BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas dari koperasi itu sendiri. Banyak Koperasi yang berdiri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas dari koperasi itu sendiri. Banyak Koperasi yang berdiri"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1.Aktualitas Dewasa ini perkembangan koperasi di Indonesia semakin pesat. Sayangnya perkembangan itu hanya sebatas kuantitas dan tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas dari koperasi itu sendiri. Banyak Koperasi yang berdiri namun juga banyak juga yang tidak kuat menahan arus persaingan yang semakin ketat di era globalisasi ini. Penciptaan koperasi hanya sebatas pembuktian eksistenti kegiatan ekonomi kerakyatan dari masyarakat namun koperasi-koperasi tersebut tidak mempunyai ciri khas sebagai koperasi. Ciri khas atau yang sering disebut aktivis perkoperasian sebagai prinsip-prinsip koperasi tersebut semakin lama semakin hilang dikarenakan pemahaman terhadap koperasi sangat kurang di kalangan anggota-anggotanya. UU no 25 tahun 1992 sebagai landasan operasional tentunya menjadi rujukan bagi seluruh koperasi tentang semua hal tentang perkoperasian di Indonesia tak terkecuali untuk Koperasi Mahasiswa. Koperasi mahasiswa merupakan wadah dan sarana bagaimana gerakan koperasi sudah mampu menyentuh kalangan mahasiswa. Salah satu koperasi mahasiswa yang cukup eksis dan mampu menorehkan berbagai prestasi ialah Koperasi "Kopma UGM". Koperasi yang didirikan tanggal 20 Maret 1982 terletak di lingkungan Universitas Gadjah Mada ( UGM) dan menjadi salah satu koperasi mahasiswa yang cukup lama bertahan. 1

2 Dalam penelitian ini peneliti akan membahas terkait pengaplikasian prinsip-prinsip menurut UU no. 25 tahun 1992 di Koperasi "Kopma UGM". Peneliti mengambil fokus penelitian tersebut karena Koperasi "Kopma UGM" yang kepngurusannya dikelola oleh mahasiswa menjalankan sendi- sendi dasar koperasi atau koperasi yang tercantum dalam UU no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian sampai saat ini atau telah mulai menanggalkan sendi- sendi dasar tersebut seperti kebanyakan koperasi-koperasi lain pada umumnya di Indonesia. Peningkatan pemahaman anggotadapat dilakukan dengan melakukan pendidikan di Koperasi untuk mencetak kader-kader yang paham koperasi. 2. Orisinalitas Penelitian tentang Koperasi sudah banyak dilakukan. Berikut beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait koperasi: a. Skripsi yang berjudul Pengaruh Sinergitas Antar Anggota Terhadap Kesejahteraan dalam Organisasi ( Studi Kasus Koperasi Kopma UGM ). Penelitian ini ditulis oleh Dilla Janu Istanti mahasiswi Jurusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) angkatan 2008 yang diselesaikan pada tahun Meskipun sama-sama melihat koperasi, namun penelitian ini berbeda karena mengambil focus penelitian terkait sinergitas antar anggota koperasi terhadap kesejahteraan yang ada dalam koperasi tersebut. b. Skripsi yang berjudul Evaluasi Sistem Pengukuran Kinerja Koperasi. Penelitian ini dilakukan oleh Dedy Hendranto mahasiswa Jurusan Akuntansi UGM angkatan 2001 yang diselesaikan pada tahun Penelitian ini 2

3 memfokuskan penelitian terhadap kinerja koperasi yang dilihat dari key performance indicator (KPI) dan bagaimana implementansi KPI itu bisa menjadi indicator kinerja sebuah koperasi sesuai dengan standar akuntansi PSAK nomor 27 tentang akuntansi koperasi. Dari penelitian-penelitian di atas mengambil satu obyek yang sama yaitu Koperasi. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah focus penelitiannya. Peneliti untuk kali ini akan lebih fokus pada aplikasi prinsip pendidikan yang terdapat pada koperasi karena pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam menciptakan kader bagi koperasi agar eksistensi Koperasi masih bertahan. 3. Relevansi dengan Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Koperasi merupakan salah satu instrument dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat beberapa waktu belakangan ini. Koperasi yang dalam masyarakat pedesaan sudah cukup dikenal ketika era Koperasi Unit Desa menjamur saat era orde baru. Selain itu ada salah satu mata kuliah yaitu Lembaga Ekonomi Kerakyatan (LEKRA) yang di dalamnya terdapat materi tentang koperasi sebagai lembaga yang identik dengan gerakan ekonomi kerakyatan. B. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu dari tiga pilar ekonomi di Indonesia. Seperti yang kita ketahui ada tiga pilar ekonomi di Indonesia yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi. 3

4 Koperasi mempunyai satu keistimewaan karena mempunyai satu landasan konstitusional yang kuat dan menjadi landasan peraturan utama di Indonesia yaitu Undang-undang Dasar 1945 ( UUD 45). Hal itu tercantum dalam pasal 33 ayat 1 UUD 45 yang berbunyi: Perekomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan Bunyi pasal di atas tentunya menunjuk satu badan usaha yang memiliki asas kekeluargaan dan badan usaha dengan ciri khas seperti itu hanya dimiliki oleh koperasi. Kehendak dari pasal tersebut juga menunjukkan bahwa koperasi menjadi satu pilar yang mampu membangun ekonomi nasional rakyat Indonesia yang akan membawa kemakmuran serta kesejahteraan yang tidak hanya untuk satu orang atau satu golongan saja, akan tetapi kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. (Widiyanti & Sunindhia,2003:211) Selain dengan salah satu cirinya sebagai badan usaha, koperasi mempuyai sendi-sendi dasar yang jugamenjadi ciri khasnya. Pengertian sendi-sendi dasar atau prinsip- prinsip Koperasi adalah pedoman- pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah usaha da bekerjanya Koperasi sebagai organisasi ekonomi dari orang-orang yang terbatas kemampuan ekonominya. ( Pandji & Ninik,2003;10) Pandji dan Ninik dalam bukunya Dinamika Koperasi (2003) juga menjelaskan fungsi dan perasan sendi-sendi dasar tersebut yaitu : 4

5 1. Pedoman untuk mencapai tujuan Koperasi. Tujuan Koperasi adalah menyelenggarakan kebutuhan bersama dan usaha bersama., sehingga tercapai kesejahteraan. Bila tujuan ini dapat dicapai karena pedoman kerja yang menjadi sendi dasarnya, maka akan memungkinkan Koperasi bukan saja dapat bekerja sebagai organisasai ekonomi, melaikna juga dapat menjadikannya suatu perkumpulan orang-orang yang meningkatkan kesejahteraanya; 2. Ciri khas Koperasi yang membedakannya dengan organisasi ekonomi lainnya dan membedakan watak Koperasi dari badan- badan lainnya yang bergerak di bidang ekonomi. Sendi- sendi dasar Koperasi bukan saja mengatur Koperasi ke dalam, terutama dalam hubungan-hubungan individual antar anggotanya, melainkan juga mengatur hubungan koperasi dengan anggotanya dan Koperasi dengan organisasi atau perkumpulan- perkumpulan lainnya yang bukan Koperasi. Pemerintah Indonesia meletakkan prinsip- prinsip dasar Koperasi Indonesia di dalam produk UU agar Koperasi mempunyai landasan yang kuat. UU yang pertama ialah UU no. 12 tahun Dalam UU tersebut prinsip- prinsip Koperasi juga tercantum dalam Bagian 4 tentang Sendi- Sendi Dasar Koperasi Pasal 6 sebagai berikut: 1.Sifat keanggotaanya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia; 2.Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinngi sebagai pencerminan demokrasi dalam koperasi; 5

6 3.Pembagian sisa hasil usaha yang diatur menurut jasa masing- masing anggota 4.Adanya pembatasan bunga atas modal; 5.Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya; 6.Usaha dan ketatalaksanaanya bersifat terbuka; 7.Swadaya, swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan prinsip dasar: percaya pada didir sendiri. Prinsip- prinsip dasar ini kemudian kembali direvisi oleh Pemerintah Indonesia pada UU no. 25 tahun 1992 sebagai berikut: 1.Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2.Pengelolaan yang dilakukan secara demokratis; 3.Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota; 4.Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5.Kemandiriian. 6.Pendidikan Koperasi 7.Kerja sama antar Koperasi Terakhir revisi undang-undang perkoperasian oleh pemerintah Indonesia terdapat pada Undang-undang no.17 tahun Dalam undang-undang tersebut juga disebutkan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut 1. Keanggotaan yang bersifat sukarela dan terbuka 6

7 2. Pengawasan oleh anggota yang diselenggarain secara demokratis 3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi 4. Koperasi merupakan badan usaha yang otonom dan independen 5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,kegiatan, dan kemanfaatan koperasi. 6. Koperasi melayani anggotanya secara prima, dan memperkuat Gerakan Koperasi dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat local, regional, dan internasional. 7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota. Perkembangan Koperasi di Indonesia telah merasuk ke berbagai lapisan masyarakat tak terkecuali di kalangan pemuda. Pemerintah sendiri juga mendorong terciptanya Koperasi Mahasiswa dengan tujuan menciptakan kaderkader bagi kelangsungan dan kesinambungan Koperasi di tanah air, baik sebagai lembaga ekonomi dan sosial maupun gerakan (Djohan, 2011: 12). Pemerintah sendiri mengatur terkait keberadaan koperasi di kalangan generasi muda dengan Surat Edaran Dirjen Koperasi No. 2255/ XI/ 81, tentang " Koperasi di Kalangan Generasi Muda", yang kemudian diikuti dengan surat Dirjen BLK No. 1149/ VI/ 81 tentang "Pembinaan Koperasi di Kalangan Generasi Muda. Dalam surat Koperasi tersebut dicantumkan Koperasi Kalangan generasi muda menjadi 5 yaitu: 1.. Koperasi Mahasiswa ( Kopma); 7

8 2.. Koperasi Pramuka (Kopram); 3. Koperasi Pondok Pesantren ( Kopontren); 4. Koperasi Siswa ( Kopsis); 5. Koperasi Pemuda ( Kopda). Koperasi "Kopma UGM" sebagai salah satu Kopma yang masih menunjukan eksistensinya hingga saat ini hingga telah mencapai usia yang ke- 30 tahun. Hal tersebut juga membuktikan Koperasi Mahasiswa sebagai lembaga yang berbasis anggota masih bertahan di tengah berbagai lembaga ekonomi berbasis modal. (Djohan, 2011; 14) Selama 30 tahun tersebut Kopma UGM telah melahirkan banyak mahasiswa kader- kader yang telah mengenyam pengalaman koperasi secara praktis karena Kopma UGM juga terdaftar sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang mewajibkan kepengelolaanya dilakukan oleh mahasiswa- mahasiswi UGM. Koperasi "Kopma UGM" sendiri mempunyai prinsip- prinsip sendiri seperti pada Koperasi- koperasi lainnya namun tetap mengacu pada UU no.25 tahun 1992 ( Kopma UGM; 2009; 10) yaitu: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengawasan secara demokratis oleh anggota; 3. Partisipasi aktif oleh anggota; 4. Keotonomian dan kemandirian; 5. Pendidikan, pelatihan, dan penginformasian 6. Kerjasama antar Koperasi 7. Kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. 8

9 Prinsip- prinsip tersebut terakhir kali direvisi dan disepakati pada RAT 27 Koperasi "Kopma UGM" tahun Prinsip- prinsip tersebut masih berlaku sampai sekarang karena belum ada perubahan hingga RAT ke- 30 tahun 2012 ini. Prinsip- prinsip tersebut tentunya harus diaplikasikan untuk berbagai hal di Koperasi "Kopma UGM" sebagai bukti bahwa Koperasi " Kopma UGM" tetap mempertahankan prinsip- prinsipnya yang menunjukaan ciri khas sebagai sebuah Koperasi. Seperti yang diutarakan di atas salah satu prinsip yang patut diperhatikan dari Koperasi "Kopma UGM" ialah prinsip yang berkaitan dengan pendidikan. Koperasi "Kopma UGM" mempunyai satu prinsip yang berkaitan dengan pendidikan pada prinsip nomor lima. Prinsip yang berbunyi pendidikan, pelatihan,dan penginformasian. Prinsip ini juga sangat menunjang dari tujuan pembentukan awal sebuah Koperasi Mahasiswa yang sangat berkaitan dengan pendidikan membentuk kader. "Koperasi Mahasiswa yang semula diharapkan dapat menjadi ajang penggodokan kader- kader gerakan koperasi,...". (Djohan, 2011: 12) Pernyataan di atas menunjukkan Koperasi Mahasiswa harus siap mengkader anggotanya menjadi orang yang paham akan Koperasi. Dalam mengkader anggota Koperasi tentunya membutuhkan sebuah sistem pendidikan yang membentuk sumber daya sesuai dengan yang diharapakan tujuan awal organisasi tersebut. Koperasi "Kopma UGM" tentunya mempunyai sebuah sistem pengkaderan agar anggota mereka memahami dan kelak menjadi penerus gerakan 9

10 Koperasi menggantikan aktifis- aktifis Koperasi yang telah berumur. Sistem kaderisasi ini sangat menarik karena disinilah anggota- anggota Koperasi "Kopma UGM:" secara konsisten melahirkan anggota-anggota yang telah menempuh pendidikan perkoperasian.. Hilangnya eksistensi beberapa Kopma dikarenakan seperti yang telah dijelaskan di atas tentu menjadi perhatian peneliti. Saat ini Koperasi "Kopma UGM" telah eksis selama lebih dari 30 tahun. Hal tersebut tentunya karena berbagai ditenggarai beberapa hal salah satunya seperti yang diletakkan kesimpulan dalam setiap musyawarah nasional ( MUNAS) FKKMI ialah komitmen untuk menjalankan prinsip-prinsipnya sebagai sebuah koperasi, Untuk ini penelitian ini bertujuan untuk melihat salah satu implementasi prinsip yang terdapat di Koperasi "Kopma UGM" yaitu pendidikan, pelatihan,dan penginformasian. Peneliti akan mengutamakan terkait sistem pendidikannya. Prinsip tersebut dipilih peneliti karena tujuan awal dalam pembentukan Kopma ialah kopersasi kader, kader koperasi. Koperasi Kopma UGM sendiri memiliki sistem pendidikan anggota yang unik. Koperasi Kopma UGM memiliki pendidikan berjenjang untuk anggotanya. Pendidikan berjenjang ini yang menjadi senjata andalan Koperasi Kopma UGM selama berdirinya untuk menyediakan kader Salah satu masalah di Koperasi Kopma UGM adalah berkurangnya jumlah peserta dari tahun ke tahun semakin sedikit. Jumlah anggota yang mendaftar kegiatan-kegiatan keanggotaan yang terjadi penurunan. Jumlah anggota yang mendaftar di kepengurusan-staf juga menurun. Akibatnya pengurus 10

11 kesulitan memilih staf-staf untuk berada di posisi yang dinginkan. Bila tidak ditindak lanjuti kaderisasi dan regenerasi bisa terancam karena sistem pendidikan di Koperasi Kopma UGM menjadi salah satu penyedia kader di Koperasi Kopma UGM Dalam prinsip koperasi ada sebuah kewajiban bagi semua koperasi untuk melaksanakan pendidikan untuk semua anggotanya. Hal itu yang juga tidak terlaksana di Koperasi Kopma UGM. Pendidikan Dasar (DIKSAR) memang wajib untuk semua, namun pendidikan jenjang berikutnya yaitu Pendidikan Organisasi ( DIKORG), dan Pendidikan Manajemen (DIKMEN) tidak diwajibkan. Idealnya dalam sebuah koperasi partisipasi dari anggota terhadap kegiatankegiatan harus tinggi tak terkecuali dalam kegiatan pendidikan. Begitu juga dengan kewajiban sebuah koperasi untuk melaksanakan pendidikan ke semua anggota tanpa terkecuali dan memberikan kebermanfaatan pada anggotanya. Dari sana peneliti melihat pelaksanaan pendidikan di Koperasi Kopma UGM perlu di evaluasi terutama terkait partisipasi dan kebermanfaatannya kepada anggota. Partisipasi anggota memberikan gambaran dari seberapa aktif anggota terhadap koperasi. Dalam hal ini menurunnya partisipasi bisa saja terjadi karena kurangnya kebermanfaatan yang di dapat oleh anggota sehingga tidak mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. 11

12 C. Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku partisipasi anggota terhadap kebermanfaatan dari kegiatan pendidikan yang mereka ikuti? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi dari pelaksanaan pendidikan di Koperasi Kopma UGM terutama terkait partisipasi dan kebermanfaatan kegiatan pendidikan tersebut baik untuk anggota maupun Koperasi Kopma UGM itu sendiri 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini merupakan sebuah usaha untuk lebih memahami implementasi yang dilakukan Koperasi Kopma UGM dalam prinsip pendidikan,sehingga penelitian ini dapat digunakan Koperasi-koperasi Mahasiswa lainnya guna memperbaiki sistem pendidikan yang berlaku saat ini. E. Tinjauan Pustaka Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi evaluasi terhadap partisipasi anggota dan kebermanfaatannya dari sistem pendidikan yang sudah berjalan di Koperasi Kopma UGM. Partisipasi sendiri dapat diartikan peran dan keikutsertaan dari anggota dalam mengikuti kegiatan tersebut. Kebermanfaatan sendiri dapat diartikan timbal-balik yang didapat anggota dan Koperasi Kopma UGM. 12

13 Guna melihat hal tersebut peneliti mengkerangkai penelitian ini dalam perspektif behaviorisme. Behaviorisme sendiri lebih condong ke psikologi terhadap sosiologi perilaku. Dalam sosilogi perilaku lebih ditekankan pada hubungan antara perilaku seorang manusia terhadap lingkungan dan dampak timbal-balik dari lingkungan terhadap perilaku manusia tersebut. Peneliti melihat partisipasi anggota dalam kegiatan pendidikan dan kebermanfaatan dalam mengikuti kegiatan erat kaitannya dengan perspektif tersebut. George Homans menjelaskan dalam perilaku sosial, harus ada sebuah hubungan timbal-balik dari antara aktor dengan lingkungannya. Timbal-balik atau dalam bahasa ekonomi disebut kontraprestasi. Homan sendiri menyatakan teori pertukarannya yang berasal dari perspektif behaviorisme berasal psikologi perilaku dan ilmu ekonomi dasar ( teori pilihan rasional). Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan dua proposisi yaitu partisipasi anggota dan kebermanfaatan sebagai proposisi hadiah yang diterima oleh anggota. Dilihat dari teori pertukaran hal ini bisa dikembangkan menjadi beberapa proposisi yaitu sebagai berikut: 1. Proposisi sukses. Dalam proposisi sukses ini, peneliti melihat semakin sering anggota diberi kebermanfaatan dalam satu kegiatan pendidikan tersebut, semakin besar kemungkinan anggota akan mengikuti kegiatan pendidikan lainnya. 13

14 Dalam hal ini anggota ketika dia merasakan kebermanfaatan lebih dari mengikuti satu jenjang pendidikan maka dia akan mengikuti jenjang pendidikan lanjutan. Hal ini juga bisa dilihat dari rentang waktu seperti diungkapkan Homans tentang proposisi sukses ini. Pertama, makin sering hadiah yang dirasakan diterima, makin sering aktor mengulang perilaku meski hal ini tidak berlangsung tanpa batas. Kedua,ia biia menyatakan semakin pendek jarak waktu antara perilaku dan hadiah, semakin besar kemungkinan orang itu mengulangi perilaku. Sebaiknya semakin jauh jarak waktu antara perilaku dan hadiah, semakin kecil kemungkinan aktor mengulang perilaku. Ketiga, intermiten hadiah yang diberi. Semakin teratur hadiah diberikan, maka semakin kecil kemungkinan mengulangi perilaku, Jadi, hadiah tersebut diberikan dalam waktu acak. 2. Proposisi Pendorong Pada proposisi ini dalam penelitian ini bisa dianalogikan sebagai berikut bila dalam masa lalu, ada sebuah dorongan yang menyebabkan partisispasi anggota diberikan manfaat, maka makin besar anggota mengulang partisipasinya. Homans, mengemukan satu contoh kejadian yang lebih sederhana: Pemancing yang melemparkan kailnya di kolam keruh dan berhasil menangkap seekor ikan, akan lebih suka memancing di kolam keruh kembali (Homans, 1974 dalam Ritzer dan Goodman, 2003). Bila anggota merasa manfaat karena mengikuti kegiatan pendidikan di masa lalu, hal tersebut akan mendorong anggota untuk mengikuti kegiatan pendidikan serupa. 14

15 3. Proposisi Nilai Homans melihat proposisi ini dari besaran jumlah nilai yang didapat oleh aktor. Semakin tinggi nilai hadiah tersebut, makin besar kemungkinan ia mengulangi tindakan tersebut. Homans juga melihat hadiah yang dimaksud tidak dalam cakupan teori hedonitis yang dinyatakan dengan hadiah tidak hanya berbentuk uang namun juga sikap-sikap membantu orang lain. Dalam hal ini bila dikaitkan dengan penelitian ini, semakin besar manfaat yang dirasakan anggota, maka semakin besar dia mengikuti kegiatan pendidikan tersebut. 4. Proposisi Deprivasi-Kejemuan Homans mengatakan makin sering seseorang menerima hadiah khusus di masa lalu yang dekat, makin kurang bernilai baginya setiap unit hadiah berikutnya. Dalam hal ini bisa dikaitkan ketika anggota merasa manfaat sama di kegiatan-kegiatan pendidikan dalam kurun waktu dekat, maka semakin kurang minatnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. 5. Proposisi Persetujuan-Agresi Homans membagi proposisi ini menjadi dua yaitu proposisi A dan Proposisi B. Proposisi A Homans menjelaskan ketika seseorang tidak mendapat hadiah yang diharapakan maka ia akan melakukan tindakan agresif dan akibatnya tindakan itu makin bernilai baginya. 15

16 Sementara proposisi B, bila seseorang menerima hadiah lebih besar dari yang ia perkirakan atau tidak menerima hukuman dari yang ia bayangkan, ia makin besar melakukan kegiatan yang disetujui dan tindakan itu makin bernilai baginya. Dalam proposisi peneliti melihat jika anggota tidak merasakan kebermanfaatan sebesar yang ia harapkan dari kegiatan pendidikan tersebut anggota akan menolak mengikuti kegiatan pendidikan lanjutan. Sementara, ketika anggota menerima manfaat lebih besar dari yang ia perkirakan atau tidak menerima kerugian sebesar yang ia kira maka ia kemungkinan akan melanjutakn ikut dalam kegiatan pendidikan selanjutnya. 6. Proposisi Rasionalitas Homans melihat ini hampir sama dengan teori pilihan rasional. Dalam memilih beberapa tindakan, seseorang akan mengaitkan nilai (V) sebagai hasil dan dikalikan dengan profitabilitas (P) untuk mendapatkan hasil yang besar. Dalam penelitian ini, peneliti melihat dari sisi kebermanfaatan untuk anggota. Anggota akan melihat dan memilih kegiatan pendidikan karena ita mempunyai nilai kebermanfaatan atau kegunaan yang lebih dari kegiatan-kegiatan lainnya. 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kopma UGM yang secara konsisten telah melaksanakan kegiatan pendidikan. (Dikorg), dan pendidikan manajemen ( Dikmen).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kopma UGM yang secara konsisten telah melaksanakan kegiatan pendidikan. (Dikorg), dan pendidikan manajemen ( Dikmen). BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan sebuah koperasi karena termasuk dalam prinsip Koperasi. Begitu juga di Koperasi Kopma UGM yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia. Usaha pemerintah untuk membangun perekonomian masyarakat Indonesia selama ini, termasuk saat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizki Silvina Rahmi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizki Silvina Rahmi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang mendorong tumbuhnya perekonomian nasional, yang dimiliki oleh orang atau sekelompok orang demi memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tolak ukur bagi suatu bangsa. Pendidikan sangat berarti bagi seluruh bangsa di dunia ini. Lembaga pendidikan seharusnya mampu menciptakan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) MENGELOLA PAJAK KOPERASI UNTUK KESEJAHTERAAN ANGGOTA.

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) MENGELOLA PAJAK KOPERASI UNTUK KESEJAHTERAAN ANGGOTA. MENGELOLA PAJAK KOPERASI UNTUK KESEJAHTERAAN ANGGOTA Adenk Sudarwanto Dosen Tetap STIE Semarang Abstraksi Sumber penerimaan negara Indonesia terbesar dari sektor perpajakan. Oleh karena itu harus disadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi merupakan salah satu bidang yang sangat vital bagi perkembangan pendapatan suatu negara. Di era globalisasi seperti ini perkembangan perekonomian semakin

Lebih terperinci

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S.

Ekonomi untuk SMA/MA kelas X. Oleh: Alam S. Ekonomi untuk SMA/MA kelas X Oleh: Alam S. 2 10 Ba b 3 Tujuan Pembelajaran Dengan mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: menjelaskan pengertian landasan, asas, tujuan, nilai, dan prinsip koperasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum koperasi adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang. menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum koperasi adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang. menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar hukum koperasi adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Selanjutnya di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengertian Koperasi Menurut Sri Edi Swasono dalam Sudarsono dan Edilius (2005) secara harfiah kata Koperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) SAK-ETAP merupakan suatu standar akuntansi yang disusun untuk mengatur pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dalam penjelasannya

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dalam penjelasannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan. Pasal 33 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA. Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Oleh Sri Zulhartati (IPS, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Pada kasus Indonesia, koperasi sebagai badan usaha yang dimiliki dan dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sesuai cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAKOPERASIAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI

2016 PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAKOPERASIAN DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI KOPERASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dasar hukum koperasi adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Selanjutnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Koperasi dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang bukan milik perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya koperasi, perekonomian

Lebih terperinci

Dosen Fakultas Hukum USI

Dosen Fakultas Hukum USI Koperasi Sebagai Suatu Badan Hukum Dan Syarat Pendiriannya Bunga Intan Sinaga Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara tercermin dalam keseluruhan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara tercermin dalam keseluruhan lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang. Sebagian besar masyarakatnya masih berada di bawah garis kemiskinan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk bisa menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI

TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI PERSIAPAN PEMBENTUKAN Orang-orang yang akan mendirikan koperasi terlebih dahulu mendapatkan penerangan dan penyuluhan agar memperoleh pengertian dan kejelasan mengenai maksud

Lebih terperinci

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK

ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH. Oleh. Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK 1 ANALISIS PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP KINERJA PENGURUS KUD KARYA BERSAMA DI WATES LAMPUNG TENGAH Oleh Yulistina Dosen Tetap STIE Umitra ABSTRAK Tujuan penelitian adalah sebagai bahan kajian dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia dihadapkan pada perkembangan dalam berbagai bidang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia dihadapkan pada perkembangan dalam berbagai bidang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia dihadapkan pada perkembangan dalam berbagai bidang dengan sangat cepat. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi khususnya

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dan bertahan hidup tentunya dengan caranya sendiri-sendiri.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dan bertahan hidup tentunya dengan caranya sendiri-sendiri. BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan dan pekerjaan adalah dua hal yang saling melekat dan telah menjadi ketetapan hidup, agar manusia dapat mempertahankan kehidupannya maka harus bekerja. Sebenarnya

Lebih terperinci

Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.

Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. SEKILAS TENTANG KOPERASI 1 Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Koperasi adalah : Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KOPERASI

KONSEP DASAR KOPERASI KONSEP DASAR KOPERASI KONSEP DASAR PERKOPERASIAN UU No. 12 Tahun 1967 Koperasi dikatakan sebagai Organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Konotasi berwatak sosial seringkali disalahtafsirkan sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini akan menjelaskan mengenai pengertianpengertian yang mendasar mengenai prosedur pelaksanaan simpan pinjam, tinjauan pustaka ini penulis

Lebih terperinci

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN

NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Dewasa ini banyak badan usaha yang berdiri di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi, misalnya perusahaan negara, perusahaan swasta lainnya.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada prinsip Koperasi.

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI YANG PRODUKTIF?

BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI YANG PRODUKTIF? BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI YANG PRODUKTIF? Sebagai suatu sub sistem sosial dari perekonomian Indonesia, dan sebagai lembaga yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya, Koperasi memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai usaha bersama berdasar alas kekeluargaan. Hal ini tercantum

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sebagai usaha bersama berdasar alas kekeluargaan. Hal ini tercantum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi adalah lembaga ekonomi rakyat yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi yang berwatak sosial dan merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma BAB II PENGERTIAN DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI KOPERASI, GOTONG ROYONG DAN TOLONG MENOLONG Koperasi mengandung makna kerja sama, ada juga mengartikan menolong satu sama lain. Arti kerjasama bisa berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur laporan pelaksanaan simpan pinjam yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

SKRIPSI WINARSIH B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI WINARSIH B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ANGGOTA DAN JUMLAH PENJUALAN DENGAN PEROLEHAN SISA HASIL USAHA PADA PUSAT KOPERASI WARIS Disusun Oleh : SOFYAN ZAINUDIN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat

Lebih terperinci

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut: Overview Koperasi 1 Pendahuluan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam penjelasan pasal 33 ayat

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 1 ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 2006-2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation, yang berarti usaha bersama. Secara umum, koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia yang terangkum dalam UUD 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia yang terangkum dalam UUD 1945 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perekonomian Indonesia adalah mencapai keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia yang terangkum dalam UUD 1945 alinea dua, setiap Warga Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Koperasi adalah alat perjuangan ekonomi rakyat yang dibangun untuk menghadapi fenomena sistem perekonomian yang sedang berkembang dan cenderung tidak kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berasaskan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berasaskan kekeluargaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang berasaskan kekeluargaan dengan mengutamakan rasa persaudaraan, solidaritas dan persaudaraan diantara para anggota.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

Lebih terperinci

Koperasi. By :

Koperasi. By : Koperasi By : dhoni.yusra@indonusa.ac.id Dasar Hukum Landasan Yuridis ada Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Pengaturan pertama diatur dalam UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral tata perekonomian nasional. Oleh karena itu, koperasi diperankan

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral tata perekonomian nasional. Oleh karena itu, koperasi diperankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi berkedudukan sebagai pilar perekonomian nasional dan sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Oleh karena itu, koperasi diperankan dan difungsikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, koperasi dinyatakan sebagai bentuk perusahaan yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG P E R K O P E R A S I A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian koperasi berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2012 pasal 1 disebutkan bahwa : Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Softball merupakan olahraga bola kecil yang lahir di Amerika Serikat diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun 1887. Softball di Indonesia sering

Lebih terperinci

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak Disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Mencari Format Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam Rangka Terwujudnya Persatuan Dan Kesatuan Berdasarkan UUD 1945 di Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun yang lalu pada awalnya dimaksudkan untuk memberi wadah bagi mahasiswa untuk belajar berkoperasi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun yang lalu pada awalnya dimaksudkan untuk memberi wadah bagi mahasiswa untuk belajar berkoperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia sekarang ini sedang di perioritaskan pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat agar lebih maju dan merata. Kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari tiga kelompok usaha yang menjadi pilar ekonomi nasional. Pilar ekonomi yang dimaksudkan adalah Badan Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dikenal dengan tiga pilar perekonomian Indonesia.Pada masa sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dikenal dengan tiga pilar perekonomian Indonesia.Pada masa sekarang ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi ekonomi telah memberikan kesempatan kepada setiap orang atau lembaga untuk berperan serta dalam membangun perekonomian. Sesuai dengan amanat pasal 33 UUD

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perkoperasian Koperasi di Indonesia suatu wadah perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas tata kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi berasal dari kata co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan (Widiyanti dan Sunindhia, 2008). Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menunjang keberhasilan pembangunan di Indonesia, partisipasi dari semua sektor sangat diperlukan termasuk sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS

BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS George Ritzer menjelaskan gagasan George C Homans tantang teori Pertukaran sebagai berikut : Homans memandang perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas,

Lebih terperinci

PENGANTAR PERKOPERASIAN

PENGANTAR PERKOPERASIAN PENGANTAR PERKOPERASIAN BAB V : NILAI-NILAI DASAR DAN PRINSIP-PRINSIP KOPERASI OLEH ; LILIS SOLEHATI Y PENTINGNYA IDEOLOGI Ideologi adalah keyakinan atas kebenaran dan kemanfaatan sesuatu, jika sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Wadah ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Wadah ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Perekonomian adalah sistem yang digunakan suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan tugas dan pekerjaan merupakan suatu kewajiban bagi para anggota di dalam suatu organisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan ekonomi, karena bidang ekonomi merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang atau badan hukum koperasi. Berdasarkan Undang Undang Nomor 25

BAB I PENDAHULUAN. seorang atau badan hukum koperasi. Berdasarkan Undang Undang Nomor 25 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan salah satu badan usaha yang didirikan oleh orang seorang atau badan hukum koperasi. Berdasarkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Koperasi merupakan badan usaha yang dikelola bersama secara kekeluargaan dengan prinsip koperasi sebagai landasan kegiatannya. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan serta sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan serta sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Tujuan utama BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Koperasi menurut Drs. Mohamad Hatta adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak kemerdekaan Negara Indonesia diproklamasikan telah ditetapkan dalam UUD 1945 bahwa perekonomian Indonesia dilaksanakan atas dasar demokrasi ekonomi, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 116, 1992 (PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warganegara. Kesejahteraan. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 3 TAHUN 1988 TANGGAL 28 JANUARI 1988 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI ANGGARAN DASAR 24 SEPTEMBER 1987 MUKADIMAH Pengusaha Indonesia menyadari sedalam-dalamnya bahwa

Lebih terperinci

KOPERASI.

KOPERASI. KOPERASI TUJUAN Mampu mendefinisikan koperasi Mampu menyebutkan peran koperasi PENGERTIAN Koperasi berasal dari bahasa Latin: Cum (dengan) + operasi (bekerja)bekerja dengan orangorang lain. Istilah Ekonomi:

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL SENDIRI DAN KINERJA KOPERASI TERHADAP PEROLEHAN SHU PADA KOPERASI KARYAWANPT.LUMBUNG ARTANUGRAHA

PENGARUH MODAL SENDIRI DAN KINERJA KOPERASI TERHADAP PEROLEHAN SHU PADA KOPERASI KARYAWANPT.LUMBUNG ARTANUGRAHA PENGARUH MODAL SENDIRI DAN KINERJA KOPERASI TERHADAP PEROLEHAN SHU PADA KOPERASI KARYAWANPT.LUMBUNG ARTANUGRAHA Nama :Bima Satya Nugraha NPM :21213739 Jurusan :AKUNTANSI Pembimbing :Dr. Lana Sularto, SE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Warren, et al. (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Warren, et al. (2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalilasi perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kondisi arus globalisasi saat ini, perusahaan berupaya untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan

BAB I PENDAHULUAN. koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 menyebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah

Lebih terperinci