Clara Chairunnisa Halimy, Ditha Wiradiputra. Program Studi Sarjana Reguler, Fakultas Hukum. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Clara Chairunnisa Halimy, Ditha Wiradiputra. Program Studi Sarjana Reguler, Fakultas Hukum. Abstrak"

Transkripsi

1 Tinjauan Mengenai Penerapan Pengaturan Pengambilalihan Saham Dalam Kasus Dugaan Keterlambatan Melakukan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera Clara Chairunnisa Halimy, Ditha Wiradiputra Program Studi Sarjana Reguler, Fakultas Hukum Abstrak Skripsi ini membahas mengenai 3 hal, yakni mengenai pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan dalam rangka pengambilalihan saham perusahaan, penerapan hukum persaingan usaha dalam Putusan KPPU nomor 08/KPPU-M/2012 mengenai dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera, dan perbandingan pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan dalam rangka pengambilalihan saham perusahaan di beberapa negara dengan pengaturan di Indonesia. Pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan perlu dimengerti dan dipahami baik oleh pelaku usaha maupun Investigator KPPU. Dengan demikian, pelaku usaha terhindar dari pelanggaran pengaturan yang ada dan KPPU dapat melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengambilalihan saham dengan maksimal, sehingga pelanggaran terhadap hukum persaingan usaha pun dapat dihindari. KPPU telah menerapkan pengaturan pengambilalihan saham dalam memutuskan kasus dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan pengambilalihan saham oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera. Jika pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan di Indonesia dibandingkan dengan pengaturan di berbagai negara yaitu Australia, Brazil, dan Jepang, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Kata Kunci: pengambilalihan saham, kewajiban Pemberitahuan, Konsultasi, pengendalian, denda keterlambatan, tanggal efektif yuridis Analysis of The Implementation of Acquisition Regulation In Failure To Notify Acquisition Case By PT Bumi Kencana Eka Sejahtera Abstract This thesis is mainly discuss about 3 (three) problems. First, regulation of Consultation and Notification about acquisition based on Antitrust Law, the implementation of Antitrust Law in KPPU s decision No. 08/KPPU- M/2012 about failure to notify acquisition case by PT Bumi Kencana Eka Sejahtera, and comparison between regulation of Consultation and Notification about acquisition based on Indonesian Antitrust Law and regulation of Consultation and Notification about acquisition based on other country s Antitrust Law. Regulation of Consultation and Notification about acquisition shall be understood by companies and KPPU s Investigator. Therefore, companies can avoid violation of the regulation and KPPU can perform its best control function, so that in the end violation of Antitrust Law can be avoided. KPPU has implemented the regulation of acquisition in failure to notify acquisition case by PT Bumi Kencana Eka Sejahtera in a right way. In a comparison between regulation of Consultation and Notification about acquisition based on Indonesian Antitrust Law and regulation of Consultation and Notification about acquisition based on other country s Antitrust Law, there are some similarities and differences. Keywords: Acquisition, Consultation, effective date, implementation, mandatory Notification

2 Pendahuluan Akuisisi, atau yang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 disebut sebagai Pengambilalihan 1, merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang diatur dalam Hukum Persaingan Usaha, karena dianggap sebagai salah satu cara yang berpotensi mengurangi tingkat persaingan di pasar sebab dapat menciptakan kekuatan pasar (market power) yang dikaitkan dengan konsentrasi pasar. 2 Pengaturan dalam Hukum Persaingan Usaha yang berkaitan dengan akuisisi, mulai dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, sampai dengan Peraturan Komisi yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang berkaitan sebagai peraturan pelaksanaan yang sifatnya teknis, merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha yang ingin melakukan akuisisi. Hal tersebut adalah karena peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan isu dan persyaratan akuisisi, khususnya yang berkaitan dengan hukum persaingan usaha, terus berkembang. Pengaturan mengenai akuisisi layak diberi perhatian lebih oleh pelaku usaha, karena pelanggaran terhadapnya merupakan showstopper barrier untuk melakukan akuisisi, dan dapat menimbulkan hukuman denda dan kerugian yang berlipat-lipat. 3 Setiap akuisisi yang mengakibatkan nilai aset dan atau nilai penjualan yang melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada KPPU, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pengambilalihan tersebut. 4 Kewajiban melakukan Pemberitahuan mengenai akuisisi kepada KPPU tersebut diikuti dengan sanksi denda. Adanya ancaman sanksi berupa denda tersebut membuat pelaku usaha sedapat mungkin melaksanakan kewajiban melakukan Pemberitahuan perihal akuisisi yang dilakukannya secara tepat waktu dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelaku usaha harus memperhatikan secara teliti pengaturan yang berkaitan dengan kewajiban Pemberitahuan ini, karena Pemberitahuan tersebut mempunyai syarat dan tata cara tertentu yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha yang bersangkutan. Berkaitan dengan kewajiban melakukan Pemberitahuan, PP 57/2010 menyediakan fasilitas Konsultasi bagi pelaku usaha yang akan melakukan akuisisi. Konsultasi yang dimaksud adalah permohonan saran, bimbingan, dan atau pendapat tertulis yang diajukan oleh pelaku usaha kepada Komisi atas rencana akuisisi sebelum akuisisi berlaku efektif secara 1 Indonesia, Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, PP No. 57 Tahun 2010, LN No. 89 Tahun 2010, TLN No Penjelasan Pasal 3 Ayat 2 Huruf a, UU Nomor 5 Tahun Robert F. Bruner, Applied Mergers & Acquisitions, University Edition, (USA: John Wiley & Sons, Inc., 2004), p Ibid.

3 yuridis. 5 Pelaku usaha harus memperhatikan syarat dan tata cara Konsultasi yang telah diatur secara rinci dalam Perkom yang dibuat oleh KPPU. Ironisnya, ternyata pihak KPPU, dalam hal ini Investigator dan juga pelaku usaha masih belum memahami benar pengaturan yang dikeluarkan oleh KPPU. Hal tersebut terbukti dengan adanya kasus dugaan keterlambatan melakukan pemberitahuan pengambilalihan saham PT Andalan Satria Lestari oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera yang sebenarnya terjadi karena kesalahpahaman dan ketidakjelasan pengaturan yang berlaku. Dalam kasus tersebut terjadi perdebatan antara Investigator yang menyatakan bahwa PT Bumi Kencana Eka Sejahtera telah terlambat dalam melakukan Pemberitahuan pengambilalihan saham PT Andalan Satria Lestari dan melanggar Pasal 29 UU 5/1999 dan karena itu harus dijatuhi hukuman denda, dengan pihak PT Bumi Kencana Eka Sejahtera yang menyatakan bahwa pihaknya tidak terlambat dalam melakukan Pemberitahuan pengambilalihan saham. Perdebatan tersebut pada intinya bersumber dari ketidakjelasan mengenai kapan dimulainya perhitungan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari untuk melakukan Pemberitahuan terkait pengambilalihan saham yang telah dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan dalam rangka pengambilalihan saham perusahaan menurut Hukum Persaingan Usaha di Indonesia? 2. Bagaimana penerapan Hukum Persaingan Usaha dalam Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-M/2012 mengenai dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera? 3. Bagaimana pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan di negara-negara lain bila dibandingkan dengan pengaturan di Indonesia? Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran di masa yang akan datang dalam rangka penyusunan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan persaingan usaha di Indonesia, khususnya mengenai pemberitahuan pengambilalihan saham kepada KPPU sehingga memberikan kepastian hukum bagi KPPU maupun pelaku usaha. Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain: 5 Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm. 5.

4 a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan dalam rangka pengambilalihan saham perusahaan menurut Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. b. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan Hukum Persaingan Usaha dalam Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-M/2012 mengenai dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera. c. Untuk mengetahui perbandingan antara pengaturan mengenai Konsultasi dan Pemberitahuan di beberapa negara dengan pengaturan yang berlaku di Indonesia. Pembahasan Menurut Perkom 2/2013, Konsultasi adalah permohonan saran, bimbingan, dan atau pendapat tertulis yang diajukan oleh pelaku usaha kepada Komisi atas rencana penggabungan, peleburan atau pengambilalihan sebelum penggabungan, peleburan atau pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis. 6 Dengan kata lain, Konsultasi merupakan fasilitas bagi pelaku usaha untuk memperoleh penilaian KPPU terhadap rencana pengambilalihan yang dinyatakan dalam bentuk Pendapat Komisi. Berbeda dengan Pemberitahuan yang sifatnya wajib, Konsultasi bersifat sukarela. Tidak semua pelaku usaha yang hendak melakukan pengambilalihan dapat melakukan Konsultasi, karena terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan Konsultasi, yaitu 7 adanya Dokumen Pengambilalihan Tertulis dan telah memenuhi Batasan Nilai. Batasan Nilai menentukan apakah pelaku usaha dapat melakukan Konsultasi atau tidak. Batasan Nilai tersebut adalah: a) nilai aset badan usaha hasil pengambilalihan melebihi Rp ,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah); atau b) nilai penjualan (omzet) badan usaha hasil pengambilalihan melebihi Rp ,00 (lima triliun rupiah) Selain itu, pengambilalihan harus dilakukan antarperusahaan yang tidak terafiliasi. Pengambilalihan yang dilakukan di antara perusahaan yang terafiliasi tidak merubah struktur pasar dan kondisi persaingan yang telah ada. 6 Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm. 15.

5 Mengenai waktu kapan pelaku usaha harus melakukan Konsultasi, menurut Perkom 10/2011, tidak ada batasan waktu kapan Konsultasi dapat dilakukan kepada KPPU. Oleh karena itu Konsultasi dapat dilakukan pada tahap apapun sebelum Pengambilalihan selesai dilaksanakan. Pada dasarnya, prosedur Konsultasi tidak jauh berbeda dengan prosedur Pemberitahuan. Yang membedakan hanyalah waktu notifikasi yang berlainan. Konsultasi dapat saja dilakukan secara lisan maupun tertulis. Hanya saja, Konsultasi yang menjadi dasar bagi KPPU untuk melakukan penilaian adalah Konsultasi yang dilakukan secara tertulis 8. Tata cara Konsultasi tertulis berdasarkan Perkom 2/2013 adalah sebagai berikut 9 : 1. Mengisi Formulir dan Menyampaikan Dokumen 2. Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen 3. Penilaian Komisi 4. Hasil Penilaian Dengan melakukan Konsultasi, pelaku usaha mendapatkan keuntungan karena pelaku usaha dapat lebih dulu mengetahui posisi KPPU terhadap suatu rencana pengambilalihan sebelum pengambilalihan tersebut berlaku secara yuridis. Melalui konsultasi, pelaku usaha dapat menghindari kerugian yang besar dari pembatalan pengambilalihan yang disertai denda jika KPPU menganggap suatu pengambilalihan berakibat pada praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. 10 Konsultasi dapat diwakilkan. Artinya, Konsultasi memang dapat dilakukan oleh pimpinan atau pengurus badan usaha, namun dapat pula dilakukan melalui perwakilan atau kuasanya. 11 Konsultasi ini pun gratis dan tidak dipungut biaya apapun. Dengan melakukan konsultasi terlebih dahulu, pelaku usaha akan lebih tenang untuk melaksanakan rencana pengambilalihannya. Di samping keuntungan yang dapat diperoleh pelaku usaha dengan melakukan Konsultasi, ada juga akibat negatif dari Konsultasi yang menyebabkan pelaku usaha enggan untuk berkonsultasi dengan KPPU. Dampak negatif yang umumnya tidak dikehendaki pelaku usaha adalah ekspose terhadap rencana pengambilalihan tersebut. Seperti telah disebutkan di atas, hasil penilaian KPPU berupa Pendapat Komisi terhadap Konsultasi disampaikan kepada pelaku usaha dan diumumkan sekurang-kurangnya melalui website KPPU. 8 Novi Nurviani, Konsultasi Merger: Sebuah Insentif dan Kemudahan, dalam Kompetisi: PP Merger dan Akuisisi Disambut Positif, Edisi 24, (Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010), hlm Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm Farid Nasution, Konsultasi vs Pemberitahuan Merger dan Akusisi Kepada KPPU, ihankepadakppu html, diakses pada 19 Maret Novi Nurviani, Konsultasi Merger: Sebuah Insentif dan Kemudahan, op.cit., hlm. 17.

6 Pemberitahuan adalah penyampaian informasi resmi secara tertulis yang wajib dilakukan oleh pelaku usaha kepada KPPU atas Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha, dan Pengambilalihan Saham Perusahaan setelah Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha atau Pengambilalihan Saham Perusahaan berlaku efektif secara yuridis. 12 Syarat wajib melakukan pemberitahuan hanya dikenakan bagi perusahaan yang nilainya memenuhi Batasan Nilai (threshold) dan bukan termasuk perusahaan afiliasi. Pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa pelaku usaha harus melakukan Pemberitahuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Pengambilalihan telah berlaku efektif secara yuridis. Tanggal bilamana dikatakan Pengambilalihan telah berlaku efektif secara yuridis adalah 13 : 1. Untuk Badan Usaha yang berbentuk perseroan terbatas, sesuai dengan ketentuan dalam Penjelasan Pasal 133 huruf b UU 40/2007 adalah tanggal Pemberitahuan Diterima Menteri 14, baik dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar maupun yang tidak disertai perubahan anggaran dasar Jika salah satu pihak yang melakukan Pengambilalihan adalah perseroan terbatas dan pihak lain adalah perusahaan non-perseroan terbatas, maka Pemberitahuan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditandatanganinya pengesahan Pengambilalihan oleh para pihak Kemudian khusus untuk pengambilalihan saham yang terjadi di bursa efek, maka Pemberitahuan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat keterbukaan informasi pengambilalihan saham perseroan terbuka. 4. Dalam hal badan usaha yang melakukan Pengambilalihan tidak berbentuk perseroan terbatas, maka Pemberitahuan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditandatanganinya pengesahan Pengambilalihan oleh para pihak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, prosedur Pemberitahuan pada dasarnya sama dengan prosedur Konsultasi. Perbedaannya adalah dalam Pemberitahuan dilakukan 12 Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm Menteri di sini maksudnya adalah Menteri Hukum dan HAM. 15 Hal tersebut sejalan dengan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a butir ii Perkom Nomor 4 Tahun Tanggal pengesahan adalah tanggal efektif beralihnya kepemilikan saham di perusahaan yang diambilalih (closing date).

7 paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pengambilalihan berlaku efektif. Berikut adalah tahap-tahap yang dilalui dalam proses Pemberitahuan 17 : 1. Mengisi Formulir dan Menyampaikan Dokumen 2. Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen 3. Penilaian Komisi 4. Hasil Penilaian Output Pemberitahuan adalah sama dengan output Konsultasi, yaitu Pendapat Komisi yang dapat berupa pendapat tidak adanya dugaan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat, adanya dugaan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat, atau tidak adanya dugaan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat dengan catatan berupa saran dan/atau bimbingan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. 18 Pemberitahuan tidak dikenakan biaya apapun, karena memang KPPU tidak menetapkan notification fee seperti di beberapa negara lain. 19 Kelebihan Pemberitahuan dilihat dari sudut pandang pelaku usaha adalah waktu Pemberitahuan yang dilakukan setelah dilakukannya pengambilalihan. Pelaku usaha tidak perlu takut harga sahamnya turun karena publikasi rencana pengambilalihan, karena bila hanya melakukan Pemberitahuan maka pelaku usaha tidak perlu terekspos rencana pengambilalihannya. Selain itu pelaku usaha pun tidak perlu takut data-data penting perusahaan akan bocor, walaupun KPPU menyatakan akan menjaga rahasia perusahaan namun kekhawatiran akan hal itu tetap ada dalam benak pelaku usaha. Kelebihan lain adalah pelaku usaha hanya perlu menghitung dan menyusun data-data perusahaannya untuk sekali waktu saja. Selain itu, pelaku usaha pun tidak akan merasa rugi apabila pengambilalihan karena satu dan dua hal tidak jadi dilaksanakan, karena Pemberitahuan belum dilakukan dan tidak perlu membuang waktu dan tenaga untuk melakukan perhitungan dan menyusun data perusahaan. Kekurangan lembaga ini dirasakan lebih besar oleh KPPU. Dengan hanya diwajibkan melakukan Pemberitahuan yang dilakukan setelah pengambilalihan terjadi, KPPU merasa kesulitan untuk mengontrol pengambilalihan yang terjadi di lapangan. Tentunya akan sangat sulit untuk mencegah sesuatu hal yang sudah terjadi, apalagi untuk membatalkan pengambilalihan bila ternyata terbukti melanggar ketentuan Undang-Undang. 20 Bagi pelaku usaha, kekurangan dari Pemberitahuan adalah pelaku usaha akan terus dibayangi ketakutan 17 Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm Lampiran Perkom Nomor 2 Tahun 2013, hlm Novi Nurviani, Konsultasi Merger: Sebuah Insentif dan Kemudahan, op.cit. 20 M. Vareno Tarnes, op.cit.

8 akan pembatalan yang dapat dilakukan KPPU apabila pengambilalihan tersebut terbukti melanggar. Konsekuensi dari diwajibkannya Pemberitahuan kepada KPPU bagi pelaku usaha yang memenuhi syarat Pemberitahuan adalah adanya sanksi yang akan dikenakan bagi pelaku usaha yang melanggar atau tidak melaksanakan kewajiban tersebut. KPPU berwenang menjatuhkan sanksi vide Pasal 6 PP 57/2010 berupa denda administratif sebesar Rp ,00 (satu miliar rupiah) untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp ,00 (dua puluh lima miliar rupiah). 21 Kasus dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan bermula dari pengambilalihan yang dilakukan oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera, selanjutnya disebut PT Bumi, atas saham PT Andalan Satria Lestari, selanjutnya disebut PT ASL. Pengambilalihan tersebut dilakukan dalam dua tahap, yaitu: 1. Tahap Pertama, pengambilan seluruh saham baru dalam PT ASL sebanyak lembar saham atau setara dengan 99,83% (sembilan puluh sembilan koma delapan puluh tiga persen) saham sebagaimana tertuang dalam Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT ASL No. 19 tanggal 15 Februari 2012 dibuat dihadapan Deni Thanur, S.E., S.H., MKn, Notaris di Jakarta. 2. Tahap Kedua, pengambilalihan saham milik PT. Cakrawala Dinamika Lestari dalam PT ASL sebanyak 149 lembar saham atau 99,99% (sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen) saham dan pengambilan saham baru dalam PT ASL sebanyak lembar saham, serta pergantian pengurus dari pengurus lama yang ditunjuk oleh pemegang saham lama oleh pengurus baru yang ditunjuk oleh PT Bumi, sebagaimana tertuang dalam Akta Berita Acara Rapat PT ASL No. 6 Tanggal 1 Maret 2012, dibuat di hadapan Hannywati Gunawan, S.H. Notaris di Jakarta. 22 Setelah mengetahui perihal kewajiban Pemberitahuan dari PT DSS yang merupakan perusahaan induknya, pada tanggal 25 Mei 2012 PT Bumi melakukan Pemberitahuan kepada KPPU mengenai pengambilalihan yang telah dilaksanakannya tersebut. 23 Berdasarkan Pemberitahuan tersebut, KPPU menyelidiki dan mengidentifikasi adanya keterlambatan Pemberitahuan yang dilakukan oleh PT Bumi. 21 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010, Ps Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-M/2012, hlm Ibid., hlm.5

9 Menurut Investigator, berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor AHU AH Tahun 2012 tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan diketahui bahwa pengambilalihan tahap pertama PT ASL oleh Bumi berlaku efektif secara hukum pada tanggal 27 Februari Kemudian berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan Nomor AHU-AH diketahui bahwa pengambilalihan tahap kedua PT ASL oleh PT Bumi berlaku efektif secara hukum pada tanggal 27 April Dengan demikian, seharusnya PT Bumi melakukan Pemberitahuan atas pengambilalihannya tersebut pada tanggal 10 April 2012, yaitu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal efektif pengambilalihan tahap pertama. Namun PT Bumi baru melakukan Pemberitahuan pada tanggal 25 Mei Itu berarti menurut Investigator, PT Bumi telah terlambat dalam melakukan Pemberitahuan selama 31 (tiga puluh) hari. 24 Atas Laporan Keterlambatan Pemberitahuan yang dibuat oleh Investigator tersebut, PT Bumi menanggapinya dengan menyampaikan alasan dari tidak dilakukannya Pemberitahuan kepada KPPU pada pengambilalihan tahap pertama, yaitu karena menurut PT Bumi dalam pengambilalihan seluruh saham baru yang diterbitkan PT ASL sebanyak lembar saham, belum terjadi perubahan kendali dari PT ASL kepada PT Bumi. Hal tersebut dikarenakan tidak terjadi perubahan susunan pengurus di PT ASL. 25 Menurut Investigator, alasan tersebut tidak dapat diterima, karena PT Bumi telah mengambilalih saham mayoritas di PT ASL sebesar 99,83% lembar saham, dan PT Bumi memiliki kendali terhadap susunan pengurus dan kebijakan di PT ASL. Mengenai belum terjadinya perubahan pengurus di PT ASL pada pengambilalihan tahap pertama, hal itu merupakan hak pemegang saham untuk merubah atau tidaknya susunan pengurus pemegang saham di PT ASL. Selain itu, sampai tahap penyelidikan berlangsung, PT Bumi belum bisa menunjukkan dokumen yang menjelaskan bahwa setelah terjadinya pengambilalihan tahap pertama, PT Cakrawala Dinamika Lestari (pemegang saham sebelum diambilalih oleh PT Bumi) selaku pemegang saham 149 lembar saham tetap menjadi pengendali di PT ASL, serta PT Bumi tidak bisa menunjukkan dokumen yang menjelaskan bahwa pada tahap proses pengambilalihan tahap kedua, PT Bumi bukan merupakan pengendali di PT ASL. 26 Di sisi lain, selain PT Bumi tetap bersikeras bahwa pada pengambilalihan tahap pertama belum terjadi perubahan pengendalian, PT Bumi dalam Tanggapan terhadap Laporan Keterlambatan Pemberitahuan keberatan atas penerapan Perkom 4/2012 dalam kasus ini. Hal 24 Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 6.

10 tersebut adalah karena menurut PT Bumi Perkom 4/2012 berlaku pada tanggal 27 Agustus 2012, sedangkan tindakan pengambilalihan saham yang diduga terlambat dilakukan Pemberitahuannya terjadi pada bulan Februari Dengan demikian menurut PT Bumi, Investigator telah memberlakukan Perkom 4/2012 secara surut dan itu berarti telah melanggar ketentuan dalam Pasal 14 Perkom 4/ dan UU 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Lampiran B, angka 155 dan Sanggahan berikutnya adalah mengenai tanggal efektif pengambilalihan. PT Bumi mempertanyakan ketidakkonsistenan Investigator dalam menerapkan ketentuan mengenai tanggal efektif pengambilalihan. Dikatakan bahwa pada pengambilalihan pertama penghitungan tanggal efektif mengacu pada Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI tentang Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan, sedangkan pengambilalihan kedua penghitungan tanggal efektif mengacu pada Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan. Padahal, Investigator mendasarkan pemeriksaan kasus ini pada Perkom 4/2012 yang menyatakan bahwa tanggal efektif pengambilalihan adalah Pemberitahuan Diterima Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia baik dalam hal terjadi perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 maupun yang tidak disertai perubahan Anggaran Dasar 30. Dengan demikian menurut PT Bumi, seharusnya Investigator konsisten dengan dasar hukum yaitu Perkom 4/2012 dan menghitung tanggal efektif pengambilalihan yaitu pada tanggal 27 April 2012, sehingga PT Bumi tidak terlambat melakukan Pemberitahuan karena belum lewat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal 27 April 2012, yaitu pada tanggal 25 Mei 2012 PT Bumi telah melakukan Pemberitahuan. Dalam menganalisis kasus dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan di atas, pertama-tama harus dibuktikan terlebih dahulu apakah benar PT Bumi memenuhi unsur-unsur dalam Pasal yang disangkakan dilanggar olehnya, yaitu Pasal 29 ayat (1) UU 5/ sebagai berikut: 1. Unsur Pengambilalihan Saham 27 Pasal 14: Peraturan Komisi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. 28 Angka 155: Pada dasarnya mulai berlakunya Peraturan Perundang-undangan tidak dapat ditentukan lebih awal daripada saat pengundangannya. Angka 156 huruf b: Jika ada alasan yang kuat untuk memberlakukan Peraturan Perundang-undangan lebih awal daripada saat pengundangannya (berlaku surut), diperhatikan hal sebagai berikut: b. rincian mengenai pengaruh ketentuan berlaku surut itu terhadap tindakan hukum, hubungan hukum, dan akibat hukum tertentu yang sudah ada, dimuat dalam ketentuan peralihan. 29 Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-M/2012, hlm Perkom Nomor 4 Tahun 2012, Ps. 2 ayat (2) huruf a butir ii. 31 Ibid., hlm. 1.

11 Definisi Pelaku Usaha 32 dalam Pasal 1 ayat (3) tersebut telah dipenuhi oleh PT Bumi dan PT ASL. Selanjutnya, unsur mengakibatkan beralihnya pengendalian juga telah dipenuhi oleh pengambilalihan yang dilakukan oleh PT Bumi tersebut. Hal tersebut karena setelah dilakukan pengambilalihan, PT Bumi menjadi Pelaku Usaha Pengendali karena memiliki saham atau menguasai suara lebih dari 50% (lima puluh persen) dalam PT ASL, yakni 99,99% (sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen), sehingga dapat mempengaruhi dan menentukan kebijakan pengelolaan PT ASL dan/atau mempengaruhi dan menentukan pengelolaan PT ASL. 33 Dengan demikian pengambilalihan yang dilakukan PT Bumi dalam kasus tersebut adalah pengambilalihan yang dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) UU 5/ Unsur Nilai Penjualan dan atau Nilai Aset yang Melebihi Jumlah Tertentu Mengacu pada batasan nilai yang ditentukan dalam Pasal 5 ayat (2) di atas, nilai penjualan gabungan melebihi Rp ,00 (lima triliun rupiah) dan nilai aset gabungan melebihi Rp ,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah). Dengan demikian, nilai penjualan dan nilai aset hasil pengambilalihan saham PT ASL oleh PT Bumi tersebut termasuk dalam nilai penjualan dan atau nilai aset yang melebihi jumlah tertentu. 3. Unsur Perusahaan Tidak Terafiliasi Dengan memperhatikan komposisi kepemilikan saham PT Bumi dan PT ASL, terbukti bahwa PT Bumi dan PT ASL merupakan perusahaan yang tidak terafiliasi dan tidak dikendalikan oleh pihak yang sama, sehingga telah memenuhi unsur perusahaan tidak terafiliasi. 4. Unsur Wajib Diberitahukan Kepada Komisi Dengan terpenuhinya ketiga unsur di atas, maka PT Bumi dikenakan kewajiban melakukan Pemberitahuan atas pengambilalihan yang dilakukannya tersebut kepada KPPU seperti yang diatur dalam Pasal 29 ayat (1) di atas. Seperti yang terbukti dari Formulir Pemberitahuan A1 dan Tanda Terima Pemberitahuan, PT Bumi telah melakukan kewajiban tersebut pada tanggal 25 Mei 2012 ke 32 Lihat definisi Pelaku Usaha dalam PP 57/2010 Pasal 1 angka 8 yang sesuai dengan definisi Pelaku Usaha dalam UU 5/1999 Pasal 1 angka Lihat definisi Pelaku Usaha Pengendali dalam Lampiran Perkom 3/2012 halaman 5 yang berlaku saat kasus tersebut diperiksa, yang sesuai dengan Lampiran Perkom 2/2013 halaman 4 yang berlaku saat ini.

12 KPPU 34, dengan demikian kewajiban memberitahukan kepada Komisi telah dipenuhi oleh PT Bumi. 5. Unsur Selambat-lambatnya 30 (Tiga Puluh) Hari Kerja Sejak Tanggal Penggabungan, Peleburan, atau Pengambilalihan Tersebut Untuk membuktikan terpenuhinya unsur ini maka harus ditentukan terlebih dahulu tanggal mana yang dimaksud dengan tanggal pengambilalihan oleh Pasal 29 ayat (1) tersebut. Perkom 4/2012 mengatur bahwa tanggal pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis adalah tanggal pemberitahuan diterima menteri baik dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) UU 40/2007 maupun yang tidak disertai perubahan anggaran dasar 35. Berdasarkan Pasal 131 ayat (1) UU 40/2007, pengambilalihan saham tidak mengakibatkan terjadinya perubahan Anggaran Dasar yang diatur pada Pasal 21 ayat (2), sehingga tidak memerlukan persertujuan Menteri. Namun pengambilalihan saham dikategorikan sebagai perubahan Anggaran Dasar yang diatur dalam Pasal 21 ayat (3), yaitu cukup menyampaikan pemberitahuan kepada Menteri. 36 Produk hukum dari peningkatan modal dasar, pengambilalihan saham, dan perubahan komposisi pemegang saham di pengambilalihan tahap pertama adalah Surat Persetujuan Menteri Hukum dan HAM, Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar, dan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan. Namun faktanya, tidak terdapat dokumen Pemberitahuan diterima Menkumham untuk pengambilalihan saham tahap pertama. PT Bumi baru mendapat dokumen Pemberitahuan diterima Menkumham setelah proses pengambilalihan tahap kedua selesai dilaksanakan. 37 Mengenai perubahan komposisi pemegang saham seharusnya Notaris yang bersangkutan melakukan pemberitahuan/pelaporan dengan mengisi/mengakses DIAN III, kemudian Menkumham akan menerbitkan dokumen Pemberitahuan diterima Menkumham. Apabila Notaris tidak mengakses DIAN III sebagai perubahan data pemegang saham akibatnya Kemenkumham tidak mempunyai data perubahan pemegang saham yang baru. Sudah seharusnya perubahan peningkatan 34 Putusan KPPU Nomor 08/KPPU-M/2012, hlm Perkom Nomor 4 Tahun 2012, Ps UU Nomor 40 Tahun 2007, Ps. 21 ayat (3). 37 Ibid., hlm. 38.

13 modal dengan perubahan pemegang saham Notaris harus mengakses DIAN II diikuti dengan akses DIAN III 38. Berdasarkan penjelasan di atas, mengenai unsur selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pengambilalihan telah terpenuhi, karena bila melihat ketentuan yang berlaku yakni Perkom 4/2012, tanggal efektif pengambilalihan berlaku secara yuridis adalah sejak Surat Penerimaan Pemberitahuan Menkumham tertanggal 27 April Sehingga Pemberitahuan yang dilakukan PT Bumi pada tanggal 25 Mei 2012 masih dalam tenggat waktu Pemberitahuan yang diperbolehkan Undang-Undang. Unsur tersebut terpenuhi, terlepas ada atau tidaknya kesalahan Notaris dalam pengaksesan SABH setelah pengambilalihan tahap pertama. Pengaturan Pengambilalihan Saham di berbagai negara di dunia telah ada dan berkembang sejak lama. Indonesia yang baru memiliki UU Larangan Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat pada tahun 1999 pun banyak mengadopsi pengaturan merger dari berbagai negara yang dianggap telah lebih stabil pengaturan antimonopolinya. Negara-negara perbandingan tersebut ternyata hanya mempunyai sistem notifikasi pra-merger, baik yang mandatory maupun voluntary. Sebagian besar tidak mengenakan biaya notifikasi, kecuali Australia yang salah satu bentuk notifikasinya mengharuskan pelaku usaha untuk membayar biaya notifikasi. Mengenai sanksi, hanya Indonesia dan Brazil yang mengenakan sanksi berupa denda. Penutup Hukum Persaingan Usaha di Indonesia khususnya UU 5/1999, PP 57/2010, dan Perkom 2/2013 mengatur mengenai fasilitas Konsultasi dan kewajiban melakukan Pemberitahuan. Konsultasi merupakan fasilitas yang sifatnya sukarela bagi pelaku usaha untuk menyampaikan permohonan saran, bimbingan, dan atau pendapat tertulis kepada Komisi atas rencana pengambilalihan sebelum pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis, untuk mendapatkan penilaian KPPU terhadap rencana pengambilalihan yang dinyatakan dalam bentuk Pendapat Komisi. Untuk dapat melakukan Konsultasi, pelaku usaha harus memenuhi beberapa syarat yakni adanya dokumen pengambilalihan tertulis, memenuhi batasan nilai, serta pengambilalihan tersebut harus dilakukan antarperusahaan yang tidak terafiliasi. Tata cara Konsultasi pada dasarnya sama dengan tata cara Pemberitahuan, hanya 38 Ibid., hlm. 23.

14 saja dilakukan sebelum pengambilalihan selesai dilaksanakan. Sedangkan Pemberitahuan adalah penyampaian informasi resmi secara tertulis yang wajib dilakukan oleh pelaku usaha kepada KPPU atas Pengambilalihan Saham Perusahaan setelah Pengambilalihan Saham Perusahaan berlaku efektif secara yuridis. Syarat untuk dapat dikenakan kewajiban Pemberitahuan adalah memenuhi batasan nilai dan pengambilalihan tersebut harus dilakukan antarperusahaan yang tidak terafiliasi. Tata cata Pemberitahuan hampir sama dengan tata cara Konsultasi, namun kewajiban Pemberitahuan dikenakan setelah pengambilalihan saham selesai dilaksanakan. Oleh karena Pemberitahuan bersifat wajib, maka bagi pelaku usaha yang tidak melakukan Pemberitahuan sampai dengan 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pengambilalihan saham berlaku efektif akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar 1 miliar per hari keterlambatan dan kemungkinan pembatalan pengambilalihan saham apabila dianggap terdapat praktek monopoli dan atau persaingan tidak sehat. Dalam kasus dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan yang dilakukan oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera, KPPU menerapkan UU 5/1999, PP 57/2010, serta Perkom 4/2012 untuk memeriksa kasus tersebut. Penerapan isi peraturan yang digunakan oleh KPPU dalam memutus perkara tersebut telah tepat dan sesuai peraturan yang berlaku. Pertimbangan Majelis Komisi mengenai penerapan Perkom 4/2012 telah sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, karena pengenaan Denda Administratif Keterlambatan telah ditetapkan dalam Pasal 6 PP 57/2010 yang berlaku sejak tanggal 20 Juli 2010, dan Perkom 4/2012 merupakan penyempurnaan yang menguntungkan PT Bumi sebagai Terlapor. Pertimbangan Majelis Komisi mengenai pemenuhan unsur Pasal 29 UU 5/1999 pun telah tepat dan sesuai. PT Bumi benar melakukan pengambilalihan saham yang mengakibatkan perubahan pengendalian kepada PT Bumi, selain itu nilai penjualan dan aset setelah pengambilalihan melebihi batasan nilai yang ditetapkan oleh Pasal 5 ayat (2) PP 57/2010. PT Bumi dan PT ASL bukanlah perusahaan yang terafiliasi. Dengan terpenuhinya syarat Pemberitahuan tersebut, PT Bumi adalah benar dikenakan kewajiban untuk melakukan Pemberitahuan atas pengambilalihan yang dilakukannya. Pertimbangan Majelis Komisi mengenai PT Bumi tidak terlambat melakukan Pemberitahuan adalah tepat, karena perhitungan jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Surat Penerimaan Pemberitahuan Menkumham telah sesuai dengan Perkom 4/2012. Dengan demikian, keputusan Majelis Komisi bahwa PT Bumi Kencana Eka Sejahtera tidak terbukti melanggar Pasal 29 UU 5/1999 telah tepat dan sesuai peraturan yang berlaku. Mengenai perbandingan dengan pengaturan pengambilalihan saham yang berkaitan dengan Konsultasi dan Pemberitahuan di negara-negara lain yakni Australia, Brazil, dan

15 Jepang, dapat disimpulkan bahwa ketiga negara tersebut mengatur pula mengenai notifikasi atas pengambilalihan saham yang dilakukan pelaku usaha kepada pihak yang berwenang di negaranya masing-masing. Notifikasi tersebut, baik yang bersifat wajib maupun sukarela, dilakukan sebeluselesai dilaksanakannya pengambilalihan saham yang bersangkutan. Hal tersebut berbeda dengan pengaturan di Indonesia yang menganut dua sistem notifikasi, yakni notifikasi sebelum selesai dilaksanakannya pengambilalihan (pre-merger notification) dan notifikasi setelah selesai dilaksanakannya pengambilalihan (post-merger notification). Berdasarkan tinjauan yuridis mengenai pengaturan pengambilalihan saham di Indonesia beserta penerapannya dalam kasus dugaan keterlambatan melakukan Pemberitahuan tersebut, maka beberapa saran yang dapat Penulis kemukakan, antara lain sebaiknya KPPU secara teliti dan hati-hati membuat maupun memperbaharui Pedoman Komisi tersebut demi kepastian hukum dan terhindardari kerancuan dan kesalahpahaman. Selain itu, sosialisasi kepada Investigator KPPU sendiri maupun kepada pelaku usaha perlu ditingkatkan untuk menghindari hal-hal yang merugikan dan tidak diinginkan. Selain itu secara khusus, perlu diadakan penyempurnaan terhadap pengaturan mengenai perhitungan tanggal efektif yuridis untuk pengambilalihan saham, yang sebelumnya diatur oleh Pasal 2 Perkom 4/2012. Perlu juga dibuat suatu pengaturan yang di dalamnya terintegrasi tugas, wewenang, serta sanksi yang akan dikenakan kepada Notaris yang berkaitan dengan suatu transaksi pengambilalihan saham apabila Notaris tersebut melanggar peraturan yang berlaku atau lalai dalam melaksanakan tugasnya. Pengaturan tentang hal tersebut adalah penting, mengingat peran Notaris sangat besar bila dikaitkan dengan proses administrasi (surat menyurat kepada Menteri Hukum dan HAM) yang dijadikan tolak ukur dalam menghitung tanggal efektif yuridis menurut peraturan yang berlaku. Best Practice yang ada di berbagai negara juga perlu dipertimbangkan dalam menyempurnakan Pedoman Komisi maupun UU 5/1999. Harus pula dipertimbangkan situasi dan kondisi di Indonesia, seperti rata-rata kemampuan pelaku usaha dalam membayar denda, tingkat kesadaran hukum pelaku usaha di Indonesia, dan sebagainya. Mengenai lebih banyak negara perbandingan yang menganut sistem pre-merger notification dibandingkan sistem post-merger notification seperti yang dianut di Indonesia, hal tersebut dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut apabila KPPU ingin mendorong Pemerintah untuk mengamandemen Pasal 29 UU 5/1999 dan merubahnya menjadi sistem pre-merger notification. Daftar Referensi

16 Buku: Basir, Saleh dan H.M. Fakhrudin. Aksi Korporasi, Startegi Untuk Meningkatkan Nilai Saham Melalui Aksi Korporasi. Jakarta: Salemba Empat, Elliott, Porter. Merger Control: Jurisdictional Comparisons, European Lawyer Reference. Europe: Sweet & Maxwell, Fuady, Munir. Hukum Tentang Merger. Bandung: Citra Aditya Bakti, Hitt, et al. Merger dan Akuisisi: Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham. Ed. 1. Cet. 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Ibrahim, Johnny. Hukum Persaingan Usaha: Filosofi, Teori, dan Implikasi Penerapannya di Indonesia. Cet. 2. Surabaya: Bayumedia Publishing, Lubis, et.al. Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks & Konteks. Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Schaeffer, Fiona and Michael Culhane Harper. A Fundamental Shift: Brazil s New Merger Control Regime and Its Likely Impact On Cross-Border Transactions. Sao Paulo: The Antitrust Source, Widjaja, Gunawan. Merger dalam Perspektif Monopoli. Seri Hukum Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Wise, Michael. Review of Competition Law And Policy In Japan. Paris: OECD Publications, Artikel: Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Jurnal Persaingan Usaha: Jurnal Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Edisi 1. Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, PP No. 57 dari Sudut Pandang Konseptor. Kompetisi: PP Merger dan Akuisisi Disambut Positif. Edisi 24. Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Nurviani, Novi. Konsultasi Merger: Sebuah Insentif dan Kemudahan. Kompetisi: PP Merger dan Akuisisi Disambut Positif. Edisi 24. Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2010.

17 Pasaribu, Benny. Sambutan Ketua KPPU. Jurnal Persaingan Usaha, Jurnal Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. UU Nomor 5 Tahun LN No. 33 Tahun TLN No Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. UU Nomor 40 Tahun LN No. 106 Tahun TLN No Peraturan Pemerintah tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. PP No. 57 Tahun 2010 LN No. 89 Tahun TLN No Menteri Hukum dan HAM RI. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-02.AH Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Perseroan, Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar, Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar, Dan Perubahan Data Perseroan. Permenhukham Nomor M.HH-02.AH Tahun Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan. Lampiran Perkom Nomor 1 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun 2010 tentang Formulir Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan. Perkom Nomor 10 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 11 Tahun 2010 tentang Konsultasi Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan. Perkom Nomor 11 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya

18 Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perkom Nomor 13 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan. Perkom Nomor 2 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan KPPU Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perkom Nomor 10 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan KPPU Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perkom Nomor 3 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan. Perkom Nomor 4 Tahun Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan KPPU Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Perkom Nomor 2 Tahun Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 05/KPPU/PDPT/III/2013 Tentang Penilaian Terhadap Pengambilalihan (Akuisisi) Saham Perusahaan PT Andalan Satria Lestari Oleh PT Bumi Kencana Eka Sejahtera. Pendapat Komisi Nomor 05/KPPU/PDPT/III/2013.

P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012

P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012 P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 08/KPPU-M/2012 tentang dugaan pelanggaran terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan 46 BAB IV ANALISIS HUKUM A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan Satria Lestari Pasal 29 UU No.5 Tahun 1999, mewajibkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 Dari pertamakali dibentuk hingga sekarang KPPU sudah banyak

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ini adalah apabila setelah dilakukan penilaian oleh KPPU, ternyata merger

BAB III PENUTUP. diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ini adalah apabila setelah dilakukan penilaian oleh KPPU, ternyata merger 56 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada bagian pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Sejak diundangkannya PP No. 57 Tahun 2010, sistem pengendalian

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGENAAN DENDA KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN KOMISI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG KONSULTASI PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 P U T U S A N Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 tentang dugaan pelanggaran Pasal 29

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif Oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha Kepada Toray Advanced Materials Korea Inc. Dalam suatu tindakan pengambilalihan saham

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014

P U T U S A N Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014 P U T U S A N Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang dugaan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pengendalian terhadap penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan 70 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan a. Ketentuan mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 05/KPPU/PDPT/III/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT ANDALAN

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER LATAR BELAKANG 1. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah merger dapat didefinisikan sebagai suatu fusi atau absorbsi dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger,

BAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger, konsolidasi dan akuisisi. Merger, konsolidasi dan akuisisi kerap berpengaruh terhadap persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum persaingan usaha di Indonesia diatur dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum persaingan usaha di Indonesia diatur dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum persaingan usaha di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA Ditha Wiradiputra Bahan Mengajar Mata Kuliah Hukum Persaingan Usaha Fakultas Hukum Universitas indonesia 2008 Agenda Pendahuluan Dasar Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 34/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 34/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 34/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT BAKRIE

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015

P U T U S A N Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015 P U T U S A N Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015 tentang Laporan Keterlambatan Pemberitahuan

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014

P U T U S A N Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014 P U T U S A N Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang Dugaan

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014

P U T U S A N Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014 SALINAN P U T U S A N Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan usaha dalam pasar perdagangan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi dan menciptakan

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 19/KPPU/PDPT/VI/2014 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 19/KPPU/PDPT/VI/2014 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 19/KPPU/PDPT/VI/2014 TENTANG PEMBERITAHUAN PENYERTAAN SAHAM DALAM PT MENTARI PERTIWI MAKMUR OLEH PT SALIM

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG Tindakan penggabungan, peleburan dan/atau pengambilalihan disadari atau tidak, akan mempengaruhi persaingan antar para pelaku usaha di dalam pasar bersangkutan dan membawa dampak kepada

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10211 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10211 TENTANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10211 TENTANG PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT UOB LIFE SUN ASSURANCE OLEH PT BHAKTI CAPITAL INDONESIA, TBK. I. LATAR BELAKANG 1.1 Pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karenanya, pada kondisi ini, para pelaku usaha berlomba-lomba untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. karenanya, pada kondisi ini, para pelaku usaha berlomba-lomba untuk saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang sangat dipengaruhi oleh para pelaku usaha, baik langsung maupun tidak langsung telah mengubah kondisi dan situasi perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 TENTANG DUDUK PERKARA

P U T U S A N Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 TENTANG DUDUK PERKARA P U T U S A N Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang Dugaan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT SOLO NGAWI JAYA OLEH PT JASA MARGA (PERSERO) TBK LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11211 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11211 TENTANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11211 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT CIPENDAWA AGRIINDUSTRI OLEH PT CHAROEN POKPHAND JAYA FARM I. LATAR BELAKANG 1.1. Berdasarkan Peraturan

Lebih terperinci

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811 PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT PELAYARAN SANDITIA PERKASA MARITIM DAN PT MUTIARA TANJUNG LESTARI OLEH PT BERAU COAL ENERGY

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/VI/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT PEMBANGKITAN

Lebih terperinci

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM PELAKSANAAN MERGERR (STUDI TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NO. 57 TAHUN 2010) SKRIPSI

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM PELAKSANAAN MERGERR (STUDI TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NO. 57 TAHUN 2010) SKRIPSI KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA DALAM PELAKSANAAN MERGERR (STUDI TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NO. 57 TAHUN 2010) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 22/KPPU/PDPT/IX/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT CARREFOUR

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/V/2014 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/V/2014 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/V/2014 TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM KUFPEC INDONESIA

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2009 Tanggal 13 Mei 2009 PETUNJUK PELAKSANAAN PRA-NOTIFIKASI PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN DAFTAR ISI BAB I BAB II BAB III

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai

I.PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awal reformasi di Indonesia memunculkan rasa keperihatinan rakyat terhadap fakta bahwa perusahaan-perusahaan besar yang disebut konglomerat menikmati pangsa pasar

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PT PERKASA MELATI OLEH PT UNITED

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LK NOMOR KEP-259/BL/2008 TANGGAL 30 JUNI 2008 PERATURAN NOMOR IX.H.1: PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

LAMPIRAN KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LK NOMOR KEP-259/BL/2008 TANGGAL 30 JUNI 2008 PERATURAN NOMOR IX.H.1: PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA LAMPIRAN KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LK NOMOR KEP-259/BL/2008 TANGGAL 30 JUNI 2008 PERATURAN NOMOR IX.H.1: PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA 1. Definisi dalam hubungannya dengan peraturan ini: a. Perusahaan

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11712 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11712 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11712 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT MULTI TAMBANGJAYA UTAMA

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA 1. KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Perusahaan Terbuka adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat

Lebih terperinci

VERSI PUBLIK LATAR BELAKANG

VERSI PUBLIK LATAR BELAKANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 20/KPPU-Pat/VIII/2017 TENTANG PENILAIAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT CITRA BANGUN SARANA OLEH PT TRANS RITEL PROPERTI I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Definisi Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) menurut Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseoan Terbatas ( UUPT ) adalah badan hukum persekutuan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 02/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 02/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 02/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT NUSARAYA PERMAI, PT ALAM PERMAI DAN PT NAKAU OLEH PT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang telah diuraikan, maka penulis berkesimpulan : 1. KPPU dalam melaksanakan tugasnya belum dapat berjalan secara efektif dalam

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-264/BL/2011 TENTANG PENGAMBILALIHAN

Lebih terperinci

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10512 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN. PT TIARA METROPOLITAN INDAH OLEH PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10512 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN. PT TIARA METROPOLITAN INDAH OLEH PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10512 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT TIARA METROPOLITAN INDAH OLEH PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk LATAR BELAKANG 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan

-2- Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu menyempurnakan peraturan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 288) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG SALINAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG SALINAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT APIRA UTAMA, PT BARA SEJATI DAN PT CAHAYA ALAM OLEH PT BAYAN RESOURCES

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. Ayat 1 Tidak Ada Perubahan Perubahan Pada Ayat 2 menjadi berbunyi Sbb: NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Perseroan dapat membuka kantor

Lebih terperinci

VERSI PUBLIK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia I. LATAR BELAKANG

VERSI PUBLIK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia I. LATAR BELAKANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 25/KPPU/PDPT/X/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT GRAHAMITRA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817] UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817] BAB VIII SANKSI Bagian Pertama Tindakan Administratif Pasal 47 (1) Komisi berwenang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R No.374, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. RUPS. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5644) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor : 13 Tahun 2010 Tanggal : 18 Oktober 2010 BAB I LATAR BELAKANG Tindakan penggabungan, peleburan dan/atau pengambilalihan, disadari atau tidak,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Persaingan Usaha 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha Persaingan adalah perlawanan dan atau upaya satu orang atau lebih untuk lebih unggul dari orang lain dengan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11412 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11412 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11412 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT DUTA SUMARA ABADI OLEH

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

Diyana Theresia Berlian Siagian dan Ditha Wiradiputra 1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

Diyana Theresia Berlian Siagian dan Ditha Wiradiputra 1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia ABSTRAK ABSTRACT Analisis Hukum terhadap Kewajiban Pemberitahuan Pengambilalihan Saham Perusahaan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha : Studi Kasus Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 09/KPPU-M/2012 Diyana

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 2/KPPU/PDPT/II/2014 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 2/KPPU/PDPT/II/2014 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 2/KPPU/PDPT/II/2014 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT DYVIACOM INTRABUMI,

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 20/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 20/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 20/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT WAHANA SENTRA SEJATI OLEH PT AGUNG PODOMORO LAND TBK I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13211

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13211 VERSI PUBLIK PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13211 TENTANG PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT PREMIERE DOUGHNUT INDONESIA OLEH PT MITRA ADI PERKASA TBK I. LATAR BELAKANG 1.1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat mendatangkan keuntungan atau menimbulkan kerugian. Apabila

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 259/BL/2008 TENTANG PENGAMBILALIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5504 OJK. Pungutan. Kewajiban. Pelaksanaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 33) PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 33/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 33/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 33/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT INDOMOBIL

Lebih terperinci

V E R S I P U B L I K

V E R S I P U B L I K PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MITRA ALAM SEGARA SEJATI (d/h PT USAMA ADHI SEJAHTERA) OLEH PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI TBK LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

VERSI PUBLIK TENTANG TRANSAKSI

VERSI PUBLIK TENTANG TRANSAKSI PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 16/KPPU/PDPT/V/2014 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT SANGSAKA HIDRO BARAT OLEH PT MEDCO HIDRO INDONESIA I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif Pedoman Pasal 47 Tentang Tindakan Administratif KEPUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR : 252 /KPPU/Kep/VII/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 47 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

Lebih terperinci

Adapun...

Adapun... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA 23 BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Ketentuan-Ketentuan Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dibanding Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Perseroan terbatas

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT DUTA NURCAHYA OLEH PT TUAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Pedoman Pra-Notifikasi Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara 38 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Alasan Perubahan Perilaku Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara penanganan perkara di KPPU. Dalam UU No. 5 Tahun 1999 dan Kep. KPPU

Lebih terperinci

Frissilia Tarigan, Ditha Wiradiputra. Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum. Universitas Indonesia.

Frissilia Tarigan, Ditha Wiradiputra. Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum. Universitas Indonesia. Implementasi Pengaturan Denda Atas Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan (Studi Kasus: Pengambilalihan Saham PT HD Finance Oleh PT Tiara Marga Trakindo) Frissilia Tarigan,

Lebih terperinci

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang

BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS. pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang BAB II BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS A. Defenisi Perseroan Terbatas Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 115, 2004 KESRA. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah.Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A20110 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A20110 TENTANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A20110 TENTANG PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) PT BANK AGRONIAGA, TBK OLEH PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) I. LATAR BELAKANG 1.1 Pada tanggal 13 Oktober 2010,

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI A. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum Dewasa ini Perseroan Terbatas merupakan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 22/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 22/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 22/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT GRAHA CIPTA KHARISMA OLEH PT AGUNG PODOMORO LAND TBK I. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PT Pelindo II (Persero) Cabang Cirebon adalah salah satu cabang dari PT Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan perusahaan Badan

Lebih terperinci