Minat Enterpreneurship Siswa Di SMK N 1 Batang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Minat Enterpreneurship Siswa Di SMK N 1 Batang"

Transkripsi

1 Minat Enterpreneurship Siswa Di SMK N 1 Batang Bambang Setiyono ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh siswa kelas XI SMK N 1 Batang yang berjumlah 349 siswa. Sampel dalam penelitian ini yakni 40 siswa kelas XI AK 1. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, yakni pengambilan sampel dalam satu kelas yang dilakukan secara acak. Hal-hal yang ingin diungkap dalam penelitian ini terkait dengan minatentrepreneurship siswa diantaranya: (1) Kepercayaandiri; (2) Berorientasi pada tugas dan hasil; (3) Berani mengambil resiko; (4) Kepemimpinan ; (5) Keorisinilan ; dan (6) Berorientasi kemasa depan, yang termasuk ke dalam indicator minat entrepreneurship. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan uji coba angket minat entrepreneurship dengan tujuan mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen (angket minat entrepreneurship).uji coba validitas dan reliabilitas dilakukan pada 15 siswa yang termasuk ke dalam bagian populasi namun tidak termasuk dalam bagian sampel penelitian. Hasil dari pelaksanaan uji coba angket diperoleh kesimpulan bahwa dari 34 item pernyataan dalam angket minat entrepreneurship, 5 item di antaranya dinyatakan tidak valid, sehingga 5 item tersebut dibuang (tidak dipakai) dalam pengukuran minat entrepreneurship siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 40 siswa yang menjadi sampel penelitian (responden), 8 siswa memiliki minat entrepreneurship berada dalam kategori tinggi dan 31 di antaranya berada dalam kategori sedang, sedangkan 1 siswa pada kategori kurang. Skor rata-rata indicator minat entrepreneurship siswa SMK N 1 Batang berada pada kategori sedang. Skor tertinggi terdapat pada indicator kepercayaan diri sebesar 15,95. Sedangkan skor terendah terdapat pada indicator berani mengambil resiko sebesar 11,82. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMK N 1 Batang memiliki kecenderungan minat entrepreneurship yang baik. Saran yang dapat diberikan kepada guru bimbingan dan konseling di sekolah yakni diharapkan guru diharapkan dapat lebih memahami minat entrepreneurship siswa agar siswa mampu mengembangkan entrepreneurship yang sesuai dengan potensinya. Kata Kunci : Minat entrepreneurship, SMK N 1 Batang. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Permasalahannya adalah apakah pendidikan di tiap-tiap satuan pendidikan tersebut telah diselenggarakan dengan baik dan mencapai hasil seperti yang diharapkan. Untuk melihat mutu penyelenggaraan pendidikan, dapat dilihat dari beberapa indikator. Beberapa indikator mutu hasil pendidikan yang selama ini digunakan diantaranya adalah nilai Ujian Nasional (UN), persentase kelulusan, angka drop out (DO), angka mengulang 32 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2 kelas, persentase lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya. Indikator-indikator tersebut cenderung bernuansa kuantitatif, mudah pengukurannya dan bersifat universal. Di samping indikator kuantitatif, indikator mutu hasil pendidikan lainnya yang sangat penting untuk dicapai adalah indikator kualitatif yang meliputi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Indikator kualitatif tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik dan berkaitan dengan pembentukan minat serta keterampilan/entrepreneur skill peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, memiliki minat dan keterampilan/entrepreneur skill. Bimbingan dan konseling (BK) sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional berperan dalam membantu atau memfasilitasi siswa agar mencapai perkembangan diri yang optimal. Hal ini mengindikasikan bahwasanya layanan BK juga memiliki peran yang penting dalam mengarahkan dan atau mendidik siswa untuk menekuni dunia usaha setelah mereka menyelesaikan studinya. Untuk dapat menekuni dunia usaha sebagai seorang enterpreneur, siswa perlu memiliki pengetahuan, keterampilan dan minat entrepreneurship. Guru BK harus mampu berperan aktif untuk memfasilitasi munculnya minat entrepreneurship siswa sedini mungkin, sehingga sejak kelas X mereka memiliki telah tujuan yang jelas untuk mengikuti pembelajaran di SMK dengan dibekali minat entrepreneurship yang mantap untuk meniti karirnya. Hal ini perlu dilakukan karena untuk sampai pada suatu karir tertentu tidak dapat hanya diajarkan dalam waktu yang lama. Pencapaian karir, persiapan karir dan penempatan karir dengan perkembangan yang optimal sampai pada pemantapan karirnya. Pemberian hard skill yang sesuai kompetensi keahlian yang dipilih siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia SMK. Salah satu SMK yang mengalami progress yang signifikan di Jawa Tengah adalah SMK Negeri 1 Batang. Asumsi tersebut berdasar dari beberapa indikator, yakni diantaranya: (1) sarana dan prasarana sekolah yang semakin representatif; (2) penambahan dan atau pembukaan jurusan baru; (3) program peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, seperti workshop, seminar dan pelatihan diadakan secara kontinyu; (4) jumlah pendaftar setiap tahun mengalami peningkatan; (5) pada tahun 2009 SMK N 1 Batang menjadi salah satu Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Konsekuensi dari itu semua, SMKN 1 Batang harus mampu menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran dalam tataran yang ideal, baik secara teori maupun aplikasi, sehingga out put yang dihasilkan memiliki kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor yang unggul. Setiap harinya siswa dilatih memiliki keterampilan yang diharapkan untuk siap terjun ke dunia industri. Namun sentuhan soft skill seperti minat entrepreneurship tidak cukup hanya dengan pemberian hard skill. Inilah salah satu tugas guru BK untuk memberikan sentuhan minat entrepreneurship melalui layanan BK. Guru BK yang secara ideal memiliki jaringan luas dengan para alumni sekolah, para motivator seharusnya menjadi jembatan yang menghubungkan mereka dengan siswa agar siswa memiliki minat entrepreneurship. 33 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

3 Atas dasar hal itu maka penelitian dengan judul Minat Entrepreneurship Siswa Di SMK N 1 Batang Tahun 2013 penting untuk dilaksanakan. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Minat Mengenai apa yang dimaksud dengan minat belum ada kata sepakat di antara para ahli. Ini berarti bahwa pengertian ahli yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Minat adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Perasaan yang dimaksud adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Minat merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Secara lebih sederhana, Walgito (2010:211) memandang minat sebagai organisasi-organisasi keyakinan dan pendapat seseorang mengenai objek yang bersifat konstan, yang disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu sesuai dengan yang dipilihnya. Pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa minat yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna bagaimana seseorang itu berperilaku. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa apa yang diperbuat atau cara seseorang berperilaku memberikan gambaran tentang minatnya. Konsep Entrepreneurship Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa entrepreneurship adalah identik dengan apa yang dimiliki oleh usahawan atau wiraswasta. Pandangan tersebut kiranya kurang tepat karena entrepreneurship tidak hanya dimiliki oleh usahawan, namun juga oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif, misalnya petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, pimpinan proyek, dan lain sebagainya. Memang pada awalnya entrepreneurship dijumpai dalam dunia bisnis, akan tetapi akhir-akhir ini berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan sering digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk menjadi pemimpin di suatu organisasi. Konsep entrepreneurship sampai saat ini masih terus berkembang. Entrepreneurship adalah suatu minat, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Entrepreneurship merupakan minat mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja serta berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang yang memiliki karakter selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Entrepreneur adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya. 34 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

4 METODE PENELITIAN Metode Penelitian Setiap langkah memecahkan masalah perlu menggunakan metode yang sesuai, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2006:6).sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2004:4) metode adalah suatu cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dimana dilakukan dengan metode ilmiah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara yang ditempuh untuk mengadakan penelitian artinya dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat disertai bukti yang meyakinkan dikumpulkan secara logis, sistematis dan terkontrol. Jenis Penelitian Desain penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian atau rancang bangun adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa, sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaanpertanyaan penelitiannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka. Oleh karenanya, dalam penelitian ini, peneliti hanya memotret fenomena tentang minat entrepreneurship siswa tanpa memberikan intervensi apapun pada mereka. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMK N 1 Batang tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 349 siswa yang terdiri dari 166 siswa laki-laki dan 183 siswa perempuan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang dipilih untuk sumber data. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling dengan cara undian atau acak. Cluster random sampling dengan cara undian atau acak adalah teknik pengambilan sampel penelitian dengan cara mencampur semua objek dalam populasi, sehingga semua objek di dalam populasi dianggap sama tanpa ada yang diperlakukan istimewa. Setelah dilakukan randomisasi (pengacakan) dari 8 kelas yakni XI AK I, XI AK II, XI AK III, XI PM I, XI PM II, XI AP I, XI TKJ I dan XI MM I didapatkan kelas XI AK I sebagai kelas yang 35 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

5 digunakan untuk sampel penelitian dengan jumlah 40 siswa. Ini berarti jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 40 siswa. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Sampel Penelitian Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Kelas XI Akuntansi (AK) I 14 siswa 26 siswa 40 siswa Variabel Penelitian Variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun tingkatannya. Dengan demikian yang dimaksud variabel adalah objek penelitian. Dalam penelitian ini, variabelnya adalah minat entrepreneurship siswa. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian: Bulan Maret April Tempat/Lokasi Penelitian: Penelitian ini akan dilaksanakan SMK N 1 Batang, Jl. Ki Mangunsarkoro No. 2, Kabupaten Batang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas instrumen angket minat entrepreneurship. Uji validitas dimaksudkan agar angket yang disebar benar-benar merupakan alat pengumpul data yang tepat. Pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan dengan menggunakan 15 siswa sebagai responden. Responden tersebut termasuk dalam bagian populasi namun di luar sampel penelitian. Dalam uji validitas angket rumus yang digunakan adalah korelasi product moment dari Karl Pearson. Berdasarkan hasil uji validitas angket Minat Entrepreneurship menunjukkan bahwa dari 34 item pernyataan, terdapat 29 item yang termasuk valid dan 5 item tidak valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa 5 item tersebut yakni item nomor 1, 9, 15, 24, dan 29 tidak dapat digunakan untuk mengukur tingkat minat enterpreneurship siswa sampel penelitian. Sedangkan hasil uji reliabilitas angket minat enterpreneurship siswa menunjukkan bahwa tingkat reliabilitas angket tersebut adalah 0,991. Ini menunjukkan bahwa angket tersebut reliabel untuk digunakan. Berdasarkan pada tujuan penelitian yang berjudul "Minat Enterpreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013, maka dapat diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang. Sebelum mendeskripsikan mengenai gambaran tingkat minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 siswa yaitu kelas XI AK 1 sesuai dengan yang dijelaskan pada bab tiga. Berikut ini merupakan tingkat minat entrepreneurship siswa XI AK I SMK Negeri 1 Batang Tahun JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

6 Secara lebih ringkas tingkat minat entrepreneurship siswa XI AK I SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013 dapat dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 2. Tingkat Minat Entrepreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Kategori Jumlah Responden T 8 S 31 K 1 R 0 Keterangan : R : Pencapaian minat entrepreneurship siswa Rendah K : Pencapaian minat entrepreneurship siswa Kurang S : Pencapaian minat entrepreneurship siswa Sedang T : Pencapaian minat entrepreneurship siswa Tinggi Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 40 siswa yang menjadi responden mayoritas memiliki tingkat minat entrepreneurship pada kategori sedang, 8 siswa pada kategori tinggi, 1 siswa pada kategori kurang dan tidak ada siswa yang tidak memiliki minat entrepreneurship di SMK Negeri 1 Batang Tahun Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat minat entrepreneurship siswa dapat digambarkan sebagai berikut: Jumlah Responden T S K R Gambar 1. Tingkat Minat Entrepreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Nilai rata-rata indikator minat entrepreneurship siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Skor Rata-Rata Indikator Minat Entrepreneurship Siswa No Indikator Jumlah Skor 1 Kepercayaan diri 15,95 2 Berorientasi pada tugas dan hasil 15,45 3 Berani mengambil resiko 11,825 4 Kepemimpinan 15,45 5 Keorisinilan 14,7 6 Berorientasi ke masa depan 14,425 Pada tabel 3 dapat dilihat perbedaan tiap indikator minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang Tahun Dari ke-enam indikator minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 37 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

7 Batang skor tertinggi terdapat pada indikator kepercayaan diri sebesar 15,95. Sedangkan skor terendah terdapat pada indikator berani mengambil resiko sebesar 11,82. Pada indikator berorientasi pada tugas dan hasil dengan indikator kepemimpinan memiliki skor yang sama yaitu sebesar 15,45. Sedangkan indikator keorisinilan sebesar 14,7 dan indikator berorientasi ke masa depan sebesar 14,425. Untuk lebih jelasnya mengenai rata-rata indikator minat entrepreneurship siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013 dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 2. Skor Rata-Rata Indikator Minat Entrepreneurship Siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013 Pembahasan Entrepreneurship adalah orang-orang yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup. Berdasarkan hasil penelitian mengenai minat entrepreneurship pada siswa di SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013 menunjukkan bahwa minat entrepreneurship siswa di SMK Negeri 1 Batang berada pada kategori sedang. Hal ini dapat dilihat pada masing-masing indikator entrepreneurship meliputi kepercayaan diri, berorientasi pada tugas dan hasil, berani mengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, serta berorientasi ke masa depan (Alma, 2010:52; Wibowo, 2011:35; Pusposutardjo, 1999:16; Hamdani, 2010:54). Penjelasan masing-masing pecapaian indikator minat entrepreneurship siswa yakni sebagia berikut. 1. Kepercayaan diri Kepercayaan diri merupakan suatu paduan minat dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik, kepercayaan diri adalah minat dan keyakinan untuk memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan. 38 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

8 Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efisien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Tingkat minat entrepreneurship siswa di SMK N 1 Batang Tahun 2013 pada masing-masing indikator menunjukkan bahwa indikator kepercayaan diri merupakan indikator minat entrepreneurship tertinggi dengan skor 15,95. Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dan minat seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Hal ini berarti bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki keyakinan yang kuat dalam mencapai suatu tujuan, memiliki keyakinan yang kuat dalam memulai sesuatu/ pekerjaan, memiliki keyakinan yang kuat dalam menyelesaikan suatu tugas/ pekerjaan, memiliki keyakinan yang kuat dalam mempertahankan prinsip hidup, tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan dan hambatan serta memiliki minat ketidaktergantungan terhadap orang lain. 2. Beroirientasi pada tugas dan hasil Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif di sini artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan berkembang. Dalam entrepreneurship, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Berorientasi pada tugas dan hasil adalah memfokuskan diri sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu dan sumber daya lainnya untuk menyelesaikan tugas dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan, sehingga tercapai efisiensi pribadi. Dengan kata lain bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang Tahun 2013 telah mampu dalam merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan jelas, mengutamakan nilai-nilai yang positif, berorientasi pada manfaat/laba, mempunyai dorongan yang kuat untuk maju, mempunyai tekad kerja keras/tidak muydah menyerah serta mempunyai inisiatif yang kuat. 3. Berani mengambil resiko Keberanian mengambil risiko yang menjadi nilai entrepreneurship adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realitis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistik. Situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut. Artinya, seorang entrepreneur menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai. Entrepreneur menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. 39 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

9 Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri. Ini berarti, semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri, maka semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko. Jadi pengambil risiko lebih menyukai tantangan dan peluang. Berani mengambil resiko adalah kesiapan mental seseorang untuk berani menanggung kegagalan dengan penuh perhitungan dan berpikir realistis. Indikator berani mengambil resiko pada minat entrepreneurship siswa SMK Negeri 1 Batang dengan skor terendah sebesar 11,82. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang cukup baik dalam keberanian menanggung kegagalan, berpikir realisitis dan penuh perhitungan, cukup menyukai Sesutu/pekerjaan yang menantang dan atau penuh resiko, tidak mudah menyerah/pitis asa apabila mengalami kegagalan, serta mampu berminat assertif/ menyampaikan pendapat secara jujur. 4. Kepemimpinan Seorang entrepreneur yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Untuk dapat menggunakan waktu dan tenaga orang lain, mengelola dan mengembangkan bisnisnya, seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan dan semangat untuk mengembangkan orangorang di sekelilingnya. Seorang pemimpin yang baik tidak diukur dari berapa banyak pengikut atau pegawainya, tetapi dari kualitas orang-orang yang mengikutinya serta berapa banyak pemimpin baru di sekelilingnya. Kepemimpinan sebagai faktor penting untuk dapat mempengaruhi kinerja orang lain memberikan sinergi yang kuat demi tercapainya suatu tujuan. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki minat kepemimpinan yang baik, dengan ditunjukkan pada minat mudah beradaptasi dengan orang lain, dapat membina hubunngan dengan penuh pengertian dan dapat memberi pengarahan, member teladan terhadap orang lain, terbuka terhadap saran dan kritik, serta mampu mengatasi konflik interpersonal. 5. Keorisinilan Nilai inovatif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik, dengan ciri-ciri: a. Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik. b. Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya. c. Selalu ingin tampil beda atau memanfaatkan perbedaan 40 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

10 Orisinil tidak selalu baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan hasil kombinasi baru antara reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Keorisinilan merupakan nilai inovatif, kreatif dan fleksibel. Indikator keorisinilan pada minat entrepreneurship siswa SMK Negeri 1 Batang menunjukkan kategori sedang dengan skor 14,7. Hal ini berarti bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang tidak cepat merasa puas dengan hasil yang sudah dicapai, memiliki keinginan untuk tampil beda secara positif, memiliki fleksibilitas/ todak kaku terhadap hal-hal baru, memiliki banyak ide/gagasan, memiliki daya kreativitas, serta memiliki inovasi untuk menciptakan produk/hal baru. 6. Berorientasi pada masa depan Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat entrepreneur tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu ia selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang. Berorientasi pada masa depan adalah perspektif seseorang untuk selalu mencari peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan dan berpandangan jauh ke depan. Pada indikator berorientasi pada masa depan ini siswa SMK Negeri 1 Batang dengan skor 14,425. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang mampu berminat optimis, mempunyai visi dalam kehidupan, berusaha untuk selalu berkarsa dan berkarya, tidak suka menunda suatu pekerjaan, mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan serta memiliki antisipasi terhadap dampak negatif dari pekerjaan yang dilakukan. Siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki perbedaan dalam minat entrepreneurship. Perbedaan tersebut disebabkan karena 2 faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Hal ini sesuai dengan Nuryadi (kk.mercubuana.ac.id) menyatakan bahwa entrepreneurship dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Pertama, faktor ekonomi yaitu adanya dorongan dalam diri untuk perubahan ekonomi. Faktor ekonomi ini ada dua macam yaitu adanya perangsang dan adanya cukup persediaan modal. Adanya perangsang yaitu adanya kebutuhan sosial yang baru dapat diupayakan untuk dipenuhi oleh siswa selaku calon entrepreneur dengan cara-cara baru. Sedangkan adanya cukup persediaan modal yaitu adanya modal yang cukup guna mendanai usaha yang akan dilakukan. Kedua, faktor non-ekonomi meliputi kurtur sosial dan mobilitas sosial. Kultur sosial yaitu segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan masyarakat. Mobilitas sosial yaitu perpindahan status seseorang dari satu kedudukan ke kedudukan yang lain. 41 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

11 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Minat Entrepreneurship Siswa SMK Negeri 1 Batang maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Batang memiliki kecenderungan minat entrepreneurship yang sedang. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa mampu bekerja penuh keyakinan, tidak memiliki ketergantungan dalam melakukan pekerjaan, memenuhi kebutuhan akan prestasi, memiliki orientasi pekerjaan berupa laba, tekun dan tabah, tekad kerja keras, mampu berinisiatif, berani mengambil resiko kerja, menyukai pekerjaan yang menantang, bertingkah laku sebagai pemimpin yang terbuka terhadap saran dan kritik, mudah bergaul dan bekerjasama dengan orang lain, memeiliki daya kreatif dan inovatif, mampu luwes dalam melaksanakan pekerjaan, mempunyai banyak sumber daya, memiliki minat serba bisa dan berpengetahuan luas, serta berpikiran menatap ke depan. DAFTAR PUSTAKA Agus Wibowo Pendidikan Keentrepreneuran: Konsep dan Strategi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bambang Pranowo Pembelajaran yang Menumbuhkan Minat Entrepreneurship. Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang. Buchari Alma Entrepreneurship. Bandung: Alfabeta. Bimo Walgito Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Kemendiknas Pengembangan Pendidikan Entrepreneurship. Jakarta: Puskur Balitbang. Ishaq Ahmed Entrepreneurship in School. ( Diakses Desember Langan dan Susanna Pendidikan Entrepreneurship dalam Kehidupan Sekolah. ( Diakses Maret M. Hamdani Enterpreneurship: Kiat Melihat dan Memberdayakan Potensi Bisnis. Jogjakarta: Starbooks. Meredith Jones Entrepreneurship with The Economic. ( Diakses Desember Nancy Susiana Program Pembelajaran Kimia untuk Menumbuhkan Minat Entrepreneur. [Online]. Diakses Desember 2012 melalui Sugiyono Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Suprodjo Pusposutardjo Pengembangan Budaya Entrepreneurship melalui Mata kuliah Keahlian. Makalah: Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP Yogyakarta. 42 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

12 Sutrisno Hadi Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. Suryana dan Dede Bayu Minat sebagai Motivasi diri dalam bekerja. Yogyakarta: Pustaka Ilmu. Sudarsono Metode Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya. Jakarta: Gramedia Pustaka. Syaifuddin Azwar Minat Manusia: Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarmizi Program Bimbingan Karir untuk Mengembangkan Minat Entrepreneur Siswa SMA. Tesis pada Program Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zimmerer, B.J A Social Cognitive View Of Self Regulated. Journal Of Academic Psychology. ( 43 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat,

Lebih terperinci

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bab 4 Hakekat, Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa dapat menjelaskan hakekat, karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan 2. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA NILAI NILAI RELIGI DALAM PENGHAYATAN IMAN DENGAN CIRI-CIRI ENTREPRENEURSHIP PADA ENTREPRENEUR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTARA NILAI NILAI RELIGI DALAM PENGHAYATAN IMAN DENGAN CIRI-CIRI ENTREPRENEURSHIP PADA ENTREPRENEUR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN ANALISIS KETERKAITAN ANTARA NILAI NILAI RELIGI DALAM PENGHAYATAN IMAN DENGAN CIRI-CIRI ENTREPRENEURSHIP PADA ENTREPRENEUR DI WILAYAH JAKARTA SELATAN Fajar Puthera 0700704671 ABSTRAK Nilai-nilai religi

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 35 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Motode Penelitian Penelitian adalah salah sata cara untuk menemukan jawaban secara ilmiah. Setiap penelitian memiliki metode tertentu untuk memecahkan masalah. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan sebuah perubahan-perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) ialah ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat

Lebih terperinci

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA Enceng Yana Abstrak Masih banyaknya lulusan pendidikan tinggi/sarjana yang belum memiliki pekerjaan merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan I. PENDAHULUAN TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan ABSTRAK Pilihan masa depan buat negara kita, dalam mengatasi persoalan tenaga kerja, tidak lain adalah membuka lapangan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha Melalui Konseling Karir Pada Siswa

Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha Melalui Konseling Karir Pada Siswa Upaya Meningkatkan Motivasi Berwirausaha Melalui Konseling Karir Pada Siswa Tri Yuni Astuti (09220092) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Penanaman motivasi berwirausaha

Lebih terperinci

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan. EKO HANDOYO MEMBANGUN KADER PEMIMPIN BERJIWA ENTREPRENEURSHIP DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN 12-12 2012 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Hal tersebut diungkapkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Rupublik

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI

Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM SKRIPSI 0 UPAYA MENINGKATKAN KECAKAPAN HIDUP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN SIMULASI PADA SISWA SMK NEGERI 1 KLEGO KABUPATREN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : ARIE KHURNIAWAN NPM.

Lebih terperinci

Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa

Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa Siti Nasirotun (11120060-ST) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini dalam dunia usaha terjadi persaingan yang ketat dan tajam, sehingga berbagai peluang pasar akan menjadi ajang perebutan yang seru.

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi.

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 GIRIMARTO TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Kerangka teori merupakan kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori teori yang mendukung permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: Wirausaha adalah seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya system ekonomi perusahaaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN Pengabdi Daru Wahyuni, Endang Mulyani PENDAHULUAN Indonesia memerlukan sumberdaya

Lebih terperinci

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012 Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian PT. Advantage SCM. Yang beralamat di Jl. Cideng Barat No. 48-49 Jakarta Pusat 10150. 3.2 Desain Penelitian Penelitian McClelland terhadap para

Lebih terperinci

PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013 PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap

Lebih terperinci

EKSPLORASI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN

EKSPLORASI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN 174 EKSPLORASI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PEMELIHARAAN SISTEM KELISTRIKAN KENDARAAN RINGAN Henro N. M. Faizal 1, Wowo S. Kuswana 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: GERYSA DIMAS BARUNA NPM. 12500093 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini semakin mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM MENGEMUKAKAN DAN MEMPERTAHANKAN PENDAPAT PADA SISWA KELAS

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM MENGEMUKAKAN DAN MEMPERTAHANKAN PENDAPAT PADA SISWA KELAS PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM MENGEMUKAKAN DAN MEMPERTAHANKAN PENDAPAT PADA SISWA KELAS VIIe SMP NEGERI 1 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: TIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Kewirausahaan Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang niilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BERORGANISASI DISEKOLAH DAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMK N 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BERORGANISASI DISEKOLAH DAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMK N 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BERORGANISASI DISEKOLAH DAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMK N 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KLEGO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

MINAT BERWIRAUSAHA LULUSAN SMA/SMK/MA DITINJAU DARI PELUANG USAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA DI KELURAHAN MLESE KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN

MINAT BERWIRAUSAHA LULUSAN SMA/SMK/MA DITINJAU DARI PELUANG USAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA DI KELURAHAN MLESE KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN MINAT BERWIRAUSAHA LULUSAN SMA/SMK/MA DITINJAU DARI PELUANG USAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA DI KELURAHAN MLESE KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN WIRAUSAHAWAN. (Studi kasus pada lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan, Jakarta tahun 2013)

KOMPETENSI KEPEMIMPINAN WIRAUSAHAWAN. (Studi kasus pada lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan, Jakarta tahun 2013) KOMPETENSI KEPEMIMPINAN WIRAUSAHAWAN (Studi kasus pada lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan, Jakarta tahun 2013) Lilik Aslichati 1), Gede Umbaran Dipodjoyo 2) Universitas Terbuka, Jakarta Universitas Persada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan BAB II PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK Pengetahuan tentang wirausaha di kalangan pelajar SMK saat ini sangat minim, hal ini disebabkan karena SMK dibuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 27 BATAM

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 27 BATAM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 27 BATAM Nina Agustyaningrum 1), Silfia Suryantini 2) 1 Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENCONTEK PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENCONTEK PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENCONTEK PADA SISWA KELAS XI IPS MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Siti Nur Haulah (11500053) Pembimbing : Lydia Ersta K. Prodi BK FKIP UNSIRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Karakteristik Kewirausahaan 2.1.1.1 Pengertian Kewirausahaan Secara harfiah wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Mahasiswa Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun. Soenarjo Siska Diana Sari Dwijayanto

Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Dosen Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun Mahasiswa Prodi PPKn IKIP PGRI Madiun. Soenarjo Siska Diana Sari Dwijayanto PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 BARAT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Soenarjo Siska Diana Sari Dwijayanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan merupakan salah satu pilar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Konsep Diri 2.1.1 Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. KARAKTERISTIK PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN MEMAHAMI KARAKTERISTIK CIRI-CIRI UMUM NILAI-NILAI HAKIKI CARA BERPIKIR KREATIF DALAM SIKAP DAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK 16 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK Amin Solihin 1, Ono Wiharna 2, Mumu Komaro 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan

B A B I PENDAHULUAN. bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep pendidikan yang sekarang ini cenderung berbentuk institusi bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan pengetahuannya kepada

Lebih terperinci

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KECAMATAN MOJOLABAN TAHUN

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KECAMATAN MOJOLABAN TAHUN PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KECAMATAN MOJOLABAN TAHUN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya suatu negara diukur melalui sistem pendidikannya, pendidikan juga tumpuan harapan bagi peningkatan

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Hubungan antara kreativitas dan persepsi peluang kerja dengan minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Batik 2 Surakarta tahun diklat 2006/2007 Oleh : Sri Admawati K7403187 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN (UNTUK PEMILIK) Kepada yang terhormat Bapak/Ibu dimohon kesediaannya untuk menjawab

KUESIONER PENELITIAN (UNTUK PEMILIK) Kepada yang terhormat Bapak/Ibu dimohon kesediaannya untuk menjawab LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN (UNTUK PEMILIK) Kepada yang terhormat Bapak/Ibu dimohon kesediaannya untuk menjawab pertanyaan yang sudah tersedia di dalam kuesioner ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Modul ke: Kewirausahaan I Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Hakikat dan

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: WAHYU SURYO WIDIYANTORO NPM. 12500034 ABSTRAK Tujuan dalam penelitian

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD

PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD PERCAYA DIRI BERORIENTASI TUGAS DAN HASIL PENGAMBILAN RESIKO KEPEMIMPINAN KEORISINILAN BERORIENTASI KE MASA DEPAN KREATIFITAS KONSEP 10 D DARI BYGRAVE BEBERAPA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL Oleh: MARET ADI PURWANTO 08503244036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PURWANTORO TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai di masa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan

Lebih terperinci

pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Diajukan Oleh: ANDRI RISTIYANTI A

pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Diajukan Oleh: ANDRI RISTIYANTI A MOTIVASI BERWIRAUSAHA DITINJAU DARI KREATIVITAS BERWIRAUSAHA DAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI ORANG TUA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2014/2015 Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Pendidikan diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada peradaban modern yang makin berkembang pesat sekarang ini, negara kita mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai kehidupan. Dalam persaingan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari faktor pendidik, karena pendidikan mempunyai perna penting dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia yang merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II

PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengembangkan kamampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODUL DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

TAHUN AJARAN 2012/2013 PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1

TAHUN AJARAN 2012/2013 PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 1 PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DITINJAU DARI PENGELOLAAN KELAS DAN KOMUNIKASI GURU PADA SISWA PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sikap kewirausahaan bisa diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan. Hal ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan merupakan kepribadian

Lebih terperinci

ROIMAN D.T SITUMORANG

ROIMAN D.T SITUMORANG 1 SEMINAR NASIONAL ANALISIS KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR SE-KOTA SIBOLGA PASCA MENGIKUTI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) TAHUN 2015 ROIMAN D.T SITUMORANG Guru Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KARTASURA

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KARTASURA PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang menjelaskan tentang dasar, fungsi dan tujuan sisdiknas yaitu sebagai berikut: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor yang sangat mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan manusia, karena pendidikan adalah investasi sumber daya manusia dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN MAKALAH Oleh Herwan Abdul Muhyi NIP. 132310585 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2007 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran untuk menunjang kelancaran jalannya

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK BATIK I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan harusnya mendapatkan perhatian khusus. Pihak pengelola pendidikan

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT Kewirausahaan merupakan nilai, kemampuan, dan perilaku

Lebih terperinci

Naskah Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Naskah Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi KEMANDIRIAN BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR DAN KEIKUTSERTAAN SISWA DALAM ORGANISASI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VII DAN VIII SMP NEGERI 2 KEDUNGJATI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh FARAH NURIKASARI NPM

JURNAL. Oleh FARAH NURIKASARI NPM PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN, KREATIVITAS, DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG JURNAL Oleh FARAH NURIKASARI NPM.110401020036

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor kehidupan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan bangsa yang cedas, damai, terbuka dan demokratis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945, secara fundamental merupakan pernyataan dan tekad untuk membangun bangsa. Salah satu wujud nyata yang harus ditempuh dalam

Lebih terperinci

ARTIKEL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh

ARTIKEL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERGAULAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XII IPS SMA N 1 PURWANTORO TAHUN AJARAN 2013/2014 ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi persaingan dalam hal apapun dirasa semakin ketat. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang keberadaannya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci