BAB I PENDAHULUAN. negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Wadah ekonomi
|
|
- Devi Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Perekonomian adalah sistem yang digunakan suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Dalam menghadapi permasalahan ekonomi setiap negara mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengatasinya. Wadah ekonomi ekonomi sangat dibutuhkan dalam rangka menjalankan sistem ekonomi negara. Terdapat tiga wadah ekonomi yang menjadi kekuatan sistem perekonomian di Indonesia, yaitu perusahaan negara (BUMN), perusahaan swasta (BUMS) dan koperasi. BUMN atau Badan Usaha Milik Negara menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pemegang hak atas segala kekayaan, usaha dan saham dari permodalan badan usaha dipegang oleh pemerintah sehingga pemerintah memiliki wewenang dan kekuasaan dalam menetapkan kebijakan badan usaha. BUMS atau Badan Usaha Milik Swasta adalah badan usaha yang didirikan dan mendapatkan bantuan modal oleh seseorang atau sekelompok orang. Berdasarkan UUD 1945 pasal 3, bidang-bidang usaha yang diberikan kepada pihak swasta adalah mengelola sumber daya ekonomi yang bersifat tidak vital dan strategis atau yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak.
2 Pengertian koperasi menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 adalah bidang usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Berbeda dengan badan usaha lainnya, koperasi merupakan kumpulan orang dan bukan kumpulan modal. Menurut Gregory dan Michael et al (2009) Koperasi mengatur dirinya sendiri berdasarkan prinsip kepemilikan pengguna, yaitu sebagai pengguna kontrol dan pengguna manfaat. Proses pengambilan keputusan dalam koperasi dilakukan secara demokratis yaitu dengan memberikan masing-masing hak suara kepada anggotanya. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional, sehingga koperasi dalam ekonomi bangsa Indonesia sangat penting khususnya bagi para anggotanya. Pembangunan koperasi sebagai soko guru kegiatan perekonomian rakyat diarahkan agar koperasi memiliki kemampuan untuk menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat yang tangguh dalam masyarakat. Dewasa ini koperasi tumbuh dan berkembang diseluruh pelosok Indonesia, bergerak dibidang usaha menurut jenisnya masing-masing. Sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti koperasi bagi masyarakat terutama masyarakat kecil yang bertumbuh secara bersama, di koperasi mereka masyarakat kecil bergantung berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan koperasi di Indonesia mulai sejak tahun 1896 yang selanjutnya berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan koperasi di Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan lingkup kegiatan
3 usaha secara menyeluruh yang berbeda-beda. Pada masa ini pembangunan koperasi kurang mendapat perhatian karena koperasi kurang memperlihatkan kinerja dan citra yang lebih baik dari masa sebelumnya. Jika koperasi mampu mengimplementasikan jati dirinya, koperasi akan mandiri dan mampu bersaing dengan kekuatan ekonomi lainnya. Koperasi mempunyai andil besar di berbagai daerah untuk mensejahterakan anggota maupun yang bukan anggota. Koperasi disini juga dimaksudkan untuk menampung kegiatan perekonomian pada tingkat lapisan bawah yang masih merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai soko guru perekonomian, koperasi berperan sebagai pilar penyangga perekonomian daerah, terutama dalam mengurangi ketimpangan pendapatan daerah. Gambar 1.1 PDRB Perkapita Kabupaten Badung Tahun Sumber : Bali dalam Angka, 2014 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa Kabupaten Badung mempunyai PDRB yang tinggi, dari tahun ke tahun PDRB Kabupaten Badung terus mengalami peningkatan, namun ternyata tidak menjamin banyaknya keberadaan koperasi di Kabupaten Badung. Berdasarkan informasi dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Badung terdapat 50 jenis koperasi berdasarkan kelompok usaha yang
4 dikelola pada tahun Berbagai macam jenis koperasi hidup dan berkembang di Kabupaten Badung, diantaranya koperasi simpan pinjam, koperasi serba usaha, koperasi pegawai republik indonesia, koperasi sekunder, koperasi pertanian, koperasi wanita, koperasi unit desa, koperasi pasar dan lain-lain. Tabel 1.1 Jenis Koperasi Berdasarkan Kelompok Usaha Yang Dikelola di Kabupaten Badung Tahun 2014 No Kelompok Koperasi Aktif Tidak Aktif Total RAT Jumlah Anggota Aktif 1 KUD Kop. Pertanian Kop. Perternakan Kopinkra Kopkar Kop. Angkatan Darat Kop. Angkatan Udara Kop. Serba Usaha Kop. Pasar Kop. Simpan Pinjam Kop. Pegawai Negeri (KPRI) 12 Kop. Wanita Kop. Wredatama Kop. Sekunder TOTAL Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Badung, 2015 Tabel 1.1 dapat menunjukkan bahwa 14 jenis koperasi tumbuh dan berkembang di Kabupaten Badung. Menurut data dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Badung, jenis koperasi yang ada di Kabupaten Badung berjumlah 50 jenis berdasarkan kelompok usaha yang dikelola pada tahun Dari 50 jenis koperasi tersebut hanya 14 jenis koperasi yang tumbuh dan terus berkembang secara aktif dan melaksanakan RAT tiap tahunnya. Semua jenis koperasi memiliki kelebihan masing-masing, seperti KPRI dengan kegiatan usahanya di segi ekonomi yaitu simpan pinjam dan waserda,
5 KPRI ini termasuk jenis koperasi fungsional yang sifatnya tertutup, dimana anggotanya mempunyai kesamaan profesi dan kepentingan sebagai pegawai negeri. KPRI salah satu jenis koperasi yang berkembang di berbagai Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Jumlah KPRI per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali disajikan dalam tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2 Rekapitulasi Jumlah KPRI Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2014 Kabupaten Jumlah Anggota Jumlah KPRI (orang) (Unit) SHU Buleleng Jembrana Tabanan Badung Denpasar Gianyar Bangli Klungkung Karangasem Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali, 2015 Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah KPRI di Kota Denpasar merupakan jumlah KPRI terbanyak yaitu 109 unit sedangkan di Kabupaten Badung jumlah KPRI hanya 15 unit. Jumlah unit KPRI di Kabupaten Badung sangat jauh tertinggal di bandingkan dengan Kota Denpasar dan Kabupaten lainnya. Jumlah unit KPRI di Kabupaten Badung yang sedikit tidak dibarengi oleh jumlah anggota KPRI di Kabupaten Badung. Tabel 1.2 menunjukkan jumlah anggota KPRI di Kabupaten Badung terbesar keempat setelah Denpasar, Buleleng dan Jembrana. Hal ini membuktikan dengan jumlah unit yang paling sedikit di bandingkan Kabupaten/Kota lainnya, Kabupaten Badung mampu menyerap
6 banyak anggota koperasi sehingga sisa hasil usaha (SHU) yang diperoleh pun cukup tinggi. Potensi besarnya jumlah anggota koperasi ini perlu diikuti oleh keaktifan partisipasi anggota dalam keberlanjutan usaha KPRI. Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi merupakan daya tarik bagi seseorang untuk menjadi anggota koperasitersebut dan akan mendorong anggota yang berpartisipasi pasif menjadi anggota yang aktif. Dengan keaktifan partisipasi para anggota dalam berkoperasi maka kegiatan koperasi dapat berjalan dengan lancar dan akan mendapatkan jasa yang lebih dari pembagian sisa hasil usaha (SHU) koperasi tersebut. Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota akan semakin meningkatkan sisa hasil usaha koperasi. Koperasi sebagai salah satu bagian penerapan sistem ekonomi pancasila, perlu memahami konsep partisipasi anggota sebagai unsur yang paling utama sehingga pengembangan dan pertumbuhan suatu koperasi tergantung pada partisipasi anggota-anggotanya. Partisipasi anggota merupakan kesediaan anggota itu untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaanya secara bertanggung jawab, jika sebagian besar anggota koperasi sudah melaksanakan kewajiban dan melaksanakan hak secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota koperasi yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Jika ternyata hanya sedikit yang demikian, maka partisipasi anggota koperasi tersebut dikatakan buruk atau rendah, Anoraga dan Nanik (2003). Keaktifan anggota berpartisipasi dapat berupa aktif dalam transaksi kegiatan usaha yaitu kegiatan simpan pinjam dan pembiayaan simpanan sukarela
7 serta pemanfaatan berbagai potensi usaha pelayanan yang disediakan koperasi. Hal ini tentu akan membuat koperasi berkembang menjadi lebih baik dan akan menguntungkan anggota terutama dengan adanya kenaikan perolehan sisa hasil usaha koperasi. Peran penting koperasi dapat terwujud melalui partisipasi aktif terhadap kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi. Pentingnya partisispasi anggota terhadap keberlanjutan usaha koperasi, khususnya KPRI sangat menentukan, sebagaimana yang terjadi pada keberadaan KPRI di Kabupaten Badung. Meskipun SHU tergolong besar, namun mengalami kendala pada banyaknya KPRI yang tidak aktif. Berdasarkan informasi dari Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Badung bahwa dari lima belas unit KPRI di Kabupaten Badung hanya tujuh unit yang aktif dan telah melaksanakan RAT pada tahun 2014, delapan unit lainnya dinyatakan tidak aktif dan tidak melaksankan RAT tahun 2014 bahkan diantaranya ada yang tidak melaksanakan RAT selama 6 tahun terakhir. Tingkat partisipasi anggota dilihat dari kehadiran saat RAT, melakukan transaksi di koperasi seperti simpan pinjam, pembiayaan simpanan sukarela dan pemanfaatan jasa koperasi tergantung dari kualitas pelayanan yang diberikan kepada anggota. Menurut Ropke (2003:52) bahwa, partisipasi dalam organisasi ditandai oleh hubungan identitas yang dapat diwujudkan jika pelayanan yang diberikan oleh koperasi sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan anggotanya. Kualitas pelayanan sangat terkait erat dengan service performance yaitu kemampuan seseorang dalam memberikan layanan (Andreani, 2007). Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang perusahaan
8 tetapi harus dipandang dari sudut pandang penilaian pelanggan (Laksana, 2008). Sehingga kualitas pelayanan koperasi merupakan suatu penilaian konsumen terhadap hasil kinerja pelayanan dari suatu koperasi. Banyak anggota koperasi yang hanya ikut bergabung namun tidak ikut berperan aktif dalam sebuah koperasi. Ketidakaktifan anggota koperasi dapat dilihat dari kurangnya anggota koperasi yang menghadiri RAT dan ikut memberi saran saat RAT. Banyak anggota koperasi yang hanya ikut menghadiri RAT namun tidak memberikan kontribusinya demi kemajuan koperasi. Saya tidak pernah mengahadiri RAT karena tidak pernah dapat pemberitahuan dari koperasi, saya mejadi anggota koperasi hanya agar mempermudah mendapatkan pinjaman dan melakukan kredit. (Made, 27, KPRI Darma Sedana). Senada dengan responden tersebut, terdapat beberapa anggota koperasi yang sependapat dengan pernyataan responden Made. Tidak semua anggota koperasi mendapatkan kesempatan atau undangan untuk menghadiri RAT, bagi anggota yang mendapatkan undangan menghadiri RAT tidak hanya datang dan duduk saja namum diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran seperti saran atau ide saat RAT, namun anggota yang hadir hanya sebagian kecil yang berkontribusi terhadap koperasi saat RAT. Saya aktif menghadiri RAT, namun saya tidak pernah memberikan saran atau kritik saat RAT berlangsung, saya menghadiri RAT hanya untuk menghormati undangan yang diberikan kepada saya (Wijaya, 48, KPRI Karya Bina Sejahtera Unud) Rapat Anggota Tahunan (RAT) rutin diadakan oleh tujuh koperasi yang aktif dan yang telah melaksanakan RAT tahun Pelaksanaan RAT tahun
9 2014 di Tujuh KPRI menunjukkan tingkat partisipasi anggota sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 1.3 Tabel 1.3 Tingkat Partisipasi Anggota dalam RAT tahun 2014 No Nama Koperasi Tanggal % Undangan Kehadiran RAT Kehadiran 1 KPRI. Werdhi 21/2/ ,3 % Wisata 2 KPRI. Politeknik 8/3/ ,2% Bali 3 KPRI. 15/3/ ,4% Pemasyarakatan 4 KPRI. Artha Nadhi 19 /1/ ,4% 5 KPRI Bumi Bhakti 7/4/ ,1% 6 KPRI Karya Bina 6/3/ % Sejahtera Unud 7 KPRI. Darma Sedana 30/1/ % Sumber : Tujuh KPRI di Kabupaten Badung, 2015 Tabel 1.3 dapat menunjukkan bahwa pada KPRI. Werdhi Wisata tingkat partisipasi anggota kehadiran RAT hanya 50,3 %, persentase paling rendah dibandingkan tujuh KPRI lainnya. KPRI Karya Bina Sejahtera Unud pada Tabel 1.3 memiliki persentase partsipasi kehadiran RAT sebesar 75%, hal ini menunjukkan dibandingkan dengan tujuh KPRI yang di jelaskan pada Tabel 1.3 tingkat kesadaran anggota akan pentingnya partisipasi saat RAT, seperti kehadiran saat RAT sudah cukup tinggi. Aktifnya anggota koperasi menghadiri RAT akan sangat membantu keberlanjutan koperasi dan mengetahui perkembangan koperasi tersebut. Salah satu faktor yang dianggap penting bagi peningkatan partisipasi anggota dalam koperasi adalah kualitas pelayanan yang diberikan koperasi terhadap anggota koperasi. Kualitas pelayanan koperasi dapat menarik minat
10 anggota koperasi untuk bergabung bergabung dan berpartisipasi aktif dalam KPRI. Mengingat keberadaan lembaga keuangan ini merupakan industri jasa dimana kepuasan anggota merupakan faktor yang terpenting, maka penelitian terhadap kualitas pelayanan sangat penting dilakukan. Tujuannya adalah adanya peningkatan mutu layanan dan dalam jangka panjang dapat mempertahankan jumlah anggota pada koperasi. Kualitas pelayanan pada koperasi masih dirasakan kurang bagi beberapa anggota koperasi, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara langsung terhadap salah satu anggota koperasi. Jika dilihat dari gedung koperasi saya rasa kurang, karena sempit dan barangbarang kurang ditata dengan rapi. (Anonim, 38, Anggota KPRI. Artha Nadhi) SHU sangat penting untuk diteliti tidak hanya karena menentukan keberhasilan usaha koperasi, namun juga keberlanjutan KPRI tersebut. Tujuh unit KPRI yang aktif dan melaksanakan RAT tahun 2014 di Kabupaten Badung juga tidak jauh dari berbagai masalah internal yang dihadapi, masalah internal yang dihadapi koperasi adalah rendahnya partisipasi anggota dalam menghadiri RAT dan memberisaran saat RAT, serta kondisi gedung yang masih kurang baik. Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Partisipasi Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung.
11 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Bagaimana Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung? 2) Bagaimana Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadappartisipasi Anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung? 3) Bagaimana Pengaruh Partisipasi Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung? 4) Bagaimana Pengaruh tidak langsung Kualitas Pelayanan melalui Partisipasi Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut diatas yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung. 2) Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Pelayanan terhadappartisipasi AnggotaKoperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung.
12 3) Untuk menganalisis pengaruh Partisipasi Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung. 4) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung Kualitas Pelayanan melalui Partisipasi Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kabupaten Badung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian diharapkan memberikan tambahan wawasan tentang pengaruh kualitas pelayanan dan partisipasi anggota terhadap koperasi sehingga dapat dipergunakan sebagai referensi dalam pembuatan penelitian sejenis. 2) Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah berkaitan dengan pembangunan koperasi di masingmasing daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga mampu mendorong pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya.
13 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang telah disusun secara sistematis dan terperinci sehingga mempermudah pembahasannya. Sistematika penulisan skripsi adalah : Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian yang terdiri dari hal-hal apa saja yang mendasari dilakukannya penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Teori-teori tersebut meliputi teori koperasi, KPRI, kualitas pelayanan, partisipasi anggota dan sisa hasil usaha (SHU) Bab III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, uji asumsi klasik dan teknik analisis data yang digunakan.
14 Bab IV : Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini memaparkan gambaran umum KPRI dan hasil penelitian yang diperoleh setelah dianalisis dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dengan tujuan penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran Bagian akhir dari laporan penelitian yang memberikan simpulan dari hasil pembahasan dan saran-saran yang sesuai dengan topik penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor Koperasi dan UKM merupakan salah satu sektor yang mampu menunjukkan kekokohannya dengan tetap menyerap jutaan lapangan pekerjaan ditengah krisis global
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 1.1. Latar
Lebih terperinciAbstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang ekonomi, arah pembangunan ekonomi nasional meliputi hal-hal pokok seperti: mengembangkan perekonomian dengan membangun keunggulan yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan daerah Bali merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik fisik maupun mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah
Lebih terperinciPerkembangan ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang penting. dibedakan menjadi tiga sektor yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang penting sebagai fokus pemerintah dalam membuat kebijakan untuk mencapai kesejahteraan seluruh warga negara.
Lebih terperinciKUALITAS PELAYANAN, PARTISIPASI ANGGOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SHU KOPERASI FUNGSIONAL (Studi Kasus KPRI di Kabupaten Badung Provinsi Bali)
E-Jurnal EP Unud, 5 [1] : 96-116 ISSN: 2303-0178 KUALITAS PELAYANAN, PARTISIPASI ANGGOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP SHU KOPERASI FUNGSIONAL (Studi Kasus KPRI di Kabupaten Badung Provinsi Bali) Ni Made Winny
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan masalah yang cukup besar yang dihadapi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan masalah yang cukup besar yang dihadapi oleh Indonesia. Semakin besarnya tingkat kemiskinan di Indonesia membuat pemerintah harus bekerja lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih dilanda berbagai hambatan dan tantangan dalam menghadapi persaingan. Hambatan dan tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi berkelanjutan. Seluruh negara
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
Judul : Pengaruh Pembiayaan Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Kualitas Manusia Serta Pertumbuhan Ekonomi Pada Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2011-2015 Nama : I Gede Komang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maju suatu negara, semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan gerakan ekonomi yang sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 ayat 1 yang berbunyi bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhnya perekonomian nasional. Menurut Undang-Udang Nomor 25 Tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang mendorong tumbuhnya perekonomian nasional. Menurut Undang-Udang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih memiliki masalah pengangguran dan kemiskinan. Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk
Lebih terperinciPEMBUBARAN KOPERASI.
PEMBUBARAN KOPERASI http://kopma.lk.ipb.ac.id Kabupaten Gianyar, Bali hingga Juli 2016 tercatat memiliki 1.210 koperasi, namun yang aktif 1.029 buah dan 181 sisanya tidak aktif akibat berbagai hambatan
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan
Judul : Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, Lama Usaha, dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Denpasar Nama : I Gede Ariyuda Pratama NIM : 1306105026 Abstrak Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dikenal dengan tiga pilar perekonomian Indonesia.Pada masa sekarang ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Demokrasi ekonomi telah memberikan kesempatan kepada setiap orang atau lembaga untuk berperan serta dalam membangun perekonomian. Sesuai dengan amanat pasal 33 UUD
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci :Tingkat Perputaran Aktiva Lancar, Perputaran Modal Kerja, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Koperasi, Profitabilitas.
Judul : PengaruhTingkat Perputaran Aktiva Lancar, Perputaran Modal Kerja, Likuiditas, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Koperasi Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Koperasi Serba Usaha di Kabupaten Klungkung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui
Lebih terperinciBadan Usaha dalam Perekonomian Nasional
Badan Usaha dalam Perekonomian Nasional Pengertian Manajemen Dari segi seni: Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui l ipekerjaan orang lain (Mary Parker Foller) 1 Pengertian Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah negara. Dalam sebuah Negara, tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan
Lebih terperinciABSTRAK. keberhasilan koperasi, jumlah anggota, modal, kualitas SDM, partisipasi anggota
Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Wanita di Kecamatan Gianyar Nama : A A Istri Agung Ratih Kirana NIM : 1306105139 ABSTRAK Koperasi Wanita didirikan dalam rangka pemberdayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling tepat ditujukan terhadap koperasi. Undang-Undang No 17 Tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki pandangan yang khusus terhadap perekonomian. Hal ini termuat dalam UUD 1945 Bab XIV Pasal 33 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Perekonomian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, maka akan diikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya perekonomian Indonesia, maka akan diikuti dengan perkembangan berbagai kegiatan usaha. Sebagai dampak dari perkembangan tersebut maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan wujud perekonomian Indonesia yang disusun sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan wujud perekonomian Indonesia yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Hal tersebut tercantum dalam UUD 1945 pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan bagaimana sebuah negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu mistar pengukur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian di Indonesia. Ketiga sektor tersebut yaitu Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia yaitu sektor negara, swasta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 memberikan ruang gerak tiga sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia yaitu sektor negara, swasta, koperasi. Menyebutkan
Lebih terperinciBABl PENDAHULUAN. Proses pembangunan Indonesia mempunyai sifat dan cita-cita khas yang
BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses pembangunan Indonesia mempunyai sifat dan cita-cita khas yang ditentukan oleh cita-cita dan nilai luhur Bangsa Indonesia seperti terdapat dalam Pancasila
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN
PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN Disusun oleh : TINUK AMBARWATI B 100 050 103 FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga negara atau penduduk daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Indonesia kini sudah semakin berkembang sangat pesat, terutama pertumbuhan di sektor industri.sektor industri diyakini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Perseorangan (Persero) adalah BUMN yang berbentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor terpenting bagi kehidupan manusia, karena memiliki tiga fungsi pokok yaitu :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup merupakan semua benda, daya, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang dimana manusia atau makluk hidup berada dan dapat memenuhi
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.
Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan tonggak utama pembangunan ekonomi Indonesia. Usaha pemerintah untuk membangun perekonomian masyarakat Indonesia selama ini, termasuk saat menghadapi
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta pekerja dalam
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 10. KOPERASILatihan Soal , 2, dan 3. 1, 2, dan 4. 2, 3, dan 4. 2, 3, dan 5. 3, 4, dan 5.
1. Berikut ini adalah bagian dari koperasi : 1. Rapat Anggota Tahunan 2. Pengurus 3. Pengawas 4. Pembina 5. Anggota SMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 10. KOPERASILatihan Soal 10.2 Dari data diatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh setiap daerah tidak terkecuali bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali. Berbagai upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam berbagai bidang dewasa saat ini sangatlah cepat. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi sekarang ini khususnya dalam bidang ekonomi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar pekerjaan utama penduduknya sebagai petani. Bertani adalah salah satu profesi yang ditekuni oleh banyak penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, 2012). Kemiskinan umumnya
Lebih terperincidari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbaik yang ada di Indonesia bahkan dunia. Keindahan alam yang sangat beraneka ragam, mulai dari laut serta karangnya sampai
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2013
PENGARUH PARTISIPASI ANGGOTA DAN VOLUME USAHA TERHADAP SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI PEGAWAI GARNISUN TETAP III SURABAYA SKRIPSI Diajukan Oleh : RANDY INDRA GUNA 0713010101 / FE / EA Kepada FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional adalah tolak ukur kesejahteraan dan kemakmuran rakyat suatu Negara. Semakin besar tingkat pembangunan suatu Negara mengindikasikan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan yang mencolok masih banyak ditemukan di negara-negara berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan yang siginifikan selama lebih
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN PERHITUNGAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH-CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/ KOTA DI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG DAN KARANGASEM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara (BUMN), Swasta dan Koperasi (Hendrojogi, 2007). diatur oleh UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi Perekonomian disusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi didasarkan pada demokrasi ekonomi yang mengarahkan bahwa masyarakat harus memegang peran aktif dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menghadapi pasar bebas tahun 2015 dimana berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi pasar bebas tahun 2015 dimana berbagai negara bebas melakukan perdagangan ekspor dan impor antar negara sehingga menuntut pelaku ekonomi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kemakmuran negara antara lain terlihat dari pendapatan nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi sebagai sebuah lembaga ekonomi rakyat telah lama dikenal di Indonesia, bahkan Dr. Muhammad Hatta, salah seorang Proklamator Republik Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Koperasi dikenal sebagai badan usaha yang dibangun dari dan untuk anggota. Hal ini dikarenakan modal pendirian koperasi berasal dari anggotanya dan beroperasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perubahan yang cepat dalam masyarakat kita telah menyebabkan semakin kompleksnya pengelolaan badan usaha atau perusahaan. Di samping itu adanya peningkatan
Lebih terperinciDalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS). Dari ketiga kekuatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur perekonomian Indonesia membagi kegiatan ekonomi menjadi tiga (3) kelompok badan usaha, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Koperasi, dan Badan Usaha Milik
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011
No. 60/11/51/Th. V, 7 Nopember 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011 Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011, tercatat sebanyak 2.952,55 ribu penduduk usia kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 Ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Ini dipandang sesuai dengan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada
Lebih terperinciSKRIPSI WINARSIH B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ANGGOTA DAN JUMLAH PENJUALAN DENGAN PEROLEHAN SISA HASIL USAHA PADA PUSAT KOPERASI WARIS Disusun Oleh : SOFYAN ZAINUDIN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada semakin majunya era teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang namun tidak dibarengi dengan
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan badan usaha yang berlandaskan demokrasi ekonomi yang tujuan utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada saat ini dititikberakan pada pembangunan ekonomi, karena bidang ekonomi merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam mendorong
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik
Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya mengandalkan sumber pemerintah saja tetapi juga partisipasi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya yang bertujuan untuk mewujudkan Undang- Undang Dasar 1945 (UUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan tujuan koperasi. Mengingat pentingnya peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum perusahaan mempunyai tujuan atau sasaran yang sama yaitu keberhasilan mempertahankan hidup, memperoleh laba dan berkembang. Demikian pula dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, koperasi dinyatakan sebagai bentuk perusahaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian yang semakin maju memicu banyak munculnya perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang dagang, jasa, maupun lainnya yang pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang mengakibatkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang yang diikuti oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga Pemasyarakatan atau yang biasa di singkat Lapas merupakan tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Penghuni Lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, terdapat beberapa bentuk badan usaha. Badan usaha sendiri dapat didefinisikan kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN PERHITUNGAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU (DBH-CHT) PROVINSI BALI DAN KABUPATEN/KOTA DI BALI TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan peran serta pekerja
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI DENGAN PENINGKATAN SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KPRI BINAWARGA KECAMATAN GONDANG KABUPATEN SRAGEN
1 HUBUNGAN MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI DENGAN PENINGKATAN SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KPRI BINAWARGA KECAMATAN GONDANG KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciPentingnya Koperasi bagi
Bab 8 Pentingnya Koperasi bagi Kesejahteraan Masyarakat Tahuka kamu apa koperasi itu? Apa tujuan didirikannya koperasi? Apa alasan dibuatnya koperasi? Koperasi merupakan organisasi dari anggota, oleh anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi yang bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi sebagai salah satu pilar pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk memajukan perekonomian rakyat. Pada awal dimulainya gerakan koperasi di Indonesia
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG
` BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG, DAN KARANGASEM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Perkembangan perekonomian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim, sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama perekonomian Indonesia, bahwa pada tahun 2010 sektor ini menyumbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan
Lebih terperinciFORM PENGAJUAN SERTIFIKAT NOMOR INDUK KOPERASI (NIK)
Form v.2.2 NIK: FORM PENGAJUAN SERTIFIKAT NOMOR INDUK KOPERASI (NIK) (di isi jika sudah mengetahui nomor induk koperasi) A. IDENTITAS KOPERASI : 1. Nama Koperasi (Lengkap tidak disingkat) :. 2. Nomor /Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah dilaksanakan secara efekif. Hal ini merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi sebagai soko guru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi unit desa (KUD) adalah suatu koperasi serba usaha yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencakup
Lebih terperinci