan oleh Iftitah Ika Kusumawardhani. Dalam penelitian ini Iftitah membahas sifat ekstrovert pada tokoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam lingkup kebahasaan, pada dasarnya siswa harus menguasai empat aspek keterampilan berbahasa. Empat aspek keterampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam penulisan karya ilmiah ini peneliti menguraikan beberapa literatur yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber-sumber tersebut digunakan sebagai landasan pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek kepribadian anak yang perlu dikembangkan adalah kreativitas. Maslow & Roger (dalam Sujiono & Sujiono, 2010, hlm. 40) memandang bahwa kreativitas
Lebih terperinciMATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI
MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI A. Pengertian Tari Batasan konsep tetang tari banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, tetapi perlu diingat bahwa batasan yang dikemukakan seseorang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang
Lebih terperinciBABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA
BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA 2.1. Pengertian Seni Pengertian Seni sering dikaitkan dengan keindahan atau kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui ataupun kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh
Lebih terperinci2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suku, ras, agama dan kebudayaan. Kemajemukan yang lahir ini justru. para generasi penerus sebagai asset bangsa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan atau moto yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Bentuk fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh siswa dari tingkat pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam rangka peningkatan sumber daya manusia adalah kemampuan berbahasa, untuk membantu siswa menguasai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciKELAS X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KELAS X KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna. Ada yang membedakan manusia dengan makhluk lain yaitu manusia dilengkapi dengan akal budi.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil
BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan disajikan pembahasan pada produk final hasil pengembangan, di mana wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah direvisi perlu dikaji secara objektif dan tuntas.
Lebih terperinciBAB III SIMBOL RELIGIUS DALAM SENI LUKIS
BAB III SIMBOL RELIGIUS DALAM SENI LUKIS A. Simbol 1. Pengertian Simbol Simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu symballo yang artinya melempar bersama-sama, melempar atau meletakkan bersama-sama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.
Lebih terperinciDICIPTAKAN OLEH: TJOKORDA UDIANA NINDHIA PEMAYUN
DESKRIPSI PENCIPTAAN KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG JUDUL KARYA: P E M B U R U Di publikasikan melalui pameran seni patung dan seni lukis bersama, bertempat di Taman Budaya Bali (Art Centre), Tanggal Pameran:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur
Lebih terperinciIII. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis
III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra menurut Wellek dan Warren adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (2013: 3). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat Semi bahwa sastra adalah suatu bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia
Lebih terperinciMEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN
MEMAHAMI KONSEP KEINDAHAN A. Pengertian Keindahan Keindahan adalah sifat-sifat yang merujuk pada sesuatu yang indah, dimana manusia mengekspresikan perasaan indah tersebut melalui berbagai hal yang mengandung
Lebih terperinciMenguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global
Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,
Lebih terperinciBAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN
BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk seni. Berbagai produk seni yang khas dapat ditemukan di hampir seluruh daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang
Lebih terperinciINDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan
Lebih terperinci