IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR DESTY SRI KURNIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR DESTY SRI KURNIA"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR DESTY SRI KURNIA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Desty Sri Kurnia NIM E

4 ABSTRAK DESTY SRI KURNIA. Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN. Identifikasi potensi kerja pada pemanenan hutan jati di Cianjur mulai dari kegiatan teresan sampai dengan pengangkutan ditentukan dari beberapa aspek. Identifikasi potensi kerja dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya sehingga pengendalian dapat ditentukan menggunakan teknik tertentu dan SMK3. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi adalah Job Hazard Analysis. Identifikasi potensi kerja dari aspek alat adalah tali tambang pada kegiatan penyaradan, chainsaw serta golok pada kegiatan teresan dan penebangan. Potensi kerja akibat lingkungan adalah lahan curam dan berserasah licin. Potensi kerja akibat pekerja dan metode kerja adalah bekerja di bawah pohon tersangkut. Analisis tingkat risiko dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko kerja. Hasil analisis setiap kegiatan, rata-rata bersifat rendah dengan peluang kerja rata-rata sangat jarang dan konsekuensi/severity/tingkat keparahan rata-rata tidak signifikan. Teknik pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya pembuatan jalur penyelamatan saat penebangan. Tindakan pengendalian berdasarkan SMK3 adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Kata kunci: hutan jati, pemanenan hutan, potensi. ABSTRACT DESTY SRI KURNIA. Identification of Working Accident Potential in Teak Forest Harvesting in Cianjur. Supervision of JUANG RATA MATANGARAN. Identification of working accident potential in teak forest harvesting activities in KPH Cianjur started from girdling activities to transportation activities and comprised several aspects. Identification of working accident potential was conducted to learn the cause of accident, so that controlling can be conducted by using particular techniques and SMK3. Method being used for identification was Job Hazard Analysis. Identification of working accident potential from the aspect of equipment was directed to ropes in skidding activities, chainsaw and machete in girdling and logging activities. Working accident potential due to environmental factor was steep land with slippery litter. Working accident potential due to workers and working method were working under hooked trees. Analysis of risk level was conducted to learn the level of working accident risk. Results of accident analysis on each activities showed that on the average, the rate of accident was low, the probability of working accident was very low and the consequence/severity was not significant. Technique of controlling could be conducted by among others making evacuation path during tree felling (logging). Controlling action on the basis of SMK3 was the use of Personal Protective Equipment (PPE). Key words: teak forest, forest harvesting, accident potential.

5 IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR DESTY SRI KURNIA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judu! Skripsi: Identifikasi Potensi Kece!akaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur Nama : Desty Sri Kumia NIM : E Disetujui o!eh Dr If luang Rata Matangaran. MS Pembimbing., 1')('\13 Tangga! Lulus: 17 u,

8 Judul Skripsi : Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur Nama : Desty Sri Kurnia NIM : E Disetujui oleh Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Didik Suharjito, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 bertempat di RPH Walahir, BKPH Tanggeung, KPH Cianjur ini adalah Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan jati di Cianjur. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran serta Bapak Dr Ir Endes N. Dahlan, MS selaku dosen penguji pada ujian komprehensif. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf KPH Cianjur, seluruh staf BKPH Tanggeung dan seluruh staf PRH Walahir yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2013 Desty Sri Kurnia

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 1 METODE PENELITIAN 2 Bahan 2 Alat 2 Prosedur Analisis Data 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Letak Geografis 5 Karakteristik Responden 5 Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Pada Pemanenan Hutan Jati, Analisis Tingkat Risiko Kecelakaan, Teknik Beserta Tindakan Pengendalian Berdasarkan SMK3 6 SIMPULAN DAN SARAN 16 Simpulan 16 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 17 RIWAYAT HIDUP 18 LAMPIRAN 19

11 DAFTAR TABEL 1 Peluang 3 2 Menentukan peluang 4 3 Daftar konsekuensi (severity/tingkat keparahan) yang terjadi 4 4 Matriks analisis risiko tingkatan risiko (penilaian risiko - 2D Model) 5 5 Identifikasi kerja pada kegiatan teresan 7 6 Identifikasi kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian batang 8 7 Identifikasi kerja pada kegiatan penyaradan 9 8 Identifikasi kerja pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan 10 9 Kegiatan teresan serta teknik pengendaliannya Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta teknik pengendaliannya Kegiatan penyaradan serta teknik pengendaliannya Kegiatan muat bongkar dan pengangkutan serta teknik pengendaliannya Kegiatan teresan serta tindakan pengendaliannya (SMK3) Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta tindakan pengendaliannya (SMK3) Kegiatan penyaradan serta tindakan pengendaliannya (SMK3) 15 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja 10 2 Diagram peluang kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi 11 3 Diagram konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi 12 4 Diagram tingkat kerja pada setiap kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi 13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel teresan 20 2 Tabel tebangan dan pembagian batang 26 3 Tabel penyaradan 33 4 Tabel muat bongkar dan angkutan 36 5 Jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 37 6 Jumlah peluang kerja (%) 38 7 Jumlah konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi (%) 39 8 Jumlah tingkat kerja pada setiap kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi (%) 40

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kecelakaan kerja tidak begitu saja terjadi dan pasti ada penyebabnya serta dapat dicari penyebabnya. Pemanenan hutan merupakan kegiatan yang sangat berisiko dalam kerja. Hal ini didasarkan pada banyaknya tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pemanenan hutan. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya adalah kelalaian pekerja, seperti kurang terampilnya menggunakan alat, selain itu kerja disebabkan karena pekerjaan tersebut berhubungan dengan alat berat dan besar serta membutuhkan keterampilan dalam mengoperasikan alat serta rendahnya kesadaran terhadap aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik pada perusahaan maupun pekerja. Pekerja kehutanan sebelumnya telah diidentifikasi sebagai kelompok kerja yang memiliki risiko cedera yang tinggi terkait dengan pekerjaannya. Sebagian besar literatur berkaitan dengan pekerjaan yang melibatkan chainsaw, seperti penebangan, pembagian batang, dan operasi mesin kehutanan (Slappendel et al. 1993). Gani (1992) menyatakan, bahaya bekerja di hutan terlihat dari data pada kegiatan pemanenan yang mencapai 70% dari seluruh yang terjadi, 15% pada pembinaan hutan, 5% pada pembuatan jalan, dan 10% karena sebab lainnya. Beratnya bekerja di kehutanan dapat disamakan dengan bekerja di pertambangan dan 4 kali angka pada industri lain pada umumnya. Ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka kerja dibidang kehutanan, terutama pada kegiatan pemanenan. Suma mur (1988) menyatakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Untuk mengendalikan risiko tersebut perlu adanya identifikasi potensi kerja pada kegiatan pemanenan hutan jati untuk mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan serta tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) atau teknik yang dapat dilakukan. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi potensi kerja pada kegiatan pemanenan kayu. 2. Mengetahui peluang, konsekuensi, dan nilai risiko setiap potensi pada kegiatan pemanenan hutan jati di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur. 3. Menentukan cara pengendalian kerja pada kegiatan pemanenan hutan jati.

13 2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perusahaan dalam meminimalisasi kerja akibat kegiatan pemanenan kayu jati dan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk penetapan kebijakan-kebijakan dan strategi dalam menurunkan tingkat kerja. METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan pemanenan hutan kayu jati yang akan dianalisis proses kegiatannya mulai dari kegiatan teresan, tebangan, penyaradan, muat bongkar, dan pengangkutan. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam melakukan teresan sampai muat bongkar pada saat penelitian akan dianalisis. Alat Alat yang digunakan dalam proses pengambilan data tersebut yaitu: alat tulis, kamera digital, laptop, dan kuesioner. Prosedur Analisis Data Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada area tegakan Jati tahun tanam 1965, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Walahir, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tanggeung, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh ditentukan secara purposive sampling yaitu semua pekerja yang melakukan penebangan di petak 93i dan peneresan di petak 53i. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada

14 contoh dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman bekerja, dan alamat rumah peneres, penebang, blandong, dan supir angkutan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi kondisi lokasi penelitian, topografi, dan keadaan tanah. 3 Pengolahan dan Analisis Data Metode yang digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya dan risiko dalam pemanenan hutan kayu jati adalah Job Safety Analisys (JSA) atau yang sering disebut dengan Job Hazard Analisys (JHA), dimana identifikasi dilakukan dengan melihat bahaya dan risiko yang terdapat pada langkah-langkah atau tahapan kerja dari setiap jenis kegiatan pekerjaan yang ada di area produksi yang diteliti. Job Hazard Analysis merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisis, dan direkam (OSHA 2002). Hasil dari rekaman akan dianalisis dan disajikan dalam sebuah tabel. Menentukan Peluang Menurut Suardi (2007) dalam menentukan peluang terjadinya di tempat kerja, dilakukan berdasarkan tingkat potensinya. Peluang terjadinya didapat dari hasil wawancara kepada pekerja di tempat penelitian dengan menggunakan kuesioner. Terdapat 5 kategori peluang terjadinya kerja mulai dari sangat sering sampai sangat jarang. Nilai untuk setiap peluang ditentukan oleh rata-rata frekuensi. Tabel 1 dan 2 merupakan kategori peluang, definisi beserta rata-rata frekuensi untuk menentukan peluang. Tabel 1 Peluang Peluang Sangat sering Sering Sedang Jarang Sangat jarang Sumber: Suardi (2007) Definisi Dapat terjadi kapan saja Dapat terjadi secara berkala Dapat terjadi pada kondisi tertentu Dapat terjadi, tetapi jarang Memungkinkan tidak pernah terjadi

15 4 Tabel 2 Menentukan peluang Peluang Definisi Rata-rata frekuensi Sangat sering Dapat terjadi kapan saja 5,00 Sering Dapat terjadi secara berkala 4,00-4,99 Sedang Dapat terjadi pada kondisi tertentu 3,00-3,99 Jarang Dapat terjadi, tetapi jarang 2,00-2,99 Sangat jarang Memungkinkan tidak pernah terjadi 1,99 : Rata-rata frekuensi terjadinya kerja = Jumlah terjadinya kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden. Menentukan Konsekuensi (Severity/Tingkat Keparahan) Konsekuensi ditetapkan dengan membuat ketetapan pada tingkat keparahan (severity) kerja. Konsekuensi kerja didapat dari hasil wawancara kepada para pekerja di tempat penelitian dengan menggunakan kuesioner. Terdapat 5 kategori konsekuensi/severity/tingkat keparahan mulai dari konsekuensi/severity/tingkat keparahan tidak signifikan seperti pegal-pegal, sampai bencana besar seperti kematian. Tabel 3 merupakan daftar konsekuensi/severity/tingkat keparahan. Tabel 3 Daftar konsekuensi (severity/tingkat keparahan) Tidak signifikan (TS) Iritasi mata ringan Ketidak nyamanan Pegal-pegal Lelah Sumber: Suardi (2007) Minor (M) Luka pada permukaan tubuh Tergores Terpotong/tersayat kecil Bising Sakit kepala/pusing Memar Sedang (S) Luka terkoyak Patah tulang ringan Sakit/radang kulit Cacat minor permanen Keracunan (digigit ular berbisa rendah) Besar (B) Terbakar Gegar otak Terkilir serius Keracunan (digigit ular berbisa sedang) Bencana besar (BB) Patah tulang berat Amputasi Luka fatal Luka kompleks Tidak dapat mendengar Kematian (digigit ular berbisa tinggi)

16 5 Menentukan Tingkatan Risiko Terdapat 4 tingkatan risiko yaitu risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi, dan risiko ekstrem. Tingkatan risiko dapat diketahui dengan menghubungkan nilai peluang dan konsekuensi serta digambarkan dalam matriks berikut ini: Tabel 4 Matriks analisis risiko tingkatan risiko (penilaian risiko - 2D Model) Konsekuensi (severity/tingkat keparahan) Peluang Tidak Bencana Minor Sedang Besar signifikan besar Sering sekali H H E E E Sering M H H E E Sedang L M H E E Jarang L M M H E Sangat jarang L L M H H Sumber: Suardi (2007) : E: Ekstrem M : Risiko sedang H: Risiko tinggi L : Risko rendah Cara membaca tabel di atas adalah mengkombinasikan antara kolom peluang dengan baris konsekuensi. Jika peluang yang didapat adalah sering dan konsekuensi besar, maka analisis risikonya adalah ekstrem (E). HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis Secara astronomis KPH Cianjur terletak pada BT dan LS. Luas hutan KPH Cianjur adalah ,27 ha. Luas tersebut dibagi dalam dua Kelas Perusahaan yaitu Pinus dan Jati (Perum Perhutani 2011). Secara wilayah Administratif Pemerintahan sebagian besar hutan terletak di Kabupaten Cianjur yang berada di 27 kecamatan dan sebagian kelompok hutan Gunung Kencana terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi yang berada di 2 kecamatan serta sebagian kelompok hutan Gunung Cantayan Barat terletak di wilayah Kabupaten Purwakarta. Luas kawasan hutan menurut wilayah administratif pemerintahan tersebut yaitu Kabupaten Cianjur seluas ,20 ha (98,67%), Kabupaten Sukabumi seluas 771,17 ha (1,10%), dan Kabupaten Purwakarta seluas 160,90 ha (0,23%) (Perum Perhutani 2010). Luas hutan jati di KPH Cianjur adalah ,96 ha dengan produktivitas tahun 2012 untuk tebangan penjarangan adalah 6,16 m 3 /ha dan tebang habis 83,95 m 3 /ha. Penelitian dilakukan di Petak 93i, BKPH Tanggeung, RPH Walahir, KPH Cianjur. Luas petak 93i adalah 310 ha. RPH Walahir sendiri mempunyai luas total 1.111,11 Ha. Jumlah produksi kayu jati tahun 2012 di RPH Walahir adalah 5.400

17 6 m 3. Jenis tanah yang ada di petak ini adalah latosol coklat, abu- abu hitam agak dalam, agak sarang, mudah longsor/hanyut, agak berbatu, dan berhumus. Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan variable jenis pekerjaan, pendidikan, umur, dan lama bekerja. Jenis pekerjaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peneres 3 orang, operator chainsaw 3 orang, blandong 9 orang, pengemudi angkutan 2 orang. Tingkat usia responden berkisar antara 28 sampai 56 tahun dengan rata-rata usia 45 tahun. Pendidikan rata-rata responden adalah tidak tamat Sekolah Dasar 5 orang, tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 4 orang, dan tamat SMP 2 orang. Rata-rata pekerja telah bekerja selama 22 tahun. Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati, Analisis Tingkat Risiko Kecelakaan, Teknik Beserta Tindakan Pengendalian Berdasarkan SMK3 Pemanenan hutan secara tradisional menjadi sektor yang terkait dengan tingkat yang tinggi dan serius yang berhubungan dengan pekerjaan jangka panjang masalah kesehatan (Maarten dan Marianne 2002). Begitu juga dengan pemanenan hutan jati di tempat penelitian, beberapa kegiatan masih dilakukan secara manual dan menjadi sektor yang akan terkait dengan tingkat yang tinggi dan serius. Identifikasi potensi kecelakan pemanenan hutan jati yang diteliti mulai dari kegiatan teresan, penebangan dan pembagian batang, penyaradan, muat bongkar, pengangkutan, alat yang digunakan dalam setiap kegiatan, lingkungan kerja serta pekerja dan metode kerja. Pemanenan hutan jati di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Walahir, Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tanggeung, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur masih menggunakan cara pemanenan secara semimanual. Alat untuk melakukan penebangan adalah chainsaw jenis Sthil MS 381 dengan berat 8 kg dan mempunyai kebisingan 118 db. Penyaradan yang dilakukan dengan cara dipikul, digelindingkan serta menggunakan alat bantu seperti pancan (pasak besi), tali tambang, dan batang kayu serta kegiatan muat bongkar dengan cara dipikul dan didorong. Pengangkutan yang dilakukan menggunakan truk Isuzu 125 PS dan Mitsubishi Fuso 125 PS. Potensi pada kegiatan teresan dapat dilihat dari 3 aspek, mulai dari alat yang digunakan, lingkungan kerja, pekerja, dan metode kerja. Tabel 5 merupakan tabel potensi kerja dalam kegiatan peneresan:

18 Tabel 5 Identifikasi kerja pada kegiatan teresan No. Aspek Potensi 1 Alat Sisi tajam chainsaw dan golok Chainsaw tidak dilengkapi alat pengaman (penangkap rantai, rem rantai, anti getar, pelindung tangan depan dan belakang, dan knalpot) 2 Lingkungan kerja Lahan curam (>25 o ) dan berserasah licin 3 Pekerja dan metode kerja Menggunakan alas kaki licin dan membawa alat teres Kaki tergigit binatang (kelabang) atau terkena ranting Menuangkan bahan bakar tidak menggunakan corong, merokok, dan menyalakan api Menyalakan gergaji dekat dengan bahan bakar Kebisingan, getaran, serbuk dan atau serpihan kayu Teresan merupakan kegiatan mematikan pohon yang akan ditebang dengan cara membuat torehan disekeliling pangkal pohon yang bertujuan menghambat mata rantai hara yang akan di asimilasi sehingga pohon mati (Perum Perhutani 2011). Teresan dilakukan menggunakan kapak dan ada juga yang menggunakan chainsaw. Jenis chainsaw yang digunakan oleh responden adalah sthil MS 381 dengan berat 8 kg. Penggunaan chainsaw sebagai alat bantu untuk meneres merupakan hal baru. Sebagian besar pekerja melakukan peneresan menggunakan kapak. Peneresan menggunakan kapak tidak lepas dari kerja. Kapak bisa mengenai kaki atau tungkai bawah pekerja hal ini dapat dihindarkan apabila lingkungan kerja tidak dihalangi oleh ranting-ranting atau tumbuh-tumbuhan, sehingga perlunya pembersihan lapangan sebelum melakukan kegiatan teresan. Kebakaran dianggap sebagai ancaman potensial bagi pembangunan berkelanjutan, berdampak langsung pada ekosistem, kontribusi terhadap emisi karbon, dan dampak terhadap keanekaragaman hayati (Tacconi 2003). Kewaspadan khusus di tempat tebangan sangat perlu untuk cairan-cairan yang dapat menyala dengan titik bakar di bawah 90 o C seperti bensin dan pelumas untuk chainsaw. Sejauh mungkin cairan-cairan yang sangat mudah menyala tersebut harus dipindahkan dengan pompa-pompa atau di udara terbuka. Cairan-cairan tersebut harus diamankan dari percikan api meskipun yang akan dipindahkan dalam jumlah kecil. Jarak yang aman dari mesin yang bergerak, nyala api yang terbuka atau cahaya yang kuat harus dipertahankan selama pemindahan cairan-cairan yang mudah terbakar, dan tanda-tanda peringatan yang tepat harus dipasang selama dapat dilaksanakan. Pada udara terbuka, tempat penyimpanan cairan tersebut tidak boleh dibiarkan terbuka, terkena sinar matahari, dan tempat-tempat tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, baik yang berisi maupun yang sudah kosong (Suma mur 1977). Kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan juga dapat dilihat dari 3 aspek. Aspek tersebut adalah aspek alat, lingkungan kerja, pekerja, dan metode kerja. Tabel 6 merupakan tabel identifikasi kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian batang. 7

19 8 Tabel 6 Identifikasi kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian batang No. Aspek Potensi 1 Alat Sisi tajam chainsaw dan golok Chainsaw tidak dilengkapi alat pengaman (penangkap rantai, rem rantai, anti getar, pelindung tangan depan dan belakang, dan knalpot) 2 Lingkungan kerja Lahan curam (>25 o ) dan berserasah licin Areal penebangan tidak dibersihkan 3 Pekerja dan metode kerja Kaki tergigit binatang (kelabang) atau terkena ranting Menggunakan alas kaki licin dan membawa peralatan tebang Menyalakan gergaji dekat bahan bakar Menuangkan bahan bakar tidak menggunakan corong, merokok, dan menyalakan api Berjalan dan bekerja di bawah pohon tersangkut Membagi batang menggunakan ujung atas bilah chainsaw Tebangan adalah kegiatan perobohan pohon dengan arah rebah yang tepat sehingga pohon/batang tidak rusak atau pecah banting. Pembagian batang merupakan kegiatan pembuatan atau pemotongan batang pohon sesuai dengan ukuran permintaan pasar yang bertujuan untuk memperoleh nilai rupiah kayu yang maksimal (Perum Perhutani 2011). Dalam satu hari kerja, operator chainsaw dapat menebang sekitar 10 sampai dengan 15 pohon jati. Penebangan hutan merupakan salah satu pekerjaan paling berbahaya sebagai tempat untuk bekerja dan penebangan pohon berada pada risiko cedera terbesar (Bell 2002). Hasil identifikasi di tempat penelitian sesuai dengan pernyataan Suhartana dan Yuniawati (2011) bahwa, pada kegiatan penebangan operator tidak menggunakan sepatu bot, helm, sarung tangan, dan kaca mata. Areal yang dihadapi memiliki kelerengan >25% dan jenis kayu jati yang memiliki kelas kuat 1 berarti memiliki bobot kayu sangat berat. Hal ini akan sangat membahayakan keselamatan jiwa operator. Hampir 25% dari semua cedera akibat chainsaw disebabkan oleh kickback. Kickback merupakan risiko yang paling serius pada kegiatan penebangan atau pembagian batang. Kickback biasanya terjadi ketika ujung bilah atas, khususnya, kuadran atas ujung, bersentuhan dengan kayu dan menyebabkan rantai berputar tiba-tiba berhenti, sehingga gergaji bergerak mundur dan ke atas menuju operator. Penelitian telah menunjukkan kecepatan kickback menjadi lebih dari 30 mil per jam, hal ini memungkinkan operator hanya memiliki waktu 0,06 detik untuk meresponnya. Tindakan ini dapat mengakibatkan gergaji mengenai operator pada bagian kepala atau leher (Koehler et al. 2004). Tingkat kebisingan yang dialami oleh operator chainsaw mempunyai potensi bahaya terhadap kesehatan. Operator bisa diamankan dengan membatasi

20 tingkat kebisingan hingga 110 db untuk gergaji yang digunakan dalam operasi penebangan atau dengan memberikan pelindung telinga. Sanders dalam Savitri menyatakan, pengaruh getaran dalam waktu singkat hanya memberi sedikit efek psikologis dan tidak terjadi perubahan nyata secara kimiawi dalam darah dan kelenjar endoktrin tubuh. Akan tetapi dalam jangka panjang efek getaran akan menimbulkan masalah spinal disorder, hemoroid hernia, dan kesulitan pembuangan air kemih. Tabel 7 merupakan tabel identifikasi kerja pada kegiatan penyaradan. Tabel 7 Identifikasi kerja pada kegiatan penyaradan No. Aspek Potensi 1 Alat Tali tambang rapuh Pasak besi tidak tertancap dengan kuat 2 Lingkungan kerja Lahan curam 3 Pekerja dan metode kerja Kaki tertimpa kayu atau tergigit binatang (kelabang) Menggunakan alas kaki licin dan membawa kayu Tidak memberi tahu saat kayu akan didorong/digelindingkan dari lahan curam Penyaradan merupakan kegiatan pemindahan kayu dari lokasi tebangan ke tempat pengumpulan (TP) (Perum Perhutani 2011). Blandong biasanya bekerja dalam sebuah grup yang terdiri dari 8 sampai dengan 10 orang. Batang kayu yang sudah menjadi sortimen-sortimen dan berada jauh dari truk atau yang berada di lahan miring biasanya akan digelindingkan menggunakan kaki atau tangan. Dalam melakukan pekerjaannya blandong biasanya tidak menggunakan sarung tangan dan terkadang alas kaki yang digunakan adalah sandal. Pada saat sortimensortimen tersebut digelindingkan masih belum ada tanda yang digunakan oleh para blandong yang mengisyaratkan kepada pekerja yang berada di bawah bahwa sortimen tersebut akan digelindingkan. Hal ini dapat menyebabkan, apabila kayu digelindingkan dan tidak ada tanda dari blandong yang berada di atas kepada pekerja yang berada di bawah, sortimen tersebut dapat menimpa pekerja. Hasil penelitian ini sebanding dengan Suhartana dan Yuniawati (2011). ILO (2002) menyebutkan bahwa kegiatan penyaradan secara manual harus menghindari pemindahan kayu dengan menggunakan tangan. Jika harus menggunakan tangan maka jarak harus sependek mungkin dengan menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan jaringan jalan sarad yang cukup dekat. Sedangkan Anonim dalam Suhartana dan Yuniawati(2011) menyatakan bahwa mengangkat beban merupakan pekerjaan yang berat, terutama teknik yang dilakukan tidak benar dapat berakibat cedera pada punggung. Identifikasi kerja pada kegiatan muat bongkar dapat dilihat dari 2 aspek yaitu aspek alat yang digunakan serta aspek pekerja dan metode kerja. Pada aspek lingkungan tidak terdapat potensi kerja. Hal ini karena kayu sudah ditumpuk ditempat yang datar dan dekat dengan alat 9

21 10 angkut. Tabel 8 merupakan tabel identifikasi kerja pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan. Tabel 8 Identifikasi kerja pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan No. Aspek Potensi 1 Alat Tali tambang rapuh Pasak besi tidak tertancap dengan kuat 2 Pekerja dan metode kerja Menaikkan kayu tanpa alat bantu Kondisi jalan angkutan tidak beraspal Pada kegiatan pemuatan manual dan pengangkutan dengan truk, sarana angkut yang sedang terisi harus diparkir dengan aman dan direm dengan aman. Selama proses pemuatan kayu tidak boleh ada orang di dalam kabin atau pada platform dari sarana angkut, kecuali kabin dari sarana angkut cukup dilindungi. Beban truk harus seimbang dan terjamin aman oleh bahan-bahan pengikat yang cukup kuat untuk mencegah barang menjadi keluar atau pergeseran dalam perjalanan. Pekerja yang bekerja dalam pemuatan dan kegiatan pengangkutan harus dilengkapi dengan alat pelindung diri, dan para pekerja harus menjaga truk dengan baik dan bersih dari kotoran atau batang kayu jatuh (Suhartana dan Yuniawati 2011). Kegiatan penebangan hutan yang dilakukan tidak mengikuti aturan dan kehati-hatian dapat menyebabkan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat berupa dengan akibat yang tidak fatal sampai kematian. Menebang pohon merupakan operasi yang sulit dan berbahaya serta membutuhkan alat-alat yang memadai, pelatihan, dan pengalaman (Axelsson 1998). Gambar 1 merupakan diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakan kerja pada masing-masing kegiatan. Jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan Teresan 34 Penebangan dan pembagian batang 11 Penyaradan 5 Muat bongkar dan pengangkutan Kegiatan pemanenan hutan jati Gambar 1 Diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja

22 Kegiatan teresan mempunyai 23 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja, penebangan dan pembagian batang 34 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja, penyaradan 11 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja, muat bongkar dan pengangkutan 5 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja (uraian sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja dapat dilihat pada lampiran 1, 2, 3, dan 4). Gambar 2 merupakan diagram peluang kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi. 11 Jumlah peluang kerja (%) Teresan 89 Penebangan dan pembagian batang Penyaradan Muat, bongkar, dan pengangkutan Sangat sering Sering Sedang Jarang Sangat Jarang Gambar 2 Diagram peluang kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi Data hasil wawancara terhadap responden berkaitan dengan peluang kerja berdasarkan frekuensi terjadinya yang pernah dialami responden sangat beragam. Risiko terjadinya peluang sangat jarang adalah yang terbanyak. Hal ini disebabkan karena responden sangat jarang mengalami kerja tersebut, akan tetapi pada kegiatan teresan terdapat yang sering terjadi yaitu mata terkena serbuk saat melakukan teresan menggunakan chainsaw, selain pada kegiatan teresan, pada kegiatan tebangan terdapat peluang sangat sering. Peluang sangat sering pada kegiatan tebangan adalah mata terkena serbuk saat proses penebangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peluang kejadian pada setiap kegiatan adalah sangat jarang. Beberapa kegiatan pada pemanenan hutan jati di tempat penelitian masih dilakukan secara manual dan menjadi sektor yang akan terkait dengan tingkat yang tinggi dan serius. Lefort et al. (2003) menyatakan bahwa mereka menemukan bahwa keseleo, terbuka, memar, dan patah tulang menyumbang hampir 75% dari semua cedera yang dilaporkan dalam sektor industri penebangan kayu. Jenis atau paparan mengidentifikasi peristiwa yang secara langsung mengakibatkan cedera atau penyakit. Banyak pekerja menyatakan bahwa kerja terjadi akibat terpukul atau kejatuhan suatu benda. Keberagaman bentuk yang dialami karena adanya ranting dan atau

23 12 dahan jatuh serta tertimpa pohon dan mengenai anggota tubuh, merupakan yang banyak terjadi. Terjatuh merupakan terbesar selanjutnya dan kegiatan lainnya memberikan porsi yang lebih kecil. Kegiatan yang dilakukan seperti mengangkat, mendorong, memegang, membawa, memutar, melempar benda, kaku untuk membungkuk, memanjat, merangkak, memutar, menjangkau, atau tergelincir termasuk kegiatan yang dapat menyebabkan. Setelah mengetahui peluang kerja berdasarkan frekuensi yang terjadi, maka dapat diketahui konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi. Gambar 3 merupakan diagram konsekuensi/severity/tingkat keparahan berdasarkan risiko yang terjadi pada responden akibat yang pernah dialami. Jumlah konsekunsi/severity/tingkat keparahan (%) Teresan Penebangan dan pembagian batang 31 Penyaradan Muat, bongkar, dan pengangkutan Bahaya Besar Besar Sedang Minor Tidak Signifikan Gambar 3 Diagram konsekuensi kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi Konsekuensi kerja pada kegiatan teresan sampai muat bongkar dan angkutan yang terbanyak dari masing-masing kegiatan berdasarkan sub kegiatan adalah tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena responden yang mengalami kerja tersebut hanya mengalami yang tidak memern penanganan khusus. Setelah peluang dan konsekuensi masing-masing kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja berdasarkan sub kegiatannya diperoleh, maka tingkat risiko berdasarkan analisis masing-masing sub kegiatan berdasarkan risikonya dapat diketahui. Gambar 4 merupakan diagram tingkat kerja berdasarkan risiko pada setiap sub kegiatan.

24 13 Jumlah tingkat berdasrkan risiko (%) Teresan Tebangan Penyaradan Muat bongkar dan angkutan Ekstrim Tinggi Sedang Gambar 4 Diagram tingkat kerja pada setiap kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi Tingkat risiko pada kegiatan teresan adalah sedang dan rendah, sedangkan pada kegiatan tebangan dan pembagian batang terdapat tiga macam tingkat risiko yaitu tingkat risiko tinggi, sedang, dan rendah. Pada kegiatan penyaradan hanya terdapat dengan tingkat risiko rendah. Pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan terdapat dua macam tingkat berdasarkan analisis kerja yaitu tingkat rendah dan tingkat sedang. Kecelakaan dengan tingkat risiko tinggi pada kegiatan tebangan adalah tangan terkontak lagsung dengan sumber getaran yang menyebabkan pegal dan mata terkena serbuk pada saat proses penebangan. Hasil analisis kerja menunjukkan bahwa tingkat risiko adalah rendah pada setiap kegiatan, akan tetapi beberapa risiko dapat menjadi tinggi bahkan sangat tinggi tingkat risikonya jika terjadi. Berikut merupakan tabel risiko beserta teknik penanggulangan dan tindakan pengendalian (manajemen K3) pada setiap kegiatan pemanenan hutan jati. Program risiko kesehatan untuk pekerjaan kehutanan telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan identifikasi risiko kesehatan dengan evaluasi yang sistematis dari hubungan antara pekerjaan dan keluhan kesehatan, dan menciptakan dasar untuk keputusan tentang tindakan yang berbeda untuk mengurangi risiko kesehatan (Axelsson dan Bengt 1990). Tabel 9 sampai dengan tabel 12 merupakan teknik pengendalian kerja, sedangkan tabel 13 sampai dengan tabel 15 menunjukkan tindakan pengendalian berdasarkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).

25 14 Tabel 9 Kegiatan teresan serta teknik pengendaliannya Risiko Teknik pengendalian Terjadi kebakaran Pembuatan jarak aman Tangan terkontak langsung dengan Penempatan peredam suara sumber getaran Pendengaran berkurang/mendengung Penggantian chainsaw dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah Terkena widow maker Tidak berjalan diantara pohon yang sudah di teres Tabel 10 Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta teknik pengendaliannya Risiko Teknik pengendalian Terjadi kebakaran Pembuatan jarak aman Tertimpa pohon akibat arah rebah Pembuatan jalur penyelamatan meleset Tertimpa pohon tersangkut Perebahan pohon menggunakan roda pengungkit, tirfor, dan skidding traktor Tangan terkontak langsung dengan Penempatan peredam pada sumber sumber getaran getaran Pendengaran berkurang/mendengung Penggantian chainsaw dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah Tabel 11 Kegiatan penyaradan serta teknik pengendaliannya Risiko Teknik pengendalian Tertimpa sortimen kayu Pasak besi dan tali tambang hanya digunakan untuk kayu dengan diameter 65 cm Tabel 12 Kegiatan muat bongkar dan pengangkutan serta teknik pengendaliannya Risiko Teknik pengendalian Kayu menimpa blandong saat dinaikkan Menaikkan kayu menggunakan ke truk ender-ender, tali tambang, dan pasak besi Terjadi slip Jalan hutan diberi batuan Tabel 13 Kegiatan teresan serta tindakan pengendaliannya berdasarkan SMK3 Bahaya Risiko Tindakan pengendalian Korek gas Kebakaran Pengecekan kembali agar tidak ada korek gas yang tertinggal Kebisingan Pendengaran Penggunaan ear muff atau ear berkurang, telinga plugs berdengung Getaran Tangan terkontak Penggunaan sarung tangan dan langsung peredam pada chainsaw dengansumber getaran

26 15 Lanjutan tabel 13 Bahaya Risiko Tindakan pengendalian Serbuk dan atau tatal Mata terkena serbuk dari Penggunaan pelindung kayu jati mata (kaca mata) Terkena widow maker Penggunaan pelindung kepala (helm) Ranting pohon yang sudah diteres Tergigit binatang Bengkak, terkena racun Penggunaan alas kaki (sepatu) dan membawa obat-obatan P3K Tabel 14 Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta tindakan pengendaliannya berdasarkan SMK3 Bahaya Risiko Tindakan pengendalian Korek gas Kebakaran Pengecekan kembali agar tidak ada korek gas yang tertinggal di lantai hutan Kebisingan Pendengaran Penggunaan ear muff atau berkurang, telinga ear plugs berdengung Getaran Tangan terkontak Penggunaan sarung tangan langsung dengan dan adanya peredam pada sumber getaran chainsaw Serbuk dan atau tatal Mata terkena Penggunaan pelindung mata serbuk dari kayu (kaca mata) jati Ranting pohon yang Terkena widow Penggunaan pelindung sudah diteres Tergigit (kelabang) binatang Memotong batang menggunakan ujung atas bilah maker Kaki binatang tergigit kepala (helm) Penggunaan alas kaki (sepatu) dan membawa obatobatan P3K Kickback Pemotongan tidak menggunakan area kickback Tabel 15 Kegiatan penyaradan serta tindakan pengendaliannya berdasarkan SMK3 Bahaya Risiko Tindakan pengendalian Pasak besi terlepas dari Kayu menimpa Pasak besi ditancapkan dengan batang kayu blandong kuat Tali tambang untuk Kayu menimpa Mengganti tali tambang menyarad terputus blandong Pengendalian yang dapat dilakukan untuk kerja dengan tingkat risiko rendah dan sedang pada setiap kegiatan dapat dilakukan dengan cara pemantauan kerja oleh pihak perusahaan, menekankan kepada pekerja untuk bekerja sesuai dengan petunjuk dan standar operasional yang sudah ada,

27 16 diberlakukannya sangsi yang tegas untuk setiap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai peraturan yang sudah diberlakukan, mengadakan penyuluhan tentang K3, dan melakukan pelatihan untuk seluruh pekerja lapangan seperti pelatihan chainsaw. Celana pelindung dan sarung tangan merupakan benda yang memiliki kemungkinan paling kecil untuk digunakan, sedangkan perlindungan telinga, mata, dan kaki merupakan benda yang paling mungkin untuk digunakan. Hasil menunjukkan bahwa perencanaan yang lebih baik selama proses penebangan menjadi kunci untuk mengurangi jumlah. Kebutuhan untuk pelatihan lanjutan dan peningkatan manajer dan karyawan merupakan hal yang paling penting untuk meningkatkan program keselamatan kerja (Lefort et al. 2003). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan teresan memiliki 8 potensi kerja, sedangkan penebangan memiliki 10 potensi kerja, penyaradan memiliki 6 potensi kerja, serta muat bongkar dan pengangkutan memiliki 4 potensi kerja. Hasil analisis risiko menunjukkan terjadinya peluang kerja pada setiap kegiatan sangat jarang sedangkan hasil konsekuensi/severity/tingkat keparahan pada setiap kegiatan pemanenan menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga hasil analisis tingkat risiko kerjanya bersifat rendah. Teknik penanggulangan yang diterapkan pada kegiatan teresan, tebangan, penyaradan, serta muat bongkar dan pengangkutan terdiri dari pembuatan jarak aman, penggantian alat, pembuatan jalur penyelamatan, perebahan pohon menggunakan skidding traktor atau tirfor, penempatan peredam pada sumber getaran, penggunaan pasak besi dan tali tambang untuk menyarad kayu dengan diameter 65 cm, pemberian batuan pada jalan hutan, dan penggunaan ender-ender serta tali tambang untuk menaikkan kayu. Penggunaan teknik-teknik tersebut disesuaikan dengan risiko masingmasing kegiatan. Tindakan-tindakan pengendalian yang diterapkan pada kegiatankegiatan tersebut terdiri dari pengecekan kembali agar tidak ada korek gas yang tertinggal, penggunaan ear muff/ear plugs, sarung tangan, pelindung mata, dan alas kaki, penyediaan obat0obatan P3K, penancapan pasak besi dengan kuat, serta penggantian tali tambang. Saran Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengidentifikasi potensi kerja pada kondisi hutan yang berbeda.

28 17 DAFTAR PUSTAKA Axelsson SA, Bengt P New ergonomic problems in mechanized logging operations. International Journal of Industrial Ergonomics. 5(3): Axelsson SA The mechanization of logging operations in Sweden and its effect on occupational safety and health. Journal of Forest Engineering.9(2): Bell JL Changes in logging injury rates associated with use of feller bunchers in West Virginia. Journal of Safety Research. 33(4): Gani DS Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja. Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. [ILO] International Labour Organitation Standar ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Kehutanan. J a k a r t a : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Koehler SA, Todd ML, Leon R, Abdulrezzak S, Shaun L, Bennet O, joseph D, Cyril HW Death by chainsaw: fatal kickback injuries to the neck. Journal Forensic Science. 49(2): 1-6. Lefort AJ, Cornelis F, John C, Brian D Characteristics of injuries the logging industry of lousiana, USA: 1986 to Journal of Forest Engineering. 14(2): Maarten N, Marianne L Health and safety issues and perceptions of forest harvesting contractors in Ireland. Journal of Forest Engineering. 13(2): [OSHA] Occupational Safety and Health Administration Job Hazard Analysis. U.S Departmen of Labor. Perum Perhutani Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan (DPPL) KPH Cianjur. Cianjur: Perum Perhutani KPH Cianjur. Perum Perhutani Prosedur Kerja Tebang Habis Jati. Cianjur: Perum Perhutani KPH Cianjur. Savitri LZ Persepsi dan gangguan daya konsentrasi operator chainsaw pengaruh penggunaan APD [skripsi]. Bogor: Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Slappendel C, Ian L, Ichiro K, Stephen M, Collin C Factors affecting workrelated injury among forestry workers: a review. Journal of Safety Research. 24(1): Suardi R Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2th ed. Jakarta: PPM. Suhartana S, Yuniawati Tingkat pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan pemanenan kayu jati di KPH Cianjur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29(1): Suma mur PK Kesehatan dan keselamatan dalam pekerjaan kehutanan dan industri perkayuan. Jakarta: Pusat Bina Hiperkas dan Keselamatan Kerja dan Organisasi Perburuhan Internasional. Suma mur PK Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: PT. Saksama. Tacconi L Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab Biaya dan Implikasi Kebijakan. Bogor: CIFOR.

29 18 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi, pada tanggal 15 Desember 1989 dari pasangan Warsito dan Eka Maemunah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Caringin 1 Sukabumi pada tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cisaat Sukabumi dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cisaat Sukabumi pada tahun Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan penulis ikut berpartisipasi dalam lembaga kemahasiswaan dan berbagai kepanitian, yaitu sebagai staf Divisi Kewirausahaan periode , panitia Bimantara, dan panitia Smile of Human. Penulis telah melaksakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan pada tahun 2010 di Sancang Barat dan Kamojang, Praktik Pengenalan Hutan pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, dan Praktik Kerja Lapang pada tahun 2012 di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur di bimbing oleh Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS.

30 LAMPIRAN 19

31 Lampiran 1 Tabel teresan (23 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja) No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 1 Tidak memakai alas kaki saat berjalan di atas serasah 2 Memakai alas kaki licin saat berjalan di atas serasah 3 Menggunakan alas kaki licin dan membawa chainsaw dengan keadaan mesin mati Risiko Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi (Konsekuensi) Tingkat risiko Tergigit binatang 0,33* Sangat jarang Tergores Minor (kelabang) dan atau tergores ranting Terjatuh 0,33 Sangat jarang Memar Minor Badan tertimpa chainsaw Terjatuh dan tertimpa chainsaw Tangan tertimpa chainsaw Kaki tertimpa chainsaw 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi : Rata-rata frekuensi terjadinya kerja = Jumlah terjadinya kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden. Contoh perhitungan: (0+1+0) : 3 = 0,33* (menunjukkan peluang sangat jarang pada tabel 2)

32 21 Lanjutan lampiran 1 No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 4 Berjalan membawa chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang 5 Berjalan dengan membawa chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang di lahan curam 6 Operator chainsaw berjalan dengan membawa chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang berjalan di lahan berserasah licin 7 Operator chainsaw tidak menggunakan sarung saat mengikir Risiko Gigi chainsaw menggores tangan Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi Gigi chainsaw 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi menggores leher Gigi chainsaw 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi menggores wajah Gigi chainsaw 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi menggores bagian tubuh lainnya Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi Tangan tergores gigi chainsaw (Konsekuensi) Tingkat risiko 0,33 Sangat jarang Tergores Minor 21

33 22 22 Lanjutan lampiran 1 No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 8 Tidak menggunakan sarung tangan dan alas kaki (sepatu) saat pembersihan lapangan menggunakan golok 9 Kebisingan (akibat chainsaw) 10 Meneres dilahan curam menggunakan chainsaw Risiko Tangan tergores sisi tajam golok Kaki tergores sisi tajam golok Berkurangnya pendengaran atau mendengung akibat kebisingan dari chainsaw Terjatuh atau tergelincir karena pijakan tidak mantap Kaki tergores sisi tajam golok Pekerja terjatuh atau tergelincir karena tidak membuat pijakan terlebih dahulu Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi (Konsekuensi) Tingkat risiko 0,33 Sangat jarang Tergores Minor 0,33 Sangat jarang Tergores Minor 1,00 Sangat jarang Sakit pada bagian telinga) Minor 1,30 Sangat jarang Memar Minor 0,33 Sangat jarang Tergores Minor 0,66 Sangat jarang Memar Minor

34 23 Lanjutan lampiran 1 No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 11 Terkena serpihan dan atau tatal (menggunakan chainsaw) 12 Meneres menggunakan kapak 13 Terkena serpihan dan atau tatal (menggunakan kapak) 14 Operator chainsaw dan pekerja teresan ke lokasi tebangan menggunakan alas kaki tetapi licin 15 Operator chainsaw atau peneres lainnya menggunakan alas kaki licin dan membawa chainsaw atau kapak Risiko Mata terkena serbuk gergaji kayu Tangan tergores kapak Kaki tergores kapak Serpihan batang mengenai mata Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi 4,33 Sering Iritasi mata ringan 0,50 Sangat jarang Tersayat kecil 0,50 Sangat jarang Tersayat kecil 0,00 Sangat jarang Iritasi mata ringan 2,11 Jarang Luka pada Serpihan batang permukaan mengenai kaki tubuh Tergelincir 0,33 Sangat jarang Terkilir ringan Tergelincir 2,11 Jarang Terkilir ringan (Konsekuensi) Minor Minor Minor Minor Minor Minor Minor Tingkat risiko Sedang 23

35 24 24 Lanjutan lampiran 1 No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 16 Operator chainsaw dan peneres lainnya berjalan di lahan curam 17 Operator chainsaw dan pneneres lainnya berjalan di lahan berserasah licin 18 Operator mengikir di bawah lahan curam dengan kondisi banyak batang pohon yang belum disarad 19 Mengisi bahan bakar tidak menggunakan corong Risiko Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi Tergelincir 2,00 Jarang Terkilir ringan Tergelincir 2,00 Jarang Terkilir ringan Pekerja batang yang disarad tertimpa pohon belum Batang pohon jatuh dan menimpa pekerja Bensin mengenai serasah kering dan memicu kebakaran 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi (Konsekuensi) Minor Minor Tingkat risiko Sedang Sedang

36 25 Lanjutan lampiran 1 No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 20 Menyalakan korek api atau korek gas didekat bahan bakar 21 Menuangkan bahan bakar sambil merokok 22 Menyalakan chainsaw dekat dengan bahan bakar 23 Menyalakan chainsaw sambil merokok Risiko Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi Korek gas 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi tertinggal di lantai hutan, terkena sinar matahari dan menimbulkan kebakaran Percikan api dari 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi rokok menyebabkan kebakaran Terjadi kebakaran 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi Terjadi kebakaran 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi (Konsekuensi) Tingkat risiko 25

37 26 26 Lampiran 2 Tabel tebangan dan pembagian batang (34 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kerja) No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 1 Berjalan ke lokasi tebangan opeartor chainsaw tidak memakai alas kaki Risiko Kaki ter karena menginjak ranting Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi (Konsekuensi) Tingkat risiko 1,00* Sangat jarang Tergores Minor Berjalan diatas 0,33 Sangat jarang Tidak terjadi serasah dan tergigit binatang Terjatuh 0,33 Sangat jarang Tidak terjadi 2 Operator chainsaw perjalan ke lokasi tebangan menggunakan alas kaki licin 3 Operator chainsaw Badan tertimpa 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi menggunakan alas kaki chainsaw licin dan membawa chainsaw : Rata-rata frekuensi terjadinya kerja = Jumlah terjadinya kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden. Contoh perhitungan: (0+1+2) : 3 = 1,00* (menunjukkan peluang sangat jarang pada tabel 2)

38 27 Lanjutan lampiran 2 No. Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 3 Operator chainsaw menggunakan alas kaki licin dan membawa chainsaw 4 Berjalan membawa chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang tanpa penutup bilah 5 Operator chainsaw berjalan di lahan curam 6 Operator chainsaw berjalan di lahan berserasah licin Risiko Frekuensi terjadinya peluang (Peluang) Konsekuensi Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi Tangan tertimpa chainsaw Kaki tertimpa chainsaw Gigi chainsaw menggores tangan 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi Gigi chainsaw 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi menggores leher Gigi chainsaw 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi menggores wajah Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi (Konsekuensi) Tingkat risiko 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan di bidang kehutanan khususnya dalam kegiatan pemanenan kayu merupakan salah satu pekerjaan lapangan dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN PEMANENAN KAYU JATI DI KPH CIANJUR

TINGKAT PEMAHAMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN PEMANENAN KAYU JATI DI KPH CIANJUR TINGKAT PEMAHAMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN PEMANENAN KAYU JATI DI KPH CIANJUR (Knowledgeability of Working Health and Safety on Teak Logging in Cianjur Forest District) Oleh/ By :

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Responden merupakan pekerja (karyawan) maupun mitra kerja perhutani di bidang pemanenan kayu, yang terdiri dari 6 mandor lapangan, 11 pekerja penebangan

Lebih terperinci

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION) 1. KAPAN DIGUNAKAN Prosedur ini berlaku pada saat melakukan pekerjaan menggunakan chainsaw 2. TUJUAN Prosedur ini memberikan petunjuk penggunaan chainsaw secara aman dalam melakukan pekerjaan dimana chainsaw

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

TEKNIK PENEBANGAN KAYU TEKNIK PENEBANGAN KAYU Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa 1 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Tebang Habis Jati Kegiatan tebang habis jati di Perum Perhutani dilaksanakan setelah adanya teresan. Teresan merupakan salah satu dari beberapa rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

RISK ASSESSMENT PADA PEKERJAAN MENEBANG KAYU DI HUTAN PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PENGOPERASIAN CHAINSAW PERUM PERHUTANI KPH MADIUN)

RISK ASSESSMENT PADA PEKERJAAN MENEBANG KAYU DI HUTAN PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PENGOPERASIAN CHAINSAW PERUM PERHUTANI KPH MADIUN) RISK ASSESSMENT PADA PEKERJAAN MENEBANG KAYU DI HUTAN PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PENGOPERASIAN CHAINSAW PERUM PERHUTANI KPH MADIUN) Raditya Angga Pradipta Ikatan Alumni Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON

STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON STANDARDISASI GERGAJI RANTAI UNTUK PENEBANGAN POHON Oleh Sukanda dan Wesman Endom 1 Abstrak Penebangan pohon merupakan salah satu bagian dari kegiatan penjarangan dan pemanenan hutan. Gergaji rantai adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya dan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat pada setiap pekerjaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja Sebuah perusahaan yang beroperasi dalam bidang konstruksi mempunyai kemungkinan terjadi kecelakaan kerja. Setiap orang dimanapun berada, siapapun bisa mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Pekerjaan dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati,

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati, Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Esa

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan hasil hingga pemasaran hasil hutan. Pengelolaan menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan hutan tanaman di Jawa, khususnya oleh Perum Perhutani merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup beberapa kegiatan utama mulai dari penanaman, pemeliharaan

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dirancang untuk pengajaran siswa dibawah pengawasan guru. Salah satu jenis sekolah di Indonesia adalah Sekolah Menengah

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Volume 4 No. 1, Juli 2003 (11 18) Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan Retna Hapsari 1 Abstrak - Peranan jasa konstruksi dimasa sekarang dan nanti akan semakin terasa

Lebih terperinci

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 83-89 KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT (Residual Stand Damage Caused by Timber Harvesting in Natural Peat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN :

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN : PERANCANGAN SISTEM K3 BERDASARKAN JOB SAFETY ANALYSIS DAN PERHITUNGAN RISK SCORE (SUATU PENDEKATAN DENGAN METODE PARTICIPATORY ERGONOMICS) Paulus Sukapto 1*), Harjoto Djojosubroto 2) dan Yunanto 3) 1,2)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan keberhasilan baik berupa hasil produksinya maupun hasil layanannya. Untuk menunjang keberhasilan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1999, Bidang jasa konstruksi merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat rentan terhadap kecelakaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sangat tergantung oleh kualitas, kompetensi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sangat tergantung oleh kualitas, kompetensi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sangat tergantung oleh kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dari

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PUTRI KOMALASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada tahun 1890, pemerintah Amerika Serikat memasukan rancangan undang undang (UU) yang mengatur keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) ARIEF KURNIAWAN NASUTION DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan faktor utama dalam kesuksesan sebuah perusahaan, tetapi disamping itu manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan setiap pekerjaanya, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE

PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE 53 PRODUKTIVITAS PENEBANGAN PADA HUTAN JATI (Tectona Grandis) RAKYAT DI KABUPATEN BONE Felling Productivity on Community Teak (Tectona grandis) Forest Bone Regency Andi Mujetahid ABSTRACT Community teak

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor berada pada wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Bogor, Bekasi dan Tangerang dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar KUISIONER PENELITIAN No : PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui tingkat penerapan

Lebih terperinci

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HIRA DAN JSA HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND DITERMINATION CONTROL (HIRAC) DAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT. Hazard Identification Pengalaman menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang setinggitingginya

Lebih terperinci

Peralatan Perlindungan Pekerja

Peralatan Perlindungan Pekerja Oleh: 2013 Peralatan Proteksi Keselamatan Kerja Reference : Hamid R. Kavianian & Charles A. Wentz. 1990. Occuputional & Enviromental Safety Engineering & Management. 1. John Wiley & Sons Inc. New York

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil

BAB I PENDAHULUAN. hasil kayu merupakan kegiatan yang paling berat. Kegiatan pemanenan hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan di bidang kehutanan termasuk pekerjaan yang berat dan berbahaya. Sessions (2007) juga menjelaskan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri di Indonesia mendorong munculnya industriindustri berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan wujud dari kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi pekerja berdasarkan amanah undang-undang (UU).

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART Disusun oleh: Diki Alnastain 32411082 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI

Lebih terperinci

BEBERAPA KESALAHAN UMUM WAKTU MEMBUAT JSA OLEH PENGAWAS SERTA BAGAIMANA SEHARUSNYA

BEBERAPA KESALAHAN UMUM WAKTU MEMBUAT JSA OLEH PENGAWAS SERTA BAGAIMANA SEHARUSNYA 1 Jabatan yang mengerjakan tugas ini BEBERAPA KESALAHAN UMUM WAKTU MEMBUAT JSA OLEH PENGAWAS SERTA BAGAIMANA 1 Ditinggal kosong Harus diisi 2 Di isi dengan JABATAN pengawas sendiri Harusnya JABATAN ANAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkian yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak aman dan tindakan tidak

Lebih terperinci

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara KECELAKAAN TAMBANG Oleh : Rochsyid Anggara 1. Penjelasan Umum Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak dikendalikan dan tidak diinginkan yang mengakibatkan cideranya seseorang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era industrialisasi modern penggunaan teknologi maju sangat dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum. 1 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan nasional. Untuk mencapai pembangunan nasional tersebut maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang tidak produktif yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan adalah kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan seseorang atau

Lebih terperinci

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH Mutiara Dwi Putri, Sutarni, Marlinda Apriyani 1 Mahasiswa, 2 Dosen Politeknik Negeri Lampung 1, 3 Dosen Politeknik Negeri Lampung 2

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA K3 KONSTRUKSI

IDENTIFIKASI BAHAYA K3 KONSTRUKSI IDENTIFIKASI BAHAYA K3 KONSTRUKSI Ir. Erwin Ananta, Cert. IV, MM Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Balikpapan Page 1 of 16 Tujuan Pembelajaran Memahami philosophy K3 Mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu persoalan dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kesehatan dan keselamatan kerja

Lebih terperinci

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN

Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Bab III PERENCANAAN PEMANENAN HASIL HUTAN Sebelum kegiatan pemanenan kayu dapat dilaksanakan dihutan secara aktual, maka sebelumnya harus disusun perencanaan pemanenan kayu terlebih dahulu. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM KUDA-KUDA DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan) PENDAHULUAN MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian

Lebih terperinci