ROIMAN D.T SITUMORANG

Transkripsi

1 1 SEMINAR NASIONAL ANALISIS KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR SE-KOTA SIBOLGA PASCA MENGIKUTI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) TAHUN 2015 ROIMAN D.T SITUMORANG Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Batari Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) Sekolah Dasar di Kota Sibolga yang memperoleh nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 di atas batas ketuntasan minimal, yaitu berjumlah 16 orang dan yang memperoleh nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 di bawah batas ketuntasan minimal, yaitu berjumlah 41 orang. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif dengan pendekatan kuantitaif. Tingkat kinerja guru tersebut diperoleh melalui survei dengan menggunakan angket/kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data yang diperoleh diolah atau dianalisis dengan menggunakan software SPSS 17 untuk menggambarkan tingkat kinerja guru. Penelitian ini masih tahap pengajuan atau tahap proposal dan besar harapan peneliti agar rencana penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan rencana. Kata Kunci : Analisis Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Pasca mengikuti UKG PENDAHULUAN Dewasa ini, pendidikan menjadi suatu kebutuhan penting bagi setiap manusia. Amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam rangka mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam bangsa yang diatur dengan undang-undang, maka pemerintah menetapkan satu Undang- Undang yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I Pasal 1 Ayat 1, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dijelasksan pada BAB II Pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu, pendidikan nasional harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar memiliki mutu yang baik. Pemerintah menetapkan 8 Standar Nasional Pendidikan demi menjamin tercapainya mutu pendidikan nasional yang baik. Peraturan Pemerintah Republik

2 Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pasal 2 Ayat 1 menjelaskan bahwa 8 Standar Nasional Pendidikan tersebut antara lain: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan. Salah satu standar pendidikan dari 8 Standar Nasional Pendidikan tersebut yang dianggap paling berkontribusi dalam mencapai mutu pendidikan nasional yang baik adalah Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 Ayat 8 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Kriteria yang dimaksud dalam Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 5 menjelaskan bahwa Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya Ayat 6 menjelaskan bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktor, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Berdasarkan pada penjelasan di atas, pihak yang termasuk dalam kriteria pendidik adalah guru. Berdasarkan pada penjelasanpenjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menciptakan mutu pendidikan nasional yang baik diperlukan guru-guru yang kompeten, baik pada kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional, karena akan meningkatkan kinerjanya sebagai seorang guru. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) adalah merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada peserta didik di setiap jenjang pendidikan, baik pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang memiliki tujuan yang sama dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Oleh sebab itu, setiap guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) harus memiliki tingkat kompetensi yang baik. Namun pada faktanya berdasarkan pada data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD) tentang Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015, secara khusus pada guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang mengajar pada Sekolah Dasar (SD) di Kota Sibolga rata-rata memiliki tingkat kompetensi yang rendah, hanya 16 orang dari 57 orang yang memperoleh nilai di atas nilai minimal sesuai standar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD), yaitu 55. Namun hal yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah apakah hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) tersebut memiliki korelasi dengan kinerjanya sebagai guru. Dengan kata lain, ada asumsi bahwa nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) tinggi belum tentu kinerjanya di lapangan juga tinggi atau sebaliknya. Oleh sebab itu, untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan suatu penelitian ilmiah secara mendalam dan menyeluruh tentang kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang memperoleh hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) di atas nilai minimal ketuntatasan secara nasional atau di atas nilai 55 dan kinerja guru

3 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) yang memperoleh hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) di bawah nilai minimal ketuntatasan secara nasional atau di bawah nilai 55. LANDASAN TEORI Kinerja Istilah kinerja dapat diterjemahkan dari istilah asing (Bahasa Inggris), yaitu performance. M. Echols dan Shadily (2005: 425), menjelaskan bahwa arti kata performance adalah pertunjukan, perbuatan, daya guna, prestasi, hasil, pelaksanaan, penyelenggaraan, pergelaran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMDIKBUD) Republik Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring menjelaskan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Suprihanto (1996: 16) dalam Supardi (2014: 47) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang dalam suatu periode tertentu yang dibandingkan dengan beberapa kemungkinan, misalnya; standar target, sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu. Supardi (2014: 47) menjelaskan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standardisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan. Berdasarkan pada beberapa pendapat tentang pengertian kinerja di atas, maka dapat disimpukan bahwa kinerja adalah hasil, pencapaian atau prestasi sesorang terhadap suatu tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja Guru Supardi (2014: 54) menyatakan bahwa kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah prestasi yang dicapai oleh guru dalam melaksankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembelajar yang berguna dalam meningkatkan prestasi belajar para peserta didik seutuhnya atau secara holistik. Penilaian Kinerja Guru Gaffar (2005: 187) dalam Supardi (2014: 69-70) menyatakan bahwa untuk menilai kinerja guru dapat dilihat pada beberapa aspek, yaitu: penguasaan content knowledge, behavioral skill, dan human relation skill. Michel (1987: 34) dalam Supardi (2014: 70) menjelaskan bahwa aspek yang dilihat untuk menilai kinerja individu (termasuk guru), yaitu; quality of work, propness, initiatif, capability, and comunication. Kompetensi Pedagogik Menurut Sanjaya (2009:19-20), kompetensi pedagogis adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi; pemahaman wawasan atau landasan pendidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi Kepribadian Menurut Sagala (2011:31-41), kemampuan kepribadian yang dimaksud, yaitu; kemampuan kalbu (daya spiritual, emosional, moral, rasa kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran dan kebersihan, disiplin diri, harga diri, tanggung jawab, keberanian moral,kerajinan, komitmen, estetika, dan etika), kemampuan raga (kesehatan, stamina, katahanan, dan keterampilan), dan kemampuan fungsional (kemampuan memanfaatkan IPTEK serta seni dalam

4 kehidupan, kemampuan mengelola sumber daya, kemampuan bekerjasama, kemampuan memanfaatkan informasi, kemampuan menggunakan sistem dalam kehidupan, kemampuan manajerial dan kepemimpinan, kemampuan berwirausaha, kemampuan kejujuran, kemampuan menjaga harmoni dengan lingkungan, kemampuan mengembangkan karir, dan kemampuan menyatukan bangsa berdasarkan Pancasila). Kompetensi Sosial Menurut Sanjaya (2009:18-19), kompetensi sosial kemasyarakatan adalah kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, seperti; kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat, kemampuan dalam mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, dan kemampuan untuk bekerja sama secara individual maupun secara kelompok. Sagala (2011:31-41), kemampuan sosial adalah mencakup perangkat perilaku yang menyangkut; kemampuan interaktif (keterampilan ekspresi diri, berbicara efektif, memahami pengaruh orang lain terhadap diri sendiri, menafsirkan motif orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain), keterampilan memecahkan masalah kehidupan (mengatur waktu, uang, kehidupan berkeluarga, memahami nilai kehidupan), kompetensi spiritual (pemahaman, penghayatan, dan pengamalan kaidah agama dalam berbagai aspek kehidupan). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Variabel dalam penelitian ini, yaitu; (1) kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) Sekolah Dasar (SD) di Kota Sibolga dengan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) di atas batas ketuntasan, dan (2) kinerja guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) Sekolah Dasar (SD) di Kota Sibolga dengan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) di bawah batas ketuntasan. Varibel-variabel tersebut akan dicari tahu dan dianalisis secara mendalam. Penelitian diawali dengan menemukan topik permasalahan, melakukan kajian pustaka, yaitu mencari data-data tentang topik permasalahan dan teori-teori yang memiliki korelasi, serta melakukan diskusi intensif dengan para pembimbing. Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi awal (pra observasi) ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sibolga untuk mendapatkan data akurat tentang hasil Uji Kompetensi Guru ((UKG) guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) tahun Setelah data tersebut diperoleh, peneliti kembali berdiskusi kepada para pembimbing. Proses selanjutnya adalah menyusun proposal secara lengkap termasuk pembuatan kisi-kisi instrumen penelitian dan instrumen penelitian yang sudah diuji coba baik dari segi validitas maupun realibilitasnya. Selanjutnya adalah mengurus suarat izin penelitian dari pihak Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Setelah itu melaksanakan koordinasi dengan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sibolga untuk melaksanakan penelitian. Peneliti akan terlibat langsung dengan para calon responden untuk memperoleh data-data tentang tingkat kinerja mereka. Setelah data-data tersebut diperoleh, langkah berikutnya adalah menganalisis data-data tersebut dengan menggunakan teknik analisis deskriptif sederhana dan menggunakan paket software SPSS 17. Hasil analisis akan disimpulkan dengan kajian-kajian dan norma penilaian untuk mendeskripsikan tingkat kinerja para responden, yaitu kinerja para guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) Sekolah Dasar (SD) di Kota Sibolga. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini tidak menggunakan uji coba instrumen, karena dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik one shoot. Ketika pertama

5 kali menyebarkan angket ke 57 guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Pendidikan (PJOK), maka hasil dari satu kali penyebaran angket dipakai dalam subjek penelitian yang sesungguhnya. Menurut Imam Ghazali (2006: 46), One shoot atau pengukuran sekali saja. Di sini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan a. Konsultasi (Kalibrasi Ahli/Expert Judgement) Setelah butir-butir pernyataan selesai disusun, kemudian selanjutnya adalah mengkonsultasikan kepada ahli (Expert Judgement) atau kalibrasi ahli yang kompeten dalam bidang Kinerja Guru. Untuk butir angket Kinerja Guru kami mengkonsultasikan pada dosen ahli di luar pembimbing. Sesudah melakukan serangkaian konsultasi dan diskusi mengenai instrumen yang digunakan (angket penelitian), maka insrumen tersebut dinyatakan siap untuk digunakan dalam mengambil data-data penelitian. b. Uji Validitas Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 170), bahwa validitas tes adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui kesahihan atau ketepatan instrumen masing-masing variabel. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 17 dengan rumus korelasi product moment dari Pearson (Suharsimi Arikunto, 2009:171), yaitu: Keterangan: r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y Σxy = Jumlah perkalian antara variabel x dan Y x 2 = Jumlah dari kuadrat nilai X y 2 = Jumlah dari kuadrat nilai Y ( x) 2 = Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan ( y) 2 = Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan

6 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsmi Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Badan Standar Nasional Pendidikan Buletin BSNP. Jakarta Imam Ghazali. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSSCetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Jurnal Safwan, Dkk Pengaruh Kompetensi dan Motivasi terhadap Kinerja Pengelolaan keuangan Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Pidie Jaya. Aceh Margono, S Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta M. Echols, Jhon dan Shadily, Hassan Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

7