P U T U S A N Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 TENTANG DUDUK PERKARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P U T U S A N Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 TENTANG DUDUK PERKARA"

Transkripsi

1 P U T U S A N Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ( selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ) juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ( selanjutnya disebut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 ) terkait Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilan Saham PT HD Finance, Tbk. oleh PT Tiara Marga Trakindo, yang dilakukan oleh: PT Tiara Marga Trakindo ( selanjutnya disebut Terlapor ), berkedudukan di Gedung TMT 1, Lantai 19, Jalan Cilandak KKO Nomor 1, Jakarta 12560, Indonesia; Majelis Komisi; Setelah membaca Laporan Keterlambatan Pemberitahuan; Setelah membaca Tanggapan Terlapor terhadap Laporan Keterlambatan Pemberitahuan; Setelah mendengar keterangan para Ahli; Setelah mendengar keterangan Terlapor; Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Investigator; Setelah membaca Kesimpulan Hasil Persidangan dari Terlapor; Setelah membaca surat-surat dan dokumen-dokumen dalam perkara ini; TENTANG DUDUK PERKARA 1. Menimbang, bahwa Sekretariat Komisi telah melakukan penyelidikan terhadap keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham PT HD Finance, Tbk. oleh Terlapor;

2 2. Menimbang, bahwa berdasarkan Laporan Penyelidikan, Sekretariat Komisi mengidentifikasi adanya keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham PT HD Finance, Tbk. oleh Terlapor; Menimbang, bahwa berdasarkan Laporan Penyelidikan, Sekretariat Komisi menyusun Laporan Keterlambatan Pemberitahuan pengambilalihan saham PT HD Finance, Tbk. oleh Terlapor; Menimbang, bahwa Laporan Keterlambatan Pemberitahuan telah disampaikan dan disetujui dalam Rapat Komisi pada tanggal 11 Maret 2014 (vide bukti I19); Menimbang, bahwa berdasarkan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan, Ketua Komisi menetapkan Pemeriksaan Pendahuluan dengan menerbitkan Penetapan Komisi Nomor 16/KPPU/PEN/III/2014 tanggal 28 Maret 2014 tentang Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 (vide bukti A1); Menimbang, bahwa berdasarkan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan tersebut, Ketua Komisi menetapkan pembentukan Majelis Komisi melalui Keputusan Komisi Nomor 39/KPPU/Kep/III/2014 tanggal 28 Maret 2014 tentang Penugasan Anggota Komisi sebagai Majelis Komisi pada Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 07/KPPU- M/2014 (vide bukti A2); Menimbang, bahwa Ketua Majelis Komisi Perkara Nomor 07/KPPU-M/2014 menerbitkan Surat Keputusan Majelis Komisi Nomor 18/KMK/Kep/IV/2014 tanggal 2 April 2014 tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan Perkara Nomor 07/KPPU- M/2014 yang dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal 8 April 2014 sampai dengan tanggal 17 April 2014 (vide bukti A6); Menimbang bahwa Majelis Komisi telah menyampaikan Pemberitahuan Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Surat Keputusan Majelis Komisi tentang Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan, dan Surat Panggilan Sidang Majelis Komisi I kepada Terlapor (vide bukti A8, A5, A7, A9); Menimbang, bahwa pada tanggal 8 April 2014, Majelis Komisi melaksanakan Sidang Majelis Komisi I yang dihadiri oleh Investigator dan Terlapor dengan agenda (vide bukti B1): Pembacaan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan; Penyerahan dan/atau Pembacaan Tanggapan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan dari Terlapor; Penyerahan daftar saksi dan/atau ahli beserta alat bukti dari Investigator dan Terlapor kepada Majelis Komisi; halaman 2 dari 110

3 10. Menimbang bahwa pada Sidang Majelis Komisi tanggal 8 April 2014, Investigator membacakan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan yang pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (vide bukti B1): Dasar: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 1 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penanganan Perkara; Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun 2010 tentang Formulir Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan; Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat; Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan; Terlapor dalam perkara ini adalah PT Tiara Marga Trakindo, yang beralamat di Gedung TMT 1, Lantai 19, Jalan Cilandak KKO Nomor 1, Jakarta 12560; Obyek perkara ini adalah Keterlambatan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT HD Finance Tbk. oleh PT Tiara Marga Trakindo; Terlapor diduga melanggar Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 juncto Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010; Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun (1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada halaman 3 dari 110

4 Komisi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan tersebut. (2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun (1) Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang berakibat nilai asset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada Komisi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha atau Pengambilalihan saham perusahaan Bahwa dugaan pelanggaran Pasal 29 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 jo. Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010 yang dilakukan oleh Terlapor adalah sebagai berikut: KPPU telah menerima Pemberitahuan dari PT Tiara Marga Trakindo yang melakukan pengambilalihan Saham (akuisisi) PT HD Finance Tbk. pada tanggal 24 Juni 2013 (vide I11); Pemberitahuan tersebut dicatat oleh KPPU dengan nomor register A13613 (vide I11); Berdasarkan pemberitahuan tersebut diketahui dalam pemberitahuan tersebut diketahui nilai aset hasil penggabungan adalah Rp (vide I11); PT. Tiara Marga Trakindo (dalam USD) 3,009,779,951 PT. HD Finance (dalam Rupiah) Selanjutnya setelah dilakukan konversi nilai mata uang yang berdasarkan kurs Jual Bank Indonesia pada tanggal 11 Maret 2013 adalah untuk setiap USD 1 sama dengan Rp maka diperoleh nilai aset PT. Tiara Marga Trakindo adalah Rp sehingga nilai aset hasil penggabungan adalah Rp ; Bahwa dalam pemberitahuan tersebut diketahui nilai penjualan hasil penggabungan adalah Rp (vide I11); Tiara Marga Trakindo (dalam USD) 2,410,536,648 halaman 4 dari 110

5 . HD Finance (dalam Rupiah) Selanjutnya setelah dilakukan konversi nilai mata uang yang berdasarkan kurs Jual Bank Indonesia pada tanggal 11 Maret 2013 adalah untuk setiap USD 1 sama dengan Rp maka diperoleh nilai penjualan PT. Tiara Marga Trakindo adalah Rp sehingga nilai penjualan hasil penggabungan adalah Rp Bahwa PT Tiara Marga Trakindo adalah Badan Usaha Pengambilalih; Bahwa PT Tiara Marga Trakindo adalah pelaku usaha selaku Badan Usaha Pengambilalih; Bahwa PT Tiara Marga Trakindo didirikan pada tahun 1970 dengan nama PT Trakindo Utama berdasarkan Akta Notaris Djojo Muljadi, S.H., No. 55 tanggal 23 Desember Akta Pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/115/1 tanggal 31 Juli 1971; Bahwa Akta Pendirian tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan dan dengan Akta Notaris Ny. Liliana Arif Gondoutomo, S.H., No. 16 tanggal 16 Agustus 2000 mengenai perubahan nama perusahaan dari PT Trakindo Utama menjadi PT Tiara Marga Trakindo. Perubahan nama ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-125.HT TH2001 tanggal 4 Januari 2001; Bahwa Perubahan terakhir berdasarkan Akta Notaris Mala Mukti, S.H.,LL..M, No. 79 tanggal 18 April 2012 mengenai perubahan susunan Direksi Perusahaan. Perubahan ini telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-AH tanggal 24 Mei 2012; Bahwa PT Tiara Marga Trakindo adalah perseroan yang bergerak di bidang perdagangan, pemborongan (kontraktor), pengangkutan, industri, percetakan, perwakilan dan/atau peragenan, pekerjaan teknik, jasa atau pelayanan, pemukiman dan pertanian. PT Tiara Marga Trakindo merupakan holding company yang memiliki beberapa anak perusahaan; Bahwa pemegang saham PT Tiara Marga Trakindo adalah sebagai berikut (vide I11): No. Pemegang Saham Komposisi Kepemilikan (%) 1. Achmad Hadiat Hamami 99,40% halaman 5 dari 110

6 2. Achmad Ridwan Hamami 0,60% SALINAN Bahwa nilai penjualan dan aset Terlapor dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir adalah (vide I11); Tahun Nilai Penjualan Nilai Aset 2010 USD USD USD USD USD USD PT HD Finance, Tbk. adalah Badan Usaha yang diambil alih; Bahwa PT HD Finance, Tbk. adalah pelaku usaha sebagai Badan Usaha yang diambilalih; Bahwa PT HD Finance, Tbk. merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia dan berkedudukan di Jakarta, beralamat di Jalan Lingkar Luar Barat Kav Kelurahan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat; Bahwa PT HD Finance, Tbk. didirikan berdasarkan Akta Notaris F.A. Tumbuan No. 41 tanggal 20 September 1972 dengan nama PT Indonesia Lease Corporation; Bahwa PT HD Finance, Tbk. beberapa kali mengalami perubahan nama yaitu menjadi PT Mitra Pradityatama Leasing berdasarkan Akta Notaris Jacinta Susanti, S.H. No. 27 tanggal 17 Juni 1988 sebagaimana diubah dengan Akta Jacinta Susanti, S.H. No. 19 tanggal 10 Maret Kemudian berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, S.H. No. 37 tanggal 19 Juni 1995 nama perseroan berubah menjadi PT Niaga Leasing Corporation dan pada tahun 2000 diubah kembali menjadi PT Niaga Leasing berdasarkan Akta Notaris Siti Rahyana, S.H. sebagai Notaris pengganti dari Bandoro Raden Ayu Mahyastoeti, S.H. No. 51 tanggal 12 September Perseroan mengubah nama kembali berdasarkan Akta Notaris Irawan Soerodjo, S.H. No. 16 tanggal 5 Desember 2001 jo. Akta Notaris Irawan Soerodjo, S.H. No. 13 tanggal 5 Pebruari 2002 menjadi PT Niaga Indovest Finance. Terakhir perseroan mengubah nama menjadi PT HD Finance berdasarkan Akta Notaris Eliwaty Tjitra, S.H. No. 39 tanggal 13 Desember 2005; Bahwa pada tahun 2011, PT HD Finance, Tbk. melakukan penawaran umum perdana atas saham perseroan sebagaimana telah disetujui oleh pemegang saham perseroan berdasarkan Akta Notaris Doktor Irawan halaman 6 dari 110

7 Soerodjo, S.H., Msi. No. 31 tanggal 12 Januari 2011, serta mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada bulan Mei 2011; Bahwa PT HD Finance, Tbk. memiliki 31 kantor cabang yang tersebar di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bekasi, Tambun, Tangerang, Serpong, Serang, Cikupa, Ciledug, Depok, Bogor, Cileungsi, Cikarang, Karawang, Bandung, Cimahi, Semarang, Surabaya, Sidoarjo, Madiun, Tulungagung, Gresik, Kediri, Malang, Medan, Binjai, Palembang, Betung dan Pekanbaru; Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Anggaran Dasar PT HD Finance, Tbk. maksud dan tujuan PT HD Finance, Tbk. adalah bergerak dalam bidang pembiayaan termasuk pembiayaan sesuai dengan Prinsip Syariah; Bahwa pemegang saham PT HD Finance, Tbk sebelum pengambilalihan adalah sebagai berikut (vide I11); No. Pemegang Saham Komposisi Kepemilikan (%) 1. Wealth Paradise Holdings 48,70% Limited 2. PT HD Corpora 21,43% 3. Soeharto Djojonegoro 0, % 4. Publik 29,87% Bahwa nilai penjualan dan asset PT HD Finance, Tbk dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir adalah (vide I11); Tahun Nilai Penjualan Nilai Aset 2010 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Bahwa terkait transaksi dapat diuraikan sebagai berikut: Bahwa pada tanggal 8 Maret 2013 Terlapor mengambilalih saham atau setara dengan 45% saham PT HD Finance, Tbk. milik Wealth Paradise Holdings Limited dan PT HD Corpora; Bahwa berdasarkan ketentuan Angka 4 huruf a butir 5 Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1, pada tanggal 13 April sampai dengan 12 Mei 2013 Terlapor melakukan tender offer. Hasil pelaksanaan tender offer tersebut, Terlapor memperoleh saham atau setara dengan 11,21% saham yang telah diterbitkan PT HD Finance, Tbk.; (vide I3); Bahwa dalam rangka untuk menyesuaikan dengan rencana investasi awal Terlapor pada HD Finance, pada tanggal 14 Juni 2013, Terlapor halaman 7 dari 110

8 melakukan penjualan saham HD Finance sebanyak saham atau setara 0,43% total saham HD Finance yang telah diterbitkan. Dengan demikian kepemilikan saham Terlapor pada HD Finance adalah sebesar 55,81%. (vide I5); Bahwa berdasarkan surat yang disampaikan Terlapor kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. TMT-LGL/129/LL/DIR/III/2013 perihal Pengumuman Pengambilalihan HD Finance oleh PT Tiara Marga Trakindo, pengambilalihan saham HD Finance efektif secara yuridis pada tanggal 11 Maret 2013; (vide I4); Bahwa kronologis pengambilalihan saham HD Finance oleh Terlapor adalah sebagai berikut: Konsultasi terkait Rencana Pengambilalihan (Akuisisi) Saham Perusahaan PT HD Finance Tbk TMT melakukan pengambilalihan saham terhadap saham setara 45% saham PT HD Finance Tbk dari PT HD Corpora dan Wealth Paradise Holdings Limited Pelaksanaan Tender Offer 1. Pemberitahuan kepada OJK mengenai Keterbukaan Informasi terkait Perubahan Jumlah Kepemilikan Saham PT HD Finance TBK 2. Kepemilikan saham TMT pada PT HD Finance Tbk adalah sebesar 55,81% 27 FEBRUARI MARET MEI JUNI JANUARI MARET APRIL s.d 12 MEI JUNI 2013 KPPU mengeluarkan Pendapat terhadap Konsultasi terkait Rencana Pengambilalihan (Akuisisi) Saham Perusahaan PT HD Finance Tbk 1. Pengumuman pengambilalihan 45% saham PT HD Finance Tbk di Surat Kabar Bisnis Indonesia Pemberitahuan kepada OJK terkait Laporan Hasil Penawaran Wajib (Tender Offer) TMT menyampaikan Pemberitahuan kepada KPPU terkait pengambilalihan saham PT HD Finance Tbk 2. Menyampaikan pemberitahuan kepada OJK terkait Pengumuman Keterbukaan Informasi Pengambilalihan Saham PT HD Finance 10.9 Bahwa analisa pemberlakuan kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis oleh Terlapor dapat diuraikan sebagai berikut: Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun 2010 diatur bahwa kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis tidak berlaku bagi Pelaku Usaha yang melakukan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham antarperusahaan yang terafiliasi; Bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 7 PP Nomor 57 Tahun 2010, yang dimaksud dengan terafiliasi adalah: halaman 8 dari 110

9 (1) hubungan antara perusahaan, baik langsung maupun tidak langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut; (2) hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama; atau (3) hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama; Bahwa dengan demikian perlu terlebih dahulu untuk diuraikan apakah ketentuan kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ini berlaku atau tidak bagi PT Tiara Marga Trakindo; Bahwa pemegang saham PT Tiara Marga Trakindo adalah sebagai berikut; No. Pemegang Saham Komposisi Kepemilikan (%) 1. Achmad Hadiat Hamami 99,40% 2. Achmad Ridwan Hamami 0,60% dan pemegang saham PT HD Finance, Tbk sebelum pengambilalihan adalah sebagai berikut (vide I11); No. Pemegang Saham Komposisi Kepemilikan (%) 1. Wealth Paradise Holdings 48,70% Limited 2. PT HD Corpora 21,43% 3. Soeharto Djojonegoro 0, % 4. Publik 29,87% Bahwa berdasarkan kepemilikan tersebut diatas, Terlapor tidak terafiliasi dengan PT HD Finance (vide I11); Bahwa dengan demikian maka kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada KPPU berlaku bagi Terlapor; Bahwa analisa pemenuhan unsur pasal dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor dapat diuraikan sebagai berikut: Bahwa ketentuan Pasal 29 UU Nomor 5 Tahun 1999, menyatakan: (1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada Komisi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut. halaman 9 dari 110

10 (2) Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur dalam Peraturan Pemerintah Bahwa unsur-unsur Pasal 29 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1999 tersebut adalah sebagai berikut; (1) Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham; (2) nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu; (3) wajib diberitahukan kepada Komisi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut; Bahwa unsur Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham diuraikan sebagai berikut: (1) Bahwa dalam unsur ini terdapat kata hubung atau ; (2) Bahwa kata hubung atau berdasarkan kamus bahasa Indonesia memiliki arti kata penghubung untuk menandai pilihan di antara beberapa hal (pilihan) ( (3) Bahwa dengan demikian, maka dalam unsur ini, cukup salah satu dari: penggabungan, atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham terpenuhi, maka telah terpenuhi unsur ini; (4) Bahwa pada tanggal 24 Juni 2013, KPPU menerima pemberitahuan dari PT Tiara Marga Trakindo yang melakukan pengambilalihan saham (akuisisi) PT HD Finance, Tbk.; (5) Bahwa dengan demikian unsur pengambilalihan saham telah terpenuhi; Bahwa unsur nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu diuraikan sebagai berikut: (1) Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (2) UU No. 5/1999, diatur bahwa Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut diatas, diatur dalam Peraturan Pemerintah; (2) Bahwa sebagai peraturan pelaksana dari ketentuan Pasal 29 UU No. 5/1999 tersebut diatas, Pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 57 Tahun 2010 yang didalamnya memuat mengenai nilai aset dana atau nilai penjualan yang melebihi jumlah tertentu; halaman 10 dari 110

11 (3) Bahwa nilai aset dan atau nilai penjualan melebihi jumlah tertentu diatur dalam Pasal 5 ayat (2) PP Nomor 57 Tahun 2010 yang menentukan: (a) nilai aset sebesar Rp ,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah); dan/atau (b) nilai penjualan sebesar Rp ,00 (lima triliun rupiah); (4) Bahwa nilai aset dan/atau nilai penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) PP Nomor 57 Tahun 2010 tersebut diatas dihitung berdasarkan penjumlahan nilai aset dan/atau nilai penjualan dari: (a) Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha yang mengambilalih saham perusahaan lain dan Badan Usaha yang diambilalih; dan (b) Badan Usaha yang secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau dikendalikan oleh Badan Usaha hasil Penggabungan, atau Badan Usaha hasil Peleburan, atau Badan Usaha yang mengambilalih saham perusahaan lain dan Badan Usaha yang diambilalih; (5) Bahwa penghitungan nilai aset dan atau nilai penjualan tersebut diatas untuk mengetahui apakah nilai aset dan atau nilai penjualan melebihi jumlah tertentu; (6) Bahwa nilai aset dan atau nilai penjualan tersebut menjadi hal menentukan apakah Pelaku Usaha wajib atau tidak wajib untuk melaporkan ke KPPU; (7) Bahwa dengan adanya frasa kata hubung dan atau memiliki arti sifat kumulatif maupun sifat fakultatif yang berati bisa keduanya atau salah satunya; (8) Bahwa dengan demikian, yang menjadi faktor utama dari unsur ini adalah melebihi atau tidak melebihi jumlah tertentu yang telah ditentukan tersebut di atas; (9) Bahwa berdasarkan diperoleh fakta-fakta bahwa nilai aset dan/atau nilai penjualan Terlapor dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir adalah (vide dokumen I11): Tahun Nilai Penjualan Nilai Aset 2010 USD USD halaman 11 dari 110

12 2011 USD USD USD USD dengan mengingat bahwa penghitungan nilai aset dan/atau nilai penjualan dilakukan dengan mata uang Rupiah, maka dilakukan konversi nilai mata uang yang berdasarkan kurs Jual Bank Indonesia pada tanggal 11 Maret 2013 adalah untuk setiap USD1 sama dengan Rp maka diperoleh nilai sebagai berikut: Tahun Nilai Penjualan Nilai Aset 2010 Rp Rp Rp Rp Rp Rp dan nilai penjualan dan aset PT HD Finance, Tbk. dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir adalah: Tahun Nilai Penjualan Nilai Aset 2010 Rp Rp Rp Rp Rp Rp (10) Bahwa bila digabungan Nilai Penjualan dan Nilai Aset Terlapor pada tahun 2012 dengan Nilai Penjualan dan Nilai Aset PT HD Finance, Tbk pada tahun 2012 akan menjadi sebagai berikut: Tahun 2012 Nilai Penjualan Nilai Aset PT Marga Rp Rp Tiara Trakindo PT HD Finance, Rp Rp Tbk Total Rp Rp (11) Bahwa dengan demikian pengambilalihan saham oleh PT Tiara Marga Trakindo untuk nilai aset telah melebihi jumlah tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 5 PP Nomor 57 Tahun 2010; (12) Bahwa dengan demikian unsur nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu telah terpenuhi; halaman 12 dari 110

13 Bahwa unsur wajib diberitahukan kepada Komisi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan diuraikan sebagai berikut: (1) Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) PP Nomor 57 Tahun 2010 diatur bahwa pemberitahuan Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan lain yang berakibat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada KPPU paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal telah berlaku efektif secara yuridis Penggabungan Badan Usaha, Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan saham perusahaan; (2) Bahwa ketentuan tersebut dipertegas kembali oleh Komisi dalam Pasal 2 ayat (1) Perkom No. 4/2012 yang berbunyi: Badan usaha yang melakukan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan wajib menyampaikan Pemberitahuan kepada Komisi paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan telah berlaku efektif secara yuridis (3) Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut, maka pemberitahuan wajib dilakukan: (a) secara tertulis; (b) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak berlaku efektif; (c) berlaku efektif secara yuridis; (4) Bahwa PT Tiara Marga Trakindo memberitahukan secara tertulis pada tanggal 24 Juni 2013 yang tercatat di KPPU; (5) Bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Perkom No. 4/2012 tanggal telah berlaku efektif secara yuridis adalah: (a) Bahwa untuk Badan Usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas, sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 133 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ( selanjutnya disebut UU No. 40 Tahun 2007 ) pada bagian penjelasan adalah tanggal: i. Persetujuan Menteri atas perubahan anggaran dasar dalam hal terjadi Penggabungan; dan halaman 13 dari 110

14 ii. Pemberitahuan diterima Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia baik dalam hal terjadi perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007 maupun yang tidak disertai perubahan Anggaran Dasar; dan iii. Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas Akta Pendirian perseroan dalam hal terjadi Peleburan; (b) Jika salah satu pihak yang melakukan Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan adalah Perseroan Terbatas dan pihak lain adalah perusahaan non-perseroan Terbatas, maka pemberitahuan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal ditandatanganinya pengesahan Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan oleh para pihak. Adapun tanggal pengesahan adalah tanggal efektif suatu badan usaha bergabung atau melebur dan beralihnya kepemilikan saham di perusahaan yang diambil alih (closing date); atau (c) Khusus untuk Pengambilalihan Saham yang terjadi di bursa efek, maka pemberitahuan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Keterbukaan Informasi Pengambilalihan Saham Perseroan Terbuka; (6) Bahwa pengambilalihan Saham PT HD Finance, Tbk oleh PT Tiara Marga Trakindo merupakan Pengambilalihan Saham yang terjadi di bursa efek, sehingga berlaku ketentuan Pasal 5 ayat (2) huruf c Perkom No. 4/2012 yaitu dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat Keterbukaan Informasi Pengambilalihan Saham Perseroan Terbuka; (7) Bahwa berdasarkan surat yang disampaikan Terlapor kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. TMT-LGL/129/LL/DIR/III/2013 perihal Pengumuman Pengambilalihan HD Finance oleh Terlapor, pengambilalihan saham HD Finance efektif secara yuridis pada tanggal 11 Maret 2013 (vide I4); (8) Bahwa penghitungan 30 (tiga puluh) hari kerja didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012, halaman 14 dari 110

15 halaman 15 dari 110 SALINAN Nomor SKB.06/MEN/VII/2012, Nomor 02 Tahun 2012 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2013; (9) Bahwa dengan adanya frasa kata sejak maka memiliki arti penghitungan 30 (tiga puluh) hari dihitung sejak tanggal pemberitahuan; (10) Bahwa penghitungan tersebut tampak dalam tabel di bawah ini: Hari ke Tgl/bln Hari ke Tgl/bln Hari ke Tgl/bln 1 13/ / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / / /04 (11) Bahwa berdasarkan tanggal efektif yuridis yaitu sejak tanggal 11 Maret 2013, maka Terlapor memiliki kewajiban untuk memberitahukan kepada KPPU paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal berlaku efektif yuridis, yaitu pada tanggal 24 April 2013; (12) Bahwa berdasarkan Formulir Pemberitahuan A1 dan Tanda Terima Pemberitahuan, Terlapor menyampaikan Pemberitahuan pada tanggal 24 Juni 2013 (vide I11); (13) Bahwa dengan demikian Terlapor terlambat menyampaikan Pemberitahuan Pengambilalihan Saham PT HD Finance, Tbk kepada KPPU selama 41 (empat puluh satu) hari kerja; (14) Bahwa jika digambarkan kronologis keterlambatan pemberitahuan pengambilalihan saham PT HD Finance, Tbk oleh PT Tiara Marga Trakindo kepada KPPU adalah sebagai berikut: Batas akhir kewajiban TMT untuk menyampaikan pemberitahuan terkait pengambilalihan saham PT HD Finance Tbk kepada KPPU TMT Menyampaikan pemberitahuan kepada OJK terkait Pengumuman Keterbukaan Informasi Pengambilalihan Saham PT HD Finance Tbk TMT menyampaikan Pemberitahuan kepada KPPU terkait pengambilalihan saham PT HD Finance Tbk 11 MARET APRIL JUNI 2013 Lama Keterlambatan 41 Hari

16 11. Menimbang, bahwa pada tanggal 14 April 2014 Terlapor menyerahkan Tanggapan terhadap Laporan Keterlambatan Pemberitahuan yang pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut (T-2): Bahwa Terlapor menyusun Tanggapan terhadap Laporan Keterlambatan Pemberitahuan dengan sistematika sebagai berikut: Formil Acara; Materiil Acara. Sebelum memberikan tanggapan, Terlapor menjelaskan mengenai (1) Alur Transaksi serta Konsultasi dan Pemberitahuan ke KPPU dan (2) Peraturan Pengambilalihan yang Berlaku di Pasar Modal. Selanjutnya Terlapor memberikan tanggapan dalam 6 (enam) poin sebagaimana diuraikan pada butir 11.5 sampai dengan 11.10; Kesimpulan; Formil Acara. Bahwa Terlapor menyatakan tidak terdapat dasar hukum untuk dilakukannya Pemeriksaan Pendahuluan karena Petikan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan, Petikan Penetapan Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan, Surat Panggilan dan Surat Pemberitahuan diterbitkan tanpa dasar hukum; (1) Bahwa Terlapor menerima Surat-Surat KPPU dan Laporan Keterlambatan Pemberitahuan pada tanggal 2 April Pada halaman terakhir Laporan Keterlambatan Pemberitahuan, terdapat penulisan tanggal 8 April 2014 dan ditandatangani oleh Manaek SM Pasaribu, S.H., LL.M., Yoza Wirsan Armanda, S.H., M.H., dan M. Gadmon Kaisar, S.H., M.H; Dalam kebiasaan surat-menyurat diketahui hubungan antara tanggal dan tanda tangan tersebut diartikan bahwa surat tersebut dikeluarkan dan ditandatangani pada tanggal sebagaimana dimaksud dalam surat, dalam hal ini adalah tanggal 8 April 2014; (2) Bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) jo. ayat (3) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan (selanjutnya disebut Peraturan halaman 16 dari 110

17 KPPU No. 4/2012 ), diketahui bahwa Laporan Keterlambatan Pemberitahuan yang disiapkan oleh unit kerja yang menangani Pemberitahuan untuk disampaikan dalam Rapat Komisi dan menjadi dasar bagi Ketua Komisi untuk menetapkan Pemeriksaan Pendahuluan. Bunyi ketentuan Pasal 6 ayat (1) Peraturan KPPU No. 4/2012 adalah Unit kerja yang menangani monitoring dan/atau Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha, dan Pengambilalihan Saham Perusahaan, menyampaikan laporan Keterlambatan Pemberitahuan dalam Rapat Komisi. Bunyi ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan KPPU No. 4/2012 adalah Berdasarkan laporan keterlambatan sebagaimana dimaksud ayat (1), Ketua Komisi menetapkan Pemeriksaan Pendahuluan Berdasarkan ketentuan yang tercantum pada pasal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Laporan Keterlambatan Pemberitahuan menjadi dasar bagi Ketua Komisi untuk menetapkan Pemeriksaan Pendahuluan; (3) Bahwa, penetapan Pemeriksaan Pendahuluan dituangkan dalam Petikan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan tertanggal 28 Maret Sementara itu, Laporan Pemberitahuan Keterlambatan tertanggal 8 April Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penetapan Pemeriksaan Pendahuluan yang dituangkan dalam Petikan Penetapan Pemeriksaan Pendahuluan, berikut Petikan Penetapan Jangka Waktu Pemeriksaan Pendahuluan, Surat Pemberitahuan dan Surat Panggilan yang masing-masing tertanggal 2 April 2014, diterbitkan tanpa dasar hukum, karena penerbitan dokumen-dokumen tersebut seharusnya didahului terbitnya Laporan Pemberitahuan Keterlambatan, bukan sebaliknya; Materiil Acara, (1) Alur Transaksi serta Konsultasi dan Pemberitahuan ke KPPU; (1) 27 Desember 2012, Terlapor selaku calon pengendali PT HD Finance Tbk, melakukan pengumuman rencana pengambilalihan PT HD Finance Tbk melalui Surat Kabar Bisnis Indonesia. Dalam pengumuman tersebut disampaikan bahwa transaksi pengambilalihan saham PT HD Finance Tbk dari pengendali saat itu dengan target pengambilalihan dari pemegang saham pengendali saat itu sebesar maksimum 51% (lima puluh satu persen) yang akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, sebagai berikut: a. Pembelian 45% (empat puluh lima persen) saham PT HD Finance Tbk dari pemegang saham pengendali saat itu yaitu PT HD Corpora dan Wealth Paradise Holdings Limited; halaman 17 dari 110

18 b. Pembelian 6% (enam persen) saham PT HD Finance Tbk dari PT HD Corpora dan Wealth Paradise Holdings Limited, apabila setelah proses Penawaran Tender Wajib kepemilikan saham Terlapor pada PT HD Finance Tbk tidak mencapai 51% (lima puluh satu persen); (2) 11 Januari 2013, Terlapor berdasarkan keinginan sendiri serta dengan itikad baik melakukan Konsultasi rencana pengambilalihan PT HD Finance Tbk ke KPPU, serta menyampaikan sejumlah dokumen terkait yang dimintakan oleh KPPU; (3) 27 Februari 2013, KPPU menerbitkan Pendapat Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 04/KPPU/PDPT/II/2013 tentang Konsultasi Pengambilalihan Saham (Akuisisi) Saham Perusahaan PT HD Finance Tbk Oleh PT Tiara Marga Trakindo ( Pendapat KPPU Atas Konsultasi ). Pendapat KPPU Atas Konsultasi tersebut adalah komisi sebagai berikut: Berdasarkan kesimpulan di atas, Komisi berpendapat tidak terdapat dugaan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang diakibatkan oleh pengambilalihan saham PT HD Finance Tbk oleh PT Tiara Marga Trakindo; (4) 8 Maret 2013, Terlapor melaksanakan jual beli atas 45% (empat puluh lima persen) saham PT HD Finance Tbk melalui Pasar Negosiasi di Bursa Efek Indonesia. Pelaksanaan jual beli tersebut merupakan satu kesatuan proses pelaksanaan pengambilalihan PT HD Finance Tbk untuk mencapai target perolehan saham PT HD Finance Tbk dari pengendali saat itu maksimum sebesar 51% (lima puluh satu persen). Dimana pengambilalihan terhadap 45% (empat puluh lima persen) tersebut telah diumumkan Terlapor melalui surat kabar Bisnis Indonesia tanggal 11 Maret 2013; (5) 14 Maret 2013, Terlapor menyampaikan Pernyataan Penawaran Tender Wajib ke Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) yang merupakan satu kesatuan proses yang tidak boleh terputus dengan jual beli sebagaimana diuraikan butir 4 di atas dan wajib dilaksanakan oleh Terlapor berkenaan dengan pengambilalihan PT HD Finance Tbk oleh Terlapor; (6) 11 April 2013, OJK memberikan izin kepada Terlapor untuk melaksanakan keterbukaan informasi dalam rangka Penawaran Tender Wajib. Keterbukaan informasi tersebut dilakukan oleh Terlapor melalui pengumuman dalam surat kabar Bisnis Indonesia tanggal 12 April 2013; --- (7) 13 April 12 Mei 2013, Periode Penawaran Tender Wajib yaitu periode dimana para pemegang saham publik berhak untuk menjual sahamnya pada halaman 18 dari 110

19 PT HD Finance Tbk kepada Terlapor, dan Terlapor wajib melakukan pembelian atas saham tersebut. Atas pembelian tersebut, Terlapor wajib menyelesaikan pembayaran harga saham kepada para pemegang saham publik paling lambat 22 Mei 2013; (8) 27 Mei 2013, Terlapor menyampaikan laporan keterbukaan informasi kepada OJK atas penyelesaian Penawaran Tender Wajib berikut jumlah saham yang diperoleh oleh Terlapor; (9) 24 Juni 2013, Terlapor menyampaikan Pemberitahuan kepada KPPU atas hasil pengambilalihan dan jumlah akhir kepemilikan saham PT HD Finance Tbk oleh Terlapor sebagai pengendali baru; (10) 4 September 2013, KPPU menerbitkan Surat KPPU Nomor 103/K/IX/2013, Hal: Surat Tidak Melakukan Penilaian Ulang Pengambilalihan Saham, tertanggal 4 September 2013 ("Surat Tanggapan KPPU Atas Pemberitahuan Pengambilalihan"). Dalam surat tersebut KPPU menegaskan Atas dasar pertimbangan tersebut, Komisi tidak melakukan Penilaian Ulang terhadap Pemberitahuan dengan Nomor Registrasi A13613 dan Pendapat Komisi tetap mengacu pada hasil Penilaian Konsultasi yang dikeluarkan pada tanggal 27 Februari 2013, yaitu Tidak Ada Dugaan Praktik Monopoli dan atau Persaingan Usaha Tidak Sehat yang diakibatkan Pengambilalihan (Akuisisi) Saham PT HD Finance Tbk oleh PT Tiara Marga Trakindo; (11) 3 Desember 2013, Terlapor menerima Surat KPPU No. 1040/SJ/P/XII/2013 tanggal 3 Desember 2013 Perihal: Surat Panggilan, yang isinya memanggil Terlapor untuk menghadap dan memberikan keterangan kepada Tim Penyidik KPPU tanggal 11 Desember 2013 terkait dengan dugaan pelanggaran UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sehubungan dengan pengambilalihan saham PT HD Finance Tbk oleh Terlapor. Atas panggilan tersebut, Terlapor hadir dan memberikan keterangan kepada Tim Penyidik KPPU pada tanggal 11 Desember Keterangan yang diberikan oleh Terlapor dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan ditandatangani oleh Terlapor; Materiil Acara, (2) Peraturan Pengambilalihan yang Berlaku di Pasar Modal; (1) PT HD Finance Tbk, merupakan suatu perseroan terbatas yang bersifat terbuka karena telah melakukan Penawaran Umum Terbatas dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu, pelaksanaan Pengambilalihan PT HD Finance Tbk selain tunduk atas ketentuan Bab VIII halaman 19 dari 110

20 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT ), harus tunduk juga atas ketentuan di bidang Pasar Modal. Hal tersebut sebagaimana ditegaskan pada Pasal 137 UUPT, yang berbunyi sebagai berikut Dalam hal peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal tidak mengatur lain, ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII berlaku juga bagi Perseroan Terbuka Dari ketentuan tersebut, diketahui secara tegas bahwa ketentuan di bidang Pasar Modal bersifat lex specialis khususnya dalam Pengambilalihan suatu Perseroan Terbuka; (2) Mengenai Pengambilalihan Perseroan Terbuka, diatur dalam Peraturan No. IX.H.1. yang merupakan Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-264/BL/2011 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka (selanjutnya disebut Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1 ); (3) Bahwa, Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1. memuat isi dengan sistematika sebagai berikut: a. Angka 1: Ketentuan Umum b. Angka 2: Negosiasi Dalam Rangka Pengambilalihan c. Angka 3: Pengambilalihan Perusahaan Terbuka d. Angka 4: Pelaksanaan Penawaran Tender Wajib e. Angka 5: Kewajiban Pengalihan Kembali Saham f. Angka 6: Pengecualian g. Angka 7: Ketentuan Penutup (4) Berdasarkan ketentuan Angka 3 huruf a butir 2 Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1. diatur bahwa Pihak yang melakukan Pengambilalihan wajib melakukan Penawaran Tender Wajib. Adapun yang dimaksud Penawaran Tender Wajib menurut ketentuan Angka 1 butir e Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1. adalah sebagai berikut Penawaran Tender Wajib adalah penawaran untuk membeli sisa saham Perusahaan Terbuka yang wajib dilakukan oleh Pengendali baru (5) Penawaran Tender Wajib merupakan penerapan dari prinsip perlindungan hak pemegang saham minoritas pada perusahaan terbuka, dimana apabila pemegang saham minoritas (dalam hal ini pemegang saham publik) tidak menyetujui terjadinya perubahan pengendali maka pemegang saham tersebut berhak untuk meminta agar sahamnya dibeli oleh pengendali baru dengan halaman 20 dari 110

21 harga sebagaimana perhitungannya diatur dalam Peraturan Bapepam-LK No. IX.H Penawaran Tender Wajib sebagai bentuk perlindungan terhadap hak pemegang saham minoritas dikarenakan dalam pengambilalihan saham perusahaan terbuka tidak dipersyaratkan adanya persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terlebih dahulu. Hal tersebut sebagaimana ditegaskan pada ketentuan Angka 3 huruf b Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1., yang berbunyi sebagai berikut: Perusahaan Terbuka yang diambil alih tidak wajib memperoleh persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), kecuali apabila persetujuan tersebut dipersyaratkan oleh peraturan perundangundangan yang khusus mengatur bidang usaha Perusahaan Terbuka yang diambil alih (6) Dalam perusahaan tertutup, bentuk perlindungan pemegang saham minoritas tercermin dari ketentuan Pasal 126 ayat (2) jo. Pasal 62 UUPT yang mengatur sebagai berikut: Pasal 126 ayat (2) UUPT: Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya boleh menggunakan haknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 62 ayat (1) UUPT: Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa: a. perubahan anggaran dasar; b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 % (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan; atau c. Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan (7) Prosedur pelaksanaan Penawaran Tender Wajib diatur pada ketentuan Angka 4 Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1., yang antara lain mengatur bahwa pengumuman keterbukaan informasi dalam rangka Penawaran Tender Wajib dilakukan setelah diterimanya persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK, dahulu Bapepam-LK) dan Penawaran Tender halaman 21 dari 110

22 Wajib dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari setelah pengumuman. Setelah pelaksanaan Tender Wajib diselesaikan, wajib dilaporkan kepada OJK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah penyelesaian; (8) Berdasarkan uraian di atas, Penawaran Tender Wajib merupakan rangkaian proses dalam pengambilalihan suatu perusahaan terbuka, dan sifatnya wajib dilaksanakan serta tidak dapat dipisahkan. Adapun jumlah saham perusahaan terbuka yang dikendalikan oleh pengendali baru, baru dapat diketahui pada saat berakhirnya proses Penawaran Tender Wajib dan wajib dilaporkan kepada OJK dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah penyelesaian Penawaran Tender Wajib; (9) Dalam hal Penawaran Tender Wajib tidak dilaksanakan, maka berdasarkan ketentuan Angka 7 huruf d butir 1 Peraturan Bapepam-LK No. IX.H.1., OJK dapat mengenakan sanksi. Berikut bunyi ketentuannya: Pelanggaran atas ketentuan angka 3 huruf a butir 2), dapat dikenakan: a. pembatalan transaksi dan mewajibkan Pengendali baru untuk: (1) membayar denda; dan (2) mengembalikan saham kepada Pihak yang menjadi lawan transaksi dan mengganti kerugian yang timbul; atau b. denda dan kewajiban melakukan Penawaran Tender Wajib Materiil Acara, Tanggapan, I. Bahwa Penerapan Pasal 29 UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat serta Pasal 5 PP No. 57/2010 Tidak Dapat Diterapkan Secara Terpisah Tanpa Melihat Dasar Pembentukannya; (1) Bahwa UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat diterbitkan dengan salah satu pertimbangan sebagai berikut: c. bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu, dengan tidak terlepas dari kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh negara Republik Indonesia terhadap perjanjian-perjanjian internasional Lebih lanjut ditegaskan juga dalam Alinea 6 Penjelasan Umum UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, sebagai berikut: Memperhatikan situasi dan kondisi tersebut di atas, menuntut kita untuk mencermati dan menata kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh serta berkembang secara sehat dan benar, sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat, serta terhindarnya pemusatan halaman 22 dari 110

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGENAAN DENDA KETERLAMBATAN PEMBERITAHUAN PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN KOMISI

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012

P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012 P U T U S A N Perkara Nomor 08/KPPU- M/2012 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 08/KPPU-M/2012 tentang dugaan pelanggaran terhadap

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 04/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 04/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG VERSI PUBLIK PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 04/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG KONSULTASI PENGAMBILALIHAN SAHAM (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT HD FINANCE TBK OLEH PT TIARA MARGA TRAKINDO I.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan

BAB IV ANALISIS HUKUM. A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham. yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan 46 BAB IV ANALISIS HUKUM A. Penerapan Tanggal Efektif Yuridis dalam Pengambilalihan Saham yang Dilakukan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera atas PT Andalan Satria Lestari Pasal 29 UU No.5 Tahun 1999, mewajibkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014

P U T U S A N Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014 P U T U S A N Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 01/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang dugaan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012

P U T U S A N. Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 P U T U S A N Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 09/KPPU-M/2012 tentang dugaan pelanggaran Pasal 29

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014

P U T U S A N Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014 SALINAN P U T U S A N Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 03/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 Dari pertamakali dibentuk hingga sekarang KPPU sudah banyak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A14012 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT MEDCO POWER INDONESIA OLEH PT SARATOGA POWER LATAR BELAKANG 1. Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perekonomian nasional yang diselenggarakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2010 TENTANG PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TERJADINYA PRAKTIK MONOPOLI DAN

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014

P U T U S A N Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014 P U T U S A N Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 02/KPPU-M/2014 telah mengambil Putusan tentang Dugaan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG KONSULTASI PENGGABUNGAN ATAU PELEBURAN BADAN USAHA DAN PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 34/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 34/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 34/KPPU/PDPT/XII/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT BAKRIE

Lebih terperinci

PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS PEMBUATAN AKTA-AKTA TERKAIT DENGAN PERSEROAN TERBATAS YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH NOTARIS Oleh: Alwesius, SH, MKn Notaris-PPAT Surabaya, Shangrila Hotel, 22 April 2017 PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. KETENTUAN UMUM II. 1. Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

Lebih terperinci

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. Ayat 1 Tidak Ada Perubahan Perubahan Pada Ayat 2 menjadi berbunyi Sbb: NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Perseroan dapat membuka kantor

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal

ANGGARAN DASAR. PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk Pasal ANGGARAN DASAR PT LOTTE CHEMICAL TITAN Tbk ----------------------------------------------- Pasal 1 ---------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama PT LOTTE CHEMICAL TITAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pembinaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka pembinaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 2/KPPU/PDPT/II/2014 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 2/KPPU/PDPT/II/2014 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 2/KPPU/PDPT/II/2014 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT DYVIACOM INTRABUMI,

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS 1 tahun ~ keharusan Perseroan menyesuaikan ketentuan Undang-undang ini Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Perseroan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13911 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT ASURANSI DHARMA BANGSA OLEH AXA S.A.

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13911 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT ASURANSI DHARMA BANGSA OLEH AXA S.A. PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A13911 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT ASURANSI DHARMA BANGSA OLEH AXA S.A. LATAR BELAKANG 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN BAGI MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP- 179/BL/2008 TENTANG POKOK-POKOK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UU 28-2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R No.374, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. RUPS. Perusahaan Terbuka. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5644) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-264/BL/2011 TENTANG PENGAMBILALIHAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK

ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK ANGGARAN DASAR PT TRIMEGAH SECURITIES TBK Sesuai Dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Trimegah Securities Tbk No. 51 tanggal 27 Mei 2015, yang dibuat dihadapan Fathiah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015

P U T U S A N Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015 P U T U S A N Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia selanjutnya disebut Komisi yang memeriksa Perkara Nomor 16/KPPU-M/2015 tentang Laporan Keterlambatan Pemberitahuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 -----------------------NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ------------------------ --------------------------------------------- Pasal 1 ------------------------------------------- 1. Perseroan Terbatas ini bernama

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2017 TENTANG PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan

BAB I PENDAHULUAN. di luar perusahaan, antara lain melalui Penggabungan (merger), Pengambilalihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, persaingan usaha dalam pasar perdagangan semakin ketat. Perusahaan dituntut untuk selalu mengembangkan strategi dan menciptakan

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA 1. KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: a. Perusahaan Terbuka adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia \ Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811 PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11711 DAN A11811 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT PELAYARAN SANDITIA PERKASA MARITIM DAN PT MUTIARA TANJUNG LESTARI OLEH PT BERAU COAL ENERGY

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN 218 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perekonomian nasional yang

Lebih terperinci

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk.

SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal SEMULA ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. USULAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. BANK VICTORIA INTERNATIONAL, Tbk. Pasal PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM PASAL 10 PEMINDAHAN HAK ATAS SAHAM

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PT PERKASA MELATI OLEH PT UNITED

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1998 TENTANG PENGGABUNGAN, PELEBURAN, DAN PENGAMBILALIHAN PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 115, 2004 KESRA. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah.Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan terbatas ini bernama PT DUTA INTIDAYA Tbk, selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut Perseroan ), berkedudukan di Jakarta Selatan. 2. Perseroan dapat membuka

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PT BANK CIMB NIAGA ------------------ NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN -------------------- -------------------------------------- PASAL 1 -------------------------------------- 1.1. Perseroan

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10211 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10211 TENTANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10211 TENTANG PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT UOB LIFE SUN ASSURANCE OLEH PT BHAKTI CAPITAL INDONESIA, TBK. I. LATAR BELAKANG 1.1 Pada tanggal

Lebih terperinci

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.)

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang terkait Peraturan Pelaksanaan (PP dst.) Rahmad Hendra DASAR HUKUM Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), yang secara efektif berlaku sejak tanggal 16 Agustus

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/V/2014 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/V/2014 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 14/KPPU/PDPT/V/2014 TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM KUFPEC INDONESIA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 23/KPPU-Pat/VIII/2016 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT SOLO NGAWI JAYA OLEH PT JASA MARGA (PERSERO) TBK LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

VERSI PUBLIK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia I. LATAR BELAKANG

VERSI PUBLIK Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia I. LATAR BELAKANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 25/KPPU/PDPT/X/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT GRAHAMITRA

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 02/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 02/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 02/KPPU/PDPT/II/2013 TENTANG PENILAIAN TERHADAP PENGAMBILALIHAN SAHAM (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT NUSARAYA PERMAI, PT ALAM PERMAI DAN PT NAKAU OLEH PT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-614/BL/2011 TENTANG TRANSAKSI

Lebih terperinci

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 19/KPPU/PDPT/VI/2014 TENTANG

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 19/KPPU/PDPT/VI/2014 TENTANG Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 19/KPPU/PDPT/VI/2014 TENTANG PEMBERITAHUAN PENYERTAAN SAHAM DALAM PT MENTARI PERTIWI MAKMUR OLEH PT SALIM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Kitab Undangundang

Lebih terperinci

DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap.

DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN. Tetap. Tetap. DRAFT PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT. ASIA PACIFIC FIBERS Tbk DALAM RANGKA PENYESUAIAN DENGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN Anggaran Dasar Lama NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Perseroan terbatas ini

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 40-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1995 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB YURIDIS PENYELENGGARAAN DAFTAR PEMEGANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1995

TANGGUNG JAWAB YURIDIS PENYELENGGARAAN DAFTAR PEMEGANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1995 TANGGUNG JAWAB YURIDIS PENYELENGGARAAN DAFTAR PEMEGANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN1995 Djoko Setyo Hartono Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyahan Semarang A. Latar Belakang Modal merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA

PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA 1. KETENTUAN UMUM a. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1) Perusahaan adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2016 KEUANGAN OJK. PT. Peleburan. Penggabungan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5997). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa peraturan tentang Perseroan Terbatas sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG SALINAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG SALINAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG PEMBERITAHUAN PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT APIRA UTAMA, PT BARA SEJATI DAN PT CAHAYA ALAM OLEH PT BAYAN RESOURCES

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A12411 TENTANG

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A12411 TENTANG PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A12411 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN PT BERAU COAL ENERGY TBK OLEH VALLAR INVESTMENTS UK LIMITED I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KETERBUKAAN INFORMASI PT VISI TELEKOMUNIKASI INFRASTRUKTUR TBK ( PERSEROAN )

KETERBUKAAN INFORMASI PT VISI TELEKOMUNIKASI INFRASTRUKTUR TBK ( PERSEROAN ) KETERBUKAAN INFORMASI PT VISI TELEKOMUNIKASI INFRASTRUKTUR TBK ( PERSEROAN ) Keterbukaan Informasi ini dibuat dan ditujukan dalam rangka memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) No. 32/POJK.04/2015

Lebih terperinci

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK.

RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK. RENCANA PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR PT BAKRIELAND DEVELOPMENT TBK DENGAN PERATURAN POJK No. 32/ POJK.04/2014 dan No. 33/POJK.04/2014 Pasal Anggaran Dasar BLD Sebelum Disesuaikan Dengan POJK Ps. 1 Ayat (1)

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT TELKOM INDONESIA (PERSERO) Tbk

MATRIKS PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT TELKOM INDONESIA (PERSERO) Tbk MATRIKS PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT TELKOM INDONESIA (PERSERO) Tbk MATRIKS PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT TELKOM INDONESIA (PERSERO) Tbk DAFTAR ISI Halaman Pasal 1 Nama dan Tempat Kedudukan... 1 Pasal 2 Jangka

Lebih terperinci

KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TENTANG RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU

KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TENTANG RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM TENTANG RENCANA PENAMBAHAN MODAL TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU Keterbukaan Informasi ini dibuat dan dilakukan dalam rangka memenuhi Peraturan

Lebih terperinci