POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGECORAN LOGAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGECORAN LOGAM"

Transkripsi

1 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) INDUSTRI PENGECORAN LOGAM BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) Fax: (021) , tbtlkm@bi.go.id

2 DAFTAR ISI 1. Pendahuluan a. Latar Balakang... 2 b. Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode Penelitian Profil Usaha dan Pola Pembiayaan a. Profil Usaha... 5 b. Pola Pembiayaan Aspek Pemasaran a. Permintaan... 7 b. Penawaran... 8 c. Harga... 8 d. Persaingan... 9 e. Jalur Pemasaran Aspek Produksi a. Lokasi Usaha b. Fasilitas Produksi c. Bahan Baku d. Tenaga Kerja e. Proses Produksi f. Mutu Produksi g. Produksi Optimum h. Kendala Produksi Aspek Keuangan a. Komponen dan Struktur Pembiayaan b. Pendapatan c. Kebutuhan Modal Kerja d. Aliran Kas e. Evaluasi Profitabilitas f. Hambatan Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi b. Dampak Lingkungan Penutup a. Kesimpulan b. Saran LAMPIRAN Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 1

3 1. Pendahuluan a. Latar Balakang Sektor industri barang dari logam terdiri dari perusahaan besar, sedang, kecil dan usaha rumah tangga. Direktorat Jendral Industri Logam, Mesin dan Elektronika Deperindag membagi perusahaan industri logam dalam lima kelompok sesuai dengan tingkatan teknologi serta hasil produksi maupun jasanya. Kelompok I adalah usaha industri yang membuat barang-barang sederhana termasuk industri pedesaan dan kerajinan rumah tangga. Produk yang dihasilkan berupa alat-alat pertanian, pertukangan, perkakas tangan dan alat-alat rumah tangga. Kelompok II adalah industri yang sudah mampu membuat produk yang mempunyai nilai teknis lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pertama. Produk-produknya antara lain mesin pembuat mie, dll. Kelompok III adalah industri pembuat komponen, baik komponen untuk kendaraan bermotor, mesin dan peralatan pabrik maupun pembuat komponen lainnya yang memenuhi persyaratan mutu dan presisi tertentu. Kelompok IV adalah industri pembuat barang-barang perhiasan emas dan perak. Kelompok V adalah industri jasa, baik servis dan reparasi untuk kendaraan bermotor, alat listrik, bengkel reparasi alat dan mesin pertanian dll. Berdasarkan pengelompokkan diatas, industri-industri kelompok kedua dan ketiga umumnya telah mendapat bantuan pembinaan dari segi modal baik dari perbankan maupun dari perusahaan besar swasta maupun nasional. Sedangkan kelompok industri pertama sebagian besar masih belum tersentuh oleh lembaga perbankan, hal ini disebabkan karena belum mampu memenuhi persyaratan bank teknis, karena ketidakmampuan mereka menyediakan agunan atau jaminan serta persyaratan perizinan usaha mereka dan kelemahan mereka dalam penguasaan aspek - aspek pemasaran, teknik poduksi dan menajemen. Kendala-kendala ini menyebabkan pengajuan kredit oleh usaha kecil kepada bank seringkali tidak disetujui oleh bank, disebabkan karena bank tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang cukup tentang usaha yang mempunyai potensi untuk dibiayai bank. Usaha pengecoran logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen, industri-industri pengerjaan logam, dan industri-industri lainnya seperti furniture. Keberadaan industri pengecoran logam menjadikan logam bekas mempunyai nilai ekonomis yang lebih baik. Pemanfaatan logam bekas menjadi bahan baku industri sehingga menjadi komoditi perdagangan, mendorong berkembangnya usaha-usaha penampungan logam bekas di sekitar lokasi usaha. Pemanfaatan logam bekas menjadi bahan baku industri dan kecenderungan perkembangan industri yang membutuhkan barangbarang coran logam ini, merupakan potensi besar bagi pengembangan usaha pengecoran logam. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 2

4 Dalam rangka menunjang pengembangan usaha pengecoran logam yang potensial ini, diperlukan acuan yang dapat dimanfaatkan investor, pengusaha kecil dan menengah, serta perbankan sehingga memudahkan semua pihak dalam mengimplementasikan pengembangan usaha pengecoran logam ini. b. Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode Penelitian Tujuan Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka meningkatkan realisasi Kredit Untuk Usaha Kecil, khususnya melalui penyediaan kredit untuk pengembangan usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor. 2. Untuk menyediakan informasi dan pengetahuan untuk pengembangan usaha kecil pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor mengenai aspek pemasaran, teknik produksi, dan aspek keuangan. Ruang Lingkup Kelompok usaha yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah usaha yang membuat barang-barang sederhana termasuk industri pedesaan dan kerajinan rumah tangga. Produk yang dihasilkan berupa alat-alat pertanian, pertukangan, perkakas tangan dan alat-alat rumah tangga (Kelompok I). Penyusunan lending model ini memerlukan studi mengenai pola pembiayaannya yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut : 1. Aspek Pemasaran meliputi antara lain kondisi permintaan (termasuk pasar ekspor), penawaran, persaingan, harga, proyeksi permintaan pasar dll. 2. Aspek Produksi meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produk, proses pengolahan dan penanganannya 3. Aspek Keuangan meliputi perhitungan kebutuhan biaya investasi, dan kelayakan keuangan. Perhitungan kelayakan keuangan menggunakan analisis yang disesuaikan dengan jenis usaha yang dapat meliputi rugi laba, cash flow, net present value, pay back ratio, benefit cost ratio dan internal rate of return, termasuk analisa sensitivitas. 4. Aspek Pengelolaan usaha kecil pada garis besarnya meliputi aspek manajemen dan hal-hal lainnya seperti latar belakang menjadi pengusaha kecil, kursus yang pernah diikuti, penghargaan yang pernah diperoleh. 5. Aspek Sosial Ekonomi meliputi pengaruh pengembangan usaha komoditi yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan lapangan kerja dan pengaruh terhadap sektor lain. 6. Aspek Dampak Lingkungan yang meliputi baik lingkungan fisik maupun non fisik Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 3

5 Metode Penelitian Survei lapang dilakukan untuk memperoleh data sebagai berikut: 1. Data primer dari pengusaha kecil (pengusaha pembuat alat-alat rumah tangga dari logam cor) di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi; 2. Data sekunder dari instansi terkait (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukabumi). 3. Tokoh masyarakat setempat (tokoh formal dan tokoh informal). Analisis data tersebut di atas selanjutnya dilakukan atas hal-hal sebagai berikut: 1. Analisa usaha, dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh komoditi yang diteliti (usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor) dilihat dari aspek-aspek pemasaran, produksi, sosialekonomi, dan dampak lingkungannya; 2. Analisis pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui bagaimana pembiayaan proyek dan kelayakan usaha dilihat dari aspek keuangannya. Untuk kepentingan pengumpulan dan analisis data tersebut di atas, sampel usaha kecil di wilayah penelitian diambil secara acak dengan persyaratan bahwa usaha kecil tersebut yang paling banyak terdapat di wilayah studi, tetapi dengan mengutamakan mereka yang mendapat kredit bank untuk usahanya. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 4

6 2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan a. Profil Usaha Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra industri pengecoran besi dan non besi di Indonesia. Jumlah unit usaha industri logam kecil dan menengah formal di daerah ini dan jumlah tenaga kerja yang terserap tahun 1999 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Untuk industri kecil non formal sebagian besar berlokasi di Kecamatan Cisaat. Studi kasus menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden pengusaha beragam dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor merupakan pekerjaan atau sumber penghasilan utama sebagian responden. Pengusaha memulai usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor dari modal sendiri, dengan modal yang terbatas mereka hanya mampu membeli alat dan mesin bekas dan biasanya memanfaatkan sebagian dari rumah untuk dijadikan ruangan produksi. Pengusaha industri kecil ini memanfaatkan keterampilan yang didapat dari pengalaman bekerja pada industri logam yang lebih besar, membuat produk yang lebih sederhana seperti gagang pintu (handle), meja, kaki sofa dan lain-lain. Industri ini berkembang dengan mencari dan membina kerjasama dengan perusahaan lain seperti meubel/furniture. Pengusaha biasanya membuat produk atas job-order sesuai dengan sub-kontrak. Perputaran piutang relatif pendek, tergantung lama waktu penyelesaian pesanan oleh pengusaha. Produk-produk yang dihasilkan oleh usaha ini sangat banyak macamnya dan dipasarkan oleh pengusaha sampai ke luar propinsi. Pengusaha pengecoran logam pada umumnya bersifat inovatif. Mereka mampu memproduksi hampir segala macam produk yang diminta oleh pemesan. Karena keterbatasan modal untuk memiliki sendiri beberapa peralatan/mesin, penyelesaian (finishing) dilakukan di perusahaan industri permesinan atau di bengkelbengkel yang besar. Biaya penyelesaian ini mencapai 10% dari pendapatan kotor pengusaha. Sebagian besar dari perusahaan yang beroperasi mempunyai kelemahan pada sisi permodalan, teknologi dan manajemen usaha. Agar jenis industri ini dapat berkembang, perlu adanya pembinaan dari suatu lembaga baik perbankan maupun perusahaan besar, dalam hal permodalan, teknologi dan manajemen usaha. b. Pola Pembiayaan Berdasarkan pengelompokkan Dirjen Industri Logam, Mesin dan Elektronik Deperindag, di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi, kelompok industri Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 5

7 yang telah mampu menghasilkan mesin dan komponen mesin, lebih dominan dan telah mendapat pembinaan teknis dan modal dari AMV (Astra Modal Ventura), sedangkan industri kecil usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor belum mendapatkan bantuan teknis dan modal, baik dari perbankan maupun perusahaan besar. Hasil wawancara dengan responden pengusaha pembuat alat-alat rumah tangga dari logam cor menunjukkan bahwa keseluruhan kebutuhan biaya untuk operasi usaha berasal dari dana sendiri. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden Bank umum yang beroperasi di Kabupaten Sukabumi, tercatat hanya satu bank yang memberikan fasilitas kredit kepada pengusaha usaha pengecoran logam skala menengah, dan inipun terbatas hanya kepada satu orang pengusaha. Kredit yang diberikan adalah berupa kredit modal kerja dengan jumlah plafond kredit per debitur disesuaikan dengan skala usaha, omzet, dan jaminan yang diserahkan pada tingkat suku bunga 18% dan jangka waktu pengembalian satu tahun. Kredit investasi tersebut diberikan dengan jaminan sertifikat tanah/bangunan atau tabungan/deposito. Beberapa persyaratan lainnya adalah atas pertimbangan adanya kontinuitas pemasaran dan pasokan bahan baku, serta bantuan teknis dari dinas terkait yang biayanya menjadi beban calon debitur. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 6

8 3. Aspek Pemasaran a. Permintaan Usaha pengecoran logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen dan industri-industri pengerjaan logam lainnya serta industri furniture dari logam dan industri yang menggunakan produk pengecoran logam. Keberadaan dan berkembangnya industri furniture rumah tangga, khususnya meja dan sofa di Indonesia merupakan pasar potensial untuk usaha pengecoran alat-alat rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha kecil pembuat alat-alat rumah tangga dari logam cor di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, semua responden menyatakan bahwa prospek pasar produk coran logam yang mereka hasilkan adalah cerah. Semua responden menyatakan bahwa permintaan terhadap produk serat cukup besar, yang semuanya tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan modal kerja. Permintaan pasar dunia untuk produk barang rumah tangga dari logam dapat dilihat pada Tabel 3.1, dengan negara tujuan ekspor utama adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Kanada. Ekspor produk barang rumah tangga sejak tahun 1996 cukup berfluktuasi, namun masih menunjukkan trend (kecendrungan) meningkat seperti dapat dilihat pada Grafik 3.1. Peningkatan permintaan ekspor ini menjadi gambaran permintaan untuk produk peralatan rumah tangga dari logam cukup potensial. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 7

9 Grafik 3.1. Ekspor Produksi Dan Nilai Ekspor Meja, Alat Dapur Dan Barang Rumah Tangga Dari Aluminium b. Penawaran Analisa pasar terhadap penawaran produk pengecoran logam alat-alat rumah tangga didekati dengan melihat perkembangan beberapa produksi industri logam terutama untuk industri-industri logam yang menghasilkan produk untuk kebutuhan rumah tangga. Produksi industri logam dapat dilihat pada Tabel 3.2. Pada Tabel 3.2 dapat dilihat terjadi penurunan produksi yang sangat besar sejak tahun 1997 sampai tahun 1999, namun pada tahun 2000 terjadi peningkatan (secara lebih jelas dapat dilihat pada Grafik 3.2). Penurunan yang sangat besar ini disebabkan gejolak krisis moneter yang telah berdampak menurunkan kinerja kelompok industri logam. Namun pada tahun 2000 mulai bangkit kembali yang ditandai dengan peningkatan produksi hampir disemua jenis industri logam. c. Harga Grafik 3.2. Produksi Beberapa Produk Industri Logam Berdasarkan wawancara dengan responden harga bahan baku utama yaitu aluminium adalah Rp per kilogram, dan harga kuningan Rp per kilogram. Harga bahan baku utama mengalami kecenderungan naik setiap tahun, berkisar 5 persen setiap tahun dan peningkatan harga bahan baku ini juga akan meningkatkan harga penjualan oleh produsen. Harga produk usaha pengecoran logam ini adalah meja Rp , kaki sofa Rp dan gagang pintu (handle) Rp , sedangkan produk lain yaitu sambungan pipa Rp Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 8

10 d. Persaingan Daerah pasar produk usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor tidak begitu luas jika dibandingkan dengan industri logam menengah. Sebagian besar dari produksinya dijual kepada industri-industri meubel. Persaingan yang terjadi pada industri ini juga tidak tajam, karena para pengusaha biasanya telah mempunyai pelanggan tetap. Upaya yang harus dilakukan pengusaha adalah menjaga mutu sehingga pelanggan puas dan tidak pindah ke pengusaha lain. e. Jalur Pemasaran Penjualan produk usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor ini dilakukan sendiri oleh pengusaha dengan konsumen seluruhnya industri, tetutama industri meubel. Pola pemasaran produk pengecoran logam alat rumah tangga ini adalah pengusaha menjual langsung produknya kepada industri meubel (untuk produk kaki sofa dan meja) sedangkan untuk gagang pintu pengusaha memasarkan produknya ke pedagang pengecer. Daerah penjualan produk pengecoran logam ini dilakukan di luar propinsi (75%) dan di dalam propinsi (25%). Upaya pemasaran secara langsung tidak dilakukan oleh responden. Upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga mutu produk yang dihasilkan, sehingga pelanggan puas dan dapat menarik pelanggan lain. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 9

11 4. Aspek Produksi a. Lokasi Usaha Lokasi usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor terletak di Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Desa Cibatu merupakan sentra usaha industri logam baik logam tempa maupun logam cor. Lahan yang dijadikan sebagai tempat usaha merupakan sebagian dari rumah pemilik usaha. Pemilihan lokasi usaha pengecoran logam di Sukabumi lebih berorientasi pasar, yaitu dengan pemilihan lokasi dekat kota dimana peluang pasar cukup cerah. Faktor-faktor lainnya seperti tenaga kerja, prasarana listrik fasilitas transportasi dan lain-lain, bukan faktor utama akan tetapi faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi. b. Fasilitas Produksi Jenis dan besarnya ruangan produksi atau bangunan usaha pengecoran logam ditentukan oleh kebutuhan alat produksi dan jenis-jenis produk yang dihasilkan. Ruangan produksi ini harus memenuhi standar ketinggian ruangan, luas ruangan kerja minimum untuk mengatur tata letak tungku peleburan dan alat-alat produksi. Ruangan produksi untuk usaha pengecoran alat-alat rumah tangga ini seluas 100 m2. Ruangan ini masih cukup untuk menempatkan tungku peleburan dan beberapa mesin dan peralatan. Tiap-tiap pekerjaan dalam usaha pengecoran logam dilakukan oleh tangan atau oleh mesin. Mesin dan peralatan untuk pengecoran logam berbeda-beda sesuai dengan keperluannya. Tabel 4.1 menunjukkan peralatan yang umum digunakan untuk pengecoran logam. c. Bahan Baku Bahan baku pokok untuk proses pengecoran adalah aluminium dan kuningan, dengan bahan penolong tembaga, babet, pasir cetak dan resin. Bahan baku diperoleh dari pedagang pengumpul besi/logam bekas di sekitar lokasi usaha atau di pasar di sekitar lokasi usaha. Untuk pembakaran/peleburan logam digunakan arang sebagai sumber panas. d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha ini sebanyak empat orang dengan upah Rp per bulan. Pengusaha sendiri merupakan pengawas dan juga sekaligus manajer. Tenaga kerja ini berasal dari daerah sekitar desa Cibatu. Semua pekerja tidak mempunyai spesialisasi keahlian, dimana masing-masing pekerja dapat melaksanakan beberapa keahlian. Tenaga kerja ini telah biasa bekerja dengan tugasnya, karena usaha industri pengocoran logam ini masih memakai teknologi tradisional yang tidak menuntut tingkat keahlian yang khusus. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 10

12 e. Proses Produksi Proses-proses dalam pengecoran berbeda-beda menurut keadaannya, yaitu keadaan bahan, macam, ukuran dan jumlah produksi dari coran. Semua proses dibagi menjadi : 1. Proses utama adalah peleburan bahan coran dan menuangkannya ke dalam cetakan untuk dibuat coran 2. Proses pengolahan pasir cetak, pasir dibuat menjadi cetakan dan dikembalikan ke tempat bahan cetakan setelah penuangan, pendinginan dan penghancuran cetakan. 3. Proses peredaran rangka cetakan melalui pembuatan cetakan, penuangan, pendinginan, penghanc Diagram alir proses pembuatan coran logam adalah sebagai berikut : Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 11

13 Grafik 4.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Cor Logam f. Mutu Produksi Produk-produk yang dihasilkan oleh usaha pengecoran logam skala kecil termasuk industri rumah tangga sangat banyak macamnya, tergantung kepada pesanan dari mitra bisnis. Pengusaha pengecoran logam pada umumnya bersifat inovatif. Mereka mampu memproduksi hampir segala macam produk yang diminta oleh pemesan. Responden pengusaha pembuat alat-alat rumah tangga dari logam cor memproduksi meja, kaki sofa, gagang pintu (handle) dan sambungan pipa. Jumlah yang di produksi tergantung kepada pesanan dari mitra usaha industri meubel. Berdasarkan hasil survey rata-rata produksi selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 12

14 g. Produksi Optimum Berdasarkan hasil studi kasus untuk usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor di wilayah Kabupaten Sukabumi, tingkat produksi terutama ditentukan pesanan yang datang dari mitra industri furniture. Skala usaha optimum adalah pada kapasitas 100%, dengan jumlah produksi ratarata per bulan seperti terlihat pada Tabel 4.2, dan jumlah tenaga kerja sebanyak empat orang. Apabila terjadi peningkatan jumlah pesanan dapat dilakukan dengan menambah jam kerja (lembur), atau dengan menambah jumlah pekerja. h. Kendala Produksi Kendala dan hambatan yang dihadapi pengusaha pembuat alat-alat rumah tangga dari logam cor, terutama dari mesin dan peralatan, dimana sampai saat ini usaha kecil ini masih memakai jasa industri logam yang lebih lengkap peralatannya, terutama untuk tahap finishing produk. Hal ini menyebabkan pengusaha harus mengeluarkan biaya sekitar 10% dari pendapatannya. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 13

15 5. Aspek Keuangan a. Komponen dan Struktur Pembiayaan Analisa aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha industri pengecoran logam. Untuk penyusunan dan proyek kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor di daerah penelitian serta informasi yang diperoleh dari pengusaha dan pustaka. Asumsi tersebut disajikan pada Tabel Kebutuhan Biaya Investasi Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membangun usaha pembuatan alatalat rumah tangga dari logam cor ini meliputi sewa bangunan dan mesin peralatan, dengan total biaya sebesar Rp Rincian kebutuhan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel Biaya Operasional/Produksi Biaya operasional ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya tetap per tahun sebesar Rp Biaya variabel diproyeksikan dengan asumsi bahwa pada tahun pertama usaha beroperasi pada kapasitas 80 % (Rp ), pada tahun kedua kapasitas 90 % (Rp ), dan pada tahun ke tiga seterusnya beroperasi pada kapasitas 100 % (Rp ). Rincian biaya tetap per tahun dapat dilihat pada Lampiran 3, dan rincian biaya variabel per tahun dapat dilihat pada Lampiran Rencana Pembiayaan Kredit Investasi proyek dibiayai dari modal sendiri dan pinjaman dari bank dengan Debt Equity Ratio (DER) 65% : 35%. Kredit investasi ini seluruhnya diterima pada tahun ke nol proyek (masa konstruksi) dengan masa pinjaman selama 3 tahun, dan tingkat bunga 18 % per tahun. Cicilan pokok besarnya sama setiap tahun dan pembayaran bunga dilakukan setiap tahun selama 3 tahun. Masa pinjaman kredit modal kerja adalah 1 tahun dengan bunga sama. Pembayaran kredit investasi dan kredit modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 14

16 b. Pendapatan Pendapatan usaha industri pengecoran logam diperoleh dari produk utama, yaitu meja, kaki sofa dan gagang pintu (handle), disamping itu pengrajin juga membuat sambungan pipa (exhoos). Pendapatan usaha diproyeksikan dengan asumsi bahwa pada tahun pertama usaha beroperasi pada kapasitas 80 % dan pada tahun kedua kapasitas 90 %, dan pada tahun ke tiga seterusnya beroperasi pada kapasitas 100 %. Rincian jumlah dan harga penjualan serta total penerimaan industri pengecoran logam dapat dilihat pada Lampiran 4. Berdasarkan informasi yang disajikan pada Lampiran 7, secara garis besar proyeksi pendapatan dan keuntungan/kerugian usaha dapat dilihat pada Tabel 5.4. c. Kebutuhan Modal Kerja Kebutuhan modal kerja awal diperlukan perusahaan untuk membiayai operasi selama satu bulan pada tahun pertama. Modal kerja ini disiapkan untuk mengatasi defisit pada tahun pertama dan setelah satu bulan diasumsikan usaha ini sudah berjalan lancar. Kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan adalah sebesar Rp d. Aliran Kas Analisis keuangan digunakan untuk menganalisa kelayakan suatu proyek dari segi keuangan. Proyek dikatakan sehat dari segi keuangan, jika dapat memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan ke luar serta dapat mendatangkan keuntungan yang layak bagi perusahaan. Untuk mengkaji kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansialnya serta mendatangkan keuntungan selama umur proyek, disusun perkiraan rugi laba dan perkiraan arus kas yang dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 15

17 e. Evaluasi Profitabilitas Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C ( Net Benefit/Cost). Nilai NPV usaha pengecoran logam alat-alat rumah tangga adalah Rp pada tingkat bunga 18%. Nilai IRR adalah 57,51%, yang menunjukkan usaha ini masih layak sampai pada tingkat suku bunga mencapai 57,51%. Nilai Net B/C adalah 2,14 sehingga proyek ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) 1,8 tahun. Berdasarkan asumsi-asumsi yang dikemukakan sebelumnya, serta berdasarkan proyeksi aliran kas, indikator-indikator profitabilitas usaha industri pengecoran logam dapat dilihat pada Tabel 5.5. Analisa sensitivitas usaha dilakukan dengan mencoba penurunan harga jual produk, kenaikan biaya bahan baku (biaya variabel) masing-masing sebesar 10%. Kenaikan biaya variabel sebesar 10% dan penurunan harga jual sampai 10% menyebabkan nilai NPV negatif sehingga proyek tidak layak untuk dilaksanakann. NPV tetap positif sampai kenaikan biaya produksi sampai 8,5% dan penurunan harga jual sampai 6,5%. Hasil analisis seperti ditunjukkan data pada Tabel 5.5 dan Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 11 menyatakan bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap perubahan harga jual produk. f. Hambatan Hampir semua pengusaha pengecoran logam yang diwawancarai mengalami masalah atau kesulitan untuk membiayai modal kerja maupun modal investasi usahanya. Keterbatasan modal untuk investasi mesin dan peralatan menyebabkan pengusaha harus mengeluarkan biaya sekitar sepuluh persen dari pendapatannya. Sedangkan untuk modal kerja sangat tergantung pada pembayaran dari para pelanggannya. Pembayaran dari pelanggan ini menjadi kendala bagi pengusaha apabila terjadi penundaan, sehingga pengusaha harus mempunyai cadangan modal kerja. Berkaitan dengan modal investasi dan modal kerja, pengusaha kecil pengecoran logam mengalami kesulitan menjadi kreditur bank. Hal ini disebabkan karena mereka belum mampu memenuhi persyaratan bank teknis dan persyaratan perizinan usaha serta kelemahan mereka dalam penguasaan aspek - aspek pemasaran, dan menajemen. Kendala-kendala di atas menyebabkan pengajuan kredit oleh usaha kecil kepada bank seringkali tidak disetujui oleh bank, disebabkan karena bank tidak memiliki pengetahuan atau informasi yang cukup tentang usaha ini. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 16

18 6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi dikenal sebagai daerah industri pengecoran logam dan penempaan besi. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian di industri ini, baik sebagai pengusaha ataupun menjadi buruh. Keberadaan industri pengecoran logam ini menjadikan logam bekas memberikan nilai ekonomis yang lebih baik. Pemanfaatan logam bekas menjadi bahan baku industri sehingga menjadi komoditi perdagangan, mendorong berkembangnya usaha-usaha penampungan logam bekas di sekitar lokasi usaha. Karakteristik usaha pengecoran logam secara umum masih memakai teknologi tradisional yang tidak menuntut tingkat keahlian yang khusus, sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan formal. Pada kondisi teknologi produksi tersebut, usaha ini membutuhkan tenaga kerja paling sedikit sekitar 4 HOK, dengan jam kerja sekitar 6-8 jam per hari. Secara umum keberadaan dan pengembangan usaha pengecoran logam memberikan dampak yang positif bagi wilayah, yaitu dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah. b. Dampak Lingkungan Usaha pengecoran logam menimbulkan jelaga dan asap dari kupola, debu dari pasir cetak, bau yang tidak sedap dari minyak inti atau resin, dan suara bising. Dampak ini memberikan pengaruh buruk pada kesehatan pekerja dan penduduk sekitar pabrik. Oleh karena itu perlu diambil tindakan-tindakan untuk meniadakan penyebab-penyebab pencemaran umum tersebut di atas. Peralatan yang paling sederhana untuk menghilangkan asap dan debu dari kapola adalah sebuah silinder dengan tutup berbentuk kerucut yang dipasang di atas kapola. Debu ini dialirkan ke bidang miring dan jatuh ke dasar penangkap debu. Dalam industri pengecoran, suara dikeluarkan dari berbagai mesin. Kebisingan tersebut menyebabkan perasaan tidak enak bagi para pekerja dan orang-orang sekitar pabrik. Cara pencegahan dari kebisingan tersebut adalah dengan jalan menutup mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan atau menempatkankan mesin-mesin tersebut di ruangan yang kedap suara, tetapi hal ini pada prakteknya susah dilaksanakan. Kalau kebisingan yang terjadi dengan keterlaluan, sampai ke tingkat tertentu kebisingan dapat ditahan dengan jalan membuat ruangan kedap suara, dengan memberi lapisan bahan peredam getaran pada dinding dan di atas langit-langit. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 17

19 Dampak kebisingan yang dikeluarkan dari usaha pengecoran logam di sekitar Desa Cibatu Kabupaten Cisaat juga dirasakan oleh masyarakat sekitar, namun masih dalam tingkat wajar dan hal telah dimaklumi oleh masyarakat, karena kebisingan tersebut telah menjadi hal yang biasa dan mereka memang bermata pencaharian di industri ini. Sedangkan dampak debu dan asap tidak dirasakan mengganggu oleh penduduk di sekitar lokasi. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 18

20 7. Penutup a. Kesimpulan 1. Industri pengecoran logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen, industri-industri pengerjaan logam, dan industriindustri lainnya seperti furniture/meubel. Perkembangan industri pengguna barang-barang coran logam ini, merupakan potensi besar bagi pengembangan usaha pengecoran logam. 2. Ketersediaan bahan baku dan bahan-bahan pembantu serta sarana dan prasarana yang diperlukan di lokasi pengembangan, dan teknis produksi relatif telah dikuasai oleh kebanyakan masyarakat, menyebabkan usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor ini berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. 3. Total biaya proyek yang dibutuhkan usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor sebesar Rp , yang dibiayai dari pinjaman kredit 65% (Rp ) dan biaya sendiri 35% (Rp ), dengan bunga pinjaman 18% dan masa pinjaman kredit investasi selama 3 tahun, dan kredit modal kerja 1 tahun. 4. Secara finansial usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor ini layak dilaksanakan dengan NPV Rp , IRR 57,51%, Net B/C 2,14 dan PBP 1,8 tahun. Industri ini juga mampu melunasi kewajiban bank, dan selama umur proyek industri ini tidak mengalami defisit aliran kas. 5. Analisa sensitifitas menunjukkan usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor lebih sensitif terhadap penurunan harga jual produk dibandingkan dengan kenaikan biaya produksi, sehingga penurunan harga produk yang lebih besar dari 6,5% menyebabkan usaha ini sudah tidak layak 6. Pengembangan usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor memberikan manfaat yang positif baik dari aspek sosial ekonomi, wilayah maupun lingkungan. b. Saran 1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek finansial, usaha pengecoran logam alat-alat rumah tangga ini, layak untuk dibiayai. 2. Usaha pembuatan alat-alat rumah tangga dari logam cor perlu diberikan pembinaan dan dukungan pelayanan untuk memperoleh akses terhadap permodalan dan teknologi proses, serta perluasan pasar. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 19

21 3. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek pemasaran, antara lain dalam bentuk dukungan pelayanan dan informasi untuk perluasan pasar ekspor. Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 20

22 LAMPIRAN Bank Indonesia Industri Pengecoran Logam 21

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA Peluang bisnis INDUSTRI SERAT SABUT KELAPA OLEH : NAMA : WIRO FANSURI PUTRA NIM : 11.12.6300 KELAS : 11-S1SI-13 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Tahun 2011/2012 Industri Serat Sabut Kelapa PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, HAMDANI M.SYAH HARIANTO.

RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, HAMDANI M.SYAH HARIANTO. RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, 2004. Analisis Kelayakan Investasi Ekspansi Usaha Penyamakan Kulit PT. Rahayu Indokulit Indah. Di bawah bimbingan HAMDANI M.SYAH dan HARIANTO. PT. Rahayu Indokulit Indah

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian pendirian agroindustri berbasis ikan dilaksanakan di Kabupaten Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF ARIEF RAHMAN,

RINGKASAN EKSEKUTIF ARIEF RAHMAN, RINGKASAN EKSEKUTIF ARIEF RAHMAN, Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan Usaha Industri Sayur Beku Olahan Pada PT. Kemfarm Indonesia. Dibawah bimbingan DJONI TANOPRUWITO dan SRI HARTOYO. PT. Kemfarm

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP

ABSTRAK. Kata kunci: town house, pasar, teknis, NPV, BCR, IRR, PBP ABSTRAK Town house merupakan salah satu investasi yang diminati dengan membidik pasar wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Town house adalah kompleks perumahan dengan unit terbatas disertai fasilitas

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA USAHA

PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYUSUNAN RENCANA USAHA I. DEFINISI RENCANA USAHA DAN MANFAAT RENCANA USAHA Rencana Usaha adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh seorang wirausaha yang menggambarkan hubungan faktor-faktor internal

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN III. 1. KERANGKA PEMIKIRAN Terbatasnya sumber daya minyak dan kemampuan kapasitas produksi minyak mentah di dalam negeri telah menjadikan sekitar 50% pemenuhan bahan bakar nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen, industriindustri pengerjaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan

III. METODOLOGI. A. Kerangka Pemikiran. B. Pendekatan Studi Kelayakan III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pengembangan industri tepung dan biskuit dari tepung kepala ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan

usaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan 34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklim persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. Iklim persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dewasa ini, Bab 1. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Iklim persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dewasa ini, menuntut setiap bidang usaha untuk lebih produktif. Krisis ekonomi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH

PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH PERBANDINGAN BIAYA MANFAAT PEMBANGUNAN GEDUNG PERTEMUAN UMUM KUALA KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Prance Abel Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Tel. 031-5939925, Fax 031-5939510

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci