BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu dari"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu dari penyelenggara pendidikan, SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan memiliki tugas untuk mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat bekerja pada bidang-bidang tertentu, dalam proses pembelajarannya, SMK dilengkapi dengan ilmu pengetahuan secara teori dan membekali peserta didik melalui praktik sehingga dalam perkembangannya SMK dituntut harus mampu menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. SMK sebagai pencetak tenaga kerja yang siap pakai harus membekali peserta didiknya dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kompetensi program keahlian mereka masing-masing. Lulusan SMK berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah, selain diharuskan menguasai kompetensi di bidangnya juga harus mampu melakukan pengembangan diri sebagai upaya agar tetap mampu berkompetisi pada saat ini maupun untuk masa yang akan datang. SMK membekali lulusannya dengan kemampuan kognitif (pengetahuan) dan kemampuan psikomotorik (keterampilan/skill), tidak kalah pentingnya adalah membekali lulusannya dengan kemampuan adaptif, yaitu kemampuan untuk melakukan penyesuaian dan pengembangan diri sesuai dengan perkembangan teknologi dan industri yang ada. 14

2 15 Kemampuan adaptif yang diberikan berupa materi pengetahuan dasar di bidang teknologi. Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (DIRJEN MANDIKDASMEN) Nomor: 251/C/KEP/MN/2008 spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan memuat bidang studi keahlian, program studi keahlian dan kompetensi keahlian. Spektrum merupakan acuan dalam penyelenggaraan SMK, dalam keputusan tersebut program pendidikan pada SMK dikelompokkan sebagai berikut : 1. Bidang Studi Keahlian adalah kelompok atau rumpun keahlian pada SMK yang terdiri atas : a. Teknologi dan Rekayasa. b. Teknologi dan Informasi. c. Kesehatan. d. Seni, Kerajinan dan Pariwisata. e. Agribisnis dan Agroteknologi. f. Bisnis dan Manajemen. 2. Program Studi Keahlian adalah jurusan dalam suatu bidang studi keahlian atau pada spektrum sebelumnya disebut bidang keahlian. 3. Kompetensi Keahlian adalah spesialisasi dalam suatu program studi keahlian atau pada spektrum sebelumnya disebut program keahlian.

3 16 Teknologi dan Rekayasa merupakan salah satu rumpun/kelompok keahlian pada SMK, yang mana di dalamnya terdapat beberapa Program Studi Keahlian salah satunya adalah Teknik Otomotif. Teknik Otomotif memuat beberapa Kompetensi Keahlian, antara lain: 1. Teknik Kendaraan Ringan. 2. Teknik Sepeda Motor. 3. Teknik Perbaikan Bodi Otomotif. 4. Teknik Alat Berat. 5. Teknik Ototronik. 1. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan Belajar merupakan suatu proses yang akan mengakibatkan perubahan dalam diri individu yang belajar, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti atau paham, dari yang tidak bisa menjadi bisa dan perubahan yang lainnya. Perubahan tersebut bisa berupa tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Slameto (2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

4 17 penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Nana Sudjana 2010:28) Belajar memerlukan keaktifan dari siswa maupun guru, keduanya harus berinteraksi aktif agar potensi siswa dapat berkembang seoptimal mungkin. Untuk dapat disebut sebagai kegiatan belajar maka perubahan itu harus bersifat konstan atau berlaku relatif tetap. Perubahan tersebut sebagai kemampuan baru baik berupa aktual maupun potensial. Hal ini ditegaskan Winkel (2009:59) bahwa belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang dalam memegang benda dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar. Namun, tidak sembarang berada ditengah-tengah lingkungan yang menjamin proses belajar. Orangnya harus aktif sendiri melibatkan diri dalam pemikiran, kemauan, dan perasaanya. Sumadi Suryabrata (2002:232) berpendapat bahwa terdapat hal-hal pokok dalam belajar yaitu: a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral change, aktual maupun potensial). b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Berdasarkan uraian di atas pada hakikatnya belajar merupakan aktivitas yang dilakukan secara sadar, untuk mendapatkan perubahanperubahan ke arah yang lebih maju, perubahan tersebut sebagai hasil

5 18 interaksi dengan lingkungan. Perubahan tersebut dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti bertambahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan seseorang. Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi, untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, dengan tujuan untuk mengukur kemampuan siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Tulus (2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan Sutartinah Tirtonegoro (1984:43) prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestsi belajar merupakan tingkat keberhasilan belajar siswa di sekolah (Satunggalno 1993:23). Dengan demikian prestasi belajar dapat memberikan informasi seberapa jauh siswa dapat melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah. Berdasarkan uraian di atas pada hakikatnya prestasi belajar merupakan kecakapan/penguasaan materi dalam belajar yang dapat diukur

6 19 berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsung proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar bisa diperoleh dengan seperangkat tes dan hasil tes akan memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan siswa. Berdasarkan hasil tes dapat dilakukan perbaikan terhadap metode pengajaran, sarana dan prasarana, ataupun bahan yang akan disampaikan. Dengan demikian prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan penilaian. Secara umum jenis penilaian dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes dan non tes. Penilaian dengan jenis tes sudah ada yang distandarkan, artinya tes tersebut telah mengalami proses validasi dan reliabilitas untuk suatu tujuan tertentu, di samping itu ada tes yang dibuat guru belum distandarisasi tes ini terdiri dari tiga tes, yaitu tes lisan, tes tertulis dan tes tindakan. Penilaian dengan jenis non tes lebih sesuai untuk menilai aspek tingkah laku, misalnya aspek keterampilan, kecakapan, pengetahuan, minat, perhatian dan lain-lain. Alat penilaian jenis non tes antara lain observasi, wawancara, studi kasus, rating scale, inventori, dan chek list. Secara umum dapat dikatakan evaluasi pengajaran adalah penilaian atau penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi penilaian/evaluasi menurut Sumadi Suryabrata (2007: ) yaitu: a. Fungsi psikologis, yaitu agar siswa memperoleh kepastian tentang status di dalam kelasnya. Sedang bagi guru merupakan

7 20 suatu pertanggungjawaban sampai seberapa jauh usaha mengajarnya dikuasai oleh siswa-siswanya. b. Fungsi didaktis, bagi anak didik keberhasilan maupun kegagalan belajar akan berpengaruh besar pada usaha-usaha berikutnya. Sedang bagi pendidik, penilaian hasil belajar dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalan mengajarnya termasuk di dalamnya metode mengajar yang dipergunakan. c. Fungsi administratif, dengan adanya penilaian dalam bentuk rapor akan dapatdipenuhi berbagai fungsi administratif yaitu : 1) Merupakan inti laporan kepada orang tua siswa, pejabat, guru dan siswa itu sendiri. 2) Merupakan data bagi siswa apabila ia akan naik kelas, pindah sekolah maupun untuk melamar pekerjaan. 3) Dari data tersebut kemudian dapat berfungsi untuk menentukan status anak dalam kelasnya. 4) Memberikan informasi mengenai segala hasil usaha yang telah dilakukanoleh lembaga pendidikan. Sebelum evaluasi dilaksanakan, perlu diperhatikan prinsip-prinsip penilaian yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman kebijaksanaan dalam melaksanakannya. Prinsip-prinsip penilaian ditempuh dengan maksud agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Menurut Abd.Rachman Abror (1993: ) prinsip-prinsip penilaian meliputi: a. Prinsip komprehensif. Prinsip ini mengajarkan kepada kita bahwa seluruh aspek pribadi anak perlu dinilai, seperti hafalannya, pemahamannya, kecepatan menangkap dan meresponnya, keterampilannya, sikap dan perilakunya, dan lain-lain. b. Prinsip kontinuitas. Prinsip ini menyatakan bahwa evaluasi dilakanakan secara berkesinambungan. Selama kegiatan belajar berlangsung, penilaian perlu dilakukan terhadap sikap, minat,

8 21 dan perhatian anak didik. Sehubungan dengan hal itu ada tiga tahap dalam penilaiannya: 1) Tahap pendahuluan (initial), yang sering disebut dengan pre test. 2) Tahap formatif, yang berfungsi untuk memperhatikan proses belajar-mengajar, yang sering disebut post test. 3) Tahap sumatif, yang berfungsi untuk menentukan hasil belajar anak, yang sering disebut final test. c. Prinsip obyektifitas, dalam melaksanakan penilaian hendaknya dihindari perasaan suka atau tidak suka, agar hasil penilaian benar-benar mencapai obyektifitas. Penilaian hendaknya didasarkan pada kenyataan/apa adanya tanpa melupakan sifat individual. d. Prinsip validitas (kesahihan), yang dimaksud adalah menakar/mengukur apa yang seharusnya ditakar/diukur. e. Prinsip reliabilias. Artinya memiliki keajegan atau ketepatan (concistency) atau dapat dipercaya kebenarannya. Pelaksanaan penilaian/evaluasi itu terutama ditujukan kepada hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar di kelas, yang kemudian diwujudkan dalam perubahan tingkah laku. Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono (2002: ) dalam pemberian nilai ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:

9 22 a. Prestasi kerja. Nilai prestasi harus mencerminkan sejauh mana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi. b. Usaha siswa. Usaha siswa harus dihargai dan tidak boleh dicampur dengan nilai prestasi, ada kecenderungan guru menilai usaha rendah karena prestrasinya rendah. Beberapa siswa telah berusaha mati-mataian tetapi prestasinya tetap rendah, dan yang belajar sedang-sedang saja prestasinya bisa tinggi. Hal ini kemungkinan dari faktor inteligensi. c. Aspek pribadi dan sosial. Aspek pribadi dan sosial juga perlu dilaporkan kepada orang tua siswa, misalnya menaati peraturan sekolah, disiplin dan sebagainya. d. Kebiasaan bekerja. Hal ini berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti kebiasaan melakukan tugas pada waktunya, keuletan dalam belajar, bkerja dengan teliti, rajin, dan sebagainya. Menurut Sri Rumini (1995:60) prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: a. Faktor yang berasal dari individu, meliputi: 1) Faktor psikis, meliputi: kepribadian, motivasi, kognitif, afektif, psikomotorik dan campuran. 2) Faktor fisik, meliputi: kondisi indera, anggota badan, tubuh, kelenjar syaraf dan organ-organ di dalam tubuh.

10 23 b. Faktor yang berasal dari luar individu, meliputi: factor lingkungan alam, social ekonomi, guru, metode, kurikulum, program dan materi pelajaran. Sementara itu Ngalim Purwanto (1990:102) keberhasilan belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor yang terdapat pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual, yang termasuk faktor ini adalah: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial, yang termasuk faktor ini adalah: keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, sekolah, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial. Tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa akan mempengaruhi konsekuensi terhadap penyelesaian studinya yang pada akhirnya akan menunjukkan proses apa yang terjadi selama siswa menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah pola perubahan tingkah laku selama pengalaman berlangsung, prestasi belajar juga dapat mencerminkan fungsi yang dapat ditunjukkan sebagai aspek-aspek yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku di dalam pengalaman edukatif.

11 24 Mata Pelajaran Kejuruan (MPK) merupakan sejumlah mata pelajaran yang mengarah pada penguasaan kejuruan dan kemampuan yang spesifik, dalam proses pendidikan yang berkaitan erat dengan kesiapan mental kerja lulusan SMK adalah proses belajar pada mata pelajaran kejuruan ini. Kegiatan dalam Mata Pelajaran Kejuruan dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan teori dan praktik. Teori Mata Pelajaran Kejuruan adalah teori yang menjadi sumber pengetahuan untuk mengerti tentang praktik. Teori Mata Pelajaran Kejuruan merupakan rujukan untuk suatu kegiatan praktik, apabila terjadi kesalahan di dalam pemakaian teori maka akan menyebabkan kesalahan dalam kegiatan praktik. Kegiatan praktik adalah langkah nyata dan pembuktian dari apa yang terdapat pada teori, dengan kata lain bahwa kegiatan praktik merupakan pekerjaan-pekerjaan yang dilandasi teori. Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam bentuk angka, nilai yang tercantum dalam rapor merupakan rumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kegiatan hasil belajar yang dicapai. Nilai rapor dapat menunjukkan tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa dikatakan berprestasi tinggi serta dikatakan juara di kelasnya adalah berdasarkan nilai-nilai pada rapor. Oleh karena itu, nilai rapor yang merupakan hasil penilaian guru adalah indikator prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar prestasi belajar yang tinggi merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan dan sebaliknya prestasi belajar yang rendah merupakan

12 25 pengalaman yang tidak menyenangkan. Apabila dikaitkan dengan minat, maka siswa yang prestasi mata pelajaran kejuruannya tinggi akan menumbuhkan minat yang positif untuk bekerja, karena mata pelajaran kejuruan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam melaksanakan pekerjaan. Begitu pula sebaliknya, prestasi mata pelajaran kejuruan yang rendah akan menimbulkan minat yang negatif untuk bekerja. Berdasarkan pembatasan di atas yang dimaksud Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan di dalam penelitian ini adalah kecakapan yang dapat diukur berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsung proses belajar mengajar, khususnya mata pelajaran yang mengarah pada penguasaan kejuruan dan kemampuan yang spesifik. 2. Informasi Dunia Kerja Manusia tidak terlepas dari proses mengamati dan menerima informasi yang merupakan bagian penting dari pergaulan sosial. Informasi sangat dibutuhkan manusia, terlebih pada kondisi masyarakat modern. Kebutuhan informasi tidak dapat diabaikan begitu saja, semakin banyak informasi yang diterima maka seseorang akan semakin tanggap terhadap gejala-gejala yang ada di sekelilingnya, sehingga mampu menentukan keputusan yang harus diambil dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari komunikasi, komunikasi bisa terjadi di mana saja baik di sekolah, rumah atau di mana

13 26 individu bertempat tinggal. Semakin banyak orang yang berkomunikasi maka semakin banyak informasi yang diperoleh, serta bertambah juga pengetahuan yang didapat sesuai dengan obyek yang diinformasikan. Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart (2005:11) informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti. Selanjutnya New Comb di dalam Agus Budiman (1992) memberi pengertian bahwa informasi adalah segala sesuatu yang didapatkan dari membaca, melihat, mendengar, dan dapat mengurangi dan menghilangkan ketidakpastian atau sejumlah kemungkinan alternatif dalam segala situasi. Menurut Tata Sutabri (2005:23) informasi adalah data yang diklasifikasikan atau diolah atau diintepretasikan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian data yang diinformasikan dapat menambah pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian pemakai informasi, sehingga dari informasi-informasi itu timbul keputusankeputusan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data atau fakta yang dapat meningkatkan pengetahuan bagi penerimanya serta dapat membantu dalam mengambil keputusan. Informasi yang masuk bisa berupa data-data, fakta-fakta ataupun berupa pengetahuan. Fakta merupakan kejadian yang dapat dibuktikan kebenarannya, sedangkan data adalah fakta yang diperoleh berdasarkan penelitian atau observasi dan pengetahuan adalah fakta dan data yang terkumpul secara sistematis.

14 27 Individu yang dihadapkan pada informasi baru akan memperlihatkan kemungkinan akan terjadi perubahan sikap. Apabila informasi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan maka informasi tersebut diterima dan dilaksanakan. Keraguan seseorang terhadap obyek akan hilang jika ada informasi yang jelas tentang obyek tersebut. Kesesuaian informasi yang diterima dan informasi yang ada pada seseorang tentang suatu obyek akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap obyek tersebut. Sebagian besar perubahan sikap individu terhadap hal-hal sekelilingnya dikarenakan adanya informasi baru. Menurut Hoppock di dalam Dewa Ketut Sukardi (1987:112) mengatakan bahwa informasi pekerjaan sebagai suatu fakta-fakta tentang pekerjaan atau jabatan yang pemakaiannya biasa dipergunakan dalam bimbingan jabatan. Sementara itu Willa Norris dkk. di dalam Sukardi (1989:112) menjelaskan bahwa informasi pekerjaan atau karir adalah informasi pekerjaan yang valid dan data yang dapat dipergunakan pada posisi-posisi pekerjaan dan fungsi-fungsi pekerjaan termasuk pula kewajiban dan tugas-tugas, persyaratan memasuki dan kondisi-kondisi kerja serta imbalan yang ditawarkan, syarat-syarat kemajuan dalam promosi dan juga penawaran dan permintaan yang dapat diprediksi terhadap pekerja-pekerja dan sumber untuk informasi lebih lanjut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi dunia kerja merupakan suatu informasi yang terdiri dari fakta-fakta mengenai pekerjaan, jabatan atau karier dan bertujuan untuk dipergunakan sebagai suatu alat untuk

15 28 membantu individu dalam memperoleh pandangan, pengertian dan pemahaman tentang dunia kerja dan aspek-aspek dunia kerja. Menurut Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati menyatakan bahwa informasi tentang pekerjaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: a. Penerbitan kependidikan yang secara tetap menerbitkan bukubuku monograph dan material lainya yang menyediakan informasi pekerjaan. b. Biro pemerintahan, secara regular menyiapkan artikel-artikel dan laporan ringkas proyek penelitian yang baru dalam analisis pekerjaan. c. Majalah, surat kabar, dan pamphlet yang diterbitkan oleh asosiasi profesi, perdagangan, bisnis, serikat kerja, dan perusahaan-perusahaan. Material ini dapat ditemukan dalam banyak tempat misalnya pada perpustakaan, pusat informasi karir dan sebagainya. (Dewa Ketut dan Desak Made Sumiati, 1993:217). Informasi Dunia Kerja juga dapat diperoleh siswa di sekolah, misalnya melalui mata pelajaran bimbingan konseling dan praktik kerja lapangan (PKL). Dalam bimbingan karir siswa dapat memperoleh keterangan-keterangan mengenai pekerjaan tertentu dan dapat mengarahkannya ke bidang pekerjaan yang sesuai dengan dirinya dan kebutuhan masyarakat. Melalui PKL, siswa dapat memperdalam dan memperluas penguasaan kemampuan professional kejuruan dan sebagai wahana belajar siswa dalam latihan kerja di dunia kerja. Dari beberapa pendapat dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber Informasi Dunia Kerja dapat diperoleh dari berbagai sumber melalui sekolah, media cetak, media elektronik, teman sejawat, guru, orang tua, masyarakat sekitar, buku-buku bacaan dan lain-lain.

16 29 Informasi dunia kerja berhubungan dengan masalah - masalah ketenagakerjaan seperti persyaratan memasuki pekerjaan, jenis pekerjaan yang dapat dimasuki, gaji dan kesejahteraan lain yang dapat diperoleh, kondisi sekarang dan masa depan. Informasi dunia kerja sangat diperlukan oleh siswa SMK untuk mengambil keputusan. Informasi dunia kerja akan membuat siswa menyesuaikan diri dengan pekerjaan, dan siswa mempunyai pilihan dan arahan secara tepat. Hal ini dikarenakan siswa memahami seluk beluk pekerjaan dan disesuaikan dengan minat dan kecakapan mereka. Masalah-masalah ketenagakerjaan ini perlu diketahui agar masyarakat yang ingin memasuki dunia kerja benar-benar memiliki kesiapan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mengisi kesempatan kerja yang ada. Pemilihan pekerjaan jabatan/karir akan menjadi lebih baik, apabila seseorang lebih mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya. Individu yang memiliki kebutuhan yang kuat akan kebutuhan status dan penghargaan dari orang lain, memiliki kecenderungan untuk mengejar kedudukan yang paling diinginkan dan yang paling dapat memenuhi kebutuhannya akan status dan penghargaan dari orang lain. Demikian pula halnya kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkannya. Letak/tempat dimana pekerjaan itu berkedudukan secara langsung berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang. Informasi yang ada akan memberikan penilaian pada diri siswa itu sendiri, dan bertanya pada diri

17 30 sendiri apakah letak, tempat, dan kondisi kerja itu akan didapatkan kepuasan, ketenangan dan kebahagiaan darinya. Selain itu kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai atau tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang. Tingkat kepuasan ditentukan oleh perbandingan antara apa yang diperoleh dengan apa yang diinginkan. Selama perbandingan itu tetap terpelihara, maka seseorang akan selalu terikat dengan pekerjaannya tanpa berpindah ke lapangan kerja lain Informasi pekerjaan yang berkaitan dengan penghasilan baik pada awal memasuki pekerjaan maupun prospek seterusnya perlu diperhatikan. Informasi dimaksud diantaranya: penghasilan permulaan memasuki pekerjaan, setelah beberapa waktu, apakah itu berupa peghasilan pokok maupun tunjangan tertentu misalnya bonus, tip, makan, perumahan, asuransi, dana pengobatan, pensiunan dan lain-lain Dewa Ketut Sukardi & Desak Made Sumiati (1993:215) menyatakan bahwa informasi tentang dunia kerja yang baik adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Obyektif, yaitu informasi hendaknya sebagaimana adanya maksudnya tidak dibuat-buat, dilebihkan, dan ditutup-tutupi. b. Sistematis, yaitu informasi yang tersusun dari hal-hal yang bersifat umum ke khusus dan memiliki klasifikasi yang jelas, serta mengungkapkan karakteristik suatu obyek dengan jelas. c. Jelas keterkaitannya, yaitu mengidentifikasikan hubungan dengan jabatan yang lain serta hubungan antar pekerjaan yang berada dalam kelompok jabatan tersebut. d. Mencantumkan rujukan, yaitu mencantumkan sumber-sumber informasi pekerjaan lain. e. Baru, yaitu informasi itu masih tepat atau masih berlaku sampai sekarang.

18 31 f. Akurat, yaitu menggunakan ukuran-ukuran yang tepat dan baku. Ketepatan informasi mutlak diperlukan dalam pengambilan keputusan. g. Dapat dipercaya, yaitu informasi dibuat oleh orang-orang yang berkompeten, terlibat dalam bidang pekerjaan atau instansi yang berwenang. h. Berguna, yaitu menunjang perencanaan dan pengambilan keputusan karir. i. Menyeluruh, yaitu mencakup semua bidang baik ekonomi, sosial, psikologis maupun budaya. j. Bukan rahasia, yaitu bukan rahasia negara, instansi, keluarga maupun perorangan. Tata Sutabri (2005:35-36) menyatakan bahwa kualitas suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu: a. Akurat (accurate) Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah atau merusak informasi tesebut. b. Tepat waktu (timelines) Informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah using tidak akn mempunyai niai lagi, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. c. Relevan (relevance) Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk orang satu dengan yang lain berbeda. Untuk membantu para lulusan/alumnus agar tidak kebingungan dalam menentukan pilihan, sekolah bersama Dinas Tenaga Kerja dan lembaga penyedia tenaga kerja telah membentuk unit kerja sekolah bernama Bursa Kerja Khusus (BKK). Bursa itu ditangani tim khusus untuk memberikan bimbingan karir sebelum lulus dan pasca kelulusan. BKK merupakan sebuah lembaga yang dibentuk di SMK Negeri dan Swasta,

19 32 sebagai unit pelaksana yang memberikan pelayanan dan informasi lowongan kerja, pelaksana pemasaran, penyaluran dan penempatan tenaga kerja. Pemberdayaan BKK merupakan salah satu fungsi dalam manajemen sekolah yaitu sebagai bagian pembinaan terhadap proses pelaksanaan kegiatan BKK yang telah direncanakan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan SMK. BKK merupakan salah satu komponen pelaksanaan pendidikan sistem ganda, karena tidak mungkin bisa dilaksanakan proses pembelajaran yang mengarah kepada kompetensi jika tidak ada kerja sama dengan dunia industri/usaha, sebagai lingkungan kerja dimana siswa belajar keahlian dan profesional serta etos kerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Aktivitas BKK akan memberikan kontribusi positif kepada para alumnus bila terjalin hubungan sinergi antara BKK, alumni, Dinas Tenaga Kerja, dan lembaga penyedia tenaga kerja. Hal ini perlu direalisasikan, yaitu dengan memberikan tindakan aplikatif dan terpadu yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Misalnya, BKK memberikan bimbingan karir siswa kelas tiga untuk kesiapan memasuki dunia kerja, memberikan informasi peluang kerja, menyediakan kartu pencari kerja (kartu kuning), menyalurkan dan menempatkan lulusan ke dunia kerja, membuka link and match dengan lembaga pengguna tamatan, serta membina kerja sama dengan lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi siswa.

20 33 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Informasi Dunia Kerja adalah adalah keterangan atau penjelasan tentang suatu jenis pekerjaan tertentu yang dicari, diterima, diketahui dan dimanfaatkan siswa. Informasi Dunia Kerja tersebut menggambarkan masalah-masalah ketenagakerjaan, informasi tersebut diperlukan untuk mengambil keputusan memilih pekerjaan bagi lulusan SMK yang akan terjun ke dunia kerja yang menyangkut masalah ketenagakerjaan. Pengetahuan tentang keadaan angkatan kerja, kesempatan kerja dan persyaratan yang diinginkan untuk memasuki dunia kerja akan mendorong siswa untuk dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia sehingga mereka akan lebih mempersiapkan dirinya baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Indikator yang terkandung dalam definisi Informasi Dunia kerja yakni frekuensi siswa mencari dan menerima informasi, memanfaatkan informasi, usaha untuk mendapatkan informasi, dan relevansi informasi yang diterima. Pengambilan keputusan individu/seseorang untuk bekerja berdasarkan isi informasi dunia kerja melalui beberapa tahap secara berurutan. Pada tahap awal individu merasakan adanya kebutuhan yang dilanjutkan pencarian dan pemilihan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Setelah memperoleh informasi kerja yang diharapkan dilanjutkan dengan pemrosesan informasi tersebut, yaitu berupa pencatatan, penyesuaian dan pertimbangan dengan seksama. Setelah langkah tersebut individu akan menetapkan suatu keputusan yang sesuai

21 34 dengan keyakinannya apakah ia akan mengisi lowongan kerja sesuai informasi yang ia dapatkan atau tidak. 3. Minat Bekerja Setiap manusia memerlukan interaksi dengan manusia lainnya, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah maupun lingkungan lainnya. Manusia selalu membutuhkan interaksi dan melibatkan diri terhadap gejala sosial atau aktifitas-aktifitas tertentu yang berhubungan dengan individu tersebut. Gejala dan aktifitas tersebut sangat kompleks, antara lain tingkah laku, keterampilan maupun pekerjaan. Memilih suatu pekerjaan tentunya disesuaikan dengan minat yang ada pada diri seseorang, sebab faktor minat ini sangat menentukan hasil pekerjaan agar sesuai dengan harapan, sehingga mendatangkan kepuasan terhadap hasil yang dicapai. Menurut Suryo Subroto (1988:109) mendefinisikan minat sebagai kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu obyek atau menyenangi sesuatu obyek. Selanjutnya Winkel (1983:30) berpendapat bahwa minat adalah kecenderungan merasa senang berkecimpung pada bidang atau hal tertentu dan merasa tertarik pada bidang atau hal itu. Menurut Dayles Freeyer di dalam Wayan Nurkancana dan Sumartana (1986:229) mendefinisikan minat sebagai gejala psikis yang berkaitan dengan obyek yang menstimulir perasaan senang pada individu. Hal ini menjelaskan bahwa minat diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari obyek yang disenanginya, sehingga apabila seseorang

22 35 merasa senang pada suatu obyek tertentu ia akan berminat untuk mempelajarinya. Seseorang yang mempunyai minat terhadap suatu jenis pekerjaan tertentu, misalnya pekerjaan di industri maka orang tersebut akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui segala sesuatu tentang pekerjaan yang diminatinya. Orang tersebut akan mau membaca, bertanya kepada orang lain atau usaha-usaha lainnya untuk mengetahui segala sesuatu tentang pekerjaan itu dan cara-cara mendapatkan pekerjaan tersebut, (Karto Wagiran, 1992:12). Abd. Rachman Abror (1993: 112) menyatakan bahwa minat itu mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan) dan konasi (kehendak). Unsur kognisi dalam arti minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut. Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai dengan perasaan tertentu (biasanya perasaan senang). Unsur konasi merupakan kelanjutan dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan. Menurut Slameto (2010:180) mengemukakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Berdasarkan pendapat di atas maka minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang dapat menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan erat dengan dorongan atau motif dan respon emosional. Respon emosional positif merupakan sikap yang berwujud

23 36 partisipasi, bahwa individu mempunyai keinginan untuk terlibat pada sesuatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu objek, maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung dalam objek tersebut sehingga cenderung akan memberikan perhatian yang besar karena dirasa obyek tersebut bermakna bagi dirinya dan ada harapan dari obyek yang dituju tersebut. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin mengetahui, mempelajari dan membuktikan seluk-beluk objek yang diminatinya. Seseorang yang mempunyai minat pada sesuatu, maka dalam dirinya telah ada pemusatan perhatian yang tidak disengaja pada sesuatu tersebut. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika materi yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya. Rasa tertarik pada sesuatu yang dipelajari timbul karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya, sehingga setelah tujuan belajar tercapai siswa mempunyai harapan dari sesuatu yang dipelajari tersebut untuk kehidupannya. Hal ini menjelaskan bahwa sebuah harapan menjadi obyek sasaran dari minat, dimana obyek tersebut sangat luas cakupannya. Apabila sasaran minat adalah suatu pekerjaan maka akan timbul minat bekerja. Sehubungan dengan minat bekerja, Wattimena di dalam Tri Sukma Rahyati (1999: 19) mengatakan suatu pekerjaan harus sesuai dengan watak, perangai, tingkah laku dan taraf kecerdasan seseorang, sehingga seseorang yang mempunyai minat bekerja tinggi maka

24 37 dalam dirinya akan muncul dorongan psikologis yang sangat kuat untuk mempersiapkan diri untuk bekerja. Faktor yang mendasari timbulnya minat bekerja menurut Crow and Crow di dalam Tri Sukma Rahyati (1999: 14) adalah: a. Faktor dari dalam (The factor of innerrurgers), merupakan faktor yang ada pada diri individu yang mendorong untuk melaksanakan suatu pekerjaan. b. Faktor motif sosial (The factor social), merupakan faktor yang membangkitkan minat untuk melaksanakan pekerjaan agar dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri dan orang lain. c. Faktor emosional (The emotional factor), merupakan faktor yang timbul setelah emosi menyenangkan pada suatu pekerjaan sebelumnya. Faktor dari dalam atau juga disebut faktor internal antara lain seperti usia, jenis kelamin, tingkat kecerdasan, watak, perangai, tingkah laku, kepribadian maupun bakat yang dimiliki oleh individu. Faktor dari luar yang juga disebut faktor eksternal berasal dari pengaruh orang-orang dan kondisi lingkungan sekitar individu. Siswa yang berminat untuk bekerja akan cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap minat yang dituju tersebut. Perhatian yang diberikan dapat diwujudkan dengan rasa ingin mengetahui, mempelajari dan membuktikan seluk - beluk pekerjaan yang diminatinya. Orang bekerja mengharapkan buah karya atau hasil untuk memenuhi kebutuhannya. Kaitannya dengan minat bekerja pada seseorang maka minat yang terarah pada aktivitas individu atau obyek lain dalam bidang bekerja dapat dikatakan sebagai minat bekerja. Adanya minat bekerja memungkinkan keterlibatan yang lebih besar dalam suatu aktivitas kerja

25 38 karena minat berfungsi sebagai pendorong yang kuat untuk terlibat secara aktif pada obyek yang menarik dalam hal ini aktivitas kerja, sehingga minat bekerja merupakan aspek psikologis seseorang yang mencurahkan perhatian yang tinggi terhadap aktivitas bekerja yang mendorong seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan minat bekerja adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki kecenderungan terhadap aktivitas dan perhatian kerja yang ada hubungannya dengan diri untuk memenuhi kebutuhannya disertai dengan rasa senang dan tertarik pada bidang kerja serta diikuti perasaan dan kemauan untuk melakukan pekerjaan yang akan dijalaninya. Indikator yang terkandung dalam definisi Minat Bekerja adalah rasa tertarik siswa, rasa senang siswa, bersangkut paut dengan kebutuhan, mengenal obyeknya dan kepercayaan pada dirinya. B. Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang dapat menjadi masukan bagi peneliti antara lain penelitian yang dilakukan oleh : 1. Purwaningsih (2004) melakukan penelitian tentang Pengaruh Prestasi Mata Pelajaran Kejuruan dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua terhadap Minat Bekerja pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Klaten Tahun Ajaran 2004/2005. Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa terdapat Pengaruh positif dan signifikan antara Prestasi Mata Pelajaran Kejuruan dengan Minat Bekerja dengan sumbangan efektif sebesar 21,67%. Terdapat

26 39 Pengaruh positif dan signifikan antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Minat untuk Bekerja di industri dengan sumbangan efektif sebesar 13,25%. Pengaruh secara bersama-sama yang signifikan antara Prestasi Mata Pelajaran Kejuruan dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Minat Bekerja pada Siswa SMK Muhammadiyah 2 Klaten Tahun Ajaran 2004/2005 sebesar 34,92%. 2. Tri Sukma Rahyati (1999) dalam penelitiannya yang berjudul Korelasi Antara Layanan Informasi Karier dan Perhatian Terhadap Bursa Kerja Sekolah Dengan Minat Bekerja pada Siswa SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 1998/1999. Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara Informasi Karier dengan Minat Bekerja dengan sumbangan efektif sebesar 19,84 %. Terdapat korelasi positif dan signifikan antara Perhatian Terhadap Bursa Kerja Sekolah dengan Minat Bekerja dengan sumbangan efektif sebesar 27,05%. C. Kerangka Pikir 1. Hubungan Antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan (MPK) dan Minat Bekerja Tingkat penguasaan/kecakapan siswa dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar atau prestasi belajar. Prestasi tersebut merupakan indikator utama dari seluruh kegiatan belajar siswa. Prestasi belajar yang dimiliki siswa biasanya tercantum dalam rapor atau sertifikat. Dengan demikian rapor atau sertifikat merupakan cerminan dari seluruh prestasi

27 40 yang diperoleh siswa dalam ukuran waktu tertentu. Prestasi belajar yang diperoleh setiap siswa belum tentu sama, ada siswa yang berprestasi tinggi sehingga digolongkan siswa yang pandai, ada yang tergolong siswa kurang pandai karena berprestasi rendah. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar berdampak pada kepercayaan diri siswa dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan cita-cita atau masa depannya. Siswa yang memiliki prestasi tinggi cenderung lebih mantap dan berkepercayaan diri yang besar untuk dapat mewujudkan keinginannya. Sebaliknya siswa yang berprestasi rendah cenderung kurang percaya diri terhadap usaha yang akan dilakukannya, sehingga Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan diduga berpengaruh terhadap aspek psikologis siswa. Siswa yang memiliki Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan tinggi akan lebih percaya diri dan besar harapannya terhadap kemampuan kejuruan yang dimilikinya. SMK merupakan sub sistem pendidikan yang berusaha mempersiapkan siswa untuk siap kerja. Kesiapan siswa didik dalam dunia kerja diharapkan untuk dapat mengisi lowongan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Tinggi rendahnya Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan merupakan indikator tingkat penguasaan kejuruannya, karena Mata Pelajaran Kejuruan mempunyai tujuan yang mengacu pada

28 41 penguasaan kejuruan dengan kompetensi khusus, keilmuan dan profesionalitas yang diperlukan. Siswa yang tinggi MPK-nya akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan diduga berhubungan dengan Minat siswa untuk Bekerja. 2. Hubungan Antara Informasi Dunia Kerja dan Minat Bekerja Informasi tentang sesuatu akan menambah pengetahuan seseorang, informasi tentang pekerjaan merupakan gambaran mengenai dunia kerja yang diperoleh melalui media massa, keluarga dan lingkungan yang dicari, diterima, diketahui dan dimanfaatkan individu untuk mempersiapkan diri dalam memasuki lapangan kerja. Informasi harus disampaikan dengan jelas dan berkesinambungan karena semakin sering individu mengamati suatu obyek maka ia akan semakin mengenal dengan obyek tersebut. Informasi pekerjaan yang disampaikan kepada individu membuat individu menghasilkan daftar pekerjaan yang disukainya dan bisa dipercaya. Individu dapat menentukan jenis pekerjaan yang diminati apabila telah memiliki keputusan yang positif terhadap suatu pekerjaan. Sehubungan dengan SMK sebagai sekolah kejuruan yang mewujudkan calon tenaga kerja siap pakai, maka sering juga mendapat informasi pekerjaan dari berbagai instansi, baik dari instansi pemerintah, industri atau perusahaan tertentu bahkan sekarang ini informasi pekerjaan banyak berasal dari luar negeri.

29 42 Perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat dengan sikap positif. Untuk menumbuhkan minat individu terhadap suatu obyek ialah dengan memperkenalkan obyek tersebut sampai sejelas-jelasnya, sehingga upaya untuk menumbuhkan minat yang tinggi kepada siswa terhadap suatu pekerjaan dibutuhkan usaha untuk memperkenalkan bidang kerja yang bersangkutan kepada siswa. Salah satu usaha untuk mengenalkan bidang pekerjaan kepada para siswa adalah dengan memberi informasi mengenai pekerjaan yang dapat memperkaya kegiatan yang mereka lakukan, memperkaya alternatif serta dapat mengungkapkan sesuatu yang belum diketahui. Informasi yang diperoleh individu akan mengurangi keraguan dan dapat mengkhususkan pilihan yang sedang dihadapi. Keraguan suatu obyek akan berkurang dengan bertambahnya kejelasan informasi. Informasi yang mempunyai kesamaan ide, nilai dan prinsip akan lebih mudah diterima individu. Sehubungan dengan itu, jika isi informasi yang diberikan kepada siswa adalah tentang informasi pekerjaan, sedangkan siswa SMK memang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, maka diduga informasi dapat mempertinggi minat siswa untuk bekerja. Atau dapat dikatakan Informasi Dunia Kerja akan mempunyai peranan yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan Minat siswa untuk Bekerja.

30 43 3. Hubungan Antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan dan Informasi Dunia Kerja Dengan Minat Bekerja Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai idividu melalui usaha belajar. Prestasi belajar mata pelajaran kejuruan merupakan nilai komulatif dari beberapa mata pelajaran kejuruan. Mata pelajaran kejuruan merupakan sejumlah mata pelajaran yang mengarah pada penguasaan kejuruan dan kemampuan yang spesifik, diharapkan penguasaan mata pelajaran kejuruan dapat membentuk sikap profesional pada bidangnya. SMK yang merupakan salah satu dari lembaga pendidikan diharapkan mampu mencetak tenaga-tenaga terampil yang siap pakai sebagai tenaga menengah dalam berbagai bidang. SMK sebagai tempat untuk melatih calon tenaga kerja, maka kemampuan yang diperoleh adalah banyak berhubungan dengan kerja atau pengetahuan praktek tentang pekerjaan tertentu. Mereka yang mempunyai prestasi baik, maka akan memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap suatu pekerjaan tertentu, atau semakin tinggi Prestasi belajar mata pelajaran kejuruan yang diperoleh akan semakin tinggi pula Minat terhadap suatu bidang pekerjaan tertentu. Informasi tentang sesuatu akan menambah pengetahuan seseorang. Informasi akan menimbulkan dua sikap pada diri seorang yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif berarti individu menerima isi informasi dan sikap negatif berarti menolak isi informasi. Perwujudan dari sikap positif yaitu ada rasa puas, rasa tertarik, rasa senang dan berusaha mendekati obyek yang diketahui. Sikap negatif diwujudkan dengan adanya

31 44 rasa kecewa, kurang tertarik dan berusaha menjauhi obyek. Informasi pada sikap negatif dapat diartikan sebagai informasi yang tidak berkesan. Informasi pekerjaan yang ada akan membantu individu untuk mengetahui berbagai kondisi tentang dunia kerja. Kondisi ini meliputi kualifikasi pekerjaan yang diharapkan, persyaratan yang dibutuhkan, imbalan yang akan diterima, jenjang karir, keadaan tempat kerja dan kepuasan lain yang akan diterima pekerja. Selama di SMK, siwa dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap, maka siswa akan lebih siap dalam menghadapi dunia kerja yang akan dimasukinya. Keahlian (skill) yang didapat dan dipelajari pada mata pelajaran kejuruan, akan memberikan bekal untuk memasuki jenjang pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasinya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan antara prestasi belajar mata pelajaran kejuruan dan informasi dunia kerja secara bersama-sama dengan minat bekerja pada siswa kelas XII Jurusan Teknik Kendaraan Ringan di SMK Piri Sleman. D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan dan Minat Bekerja pada Siswa kelas XII Teknik Kendaraan Ringan di SMK Piri Sleman.

32 45 2. Terdapat hubungan antara Informasi Dunia Kerja dan Minat Bekerja pada Siswa kelas XII Teknik Kendaraan Ringan di SMK Piri Sleman. 3. Terdapat hubungan antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kejuruan dan Informasi Dunia Kerja secara bersama-sama dengan Minat Bekerja pada Siswa kelas XII Teknik Kendaraan Ringan di SMK Piri Sleman.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada BAB sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada BAB sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada BAB sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara

Lebih terperinci

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK

Awal mustaqim* Samidjo** ABSTRAK 215 PENGARUH PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEJURUAN DAN INFORMASI DUNIA KERJA TERHADAP MINAT BEKERJA SISWA KELAS XI PROGRAM STUDI MEKANIK OTOMOTIF SMK PATRIOT PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Awal mustaqim*

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menggambar Teknik dan kemampuan Menggambar Teknik dengan bantuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menggambar Teknik dan kemampuan Menggambar Teknik dengan bantuan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah prestasi belajar mata diklat Menggambar Teknik dan kemampuan Menggambar Teknik dengan bantuan Program AutoCAD, maka disajikan kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Pendapatan Orang Tua. a. Pendapatan. Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Pendapatan Orang Tua. a. Pendapatan. Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pendapatan Orang Tua a. Pendapatan Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia saat ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang professional dan handal dari segi keterampilan maupun segi prestasi. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini membawa dampak bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan pendidikan non formal. Salah satu bentuk pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah sekolah menengah kejuruan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kesiapan Kerja 2.1.1 Pengertian kesiapan kerja Menurut Anoraga (2009) kerja merupakan bagian yang paling mendasar atau esensial dari kehidupan manusia. Sebagai bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga formal yang mengutamakan pada bidang keahlian untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan hidup dan ikut berperan pada era globalisasi. dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembangunan nasional. Penguasaaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu cara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kesiapan Mental Menghadapi Dunia Kerja a. Definisi Kesiapan Mental Menghadapi Dunia Kerja Untuk menghadapi tantangan dimasa depan maka diperlukan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk tetap survive. Dunia kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laju pembangunan yang sedang berkembang dengan begitu cepat di hampir semua bidang kehidupan menuntut masyarakat untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS) mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat pada saat ini. Sejalan dengan itu persaingan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tersebut akan menimbulkan kesenangan. karena obyek tersebut menyenangkan.

BAB II KAJIAN TEORI. tersebut akan menimbulkan kesenangan. karena obyek tersebut menyenangkan. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Minat a. Pengertian Minat Definisi minat menurut Suryosubroto (1988:109) adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek yang merasa tertarik pada bidang tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan nasional di era globalisasi.

Lebih terperinci

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pengaruh pengalaman praktik kerja industri dan informasi dunia kerja terhadap kesiapan mental kerja siswa kelas XII Program Keahlian Penjualan SMK Batik 2 Surakarta tahun ajaran 2008/ 2009 Oleh : Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai wadah untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Dengan pendidikan yang baik maka dapat menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan semakin terbukanya pasar dunia, Indonesia dihadapkan pada persaingan yang semakin luas dan berat. Ketidakmampuan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) guna mendukung proses pembangunan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEJURUAN DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA JURUSAN TEKNIK PEMESINAN SMKN 3 YOGYAKARTA Oleh: Irwan Dwis Hasta Setiyawan *), dan Setya Hadi, M.Pd. **) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang dengan menempatkan pendidikan sebagai dasar untuk menunjang keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam upaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan pendidikan, yaitu mengenai prestasi belajar siswa. Untuk mencapai prestasi belajar, maka pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI JURUSAN IPS SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Disusun Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar )

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar ) PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN ( As ari Djohar ) A. Asumsi Dasar 1. Peningkatan mutu pendidikan tinggi merupakan kebutuhan utama yang selalu harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Pendidikan diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan pembangunan di Indonesia menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Prestasi Belajar 1.1.1 Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar mengajar penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik. Seberapa jauh kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun BAB I PENDUHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun 2003 tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya perusahaan-perusahaan perunggasan. Peternakan unggas, utamanya

BAB I PENDAHULUAN. berdirinya perusahaan-perusahaan perunggasan. Peternakan unggas, utamanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini ternyata membawa pengaruh berbagai kemajuan dalam segala bidang kehidupan dinegara ini, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu diantara kebutuhan pokok manusia dalam menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan perubahan pemahaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA 68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

Proses pembelajaran melalui praktikum di bengkel merupakan. perwujudan dari suatu teori ke dalam bentuk nyata. Kegiatan praktik juga akan

Proses pembelajaran melalui praktikum di bengkel merupakan. perwujudan dari suatu teori ke dalam bentuk nyata. Kegiatan praktik juga akan HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG FASILITAS PRAKTIK DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT OTOMOTIF DASAR PEMBENTUKAN LOGAM KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi Hubungan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Perawatan dan Perbaikan Sistem Pengisian Konvensional Bowo Wahyu Hidayat (10320090) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Kualitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan manusia karena dalam kehidupannya manusia senantiasa berada dalam proses belajar. Menurut Winkel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat dengan perkembangan, oleh karena itu perubahan dan perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas SDM. Dengan pendidikan diharapkan seseorang atau anak didik akan memperoleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini giat membangun segala sektor pembangunan khususnya sektor industri. Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh BAB V PEMBAHASAN 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Melalui jalur pendidikan dihasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang melakukan program pembangunan. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PENGALAMAN MENGAJAR DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI IPS EKONOMI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 JATIROTO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Menjadi Guru Salah satu tugas pokok Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menyiapkan mahasiswa calon guru untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semakin pesat ditambah dengan arus globalisasi menimbulkan perubahan-perubahan di segala bidang kehidupan. Salah satunya

Lebih terperinci

Corianna Rigitta Setianingtyas Setiadi Cahyono Putro. Kata-Kata Kunci: Minat Kerja, Kompetensi TKJ, Relevansi Praktik Kerja Industri

Corianna Rigitta Setianingtyas Setiadi Cahyono Putro. Kata-Kata Kunci: Minat Kerja, Kompetensi TKJ, Relevansi Praktik Kerja Industri 58 TEKNO, Vol : 20 September 2013, ISSN : 1693-8739 HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI TKJ DAN RELEVANSI PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT KERJA DIBIDANG TKJ PADA SISWA PROGRAM KEAHLIAN TKJ DI SMK KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan prestasi belajar merupakan suatu upaya yang maksimal di dalam diri seorang siswa untuk menunjang proses pendidikannya. Banyak kegiatan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang belajar akan tampak hasilnya setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya juga berdasarkan rasa senang dan perhatian seseorang terhadap. profesi guru dipandang dari sudut pribadi individu.

BAB I PENDAHULUAN. sebaiknya juga berdasarkan rasa senang dan perhatian seseorang terhadap. profesi guru dipandang dari sudut pribadi individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain kecerdasan, sebuah rasa senang dan perhatian juga dibutuhkan untuk mencapai prestasi yang baik, sebab tanpa adanya rasa senang dan perhatian segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada hakekatnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menjadi ahli serta dapat bekerja dalam bidang tertentu. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat ditingkatkan melalui bidang pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk mewujudkan, mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sosiologi a. Pengertian Sosiologi Sosiologi adalah ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan manusia lain dalam kelompok (seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan tenaga kerja yang terampil dalam menghadapi era globalisasi secara total pada tahun 2020 menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi tenaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)

Lebih terperinci