PENJELASAN XIII PELAKSANAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJELASAN XIII PELAKSANAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA"

Transkripsi

1 PENJELASAN XIII PELAKSANAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA Pendahuluan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan menunjukkan bahwa konsep program ini dapat dilakukan pada lokasi yang terkena dampak bencana alam, dengan beberapa penyesuaian yang tidak bertentangan dengan prinsip dan tujuan program. Peran serta PNPM Mandiri Perdesaandalam penanganan dampak bencanamelalui Pola Khusus Rehabilitasi Pascabencana, merupakan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan, sehinggapnpm Mandiri Perdesaan dapat menangani hal-hal yang diperuntukan bagi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Pelaksanaan pola khusus rehabilitasi pascabencana, sebagaimana penjelasan XIII, diberlakukan pada lokasi (kecamatan) terdampak bencana yang telah ditetapkan secara khusus oleh Pemerintah sebagai lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana,dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri. Kecamatan yang telah ditetapkan sebagai lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana, proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pada lokasi tersebut mengikuti tata cara yang diatur pada Penjelasan XIII Pelaksanaan Pola Khusus Rehabilitasi Pascabencana Mekanisme Penetapan Lokasi Rehabilitasi Pascabencana Penetapan lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana untuk kecamatan yang terdampak bencana skala lokal sebagai berikut. a. Camat lokasi Kecamatan yang terdampak bencana, berdasarkan hasil Musyawarah Antar Desa (MAD), mengajukan permohonan untuk menetapkan kecamatan yang bersangkutan menjadi lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana kepada bupati melalui Satker PNPM MPd Kabupaten. b. Bupati lokasi kecamatan yang terdampak bencana, menetapkan kecamatankecamatan di wilayah kabupaten yang bersangkutan menjadi lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana. SK Penetapan disampaikan kepada pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri dengan tembusan kepada gubernur Penetapan lokasi penanganan rehabilitasi pascabencana untuk wilayah yang terdampak bencana skala Nasional, penetapan lokasi ditetapkan langsung oleh pemerintah Tujuan Pola Khusus Rehabilitasi Pascabencana a. Memperkuat/menghidupkan kembali organisasi/kelembagaan masyarakat agar dapat segera memulai kembali kegiatan kehidupan individual/keluarga/rumah tangga dan kelompok/sosial mereka melalui kegiatan program secara partisipatif, padat karya, berdiskusi, dan bermusyawarah bersama untuk memutuskan jenis aktivitas serta melaksanakan kegiatan pembangunan rehabilitasi yang bermanfaat bagi kepentingan hidup bersama. b. Menumbuhkan dan memulihkan kembali kepercayaan masyarakat untuk membangun kembali kehidupan mereka. c. Mendanai kegiatan pembangunan sarana/prasarana skala menengah-kecil atau lingkup desa dan fasilitas sosial-umum lainnya. Memberikan sumber pendapatan Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 1

2 sementara/penyangga bagi keluarga/rumah tangga melalui pembayaran HOK dari pelaksanaan kegiatan pembangunan, serta melalui pinjaman bergulir modal usaha kelompok perempuan Prinsip-Prinsip yang Diutamakan a. Partisipatif, artinya dalam setiap tahapan proses (perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban) selalu melibatkan masyarakat sebagai pelaku sekaligus penerima manfaat. b. Transparan, artinya dalam setiap langkah dan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas. c. Sederhana, artinya pelaksanaan seluruh proses kegiatan diupayakan sederhana dan bisa dilakukan masyarakat dengan tetap mengacu pada tujuan dan ketentuan dasar pelaksanaan program rehabilitasi ini. d. Akuntabilitas, artinya seluruh proses pelaksanaan dan pendanaan dilakukan dengan penuh tanggung jawab Perlakuan Pola Khusus Rehabilitasi Pasca Bencana Perlakukan pola khusus rehabilitasi pascabencana meliputi dua kegiatan pokok berikut ini. a. Persiapan Pemulihan Terdiri dari serangkaian kegiatan yang merupakan bentuk respons cepat sebagai bagian dari upaya pemulihan (recovery) sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana yang lebih terencana. Tahapan ini dilakukan melalui proses review dampak bencana secara partisipatif dan kegiatan PNPM Perdesaan yang sudah direncanakan dan atau sedang dilaksanakan. Kegiatan tindak cepat adalah kegiatankegiatan yang dapat secara cepat diidentifikasi dan dikuantifikasi bersama masyarakat tanpa harus menunggu selesainya semua pendataan kerusakan sarana prasarana sosial ekonomi perdesaan. Dari hasil review tersebut, masyarakat bisa memilih dan memutuskan pendanaan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendapatan kepada warga/keluarga yang terkena dampak bencana, terutama misalnya kegiatankegiatan yang dilakukan secara padat karya. Kegiatan-kegiatan padat karya yang dilakukan misalnya kegiatanuntuk pembersihan puing (site/land clearing), penataan lokasi atau padat karya untuk pemulihan cepat sarana-prasarana umum perdesaan yang rusak akibat bencana (jalan tertimbun longsoran, pembersihan kawasan permukiman yang dapat dipergunakan kembali). Kegiatan untuk persiapan pemulihan dapat didanai melalui: i. Dana BLM Tahun Anggaran sebelumnya yang masih tersedia, dapat direalokasikan melalui mekanisme kesepakatan masyarakat, ii. Dana BLM Tahun Anggaran sedang berjalan, yang dapat dialokasikan sebagian untuk kegiatan persiapan pemulihan atas dasar kebutuhan lapangan dengankesepakatan masyarakat, iii. Melalui anggaran baru yang dialokasikan khusus oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal PMD Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Secara paralel, sambil melakukan kegiatan tindak cepat juga terusdilakukan pendataan atau pemetaan terhadap sarana-prasarana umum sosial atau ekonomi yang mengalami kerusakan secara lebih teliti, sebagai bahan perencanaan untuk tahap rehabilitasi selanjutnya. b. Rehabilitasi Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi harus dilaksanakan secara lebih terarah dan terencana dalam upaya normalisasi prasarana dan fasilitas sosial/umum yang sangat penting atau vital dan mendesak bagi keberlangsungan hajat hidup masyarakat. Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 2

3 Tahapan ini dilaksanakan berdasarkan atas hasil pendataan terhadap saranaprasarana perdesaan yang mengalami kerusakan dan membutuhkan upaya perbaikan dan rekonstruksi kembali. Pendekatan kegiatan yang dilakukan tetap berbasis masyarakat dan dengan mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat padat karya (cash for works) dengan tujuan memperkuat dan/atau menjaga kohesi/ikatan sosial (gotong royong), sekaligus memberikan pendapatan kepada masyarakat/warga. Dampaklebih lanjut yang diharapkan adalah dengan dana yang diterima anggota masyarakat, sebagai upah kerja atau karena terjadinya transaksi bahan-material dan lain-lain,dapat memicu proses-proses produksi ekonomi dan konsumsi, sehingga mampu membantu pemulihan ekonomi masyarakat dalam jangka pendek. Selain itu, penyediaan alokasi dana maksimal 25% dari dana BLM yang dipergunakan masyarakat sebagai pinjaman bergulir untuk kelompok-kelompok perempuan (SPP) dapatdimanfaatkaan sebagai tambahan modal usaha keluarga atau kelompok untuk memulai kembali kehidupan perekonomian keluarga atau untuk mencukupi kebutuhan sosial pendidikan dan kesehatan rumah tangganya. Pendanaan kegiatan dengan pola ini dapat menggunakan dana anggaran berjalan maupun dana anggaran berikutnya. Berdasarkan hasil kajian terhadap perencanaan yang sudah dan atau sedang dilakukan, masyarakat melalui Musyawarah Desa dan Musyawarah Antardesa akan menetapkan tahapanyang akan dilakukan, apakah akan memulai dengan tahapan tindak cepat prarehabilitasiterlebih dahulu atau tidak memerlukannya dan langsung menggunakan tahapan rehabilitasi Ketentuan Dasar Pelaksanaan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan dalam situasi dan kondisi masyarakat pascabencana perlu disesuaikan dengan menyederhanakan siklus program dan tahapan skematik proses kegiatan dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip dasar. Sifat dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan pola khusus ini adalah hibah kepada masyarakat lokasi kecamatan, untuk diputuskan pemanfaatan serta pengelolaannya secara musyawarah, transparan (terbuka), dan dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat. Beberapa ketentuan dasar pelaksanaan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan pola khusus rehabilitasi pascabencana ini adalah sebagai berikut. a. Ketentuan Pencairan Dana (dari KPPN ke UPK) i. Dana BLM untuk Tahapan Tindak Cepat Prarehabilitasi: a. Untuk Lokasi yang telah melakukan penyaluran pencairan dan penyaluran APBD dan APBN, diperlukan revisi SPC atas rencana kegiatan sebelumnya yang ditetapkan melalui MAD Khusus revisi usulan tahapan tindak cepat prarehabilitasi. b. Untuk lokasi yang belum pernah melakukan pencairan dan penyaluran APBD dan APBN, diperlukan penetapan SPC Baru melalui MAD Khusus. ii. Dana BLM untuk Tahapan Rehabilitasi Pascabencana Tidak ada batasan minimal jumlah usulan dan dana kegiatan untuk setiap penerbitan Dokumen Surat Penetapan Camat (SPC). Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip sederhana dan cepat, jika beberapa desa saja yang sudah siap melaksanakan kegiatan, maka kecamatan bisa langsung memproses penerbitan SPC dan mencairkan dana BLM Kegiatan untuk beberapa desa tersebut. Jika nilai usulan yang telah diberitaacarakan dalam keputusan Musyawarah Antardesa (MAD) untuk di-spc-kan sejumlah sama dengan atau kurang dari Rp 500 juta, maka dana BLM dapat dicairkan sekaligus. Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 3

4 b. Ketentuan Penyaluran Dana (Dari UPK ke TPK) i. Penyaluran/penggunaan dana UPK ke TPK Tetap mengacu pada ketentuan PNPM Mandiri Perdesaan sesuai dengan kebutuhan denganmempertimbangkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD) ii. Dana yang sudah disalurkan ke masyarakat untuk kegiatan SPP Tetap dipertanggungjawabkan sesuai mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan melalui musyawarah dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan masyarakat Penjelasan Teknis Jenis Kegiatan Dan Alokasi Pendanaan a. Kegiatan Persiapan Prarehabilitasi i. Maksud Kegiatan Prarehabilitasi Serangkaian kegiatan yang merupakan bentuk respons cepat sebagai bagian dari upaya pemulihan (recovery) sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana yang lebih terencana. Kegiatan tindak cepat adalah kegiatan-kegiatan yang dapat secara cepat diidentifikasi dan dikuantifikasi bersama masyarakat tanpa harus menunggu selesainya semua pendataan kerusakan sarana prasarana sosial ekonomi perdesaan.dari hasil review tersebut, masyarakat bisa memilih dan memutuskan pendanaan kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan pendapatan kepada warga/keluarga yang terkena dampak bencana, terutama misalnya kegiatankegiatan yang dilakukan secara padat karya. Kegiatan Padat Karya adalah: Kegiatan produktif yang banyak menyerap tenaga kerja yang bertujuan untuk dapat memberikan penghasilan sementara bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin di wilayah terkena bencana dan telah kehilangan pekerjaan atau usahanya. Kegiatan-kegiatan padat karya yang dilakukan misalnya: kegiatan untuk pembersihan puing (site/land clearing), penataan lokasi atau padat karya untuk pemulihan cepat sarana-prasarana umum perdesaan yang rusak akibat bencana (jalan tertimbun longsoran, pembersihan kawasan permukiman yang dapat dipergunakan kembali). ii. iii. Tujuan Prarehabilitasi Pascabencana melalui kegiatan Padat Karya adalah kegiatan yang menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat dengan tujuan: a. memberikan pendapatan/penghasilan sementara kepada setiap warga masyarakat terutama yang terkena dampak bencana, b. menumbuhkan dan merangsang pemulihan kembali kepercayaan masyarakat untuk membangun kembali kehidupannya, c. sementara persiapan pelaksanaan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi, penduduk yang terkena bencana masih tetap dapat beraktivitas dan mendapatkan bantuan dengan bekerja. Kriteria Penerima Program Sasaran program padat karya diprioritaskan kepada keluarga korban bencana dan keluarga miskin yang meliputi: a. pengungsi yang masih berada di titik-titik pengungsian yang tersebar di lokasi bencana, b. pengungsi yang telah memperoleh hunian sementara (Huntara), c. pengungsi yang kembali ke desa tempat tinggal semula di lokasi-lokasi bencana, Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 4

5 d. penduduk lokal di lokasi-lokasi bencana, yang tidak mengungsi namun telah kehilangan usaha dan pekerjaannya serta terkena dampak/akibat bencana. Tenaga kerja kegiatan padat karya prarehabilitasi adalah semua yang termasuk pada kriteria di atas, dengan mengutamakan setiap Kepala Keluarga (KK) terwakili minimal satu jiwa/tenaga kerja. Apabila dalam satu KK terdapat tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan, maka dapat dilibatkan sebagai tenaga terampil. Kategori tenaga kerja (pekerja) kegiatan padat karya prarehabilitasi adalah berdasarkan klasifikasi keahlian sebagai berikut. a. Tenaga kerja trampil adalah tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dalam bidang tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja atau pelatihan. Ketrampilan ini tidak memerlukan pendidikan karena yang dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah tukang batu, tukang kayu, mandor/ketua kelompok. b. Tenaga kerja biasa (tidak trampil) adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan kemampuan tenaga saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli/kenek bangunan/peladen, buruh tani, buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak. iv. Komposisi Penggunaan Dana BLM a. Dana BLM yang dialokasikan untuk kegiatan prarehabilitasi digunakan semaksimal mungkin untuk pemberian upah tenaga kerja. b. Dana BLM dapat digunakan untuk pembelian peralatan dan bahan-bahan sederhana dengan alokasi maksimal 40% dari total anggaran yang diusulkan. Jenis peralatan yang dapat diusulkan antara lain: Gerobak dorong, cangkul, sekop, garu, sapu, pengki, masker, kantong plastik, karung pasir, sarung tangan, sepatu bot karet, tang, palu, paku, serta peralatan sederhana lain yang diperlukan. Pembelian bahan untuk menunjang penataan dan memfungsikan kembali sarana prasarana dan fasilitas sosial-umum yang mengalami kerusakan, antara lain: bronjong penahan longsor dengan kapasitas kecil, semen untuk perbaikan sederhana, bambu, kayu, bata, pasir, batu, dan bahan-bahan lain dalam kapasitas kecil yang diperlukan. v. Jenis dan Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan adalah sarana prasarana yang ada di wilayah kecamatan terutama desa-desa yang mengalami dampak kerusakan yang cukup berat. Desa yang dinilai tidak mengalami kerusakan berarti, masyarakat desa tersebut diperbolehkan mengerjakan kegiatan di desa lain. Pada kondisi demikian, biaya mobilisasi pekerja (pulang pergi) untuk keperluan pelaksanaan padat karya di desa lain dapat dimasukkan sebagai biaya alat. Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap prarehabilitasi antara lain seperti jenis kegiatan padat karya adalah pembersihan, pemusnahan sampah, dan debris, perbaikan darurat agar obyek yang diperbaiki dapat berfungsi secara minimal dan cukup nyaman digunakan, seperti berikut di bawah ini. a. Kegiatan-kegiatan untuk pembersihan puing (sites/lands clearing), yaitu pembersihan pada kawasan permukiman agar dapat dipergunakan kembali, seperti: 1. pembersihan lingkungan berupa endapan yang berasal dari debu/abu vulkanik, Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 5

6 2. pembersihan puing-puing yang berasal dari reruntuhan bangunan akibat gempa bumi, atau bencana lainnya, 3. pembersihan puing-puing yang berasal dari reruntuhan dan sampah/material bawaan tsunami, 4. pembersihan endapan lumpur, batu-batuan, dan sampah yang berasal dari bawaan banjir, 5. pembersihan sungai berupa pembersihan dari lumpur, lahar dingin, sampah yang menyumbat atau menghambat aliran sungai. b. Penataan Lokasi, ditujukan untuk pemulihan cepat sarana prasarana dan fasilitas umum-sosial yang rusak akibat bencana agar supaya dapat digunakan sampai dengan tahap rehabilitasi, seperti berikut ini. 1. Jalan tertimbun longsoran yang perlu dibersihkan dari tanah, batu-batuan, dan pohon tumbang yang menghalangi jalan. 2. Perbaikan jaringan irigasi, berupa perbaikan seperlunya untuk kondisi darurat/sementara agar irigasi dapat berfungsi kembali. 3. Perbaikan drainase, termasuk selokan dan saluran drainase ke tempat penampungan atau pembuangan. 4. Perbaikan sarana air bersih, termasuk sumur-sumur penduduk. 5. Perbaikan MCK dan sejenisnya. 6. Perbaikan terminal desa termasuk pos ojek dan tambatan perahu atau dermaga sederhana. 7. Sarana persampahan/penampungan sampah sementara c. Memfungsikan kembali, dimaksudkan agar sarana prasarana dan fasilitas umum-sosial yang rusak akibat dampak bencana diperbaiki, sehingga dapat berfungsi secara minimal atau darurat untuk mendukung dimulainya kembali kehidupan sosial ekonomi dimasyarakat. 1. Perbaikan bangunan sekolah, seperti Taman Kanak Kanak, SD/Madrasah, SMP/Tsanawiyah, dan SMA/Aliyah/SMK serta sejenis. 2. Perbaikan sarana kesehatan masyarakat, seperti; posyandu, polindes, puskesmas. 3. Perbaikan bangunan sarana ekonomi masyarakat, seperti pasar desa, pasar lokal rakyat, pasar tradisional, dan sejenisnya. 4. Perbaikan balai desa, balai pertemuan masyarakat. 5. Perbaikan pos keamanan lingkungan. vi. Pelaksanaan Prarehabilitasi Melalui Kegiatan Padat Karya a. Persiapan Pelaksanaan Proses pelaksanaan kegiatan prarehabilitasi melalui padat karya dimulai dari pendataan pekerja, identifikasi, dan pendataan sarana prasarana yang akan dikerjakan, pengadaan bahan dan alat sederhana, dan pengorganisasian masyarakat melalui kelompok-kelompok kerja (Pokja). TPK bertanggung jawab atas keberhasilan kegiatan padat karya yang ada di desanya. b. Proses Pengerahan Tenaga Kerja Pengerahan tenaga kerja kegiatan prarehabilitasi melalui padat karya mengacu kepada kriteria penerima program padat karya yang diprioritaskan kepada keluarga korban bencana dan masyarakat miskin. Pengerahan tenaga kerja dimulai dari pendataan keluarga di seluruh desa lokasi bencana dengan mengutamakan korban bencana yang kehilangan pekerjaan atau usahanya. Setiap KK didata calon tenaga kerja yang akan terlibat minimal 1(satu) KK bisa diwakili 1(satu) jiwa, apabila dalam satu KK terdapat tenaga Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 6

7 yang mempunyai keahlian tertentu bisa dimasukkan sebagai tambahan tenaga dengan klasifikasi tenaga ahli. c. Pembentukan Kelompok Kerja TPK bersama KPMD dibantu FK agar memfasilitasi terbentuknya kelompokkelompok kerja yang akan terlibat melaksanakan kegiatan padat karya. Kelompok kerja padat karya bisa beranggotakan antara 10 s/d 30 orang tergantung dari besar kecilnya kegiatan yang akan dikerjakan. Pembentukan kelompok kerja dilakukan melalui Musyawarah Desa. d. Penentuan Besarnya Insentif Pekerja Insentif Pekerja dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan perangsang (bukan upah) yang dihitung berdasarkan satuan HOK (hari orang kerja). Satu HOK setara dengan bekerja selama 6 jam. Jika seseorang bekerja lebih dari 6 jam, dapat dibayar lebih dihitung berdasarkan kelipatan jumlah jam. Besarnya insentif ditentukan melalui musyawarah desa (dituangkan dalam Berita Acara) mengacu kepada upah tenaga kerja yang berlaku di masyarakat. Pembayaran tenaga kerja bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pembayaran menurut: 1. Kehadiran di lapangan (Sistem Harian) Untuk sistem harian, kepala kelompok kerja (Pokja) mencatat kehadiran tiap pekerja pada kelompoknya, menggunakan lembar tenaga kerja (lembar PB-3 Upah Pekerja Harian). 2. Prestasi (sistem upah borongan) Dengan sistem upah borongan, tenaga kerja dibayar berdasarkan prestasi kerja yang dihasilkan oleh kelompok kerja. Pencatatan dan perhitungannya menggunakan format upah borong (lembar PB-4 Upah Pekerja Borongan). e. Pengendalian Kualitas Padat Karya Untuk menjaga kualitas pelaksanaan padat karya, perlu dilakukan pengawasan oleh masyarakat dan Fasilitator Kecamatan. FK harus selalu memantau kinerja TPK dan mendorong masyarakat untuk secara aktif turut serta mengawasi dan menjaga kualitas pelaksanaan. f. Dokumentasi Kegiatan TPK bertanggung jawab untuk mendokumentasikan kegiatan padat karya berupa dokumen administrasi maupun dokumentasi foto kegiatan untuk kepentingan arsip di Desa. Pada akhir periode pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Prarehabilitasi, Fasilitator Kecamatan harus memastikan adanya dokumentasi foto yang disusun dalam satu album khusus, dengan ketentuan: 1. Foto dokumentasi pada setiap tahap perencanaan dan foto pada pelaksanaan kegiatan. Setiap foto perlu diberikan catatan atau keterangan ringkas. 2. Foto yang ditampilkan meliputi kondisi: 0%, 50% dan 100%. Foto yang memperlihatkan orang sedang bekerja secara beramai-ramai. vii. Pelaporan Kegiatan Pelaporan kegiatan prarehabilitasi melalui Padat Karya tetap mengacu kepada sistem pelaporan PNPM Mandiri Perdesaan, namun demikian dalam penjelasan ini ditambahkan format pelaporan khusus kegiatan prarehabilitasi melalui padat karya. (format PB-01 s/d format PB-08). b. Kegiatan Rehabilitasi Pada dasarnya, jenis kegiatan yang diajukan masyarakat terbuka untuk kegiatan apa saja (open menu) yang menurut masyarakat bersifat mendesak dan dibutuhkan,kecuali Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 7

8 yang termasuk dalam negative list. Kegiatan sebagaimana dimaksud tidak/belum dipenuhi oleh pihak/lembaga lain dan bukan merupakan kegiatan darurat/emergency seperti, tenda/fasilitas pengungsian, makanan-minuman dan obat-obatan. Bukan juga merupakan Dana Sosial (pemberian bantuan tunai) bagi masyarakat. Jenis kegiatan lebih bersifat pemulihan sosial-ekonomi perdesaan melalui rehabilitasi atau perbaikan sarana-prasarana dasar dan fasilitas sosial-umum yang rusak ringan, sedang, atau berat dan sedapat mungkin tidak membangun baru (dari tidak ada). Pelaksanaan kegiatannya dengan menggunakan pola padat karya dan swakelola (diutamakan rumah tangga dan warga korban bencana memperoleh akses kerja pada kegiatan proyek). Kategori kegiatan dan alokasi dana BLM kegiatan meliputi: a. Dana Simpan Pinjam khusus bagi Kelompok Perempuan untuk kebutuhan usaha rumah tangga, peralatan modal kerja, atau keperluan rumah tangga lainnya bagi para anggota kelompok yang sangat mendesak dengan alokasi maksimal 25% dari alokasi dana BLM perkecamatan. Dana ini bersifat pinjaman bergulir yang selanjutnya dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK). b. Dana rehabilitasi Fasilitas Sosial dan Umum untuk kegiatan prasarana dasar masyarakat atau sarana penunjang sosial ekonomi lainnya yang terdampak bencana dan untuk kegiatan mitigasi 1 bencana, yang bersifat umum kolektif/warga dengan alokasi dana sebesar 75% atau lebih, dari alokasi BLM per kecamatan, antara lain seperti berikut ini. Sarana (gedung) serba-guna desa, seperti balai pertemuan desa (bukan kantor desa) Pembersihan puing rumah/bangunan, longsor (Sites/Lands clearing) dan sejenisnya Air bersih Sanitasi Umum di desa (seperti MCK) Gedung sekolah (khususnya SD, SMP) Polindes Pasar desa Jembatan Irigasi sekunder-tersier Penerangan (listrik) desa, seperti: genset, lampu/penerangan jalan/pemukiman desa. Jalan desa Tambatan perahu c. Dana BLM tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan yang masuk kategori dilarang (negative list) sebagaimana yang tertuang dalam PTO PNPM Mandiri Perdesaan. Dana BLM juga tidak dapat dipergunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat memenuhi kebutuhan pribadi atau kepemilikan privat (seperti rumah pribadi, mobil pribadi, toko, dll). c. Pengadaan Barang dan Jasa Proses pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan kegiatan tetap berpedoman pada PTO Penjelasan XII. Kegiatan ini harus dilakukan secara transparan, diketahui, 1 UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana : Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 8

9 dan disetujui oleh masyarakat. Pengadaan barang dan jasa pada dasarnya dilakukan di setiap desa, tetapi jika dinilai lebih efektif dan efisien bisa juga dilakukan bersamasama oleh desa-desa dalam satu kecamatan, dengan tetap dilakukan secara sederhana, murah, cepat, transparan, dan akuntabel. Proses pengadaan barang dan jasa dimungkinkan untuk dilakukan beberapa penyesuaian terhadap prosesur program yang harus diikuti oleh masyarakat bergantung pada kondisi lokal dan situasi pascabencana. Penyesuaian tersebut harus ditinjau oleh fasilitator setempat, serta dinilai dan diverifikasi oleh konsultan ditingkat provinsi dan nasional, untuk kemudian disetujui oleh Satker PMD Pusat. d. Pemantauan, Pengawasan, dan Pemeriksaan Pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan dilakukan secara internal oleh masyarakat, fasilitator, dan konsultan. Adapunpemeriksaan eksternal struktural, secara resmi akan dilaksanakan oleh BPKP selaku auditor yang telah ditetapkan sebagaimana dalam Loan Agreement antara Pemerintah Indonesia dengan lembaga donor, yaitu Bank Dunia Pelaku Program Pada dasarnya, pelaku program pola khusus rehabilitasi pascabencana adalah pelaku sebagaimana dijelaskan pada PTO Penjelasan V. Tambahan pelaku dalam penanganan pola khusus rehabilitasi pascabencana adalah sebagai berikut. Tim Kaji Data Kerusakan Tim Kaji Data Kerusakan dibentuk di MAD Sosialisasi. Tiap desa mengirimkan wakilnya minimal 3 orang, satu diantaranya merupakan wakil perempuan (Kader yang sudah ada dan masih aktif dapat dicalonkan desa untuk menjadi Tim Kaji Data Kerusakan). Tugas Tim Kaji Data Kerusakan adalah: a. Menentukan tata-cara kajian dampak bencana dengan prioritas fasos (fasilitas sosial) dan fasum (fasilitas umum) yang perlu direhabilitasi berdasarkan hasil identifikasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat. b. Jika belum ada data, tim langsung melakukan identifikasi kerusakan fasos dan fasum yang perlu direhabilitasi di setiap desa yang mengalami kerusakan. (pendataan kerusakan menggunakan format yang sudah disediakan) c. Melakukan rekapitulasi hasil identifikasi kerusakan untuk selanjutnya dibuatkan rekomendasi hasil kaji data kerusakan sebagai bahan pembahasan di Musyawarah Desa Review Alur Tahapan Tindak Cepat Prarehabilitasi Hasil Verifikasi lapangan data kerusakan Daftar Rencana Kegiatan dan RAB MAD Khusus Pra- Rehabilitasi Pascabenca na Musdes Prarehabilit asi Pasca Bencana Pencairan dana dan Pelaksanaan Kegiatan Musdes Pertanggung jawaban Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 9

10 Penjelasan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan tahapan tindak cepat prarehabilitasi pascabencana secara sederhana/singkat dijelaskan lebih lanjut sebagaimana tabel berikut: No Kegiatan Keterangan 1 Persiapan MAD Khusus (Verifikasi data kerusakan dan rencana kegiatan & RAB) 2 MAD Khusus Prarehabilitasi Pascabencana Persiapan MAD Khusus dilakukan oleh masyarakat yang difasilitasi oleh Fasilitator Kecamatan yang menghasilkan: - Daftar hasil Verifikasi lapangan untuk kegiatan yang telah tercantum dalam SPC T.A. berjalan. - Review terhadap kelayakan RAB Desain (apakah masih sesuai dengan kondisi pasca bencana, apakah harga material masih relevan, dll) - Daftar hasil verifikasi dampak kerusakan akibat bencana. - Daftar kegiatan yang akan dilakukan dalam kaitan dengan persiapan rehabilitasi. - Daftar perkiraan kebutuhan pendanaan dalam kaitan untuk memenuhi kegiatan persiapan rehabilitasi. - Sosialisasi Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pascabencana. - Pada MAD Khusus dipastikan masingmasing desa telah menentukan keberlanjutan kegiatan yang telah tercantum dalam tahun anggaran berjalan. Jika diputuskan untuk tidak dilanjutkan, harus dipastikan perhitungan kewajiban pembayaran kepada pihak ketiga (misalnya: pemesanan barang yang telah dikirim ke TPK, tetapi belum dilakukan pembayaran) - Membuat perhitungan BLM-Dana Kegiatan yang tersedia untuk kegiatan dengan tahapan tindak cepat prarehabilitasi pascabencana (yang mencakup Sisa T.A. berjalan di UPK & TPK ditambah sisa alokasi yang masih ada di KPPN) termasuk untuk pembayaran kewajiban yang terhutang kepada pihak ketiga oleh TPK. - Penentuan jenis kegiatan dan penetapan pendanaan kegiatan tahapan tindak cepatprarehabilitasi pascabencana yang sesuai dengan kondisi riil di masyarakat. Dengan mencermati kembali agar tidak terjadi pendanaan kegiatan yang tumpang tindih dengan program rehabilitasi yang lain. - Menentukan jadwal kegiatan persiapan rehabilitasi pascabencana. - Melakukan Review UPK dan rencana kerjanya untuk disesuaikan dengan Estimasi Minggu ke 1 2 Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 10

11 No Kegiatan Keterangan kebutuhan kegiatan persiapan rehabilitasi pascabencana Estimasi Minggu ke 3 Musdes Prarehabilitasi Pascabencana 4 Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan 9 Musdes Pertanggungjawaba n/ Penetapan UsulanT.A. berikutnya Hasil MAD Khusus adalah: - Berita Acara Status Kegiatan yang disebutkan dalam SPC T.A. berjalan. - Berita Acara Perhitungan BLM - Berita Acara Perankingan Kegiatan pola respons cepat rehabilitasi pascabencana. - Penerbitan SPC kegiatan pola respons cepat rehabilitasi pascabencanat.a. berjalan. - Penetapan UPK dan Rencana Kerja UPK Materi: - Melakukan review pengurus TPK disesuaikan dengan kondisi pascabencana. - Penyusunan Kelompok Kerja masingmasing Desa dan penetapan HOK - Pengadaan kebutuhan sumber daya (bahan dan alat) untuk tanggap darurat. - Penentuan jadwal kegiatan Kegiatan: - TPK mengajukan dokumen untuk pencairan dana - TPK melaksanakan kegiatan dengan pola swakelola - Pengadaan bahan dan tenaga kerja harus tetap mengikuti prosedur PTO PNPM Mandiri Perdesaan. - Mobilisasi tenaga kerja diprioritaskan dari desa tersebut. - Melaporkan dan mempertanggungjawabkan realisasi penggunaan dana dan hasil kegiatan tahap persiapan rehabilitasi pascabencana. - Dalam Musdes ini juga dilakukan review gagasan dan usulan atas hasil proses perencanaan T.A. berjalan yang masih relevan dan akan diusulkan untuk tahapan Rehabilitasi Pascabencana T.A berikutnya Catatan: Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Rehabilitasi di wilayah Bencana alam mengikuti dan menyesuaikan serta menghargai keberadaan tatanan pemerintahan adat, seperti sebutan desa lainnya, termasuk untuk sebutan lembaga pelaksana kegiatan pembangunannya. Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 11

12 Alur Tahapan Rehabilitasi MAD SOSIALISASI 1 Pelatihan Tim Kaji Data Kerusaka n 2 4 Musdes (Review) MAD (Review ) 5 Desain & RAB Musdes Kegiatan 7 Sertifikasi 6 8 Pencairan dana dan Pelaksanaa n Kegiatan 9 10 Musdes Pertanggun gjawaban MAD Pertanggun gjawaban Verifikasi lapangan data kerusaka MKP 4b 3 4a Pertemuan Dusun & Kelompok (terkena dampak bencana) SPP/Sosial Ekonomi Keterangan: Persiapan dan Pengumpulan Data Kerusakan Pascabencana dilaksanakan oleh tim Fasilitator Kecamatan (dilakukan selama tahap persiapan rehabilitasi pascabencana ) dengan cara mengumpulkan data yang sudah ada, 2 termasuk identifikasi kerusakan kegiatan yang didanai oleh PNPM atau sarana/prasarana dasar yang rusak akibat bencana. Data bisa diinput dari berbagai sumber termasuk data kerusakan hasil identifikasi masyarakat. Serta melakukan koordinasi untuk persiapan MAD Sosialisasi. Khusus hasil pendataan kegiatan PNPM yang belum selesai dan akan dipergunakan oleh MAD untuk menentukan status kegiatan T.A. berjalan dan berikutnya. Penjelasan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan Tahapan Rehabilitasi Pascabencana secara sederhana/singkat dijelaskan lebih lanjut sebagaimana tabel berikut: No Kegiatan Keterangan Estimasi Minggu ke 1 MAD Sosialisasi Sosialisasi: Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pasca Bencana diterapkan dengan pola optimalisasi proses dan penggunaan dana BLM untuk rehabilitasi. - Pada MAD Sosialisasi dipastikan keputusan keberlanjutannya dan status kegiatan yang 2 Setiap kecamatan/desa dipastikan telah memiliki data kerusakan fasos dan fasum. Data-data ini dapat diminta di kantor Satkorlak/kecamatan, sebelum tahun 2007, di tingkat nasional ada Bakornas PB (Penanggulangan Bencana), di tingkat provinsi ada Satkorlak, dan di tingkat kabupaten ada Satlak. Namun, sesuai UU 24 tahun 2007, di tingkat nasional diganti dengan BNPB dan di tingkat kabupaten diganti dengan BPBD. Data terperinci dapat diminta dari setiap desa jika data di kecamatan berupa rekapitulasi. Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 12

13 2 PelatihanTim Kaji Data Kerusakan dan mengkaji SPP (kelas dan praktik lapangan) 3 Verifikasi lapangan;data kerusakan sekaligus identifikasi usulan kegiatan SPP 4 Musyawarah Desa- Review/Kajian belum selesai dan menjadwalkan ulang siklus program secara sederhana/singkat, - Melakukan identifikasi peluang sumber pendanaan selain PNPM dan rencana kegiatan yang akan didanai oleh sumber dana lain. Untuk menghindari terjadinya tumpang-tindih pendanaan. - Membentuk Tim kaji data kerusakan. Minimal 3 orang per desa (kader yang sudah ada dan masih aktif dapat dicalonkan desa untuk menjadi tim kaji data), - Menentukan tatacara kajian dampak bencana dengan prioritas fasos dan fasum yang perlu direhabilitasi berdasarkan hasil identifikasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Jika belum ada data, maka langsung dilakukan identifikasi awal kondisi per desa, - Memastikan ketersediaan dan kebutuhan calon Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pascabencana pada tingkat kecamatan dan desa/kelurahan. - Menentukan jadwal kegiatan sesuai dengan tahapan Rehabilitasi. Materi: - Tatacara melakukan kajian dampak bencana. - Data yang perlu diverifikasi + kriteria kerusakan - Cara penggalian gagasan kegiatan SPP dari kelompok-kelompok perempuan yang ada - Cara menyusun rekomendasi hasil kaji data kerusakan. Fasilitator: tim Fasilitator Kecamatan Kegiatan: - Verifikasi data kerusakan dan potensi rehabilitasi dari data kerusakan hasil pengumpulan data oleh fasilitator lapangan. - Pengumpulan usulan kegiatan SPP Kegiatan rencana usulan pascabencana (kaji ulang): - Membahas Laporan tim kaji data kerusakan dan meminta umpan balik dari masyarakat - Menentukan penyusunan prioritas fasum dan fasos desa yang perlu direhabilitasi - Memilih dan menetapkan TPK (jika belum ada/dilakukan) yang sesuai dengan kebutuhan Rehabilitasi. - Memilih dan menetapkan calon UPK (jika belum ada/dilakukan) - Melakukan Sosialisasi Kebijakan Rehabilitasi pascabencana dan review usulan hasil musdes perencanaan sebelum bencana. Jika diputuskan untuk tetap sesuai usulan sebelum bencana, maka tinggal melanjutkan ke tahapan berikutnya Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 13

14 - Penetapan FD/KPMD (tim kaji data yang telah terpilih dapat dicalonkan sebagai FD) - Menetapkan rencana kegiatan penggalian gagasan (data usulan kegiatan SPP) dengan cara: a. Penggalian Gagasan Khusus Kelompok SPP/sosial-ekonomi (yang terkena dampak langsung bencana). Dana maksimal 25% dari total BLM. b. Musyawarah Khusus perempuan (MKP) menetapkan peringkat usulan khusus kelompok SPP/sosial-ekonomi (yang terkena dampak langsung) yang didanai. 5 MAD Review/Kajian - Menyepakati prioritas fasum dan fasos yang akan direhabilitasi. - Menetapkan perankingan kegiatan yang diusulkan oleh desa termasuk ranking untuk kegiatan SPP. - Menetapkan SPC untuk kegiatan SPP dan kegiatan lain yang telah ada RAB/Sertifikasi dan mempunyai ranking prioritas. - Melakukan Review UPK dan rencana kerja berkaitan dengan kebutuhan Rehabilitasi Pascabencana. 6 RAB dan Desain Usulan prioritas mulai dari rangking tertinggi dibuatkan desain dan RAB-nya. Hasil RAB bisa dituangkan dalam beberapa SP2D. Sertifikasi FT memfasilitasi terjadinya sertifikasi desain dan RAB. Kumpulkan TPU, TPK, Tim Verifikasi. Pemberian sertifikasi akan dilakukan oleh FT-Kab. Tanpa ini, kegiatan tidak dapat dilaksanakan. Penyiapan dokumen pencairan dana 7 Musdes Informasi Kegiatan Rehabilitasi 8 Pencairan Dana dan Pelaksanaan Kegiatan Penetapan Surat Penetapan Camat (SPC) dan SP2D. Penetapan SPC dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan perkembangan pembuatan Desain, RAB, dan Sertifikasi - Sosialisasi hasil MAD Review/kajian - Sosialisasi hasil desain & RAB - Musyawarah persiapan pelaksanaan - Mobilisasi tenaga kerja - TPK mengajukan dokumen untuk pencairan dana - TPK melaksanakan kegiatan dengan pola swakelola - Pengadaan barang dan jasa harus tetap mengikuti prosedur standar PNPM Mandiri Perdesaan. - Mobilisasi tenaga kerja diprioritaskan dari desa tersebut. 9 Musdes - Melaporkan dan mempertanggungjawabkan Pertanggungjawaban realisasi penggunaan dana dan hasil kegiatan desa. 10 MAD Melaporkan dan mempertanggungjawabkan Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 14

15 Pertanggungjawaban realisasi penggunaan dana dan hasil kegiatan seluruh desa, serta evaluasi aturan main, termasuk penerapan sanksi jika terjadi penyimpangan oleh desa partisipan. Catatan: Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Rehabilitasi Pascabencana untuk rehabilitasi wilayah bencana alam, mengikuti, dan menyesuaikan serta menghargai keberadaan tatanan pemerintahan adat, seperti sebutan desa dengan nama lainnya, termasuk untuk sebutan lembaga pelaksana kegiatan pembangunannya. Penjelasan XIII: Pelaksanaan Pola Khusus Penanganan Pascabencana 15

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA A. PENDAHULUAN PNPM Mandiri Perdesaan adalah program nasional Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MELALUI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN (PNPM MANDIRI-PPK) POLA KHUSUS REHABILITASI

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PNPM MANDIRI PERDESAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Oleh : DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI PNPM MANDIRI PERDESAAN Merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI. Daftar Isi : Halaman I. Latar Belakang 2 II. Pengertian 4 III. Maksud Dan Tujuan 4 IV. Ruang Lingkup 4 V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi 5 VI. Pengendalian 11 VII. Penutup 12 Lampiran Lampiran

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015 PANDUAN PENGAKHIRAN SERTA PENATAAN DAN PENGALIHAN KEPEMILIKAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.538, 2015 KEMEN-PUPR. Darurat Bencana. Daya Rusak Air. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN 11/4/2010 [DAFTAR ISI] KATA PENGANTAR...3 CARA MENGGUNAKAN BUKU INI...4 PELAKSANAAN PELATIHAN MASYARAKAT...8

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2015 TENTANG PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH terjadi. 2 Setiap bencana yang timbul perlu dilakukan penanggulangan guna meminimalisir PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH kendarinews.com I. PENDAHULUAN adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un

2 2015, No.1443 Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pascabencana; Mengingat : 1. Un No.1443, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca bencana. Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat. Hibah. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI No BENTUK KEGIATAN ASPEK YANG DIPERHATIKAN POTENSI MASALAH PENGELOLAAN DANA PPK 1. Rekening tujuan kurang jelas dan tidak spesifik.

Lebih terperinci

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010 Lampiran II Surat Menteri Dalam Negeri Nomor : 414.2/753/PMD Tanggal : 19 Pebruari 2010 TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd DAMPAK PNPM MPd 2007 2014 FOKUS PRIORITAS INDIKATOR IMPACT GOAL Pembangunan Infrastruktur Perdesaan ( Pro Job & Pro poor) Terpenuhinya kebutuhan dan hak

Lebih terperinci

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT BADAN USAHA MILIK Desa (BUMDes) BERSAMA SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT (PNPM-Mpd) Dasar Hukum UU no 6 tahun 2014 Tentang Desa PP no 43 tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG . BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA AKIBAT DAYA RUSAK AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK

Lebih terperinci

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011 I. PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

Lebih terperinci

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN LAMPIRAN IV PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TANGGAL 2 Pebruari 2011 TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL BIDANG SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN Jenis Bantuan Bidang Sarana Dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1419, 2014 BNPB. Dana Masyarakat. Bantuan. Pengelolaan. Pengumpulan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1419, 2014 BNPB. Dana Masyarakat. Bantuan. Pengelolaan. Pengumpulan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1419, 2014 BNPB. Dana Masyarakat. Bantuan. Pengelolaan. Pengumpulan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015 BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT OPERASIONAL DAN UNIT PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

(PNPM : : PJOK,

(PNPM : : PJOK, LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM Mpd) Tahun 2010-2011 (Studi di

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Perencanaan Partisipatif Kelompok 7 Anastasia Ratna Wijayanti 154 08 013 Rizqi Luthfiana Khairu Nisa 154 08 015 Fernando Situngkir 154 08 018 Adila Isfandiary 154 08 059 Latar Belakang Tujuan Studi Kasus

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.14,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Peran serta, Lembaga Usaha, penyelenggaraan, penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTRAIAN ASET HASIL KEGIATAN PROGRAM NASONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PEDESAAN DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT Menimbang : a. BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa

Lebih terperinci

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007 Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007 PPK tahun 2007 merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Dalam pelaksanaannya, ketentuan dan kebijakan dalam PPK 2007 tidak banyak mengalami

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN UMUM KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 297 / KPTS / M / 2013 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGGULANGAN BENCANA DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM MENTERI PEKERJAAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presid BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1263, 2015 KEMENKEU. Pendanaan. Rehabilitasi. Rekontruksi. Pasca Bencana. Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah. Hibah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN ; Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN ; Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 BUPATI ENREKANG PERATURAN BUPATI ENREKANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PROSEDUR PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI UNTUK TANGGAP DARURAT BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ENREKANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Hasil Analisa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara No Data : 3 / 8/ 2006 Judul Referensi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 80 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BELANJA TIDAK TERDUGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PENATAUSAHAAN BELANJA DANA BANTUAN SOSIAL BERPOLA HIBAH UNTUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA GEMPA BUMI 2 SEPTEMBER

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DISTRIBUSI BANTUAN LOGISTIK DAN PERALATAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Ringkasan Temuan Penahapan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud terdapat lima tahap, yaitu tahap perencanaan penanggulangan bencana erupsi Gunung Kelud 2014, tahap

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BELANJA TIDAK TERDUGA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERMENDES NO.1: Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa PERMENDES NO.5: Penetapan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 66 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DUKUNGAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENANGGULANGAN RISIKO BENCANA Indonesia Rentan terhadap Bencana Alam q Dikelilingi oleh +ga lempeng bumi yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO

PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO 2015 PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PASCA BENCANA KOTA MANADO BAB I KETENTUAN UMUM DAN LANDASAN HUKUM A. KETENTUAN UMUM Dalam Pedoman ini yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2014 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA MASYARAKAT KORBAN BENCANA ALAM DAN MUSIBAH KEBAKARAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Oleh : Kepala PMU P2KP Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. KETENTUAN UMUM 2 1. LOKASI SASARAN Lokasi sasaran

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN ( P P K ) TIM KOORDINASI PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN JAKARTA 2005 DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB) BLM APBN. Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB) BLM APBN. Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu, kami yang bertanda tangan di bawah ini : PT-2.3-04-A SURAT PERJANJIAN PEMBERIAN BANTUAN (SPPB) BLM APBN Nomor : Tanggal : Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu, kami yang bertanda tangan di bawah ini : I. Nama : Jabatan : Pejabat

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO DESA KEDUNGASRI Jln.Plengkung Indah No.159. kode pos (68484) email : kantordesakedungasri@gmail.com website : kedungasri.desa.id SURAT KEPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

2012, No.76 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran

2012, No.76 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari Anggaran LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2012 KEUANGAN. Dana Darurat. Penggunaan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5299) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK 1. Definisi TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK KM-Kab adalah tenaga konsultan manajerial profesional yang berkedudukan di tingkat Kabupaten. Fungsi KM-Kab dalam PPK adalah sebagai supervisor

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM GERAKAN BERSAMA RAKYAT ATASI KAWASAN PADAT, KUMUH, DAN MISKIN (GEBRAK PAKUMIS) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut: PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGELOLAAN PELATIHAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan tujuan Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta

Lebih terperinci

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT

PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT PENJELASAN XII PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH MASYARAKAT 12.1. Penjelasan Umum 12.1.1. Ruang Lingkup Ruang lingkup berlakunya Penjelasan XII adalah berkaitan dengan pengadaan yang dilakukan masyarakat

Lebih terperinci

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA I. KEBIJAKAN POKOK 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia

Lebih terperinci

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT KODE UNIT : O.842340.046.01 JUDUL UNIT : Mengelolapelayanan shelter DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan untuk Manajer Hunian / shelter.

Lebih terperinci

Menimbang : a. Mengingat : 1.

Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. Mengingat : 1. 2. 3. 4.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.31,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. KELUARGA.KESEJAHTERAAN.PERANAN WANITA.Pedoman. Pemberian. Bantuan Keuangan Khusus. Kegiatan. Program.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan

2018, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2018 KEMENPU-PR. Bantuan Pembangunan dan Pengelolaan Rumah Susun. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/PRT/M/2018

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Kebijakan Safeguard Sosial dan Lingkungan di dalam PNPM MP

Kebijakan Safeguard Sosial dan Lingkungan di dalam PNPM MP Kebijakan Safeguard Sosial dan Lingkungan di dalam PNPM MP Tujuan Perlindungan Sosial dan Lingkungan Menjamin tidak adanya dampak negatif dari hasil pelaksanaan program kepada sosial dan lingkungan Optimalisasi

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci