ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat) FAIZAL MARWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat) FAIZAL MARWAN"

Transkripsi

1 ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat) FAIZAL MARWAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN FAIZAL MARWAN. Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas dengan Pendekatan Willingness to Accept (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat). Dibimbing Oleh Eka Intan Kumala Putri. Jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor semakin meningkat. Luas Kota Bogor yang hanya ha dengan panjang jalan km sudah padat untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin lama melebihi carrying capacity jalan. Saat ini ada unit angkot yang diijinkan beroperasi di dalam kota, di tambah lagi ratusan angkot dari Kabupaten Bogor yang trayek operasinya memasuki wilayah Kota Bogor. Jumlah angkot sebanyak itu tidak hanya menjadi bagian dari beban kepadatan lalu lintas Kota Bogor, karena masih ada unit kendaraan roda empat pribadi dan unit kendaraan roda dua serta ratusan becak yang hilir mudik setiap harinya. Dengan banyaknya volume kendaraan tersebut maka menyebabkan terjadinya kemacetan di Kota Bogor. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah penelitian ini. Adapun permasalahan yang dikaji adalah 1) Apakah dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh pengguna jalan saat terjebak kemacetan? 2) Apakah penguna jalan bersedia menerima kompensasi sebagai akibat dari terkena dampak kemacetan? 3) Berapa besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan dilihat dari nilai kompensasi (WTA)? 4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTA tersebut? Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Contingent Valuation Method (CVM). Metode ini memiliki kemampuan untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai sisi. Berdasarkan hasil penelitian, kemacetan menyebabkan pengguna jalan merasakan lelah, stres, waktu yang hilang serta dampak terhadap penggunaan bahan bakar. Pengeluaran pembelian BBM dalam kondisi lalu lintas normal untuk pengguna mobil adalah sebesar Rp ,00 per mobil sedangkan motor Rp ,03 per motor. Namun apabila mereka terjebak dalam kemacetan maka biaya tersebut meningkat menjadi sebesar Rp ,09 per mobil dan Rp ,43 per motor. Potensi ekonomi BBM yang hilang akibat kemacetan di Kecamatan Bogor Barat setiap tahunnya mencapai Rp ,00 per tahun. Penggunaan metode CVM menghasilkan nilai rata-rata WTA yang diekspresikan responden untuk pengguna mobil sebesar Rp ,64, pengguna sepeda motor Rp ,00 dan penumpang angkutan umum Rp ,86. Variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai WTA pengguna jalan secara signifikan ada lima yakni tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan, umur, frekuensi macet dan lama macet.

3 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Mei 2011 Faizal Marwan H

4 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas dengan Pendekatan Willingness to Accept (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat) : Faizal Marwan : H Menyetujui, Pembimbing, Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen, Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juni Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sumardi dan Kayati Suhartati. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Lestari pada tahun 1994, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Sukamaju 1. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Depok, lalu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Cibinong dan masuk dalam program IPA pada tahun Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan setelah setahun di Tingkat Persiapan Bersama, penulis melanjutkan ke Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif di kegiatan kemahasiswaan sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) periode 2008/2009. Selain itu, penulis juga pernah aktif dalam lembaga dakwah kampus FORMASI FEM IPB.

6 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat) Kemacetan merupakan masalah yang sering terjadi di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat akan transportasi cukup besar daripada ketersediaan prasarana transportasi yang tersedia, atau bahkan prasarana transportasi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemacetan terjadi tidak hanya disebabkan oleh banyaknya kendaraan di jalan, tetapi juga disebabkan oleh banyaknya angkutan umum yang berhenti di jalan untuk menunggu penumpang sehingga terjadi kemacetan yang tidak dapat dihindari. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalan pembuatan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Bogor, Mei 2011 Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan skripsi ini banyak di bantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Allah SWT atas karunia dan rahmat Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran serta masukan-masukan dan motivasi yang membangun. 3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Novindra, SP. selaku dosen penguji siding skripsi atas masukan yang berharga. 4. Bapak Aiptu Ach. Sujana selaku Kepala Bantara Urusan Lalu Lintas kota Bogor atas informasi dan masukannya. 5. Staf pengajar dan karyawan/wati di lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) FEM IPB 6. Orang tua tercinta serta Sat Herniati yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual. 7. Rekan-rekan mahasiswa ESL 43 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 8. Teman-teman Pioneer, X-band dan Sat band atas saran dan dukungannya. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Transportasi Definisi Transportasi Definisi Kemacetan Transportasi Metode Estimasi Penilaian Lingkungan Konsep Metode Valuasi Kontingensi (Contingent Valuation Methode/CVM) Kelebihan dak Kelemahan Dari Teknik CVM Willingness to Accept (WTA) Analisis Regresi Linier Berganda Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data yang digunakan Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Mengestimasi Dampak Kemacetan Secara Sosial Ekonomi Analisis Kesediaan Menerima Masyarakat Sesuai Skenario yang Ditawarkan Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Dampak Kemacetan Analisis Fungsi Kesediaan Menerima Masyarakat Pengujian Statistik V. GAMBARAN UMUM LOKASI Gambaran Umum Lokasi Penelitian Keadaan Umum Kecamatan Bogor Barat Kondisi Demografi Karakteristik Responden... 37

9 VI. DAMPAK KEMACETAN TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN Analisa Dampak Kemacetan Terhadap Sosial Ekonomi pengguna Jalan Perhitungan Pengeluaran Biaya BBM Pengguna Jalan bila Terkena Kemacetan Dibandingkan dengan Tidak Terkena Kemacetan VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT Willingness to Accept (WTA) Pengguna Jalan Terhadap Kemacetan Analisis Willingness to Accept (WTA) dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dalam Menghadapi Kerugian Akibat Kemacetan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTA Pengguna Jalan dalam Menghadapi Kemacetan VIII. Simpulan dan Saran Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 62

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kota Bogor Tahun Jumlah Penduduk Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Metode Pengolahan Data Deskripsi Pengukuran Nilai WTA Jumlah Kendaraan di Kecamatan Bogor Barat sampai dengan November Luas Wilayah per Kelurahan se Kecamatan Bogor Barat Golongan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Bogor Barat Perhitungan Pengeluaran Rata-Rata Responden untuk Pembelian BBM Alasan Ketidaksediaan Responden Mengungkapkan Nilai Kerugian Akibat Kemacetan Distribusi Besaran WTA Responden Hasil Analisis Nilai WTA Responden... 55

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Klasifikasi valuasi non-market Kerangka Pemikiran Operasional Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden Perbandingan Jenis Pekerjaan Responden Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden Perbandingan Usia Responden Perbandingan Jenis Kelamin Responden Perbandingan Kategori Pengguna Jalan Perbandingan Lama Macet Responden Perbandingan Jarak Tempuh Responden Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Dampak Kemacetan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Pengguna Jalan dalam Mengungkapkan kerugian akibat kemacetan Dugaan Bid Curve WTA Pengguna Jalan terhadap Kemacetan... 53

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Peta Kota Bogor Hasil Uji Statistik Situasi Kemacetan di Kecamatan Bogor Barat Data Total Pengeluaran BBM dan Nilai WTA... 68

13 ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN PENDEKATAN WILLINGNESS TO ACCEPT (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat) FAIZAL MARWAN H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak-dampak awal dari revolusi industri adalah kepadatan dan kemacetan yang semakin meningkat, gangguan-gangguan keamanan baru, serta pengotoran air dan udara. Transportasi merupakan kunci bagi industrialisasi. Bila bahan mentah tidak dapat dikirim ke pabrik-pabrik dan hasil industri tidak dapat didistribusikan ke pasar-pasar, maka revolusi industri tidak akan berlangsung. Karena itu maka jalan-jalan baru, jalan kereta api, jalur-jalur pelayaran, dan kanalkanal di bangun di kota-kota. Biasanya fasilitas transportasi tersebut hanya diletakkan di atas pola yang sudah ada, seringkali berakibat pada timbulnya kesemrawutan. Sebelum revolusi industri, pekerja biasanya dipekerjakan di rumah atau di toko dan warung dekat rumah. Bersamaan dengan revolusi industri muncul pula suatu fenomena baru dalam kehidupan kota, yaitu perjalanan ke tempat kerja. Mekanisasi alat angkut dan industri menjadikan perkembangan daerah-daerah kota (Satyaputra, 2007). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun dalam bab 33 bahwa kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi baik barang maupun penumpang. Transportasi secara umum berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada umumnya transportasi mengemban fungsi pelayanan publik dan misi pembangunan nasional. Pembangunan transportasi, diarahkan

15 untuk mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera dan sejalan dengan perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis. Untuk mendukung perwujudan kesejahteraan masyarakat, maka fungsi pelayanan umum transportasi adalah melalui penyediaan jasa transportasi guna mendorong pemerataan pembangunan, melayani kebutuhan masyarakat luas dengan harga terjangkau baik di perkotaan maupun pedesaan, mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta untuk melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa dan mendukung pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional (Sapta, 2009). Salah satu bagian penting dari transportasi adalah angkutan darat dalam hal ini yakni kendaraan bermotor sebagai andalan sektor tersebut. Perkembangan yang terjadi pada jumlah kendaraan bermotor secara langsung memberikan gambaran mengenai kondisi sub sektor angkutan darat. Jumlah kendaraan bermotor yang cenderung meningkat, merupakan indikator semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sarana transportasi yang memadai sejalan dengan mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Sektor transportasi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu mencapai 19.3% per tahun. Komposisi terbesar adalah sepeda motor yaitu 71,80% dari jumlah kendaraan bermotor pada periode dan tingkat pertumbuhannya mencapai 30% dalam lima tahun terakhir. Rasio jumlah sepeda motor dan penduduk di Indonesia mencapai 1:8 pada akhir tahun 2005 (Sapta, 2009). Menurut Sapta (2009), jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor semakin meningkat. Luas Kota Bogor yang hanya ha dengan panjang jalan

16 km sudah padat untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin lama melebihi carrying capacity jalan. Saat ini ada unit angkot yang diizinkan beroperasi di dalam kota, di tambah lagi ratusan angkot dari Kabupaten Bogor yang trayek operasinya memasuki wilayah Kota Bogor. Jumlah angkot sebanyak itu tidak hanya menjadi bagian dari beban kepadatan lalu lintas Kota Bogor, karena masih ada unit kendaraan roda empat pribadi dan unit kendaraan roda dua serta ratusan becak yang hilir mudik setiap harinya. Dengan banyaknya volume kendaraan tersebut maka menyebabkan terjadinya kemacetan di Kota Bogor. Menurut Kepala Bantara Urusan Satuan Lalu Lintas kota Bogor Aiptu Ach. Sujana mengatakan bahwa penyebab kemacetan yang terjadi bisa disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya ialah banyaknya persimpangan yang ada di Kota Bogor, banyaknya jumlah kendaraan baik itu kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang melintas di jalan, sarana dan prasaran jalan yang kurang memadai serta pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan. Pertumbuhan jalan di Kota Bogor semakin bertambah seiring meningkatnya jumlah penduduk dan alat transportasi. Pembangunan infrastruktur ini dilakukan untuk mengimbangi kebutuhan sarana penunjang transportasi. Data yang diperoleh dari BPS untuk panjang jalan yang telah ada adalah Km pada tahun 2005 dan pada tahun 2007 sampai 2008 panjang jalan tidak bertambah atau tetap yakni Km. Kondisi jalan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1.

17 Tabel 1. Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kota Bogor Tahun 2008 Status Jalan Keadaan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kab/Kota Jumlah (Km) I. Jenis Permukaan a. Diaspal b. Kerikil c. Tanah d. Beton/Conblock e. Tidak dirinci Jumlah II. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak berat Jumlah Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor 2009 dari BPS Masyarakat Kota Bogor, dalam hal ini adalah pengguna jalan, selalu dihadapkan dengan kemacetan lalu lintas sehingga mereka menganggap kemacetan adalah bagian dari rutinitas hidup. Padahal saat mereka terjebak dalam kemacetan, banyak manfaat yang hilang. Kemacetan dilihat dari dampak sosialnya dapat membuat seseorang menjadi stres, lelah, hingga terlambat ke kantor atau sekolah. Dampak kemacetan terhadap ekonomi jelas lebih terlihat dari sisi manfaat yang hilang dan biaya yang dikeluarkan. Kemacetan membuat laju kendaraan melambat atau bahkan terhenti. Hal ini membuat penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat karena mesin menyala lebih lama sehingga pengendara harus mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk membeli BBM. Selain itu,

18 kemacetan lalu lintas waktu tempuh dalam suatu perjalanan akan lebih lama, padahal waktu tersebut dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang produktif. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu adanya studi yang adanya mengkaji tentang besarnya dampak sosial ekonomi pengguna jalan dilihat dari dampak yang dirasakan saat terjebak kemacetan dan berapa besarnya kerugian pengguna jalan jika ada kompensasi yang diberikan akibat terjebak kemacetan. Penggunaan Willingness to Accept (WTA) digunakan untuk mengetahui besarnya kompensasi yang bersedia diterima pengguna jalan terkait dengan dampak sosial ekonomi yang dirasakan setiap individu. 1.2 Perumusan Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tidak terkecuali di Kota Bogor khususnya Kecamatan Bogor Barat yang penduduknya terbanyak bila dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di Kota bogor. Berikut adalah tabel jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Bogor tahun Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin 2008 Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sereal Kota Bogor Sumber : BPS Kota Bogor, 2009

19 Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan transportasi pun ikut meningkat. Pemenuhan kebutuhan transportasi sangat diperlukan agar mobilitas penduduk dapat berjalan dengan baik sehingga berdampak positif bagi aktifitas sosial maupun ekonomi. Namun di sisi lain, semakin bertambahnya alat transportasi juga mengurangi jarak lintasan antar kendaraan di jalan raya, sehingga semakin lama menyebabkan terjadinya kemacetan. Masalah kemacetan telah mengganggu aktifitas masyarakat, khususnya aktifitas ekonomi (Sapta, 2009). Kemacetan merupakan masalah yang sering terjadi di kota-kota besar. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat akan transportasi cukup besar daripada ketersediaan prasarana transportasi yang tersedia, atau bahkan prasarana transportasi tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kemacetan terjadi tidak hanya disebabkan oleh banyaknya kendaraan di jalan, tetapi juga disebabkan oleh banyaknya angkutan umum yang berhenti di jalan untuk menunggu penumpang sehingga terjadi kemacetan yang tidak dapat dihindari. Jumlah kendaraan yang masuk Kota Bogor setiap harinya rata-rata mencapai unit. Persentase jumlah kendaraan pribadi dari luar Kota Bogor yang masuk setiap harinya sekitar 35% dari jumlah kendaraan pribadi berplat-f di Kota Bogor tercatat berjumlah unit (Sapta, 2009). Tingkat kemacetan di Kota Bogor telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kondisi kemacetan mempengaruhi efisiensi perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Kemacetan juga menaikkan biaya transportasi karena konsumsi BBM meningkat. Dampak bagi penggunanya sendiri, kemacetan menyebabkan hilangnya opportunity cost. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan yang

20 produktif, kini banyak dihabiskan di jalan, sehingga mereka kehilangan manfaat tertentu seperti biaya, waktu dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian meliputi : 1. Apakah dampak sosial ekonomi yang dirasakan oleh pengguna jalan saat terjebak kemacetan? 2. Apakah penguna jalan bersedia menerima kompensasi sebagai akibat dari terkena dampak kemacetan? 3. Berapa besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan dilihat dari nilai kompensasi (WTA)? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTA tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis dampak kemacetan secara sosial ekonomi yang dirasakan pengguna jalan saat terjebak kemacetan. 2. Menganalisis kesediaan menerima masyarakat sesuai skenario yang ditawarkan. 3. Mengestimasi besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan dilihat dari nilai kompensasi (WTA) yang bersedia mereka terima. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

21 1. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah mengenai metode Contingent Valuation Method (CVM) yang terkait dengan lingkungan. 2. Bagi Pemerintah Kota Bogor diharapkan agar menjadi bahan masukan bahwa kemacetan di Kota Bogor telah mengkhawatirkan dan telah mengganggu aktifitas masyarakat, khususnya aktifitas ekonomi. Untuk itu diperlukan adanya kebijakan yang dapat mengatasi masalah kemacetan tersebut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan mempunyai ruang lingkup sebagai berikut : 1. Perhitungan nilai kerugian kemacetan dihitung melalui pendekatan biaya pengeluaran bahan bakar. 2. Perhitungan nilai WTA masyarakat dilakukan dengan memasukkan seluruh unsur dalam penelitian yakni penumpang angkutan umum serta pengguna kendaraan bermotor. 3. Perhitungan dampak pada penelitian ini hanya dampak secara sosial dan ekonomi.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Transportasi Sistem transportasi erat kaitannya dengan keadaan ekonomi suatu wilayah karena pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat dipengaruhi kondisi sistem transportasi yang ada di wilayah tersebut. Sistem transportasi yang baik akan mempermudah pergerakan mobilitas perekonomian baik produksi, distribusi, maupun konsumsi. Teori transportasi saat ini menempatkan sistem transportasi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari infrastruktur desa maupun kota (Sapta, 2009) Definisi Transportasi Transportasi merupakan turunan dari kombinasi tata guna lahan yang saling membutuhkan yang kemudian membentuk suatu pergerakan dari guna lahan satu ke guna lahan lain. Transportasi di darat ada beberapa macam, mulai dari kendaraan tidak bermesin seperti sepeda, delman, andong, becak dan sebagainya, serta kendaraan bermesin seperti motor dan mobil. Masyarakat biasanya menggunakan transportasi pribadi seperti mobil pribadi, sewaan, ataupun motor untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi. Pengguna jalan yang tidak memiliki kendaraan pribadi dapat menggunakan transportasi massal, seperti bus, angkot, ojek, dan lain sebagainya (Sapta, 2009) Definisi Kemacetan Transportasi Kemacetan merupakan suatu indikasi dimana permintaan kendaraan yang melintas di jalan mendekati atau melebihi kapasitas disain infrastruktur

23 transportasi. Jumlah kendaraan yang melintasi suatu jalan mendekati kapasitas fisik fasilitas jalan yang ada dan membuat kecepatan berlalu lintas akan semakin melambat sehingga kemampuan keseluruhan perlintasan di jalan tersebut menjadi turun (Sapta, 2009). Menurut definisi teknik tata lalu lintas yang dimaksud dengan macet atau kemacetan lalu lintas adalah suatu kondisi dimana arus lalu lintas terhambat namun masih berjalan. 2.2 Metode Estimasi Penilaian Lingkungan Secara umum, teknik valuasi ekonomi yang tidak dapat dipasarkan (nonmarket valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay terungkap melalui model yang dikembangkan. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survey di mana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Secara sistematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut ini. Valuasi Non-Market Tidak langsung (Revealed WTP) Langsung (Survey) (Expressed WTP) *Hedonic Pricing *Travel Cost *Random Utility model *Contingent Valuation *RandomUtility model *Contingent Choice Sumber : Fauzi, Akhmad Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Pustaka Gramedia Utama, Jakarta. Gambar 1. Klasifikasi Valuasi Non-Market

24 2.2.1 Konsep Metode Valuasi Kontingensi Pendekatan CVM pertama kali diperkenalkan oleh Davis tahun 1963 dalam penelitian mengenai perilaku perburuan (hunter) di Miami. Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada praktiknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pembayarannya, dan sebagainya (Fauzi, 2006). Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survey. Pendekatan pertama lebih banyak dilakukan melalui simulasi komputer sehingga penggunaannya di lapangan sangat sedikit. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui : pertama, keinginan membayar (willingness to pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan dan kedua, keinginan menerima (willingness to accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan (Fauzi, 2006).. Teknik CVM ini didasarkan pada asumsi mendasar mengenai hak pemilikan (Garrod dan Willis, 1999), jika individu yang ditanya tidak mempunyai hak atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumber daya alam, pengukuran yang relevan adalah keinginan membayar yang maksimum (maximun willingness to pay) untuk memperoleh barang tersebut. Sebaliknya, jika individu yang kita tanya memiliki hak atas sumber daya, pengukuran yang relevan adalah keinginan untuk menerima (willingness to accept) kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumber daya alam yang dia miliki.

25 2.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Dari Teknik CVM Menurut Hanley dan Spash (1993) kelebihan dari penggunaan CVM yaitu: 1. Sifatnya yang fleksibel dan dapat diterapkan pada beragam kekayaan lingkungan, tidak hanya terbatas pada benda atau kekayaan alam yang terukur secara nyata di pasar saja. 2. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu: seringkali menjadi hanya satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 3. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat. 4. Dibandingkan dengan teknik penilaian yang lain, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. 5. Kapasitas CVM dapat menduga nilai non pengguna 6. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara. Adapun kelemahan dari teknik CVM adalah timbulnya bias. Bias tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : 1. Bias Strategi, yaitu bias yang terjadi karena barang lingkungan memiliki sifat non-excludability dalam pemanfaatannya, sehingga akan mendorong terciptanya responden yang bersifat free rider dan tidak jujur dalam memberikan informasi.

26 2. Bias Rancangan, yaitu mencakup cara informasi disajikan, instruksi yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan kepada responden. 3. Bias yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan responden, yang terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan dan waktunya dihabiskan untuk barang lingkungan tertentu dalam periode waktu tertentu. 4. Kesalahan Pasar Hipotetis, terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada responden dalam pasar hipotetis membuat tangapan responden berbeda dengan konsep yang diinginkan. 2.3 Willingness to Accept (WTA) Kesediaan untuk menerima atau WTA merupakan suatu ukuran dalam konsep penilaian ekonomi dari barang/jasa lingkungan. Ukuran ini memberikan informasi tentang besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat terhadap penurunan kualitas lingkungan disekitarnya yang setara dengan biaya perbaikan kualitas lingkungan tersebut. Penilaian barang/jasa lingkungan dari sisi WTA mempertanyakan seberapa besar jumlah minimum uang yang bersedia diterima seseorang (rumah tangga) setiap bulan/tahun sebagai kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan. Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penghitungan WTA untuk menilai peningkatan atau pemburukan kondisi lingkungan antara lain : 1. Menghitung jumlah yang bersedia diterima oleh individu untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan.

27 2. Menghitung pengurangan nilai atau harga dari suatu barang akibat semakin menurunnya kualitas lingkungan. 3. Melalui suatu survey untuk menentukan tingkat kesediaan masyarakat menerima dana kompensasi dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik. Perhitungan WTA dapat dilakukan secara langsung (direct method) melalui survey dan wawancara dengan masyarakat, maupun secara tidak langsung (indirect method) dengan menghitung nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi. Metode bertanya pun tidak jauh berbeda dengan WTP. Menurut Hanley dan Spash (1993), terdapat 4 (empat) metode bertanya yang digunakan untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTA responden, yaitu : 1. Metode Tawar Menawar (bidding game), yang dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal. Jika ya maka besarnya nilai uang diturunkan sampai ke tingkat yang disepakati. 2. Metode Pertanyaan Terbuka (open-endedquestion), dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah minimal uang yang diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini adalah responden tidak perlu diberikan petunjuk yang dapat mempengaruhi nilai yang diberikan dan tidak digunakannya nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Namun, metode ini lemah dalam akurasi nilai dan terlalu besar variasinya. 3. Metode Kartu Pembayaran (payment card), yang menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk

28 menerima sehingga responden dapat memilih nilai minimal yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya, metode ini dikembangkan untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Untuk mengembangkan kualitas metode ini sering diberikan semacam nilai patokan yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang/jasa lingkungan yang lain. Metode ini memiliki keunggulan dalam memberikan stimulan dalam membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar-menawar. Untuk menggunakan metode ini diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik. 4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (closed-ended referendum), yang menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan kepada responden apakah mau menerima atau tidak sejumlah uang tersebut akibat perubahan kualitas lingkungan. 2.4 Analisis Regresi Linier Berganda Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Hubungan kedua variabel memungkinkan seseorang untuk memprediksi secara akurat variabel terikat berdasarkan pengetahuan variabel bebas. Namun situasi peramalan di kehidupan nyata tidaklah begitu sederhana, diperlukan lebih dari satu variabel secara akurat. Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda. Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun sifat-sifat OLS adalah (Gujarati, 2003) : (1) penaksir OLS tidak bias, (2) penaksir OLS mempunyai

29 varian yang minimum, (3) konsisten, (4) efisien, dan (5) linier. Menurut Gujarati (2003) analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter (variabel penjelas yang diamati). Model yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi-asumsi berikut dapat dipenuhi : 1. E (u i ) = 0, untuk setiap i, dimana i= 1, 2,, n. artinya rata-rata galat adalah nol, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari u i tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol. 2. Cov (u i,u i ) = 0, i j. artinya covarian (ui,uj) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain. 3. Var (u i ) = σ 2, untuk setiap i, dimana i = 1, 2,, n. artinya setiap galat memiliki varian yang sama (asumsi homoskedastisitas). 4. Cov (u i, X 1i ) = cov (u i, X 2i ) = 0. artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikoliniearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang pasti antara variabel yang menjelaskan, atau variabel penjelas harus saling bebas. 2.5 Penelitian Terdahulu Sapta (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas Terhadap Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Dengan Contingent Valuation Methode (Studi Kasus : Kota Bogor, Jawa Barat), menghitung besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan di Kota Bogor. Besarnya nilai kerugian pengguna jalan akibat kemacetan di Kota Bogor yakni sebesar Rp ,40 untuk pengguna jalan yang menggunakan mobil

30 dan sebesar Rp ,50 untuk pengguna jalan yang menggunakan sepeda motor serta sebesar Rp ,00 untuk para supir angkutan umum. Selain itu, Sapta juga menghitung besarnya pengeluaran penggunaan BBM bila pengguna jalan terkena kemacetan dibandingkan dengan tidak terkena kemacetan. Hasil dari perhitungan tersebut dihasilkan Rp ,25 pengeluaran pengguna jalan yang menggunakan mobil dalam kondisi normal. Sedangkan apabila terkena kemacetan, pengeluarannya menjadi sebesar Rp ,12. Sementara itu, besarnya pengeluaran BBM pada pengguna sepeda motor dalam keadaan normal yakni sebesar Rp 5.082,87, sedangkan dalam kondisi terkena kemacetan menjadi sebesar Rp 7.172,65. Pendapatan pengguna jalan yang hilang pun dihitung oleh Sapta dan menghasilkan nilai sebesar Rp ,00. Keterkaitan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan, yaitu Contingent Valuation Methode (CVM). Namun yang membedakannya adalah bahwa dalam penelitian ini hanya mengestimasi dampak sosial dari kemacetan serta nilai kerugian beserta faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai kerugian masyarakat akibat kemacetan serta dalam penelitian ini beberapa variabel menggunakan peubah dummy.

31 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Operasional Jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor semakin meningkat. Luas Kota Bogor yang hanya ha dengan panjang jalan km sudah padat untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin lama melebihi carrying capacity jalan. Saat ini ada unit angkot yang diijinkan beroperasi di dalam kota, di tambah lagi ratusan angkot dari Kabupaten Bogor yang trayek operasinya memasuki wilayah Kota Bogor. Jumlah angkot sebanyak itu tidak hanya menjadi bagian dari beban kepadatan lalu lintas Kota Bogor, karena masih ada unit kendaraan roda empat pribadi dan unit kendaraan roda dua serta ratusan becak yang hilir mudik setiap harinya Selain itu, jumlah kendaraan yang masuk Kota Bogor setiap harinya ratarata mencapai unit. Persentase jumlah kendaraan pribadi dari luar Kota Bogor yang masuk setiap harinya sekitar 35% dari jumlah kendaraan pribadi berplat-f di Kota Bogor tercatat berjumlah unit Kemacetan lalu lintas merupakan dampak yang tidak dapat dihindari dengan kondisi populasi kendaraan sebanyak itu. Kemacetan semakin lama semakin memberikan masalah yang akhirnya berdampak pada masalah lingkungan. Masalah lingkungan ini juga akhirnya berdampak pada pada sosial ekonomi masyarakat. Dampak kemacetan yang harus masyarakat tanggung akibat dari terjadinya kemacetan cukup besar kerugian yang dialami masyarakat pun beragam, mulai dari segi kesehatan, stres, meningkatnya pengeluaran BBM, dan berbagai

32 kerugian lainnya yang merupakan dampak yang harus ditanggung masyarakat, khususnya para pengguna jalan. Mengingat besarnya dampak yang terjadi, maka diperlukan analisis mengenai kerugian pengguna jalan. Kompensasi merupakan cerminan besarnya nilai kerugian dari pengguna jalan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTA masyarakat untuk menerima kompensasi. Penilaian ekonomi mengenai kemacetan dengan mencari nilai WTA pengguna jalan dengan menggunakan tahapan dalam CVM dan analisis regresi berganda. Metode dan analisis tersebut akan memberikan besaran nilai WTA pengguna jalan dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Perhitungan pengeluaran masyarakat akan difokuskan pada pengeluaran penggunaan BBM yang digunakan. Perhitungan ini akan membandingkan penggunaan BBM pada saat pengguna jalan terjebak dalam kemacetan dengan tidak terjebak dalan kemacetan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai besarnya nilai dari kerugian masyarakat akibat dampak dari kemacetan. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian, dibuatlah alur berpikir seperti pada Gambar 2.

33 Kendaraan di Kota Bogor Pribadi Umum Tidak Tertib Jumlah kendaraan meningkat Overcappacity dari waktu ke waktu Kapasitas jalan terbatas Kondisi jalan dan infrastruktur lainnya buruk Kemacetan Masalah Lingkungan Dampak Sosial-Ekonomi Dampak Sosial Kemacetan WTA Faktor yang Mempengaruhi Deskriptif-Kualitatif CVM Nilai Kerugian Sosial Ekonomi Rekomendasi Pengelolaan atas Kemacetan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan setelah melakukan survey (baik secara langsung maupun tak langsung) dengan mempertimbangkan: (1) Kecamatan Bogor Barat merupakan salah satu kecamatan di Kota Bogor yang mengalami kemacetan lalu lintas dari waktu ke waktu, (2) Adanya kesesuaian data yang diharapkan dapat mendukung dan mewujudkan tujuan penelitian yang diajukan. Pengambilan data primer melalui kuisioner dilakukan pada bulan November Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan wawancara langsung kepada responden menggunakan kuisioner, sedangkan untuk data sekunder diambil dari beberapa instansi terkait dengan objek penelitian seperti BPS, Samsat Kota Bogor, DLLAJ Kota Bogor, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor, Kecamatan Bogor Barat, perpustakaan serta berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. 4.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan yakni dengan menggunakan teknik Purposive sampling, yakni memilih secara sengaja (dengan suatu kriteria tertentu) seorang individu untuk dijadikan sampel. Kriteria seorang individu yang dapat menjadi responden dalam penelitian ini adalah individu tersebut merupakan warga Kecamatan Bogor Barat atau pengguna jalan yang sering melintasi jalan di Kecamatan Bogor Barat, berusia minimal 15 tahun, serta merasakan kemacetan

35 yang terjadi di Kecamatan Bogor Barat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan mewawancarai responden yang ditemui di jalan serta pusat perbelanjaan. Banyaknya responden dalam penelitian ini berjumlah 110 orang. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel secara statistika yaitu minimal sebanyak 30 data/sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat dampak sosial dari kemacetan lalu lintas melalui kuisioner, sedangkan metode kuantitatif menggunakan rumus nilai tengah contoh. Metode CVM digunakan untuk mengestimasi besarnya nilai WTA pengguna jalan. Selanjutnya untuk menentukan tingkat validitas, reabilitas, dan signifikansi dalam penggunaan CVM, dilakukan pengujian dengan program SPSS 16 for Windows. Berikut adalah metode pengolahan data untuk setiap tujuan penelitian seperti pada tabel 3. Tabel 3. Metode Pengolahan Data No. Tujuan Penelitian Alat Analisis Teknik Pengumpulan Data 1 Mengestimasi dampak kemacetan secara sosial ekonomi 2 Kajian mengenai kesediaan menerima masyarakat sesuai skenario yang ditawarkan 3 Mengestimasi besarnya nilai WTA pengguna jalan 4 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA Deskriptif kualitatif Deskriptif kualitatif CVM dan dan Analisis Regresi Berganda dengan SPSS 16 for Windows Kuisioner Kuisioner Kuisioner Kuisioner

36 4.4.1 Mengestimasi Dampak Kemacetan Secara Sosial Ekonomi Data yang diperlukan untuk estimasi ini meliputi dampak yang dirasakan oleh responden ketika mengalami kemacetan lalu lintas. Dampak yang dialami bisa berupa stres, waktu yang terbuang, emosi, bahan bakar yang hilang, dan lainlain. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan kualitatif Analisis Kesediaan Menerima Masyarakat Sesuai Skenario yang Ditawarkan Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai proporsi kesediaan menerima masyarakat sesuai dengan skenario yang ditawarkan. Informasi ini diperoleh dari kuisioner penelitian. Alasan responden mengenai kesediaan menerima diperoleh dari wawancara secara mendalam (interdeph interview) terhadap masyarakat Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Dampak Kemacetan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai dana kompensasi (WTA) yang bersedia diterima masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Pendekatan CVM akan digunakan untuk mengetahui nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini. Pendekatan CVM dalam penelitian ini terdiri dari enam tahap pekerjaan (Hanley dan Spash, 1993) : 1. Membangun Pasar Hipotetis Dalam penelitian ini, pasar hipotetis dibentuk dengan skenario bahwa pemerintah Kota Bogor akan memberlakukan kebijakan dalam manajemen transportasi darat dengan tujuan mengganti kerugian kemacetan. Adapun kebijakan tersebut adalah pemberian dana kompensasi terhadap masyarakat yang terkena kemacetan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah atas

37 kerugian yang ditimbulkan akibat kemacetan. Besarnya kompensasi atau WTA akan ditanyakan kepada responden atas pemberlakuan kebijakan tersebut dimana WTA tersebut mencerminkan besarnya kerugian individu dalam rupiah, sehimgga pertanyaan yang sesuai untuk skenario di atas adalah : Bersediakah Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam kebijakan pemerintah berupa pemberian kompensasi terhadap pengguna jalan yang mengalami kemacetan dengan menerima kompensasi tersebut? 2. Memperoleh Nilai Tawaran Metode yang digunakan untuk memperoleh nilai tawaran pada penelitian ini adalah metode pertanyaan terbuka (open ended question), yaitu dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah minimal uang yang ingin diterima akibat kemacetan. 3. Menghitung Nilai Rata-rata dari WTA Jika nilai WTA telah didapat, maka diperlukan perhitungan rata-ratanya. Ukuran nilai median tidak dipengaruhi oleh penawaran (bids) yang besar dalam batas atas tingkat distribusinya. Tahap ini biasanya diabaikan adanya penawaran sanggahan (protes bids), dimana yang dimaksud dengan penawaran sanggahan adalah respon dari responden yang bingung untuk menentukan jumlah yang mereka ingin terima karena mereka tidak mempunyai keinginan untuk ikut serta dalam kebijakan pemerintah ini. 4. Menduga Kurva Penawaran WTA Menduga kurva penawaran merupakan proses menentukan variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap nilai WTA. Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan menggunakan persamaan berikut ini :

38 midwta = f (Z 1, Z 2, Z 3, Z 4, Z 5, Z 6, Z 7, Z 8, ) Keterangan : midwta = Nilai tengah WTA responden Z 5 = Frekuensi terkena kemacetan Z 1 = Tingkat pendidikan Z 6 = Durasi terkena kemacetan Z 2 = Jenis pekerjaan Z 7 = Waktu yang hilang Z 3 = Tingkat pendapatan Z 8 = Lelah Z 4 = Umur = Galat 5. Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penwaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTA maka dapat diduga nilai total WTA dari masyarakat dengan menggunakan rumus : Dimana : TWTA WTA i n i i = Total WTA = WTA individu ke-i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA = Responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi (i = 1, 2, 3,..., k) 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Hal ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTA. Uji yang dapat

39 dilakukan dengan uji keandalan yang melihat R squared dari model Ordinary Least Square (OLS) Analisis Fungsi Kesediaan Menerima Masyarakat Analisis fungsi Willingness to Accept digunakan model regresi linier berganda. Fungsi persamaan sebagai berikut : WTA = f (α 0 +α 1 Z 1 + α 2 Z 2 + α 3 Z 3 + α 4 Z 4 + α 5 Z 5 + α 6 Z 6 + α 7 Z 7 + α 8 Z 8 + ) Keterangan : α 0 = Intersep Z 5 = Frekuensi terkena kemacetan α 1... α 8 = Koefesien regresi Z 6 = Durasi terkena kemacetan Z 1 = Tingkat pendidikan Z 7 = Waktu yang hilang Z 2 = Jenis pekerjaan Z 8 = Lelah Z 3 = Tingkat pendapatan = Galat Z 4 = Umur Variabel-variabel di atas dimasukkan ke dalam model karena dianggap mempeunyai pengaruh pada besarnya WTA yang akan diungkapkan (expressed WTA) oleh responden. Variabel-variabel tersebut juga merupakan salah satu komponen dalam melakukan perhitungan dalam penelitian ini. Keterangan untuk setiap variabel yang berada pada model dapat dilihat pada Tabel 4

40 Tabel 4. Deskripsi Pengukuran Nilai WTA Variabel Keterangan Variabel Cara Pengkuran WTA Willingness to Accept Responden ditanyakan besarnya kompensasi yang bersedia terima melalui open-ended question (Rp) Z 1 Tingkat pendidikan Responden ditanyakan jenjang pendidikan mereka mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi (tahun) Z 2 Jenis pekerjaan Menanyakan responden mengenai profesi mereka. Jenis pekerjaan dibedakan menjadi PNS, Karyawan swasta, Pengusaha/Wiraswasta dan sebagainya. Z 3 Tingkat pendapatan Responden diminta untuk menjawab rata-rata pendapatan (Rp) Z 4 Umur Responden ditanyakan langsung umur mereka Z 5 Frekuensi terkena kemacetan Responden ditanyakan berapa kali mengalami kemacetan dalam setiap hari perjalanan mereka (tahun) Z 6 Durasi terkena kemacetan Menanyakan kepada responden durasi/lama waktu saat terjebak dalam kemacetan (menit) Z 7 Waktu yang hilang Menanyakan kepada responden apakah waktu mereka hilang/terbuang akibat terjebak kemacetan.apakah (ya atau tidak) Z 8 Lelah Apakah responden merasakan kelelahan saat terjebak kemacetan (ya atau tidak) 4.5 Pengujian Statistik Uji kebaikan dari model yang telah dibuat dapat dilakukan melalui pengujian secara statistik. Uji yang dilakukan adalah : 1. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X 1,X 2,,X n ) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). F hitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Priyatno, 2010) :

41 R 2 /k F hitung = (1 R 2 )/(n k 1) Keterangan : R2 = Koefesien determinasi n = Jumlah data atau kasus k = Jumlah variabel independen Hipotesis dalam uji F sebagai berikut : H o : Tidak ada pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. H 1 : Ada pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. H o diterima bila F hitung F tabel H o ditolak bila F hitung > F tabel 2. Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam regresi variabel independen (X 1,X 2,,X n ) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Rumus t hitung pada analisis regresi adalah sebagai berikut (Priyatno, 2010) : t hitung = Keterangan : b i = Koefesien regresi variabel i Sb i = Standar error variabel i b i Sb i Hipotesis dalam uji F sebagai berikut : H o : Secara parsial tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. H 1 : Secara parsial ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. H o diterima bila t tabel t hitung t tabel H o ditolak bila -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

42 3. Uji Terhadap Kolinear Ganda (Multicoliniearity) Model yang melibatkan banyak peubah bebas sering terjadi masalah multicoliniearity, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Masalah multicoliniearity dapat dilihat langsung melalui output komputer, dimana apabila nilai VIF (Varian Inflation Factor) < 10 maka tidak ada masalah multicoliniearity. 4. Uji Heterokedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan Uji White. Uji white dilakukan dengan meregresikan residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen ditambah dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan lagi dengan perkalian dua variabel independen. Prosedur pengujian dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H 0 : Tidak ada heterokedastisitas H 1 : Ada heterekodastisitas Jika α = 5%, maka tolak H 0 jika obs*r-square > X 2 atau P-value < α. 5. Uji Normalitas Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah eror term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov-smirnov. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan

43 grafik. Penerapan pada uji Kolmogorov-Smnirnov adalah bahwa jika signifikansi dibawah 5% berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, artinya data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 5% berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya data tersebut normal.

44 V. GAMBARAN UMUM LOKASI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Bogor mengalami kemajuan yang sangat pesat, karena Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga Jakarta sebagai ibukota negara. Pemerintah kota membangun dan mengembangkan Kota Bogor sebagai kota jasa yaitu kota yang menyediakan berbagai jasa untuk memenuhi kebutuhan penduduk mulai dari ekonomi, sosial, hingga edukasi dan rekreasi. Salah satu kecamatan di Kota Bogor adalah Kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan di Kota Bogor dengan jumlah penduduk terbanyak 1. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu ikut mempengaruhi berbagai aktifitas yang dilakukan oleh masyarakatnya, salah satunya adalah sektor transportasi. Masalah yang terjadi dalam sektor transportasi di Kecamatan Bogor Barat yakni kemacetan. Menurut data dari Sistem Administrasi Satu Atap (SAMSAT) Kota Bogor, saat ini ada sekitar unit kendaraan yang terdaftar di Kecamatan Bogor Barat. Adapaun rincian jumlah kendaraan tersebut terdapat pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Jumlah Kendaraan di Kecamatan Bogor Barat sampai dengan November 2010 No Jenis Kendaraan Jumlah 1 Mobil Penumpang Mobil Bus 68 3 Mobil Barang Sepeda Motor Kendaraan Khusus 5 Jumlah Sumber : SAMSAT Kota Bogor, Lihat tabel 2.

45 Sementara itu, panjang kondisi jalan di Kota Bogor ada perubahan yang berarti, data yang diperoleh dari BPS untuk panjang jalan yang telah ada adalah Km pada tahun 2005 dan pada tahun 2008 panjang jalan bertambah yakni menjadi Km. Kondisi jalan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 1. Walaupun kondisi jalan mengalami pertambahan pertumbuhan, kemacetan tak dapat terhindarkan, hal ini dikarenakan jumlah pertumbuhan kendaraan lebih tinggi daripada pertumbuhan jalan di Kota Bogor. Ada tiga titik utama kemacetan di Kecamatan Bogor Barat, yakni di pertigaan Bubulak-Laladon, Gunung Batu dan Loji. Kemacetan biasanya terjadi pada jam-jam sibuk sekitar pukul WIB. Kemacetan yang terjadi biasa disebabkan oleh banyaknya angkot yang berhenti sembarangan, jalan rusak, banyaknya kendaraan yang melintas serta persimpangan yang menghubungkan titik-titik jalan di Kecamatan Bogor Barat Keadaan Umum Kecamatan Bogor Barat Kecamatan Bogor Barat adalah merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Bogor yang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2004 tentang Organisasi Perangkat Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh walikota kepada camat. Sementara itu kecamatan juga berfungsi sebagai suatu unit kerja yang melaksanakan fasilitasi tugas-tugas dinas dan badan/kantor yang dilaksanakan di wilayah kecamatan, pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, pengelolaan keuangan/kepegawaian/administrasi umum, dan penyelenggaraan tugas pembantuan.

46 Dalam menjalankan tugas kedinasan sehari-hari, saat ini kecamatan berpedoman kepada Peraturan Walikota Bogor Nomor 38 Tahun 2005 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Tata Kerja dan Uraian Tugas Jabatan Struktural di lingkungan Kecamatan. Disamping itu ada 3 (tiga) buah kewenangan yang diserahkan oleh Walikota kepada Camat berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 3 Tahun 2005 yakni Pelayanan Umum Bidang Kependudukan, Izin Mendirikan Bangunan, dan Izin Gangguan, yang pelaksanaan teknisnya ditetapkan dengan ketentuan tertentu. Kecamatan Bogor Barat merupakan salah satu Kecamatan di wilayah Kota Bogor, memiliki luas wilayah 3.174,00 Ha. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor; - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor; - Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor; - Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Kecamatan Bogor Barat terbagi dalam 16 wilayah Administrasi Kelurahan dengan masing-masing luas wilayah Kelurahan sebagai berikut :

47 Tabel 6. Luas Wilayah per Kelurahan se Kecamatan Bogor Barat No KELURAHAN Luas (Ha) 1 Menteng Sindang barang Bubulak Margajaya Balumbang jaya Situ Gede Semplak 90 8 Cilendek Barat Cilendek Timur Curug Mekar Curug Pasir Jaya Pasir Kuda Pasir Mulya Gunung Batu Loji 253 JUMLAH 3, Sumber : Laporan Kecamatan Bogor Barat tahun 2008 Kondisi fisik Kecamatan Bogor Barat secara tofografi mempunyai kemiringan 0-2% dan 3-15% yang merupakan lahan yang baik untuk mendukung kegiatan perkotaan seperti pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri, pariwisata, pertanian dan lain-lain. Secara hidrogeologinya, beberapa sungai melalui Kecamatan Bogor Barat antara lain sungai Cidepit, Cisadane, Cisindang Barang, Ciapus yang semuanya mempunyai aliran anak sungai. Sungai yang terdapat di daerah Kecamatan Bogor Barat sangat membantu terhadap drainase di wilayah Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data yang diperoleh, Kecamatan Bogor Barat juga mempunyai curah hujan yang cukup tinggi seperti daerah Bogor lainnya yaitu antara s/d mm/tahun dimana Kelurahan-kelurahan yang berada di wilayah bagian utara mempunyai spesifikasi rata-rata curah hujan antara s/d mm/tahun dan s/d mm/tahun. Intensitas curah hujan minimum terjadi pada bulan

48 april s/d Oktober antara 128 s/d 345 mm/tahun. Sedangkan kondisi suhu seperti halnya wilayah Bogor lainnya yaitu berkisar antara 26 o C s/d 34 o C dengan kelembaban udara menjadikan Kecamatan Bogor Barat sangat cocok untuk dijadikan kawasan pemukiman Kondisi Demografi Kondisi penduduk di Kecamatan Bogor Barat tersebar cukup merata diberbagai kelurahan yang terdapat di wilayah ini dengan proporsi terhadap keseluruhan penduduk Kecamatan Bogor Barat sebesar 11,17% terdapat di Kelurahan Gunung Batu dan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah Kelurahan Pasir Mulya dengan proporsi sebesar 2,5% dari jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Bogor Barat. Perkembangan jumlah penduduk di kelurahan-kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Bogor Barat ini mengalami dinamika, namun dalam kurun waktu , penduduk wilayah ini cenderung mengalami penurunan. Pengurangan jumlah penduduk yang cukup tajam terjadi di Kelurahan Menteng dengan laju sebesar 3,80%. Pengurangan ini terjadi diakibatkan berkembangnya wilayah Kelurahan Menteng, yang merupakan bagian dari wilayah pusat kota. Perkembangan tersebut memicu terjadinya alih guna lahan dari pemukiman ke non pemukiman yang kemudian menyebabkan penduduk yang semula bermukim di Kelurahan tersebut pindah ke daerah pinggiran. Pengurangan jumlah penduduk juga terjadi di Kelurahan Pasir Jaya, Gunung Batu, Sindang Barang, Bubulak, Cilendek Timur, Cilendek Barat, dan Loji. Dalam kurun waktu yang sama Kelurahan yang lainnya mengalami penambahan jumlah penduduk, dengan laju pertumbuhan penduduk terbesar di

49 Kelurahan Curug Mekar dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,15%. Letak Kelurahan Curug Mekar yang strategis, tidak terlalu jauh dari pusat kota dan pusat perdagangan, serta sebagian besar wilayahnya adalah perumahan yang dibangun pengembang (PT. Inti Innovaco) mengakibatkan kelurahan ini menjadi pilihan untuk bermigrasi, yang berdasarkan pengamatan lapangan kebanyakan pendatang dari daerah DKI Jakarta maupun luar kota lainnya, selain pertumbuhan penduduk secara alami. Sementara itu ada fenomena menarik bahwa kelurahankelurahan yang berada di pinggiran juga mengalami penambahan jumlah penduduk dengan angka pertumbuhan yang bervariasi, yakni kelurahan Pasir Kuda, Pasir Mulya, Situ Gede, Margajaya, Balumbang Jaya, dan Curug. Sementara itu apabila dilihat dari kepadatan di wilayah ini, Kelurahan Curug Mekar memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu sebesar 97,52 jiwa/ha, dan Kelurahan Margajaya memiliki kepadatan penduduk terendah, yaitu 20,66 jiwa/ha. Kepadatan penduduk di Kecamatan Bogor Barat dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu kepadatan rendah, kepadatan sedang dan kepadatan tinggi. Dengan nilai dari masing-masing golongan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Golongan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Bogor Barat No Golongan Kepadatan Penduduk Jumlah (Jiwa/Ha) 1 Rendah 21,56-41,76 2 Sedang 41,76-64,84 3 Tinggi >64,84 Sumber : Laporan Kecamatan Bogor Barat tahun 2008 Berdasarkan penggolongan diatas, kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam golongan kepadatan penduduk rendah adalah : Kelurahan Marga Jaya, Kelurahan Sindang Barang, Kelurahan Situ Gede. Sedangkan Kelurahan yang termasuk

50 golongan kepadatan penduduk sedang adalah Kelurahan Bubulak, Kelurahan Balumbang Jaya, Kelurahan Loji, Kelurahan Pasir Jaya, Kelurahan Pasir Kuda, Kelurahan Curug, Kelurahan Menteng. Sementara itu enam kelurahan lainnya termasuk kelurahan dengan golongan kepadatan penduduk tinggi, enam kelurahan tersebut adalah : Kelurahan Gunung Batu, Kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan Semplak, Kelurahan Curug Mekar, Kelurahan Cilendek Barat, Kelurahan Cilendek Timur. Sebagian besar penduduk Kecamatan Bogor Barat berprofesi sebagai pegawai swasta dan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Keberadaan kantor-kantor pemerintah di sekitar Bogor Barat baik itu kantor pemerintah maupun penelitian yang cukup banyak dapat menjelaskan jumlah yang cukup signifikan pada presentase ini. Mudahnya jalur menuju Jakarta membuat banyak pekerja di kantor-kantor swasta yang berada di daerah Jakarta dan sekitarnya, memilih untuk tinggal di Bogor akan tetapi melakukan kegiatannya diluar Kota Bogor. 5.2 Karakteristik Responden Karakteristik umum responden di Kecamatan Bogor Barat diperoleh dari hasil survey yang dilakukan terhadap 110 orang pengguna jalan yang ditemui peneliti. Karakteristik responden ini dinilai dari beberapa variabel. Meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, usia, jenis kelamin dan kategori pengguna jalan. i. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden di Kecamatan Bogor Barat cukup beragam, mulai dari lulusan sekolah dasar hingga lulusan perguruan tinggi. Dari data yang diperoleh memperlihatkan responden dengan tingkat pendidikan SMA memiliki

51 jumlah terbesar, yaitu sebesar 40 orang (36%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD memilki jumlah terkecil, yakni sebesar 11 orang (10%). Perbandingan persentase untuk tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 3. Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 3. Perbandingan Tingkat Pendidikan Responden ii. Pekerjaan Jenis pekerjaan responden cukup bervariasi, mulai dari pelajar, PNS, sopir angkutan umum, hingga wiraswasta. Dalam penelitian ini, mayoritas pekerjaan responden adalah sopir angkutan umum, yakni sebesar 30 orang (27,27%). Sebanyak 26 responden atau 23,64% dari keseluruhan responden berprofesi sebagai buruh pabrik, kuli, pengangguran, serta office boy atau cleaning service. Responden tersebut termasuk dalam kategori lainnya dalam jenis pekerjaan. Sementara itu responden dengan pekerjaan PNS memiliki jumlah tekecil yakni sebesar 4 orang atau 3.64% dari jumlah keseluruhan. Perbandingan persentase jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 4.

52 Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 4. Perbandingan Jenis Pekerjaan Responden iii. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan tertinggi responden berada pada selang >Rp ,00 - Rp ,00 perbulan yaitu sebanyak 53 responden atau 53,48% dari keseluruhan responden. Responden dengan tingkat pendapatan melebihi level tertinggi yang diajukan (>Rp ,00) merupakan para pengusaha serta beberapa pegawai swasta, yaitu sebesar 8,7%. Distribusi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada Gambar 5. Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 5. Perbandingan Tingkat Pendapatan Responden

53 iv. Usia Tingkat usia responden pengguna jalan di Kota Bogor khususnya di Kecamatan Bogor Barat cukup beragam, mulai dari anak sekolah hingga usia lanjut. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia tahun yaitu sebanyak 32 orang (29,09% dari jumlah responden keseluruhan). Responden yang berusia tahun dan tahun memiliki jumlah yang sama yakni sebanyak 30 orang atau sebesar 27,27% dari total responden keseluruhan. Responden yang berusia tahun berjumlah 11 orang (10% dari total responden), responden yang berusia tahun berjumlah tujuh orang (5,45% dari total responden), responden yang berusia tahun berjumlah satu orang (0,91% dari total responden). Perbandingan distribusi usia responden dapat dilihat pada Gambar 6. Sumber : Data Data Primer, 2010 Gambar 6. Perbandingan Usia Responden v. Jenis Kelamin Sebagian besar responden yang ditemui saat survey adalah laki-laki, yaitu sebanyak 83 orang (75,45% dari total responden) sedangkan responden dari jenis kelamin perempuan sebanyak 27 orang (24,55% dari total responden). Perbandingan responden laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada Gambar 7.

54 Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 7. Perbandingan Jenis Kelamin Responden vi. Kategori Pengguna Jalan Para responden yang merupakan pengguna jalan di Kota bogor khususnya di Kecamatan Bogor Barat menggunakan berbagai kendaraan untuk transportasi mereka. Mulai dari menggunakan angkutan umum seperti angkot, sepeda motor, serta mobil pribadi. Pengguna jalan tertinggi dalam penelitian ini adalah penumpang angkutan umum, yaitu sebesar 40,36% dari jumlah responden. Persentase jumlah pengguna jalan dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 8. Perbandingan Kategori Pengguna Jalan vii. Lama Macet Sebagian besar responden umumnya merasakan lama macet antara 0 30 menit atau sebesar 64% dari total keseluruhan responden. Sementara itu, lama

55 macet pada kisaran waktu antara menit, menit, dan menit berturut-turut yakni sebesar 23%, 10%, dan 3%. Perbandingan lama macet yang dirasakan oleh responden dapat dilihat pada Gambar 9. Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 9. Perbandingan Lama Macet Responden viii. Jarak Tempuh Jarak tempuh responden tertinggi yakni berkisar antara 0 10 km atau sebesar 77% dari total keseluruhan responden. Sementara itu, jarak tempuh pada kisaran km dan km berturut-turut yakni sebesar 22% dan 1%. Perbandingan jarak tempuh antar responden dapat dilihat pada Gambar 10. Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 10. Perbandingan Jarak Tempuh Responden

56 VI. DAMPAK KEMACETAN TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN 6.1. Dampak Kemacetan Terhadap Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Kemacetan lalu lintas telah menjadi fenomena umum di daerah perkotaan. Beberapa faktor spesifik seperti jumlah penduduk, urbanisasi, penambahan pemilikan kendaraan, dan penambahan jumlah perjalanan juga turut menambah masalah kemacetan lalu lintas. Penambahan jumlah penduduk dan urbanisasi biasanya terjadi di negara yang sedang berkembang. Perkembangan Kota Bogor yang pesat menyebabkan lebih banyak penduduk yang datang dan menetap. Hal ini bisa dilihat dengan berkembangnya jumlah pemukiman penduduk di berbagai wilayah di Kota Bogor. Penduduk ini memerlukan tempat tinggal yang akan menyebabkan kota menjadi lebih padat. Mobilitas penduduk meningkatkan kebutuhan akan angkutan umum. Sesuai dengan peningkatan pendapatan penduduk, pemilikan kendaraan, dan jumlah perjalanan juga akan meningkat sehingga menghasilkan lebih banyak kebutuhan akan fasilitas dan pelayanan transportasi. Akan tetapi pertumbuhan ruas jalan tidak sebanding dengan kebutuhan akan fasilitas dan pelayanan transportasi, sehingga frekuensi kemacetan di Kota Bogor meningkat. Kemacetan merupakan salah satu indikasi dari ketidakteraturan pemanfaatan atau aturan atas suatu barang publik yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak, misalnya jalan raya. Keberadaan suatu barang publik dimana setiap orang berhak untuk menggunakan atau mengambil manfaatnya tanpa bisa dilarang oleh pengguna lainnya. Akhirnya kondisi ini menyebabkan tragedy of common yaitu penurunan manfaat dari suatu barang publik yang harus ditanggung oleh

57 semuanya akibat dari pemanfaatan seseorang atau kelompok terhadap barang publik tersebut. Hasil penelitian terhadap 110 responden di Kota Bogor menunjukkan bahwa kemacetan merupakan situasi yang sangat merugikan sehingga berdampak pada sosial ekonomi pengguna jalan itu sendiri. Umumnya, setiap responden yang pernah mengalami kemacetan langsung memberikan pernyataan negatif. Dampak kemacetan terhadap sosial ekonomi pengguna jalan dilihat dari jenis pekerjaan pengguna jalan tersaji pada Gambar 11. Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 11. Persepsi Pengguna Jalan Mengenai Dampak Kemacetan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Gambar 9 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju bahwa kemacetan menguras waktu pengguna jalan dan merasakan dampak sosial ekonomi yang besamaan, tidak hanya waktu yang terkuras dan stres tetapi juga menyebabkan boros bensin dan kelelahan. Hilangnya waktu merupakan opportunity cost yang harus ditanggung pengguna jalan, padahal waktu yag hilang tersebut dapat digunakan untuk aktifitas lainnya yang dapat mendatangkan

58 benefit, baik sosial maupun ekonomi bagi pengguna jalan itu sendiri. Responden yang menyatakan waktu yang hilang saat terjebak kemacetan adalah sebanyak 96 orang atau 87,27% dari keseluruhan responden. Rincian untuk responden yang merasakan waktu yang hilang adalah 30 sopir (100% dari jumlah sopir yang menjadi responden). Sebanyak 9 responden lainnya(96,15% dari jumlah lainnya yang menjadi responden), dan masing-masing untuk PNS, pelajar atau mahasiswa dan pengusaha memiliki persentase sebesar 40%, 95,45%,34,62% dari kelompok responden masing-masing. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa sebagian besar pengguna jalan merasakan dampak waktu yang hilang saat mereka terjebak kemacetan. Kinerja mengendarai kendaraan menjadi lebih berat saat berada dalam kemacetan karena mereka harus menginjak gas dan mengerem lebih sering. Selain membuat perjalanan lebih lama dibandingkan dengan kondisi normal, kemacetan juga membuat badan lelah dan berdampak pada emosi pengguna jalan sehingga ada dari mereka yang menggerutu, kesal, marah dan akhirnya stres. Para sopir angkutan umum mengeluhkan pendapatan mereka berkurang karena sering terjebak kemacetan. Sebanyak 30 orang sopir angkutan umum yang dipilih sebagai responden (100% dari jumlah responden sopir angkutan umum) menyatakan mereka harus menambah uang bensin agar beroperasi seperti biasanya atau mereka harus mengurangi operasional rit kendaraan dari yang biasanya empat atau lima rit menjadi tiga rit.

59 6.2. Perhitungan Pengeluaran Biaya BBM Pengguna Jalan bila Terkena Kemacetan Dibandingkan dengan Tidak Terkena Kemacetan Kemacetan yang sering terjadi tidak hanya berdampak pada sisi sosial pengguna jalan saja, namun tentunya pada kendaraan yang digunakan pengguna jalan. Kemacetan akan mempengaruhi setiap perjalanan, baik perjalanan untuk bekerja maupun perjalanan bukan untuk bekerja. Hal itu akan mempengaruhi pergerakan orang dan arus barang. Kendaraan yang melaju pada lalu lintas normal, tidak terjebak kemacetan, biasanya mengkonsumsi BBM sesuai dengan efisiensi mesin kendaraan dalam mengkonsumsi BBM. Kendaraan bermotor biasanya ditunjukkan dengan perbandingan per satu liter bensin dengan jarak yang dapat ditempuhnya, misalnya konsumsi satu liter bensin untuk delapan kilometer untuk jenis kendaraan mobil, tetapi efisiensi kendaraan ini juga dipengaruhi oleh jenis mobil, kapasitas cc mesin, dan merk mobil tersebut. Kendaraan roda dua seperti motor, penggunaan bahan bakarnya lebih efisien daripada mobil. Konsumsi untuk sepeda motor dengan kondisi mesin normal minimal dapat menempuh 20 km untuk penggunaan satu liter bensin. Sebanyak 70 responden pengguna kendaraan mobil dan motor (responden penumpang angkutan umum tidak masuk dalam perhitungan) dihitung pengeluaran biaya BBM mereka saat kendaraan melaju dengan normal dibandingkan dengan saat terjebak kemacetan, dengan menggunakan rumus nilai tengah contoh maka didapat rata-rata kerugian individu pengguna jalan seperti ysng terlihat seperti pada Tabel 8.

60 Tabel 8. Perhitungan Pengeluaran Rata-Rata Responden untuk Pembelian BBM Pengeluaran Rata-Rata Mobil (33 unit) Motor (37 unit) Pengeluaran rata-rata normal per kendaraan/hari Rp ,00 Rp ,03 Pengeluaran rata-rata macet per kendaraan/hari Rp ,09 Rp ,43 Rata-rata kerugian per kendaraan/hari Rp ,09 Rp 6.905,41 Sumber : Data Primer, 2010 Hasil perhitungan pengeluaran pengguna kendaraan bermotor untuk pembelian BBM dengan rumus perhitungan rata-rata, dalam kondisi lalu lintas normal didapat sebesar Rp ,00 per mobil. Namun apabila terjebak kemacetan maka biaya tersebut meningkat menjadi Rp ,09 per mobil karena konsumsi BBM menjadi meningkat. Begitu pula pada kendaraan jenis sepeda motor dimana pengeluaran responden untuk pembelian BBM dalam kondisi lalu lintas normal didapat sebesar Rp ,03 per motor. Namun apabila mereka terjebak kemacetan maka biaya tersebut meningkat menjadi Rp ,43. Meningkatnya pengeluaran ini merupakan kerugian yang harus ditanggung oleh setiap pengguna kendaraan baik mobil maupun motor. Kerugian yang ditanggung pengguna jalan adalah selisih antara rata-rata pengeluaran kemacetan per kendaraan dengan rata-rata pengeluaran normal per kendaraan yaitu sebesar Rp ,09 untuk setiap mobil sedangkan motor sebesar Rp 6.905,41, sehingga total kerugian BBM kendaraan bermotor akibat kemacetan adalah Rp ,00. Jika nilai tersebut dikalikan dengan jumlah kendaraan bermotor yang terjebak kemacetan pada salah satu titik kemacetan yang ada di Kecamatan Bogor Barat, misalnya kemacetan di ruas jalan Gunung Batu pada peak hours pukul dengan rata-rata volume kendaraan sebanyak 25 unit per menit, maka kerugian BBM akibat kemacetan adalah Rp ,00 setiap peak hours.

61 Jumlah kerugian tersebut hanya untuk satu titik kemacetan saja. Namun, bila dikalikan dengan seluruh titik kemacetan di Kecamatan Bogor Barat yang jumlahnya sekitar 3 titik kemacetan, dengan asumsi bahwa volume kendaraan pada setiap titik kendaraan sama dengan volume kendaraan di Gunung Batu, maka total kerugian BBM akibat kemacetan adalah sebesar Rp ,00 per hari. Berarti potensi ekonomi yang hilang dari pengguna BBM akibat kemacetan di Kecamatan Bogor Barat mencapai Rp ,00 per tahun. Potensi nilai ekonomi yang hilang ini merupakan nilai yang sangat besar untuk kota yang termasuk daerah sub-urban. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sapta di dapat nilai potensi ekonomi yang hilang dari penggunaan BBM akibat kemacetan di Kota Bogor mencapai Rp ,00 per tahun. Bila dibandingkan dengan nilai kerugian yang didapat penulis, nilai kerugian yang didapatkan pada penelitian Sapta tersebut lebih besar. Hal ini mungkin terjadi karena ruang lingkup yang dilakukan oleh Sapta dalam penelitiannya tersebut mencakup seluruh Kota Bogor, sedangkan penulis hanya meneliti salah satu bagian dari Kota Bogor yakni di Kecamatan Bogor Barat.

62 VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1. Willingness to Accept (WTA) Pengguna Jalan Terhadap Kemacetan Analisis WTA pengguna jalan di Kota Bogor khususnya di Kecamatan Bogor Barat dilakukan dengan cara menanyakan kepada 110 orang responden mengenai kesediaan mereka untuk mengungkapkan kerugian atas kemacetan yang mereka rasakan akibat kemacetan yang terjadi. Distribusi pilihan bersedia dan tidak bersedia pengguna jalan yang mengekspresikan kerugian mereka akibat kemacetan dapat dilihat pada Gambar 12. Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 12. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Pengguna Jalan dalam Mengungkapkan kerugian Akibat Kemacetan Berdasarkan hasil wawancara dengan 110 orang responden, sebanyak 91 orang diantaranya bersedia mengungkapkan nilai kerugian mereka sedangkan 19 orang lainnya menyatakan tidak bersedia mengungkapkan nilai kerugiannya. Jumlah responden yang tidak bersedia mengungkapkan nilai WTA diidentifikasi sebagai penawaran sanggahan. Alasan responden tidak bersedia mengeluarkan nilai WTA mereka dapat dilihat pada Tabel 9.

63 Tabel 9. Alasan Ketidaksediaan Responden dalam Mengungkapkan Nilai Kerugian Akibat Kemacetan Alasan Frekuensi (orang) Persentase (%) Tidak Peduli 5 26,32 TidakPerlu 10 52,63 Tidak Dapat Dinilai dengan Uang 4 21,05 Jumlah ,00 Sumber : Data Primer, 2010 Penjelasan dari Tabel 9 adalah bahwa alasan ketidaksediaan responden mengungkapkan nilai kerugian mereka adalah didasari oleh persepsi mereka terhadap kerugian akibat kemacetan. Sebanyak lima responden menyatakan bahwa mereka tidak peduli dengan kerugian yang mereka tanggung akibat kemacetan. Sepuluh responden menyatakan bahwa kerugian tidak perlu dikonversikan dengan nilai nominal. Sedangkan empat responden sisanya menyatakan bahwa kerugian mereka seperti hilangnya waktu, stres, dan sebagainya tidak bisa dinilai dengan uang atau kerugian mereka sangatlah besar sehingga mereka tidak bisa mengungkapkan besarnya kerugian mereka dalam bentuk nominal uang Analisis Willingness to Accept (WTA) dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dalam Menghadapi Kerugian Akibat Kemacetan Analisis Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan di Kota Bogor khususnya di Kecamatan Bogor Barat dilakukan dengan cara menanyakan kepada 110 orang responden mengenai kesediaan mereka untuk mengungkapkan kerugian atas kemacetan yang mereka rasakan, dimana WTA mencerminkan nilai kerugian individu pengguna jalan. Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis WTA tersebut. Hasil pelaksanaan enam langkah kerja adalah sebagai berikut :

64 1 Membangun Pasar Hipotetis Responden diberikan informasi bahwa pemerintah Kota Bogor akan memberlakukan suatu kebijakan baru dalam manajemen transportasi darat dengan tujuan untuk memperbaiki mekanisme lalu lintas di lapangan. Adapun kebijakan tersebut ialah pemberian kompensasi terhadap pengguna jalan yang terkena kemacetan, karena kemacetan yang terjadi tidak dapat dihindarkan. Setiap responden akan dinilai kompensasi yang diterimanya atas kemacetan yang terjadi. Kompensasi tersebut adalah biaya pengganti dari kerugian yang mereka rasakan akibat terjadinya kemacetan. 2 Memperoleh Nilai WTA Berdasarkan pertanyaan yang ditawarkan dalam kuesioner melalui metode pertanyaan terbuka (open ended question), maka diperoleh nilai kompensasi yang bersedia diterima pengguna jalan bila terjebak kemacetan. Hasil perhitungan statistik memperoleh nilai rata-rata responden sebesar Rp ,00/bulan. 3. Menghitung Nilai Rata-rata dari WTA Pasar hipotetis yang dibuat dan dalam pelaksanaan penelitian hipotetis tersebut dijelaskan kepada responden, maka akan didapat nilai penawaran atau lelang (bids). Nilai penawaran inilah yang akan menjadi dasar penentuan nilai rataan WTA. Nilai rataan WTA didasarkan pada nilai rataan (mean) dari distribusi besaran WTA responden. Data distribusi besaran WTA responden disajikan pada Tabel 10.

65 Tabel 10. Distribusi Besaran WTA Responden Penumpang Motor Mobil WTA (Rp) Frekuensi (orang) Rata-rata WTA (Rp) , , ,64 Sumber : Data Primer, 2010 Dugaan nilai WTA responden berdasarkan data WTA yang diekspresikan 91 responden (sebanyak 19 responden tidak mengekspresikan WTA mereka, sehingga tidak masuk dalam perhitumgan) menghasilkan nilai rata-rata WTA pengguna jalan sebesar Rp ,86 untuk penumpang, Rp ,00 untuk motor, dan Rp ,64 untuk mobil. Nilai tersebut mencerminkan besarnya nilai kerugian setiap individu pengguna jalan yang terkena kemacetan. 4. Menduga Bid Curve Kurva lelang (Bid Curve) dapat dibentuk dengan beberapa cara, salah satu cara untuk membuat kurva lelang (Bid Curve) WTA adalah dengan cara menggunakan jumlah kumulatif dari jumlah individu yang menjawab suatu nilai WTA. Asumsi dari cara ini adalah individu yang bersedia menerima suatu nilai WTA tertentu akan bersedia pula menerima suatu nilai WTA yang lebih besar, jumlah kumulatif tersebut akan semakin banyak dan sejajar dengan semakin meningkatnya nilai WTA. Dengan cara ini, kurva lelang (Bid Curve) WTA dari pengguna jalan apabila terjadi kemacetan dapat tergambar pada Gambar 13.

66 Sumber : Data Primer, 2010 Gambar 13. Dugaan Bid Curve WTA Pengguna Jalan terhadap Kemacetan 5. Menentukan Total WTA (Agregating Data) Hasil perhitungan distribusi besaran WTA dapat dilihat pada tabel 10, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata WTA setiap pengguna jalan untuk kategori penumpang angkutan umum sebesar Rp ,86, pengguna sepeda motor Rp ,00, dan pengguna mobil Rp ,64. jika setiap nilai WTA tersebut dikalikan dengan penduduk Kota Bogor Khususnya di Kecamatan Bogor Barat pada tahun 2008 yaitu sebanyak jiwa, dengan asumsi bahwa setiap penduduk adalah juga sebagai pengguna jalan, maka total nilai WTA Kecamatan Bogor Barat yang tercermin sebagai kerugian pengguna jalan untuk pengguna mobil (3.893 pemilik mobil) adalah Rp ,00, pengguna motor ( pemilik motor) Rp ,00, dan penumpang angkutan umum ( pengguna angkutan umum) Rp ,00. sehingga total WTA pengguna jalan di Kecamatan Bogor Barat adalah Rp ,00. Nilai tersebut dapat

67 dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh pemerintah Kota Bogor dalam mengambil kebijakan untuk mengurangi kemacetan yang ada. 6. Evaluasi pelaksanaan CVM Berdasarkan hasil regresi berganda, diperoleh nilai R 2 = 79,56%. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R 2 sampai dengan 15% (Mitchell dan Carson, 1989 dalam Garrod dan Willis, 1999) oleh karena itu hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian masih dapat diyakini kebenarannya atau keandalannya (reliable). 7.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTA Pengguna Jalan dalam Menghadapi Kemacetan Model Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan di Kecamatan Bogor Barat diamati dengan memasukkan delapan variabel bebas (independent variable) yang diduga mempengaruhi Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan sebagai variabel tak bebas (dependent variable). Delapan variabel tersebut adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, umur, frekuensi terkena kemacetan, durasi terkena kemacetan, waktu yang hilang, dan lelah. Model Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan dalam menghadapi kemacetan di Kecamatan Bogor Barat dibangun dengan analisis regresi berganda. Hasil pengolahan nilai WTA responden diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian ini tergolong baik karena nilai R 2 yang dihasilkan bernilai 79,56%. Nilai tersebut mengartikan bahwa keragaman WTA responden sebesar 79,56% dapat dijelaskan oleh model, sedangkan sisanya sebesar 20,44% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.hasil estimasi parameter model fungsi Willingness to Accept (WTA) pengguna jalan di Kecamatan Bogor Barat dapat dilihat pada Tabel 11.

68 Tabel 11. Hasil Analisis Nilai WTA Responden Variabel Bebas Koefisien Sig. Keterangan C 4, ,0003 LNTKTPDDKN -1, ,0308 Nyata** LNPEKERJAAN -0, ,5933 Tidak Berpengaruh LNPDPTN 1, ,2394 Tidak Berpengaruh LNUMUR -0, ,3393 Tidak Berpengaruh LNFREKUENSIMCT 5, ,0000 Nyata* LNLAMAMCT 4, ,0000 Nyata* WKTHLG 0, ,8125 Tidak Berpengaruh LELAH -0, ,2247 Tidak Berpengaruh R-Squares 79,56% Adjusted R-Squares 77,94% Sumber : Data Primer Diolah, 2010 Keterangan : * : Pada taraf nyata 1% ** : Pada taraf nyata 15% Secara serentak, variabel-variabel bebas berpengaruh nyata terhadap model. Model yang dihasilkan juga telah diuji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F), heteroskedastisitas, normalitas, dan multikolinearitas. Hasil dari uji tersebut adalah sebagai berikut : 1. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 49,164, sedangkan F tabel dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel- 1) atau 9-1 = 8, dan df 2 (n-k) atau = 101. Di dapat F tabel adalah 2,031. Hasil perhitungan menunjukkan F hitung (49,164) > F tabel (2,031), maka tolak H o

69 H o : Model tidak berpengaruh terhadap WTA H 1 : Model berpengaruh terhadap WTA Kesimpulan : Dapat diketahui bahwa F hitung (49,164) > F tabel (2,031), maka H o ditolak, artinya tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, umur, frekuensi terkena kemacetan, durasi terkena kemacetan, jarak sampai tujuan, waktu yang hilang, dan lelah secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai WTA. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji White. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai Probability dari Obs*R-squared sebesar atau lebih besar daripada α = 0,05 (Lampiran 2). Maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak ditemukan adanya masalah heteroskedastisitas. 3. Uji Normalitas Pemeriksaan asumsi sisaan menyebar normal dilakukan dengan Uji Kolgomorov-Smirnov (Lampiran 2). Pada output komputer terlihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) berada di atas 0,05 yakni sebesar 0,74. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas. 4. Uji Multikoliniearitas Pemeriksaan asumsi untuk menguji masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada lampiran dua menunjukkan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh (VIF < 10). Hal ini mengindikasikan tidak ada indikasi terjadinya pelanggaran multikolinearitas. Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :

70 LNWTA = 4, ,39862 LNTKTPDDKN 0,31624 LNPEKERJAAN + 1, LNPDPTN 0,51756 LNUMUR + 5, LNFREKUENSIMCT + 4, LNMCT + 0, WKTHLG 0,81667 LELAH Beberapa variabel yang secara nyata berpengaruh terhadap nilai WTA responden adalah sebagai berikut : 1. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai sig. 0,0308. Artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α = 0.15 (15%). Koefesien bertanda negatif (-) dengan nilai sebesar 1, Nilai tersebut mengartikan bahwa jika tingkat pendidikan responden yang semakin tinggi atau meningkat sebesar satu satuan, maka nilai WTA yang diberikan akan semakin rendah atau turun sebesar Rp 1, Hal ini disebabkan bahwa pola pikir responden dengan pendidikan lebih tinggi akan lebih menganggap bahwa pemberian kompensasi bukanlah jalan keluar untuk mengatasi kemacetan yang ada. 2. Frekuensi Terkena Kemacetan Variabel frekuensi terkena kemacetan memiliki nilai sig. 0,0000. Artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α = 0.01 (1%). Frekuensi terkena kemacetan memiliki koefisien bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 5, Hal ini memiliki arti semakin sering pengguna jalan terjebak kemacetan atau frekuensi terkena macet meningkat satu satuan, maka nilai WTA yang diekspresikan akan semakin tinggi atau naik sebesar Rp 5, Hal ini mungkin disebabkan pengguna jalan yang

71 sering melewati titik kemacetan merasa dirugikan dengan seringnya terjebak kemacetan pada titik-titik kemacetan. 3. Durasi Terkena Kemacetan Variabel durasi terkena kemacetan memiliki nilai sig. 0,0000. Artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf α = 0.01 (1%). Durasi terkena kemacetan memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) dengan nilai 4, Hal ini memiliki arti semakin lama seseorang terkena kemacetan atau durasi kemacetannya meningkat satu satuan, maka responden tersebut akan memberikan nilai WTA yang semakin tinggi atau meningkat sebesar Rp 4, Hal ini karena semakin lama seseorang terjebak dalam kemacetan, maka waktu yang ia miliki akan semakin banyak yang terbuang sehingga menyebabkan semakin banyak pula opportunity cost yang hilang. Semakin banyak benefit yang hilang, maka nilai kesediaan menerima kompensasi akan semakin besar pula. Variabel yang tidak berpengaruh nyata ada lima variabel yaitu variabel jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, umur, waktu yang hilang, dan lelah. Kelima variabel tidak berpengaruh nyata karena mempunyai P-value yang besar melebihi selang kepercayaan pada penelitian ini yaitu 85 persen, 90 persen serta 99 persen. Selain itu ada kemungkinan bahwa responden tidak menjawab pertanyaan wawancara dengan sungguh-sungguh, kurang paham akan pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner dan wawancara, dan banyak hal lain yang bisa mengakibatkan beberapa variabel kemungkinan tidak berpengaruh nyata.

72 VIII. Simpulan dan Saran 8.1. Simpulan 1. Kemacetan mengakibatkan pengguna jalan merasakan lelah, stres, waktu yang hilang serta dampak terhadap penggunaan bahan bakar. 2. Sebanyak 91orang responden bersedia mengungkapkan nilai kerugiannya atau sebesar 83% dari jumlah responden keseluruhan. Sedangkan sisanya lagi sebanyak 19 orang responden lainnya atau sebesar 17% dari jumlah responden keseluruhan tidak bersedia mengungkapkan besarnya nilai kerugian yang mereka rasakan. 3. Pengeluaran pembelian BBM dalam kondisi lalu lintas normal untuk pengguna mobil adalah sebesar Rp ,00 per mobil sedangkan motor Rp ,03 per motor. Namun apabila mereka terjebak dalam kemacetan maka biaya tersebut meningkat menjadi sebesar Rp ,09 per mobil dan Rp ,43 per motor. Potensi ekonomi BBM yang hilang akibat kemacetan di Kecamatan Bogor Barat setiap tahunnya mencapai Rp ,00 per tahun. 4. Total WTA di Kecamatan Bogor Barat mencapai Rp ,00 dan nilai rata-rata WTA yang diekspresikan responden untuk pengguna mobil sebesar Rp ,64, pengguna sepeda motor Rp ,00 dan penumpang angkutan umum Rp ,86. Variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai WTA pengguna jalan secara signifikan ada tiga

73 yakni tingkat pendidikan responden, frekuensi terkena macet dan durasi terkena kemacetan Saran 1. Peningkatan sarana dan prasarana jalan serta perawatan jalan agar dapat mengurangi kemacetan dengan cara melakukan pelebaran jalan, memperbaiki jalan yang rusak, menambah lajur lalu lintas serta membuat pembatas jalan. 2. Pengurangan jumlah angkutan umum yang beroperasi dengan cara pembatasan berdasarkan umur angkot serta tidak ada lagi pemberian ijin baru bagi pengusaha angkot yang akan menambah angkotnya. 3. Pembatasan kendaraan pribadi yang melintas di jalan protokol dengan membuat peraturan tentang batasan kepemilikan maksimal kendaraan bermotor dalam satu keluarga serta pelarangan penggunaan BBM bersubsidi bagi kendaraan pribadi. 4. Dengan total nilai WTA di Kecamatan Bogor Barat yang mencapai Rp ,00 dan jumlah penduduk sebanyak jiwa, maka nilai dana kompensasi yang sebaiknya diberikan sebesar Rp /orang. Hal ini terkait dengan WTA masyarakat terhadap kemacetan yang mereka rasakan, karena dengan demikian akan terjadinya sinkronisasi antara pemerintah dan masyarakat.

74 DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik Bogor Dalam Angka BPS, Kota Bogor. Fauzi, Akhmad Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Pustaka Gramedia Utama, Jakarta. Garrod, G dan K. G. Willis Economic Valuation Of The Environment. Edward Elgar Publishung Limited, England. Gujarati, Damodar N Basic Econometric 4 th ed. Mc Graw Hill-Irvine New York, USA. Hanley, N dan C. L. Spash Cost-Benefit Analysis and Environment. Edward Elgar Publishung Limited, England. Juanda, B Ekonometrika I. Bogor Agricultural University Press, Bogor. Kecamatan Bogor Barat. Laporan Tahunan Kecamatan Bogor Barat Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Priyatno, Duwi Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaKom, Yogyakarta. SAMSAT Kota Bogor Rekapitulasi Data Kendaraan Bermotor Wilayah Bogor Barat Kota Bogor. SAMSAT, Kota Bogor. Sapta, Rendy D Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas Terhadap Sosial Ekonomi Pengguna Jalan Dengan Contingent Valuation Method (CVM) (Studi Kasus : Kota Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Satyaputra, Irvan P Penanganan kemacetan Lalu Lintas di Jalan Raya (Studi Kasus di Jalan Margonda Raya Kota Depok). Tesis. Program Pascasarjana Studi Kajian Ilmu Kepolisian. Universitas Indonesia, Jakarta. Walpole, R. E Pengantar Statistika. Bambang Sumantri (Penerjemah). Terjemahan dari : Introduction to Statistics. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

75 LAMPIRAN

76 Lokasi Penelitian Lampiran 1. Peta Kota Bogor

77 Lampiran 2. Hasil Uji Statistik 1. Hasil Uji Statistik Model Dependent Variable: LNWTA Method: Least Squares Date: 05/09/11 Time: 09:36 Sample: Included observations: 110 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C LNTKTPDDKN LNPEKERJAAN LNPDPTN LNUMUR LNFREKUENSIMCT LNLAMAMCT WKTHLG LELAH R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 110 Normal Parameters a Mean 0 Most Extreme Differences Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 0.74 a. Test distribution is Normal. 3. Uji Multikolinieritas Model 1 (Constant) Tolerance Collinearity Statistics LNtktpddkn LNpekerjaan LNpdptn LNumur LNfrekuensimct LNlamamct wkthlg lelah VIF

78 4. Uji Heterokedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/09/11 Time: 09:37 Sample: Included observations: 110 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C LNTKTPDDKN LNTKTPDDKN^ LNTKTPDDKN*LNPE KERJAAN LNTKTPDDKN*LNPD PTN LNTKTPDDKN*LNUM UR LNTKTPDDKN*LNFR EKUENSIMCT LNTKTPDDKN*LNLA MAMCT LNTKTPDDKN*WKTH LG LNTKTPDDKN*LELA H LNPEKERJAAN LNPEKERJAAN^ LNPEKERJAAN*LNPD PTN LNPEKERJAAN*LNU MUR LNPEKERJAAN*LNFR EKUENSIMCT LNPEKERJAAN*LNLA MAMCT LNPEKERJAAN*WKT HLG LNPEKERJAAN*LELA H LNPDPTN LNPDPTN^ LNPDPTN*LNUMUR LNPDPTN*LNFREKUE NSIMCT LNPDPTN*LNLAMAM CT LNPDPTN*WKTHLG LNPDPTN*LELAH LNUMUR LNUMUR^ LNUMUR*LNFREKUE NSIMCT

79 LNUMUR*LNLAMAM CT LNUMUR*WKTHLG LNUMUR*LELAH LNFREKUENSIMCT LNFREKUENSIMCT^ LNFREKUENSIMCT*L NLAMAMCT LNFREKUENSIMCT* WKTHLG LNFREKUENSIMCT*L ELAH LNLAMAMCT LNLAMAMCT^ LNLAMAMCT*WKTH LG LNLAMAMCT*LELAH WKTHLG WKTHLG*LELAH LELAH R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

80 Lampiran 3. Situasi Kemacetan di Kecamatan Bogor Barat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) pertimbangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) (Studi Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) RENDY DWI SAPTA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN DAS CIDANAU (Studi Kasus Desa Citaman Kabupaten Serang) ANI TRIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek /Subjek Penelitian Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah

IV. METODOLOGI PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) karena masyarakat dan instansi di daerah IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Tahura Ir. H. Djuanda dan Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN 19 II. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor. Pemilihan wilayah dilakukan dengan pertimbangan wilayah tersebut memiliki jumlah angkutan umum kota

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. IV METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah para pengunjung di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di Jl. Kebun

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai ERP Dilihat dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah para pengunjung di Objek Wisata Pantai Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sarana yang dapat menghubungkan manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuatunya yang mudah dan praktis. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh produsen

BAB III METODE PENELITIAN. sesuatunya yang mudah dan praktis. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh produsen BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Kerangka Pemikiran Teh hijau merupakan minuman yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Masyarakat moderen sekarang ini selalu menginginkan segala sesuatunya yang mudah

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness To Pay (WTP) Pengguna Jalan Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnnya Nilai ERP Dilihat Dari Willingness to Pay (WTP) Pengguna Jalan Unsur-unsur yang mempengaruhi besarnya nilai WTP

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODELOGI PENELITIAN

IV. METODELOGI PENELITIAN IV. METODELOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka Kabupaten Bogor. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Pemilihan lokasi Wana

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di pemukiman penduduk di dekat jalur KRL di Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan. Pemilihan dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengunjung wisata Kraton Ratu Boko di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Ratu Boko. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Lebih terperinci

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN 7.1. Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Variabel terikat dalam analisis kesediaan rumahtangga menerima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus 1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN

ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN ANALISIS NILAI GUNA EKONOMI DAN DAMPAK PENAMBANGAN PASIR DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR GIAN YUNIARTO WILO HARLAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10 kelurahan Kota Karang dan Kecamatan Teluk Betung Timur. Pada Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah para pengunjung di objek wisata air panas Semolon yang berada di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. B. Jenis Data Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN VI. KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN Kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda sudah menjadi suatu kebiasaan umum bagi pengguna kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah para pengunjung di wisata Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Objek data penelitian ini dilakukan pada suatu ruas Jalan Margo Utomo Kota Yogyakarta. Letak geografis Kota Ygyakarta berada pada 7º 15 24 LS - 7º 49 26 LS

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada 46 III. METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian dan Sumber Data Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data angka yang diolah dengan metode statistika tertentu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan 61 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif yang merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis Respon Masyarakat terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium (Kasus: Pengendara Mobil Pribadi di Bogor)

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Lokasi terletak di terminal Kota Batu. Penyebaran kuesioner yang terletak di terminal kota Batu adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah rumah yang berada di Perumahan Pangebatan Lestari yang berlokasi di Kabupaten Banyumas. Perumahan Pangebatan Lestari terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pemilihan Moda Menurut Tamin (2003), pemilihan moda sangat sulit dimodelkan, walaupun hanya dua buah moda yang akan digunakan (pribadi atau umum). Hal tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud

BAB I PENDAHULUAN. pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jasa adalah tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2000-2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan dan menguji antar variabel yang dihipotesiskan (Supriyanto dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan dan menguji antar variabel yang dihipotesiskan (Supriyanto dan 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode yang paling tepat untuk memecahkan permasalahan yang ada. Jenis penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA (Studi Kasus di Perumahan Cipinang Elok, Jakarta Timur) GANIS DWI CAHYANI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR 32 III. METODE PENELITIAN A. Profil Lokasi Penelitian Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui responden. Responden memberikan respon verbal dan atau tertulis sebagai tanggapan atas pernyataan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan terhadap ekonomi Indonesia dalam waktu 1996-2013, oleh karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daerah yang produktif untuk kegiatan pertanian, namun akhir-akhir ini. pertanyaan responden dicatat, diolah dan dianalisis.

BAB III METODE PENELITIAN. daerah yang produktif untuk kegiatan pertanian, namun akhir-akhir ini. pertanyaan responden dicatat, diolah dan dianalisis. BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup Penelitian ini berfokus pada petani yang melakukan konversi lahan pertanian pada dua desa yaitu desa Tiyaran dan Desa Bulu di Kecamatan

Lebih terperinci