RITA JULIAWATY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RITA JULIAWATY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR"

Transkripsi

1 STUDI PERILAKU NYAMUK Anopheles DAN KAITANNYA DENGAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI SEKITAR PUSAT REINTRODUKSI ORANGUTAN NYARU MENTENG, PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH RITA JULIAWATY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : Studi Perilaku Nyamuk Anopheles dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Palangka Raya, Kalimantan Tengah adalah benar hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah dipublikasikan. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Juni 2008 Rita Juliawaty B

3 ABSTRACT RITA JULIAWATY. The Study of Anopheles Mosquito Behaviour and Its Relation to The Epidemiology of Malaria around The Reintroduction Centre of Orangutan at Nyaru Menteng, Palangka Raya, Central Kalimantan. This research was aimed to study the behaviour of Anopheles mosquitoes in relation to the epidemiology of malaria at the area around orangutan reintroduction centre. The mosquitoes were collected by using the human bait indoor and outdoor. Resting mosquitoes were collected on the wall of houses and cattle shed. In the reintroduction centre of orangutan the mosquito was collected by light trap. The results showed that there were two spesies i.e. Anopheles letifer and A. umbrosus. There was no Anopheles mosquitoes collected by light trap. A. letifer were caught the most at the sixth week (in Februari). There were 2.00 and 2.33 mosquitoes/man/night, respectively using the human bait indoor and outdoor. These study showed that A. letifer tend to be anthropophylic and exophagic. The peak of blood sucking activity indoor and outdoor was from 7 to 8 PM, whereas as those resting on the wall was from 5 to 6 AM. Larvae of Anopheles were not found in this study. In the years the parasite found in Kelurahan Tumbang Tahai was Plasmodium vivax and mostly spread among men. The research showed that the increase of malaria cases followed the increase of vector density one month earlier. The parasite found in orangutan ( ) was P. falciparum, P. vivax, P. malariae and mix infection. In 2006 two orangutans were dead (CFR 0,87%) caused by P. falciparum. In this study no parasite transmission from orangutan to human was found. The lack of knowledge and the behaviour of people going outdoor during the night with open clothes will increase the risk of malaria infection in the study area. Keywords : Anopheles, malaria, orangutan reintroduction centre, Palangka Raya-Central Kalimantan.

4 RINGKASAN RITA JULIAWATY. Studi Perilaku Nyamuk Anopheles dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Penelitian ini mengkaji perilaku nyamuk Anopheles dan kaitannya dengan epidemilogi malaria dilakukan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu di masyarakat Kelurahan Tumbang Tahai dan di dekat kandang orangutan. Penangkapan nyamuk Anopheles dewasa dilakukan dengan metode umpan orang di dalam dan luar rumah, yang hinggap di dinding rumah dan kandang sapi, serta di dekat kandang orangutan dengan light trap. Penangkapan dengan light trap tidak mendapatkan nyamuk Anopheles. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua spesies Anopheles yaitu Anopheles letifer dan A. umbrosus. A. letifer paling banyak ditemukan pada minggu ke enam (bulan Februari) baik umpan orang di dalam dan luar rumah masing-masing 2,00 dan 2,33 ekor/orang/malam. Pada penelitian ini A. letifer cenderung bersifat lebih antropofilik dan eksofagik. Perilaku menggigit dimulai pukul hingga 06.00, dengan puncak gigitan pada umpan orang baik di dalam maupun di luar rumah pukul hingga Sementara itu, puncak kepadatan yang istirahat di dinding dalam rumah terlihat pada pukul hingga dan di kandang sapi pukul hingga Larva Anopheles pada penelitian ini tidak ditemukan. Jenis parasit malaria yang ada di Kelurahan Tumbang Tahai selama tiga tahun ( ) adalah Plasmodium vivax dan kasus terbanyak adalah pria. Selama penelitian berlangsung peningkatan kasus umumnya diikuti dengan peningkatan rata-rata kepadatan vektor satu bulan sebelumnya. Jenis parasit pada orangutan selama tiga tahun ( ) adalah P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan infeksi campuran. Tahun 2006 terjadi kematian dua ekor orangutan (CFR 0,87%) karena P. falciparum. Pada penelitian ini tidak ditemukan parasit orangutan yang menginfeksi manusia. Pengetahuan yang rendah dan kebiasaan masyarakat keluar malam tanpa pakaian tertutup dapat meningkatkan risiko penularan malaria. Kata kunci : Anopheles, malaria, pusat reintroduksi orangutan, Palangka Raya (Kalimantan Tengah).

5 @ Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya lmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2 Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

6 STUDI PERILAKU NYAMUK Anopheles DAN KAITANNYA DENGAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI SEKITAR PUSAT REINTRODUKSI ORANGUTAN NYARU MENTENG, PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH RITA JULIAWATY Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Entomologi Kesehatan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

7 Penguji Luar Komisi : drh. Fadjar Satrija, MSc, PhD

8 Judul Tesis Nama NIM Program Studi : Studi Perilaku Nyamuk Anopheles dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Palangka Raya, Kalimantan Tengah : Rita Juliawaty : B : Entomologi Kesehatan Disetujui Komisi Pembimbing Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS Ketua drh. Rita Marleta Dewi, M.Kes Anggota Diketahui Ketua Program Studi Entomologi Kesehatan Dekan Sekolah Pasca Sarjana Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 17 Juni 2008 Tanggal Lulus :

9 PRAKATA Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan izin dan anugerahnya penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Studi Perilaku Nyamuk Anopheles dan Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria di Sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS dan Ibu drh. Rita Marleta Dewi, M.Kes serta drh. Fadjar Satrija, MSc, PhD yang telah banyak memberikan masukan, saran dan bimbingan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada pimpinan beserta staf Puskesmas Tangkiling (Pak Budi, Pak Haili dan Pak Jali), staf bagian mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalteng (Pak Yossy, Pak Agus, Bu Yuli dan Bu Pipit), manajer, satpam, dokter hewan dan paramedis di klinik Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng (Bu Lona, Pak Agus, Pak Heldy dan Pak Bram), unit penelitian parasit dan entomologi malaria NAMRU-2 (Bu Barbara, Pak Saptoro dan Pak Awalludin) yang telah memberikan banyak bantuan secara teknis selama penelitian. Terima kasih ditujukan khusus kepada Bapak Prof. Dr. drh. Singgih H. Sigit, MS dan Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS, serta seluruh dosen di jurusan Entomologi Kesehatan (Bapak Dr. drh. F.X. Koesharto, Bapak Dr. drh. A. Arif Amin, Ibu Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, Msi, dan Ibu Dr. drh. Susi Soviana, MSi) dan staf (Pak drh. Sugiarto, Pak Heri, Pak Yunus, Bu Juju, Pak Opik, Pak Nanang dan Bibi En) di laboratorium Entomologi Kesehatan. Terima kasih kepada Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner (Prof. R. Roso Soejoeno dan Bapak Dr. drh. Denny), bagian Patologi (drh. Hernomoadi Huminto, MVSc) FKH-IPB. Terima kasih kepada dosen Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan (Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS) atas segala ilmu yang telah diberikan selama ini. Terimakasih disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah beserta staf dan pengelola proyek DHS-2 Provinsi Kalimantan Tengah yang telah memberikan ijin dan bantuan dana. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan kakakku, kedua kakak iparku (Mas Suroto dan Mbak Dian Helena Pudi), keponakan-keponakanku (Indri, Indra, Rendy, Reno,

10 Adit, Baby, Marcelino, Andre dan Sandra), suami beserta kedua anakku atas segala doa dan kasih sayangnya. Kepada seluruh mahasiswa Pasca Sarjana Entomologi Kesehatan Angkatan 2004 (Bu Bonita), 2006 (Pak Amir, Pak Yuli, Pak Wito, Bu Endang dan Bu Fitri) dan 2007 (Bu Eti, Pak Agus, Pak Gondo, Pak Ali, Pak Mul, Pak Irwan dan Pak Yahya) terima kasih atas dukungannya. Kepada mahasiswa Pasca Sarjana Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Angkatan 2006 (Pak Dedi, Pak Kardi dan Pak Rusdi) dan 2007 (Pak Sumijan, Pak Aris dan Pak Fuad), serta Kesehatan Masyarakat Veteriner Angkatan 2006 (Bu Ina, Bu Umi) terima kasih atas persahabatannya. Terima kasih untuk sahabatku (Pak Rusdi) di Subdin Penanggulangan Penyakit Dinkes Provinsi Kalteng atas segala motivasinya padaku. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2008 Rita Juliawaty

11 RIWAYAT HIDUP Rita Juliawaty dilahirkan di Marabahan Kalimantan Selatan pada tanggal 29 Juli 1973 dari pasangan Bapak H. Tabranie Mahdi dan Ibu Ngatinah. Penulis merupakan putri ke ketiga dari tiga bersaudara. Kedua orang kakak penulis bernama Ainun Yetty (PNS) dan Mahmoud Teriady (POLRI). Penulis telah menikah pada tahun 1997 dengan Selamat Riadi dan telah dikarunia dua orang anak bernama Shafira Agustin Perdana (lahir di Banjarbaru, 16 Agustus 1998) dan Ahmad Elfero Rizky Prakoso (lahir di Banjarbaru, 11 Mei 2002). Penulis mengikuti pendidikan SD, SMP dan SMA di Kalimantan Selatan. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan D3 di Akademi Penilik Kesehatan (APK) Banjarbaru Kalimantan Selatan pada tahun Penulis melanjutkan studi S1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa Banjarmasin melalui jalur khusus dan lulus pada tahun Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun dan pada tahun 2001 hingga sekarang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah pada Subdin Penanggulangan Penyakit yang beralamat di Jalan Yos Sudarso Nomor 09 Palangka Raya.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 TINJAUAN PUSTAKA Pusat Reintroduksi Orangutan Malaria Pada Manusia dan Primata Agent penyebab malaria Vektor malaria Siklus hidup malaria Pengendalian Vektor Penyemprotan rumah Pemakaian kelambu berinsektisida Pengelolaan lingkungan Larvasida Pengendalian hayati... 3 BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Waktu Penelitian Metode Penelitian Penangkapan nyamuk dengan umpan orang Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi dengan aspirator Penangkapan dengan perangkap cahaya Identifikasi Penentuan kepadatan populasi, kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan dominasi spesies serta indeks curah hujan Kegiatan pengumpulan larva Anopheles Kegiatan Mass Blood Survey (MBS) pada masyarakat Pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat 3.4 Pengolahan dan Analisa Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Nyamuk yang Ditemukan Kepadatan nyamuk Anopheles Perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Anopheles... ix x

13 4.1.3 Pengaruh curah hujan, suhu dan kelembaban terhadap kepadatan nyamuk Anopheles Larva Anopheles Angka Kesakitan Malaria pada Masyarakat Hasil Pemeriksaan MBS pada masyarakat Angka Kesakitan Orangutan Kebiasaan Masyarakat Pembahasan Umum... 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA xi

14 DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1 Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret Rata-rata nyamuk Anopheles letifer tertangkap yang hinggap di dinding dalam dan kandang sapi di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret Jumlah hari hujan, curah hujan dan indeks curah hujan per penangkapan di Kecamatan Bukit Batu bulan Januari-Maret Jumlah penderita Plasmodium vivax menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun Kasus malaria per spesies dan jumlah nyamuk Anopheles letifer per bulan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari Maret Kasus malaria pada orangutan per spesies dan rata-rata kepadatan Anopheles letifer di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari Maret

15 DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1 Peta daerah penelitian di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Proses penangkapan nyamuk Anopheles dewasa dengan metode umpan orang... 3 Proses penangkapan nyamuk Anopheles dewasa yang istirahat di dinding dalam rumah Proses penangkapan nyamuk dewasa dengan light trap Proses identifikasi nyamuk dewasa Kegiatan MBS di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Nyamuk Anopheles letifer Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret Rata-rata nyamuk Anopheles letifer tertangkap yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari- Maret Rata-rata nyamuk Anopheles letifer tertangkap per minggu penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret Rata-rata nyamuk Anopheles letifer tertangkap dan suhu serta kelembaban di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret Lokasi penambangan pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk Situasi malaria di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun Situasi malaria pada orangutan per spesies per tahun di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Palangka Raya tahun Sediaan darah orangutan positif (A) dan (B)... 39

16 DAFTAR LAMPIRAN No. Teks Halaman 1 Peta penyebaran malaria di dunia dan di Indonesia Siklus hidup malaria Peta penyebaran vektor di Indonesia sampai dengan tahun Karakteristik faktor individu, pengetahuan, sikap dan perilaku tentang penyakit malaria di Kelurahan Tumbang Tahai (91 responden)... 5 Jumlah nyamuk Anopheles letifer tertangkap per metode dan waktu penangkapan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng bulan Januari-Maret Kasus Plasmodium vivax per bulan di Kelurahan Tumbang Tahai tahun Kasus malaria pada orangutan per spesies per bulan per tahun di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng tahun Surat keterangan dari ketua program studi Entomologi Kesehatan FKH-IPB Surat ijin masuk kawasan Arboretrum Nyaru Menteng Surat keterangan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo... 61

17 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan satu di antara dari sekian banyak penyakit menular yang masih menjadi masalah serius di dunia. Risiko kematian akibat penyakit malaria lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya. Setiap tahun diperkirakan terdapat juta kasus malaria dengan beberapa juta kematian sebagian besar terjadi pada anak-anak. Malaria umumnya terjadi di belahan dunia antara 45 LU dan 40 LS. WHO memperkirakan bahwa sekitar 2,1 milyar orang (40% dari penduduk dunia) tinggal di wilayah endemis malaria (Goddard 2000). Di Indonesia penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting. Malaria dapat menurunkan status kesehatan, produktivitas penduduk serta menjadi hambatan penting untuk pembangunan sosial dan ekonomi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, terdapat dua persen dari total kematian di Indonesia disebabkan oleh malaria. Pada tahun 1999 secara nasional angka kesakitan malaria di luar Jawa Bali adalah sebesar 31,48 per seribu penduduk (DEPKES 2000). Kalimantan Tengah adalah satu di antara provinsi yang mempunyai kontribusi dalam peningkatan angka kesakitan malaria di luar Jawa Bali dengan seluruh wilayah kabupaten/kota yang merupakan daerah endemis malaria. Parameter yang dipakai untuk menunjukkan besaran masalah dan situasi malaria sesuai dengan pedoman dari Depkes RI yaitu berdasarkan angka AMI (Annual Malaria Incidence). AMI adalah jumlah kasus malaria berdasarkan gejala klinis per tahun per seribu penduduk (untuk wilayah luar Jawa-Bali). Besarnya AMI di Provinsi Kalimantan Tengah selama lima tahun berturut-turut adalah 15,67 (2003), 13,63 (2004), 13,87 (2005), 13,11 (2006) dan 13,95 (2007). Kota Palangka Raya merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Tengah yang mempunyai angka kesakitan malaria / AMI selama lima tahun beturut-turut adalah adalah sebesar 14,37 (2003), 5,43 (2004), 2,97 (2005), 2,45 (2006) dan 5,18 (2007) (Dinkes Propinsi Kalteng 2008). Kota Palangka Raya terdiri atas empat kecamatan, dengan kasus malaria tertinggi adalah di Kecamatan Bukit Batu.

18 2 Kecamatan Bukit Batu merupakan wilayah kerja Puskesmas Tangkiling. Dalam menegakkan diagnosa malaria di Puskesmas ini berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, dan besarnya kasus malaria berdasarkan angka API. API (Annual Parasite Rate) adalah jumlah kasus malaria berdasarkan pemeriksaan mikroskopis per tahun dari seribu penduduk. Selama ini API digunakan untuk wilayah Jawa-Bali, namun saat kini diharapkan seluruh wilayah menggunakan API dalam penentuan besarnya kasus malaria. Pada tahun 2006 terjadi kenaikan angka API yang signifikan yaitu sebesar 13,93 dan 12,60 pada tahun 2004 dan 2005 menjadi 28,39 pada tahun Kecamatan Bukit Batu terdapat lokasi Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah. Selama kurun waktu dilaporkan banyak orangutan yang positif malaria. Spesies yang ditemukan adalah Plasmodium falciparum dan P. vivax (Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalteng 2007). Hal tersebut diduga turut mempengaruhi angka kesakitan malaria di Kecamatan Bukit Batu karena orangutan dianggap sebagai hospes kedua setelah manusia dan ada beberapa jenis Plasmodium pada kera yang dapat ditularkan oleh nyamuk ke manusia (DEPKES 2004). Di samping itu di Serawak (Malaysia) dilaporkan 27,7% (266/960) sediaan darah penduduk yang secara mikroskopis adalah positif P. falciparum dan P. malariae ternyata setelah dianalisa secara molekuler dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah P. knowlesi (Cox-Singh 2007). Keadaan Kecamatan Bukit Batu yang sebagian besar hutan sangat cocok untuk perkembangan nyamuk Anopheles, vektor malaria. Perilaku nyamuk Anopheles dan kaitannya dengan epidemiologi malaria di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, sampai saat ini belum pernah diteliti. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi : (a) jenis dan kepadatan spesies nyamuk Anopheles, (b) perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Anopheles dominan pada masyarakat dan orang utan, (c) angka kesakitan malaria pada manusia dan orangutan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng, dan (d) kebiasaan masyarakat di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng.

19 3 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi penting dalam penanggulangan penyakit malaria yang efektif dan efisien di sekitar wilayah Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng.

20 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Reintroduksi Orangutan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Borneo Orangutan Survival/BOS) adalah lembaga yang mempunyai visi memberikan kontribusi terhadap konservasi satwa liar khususnya orangutan dan habitatnya. BOS merupakan organisasi penyelamatan orangutan terbesar di dunia, di Indonesia pertama kali didirikan di kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tahun 1994 dengan nama Perhimpunan Orangutan Balikpapan. Selanjutnya, Yayasan BOS bekerjasama dengan Departemen Kehutanan Republik Indonesia melalui sebuah kesepakatan dan didukung oleh 12 organisasi BOS yang berada di seluruh dunia dan setiap tahunnya diaudit secara keuangan (Yayasan BOS 2008). Arboretum Nyaru Menteng adalah kawasan pelestarian plasma nutfah ekosistem hutan rawa di Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas 65,2 hektar. Arboretum Nyaru Menteng dibangun pada tahun 1988 dan merupakan areal bekas HPH yang telah dieksploitasi pada tahun Nama Nyaru Menteng berasal dari bahasa Dayak yang berarti gagah berani. Sejak tahun 1994, pengelolaan Arboretum ini dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah. Lokasi Arboretum Nyaru Menteng terletak di sebelah timur jalan raya Tjilik Riwut KM 28 dari Kota Palangka Raya menuju Kota Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur). Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Lokasi ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Rute dari Palangka Raya menuju arah Tangkiling dan belok kanan pada kilometer 28 menuju arah Danau Tahai. Menurut BKSDA Kalteng (2000) wilayah Arboretum Nyaru Menteng termasuk ke dalam tipe hutan tropika dataran rendah dengan kondisi tanah berawa dan bergambut. Jenis tanah terdiri dari alluvial, organosol, pasir kuarsa dengan drainase tergenang. Ketinggian wilayah adalah 25 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar. Keadaan iklim termasuk ke dalam tipe A dengan curah hujan rata-rata milimeter per tahun. Pemanfaatan Nyaru Menteng sebagai tempat (a) pembinaan cinta alam bagi pelajar, mahasiswa, pramuka dan generasi muda, (b) pendidikan dan

21 5 pelatihan, (c) acara keagamaan dan wisata alam, serta (d) karantina dan rehabilitasi orangutan. Vegetasi yang ada dalam kawasan Arboretum Nyaru Menteng adalah jenis-jenis yang tumbuh dalam ekosistem hutan rawa. Komposisi vegetasi di hutan rawa beragam dan mampu beradaptasi terhadap daerah yang anaerob serta tergenang air baik musiman atau tetap, dengan akar tunjang dan akar banir dengan lentisel yang besar memungkinkan terjadinya difusi udara. Cara lain dengan akar-akar nafas atau pneumatofor. Berdasarkan hasil identifikasi, spesies pohon yang terdapat di Arboretrum dapat digolongkan ke dalam 43 famili dengan jumlah spesies sebanyak 139 jenis (BKSDA Kalteng 2000). Luas Arboretum Nyaru Menteng relatif kecil, namun dapat dijumpai beberapa jenis satwa liar, antara lain burung Beo (Gracula religiosa) dan cucak rawa (Pyononotus zeylanicus). Jenis lain seperti biawak (Varanus sp.), ular, monyet dan kadang-kadang dijumpai orangutan liar (Pongo pygmaeus), owa-owa (Hylobates muelleri) dan tupai / bajing (BKSDA Kalteng 2000). 2.2 Malaria pada Manusia dan Primata Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit darah jenis Plasmodium (Protozoa) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penularan malaria umumnya secara alamiah (natural infection) melalui gigitan nyamuk Anopheles, dan cara (a) kongenital yaitu terjadi pada bayi yang baru dilahirkan dari ibu penderita malaria. Penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta, (b) secara mekanik yaitu penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi di salah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapat suntikan intravena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, padahal alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposible), (c) Penularan secara oral (melalui mulut) pernah juga dibuktikan pada burung dara (P. relection), ayam (P. gallinasium) dan monyet (P. knowlesi) (DEPKES 2000). Pada tahun 2005, di dunia dilaporkan sebanyak lebih dari satu juta orang termasuk anak-anak meninggal setiap tahun meninggal karena malaria, dimana 80%

22 6 kematian terjadi di Afrika dan 15% di Asia termasuk Eropa Timur. Secara keseluruhan terdapat 3,2 milyar kasus malaria yang tersebar di 107 negara. Negara yang paling banyak kasus malaria adalah Afrika yaitu di sebelah Sahara dan malaria kembali muncul di Asia Tengah, Eropa Timur serta Asia Tenggara (DEPKES 2008). Di Asia, malaria tersebar di berbagai negara termasuk India, Pakistan, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, Indonesia dan Papua New Guinea. Resistensi P. falciparum terhadap berbagai jenis obat terjadi di beberapa bagian di Kamboja, Myanmar, Tailand dan Laos (Lampiran 1) (NAMRU ). Pada tahun 2006, di Indonesia terdapat dua juta kasus malaria klinis. Pada tahun 2007, terjadi penurunan kasus menjadi 1,75 juta. Sementara itu, berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis pada tahun 2006 dan 2007 terdapat masing-masing sekitar 350 dan 311 kasus positif malaria (Lampiran 1). Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2006 terjadi di tujuh provinsi, tujuh kabupaten, tujuh kecamatan dan 10 desa dengan jumlah kasus malaria positif sebesar kasus dan 74 kematian (Case Fatality Rate / CFR 2,7%). Pada tahun 2007, terjadi perluasan daerah KLB di delapan provinsi, 13 kabupaten, 15 kecamatan dan 30 desa dengan jumlah kasus malaria positif sebesar kasus dan 74 kematian (CFR 5,9%). Tingginya angka kesakitan dan kematian malaria disebabkan berbagai faktor diantaranya adalah perubahan perilaku vektor, sosial budaya masyarakat, resistensi obat dan terbatasnya pelayanan kesehatan (DEPKES 2008, Republika 2008). Di antara beberapa faktor lainnya, peningkatan kasus disebabkan oleh perubahan lingkungan dan mobilitas penduduk yang tinggi (NAMRU ). Ancaman yang paling nyata terhadap kehidupan manusia adalah adanya nyamuk yang tidak hanya mencari mangsa di puncak-puncak pohon di hutan, tetapi juga merambah ke perkampungan untuk menggigit manusia. Jongwutiwes et al. (2004) melaporkan transmisi alami P. knowlesi secara geografi telah meluas di hutan Thailand (selatan Myanmar). Hasil pemeriksaan sediaan darah (blood films) yang sebelumnya P. falciparum setelah dilakukan cross check ternyata adalah P. knowlesi bentuk ring (tropozoit muda).

23 Agent penyebab malaria Genus Plasmodium termasuk ke dalam famili Plasmodiidae dari ordo Coccidiida dan subordo Haemosporidiidea. Menurut Kreier dan Baker (1987) Plasmodium diklasifikasikan ke dalam beberapa subgenus, sedangkan pada manusia ada empat spesies yaitu P. falciparum Welch, 1897, P. malariae (Laveran 1881), P. vivax (Grassi dan Feletti, 1890) dan P. ovale Stephens, 1922 semuanya termasuk dalam subgenus Plasmodium (Bruce-Chwatt 1980, Eldridge et al. 2004). P. falcifarum penyebab penyakit malaria tropika sering menyebabkan malaria berat, selebral malaria / malaria otak yang fatal, gejala serangannya timbul berselang setiap dua hari (48 jam). P. vivax penyebab penyakit malaria tertiana gejala serangannya timbul berselang setiap tiga hari. P. malariae penyebab penyakit malaria kuartana gejala serangannya timbul berselang setiap empat hari. P. ovale, jenis ini umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat (BPVRP 2006). P. falcifarum dan P. vivax adalah dua parasit yang paling banyak menginfeksi manusia di seluruh dunia. Distribusi P. vivax umumnya tersebar luas dan terdapat dalam dua iklim yaitu tropis dan sedang (Eldridge et al. 2004). P. knowlesi merupakan malaria pada kera sejak 40 tahun yang lalu dilaporkan dapat menginfeksi manusia. Peneliti lain, Chin et al. (1965) dan Coatney (1968) telah melaporkan bahwa darah dari seorang penderita malaria malariae yang disuntikkan ke kera sehat menyebabkan kera tersebut menjadi positif dengan hasil pemeriksaan P. knowlesi. Infeksi alami lainnya juga dilaporkan pada seorang pekerja lapangan yang terlibat dalam penangkapan nyamuk di puncak-puncak pohon tinggi dekat Sao Paulo, Brasil. Darah orang tersebut disuntikkan pada squirrel monkey (Saimiri sciureus) yang sebelumnya telah dilakukan splenectomy. Berdasarkan morfologi parasit penyerangnya, infeksi ini diidentifikasi sebagai P. simium. Akan tetapi, usaha yang dilakukan oleh Contacos et al. (1970) dalam Hubbert et al. (1975) tidak berhasil menginfeksi sukarelawan dengan spesies Plasmodium ini. Dengan adanya kenyataan ini harus dipertimbangkan bahwa parasit sebelumnya adalah P. vivax. Kerentanan kera Saimiri sciureus yang telah diambil limfanya terhadap spesies Plasmodium ini telah dilaporkan sebelumnya. Subspesies dari P. cynomolgi adalah Plasmodium kera pertama yang dapat dipindahkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Dua galur lagi dari spesies yang sama telah dilaporkan dapat dipindahkan ke manusia oleh nyamuk. Laporan terakhir

24 8 P. schwetsi dapat dengan baik dipindahkan dari chimpanzee ke manusia melalui gigitan nyamuk. Meskipun secara morfologis parasit ini serupa dengan P. vivax, sampai saat ini belum ada usaha untuk menyatakan bahwa kedua spesies ini sinonim (Hubbert et al. 1975). Seorang penderita malaria dapat terinfeksi lebih dari satu jenis Plasmodium, yang terbanyak adalah infeksi campuran antara P. falcifarum dengan P. vivax atau P. malariae. Infeksi campuran biasanya terjadi di daerah yang angka penularannya relatif tinggi seperti di Papua atau Indonesia bagian timur (DEPKES 2000) Vektor malaria Genus Anopheles termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Diptera dan famili Culicidae. Di Indonesia terdapat 457 spesies yang tercakup dalam 18 genus, di antaranya 80 spesies Anopheles, 125 spesies Culex, 125 spesies Aedes dan 8 spesies Mansonia (O Connor & Sopa 1981). Perilaku nyamuk menghisap darah sangat penting di dalam epidemiologi penularan penyakit. Ada spesies nyamuk aktif menggigit manusia di luar rumah menjelang pagi. Nyamuk ini tidak akan menggigit anak-anak karena pada waktu itu mereka umumnya berada di dalam rumah, sehingga tidak mungkin terinfeksi penyakit yang ditularkan nyamuk tersebut. Beberapa spesies nyamuk dijumpai hidup di hutan dan hanya menggigit orang yang datang dan masuk ke dalam hutan (Warrel & Gilles 2002). Penelitian mengenai keragaman Anopheles di beberapa daerah dilaporkan sebagai berikut : wilayah Jawa, di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo (Daerah Istimewa Yogyakarta), ditemukan spesies A. balabacencis, A. maculatus, A. vagus dan A. annularis (Effendi 2002, Sukmono 2002). Nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan luar rumah serta perangkap cahaya di Desa Sedayu Kabupaten Purworejo (Jawa Tengah) adalah A. aconitus, A. flavirostris, A. vagus, A. kochi, A. annularis, A. balacensis, A. barbirostris, A. minimus, A. maculatus dan A. subpictus (Noor 2002). Wilayah Sumatera, di Desa Pondok Mega Jambi Luar (Kota Muaro Jambi, Jambi), Maloha (2005) melaporkan 10 spesies nyamuk Anopheles yaitu A. barbirostris (35,86%), A. vagus (25,7%), A. nigerrimus (19,58%), A. aconitus (10,34%), A. kochi (5,27%), A. tesselatus (1,27%), A. indefinitus (1,05%), A. umbrosus (0,42%), A. peditaeniatus dan A. schueffueri (0,21%).

25 9 Wilayah Kalimantan, Salam (2005) melaporkan bahwa di Desa Alat Hantakan (Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) ada empat spesies yang menonjol yaitu A. kochi, A. letifer, A. nigerriumus, A. barbirostris dibandingkan spesies lainnya yakni A. sinensis, A. vagus, A. aconitus, dan A. maculatus. Noor (2006) melaporkan bahwa di Desa Ambutun (Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan) terdapat delapan spesies nyamuk yaitu A. nigerrimus, A. aconitus, A. kochi, A. letifer, A. peditaeniatus, A. barbirostris dan A. tesselatus. Wilayah Sulawesi, di daerah Bolapapu (Sulawesi Tengah) dilaporkan terdapat 10 spesies yaitu Tongoa A. barbirostris, A. barbumbrosus, A. leucosphyrus, A. kochi, A. vagus, A. indefinitus, A. tesselatus, A. seperatus, A. maculatus dan A. hyrcanus (Sulaeman 2004), sedangkan di Desa Tongoa Kabupaten Donggala didapatkan delapan spesies nyamuk Anopheles yakni A. barbirostris, A. nigerrimus, A. barbumbrosus, A. tesselatus, A. vagus, A. kochi, A. punctulatus dan A. maculatus (Jastal 2005). Rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles dengan berbagai metode penangkapan nyamuk dilaporkan di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo (Daerah Istimewa Yogyakarta) dengan cara umpan orang di dalam rumah adalah A. balabacencis (9,14 ekor/orang/malam), A. maculatus (6,55 ekor/orang/malam) dan A. vagus (0,57 ekor/orang/malam), sedangkan dengan cara umpan orang di luar rumah adalah A. maculatus (6,22 ekor/orang/malam), A. balabacencis (3,35 ekor/orang/malam) dan A. vagus (0,35 ekor/orang/malam). Kelimpahan nisbi dengan cara umpan orang dalam rumah adalah A. balabacencis (56,2%), A. maculatus (40,3%) dan A. vagus (3,55%), sementara di luar rumah adalah A. maculatus (61,4%), A. balabacencis (33,1%) dan A. vagus (5,43%). Angka dominasi terbanyak adalah A. maculatus (50,35%), diikuti A. balabacencis (21,52%) dan A. vagus (2,52%) (Effendi 2002). Salam (2005) melaporkan di Desa Alat Hantakan (Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) perilaku A. kochi, A. letifer dan A. barbirostris dalam mencari darah lebih banyak tertangkap di kandang sapi daripada metode umpan orang luar, hal ini karena spesies tersebut lebih bersifat zoofilik. Sulaeman (2004) melaporkan di daerah Bolapapu (Sulawesi Tengah) dengan metode umpan orang di dalam rumah ditangkap lima spesies Anopheles, yaitu A. barbirostris (76,74%), A. leucosphyrus (11,63%) dan A. kochi (2,33%), sedangkan metode umpan orang di luar terdapat tujuh spesies yaitu A. barbirostris (22,37%), A. barbumbrosus (11,11%), A. leucosphyrus

26 10 (19,46%), A. kochi (7,57%) dan A. indefinitus (0,54%). Di samping itu dengan alat perangkap cahaya di kandang babi dapat ditangkap A. barbirostris (59,91%), A. vagus (9,84%), A. kochi (8,96%), A. indefinitus (7,05%) dan A. maculatus (0,88%). Jastal (2005) melaporkan di Desa Tongoa (Donggola, Sulawesi Tengah) yang menghisap darah manusia adalah A. barbirostris (45,7%) dan A. nigerrimus (17,5%), sedangkan yang menghisap darah sapi adalah A. vagus (42%) dan A. tesselatus (30,3%). Di daerah Kokap (Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta) puncak kepadatan A. maculatus, A. balabacensis dan A. vagus tertangkap di dinding dalam rumah antara pukul , sedangkan puncak kepadatan A. maculatus dan A. balabacensis tertangkap di kandang sapi pada pukul serta A. vagus pada pukul (Effendi 2002). Sementara itu, Jastal (2005) melaporkan bahwa puncak kepadatan A. barbirostris adalah pukul Noor (2006) melaporkan di Desa Ambutun (Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan) A. umbrosus di dalam rumah mencapai puncak aktivitasnya pada pukul dan di luar rumah pada pukul , sedangkan A. letifer pada pukul Sejauh ini terdapat empat jenis parasit malaria yang dapat ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Vythilingam et al. (2006) melaporkan pertama kali adanya malaria monyet, P. knowlesi yang menginfeksi orang di Sarawak Malaysia dengan vektor A. latens (dulu dikenal dengan A. leucosphyrus). Collin (2003) menyatakan bahwa fauna nyamuk Anopheles di dalam hutan rawa bagian utara Kuala Lumpur Malaysia, tempat terdapat infeksi malaria pada Macaca fascicularis dan M. nemestrina, menunjukkan adanya kepadatan yang tinggi pada nyamuk A. umbrosus grup. Infeksi malaria secara alami sering terjadi pada kelompok spesies ini di Malaysia. Hodgkin (1956) dalam Collin (2003) menyatakan dugaan infeksi ini mungkin berasal dari monyet. Meskipun kebanyakan Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang dan monyet termasuk A. umbrosus grup, A. letifer adalah satu-satunya yang menyerang umpan monyet pada kanopi dalam jumlah yang banyak. Dari sekian jenis Anopheles yang ada di Indonesia, tidak semuanya berperan menularkan malaria (sebagai vektor atau tersangka vektor). Menurut Subdit Pengendalian Vektor (2007) terdapat 22 nyamuk yang berperan sebagai vektor malaria di antaranya sebanyak 18 Anopheles berdasarkan adanya sporozoit pada kelenjar ludah. Di Kalimantan Tengah vektor malaria yang telah dikonfirmasi adalah A. letifer. Selain

27 11 itu yang dapat beperan sebagai vektor di Kalimantan Tengah adalah A. maculatus, A. nigerimus dan A. balabacencis (Lampiran 2) (Hadi 2006 dalam Sigit & Hadi 2006) Siklus hidup malaria Siklus hidup malaria sangat kompleks sesuai dengan fase pertumbuhan Plasmodium. Siklus malaria dimulai saat sporozoit masuk ke dalam tubuh manusia pada saat nyamuk menggigit manusia. Sporozit masuk ke dalam darah dan dalam waktu 30 menit masuk ke dalam sel hati dan terjadilah fase eksoeritrositer (Lampiran 2). Fase eksoeritrositer. Sporozoit yang masuk ke dalam sistem sirkulasi dan menyerang sel hati membelah secara aseksual dalam proses yang disebut eksoeritrosit skizogoni. Bentuk merozoit menyerang sel hati tetapi tidak menyebabkan reaksi peradangan pada hati. Lama kelamaan sel yang terserang menjadi besar dan rusak serta melepaskan ribuan merozoit ke aliran darah. Fase dormant atau hipnosoit. Infeksi karena P. falciparum dan P. malariae mempunyai satu bentuk tunggal eksoeritrosit. Sebaliknya, P. vivax dan P. ovale mempunyai dua bentuk eksoeritrosit. Bentuk yang pertama berkembang, menyebabkan rusaknya sel hati dan melepaskan merozoit sama seperti P. falciparum dan P. malariae. Bentuk kedua, yang berkembang pada saat bersamaan dikenal sebagai hipnosoit. Sporozoit yang masuk ke dalam sel hati berubah menjadi hipnosoit yang terus hidup dan bersembunyi selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Suatu saat, hipnosoit menjadi aktif dan menjadi eksoeritrosit skizogoni, membentuk merozoit yang menyebabkan kasus kambuh (NAMRU ). Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut hipnosoit, bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse (Bruce-Chwatt 1980). Fase eritrosit. Merozoit yang terlepas yang masuk ke dalam sel darah merah (eritrosit) kemudian berkembang menjadi bentuk ring (tropozoit muda). Setelah masa pertumbuhan, nukleus tropozoit membelah dan berkembang, membentuk skizon dengan 8-36 nukleus dalam setiap sel darah merah. Saat proses ini selesai, sel darah merah ini yang terinfeksi akan hancur dan melepaskan merozoit matang. Gejala malaria muncul pada saat ini. Merozoit kemudian menyerang eritrosit baru dan generasi parasit lainnya

28 12 berkembangbiak dengan cara yang sama. Proses ini terjadi berulang-ulang selama masa infeksi dan disebut sebagai eritrosit skizogoni. Masa siklus berbeda-beda pada setiap Plasmodium. P. falciparum, P. vivax dan P. ovale selama jam, serta 72 jam pada P. malariae. Setelah generasi siklus aseksual, beberapa merozoit berubah menjadi bentuk seksual yaitu betina disebut marogametosit dan jantan mikrogametosit kemudian berkembang di dalam sel darah merah yang diserang. Fase vektor. Nyamuk Anopheles betina mendapat darah inang yang terinfeksi Plasmodium bentuk seksual yang berkembang di dalam sel darah merah. Makrogametosit dan mikrogametosit matang di dalam perut nyamuk, kemudian bereduksi menjadi makrogamet dan delapan mikrogamet (eksflagela). Makrogamet dan mikrogamet mengadakan perkawinan dan membentuk zigot yang menghasilkan ookinet. Ookinet akan menembus lambung nyamuk melalui sel-sel epitel dan menempel pada bagian luar nyamuk dan berubah menjadi bulatan kecil yang disebut ookista. Ookista membesar saat nukleus membelah kemudian pecah dan melepaskan ribuan sporozoit. Sporozoit bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk dan siap untuk ditularkan. Siklus hidup pada fase vektor disebut sporogoni yang membutuhkan waktu 8-35 hari tergantung pada jenis Plasmodium dan kondisi lingkungan (Bruce-Chwatt 1980, DEPKES 2000, NAMRU ). 2.3 Pengendalian Vektor Timbulnya penyakit malaria erat kaitannya dengan nyamuk Anopheles. Berbagai upaya pengendalian terhadap penyakit malaria telah lama dilakukan, namun hingga tahun 2007 KLB selalu ada dan kasus meningkat dibeberapa daerah. Kejadian ini akan terus berlangsung apabila pengendalian vektor yang dilakukan hanya berdasarkan pada tingginya kasus klinis saja tanpa mengetahui perilaku vektor, kondisi lingkungan termasuk kebiasaan masyarakat. Nyamuk membutuhkan darah untuk pemasakan telurnya. Spesies golongan antropofilik cenderung menyukai darah manusia, sedangkan golongan zoofilik lebih menyukai darah binatang. Beberapa spesies nyamuk menggigit dan menghisap darah hospesnya di dalam rumah (endofagik), tetapi ada yang hanya di luar rumah (eksofagik). Beberapa spesies istirahat di dalam rumah (endofilik), tetapi ada yang istirahat di luar rumah (eksofilik), untuk pemasakan telurnya. Kebiasaan menggigit dan perilaku

29 13 nyamuk dapat berubah sesuai dengan wilayah geografi, habitat dan musim. Hal tersebut sangat menentukan dalam pemilihan metode pengendalian yang tepat dan efektif untuk diaplikasikan (Rozendaal 1997). Di Indonesia dikenal beberapa metode pengendalian vektor malaria yang dikelompokkan dalam lima kegiatan yaitu (a) pemakaian kelambu berinsektisida, (b) penyemprotan rumah, (c) pengendalian hayati, (d) antilarva cara kimia, dan (e) pengelolaan lingkungan (DEPKES 1999) Penyemprotan rumah Perilaku vektor malaria kebanyakan adalah endofilik. Pengendalian vektor untuk perilaku ini adalah dengan metode penyemprotan rumah (Indoor Residual Spraying / IRS). IRS merupakan pelindung pada dinding dan permukaan rumah dengan menggunakan insektisida. IRS tidak melindungi seseorang secara langsung terhadap gigitan nyamuk, namun suatu upaya membunuh nyamuk yang beristirahat di dinding sebelum ataupun setelah menggigit manusia. IRS akan lebih efektif dilakukan terhadap lebih dari 70% populasi yang ada pada suatu lokasi pengendalian (Anonim 2008). Penyemprotan semua rumah dilakukan pada daerah pemukiman baru (transmigran) dan pada daerah KLB yang diketahui penularan terjadi setempat. Penyemprotan rumah pernah dilakukan di desa Kumai Hilir dan Kumai Hulu kecamatan Kumai kabupaten Kotawaringin Barat karena adanya KLB malaria (Dinkes Provinsi Kalteng 2008). IRS dapat menurunkan secara drastis nyamuk Anopheles yang beristirahat di dinding dalam rumah di Burundi, Afrika (Protopopoff et al. 2007a). Namun, ternyata kombinasi penggunaan IRS dan LLINs lebih efektif dalam menurunkan angka kesakitan malaria (Protopopoff et al. 2007b). Pada kasus apabila nyamuk banyak menggigit hewan sebagai alternatif pemutusan mata rantai penularan penyakit malaria terhadap hewan adalah hewan disemprot dengan bahan kimia. Perlakuan dengan pemaparan insektisida pada sapi dapat menjaga populasi A. vagus yang telah mengalami penurunan pada relatif stabil (Hasan 2006) Pemakaian kelambu berinsektisida Kelambu berinsektisida (Insecticide-Treated Bed Nets / ITNs) adalah perlindungan individu untuk menekan angka kesakitan dan kematian karena malaria di wilayah endemis. ITNs merupakan cara pengendalian vektor yang terbanyak dilakukan

30 14 saat ini. Adanya insektisida pada kelambu dapat membunuh nyamuk dan serangga lainnya. Namun, insektisida yang digunakan toksisitasnya rendah terhadap mamalia, biasanya digunakan dari golongan Piretroid. Sebelumnya, kelambu hanya bertahan selama 6-12 bulan tergantung frekwensi pencucian kelambu, karena itu sekarang ada kelambu yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama (Long-Lasting Insecticide-treated Nets / LLINs). Konsentrasi insektisida yang digunakan dapat bertahan selama lebih dari tiga tahun. WHO merekomendasikan lima LLINs untuk pencegahan malaria, antara lain : (a) Duranet (Clarke Mosquito Control), (b) Interceptor Net (BASF), (c) NetProtect (Intelligent Insect Control), (d) Olyset Net (Sumitomo Chemical) dan (e) PermaNet (Vestergaard-Frandsen) (Anonim 2008). Hadi (2001a) melaporkan bahwa penggunaan kelambu dapat mengurangi kasus malaria, sedangkan penggunaan repellent mencegah terhadap infeksi malaria. Penggunaan kelambu berinsektisida di Papua New Guenia mampu memberikan perlindungan lebih dari 95% terhadap penggunanya dari malaria (Frances et al. 2003) Pengelolaan lingkungan Pengelolaan lingkungan berupa modifikasi dan manipulasi lingkungan merupakan satu cara pengendalian nyamuk. Modifikasi lingkungan adalah setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat perindukan nyamuk hilang, seperti penimbunan, pengeringan dan pengaturan sistem pengairan. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi nyamuk, seperti pengangkatan lumut dari lagun, pengubahan kadar garam dan sistem pengairan secara berkala di lahan pertanian. Pengaliran air dan pembersihan genangan air dari tanaman yang mengapung dapat mengubah genangan tersebut menjadi tidak menguntungkan bagi perkembangan larva Anopheles. Pembersihan semak-semak sekitar di sekitar pemukiman dapat menjauhkan tempat istirahat nyamuk A. balabacensis. Pembuatan saluran penghubung air payau dengan air laut dapat menyebabkan air payau menjadi lebih asin mengakibatkan nyamuk tidak berkembangbiak di sana (Rozendaal 1997).

31 Larvasida Pemberian larvasida golongan karbamat (BPMC) terhadap larva A. aconitus dapat memperpanjang masa siklus larva dari instar satu (L1) sampai instar empat (L4), mengganggu proses eklosi, kelainan telur dan menurunkan jumlah produksi telur serta memperpendek umur nyamuk bila sempat menjadi dewasa (Sujatmiko 2000). Cara alamiah dan dianggap aman untuk anti larva adalah memanfaatkan tumbuhan sebagai insektisida nabati (biopestisida). Biopestisida merupakan salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan, mudah diaplikasikan dan tidak berbahaya bagi musuh alami dan serangga menguntungkan lainnya. Insektisida ini merupakan satu sarana pengendalian hama alternatif yang lebih selektif dan aman, karena senyawa insektisida dari tumbuhan mudah terurai (terdegradasi) di alam sehingga tidak meninggalkan residu di tanah, air dan udara. Di dunia diperkirakan terdapat sekitar jenis tumbuh-tumbuhan, jenis diperkirakan tumbuh di Indonesia dan baru jenis di antaranya yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dan insektisida. Uji toksisitas beberapa tanaman telah dilakukan terhadap larva nyamuk, seperti minyak tumbuhan yang berasal dari tanaman (Camphor, Thyme, Amyris, Lemon, Cedarwood, Frankincense, Dill, Myrtle, Juniper, Black Pepper, Verbena, Helichrysum and Sandalwood) yang dilaporkan memiliki bioaktivitas sebagai larvasida nyamuk. Amer & Mehlhorn (2006) menyatakan bahwa minyak tumbuhan yang berasal dari tanaman (camphor, thyme, amyris, lemon, cedarwood, fankincense, dill, verbena and sandalwood) memiliki bioaktivitas sebagai larvasida dengan nilai LC 50 sebesar 1 101,3 ppm untuk larva Aedes aegypti, sebesar 9,7 101,4 ppm pada A. stephensi, dan sebesar 1 50,2 ppm pada Culex quinquefasciatus. Minyak yang diperoleh dari ekstrak Ipomoea cairica, pada konsentrasi 100 ppm telah berhasil membunuh 100% larva C. tritaeniorhynchus dengan nilai LC 50 sebesar 14,8 ppm. Konsentrasi 120 ppm mampu membunuh larva Ae. aegypti dan A. stephensi dengan nilai LC 50 secara berturut-turut adalah 22,3 ppm dan 14,9 ppm (Thomas et al. 2004). Pradono et al. (2007) melaporkan bahwa minyak biji kamandrah (Croton tiglium) satu famili dengan jarak pagar (Jatropha curcas) yaitu Euphorbiaceae mempunyai dosis efektif LC 50 sebesar 769,52 ppm dan LC 90 sebesar 2717,4 ppm

32 16 terhadap kematian larva Ae. aegypti selama perlakuan 24 jam. Riyadhi (2008) melaporkan bahwa minyak biji jarak mempunyai nilai LC 50 sebesar ppm untuk 24 jam pengujian dan 866 ppm untuk 48 jam pengujian terhadap kematian larva Ae. aegypti Pengendalian hayati Pengendalian hayati adalah dengan memanfaatkan musuh-musuh alami nyamuk. Musuh alami yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan parasit. Pengendalian populasi vektor dengan menggunakan predator vertebrata seperti ikan pemakan larva (Gambusia affinis dan Poecilia reticulata), selain dapat menyediakan protein bagi masyarakat yang berada di sekitar tempat perindukan juga terbukti dapat menurunkan populasi larva nyamuk (Rozendaal 1997). Di laboratorium, setiap ekor ikan kepala timah (Aplocheilus panchax) mampu memangsa larva A. aconitus (instar tiga dan empat) rata-rata 119,4 ekor/hari (Winarno 1989) sedangkan ikan gapi (Poecilia reticulata) dalam waktu 24 jam rata-rata mampu memangsa 87,6 ekor larva A. aconitus (Arifin 1989). Sementara itu, ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dalam waktu 24 jam dapat memangsa 480 larva A. aconitus (Mattimu 1989). Interaksi sinergi endotoksin antara Bacillus sphaericus dan B. thuringensis subp. israelensis sangat penting dalam membunuh larva (Wirth et al. 2004). Evaluasi di dalam laboratorium, menunjukkan bahwa kombinasi Bacillus sphaericus dan B. thuringensis subp. israelensis menunjukkan toksisitas yang tinggi terhadap larva Ae. aegypti dengan LC 50 dan LC 90 masing-masing 0,023 dan 0,064 ppm (Zahiri et al. 2004).

33 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1). Adapun wilayah ini merupakan wilayah kerja Puskesmas Tangkiling. Wilayah kerja Puskesmas Tangkiling meliputi 14 kelurahan, yaitu Marang, Tumbang Tahai, Banturung, Habaring Hurung, Tangkiling, Sei Gohong, Kanarakan, Petuk Bukit, Pager, Gaung Baru, Panjehang, Petuk Berunai, Bukit Sua dan Mungku Baru. Jumlah cakupan penduduk dari Puskesmas Tangkiling adalah jiwa, sedangkan penduduk di Kelurahan Tumbang Tahai berjumlah jiwa. 3.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari-Maret Penangkapan nyamuk dilakukan sebanyak 12 kali yaitu setiap satu minggu satu kali. 3.3 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dalam bentuk tiga kegiatan yaitu pengamatan terhadap nyamuk Anopheles, parasit dan kebiasaan masyarakat. Pengamatan terhadap nyamuk Anopheles adalah melakukan penangkapan nyamuk dewasa pada malam hari kemudian diidentifikasi di laboratorium. Lokasi penangkapan nyamuk ada di dua tempat yakni di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan (pemukiman masyarakat) dan di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu (a) umpan orang (human bait), (b) menangkap nyamuk yang istirahat di dinding (resting) baik di dalam rumah dan kandang sapi, serta (c) penangkapan dengan perangkap cahaya (light trap). Pengamatan parasit dilakukan melalui data sekunder yang diperoleh dari data malaria di puskesmas setempat dan Klinik Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Di samping itu juga dilakukan survei darah jari (Mass Blood Survei /MBS) pada penduduk di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru. Sedangkan kebiasaan masyarakat diperoleh dengan menggunakan kuesioner.

34 18 Tengkiling Tb. Tahai Habaring Hurung Marang Plk. Raya Gambar 1 Peta daerah penelitian di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Penangkapan nyamuk dengan umpan orang Kegiatan ini dilakukan di rumah penduduk yang tinggal sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Tujuan kegiatan adalah mengetahui perilaku nyamuk menggigit di dalam maupun luar rumah. Jumlah rumah sebanyak dua buah yaitu rumah yang pernah dilaporkan ada penderita malaria berdasarkan laporan Puskesmas Tangkiling dan rumah yang mempunyai kandang sapi, jarak dari Pusat

35 19 Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng ke masing-masing rumah kurang lebih dua kilometer. Penangkapan nyamuk dilakukan sepanjang malam mulai pukul hingga (Gambar 2). Aktivitas penangkapan setiap satu jam adalah selama 40 menit dengan menggunakan umpan orang, 10 menit berikutnya untuk penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dan 10 menit berikutnya istirahat untuk mempersiapkan penangkapan selanjutnya. Pada masing-masing rumah ditempatkan empat orang penangkap nyamuk, masing-masing dua orang baik di dalam rumah maupun di luar rumah, satu orang bertugas sebagai umpan dan satu orang lagi yang menangkap. Petugas penangkap nyamuk berusia di atas 15 tahun dan tidak merokok. Pada saat penangkapan nyamuk, petugas duduk di tempat yang tidak terganggu oleh orang lain dengan menggunakan celana pendek dan baju berlengan pendek. Nyamuk yang hinggap pada kaki dan tangan ditangkap menggunakan aspirator, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kertas (paper cup) yang dibedakan menurut penangkapan yaitu setiap satu jam. Nyamuk kemudian dimatikan dengan kloroform dan dipin. Selama penangkapan juga dicatat suhu dan kelembaban nisbi lingkungan dengan menggunakan alat thermohygrometer. Gambar 2 Proses penangkapan nyamuk Anopheles dewasa dengan metode umpan orang

36 Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi dengan aspirator Kegiatan ini merupakan kesatuan dari kegiatan penangkapan nyamuk semalam suntuk bersamaan dengan umpan orang. Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui banyaknya nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah (Gambar 3) dan di kandang sapi sebelum atau sesudah menggigit. Setelah petugas penangkap nyamuk menangkap nyamuk dengan umpan orang selama 40 menit maka 10 menit berikutnya dimanfaatkan untuk menangkap nyamuk yang hinggap di dinding. Bagi petugas yang menangkap nyamuk dengan umpan orang di dalam rumah, penangkapan dilakukan pada nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah. Sebaliknya, bagi petugas yang menangkap nyamuk dengan umpan orang di luar rumah, penangkapan dilakukan pada nyamuk yang hinggap di kandang sapi. Nyamuk ditangkap menggunakan aspirator, kemudian dimasukkan ke dalam gelas kertas (paper cup) yang dibedakan menurut penangkapan yaitu setiap satu jam. Nyamuk kemudian dimatikan dengan kloroform dan dipin Penangkapan dengan perangkap cahaya Kegiatan ini dilakukan di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui banyaknya nyamuk yang menggigit orangutan. Penangkapan nyamuk dilakukan sepanjang malam mulai pukul hingga Satu buah alat perangkap cahaya (light trap) ditempatkan di dekat kandang orangutan yang tergelap (Gambar 4). Setiap dua jam dilakukan pengumpulan nyamuk ke gelas kertas (paper cup) menggunakan aspirator, kemudian nyamuk dimatikan dengan kloroform dan dipin Identifikasi Identifikasi nyamuk (Gambar 5) hasil tangkapan dilakukan di Laboratorium Entomologi Kesehatan, FKH-IPB, menggunakan kunci identifikasi menurut buku kunci bergambar nyamuk Anopheles dewasa di Sumatera-Kalimantan (DEPKES 2000) di bawah mikroskop stereo/desecting.

37 21 Gambar 3 Proses penangkapan nyamuk Anopheles dewasa yang istirahat di dinding dalam rumah Gambar 4 Proses penangkapan nyamuk dewasa dengan light trap

38 22 Gambar 5 Proses identifikasi nyamuk dewasa Penentuan kepadatan populasi, kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan dominasi spesies serta indeks curah hujan Penentuan kepadatan populasi tiap spesies nyamuk Anopheles dihitung dalam rata-rata per metode penangkapan, per orang umpan atau per kolektor per malam, dihitung melalui rumus sebagai berikut : Kepadatan nyamuk per orang per umpan per jam (Man Hour Density / MHD) = kepadatan nyamuk yang menggigit per orang per jam (Man Bitting Rate / MBR) : MHD = L Anopheles tertangkap per spesies = MBR L jam penangkapan x L pengumpan Yang hinggap di dinding rumah = per ekor per rumah Yang hinggap di kandang = per ekor per kandang Yang menggigit orang = per ekor per orang per jam. Indeks curah hujan = L curah hujan x hari hujan L hari dalam satu minggu Kegiatan pengumpulan larva Anopheles Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui tempat perindukan nyamuk Anopheles. Pencarian larva dilakukan di beberapa genangan air yang potensial menjadi tempat

39 23 berkembangbiaknya nyamuk Anopheles, yaitu di bekas galian pasir, kolam-kolam air yang tergenang dan saluran-saluran air Kegiatan Mass Blood Survei (MBS) pada masyarakat Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui angka kesakitan malaria pada kelompok masyarakat. Besar sampel dihitung berdasarkan Rumus Snedecor dan Cochran (Budiarto 2004) yakni : n = 1 + Z 2. p. q 2 2 [ Z. p. q / d ]/ N dimana : d = keakuratan, ZM = simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan (M = 0.05), p = proporsi yang dikehendaki (0.5), d = toleransi kesalahan sampel (0.1 / 10%). Sehingga didapatkan besar sampel adalah 91 orang dan pemeriksaan dilakukan terhadap semua golongan umur. Orangutan yang diperiksa adalah orangutan yang sedang menunjukkan gejala klinis (dua ekor). Survei darah jari (Mass Blood Survey / MBS) dilakukan oleh tenaga mikroskopis yang sudah terlatih. Pemeriksaan parasitologis dilakukan dengan membuat sediaan tebal dan tipis dari darah jari. Darah diambil dari ujung jari manis tangan kiri (untuk anak-anak dan dewasa) atau ujung jempol kaki (untuk bayi). Sebelumnya tempat yang akan ditusuk dibersihkan dengan alkohol 70%, lalu ditusuk dengan alat tusuk steril (lanset) dan tetesan darah yang keluar pertama kali dibersihkan dengan kapas kering. Selanjutnya tetesan darah berikutnya ditampung pada kaca sediaan darah bersih dan kering serta diberi label. Sebanyak 1 tetes darah diletakan ditengah-tengah kaca dan ± 3 tetes lainnya diletakan terpisah dari tetes pertama (pertengahan antara darah dan label). Dengan bantuan kaca sediaan lain, dari tetesan darah pertama dibuat apusan darah tipis dan dari 3 tetesan darah disebelahnya dibuat apusan darah tebal dengan cara melebarkannya atau dibuat lingkaran hingga diameter kira-kira 1-1,5 cm. Sediaan darah dibiarkan kering pada suhu kamar di tempat yang terlindung dari debu dan kotoran atau lalat. Setelah kering (± 15 menit), sediaan darah diwarnai dengan Giemsa secara standar. Sebelumnya, bagian sediaan darah tipis difiksasi dengan methanol absolut. Pewarnaan dilakukan dengan perbandingan 1 : 20 antara larutan Giemsa dengan buffer ph 7,0 7,2 selama 30 menit. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x100 dengan minyak immersi. / d 2

40 24 Gambar 6 Kegiatan MBS di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Pemeriksaan/pengamatan dilakukan pada seluruh lapangan pandang. Pemeriksaan mikroskopis malaria dilakukan oleh tenaga mikroskopis Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan Pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan penyakit malaria dengan tehnik wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Jumlah responden adalah 91 orang yang didapat seperti pada perhitungan MBS dan dipilih secara acak. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner survei dinamika penularan penyakit malaria dari Departemen Kesehatan R.I. 3.4 Pengolahan dan Analisis Data Nyamuk yang tertangkap dengan menggunakan umpan orang dan yang hinggap di dinding serta light trap dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik berdasarkan parameter serta dihubungkan dengan pengaruh iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban) kemudian dinarasikan. Angka kesakitan malaria pada masyarakat kelurahan Tumbang Tahai dan orangutan pada Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng dianalisis secara deskriptif kemudian dihubungkan dengan kepadatan vektor. Adapun kebiasaan masyarakat yang diperoleh berdasarkan kuesioner disajikan dalam bentuk tabel.

41 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Nyamuk yang Ditemukan Jenis nyamuk yang menggigit manusia di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng antara lain genus Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia. Nyamuk yang tertangkap dengan menggunakan light trap di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng hanya didapat genus Mansonia, dalam jumlah yang sedikit (tiga ekor). Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain kepadatan nyamuk, rancangan perangkap, kualitas cahaya serta jenis nyamuk yang bersangkutan (Service 1976). Spesies nyamuk Aedes yang tertangkap di Kelurahan Tumbang Tahai adalah Ae. aegypti. Spesies Culex adalah C. quenquefasciatus, C. gellidus, C. hutcinsoni dan C. whitmori. Spesies nyamuk Mansonia adalah M. uniformis, sedangkan spesies nyamuk Anopheles adalah A. letifer dan A. umbrosus, ini merupakan 50% dari jumlah spesies yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (empat spesies). A. letifer dikonfirmasi sebagai vektor di Kalimantan Tengah (DEPKES 1987, Hadi 2006 dalam Sigit dan Hadi 2006, Subdit Pengendalian Vektor 2007), sedangkan A. umbrosus belum dinyatakan sebagai vektor. Keberadaan A. umbrosus cocok dengan wilayah penelitian, yaitu adanya hutan rawa-rawa (Collins 2003). A. umbrosus pernah tertangkap di tepi hutan dalam kegiatan entomologi di wilayah Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah (Dinkes Provinsi Kalteng 2008). Spesies A. umbrosus tertangkap dengan jumlah sedikit (dua ekor), masingmasing satu ekor pada penangkapan dengan umpan orang di dalam dan luar rumah, sedangkan pada penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding rumah dan kandang sapi tidak tertangkap. Oleh karena itu hasil ini tidak dapat menggambarkan kepadatan dan perilaku mengigigit A. umbrosus. Senada dengan penelitian pada hutan rawa di Kuala Lumpur, Malaysia dari hasil penangkapan nyamuk menggunakan perangkap / trap hanya A. letifer yang lebih banyak tertangkap dibandingkan A. umbrosus grup (Collins 2003). Spesies A. letifer yang tertangkap (Gambar 7) pada Kelurahan Tumbang Tahai banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang ada. Lokasi sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng termasuk ke dalam tipe hutan tropika dataran rendah dengan

42 26 kondisi tanah berawa dan bergambut (BKSDA Kalteng 2000). Sementara itu, A. letifer dapat hidup di tempat yang asam atau ph rendah (DEPKES 2000). Selain itu, di daerah ini ditemukan adanya semak-semak dan pohon-pohon sebagai tempat beristirahat nyamuk, terdapat pula perkebunan masyarakat yang dekat dengan pemukiman sebagai mata pencaharian penduduk setempat. Keadaan ini berbeda dengan di daerah lain. Keragaman Anopheles di daerah Bolapapu Sulawesi Tengah meliputi 10 spesies yaitu A. barbirostris, A. barbumbrosus, A. leucosphyrus, A. kochi, A. vagus, A. indefinitus, A. tesselatus, A. seperatus, A. maculatus dan A. hyrcanus (Sulaeman 2004), sedangkan nyamuk Anopheles di Desa Tongoa Kabupaten Donggala terdiri atas delapan spesies nyamuk Anopheles yakni A. barbirostris, A. nigerrimus, A. barbumbrosus, A. tesselatus, A. vagus, A. kochi, A. punctulatus dan A. maculatus (Jastal 2005). Salam (2005) melaporkan bahwa di Desa Alat Hantakan (Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) terdapat empat spesies yang menonjol yaitu A. kochi, A. letifer, A. nigerriumus, A. barbirostris dibandingkan dengan spesies lainnya seperti A. sinensis, A. vagus, A. aconitus, dan A. maculatus. Sedangkan di Desa Ambutun (Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan) dilaporkan terdapat delapan spesies yaitu A. nigerrimus, A. aconitus, A. kochi, A. letifer, A. peditaeniatus, A. barbirostris dan A. tesselatus (Noor 2006) Kepadatan Nyamuk Anopheles Tabel 1 menunjukkan rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer dan A. umbrosus dengan metode umpan orang baik di dalam maupun di luar rumah per minggu penangkapan selama bulan Januari hingga Maret. Nyamuk A. letifer adalah yang terbanyak tertangkap dibandingkan dengan A. umbrosus. A. letifer paling banyak ditemukan pada minggu ke enam di dalam maupun di luar rumah (bulan Februari) masing-masing 2,00 dan 2,33 ekor/orang/malam. Pada penelitian, ini A. letifer cenderung bersifat lebih antropofilik dan eksofagik. Keadaan ini berbeda dengan di Desa Alat Hantakan (Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) yaitu A. kochi, A. letifer dan A. barbirostris dalam mencari darah lebih banyak di kandang sapi daripada di luar. Spesies-spesies tersebut lebih bersifat zoofilik (Salam 2005).

43 27 Gambar 7 Nyamuk Anopheles letifer (pada costa dan urat satu ada tiga atau kurang noda-noda pucat, palpi tanpa gelang-gelang pucat, sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri dari sisik yang gelap dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya) Tabel 1 Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari- Maret 2008 Nyamuk Anopheles (ekor/orang/malam) Bulan Minggu A. letifer A. umbrosus UOD UOL UOD UOL Januari 1 0,33 1,00 0,00 0,00 2 1,33 1,00 0,00 0,00 3 1,33 2,00 0,00 0,33 4 1,67 1,33 0, Februari 5 0,67 0,00 0,00 0,00 6 2,00 2,33 0,33 0,00 7 0,00 0,67 0,00 0,00 8 1,33 0,67 0,00 0,00 Maret 9 0,00 0,00 0,00 0, ,00 0,33 0,00 0, ,00 0,00 0,00 0, ,00 0,00 0,00 0,00 Keterangan : UOD = Umpan Orang di Dalam Rumah, UOL = Umpan Orang di Luar Rumah

44 28 Tabel 2 menunjukkan rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer dengan penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi per minggu penangkapan. Pada metode penangkapan ini tidak ditemukan nyamuk A. umbrosus, sedangkan A. letifer paling banyak tertangkap istirahat di dinding dalam rumah adalah minggu ke lima (awal Februari) yaitu 0,42 ekor/malam dan kandang sapi pada minggu ke enam dan delapan (Februari) yaitu 0,5 ekor/malam. Pada penelitian ini A. letifer cenderung lebih bersifat eksofilik Perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Anopheles Gambar 8 menunjukkan aktifitas A. letifer menggigit dimulai pada pukul hingga untuk semua metode penangkapan. Puncak kepadatan menggigit A. letifer terjadi pukul baik di dalam maupun di luar rumah. Sementara itu, A. letifer di Desa Bukit Muara Bungo (Jambi) ditemukan aktif pada pukul dan dengan jumlah (1,1%) tiga ekor/orang/malam (Wahyu 2005). Noor (2006) melaporkan di Desa Ambutun (Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan) aktifitas nyamuk A. umbrosus di dalam rumah adalah pukul dan di luar rumah pada pukul , sedangkan A. letifer banyak tertangkap di luar rumah pukul Tabel 2 Rata-rata nyamuk A. letifer tertangkap yang hinggap di dinding dalam rumah dan kandang sapi di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008 Bulan Minggu Nyamuk A. letifer (per ekor/malam) Dinding Rumah Kandang Januari 1 0,08 0,00 2 0,00 0,00 3 1,00 0,00 4 0,06 0,25 Februari 5 0,42 0,17 6 0,08 0,50 7 0,17 0,00 8 0,33 0,50 Maret 9 0,08 0, ,00 0, ,00 0, ,00 0,00

45 29 Perilaku nyamuk A. letifer yang antropofilik dengan puncak kepadatan menggigit pada jam tersebut memerlukan suatu upaya perlindungan individu kepada masyakarat. Hadi (2001a) melaporkan bahwa penggunaan kelambu di Jawa Tengah menurunkan kasus malaria, sedangkan penggunaan repellent mencegah infeksi malaria. 3,50 Rata-rata nyamuk tertangkap (ekor/org/jam) 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0, Jam penangkapan UOD A. umbrosus UOL A. umbrosus UOD A. letifer UOL A. letifer Gambar 8 Rata-rata nyamuk Anopheles tertangkap dengan metode umpan orang per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008 Rata-rata nyamuk A. letifer tertangkap (ekor/malam) 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0, Jam penangkapan Dinding Kandang Gambar 9 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer tertangkap yang hinggap di dinding rumah dan kandang sapi per jam penangkapan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008

46 30 Gambar 9 menunjukkan aktifitas A. letifer istirahat dimulai pada pukul Pada beberapa periode waktu tidak terdapat kepadatan istirahat nyamuk pada dinding di dalam rumah yaitu pukul , dan Puncak kepadatan istirahat di dinding dalam rumah terjadi pada pukul (1,08 ekor/orang/rumah), sedangkan puncak kepadatan istirahat di sekitar kandang sapi pada pukul (0,5 ekor/kandang). Effendi (2002) melaporkan di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo puncak kepadatan A. maculatus, A. balabacensis dan A. vagus (Daerah Istimewa Yogyakarta) di dinding dalam rumah antara pukul , sedangkan A. maculatus dan A. balabacensis di kandang sapi pada pukul dan A. vagus pada pukul Pada penelitian ini puncak kepadatan nyamuk yang istirahat di dinding dalam rumah yang terjadi pada pukul Hal ini merupakan waktu yang sama dengan puncak gigitan dengan umpan orang baik di dalam maupun di luar rumah. A. letifer tampaknya hinggap terlebih dahulu di dinding dalam rumah sebelum menggigit penghuni rumah sebab pada pengamatan nyamuk yang hinggap di dinding dalam rumah tidak ditemukan perut nyamuk yang berisi darah (bloodfeed) Pengaruh curah hujan, suhu dan kelembaban terhadap keberadaan nyamuk Anopheles Data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Tengah tahun 2008 menunjukkan curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya selama tiga bulan (Januari-Maret) berkisar antara 1,0-97,9 mm, jumlah hari hujan pada bulan Januari, Februari dan Maret masing-masing adalah 20 hari hujan, 14 hari hujan dan 23 hari hujan. Indeks curah hujan selama tiga bulan yaitu bulan Januari 300,39 dan Februari 76,00 serta Maret 379,87 (Tabel 3). Terdapat hubungan langsung antara hujan dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, jumlah hari hujan, jenis vektor dan tempat perindukan (breeding places). Hujan yang diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles (DEPKES 2000). Di Desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo (Daerah Istimewa Yogyakarta) kepadatan nyamuk Anopheles berbanding terbalik yaitu curah hujan tinggi maka kepadatan nyamuk Anopheles menurun, sedangkan curah hujan rendah kepadatan

47 31 nyamuk Anopheles cenderung tinggi (Sukmono 2002). Effendi (2002) menyatakan 44,9% keragaman rata-rata kepadatan nyamuk Anopheles yang tertangkap di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo dipengaruhi oleh keadaan curah hujan, sedangkan sisanya sebesar 55,1% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kelembaban, suhu udara dan kecepatan angin. Selama penelitian berlangsung (Januari-Maret) keadaan curah hujan dari awal sampai dengan akhir penelitian sangat fluktuatif. Indeks curah hujan tertinggi terdapat pada minggu ke lima penangkapan (65,03) dan terendah pada minggu ke enam (7,68) dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam penangkapan (4,92 ekor/malam) dan terendah pada minggu ke sembilan penangkapan (0,08 ekor/malam) (Gambar 10). Pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan dilaksanakan tiap jam pada saat penangkapan nyamuk dengan menggunakan alat thermohygrometer. Adanya curah hujan yang sangat fluktuatif mempengaruhi suhu dan kelembaban yang ada. Selama 12 kali penangkapan nyamuk didapatkan suhu rata-rata tercatat sebesar 23 C 26 C dan kelembaban rata-rata berkisar 80 87% (Gambar 11). Tabel 3 Jumlah hari hujan, curah hujan dan indeks curah hujan per penangkapan di Kecamatan Bukit Batu bulan Januari-Maret 2008 Bulan Minggu Jlh Hari Curah Hujan Indeks Hari Hujan (mm) Curah Hujan Januari ,5 33, ,6 20, ,0 0, ,7 20,93 Februari ,1 65, ,7 7, ,0 0, ,2 1,30 Maret ,4 20, ,3 34, ,0 14, ,7 41,18 Total , ,60 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kalimantan Tengah

48 32 Rata-rata nyamuk tertangkap (ekor/malam) 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1, , Minggu penangkapan A. letifer Indeks curah hujan 0 Gambar 10 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer yang tertangkap per minggu penangkapan dan indeks curah hujan di Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari-Maret 2008 Rata-rata nyamuk tertangkap (ekor/malam) 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0, Minggu penangkapan 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 A. letifer Suhu rata-rata Kelembaban rata-rata Gambar 11 Rata-rata nyamuk Anopheles letifer dan suhu serta kelembaban di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari Maret 2008 Suhu rata-rata tertinggi adalah pada penangkapan minggu ke delapan/maret (25,5 o C), sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke lima/februari (23,6 o C). Kelembaban rata-rata tertinggi pada penangkapan minggu ke sebelas/maret

49 33 (87,7%), sedangkan yang terendah pada penangkapan minggu ke tujuh/maret (80,3%) dengan kepadatan rata-rata nyamuk A. letifer tertinggi diperoleh pada minggu ke enam penangkapan (3,28 ekor/malam) dan terendah pada minggu ke penangkapan (0,22 ekor/malam). Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga metabolisme dan siklus hidupnya tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Nyamuk dapat bertahan dalam suhu rendah, tetapi prosesnya metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai batas kritis. Tingkat kelembaban 63% merupakan angka paling rendah untuk memungkinkan adanya penularan malaria di Punjab, India (DEPKES 2000) Larva Anopheles Sebanyak 13 titik tempat perindukan larva nyamuk telah diamati, yaitu enam titik di lokasi genangan air sekindar kandang orangutan, empat titik di bekas galian pasir (Gambar 12), dan tiga titik di sekitar pemukiman penduduk. Namun demikian, larva Anopheles tidak ditemukan pada titik potensial tersebut. Hal ini, kemungkinan disebabkan oleh curah hujan yang tidak menentu, kurangnya sampel yang diambil, atau genangan air yang cenderung kering sebelum larva berkembangbiak. Di daerah Teluk Mata Ikan, Kodya Batam, Riau ditemukan A. letifer pada air tawar dengan salinitas 0%, hal ini berkaitan dengan pembangunan yang ada pada daerah tersebut (Soekirno 1993). Gambar 12 Lokasi penambangan pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu

50 Angka Kesakitan Malaria pada Masyarakat Kasus malaria di Kelurahan Tumbang Tahai berdasarkan laporan Puskesmas Tangkiling umumnya terjadi pada seluruh golongan umur dan jenis kelamin (Tabel 4). Kasus pada pria umumnya lebih banyak (54,55%) daripada wanita (45,55%). Adanya kasus malaria yang lebih besar pada pria biasanya dipengaruhi oleh pekerjaan dan aktivitas seseorang. Umumnya pria lebih cenderung sering keluar rumah dibandingkan wanita, sehingga peluang kontak dengan nyamuk vektor semakin besar. Di lokasi penelitian pria usia remaja sering berkumpul di luar rumah malam hari sampai larut malam, beberapa pedagang pria berbelanja untuk keperluan warungnya pada malam hari saat hari pasar dan para pekerja di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yang bekerja malam hari umumnya adalah pria. Kebiasaan masyarakat lainnya adalah pergi ke kebun pada saat subuh. Kasus malaria pada anak-anak dibedakan berdasarkan usia yaitu 0-11 bulan, bulan, 2-9 tahun dan tahun. Kasus malaria pada bayi (0 11 bulan) selama tiga tahun berturut-turut yakni satu orang (5,88%) pada tahun 2005, tiga orang (8,11%) pada tahun 2006, dan satu orang (2,22%) pada tahun Adanya kasus pada bayi umumnya sebagai indikator penularan penyakit setempat sebab pada usia ini mereka jarang keluar rumah. Hal ini menggambarkan bahwa vektor mampu masuk ke dalam rumah untuk kontak dengan bayi. Keadaan ini didukung oleh adanya data penderita malaria selama tiga tahun berturut-turut. Kasus malaria mulai dilaporkan pada usia bulan yaitu sebanyak tiga orang (8,11%) pada tahun 2006 dan empat orang (6,67%) pada tahun Peningkatan jumlah kasus terlihat pada usia 2-9 tahun terjadi selama tiga tahun berturut-turut yaitu satu orang (5,88%) pada tahun 2005, empat orang (10,81%) pada tahun 2006 dan delapan orang (17,78%) pada tahun Kasus rendah terlihat pada usia bulan dibandingkan dengan usia 2-9 tahun, karena pada usia balita cenderung masih mempunyai kekebalan dari ibunya, sedangkan pada usia 2-9 tahun kekebalan yang diperoleh dari ibunya biasanya sudah tidak ada lagi sementara itu kekebalan alami belum terbentuk. Situasi malaria di Kelurahan Tumbang Tahai selama tiga tahun berturut-turut ( ) sangat bervariasi. Pada tahun 2005 puncak kasus terjadi pada bulan April dan Mei. Puncak kasus yang terjadi tahun 2006 dan 2007 lebih tinggi dibandingkan dengan 2005 yaitu bulan Juni dan Februari (Gambar 13). Hal ini memperlihatkan

51 35 bahwa waktu terjadinya puncak penularan malaria selalu berubah-ubah. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kepadatan nyamuk Anopheles dan kondisi lingkungan fisik, serta adanya penderita malaria sebagai sumber penularan. Epidemiologi malaria yang disebabkan oleh nyamuk Anopheles sangat bervariasi dari tahun ke tahun dan dari daerah satu dengan daerah lainnya. Selama penelitian berlangsung (Januari-Maret) terlihat bahwa peningkatan kepadatan vektor diikuti oleh peningkatan kasus malaria. Kepadatan nyamuk yang tertinggi terjadi pada bulan Januari (11,39 ekor/orang/malam), sedangkan jumlah kasus tertinggi pada bulan Februari (11 kasus). Kasus malaria pada umumnya meningkat setelah didahului oleh peningkatan kepadatan vektor. Pada bulan Maret kasus malaria cenderung menurun yang diiringi dengan menurunnya kepadatan nyamuk Anopheles (Tabel 5). Tabel 4 Jumlah penderita Plasmodium vivax menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun Jenis Kelamin Kel. Umur Jumlah Penderita P. vivax Total Pria 0-11 bln bln thn thn >15 thn Jumlah Pria % Pria 52,94 51,35 57,78 54,55 Wanita 0-11 bln bln thn thn >15 thn Jumlah Wanita % Wanita 47,06 48,65 42,22 45,45 TOTAL Sumber data : Puskesmas Tangkiling

52 Jumlah kasus P. vivax Indeks curah hujan (ICH) 0 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Bulan P. vivax 2005 P. vivax 2006 P. vivax 2007 ICH 2005 ICH 2006 ICH Gambar 13 Situasi malaria di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun Tabel 5 Kasus malaria per spesies dan jumlah nyamuk Anopheles letifer per bulan di Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari Maret 2008 Bulan Jenis parasit Jumlah Rata-Rata Kepadatan P. vivax P. falciparum Kasus A. letifer (ekor/malam) Januari ,39 Februari ,83 Maret ,42 Jumlah ,64 Sumber data : Puskesmas Tangkiling 4.3 Hasil Pemeriksaan MBS (Mass Blood Survey) pada Masyarakat Kegiatan MBS dilakukan terhadap 91 orang yang mempunyai risiko besar tertular penyakit malaria, yakni masyarakat sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng serta para pekerjanya. MBS dilakukan pada semua golongan umur. Namun demikian, semua sediaan darah yang diperiksa menunjukkan hasil negatif. Jenis parasit di Kalimantan Tengah yang ditemukan selama ini adalah P. falciparum, P. vivax dan P. mix, sedangkan P. malariae belum pernah ditemukan pada manusia (Dinkes Provinsi Kalteng 2008). P. malariae secara normal dalam darah rendah dan tidak ada komplikasi secara klinis, maka mirip dengan P. knowlesi (Cox- Singh et al. 2007). Warren (1975) melaporkan darah yang disuntikkan kepada kera

53 37 rhesus yang bebas malaria didapat bahwa pasien tersebut lebih condong untuk dikatakan terserang oleh P. knowlesi daripada P. malariae. Penelitian yang dilakukan dilakukan mulai bulan Maret 2001 hingga Maret 2006 di Sarawak, Malaysia dari 960 sampel yang dianalisis secara PCR (Polymerase Chain Reaction) dari pasien-pasien malaria menunjukkan bahwa sebanyak 266 (27,7%) diinfeksi oleh P. knowlesi (Cox-Singh et al. 2007), ini menunjukkan bahwa penelitian untuk mencari parasit pada orangutan yang dapat menginfeksi manusia memerlukan suatu penelitian yang panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes R.I. di Kalimantan Barat di wilayah endemis malaria yang berbatasan dengan Serawak, Malaysia juga belum menemukan P. knowlesi baik pada manusia maupun kera (Dewi 2008). 4.4 Angka Kesakitan Orangutan Diagnosa malaria pada orangutan sebagian besar melalui pemeriksaan sediaan darah di klinik Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Selama tiga tahun berturut-turut ( ) telah ditemukan orangutan yang menderita penyakit malaria yang disebabkan P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan campuran antara P. falciparum dan P. vivax (mix). Kasus tertinggi pada tahun 2006 serta terjadi kematian sebanyak dua ekor (CFR/Case Fatality Rate = 0,87%) disebabkan P. falciparum (Gambar 14). P. falcifarum penyebab malaria tropika, yang sering menyebabkan malaria berat / malaria otak yang fatal (BPVRP 2006). Umumnya simian malaria pada manusia menyebabkan perubahan klinis yang sama dengan infeksi ringan dengan spesies-spesies penyerang manusia. Jalannya infeksi pendek, adanya parasit dalam darah (parasitemia) sangat rendah dan bila ternyata diperlukan, pengobatan sangat efektif (Soejoedono 2004). Kasus malaria pada orangutan selama penelitian berlangsung tiga bulan berturut-turut (Januari-Maret) di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng cenderung fluktuatif. Pada bulan Januari kasus malaria sebanyak 20 (6,67%), bulan Februari sebanyak 16 (5,33%) meningkat pada bulan Maret sebanyak 30 (10%) dari jumlah orangutan yang ada sebanyak 300 ekor (Tabel 6).

54 Jumlah kasus P. falciparum P. vivax P. malariae P. mix Penyebab malaria Gambar 14 Situasi malaria pada orangutan per spesies per tahun di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya tahun Tabel 6 Kasus malaria pada orangutan per spesies dan rata-rata kepadatan Anopheles letifer di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Palangka Raya bulan Januari Maret 2008 Bulan Jenis parasit P. vivax P. falciparum Jumlah Kasus Rata-Rata Kepadatan A. letifer (ekor/malam) Januari ,39 Februari ,83 Maret ,42 Jumlah ,64 Sumber data : klinik Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Dari hasil pemeriksaan darah terhadap dua ekor orangutan yang menunjukkan gejala klinis ternyata keduanya positif malaria (100%) dengan satu ekor infeksi malaria type P. vivax (P. cynomolgi) dan satu ekor lainnya infeksi campuran antara P. falciparum dan P. vivax (Gambar 15).

55 39 Gambar 15 Sediaan darah orangutan yang terdapat Plasmodium bentuk ring (tropozoit muda) 4.5 Kebiasaan Masyarakat Penelitian terhadap kebiasaan masyarakat di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng adalah meliputi pengetahuan, sikap serta pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat yang erat hubungannya dengan risiko penularan malaria. Karakteristik tingkat pendidikan responden yaitu tidak tamat SD (10,99%), tamat SD (19,77%), tamat SLTP (24,18%), tamat SLTA (43,96%) dan D1 (1,10%). Berdasarkan jawaban kuesioner yang ada, seluruh (100%) responden mengetahui nama penyakit malaria. Informasi tentang nama penyakit diketahui responden dari petugas kesehatan dan media elektronik seperti televisi dan radio. Sebanyak 35,16% responden menyatakan tidak mengetahui tanda-tanda malaria, sisanya (64,84%) menyatakan tanda malaria berupa pusing, demam menggigil, mual dan pegal-pegal. Penyebab malaria sebagian besar responden menyatakan karena nyamuk (79,12%) sisanya menyatakan tidak mengetahui (20,88%). Hanya 3,30% responden menyatakan malaria menular lewat udara, 16,48% tidak mengetahui dan 80,22% malaria ditularkan oleh nyamuk. Dari 91 responden di lokasi penelitian 100% tidak mengetahui nama nyamuk penular malaria dan ciri-cirinya. Penyuluhan tentang penyakit demam berdarah cenderung menonjol dibandingkan dengan penyuluhan malaria, sehingga nyamuk penular demam berdarah sebagian besar dicampur adukkan dengan nyamuk penular malaria. Terbatasnya pengetahuan seseorang berhubungan dengan pendidikan, makin tinggi pendidikan seseorang maka akan makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

56 40 cenderung untuk mendapat informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat, termasuk pengetahuan tentang malaria. Upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk Anopheles sebagian besar dengan obat nyamuk bakar dan kelambu (79,12%), obat nyamuk semprot (9,89%), repellen (5,49%) dan lain-lain (5,49%). Dalam melakukan pencarian pengobatan pertama kali saat timbul gejala malaria sebanyak 54,95% responden menyatakan berobat sendiri dengan membeli obat ke warung, 31,87% pergi ke puskesmas dan 13,19% pergi ke mantri. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 1993 dalam Hadi 2001b) termasuk diantaranya perilaku dalam upaya-upaya pencegahan dan pengobatan malaria. Persepsi yang keliru tentang penyebab dan cara penularan malaria dapat mengarahkan pada perilaku masyarakat yang tidak benar terutama dalam upaya-upaya pencegahan dan pengobatan malaria. Karena tidak mengetahui bahwa malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk Anopheles atau karena konsep tentang penyebab dan cara penularan malaria masih dicampuradukkan dengan hal lain seperti di kecamatan Prembun dan Sadang kabupaten Kebumen serta kecamatan Kandang Serang kabupaten Pekalongan masyarakat menyatakan malaria disebakan karena makan sekul wedang, nasi dang atau penyakit keturunan dan ditularkan melalui udara, maka dapat dimegerti kalau kesadaran masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan penyakit dengan mengurangi kontak nyamuk masih kurang (Hadi 2001b). Adanya konsep yang salah tentang cara penularan malaria dilaporkan erat kaitannya dengan rendahnya upaya perlindungan dari gigitan nyamuk dan kecenderungan masyarakat untuk melindungi diri dari nyamuk hanya dengan membakar rumput dan dedaunan (Ahorlu et al dalam Hadi 2001b). Karakteristik pekerjaan dari 91 responden adalah pelajar 12,09%, petani 43,96%, pegawai 1,10%, satpam dan tehnisi Nyaru Menteng masing-masing 1,10%, wiraswasta 32,97% dan tidak bekerja 7,69%. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 69,23% dan wanita 30,77%. Sebanyak 84,62% responden mengaku sering keluar pada malam hari, hal ini sesuai dengan pengamatan yang ada di lokasi penelitian dan masyarakat yang keluar pada malam hari. Laki-laki yang keluar rumah pada malam hari umumnya tidak menutup seluruh tubuh terutama tangan dan kaki. Kebiasaan keluar

57 41 malam mempunyai risiko kontak terhadap gigitan nyamuk Anopheles jika tidak memakai pakaian yang tertutup. Selama tiga tahun berturut-turut kasus malaria pada pria umumnya lebih banyak (55,67%) daripada wanita (44,33%). Hal ini didukung dengan perilaku A. letifer yang cenderung bersifat antropofilik dan eksofagik (2,33 ekor/malam), serta puncak menggigit nyamuk A. letifer terjadi pada pukul hingga Selain itu pada jam hingga pintu rumah masyarakat umumnya dibiarkan terbuka, sehingga memungkinkan nyamuk masuk ke dalam rumah. Keadaan ini didukung dengan konstruksi rumah yang umumnya tidak rapat nyamuk. Sikap responden yaitu 100% menyatakan sikap setuju terhadap pengendalian malaria. Namun sikap ini sangat berbanding terbalik jika melihat kebiasaan masyarakat yang keluar pada malam hari tanpa pakaian yang tertutup. Sikap seseorang terhadap sesuatu cenderung menerima atau menolak suatu objek hanya berdasarkan penilaian terhadap objek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila objek dinilai baik untuk saya dia mempunyai sikap positif. Bila objek di nilai jelek untuk saya dia mempunyai sikap negatif. 4.6 Pembahasan Umum Penelitian di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng memperoleh gambaran jumlah dan fluktuasi nyamuk Anopheles yang tertangkap pada setiap minggu penangkapan per bulan. Pada penelitian ini tertangkap spesimen dan teridentifikasi dua spesies Anopheles yaitu A. letifer dan A. umbrosus. Hanya A. letifer yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di Kalimantan Tengah dan di antara kedua spesies tersebut A. letifer (96,43%) yang paling dominan, sebab A. umbrosus hanya tertangkap dalam jumlah yang sedikit yaitu dua ekor (3,57%). Secara umum nyamuk A. letifer banyak tertangkap dengan umpan orang (64,81%) sehingga lebih cenderung bersifat antropofilik. Nyamuk A. letifer tertangkap di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng dengan curah hujan berkisar 1,0-97,9 mm, suhu udara 23 C 26 C dan kelembaban rata-rata berkisar 80 87%. Faktor lingkungan terutama suhu sangat berperan bagi perkembangan parasit malaria dalam tubuh nyamuk. Suhu efektif untuk perkembangan sporogoni P. falciparum dalam tubuh nyamuk Anopheles adalah o C, dan bila terjadi peningkatan suhu dapat menyebabkan kematian parasit

58 42 (Verdrager 1964 dalam Wernsdorfer & Wernsdorfer 1988). Pada penelitian ini belum dapat menggambarkan pengaruh iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban) karena perlu longitudinal study. Gambaran hubungan antara kepadatan A. letifer dengan iklim dapat diperoleh bilamana waktu penangkapan diperpanjang dan jumlah rumah yang diteliti serta kolektor diperbanyak. Malaria terjadi karena adanya interaksi dari tiga faktor yaitu adanya agen penyebab penyakit dengan inangnya, vektor dan lingkungan yang mendukung agen untuk hidup pada inangnya. Adanya kasus malaria di Kelurahan Tumbang Tahai selama tiga tahun berturut-turut ( ) menunjukkan keberadaan agen malaria di wilayah tersebut. Adanya penderita dan vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles, memungkinkan parasit dapat berpindah dari orang yang sakit ke orang sehat. Kasus malaria lebih banyak diderita oleh pria karena kebiasaan pria yang sering keluar malam tanpa menggunakan pakaian tertutup terutama tangan dan kaki. Selama penelitian berlangsung (Januari-Maret) diketahui adanya keterkaitan antara kepadatan nyamuk dengan kasus malaria. Puncak rata-rata kepadatan nyamuk A. letifer pada bulan Januari (11,39 ekor/orang/malam), sedangkan kasus tertinggi pada bulan Februari (11 kasus). Hasil pemeriksaan darah jari pada masyarakat sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng seluruhnya negatif, walaupun kasus malaria selama penelitian di puskesmas selalu ada. Pada dasarnya kasus malaria cenderung tidak stabil, karena adanya tiga faktor di atas yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan penyakit ini. Kegiatan MBS ini dilakukan secara spot (sewaktu), oleh karena ituada kemungkinan pada saat pengambilan darah tidak terdapat kasus atau transmisi malaria. Hal ini diperkuat oleh kepadatan nyamuk Anopheles pada saat penelitian berlangsung yang cenderung fluktuatif, sehingga kasus juga kemungkinan tidak stabil. Kasus malaria yang terdapat pada orangutan selama tiga tahun berturut-turut ( ) dapat beresiko besar bagi masyarakat sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Pada penelitian ini belum ditemukan adanya parasit orangutan yang menginfeksi manusia. Tetapi hasil pemeriksaan darah terhadap dua orangutan menunjukkan positif malaria. Hal ini berarti bahwa selain manusia terdapat hospes lain di Kelurahan Tumbang Tahai yang dapat menjadi sumber penular. Berdasarkan data kasus malaria pada masyarakat selama tiga tahun berturut-turut terdapat penderita dari golongan umur 0-11 bulan, atau golongan usia yang tidak (jarang) keluar rumah

59 43 sehingga penularan kemungkinan terjadi setempat. Di Serawak Malaysia sudah ditemukan malaria pada primata yang menginfeksi manusia, karena malaria bersifat tidak stabil maka gambaran kasus malaria dapat diperjelas apabila penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lama (longitudinal study). Uraian di atas memberikan pemikiran bahwa upaya pengendalian harus dilakukan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan/Kelurahan Tumbang Tahai. Dimulai dengan memperkaya pengetahuan tentang malaria pada masyarakat dengan fokus kepada bioekologi nyamuk Anopheles sehingga dapat ditingkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup di lingkungan sehat yaitu lingkungan yang tidak terprovokasi oleh nyamuk. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat maka kepadatan populasi nyamuk dapat ditekan, sehingga kontak terhadap nyamuk berkurang. Pemasangan kawat kasa merupakan satu cara yang dapat dilakukan dengan. Sementara itu, kebiasaan keluar malam bagi pria dapat dikurangi atau jika tidak dapat dihindari, mereka harus menggunakan pakaian yang menutupi tangan dan kaki, atau dengan penggunaan repellen. Program pengendalian jangka panjang harus secepatnya dilakukan mengingat di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng terdapat tempat perindukan yang potensial bagi nyamuk yaitu adanya lahan-lahan bekas galian pasir, yang merupakan usaha perorangan dengan izin dari pemerintah kota Palangka Raya. Oleh karena itu, kerjasama lintas sektoral perlu dilakukan. Modifikasi lingkungan terhadap lokasi penambangan pasir perlu dilakukan untuk mencegah perkembangan stadium terlemah dari siklus hidup nyamuk. Penyemprotan rumah dengan insektisida terhadap nyamuk Anopheles dewasa dapat dilakukan. Mengingat dampak negatif insektisida terhadap lingkungan, maka seyogyanya penyemprotan memperhatikan waktu kepadatan tertinggi daripada nyamuk vektor malaria. Untuk itu kegiatan pemantauan terhadap nyamuk Anopheles perlu dilakukan melalui survei entomologi secara longitudinal oleh petugas Puskesmas Tangkiling.

60 44 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Jenis nyamuk Anopheles yang tertangkap di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng Kelurahan Tumbang Tahai yaitu A. letifer dan A. umbrosus. Nyamuk yang ditemukan pada kandang orangutan adalah Mansonia sp. A. letifer paling banyak ditemukan pada minggu ke enam (bulan Februari) masing-masing 2,00 dan 2,33 ekor/orang/malam. A. letifer cenderung bersifat lebih antropofilik dan eksofagik. A. letifer paling banyak tertangkap di dinding dalam rumah pada minggu ke lima (awal Februari) yaitu 0,42 ekor/malam, sedangkan yang istirahat di kandang sapi pada minggu ke enam dan delapan (Februari) yaitu 0,5 ekor/malam. Pada penelitian ini nyamuk A. letifer cenderung lebih bersifat eksofilik. Puncak kepadatan menggigit A. letifer terjadi pukul pukul (3,33 ekor/orang/jam) baik di dalam maupun di luar rumah. Puncak kepadatan nyamuk yang istirahat di dinding dalam rumah terjadi pada pukul (1,08 ekor/rumah), sedangkan puncak kepadatan yang istirahat di sekitar kandang sapi pada pukul (0,5 ekor/kandang). Kasus positif malaria di Kelurahan Tumbang Tahai selama tahun 2005 sampai 2007 adalah P. vivax. Kasus pria lebih banyak dibandingkan wanita, beberapa di antaranya ditemukan pada usia 0 11 bulan. Belum ditemukan parasit malaria pada orangutan yang menginfeksi manusia. Pengetahuan masyarakat di Kelurahan Tumbang Tahai kurang terhadap malaria. Kebiasaan masyarakat sering keluar malam tanpa pakaian yang tertutup membuat risiko penularan penyakit malaria semakin besar. 5.2 Saran Mengingat kasus yang tinggi pada masyarakat dan orangutan serta telah ditemukannya vektor malaria, maka masyarakat Tumbang Tahai disarankan selalu menghindari gigitan nyamuk Anopheles dengan cara menggunakan pakaian yang tertutup atau menggunakan repellen saat melakukan kegiatan di luar rumah pada malam hari. Perlu upaya penyuluhan yang lebih intensif terhadap masyarakat di Kelurahan

61 45 Tumbang Tahai agar pengetahuan masyarakat terhadap malaria meningkat sehingga dapat melakukan upaya pencegahan terhadap malaria. Pengamatan lebih lanjut perlu dilakukan terhadap parasit malaria pada primata yang dapat menginfeksi manusia di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh iklim terhadap kepadatan Anopheles dan hubungan antara kepadatan Anopheles dengan adanya kasus. Konfirmasi vektor terhadap A. umbrosus perlu dilakukan karena di Kalimantan Tengah belum dinyatakan sebagai vektor.

62 46 DAFTAR PUSTAKA Riyadhi, A Identifikasi Senyawa Aktif Daun dan Biji Kamandrah (Croton tiglium) dan Jarak Pagar (Jatropha curcas) sebagai Larvasida Nabati Pencegah Demam Berdarah Dengue [Tesis]. IPB. Bogor. Amer, A. & H. Mehlhorn Larvicidal effects of various essential oils against Aedes, Anopheles, and Culex larvae (Diptera, Culicidae). J. Parasitol. Res. 99 (4) : Anonim Malaria, Control and Prevention control-control.htm-44 K. [020508] Arifin, M.Z Evaluasi di Laboratorium Potensi Ikan Gapi (Poecilia reticulata) sebagai Pengendali Hayati Larva Anopeles aconitus Donitz [Tesis]. ENK- IPB, Bogor. BKSDA Kalteng Arboretum Nyaru Menteng. Palangka Raya, Kalimantan Tengah. BPVRP Entomologi Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes R.I, Jakarta. Budiarto, E Metodologi Penelitian Kedokteran. EGC, Jakarta. BPVRP Parasitologi Malaria. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes R.I, Jakarta. Collins, W.E The Primate Malarias. Division of Parasitic Diseases, Atlanta. Cox-Singh, J., T.M.E. Davis, K.S. Lee, S.S.G. Shamsul, A. Matusop, S. Ratnam, H.A. Rahman, D.J. Conway & B. Singh Plasmodium knowlesi Malaria in Humans Is Widely Distributed and Potentially Life Threatening. CID 46 : Depkes R.I Pemberantasan Vektor dan Cara-Cara Evaluasinya. Ditjen PPM dan PLP, Jakarta. Depkes R.I Epidemiologi Malaria. Ditjen PPM dan PL, Jakarta.

63 47 Depkes R.I Kunci Bergambar Nyamuk Anopheles Dewasa di Sumatera- Kalimantan. Ditjen PPM dan PL, Jakarta. Depkes R.I Entomologi Malaria. Ditjen PPM dan PL, Jakarta. Depkes R.I Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Ditjen PPM dan PL, Jakarta. Depkes R.I Peringatan Hari Malaria Sedunia, 25 April Pusat Komunikasi Publik, Setjen Depkes, Jakarta. Dinkes Prop. Kalteng Laporan Penanggulangan Penyakit Malaria. Palangka Raya. Dewi, R.M Pengembangan Zootik Parasit dalam Rangka Mengantisipasi Penyebaran ke Masyarakat. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, Jakarta. Effendi, A Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta [Tesis]. ENK-IPB, Bogor. Eldrige, B.F. & J.D. Edman, Medical Entomology A Textbook on Public Health and Veterinary Problems Caused by Arthropods. Kluwer Academic Publishers, Netherlands. Eye, Ian, Fer, Ann & Ant Namru-2 Tak Bermanfaat. Harian Republika, Jumat 25 April 2008 Kol 5. hal. 11. Faisal, Y Laporan Kasus Malaria Orangutan Nyaru Menteng (Komunikasi Pribadi). Laboratorium Kesehatan Prop. Kalteng, Palangka.Raya. Frances, S.P., R.D. Cooper, R.K. Gupta & M. Debboun Efficacy of a New Self- Supporting Low-Profile Bednet for Personal Protection Againts Anopheles farauti (Diptera:Culicidae) in a Village in Papua New Guinea. J. Med. Entomol. 40(1): Goddard, J Infectious Diseases and Arthropods. Humana Press, New Jersey. USA. Hadi, H. 2001a. Perilaku Manusia dan Lingkungan sebagai Faktor Risiko Kejadian Malaria di Propinsi Jawa Tengah. BKM XVII (3): 157. Hadi, H. 2001b. Kepercayaan Pengetahuan Masyarakat tentang Malaria; Implikasi bagi Program Pencegahan Malaria. BKM XVII (4): Hasan, M Efek Pemaparan Insektisida Deltametrin pada Kerbau terhadap Angka Gigitan Nyamuk Anopheles vagus pada Manusia [Tesis]. ENK-IPB, Bogor.

64 48 Hubbert, W.T., W.F. McCulloch & P.R. Schnurrenberger Diseases Transmitted From Animals To Man, Sixth Edition. Charles Thomas Publisher, USA. Jastal Perilaku Nyamuk Anopheles Menghisap Darah di Desa Tongoa, Donggala, Sulawesi Tengah [Tesis]. ENK-IPB, Bogor. Jongwutiwes, S Naturallly Acquired Plasmodium knowlesi Malaria in Human, Tailand. Emerging Infectious Disease 10 (12) : Junaidi, A Laporan Kasus Malaria pada di Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng (Komunikasi Pribadi). Nyaru Menteng, Palangka Raya. Maloha, M.M Fauna Nyamuk Anopheles di Desa Pondok Meja, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi [Tesis]. ENK-IPB, Bogor. Mattimu, A Potensi Ikan Mujair Oreochromis Mossambicus (Peters) untuk Pengendalian Hayati Larva Anopeles aconitus Donitz [Tesis]. ENK-IPB. Bogor. NAMRU Buku Panduan Pelatihan Diagnosis Mikroskopi Malaria. Departemen Parasitologi Medis, Jakarta. Noor, E Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa Sedayu Kecamatan Loana Kabupaten Purworejo Jawa Tengah [Tesis]. ENK-IPB, Bogor. O Connor, C.T. & T. Sopa A Checklist of The Mosquitoes of Indonesia. U.S Naval Medical Research Unit 2, Jakarta. Pradono, D. I., U.K. Hadi, A. Riyadhi & Saputera Bioprospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Studi Agrobiofisik dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue. Balitbang Pertanian. DEPTAN. Bogor. Protopopoff, N., M.V. Herp, P. Maes, T. Reid, D. Baza, U. D Alessandro, W.V. Bortel & M. Coosemans. 2007a. Vector Control in a Malaria Epidemic Occuring Within a Complex Emergency Situation in Burundi : a Case Study. Malaria Journal 6:93doi: / Protopopoff, N., W.V. Bortel, T. Marcotty, M.V. Herp, P. Maes, D. Baza, U. D Alessandro & M. Coosemans. 2007b. Spatial Target Vector Control in the Highlands of Burundi and Its Impact on Malaria Tranmission. Malaria Journal 6:158doi: / Rao, T.R The Anophelines of India. India Council of Medical Research, New Delhi.

65 49 Rozendal, JA Vector Control. Methods for Use by Individuals and Communities. WHO, Geneva. Salam, A Komunitas Nyamuk Anopheles di Desa Alat Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan [Tesis]. ENK-IPB, Bogor. Service Mosquito Ecology. Field Sampling Methods. Aplied Service Publisher, London. Sigit, S.H. & U.K. Hadi Hama Permukiman Indonesia Pengenalan, Biologi & Pengendalian. Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman FKH-IPB. Bogor. Soejoedono, R.R Zoonosis. Laboratorium Kesmavet, Departemen Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Bogor. Subdit Pengendalian Vektor Profil Subdit Pengendalian Vektor Tahun Direktorat PPBB, Ditjen PPMPL, Jakarta. Sujatmiko Pengaruh Konsentrasi Subletal Insektisida BPMC terhadap Biologi Anopheles aconitus Donitz [Tesis]. IPB, Bogor. Sulaeman, D.S Studi Komunitas dan Populasi Nyamuk Anopheles di Desa Bolapapu Sulawesi Tengah Kaitannya dengan Epidemiologi Malaria [Tesis]. ENK-IPB, Bogor. Sukmono Potensi Desa Hargotirto (Kabupaten Kulon Progo) Dalam Penularan Penyakit Malaria dan Sikap Masyarakat Terhadap Program Pengendalian Vektor Malaria [Tesis]. ENK-IPB, Bogor. Thomas, T.G., S. Rao & S. Lal Mosquito Larvicidal Properties of Essential Oil of an Indigenous Plant, Ipomoea cairica Linn. J. Infect. Japan. (57) : Vythilingam, C.H. Tan, M. Asmad, S.T. Chan, K.S. Lee & B. Singh Natural Transmission of Plasmodium knowlesi to Humans by Anopheles latens in Sarawak, Malaysia. J. Trop. Med. Hyg 100: Wahyu, L.E Bionomi Vektor Malaria di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes R.I., Jakarta. Warrel, D.A. & H.M. Gilles Essential Malariology. Oxford University Press Inc., New York.

66 50 Wernsdorfer, G. & W.H. Wernsdorfer Malaria Principles and Practice of Malariology, Social and Economic Aspects of Malaria and Its Control. Churchill Livingstone Edinbergh, London. Wirth, M.C., J.A. Jiannino, B.A. Federico & W.E. Walton Synergi between Toxins of Bacillus thuringiensis Subs. Israelensis and Bacillus sphaericus. J.Med.Entomol. 41 (5): Winarno Evaluasi di Laboratorium Potensi Ikan Kepala Timah (Aplocheilus panchax hamilton Bucahanan) sebagai Pengendali Hayati Larva Anopeles aconitus Donitz [Tesis]. ENK-IPB. Bogor. Yayasan BOS Tentang BOS. Zahiri, N.S., B.A. Federico & M.S. Mulia Laboratory and Simulated Field Evaluation of a New Recombinationt of Bacillus thuringiensis Subs. Israelensis and Bacillus sphaericus againts Culex Mosquito Larvae (Diptera: Culicidae). J.Med.Entomol. 41 (3):

67 51 Lampiran 1 Peta penyebaran malaria di dunia dan Indonesia Sumber : Endemisitas Malaria, 2004 N W E S Kasus di Bukan Jawa Bali 1 Dot = 20 Kasus Positif di Jawa Bali 1 Dot = 5 Endemisitas rendah sedang tinggi Sumber : Depkes RI, 2005

68 52 Lampiran 2 Siklus hidup malaria Sumber :

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Nyamuk yang Ditemukan Jenis nyamuk yang menggigit manusia di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng antara lain genus Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anopheles sebagai vektor malaria Klasifikasi nyamuk Anopheles balabacensis Vektor Malaria

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anopheles sebagai vektor malaria Klasifikasi nyamuk Anopheles balabacensis Vektor Malaria 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anopheles sebagai vektor malaria 2.1.1 Klasifikasi nyamuk Anopheles balabacensis Dalam susunan taksonomi, nyamuk Anopheles di klasifikasikan sebagai berikut seperti yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK

STUDI PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK STUDI PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK Anopheles balabacensis DAN KAITANNYA DENGAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LEMBAH SARI KECAMATAN BATULAYAR KABUPATEN LOMBOK BARAT ALI WARDANA SEKOLAH PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus

Lebih terperinci

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI Lukman Hakim, Mara Ipa* Abstrak Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH

STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH STUD1 HABITAT ANOPHELES NIGERRIMUS GILES 1900 DAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LENGKONG KABUPATEN SUKABUMI OLEH: DENNY SOPIAN SALEH PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK ' DENNY SOPIAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anopheles spp. Sebagai Vektor Nyamuk Anopheles merupakan satu genus dari famili Culicidae, ordo Diptera, kelas Insecta. Jentik Anopheles ditandai dengan rambut berbentuk kipas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan (membunuh) lebih dari satu juta manusia di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Malaria 1. Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain

Lebih terperinci

STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR. Oleh : Akhmad Hasan Huda

STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR. Oleh : Akhmad Hasan Huda STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR Oleh : Akhmad Hasan Huda PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 AKHMAD HASAN HUDA,

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

STUD1 PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK ANOPHELES DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA AKHRUL APRIANTO

STUD1 PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK ANOPHELES DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA AKHRUL APRIANTO STUD1 PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK ANOPHELES DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : AKHRUL APRIANTO PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN CEMPAKA

DESKRIPSI KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN CEMPAKA DESKRIPSI KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN CEMPAKA Abdul Khair, Noraida Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kesehatan Lingkungan Jl. H. MistarCokrokusumo No. 1A Kota Banjarbaru e-mail :ulunkhair@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

STUDI HABITAT DAN PERILAKU MENGGIGIT Nyamuk Aedes SERTA KAITANNYA DENGAN KASUS DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN UTAN KAYU UTARA JAKARTA TIMUR

STUDI HABITAT DAN PERILAKU MENGGIGIT Nyamuk Aedes SERTA KAITANNYA DENGAN KASUS DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN UTAN KAYU UTARA JAKARTA TIMUR STUDI HABITAT DAN PERILAKU MENGGIGIT Nyamuk Aedes SERTA KAITANNYA DENGAN KASUS DEMAM BERDARAH DI KELURAHAN UTAN KAYU UTARA JAKARTA TIMUR BONITA AYU NOVELANI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia dikelompokan menjadi serangga yang menguntungkan atau merugikan. Serangga yang dianggap merugikan misalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang, I. PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang, hidup di wilayah endemis malaria dengan sekitar 250 juta orang terinfeksi malaria untuk tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta manusia

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular tropik yang distribusinya sangat luas di dunia. Menurut laporan tahunan WHO, diperkirakan 3,3 miliar penduduk dunia berisiko

Lebih terperinci

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA Description Activities of Anopheles Mosquitoes in Humans and Animals Subdistrict Bontobahari Bulukumba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Malaria 1.1 Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh 4 spesies plasmodium, yaitu p. falciparum, p. ovale, p. malariae dan p. vivax yang di tularkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini BAB l PENDAHULUAN A. Pendahuluan Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga dapat menularkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing filaria

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

STUDI KOMPREHENSIF PENINGKATAN KASUS / KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR

STUDI KOMPREHENSIF PENINGKATAN KASUS / KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR LAPORAN PENELITIAN STUDI KOMPREHENSIF PENINGKATAN KASUS / KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR Wiwik Trapsilowati, dkk. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian global. Malaria termasuk dalam 3 penyebab kematian tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dan memiliki kelembaban dan suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk merupakan salah

Lebih terperinci

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan menyerang 216 juta orang serta menyebabkan kematian 655.000 jiwa setiap tahunnya Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ sub-tropis, negara berkembang maupun negara maju. Pada tahun 2012, diperkirakan ada 207 juta kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang World Malaria Report (2011) menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

JENIS DAN FLUKTUASI NYAMUK SERTA PENGARUH ANTINYAMUK

JENIS DAN FLUKTUASI NYAMUK SERTA PENGARUH ANTINYAMUK JENIS DAN FLUKTUASI NYAMUK SERTA PENGARUH ANTINYAMUK Liquid Vaporizer TERHADAP NYAMUK YANG MENGHISAP DARAH PADA MALAM HARI DI DESA BABAKAN KECAMATAN DARMAGA MOCHAMAD DWI SATRIYO B04104075 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

Telaah Infestasi Nyamuk Pada Kerbau Di Bogor

Telaah Infestasi Nyamuk Pada Kerbau Di Bogor Artikel Ilmiah ini ditulis ulang sesuai aslinya dari Majalah Hemera Zoa, Indonesian Journal of Animal Science 7(): - Tahun 988. Telaah Infestasi Nyamuk Pada Kerbau Di Bogor SINGGIH. H SIGIT dan UPIK KESUMAWATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 13 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5 o 20 sampai 0,5 o 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria umumnya menyerang daerah tropis (Cina daerah Mekong, Srilangka, India, Indonesia, Filipina) dan subtropis (Korea Selatan, Mediternia Timur, Turki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA

C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA C030 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN MIMIKA Nurhadi 1,2, Soenarto Notosoedarmo 1, Martanto Martosupono 1 1 Program Pascasarjana Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Anopheles 1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang lainnya adalah sebagai berikut [8] : Phylum : Arthropoda Classis

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Anopheles spp.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Anopheles spp. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Anopheles spp. Nyamuk merupakan bagian dari kelompok serangga dari phylum Arthropoda, kelas Insecta (Hexapoda), ordo Diptera, famili Culicidae, yang paling banyak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori). Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria tersebar hampir di seluruh dunia yaitu antara garis 60 lintang utara dan 40 lintang selatan, meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Kota Pangkalpinang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kota Pangkalpinang merupakan daerah otonomi yang letaknya di bagian timur Pulau Bangka. Secara astronomi, daerah ini berada pada garis 106 4 sampai dengan

Lebih terperinci

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.

TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM. TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM Nur Rahma 1, Syahribulan 2, Isra Wahid 3 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Parasitologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang penting dalam ilmu kedokteran karena lebih dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang meninggal

Lebih terperinci