Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii"

Transkripsi

1

2 Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR ii

3 Matrikulasi Kurikulum 2013 di SMA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 2 C. Tujuan... 3 D. Hasil yang Diharapkan... 3 E. Sasaran... 3 BAB II KONSEP MUATAN LOKAL... 4 A. Pengertian... 4 B. Pengembangan dan Pengelolaan... 4 C. Judul Sub Bab... 7 D. Daya Dukung... 8 BAB III TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal B. Menentukan Jenis Muatan Lokal C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal BAB IV TAHAP PELAKSANAAN MUATAN LOKAL A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal B. Pelaksanaan Muatan Lokal C. Pelaksanaan Muatan Lokal melalui Mata Pelajaran Tersendiri D. Pelaksanaan Muatan Lokal Dipadukan ke Dalam Mata Pelajaran Lain E. Pelaksanaan Muatan Lokal Melalui Pengembangan Diri BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

4 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai ciri khas dan karakteristik tiap daerah, keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia antara lain dari segi geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana, kondisi sosial budaya, dan berbagai keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda antar daerah dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah. Terkait dengan pembangunan pendidikan, masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah. Pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Pada kurikulum 2013, muatan kurikulum terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat nasional, muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasan satuan pendidikan. Muatan kurikulum pada tingkat nasional terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikembangkan oleh pusat. Muatan kurikulum pada tingkat daerah terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. Sedangkan muatan kekhasan satuan pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. Kondisi yang terjadi di daerah menunjukkan bahwa, ada daerah yang sudah menetapkan muatan lokal melalui peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, ada juga daerah yang belum menetapkan muatan lokal. Di tingkat satuan pendidikan, masih ada satuan pendidikan yang belum menetapkan dan melaksanakan muatan lokal. Kondisi lainnya terjadi bahwa dalam menetapkan muatan lokal belum sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 1

5 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 2 Oleh karena itu, agar pelaksanaan muatan lokal di Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat terlaksana dengan baik, Direktorat Pembinaan SMA menerbitkan panduan pelaksanaan muatan lokal. Panduan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi satuan pendidikan (TPK sekolah, kepala sekolah, dan pendidik), pengawas sekolah, dan komite sekolah dalam menganalisis dan menetapkan muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi di masing-masing satuan pendidikan. Panduan ini juga dapat digunakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menyiapkan dan menetapkan muatan lokal, untuk diimplementasikan pada satuan pendidikan di daerahnya masing-masing. B. Landasan Hukum 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

6 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 3 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan; 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah; 12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum; 13. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor /MPK.A/KR/2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013; C. Tujuan Panduan pelaksanaan muatan lokal ini disusun dengan tujuan: 1. Memberikan pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal; 2. Sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal. D. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari panduan ini adalah: 1. Adanya pemahaman yang sama tentang pengembangan muatan lokal; 2. Terwujudnya acuan bagi satuan pendidikan dan dinas pendidikan dalam pengembangan dan pelaksanaan muatan lokal. E. Sasaran Sasaran penggunaan panduan ini adalah: 1. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sekolah dan daerah 2. Kepala SMA 3. Pendidik 4. Pengawas Sekolah 5. Komite sekolah 6. Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota 7. Pemangku kepentingan lainnya.

7 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal BAB II KONSEP MUATAN LOKAL A. Pengertian Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Fusce gravida pellentesque purus. Praesent nisi quam, mattis in, gravida non, sodales ut, purus. Curabitur nisi massa, adipiscing vitae, commodo nec, molestie ac, nisl. Nunc convallis faucibus orci. Nullam tristique mattis tortor. Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar: 1. mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya; 2. memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya; dan 3. memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. B. Pengembangan dan Pengelolaan Dalam struktur kurikulum 2013 disebutkan bahwa matapelajaran kelompok A dan C adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran kelompok B adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu setiap daerah perlu mengembangkan muatan lokal. 4

8 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 5 Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal, muatan lokal tersebut dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan. Berdasarkan ketentuan diatas maka setiap daerah dan satuan pendidikan berkewajiban mengembangkan dan melaksanakan muatan lokal melalui pembekalan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik tentang potensi daerahnya untuk dikembangkan dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut: 1. Utuh Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan berbasis kompetensi, kinerja, dan kecakapan hidup. 2. Kontekstual Pengembangan pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi, dan masalah daerah. 3. Terpadu Pendidikan muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan, termasuk terpadu dengan dunia usaha dan industri. 4. Apresiatif Hasil-hasil pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan, lomba-lomba, pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah. 5. Fleksibel Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan. 6. Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga mengupayakan peserta didik untuk belajar secara terus-menerus.

9 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 6 7. Manfaat Pendidikan muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan mengembangkan budaya lokal dalam menghadapi tantangan global. Pengembangan muatan lokal dapat dibangun melalui dua strategi: (1) Satuan pendidikan menentukan jenis muatan lokal berdasarkan hasil analisis potensi daerah dan potensi satuan pendidikan. (2) Pemerintah daerah membuat kebijakan tentang muatan lokal yang diselenggarakan di daerahnya, berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan pada satuan-satuan pendidikan di daerahnya. Berikut digambarkan dua strategi pengembangan muatan lokal: 1. Dari bawah ke atas (bottom up) Gambar 1. Alur pengembangan muatan lokal dari bawah ke atas Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal yang dibangun secara bertahap dan tumbuh pada satuan pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa satuan pendidikan mempunyai kewenangan untuk menentukan sendiri jenis muatan lokal yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis konteks identifikasi kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendukung. Penentuan jenis muatan lokal kemudian diikuti dengan penyusunan kurikulum yang sesuai. 2. Dari atas ke bawah (top down)

10 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 7 Gambar 2. Alur pengembangan muatan lokal dari atas ke bawah Gambar diatas menjelaskan alur pengembangan muatan lokal dimana pemerintah daerah sudah memiliki bahan kajian muatan lokal yang diidentifikasi dari jenis muatan lokal yang diselenggarakan oleh satuan-satuan pendidikan di daerahnya. Tim pengembang muatan lokal mengidentifikasi dan menganalisis core and content dari jenis muatan lokal secara keseluruhan. Setelah core and content umum ditemukan, maka tim pengembang kurikulum daerah merumuskan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk membuat kebijakan tentang jenis muatan lokal yang akan diselenggarakan di daerahnya. Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun kabupaten/kota. Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah provinsi ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, sedangkan muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Pasal 77P Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah, sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar. Pengelolaan muatan lokal meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi terhadap dokumen muatan lokal, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Satuan pendidikan mengelola: muatan lokal, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan pelaksanaan pembelajaran. C. Judul Sub Bab Ruang lingkup muatan lokal adalah: 1. Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang

11 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 8 diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuhan daerah tersebut adalah seperti kebutuhan untuk: a. melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; b. meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai dengan keadaan perekonomian daerah; c. meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta didik dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti potensi pariwisata; dan d. meningkatkan kemampuan berwirausaha. 2. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa: a. bahasa daerah; b. bahasa Inggris; c. kesenian daerah; d. keterampilan dan kerajinan daerah; e. adat istiadat; f. pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar; g. serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan. D. Daya Dukung Daya dukung pelaksanaan muatan lokal meliputi segala hal yang dianggap perlu dan penting untuk mendukung keterlaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah: 1. Kebijakan Muatan Lokal Pelaksanaan muatan lokal harus didukung kebijakan, baik pada level pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Kebijakan diperlukan dalam hal: a. kerja sama dengan lembaga lain, baik pemerintah maupun swasta;

12 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 9 b. pemenuhan kebutuhan sumber daya (ahli, peralatan, dana, sarana dan lainlain); dan c. penentuan jenis muatan lokal pada level Provinsi/Kabupaten/Kota sebagai muatan lokal wajib pada daerah tertentu. Yang dimaksud daerah tertentu adalah daerah yang memiliki kondisi khusus seperti: rawan konflik, rawan sosial, rawan bencana, dan lain-lain. 2. Pendidik Pendidik yang ditugaskan sebagai pengampu muatan lokal adalah yang memiliki: a. kemampuan atau keahlian dan/atau lulusan pada bidang yang relevan; b. pengalaman melakukan bidang yang diampu; dan c. minat tinggi terhadap bidang yang diampu. Pendidik muatan lokal dapat berasal dari luar satuan pendidikan, seperti: satuan pendidikan terdekat, tokoh masyarakat, pelaku sosial-budaya, dan lain-lain. 3. Sarana dan Prasarana Sekolah Kebutuhan sarana dan prasarana muatan lokal harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Jika satuan pendidikan belum mampu memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana, maka pemenuhannya dapat dibantu melalui kerja sama dengan pihak tertentu atau bantuan dari pihak lain. 4. Manajemen Sekolah Untuk memfasilitasi implementasi muatan lokal, kepala sekolah perlu: a. menugaskan guru, menjadwalkan, dan menyediakan sumber daya secara khusus untuk muatan lokal; b. menjaga konsistensi pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran; dan c. mencantumkan kegiatan pameran atau sejenisnya dalam kalender akademik satuan pendidikan.

13 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 10 Untuk mendukung pengembangan muatan lokal di sekolah, tim pengembang muatan lokal perlu menjalin kerjasama dengan unsurunsur lain, seperti Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, Instansi/Lembaga lain misalnya Dunia Usaha/Industri, dan Dinas lain yang terkait. Peran masing-masing unsur adalah sebagai berikut: 1) Peran Tim Pengembang Kurikulum tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam: a) mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah; b) mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada di satuan pendidikan; c) mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan; d) menentukan jenis dan prioritas muatan lokal yang akan dilaksanakan; e) menentukan pelaksanaan muatan lokal; f) menyusun KD, dan silabus muatan lokal; g) menyusun buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru; h) memilih alternatif metode pembelajaran muatan lokal; i) mengembangkan RPP dan penilaian yang tepat untuk muatan lokal yang dilaksanakan. 2) Peran LPMP dan Perguruan Tinggi secara umum adalah memberikan bimbingan teknis dalam: a) Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal; b) Menentukan lingkup materi masing-masing bahan kajian yang telah ditetapkan; c) Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajian. 3) Peran Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota secara umum adalah: a) memberi informasi mengenai potensi daerah, serta prioritas pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan;

14 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 11 b) memberi gambaran mengenai kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu; c) memberi sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan bantuan dalam menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat. d) Melakukan supervisi keterlaksanaan muatan lokal di daerahnya. 4) Peran Instansi/Lembaga lain seperti Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait secara umum adalah: a) memberi informasi mengenai kompetensi yang harus dikuasai peserta didik untuk muatan lokal tertentu; b) memberi masukan dan atau contoh kompetensi yang dapat diadaptasi untuk kompetensi muatan lokal; c) memberi fasilitas kepada peserta didik untuk berkunjung/belajar/praktik di tempat tersebut guna memantapkan kemampuan/keterampilan yang didapat dalam muatan lokal.

15 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal BAB III TAHAP PENENTUAN MUATAN LOKAL Berdasarkan strategi pengembangan muatan lokal yang telah dibahas pada bab II, maka setiap satuan pendidikan harus mempersiapkan berbagai hal dalam rangka menentukan dan melaksanakan muatan lokal di satuan pendidikan masing-masing. Sebelum menetapkan muatan lokal, satuan pendidikan perlu melakukan serangkaian kegiatan agar muatan lokal yang dikembangkan benar-benar realistis dan implementatif sesuai dengan kebutuhan peserta didik terhadap pengembangan potensi di daerah tempat tinggalnya. Langkah awal penentuan muatan lokal, meliputi (1) identifikasi dan analisis muatan lokal, (2) menentukan jenis muatan lokal, dan (3) menentukan bahan kajian muatan lokal. Penentuan dan pelaksanaan muatan lokal dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3. Alur tahap penentuan dan pelaksanaan muatan lokal 12

16 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 13 A. Melakukan Identifikasi dan Analisis Muatan Lokal Identifikasi dan analisis muatan lokal dilakukan melalui tahapan mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan kebutuhan daerah serta mengidentifikasi dan menganalisis potensi satuan pendidikan. 1. Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah Identifikasi dan analisis potensi dan kebutuhan daerah meliputi analisis ciri khas, potensi, keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan daerah. Metode identifikasi dan analisis disesuaikan dengan kemampuan tim pengembang muatan lokal. Kegiatan identifikasi dan analisis ini dilakukan untuk mendata dan menelaah berbagai potensi dan kebutuhan daerah. Data dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait seperti Pemerintah Daerah tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi Negeri/Swasta, Dunia Usaha/Industri, dan Dinas terkait. a. Identifikasi dan analisis potensi daerah Pengembangan muatan lokal perlu memperhatikan potensi daerah yang meliputi: (1) Sumber Daya Alam; (2) Sumber Daya Manusia; (3) Geografis; (4) Budaya; dan (5) Historis. 1) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya alam Sumber Daya Alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan udara yang dalam bentuk asalnya dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan. Contoh untuk bidang: pertanian (padi, buah-buahan, ubi kayu, jagung, sayur-sayuran, dll.), perkebunan (tebu, tembakau, kopi, karet, coklat, dll.), peternakan (unggas, sapi, kambing, dll.), dan perikanan (ikan laut/tawar, tumbuhan laut, dll.). 2) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi sumber daya manusia Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan agar menjadi makhluk sosial yang adaptif (mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perubahan sosial budaya) dan transformatif (mampu memahami, menterjemahkan, dan mengembangkan seluruh pengalaman dan kontak sosialnya bagi kemaslahatan diri dan lingkungannya pada masa

17 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 14 depan), sehingga mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan. Aspek SDM menjadi penentu keberhasilan dari semua aspek/potensi muatan lokal, karena SDM sebagai sumber daya dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap kualitas muatan lokal yang akan dikembangkan, bergantung kepada paradigma, kultur, dan etos kerja SDM yang bersangkutan. Tidak ada realisasi dan implementasi muatan lokal tanpa melibatkan dan memposisikan manusia sebagai aspek sentral dalam proses pencapaiannya. 3) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi geografis Proses pengkajian muatan lokal ditinjau dari aspek geografi perlu memperhatikan berbagai aspek, seperti aspek oseanologi (potensi kelautan), antropologi (ragam budaya/suku bangsa yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sektor pariwisata), ekonomi (meningkatkan kehidupan/taraf hidup masyarakat setempat), dan demografi (daerah/obyek wisata). Aspek-aspek dimaksud merupakan salah satu aspek penentu dalam menetapkan potensi muatan lokal. 4) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi budaya Budaya merupakan suatu sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Untuk itu, salah satu sikap menghargai kebudayaan suatu daerah, adalah upaya masyarakat setempat untuk melestarikan dan menonjolkan ciri khas budaya daerah menjadi muatan lokal. Sebagai contoh muatan lokal yang berkaitan dengan aspek budaya, antara lain berbagai upacara keagamaan/adat istiadat (upacara Ngaben di Bali, Sekaten dan Grebeg di Yogyakarta, dll.). 5) Keterkaitan muatan lokal dengan potensi historis Potensi historis merupakan potensi sejarah dalam wujud peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi arena/wahana wisata yang bisa menjadi aset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu. Untuk itu, perlu dilakukan pelestarian terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi

18 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 15 sentuhan baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi bagian dari muatan lokal. Misalnya, Satuan Pendidikan di sekitar objek wisata Candi Borobudur Magelang mengembangkan muatan lokal kepariwisataan. b. Identifikasi dan analisis kebutuhan daerah Pengumpulan data untuk identifikasi dan analisis kebutuhan daerah dapat dilakukan melalui wawancara atau pemberian kuesioner kepada responden. Dalam melakukan wawancara atau menyusun kuesioner, tim mengumpulkan data mengenai: 1) Kondisi sosial (hubungan kemasyarakatan antar penduduk, kerukunan antar umat beragama, dsb.); 2) Kondisi ekonomi (mata pencaharian penduduk, rata-rata penghasilan, dsb.) 3) Aspek budaya (etika sopan santun, kesenian daerah, bahasa yang banyak digunakan, dsb.); 4) Kekayaan alam (pertambangan, perikanan, perkebunan, dsb.); 5) Makanan khas daerah (gudeg Yogya, rendang Padang, gado-gado Jakarta, asinan Bogor, dsb.); 6) Prioritas pembangunan daerah (pariwisata, pusat perbelanjaan, pengentasan kemiskinan, dsb.); 7) Kepedulian masyarakat akan konservasi, pengembangan daerah, dsb.; 8) Jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan daerah sebagai daerah/kota (pelajar/pariwisata/perdagangan, dsb.), seperti kemampuan berbahasa asing, keterampilan komputer; 9) Dan data lainnya yang mendukung.

19 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 16 Format 1 : Contoh Format Identifikasi dan Analisis Potensi dan Kebutuhan Daerah No Potensi daerah Peluang Tantangan/ Hambatan Potensi Mulok Contoh pengisian format pada lampiran 1 2. Identifikasi dan analisis potensi satuan pendidikan Kondisi internal satuan pendidikan baik negeri maupun swasta di berbagai daerah sangat bervariasi. Oleh karena itu, untuk menentukan muatan lokal yang akan dilaksanakan, setiap satuan pendidikan harus melakukan identifikasi terhadap potensi satuan pendidikan masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk mendata dan menganalisis daya dukung yang dimiliki satuan pendidikan yang meliputi daya dukung internal dan daya dukung eksternal. Kegiatan yang dilaksanakan adalah analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ditekankan pada kebutuhan peserta didik dengan memperhatikan: a. Lingkungan; b. Sarana dan prasarana; c. Ketersediaan sumber dana; d. Sumber daya manusia (pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik); e. Dukungan komite sekolah dan masyarakat setempat; f. Dukungan unsur lain seperti dunia usaha/industri; dan g. Kemungkinan perkembangan sekolah.

20 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 17 Ketersediaan daya dukung/potensi satuan pendidikan (internal) antara lain: a. Lingkungan satuan pendidikan yang mendukung muatan lokal; b. Sarana prasarana: ruang belajar, peralatan praktik, media pembelajaran, buku/bahan ajar sesuai dengan muatan lokal yang diselenggarakan; c. Ketenagaan dengan keahlian sesuai tuntutan muatan lokal; dan d. Biaya operasional pendidikan yang diperoleh melalui berbagai sumber. Format 2 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Satuan Pendidikan (Internal) Kompone Kekuatan Kelemaha Rencana Tindak n n Lanjut Contoh pengisian format pada lampiran 2 Ketersediaan daya dukung eksternal satuan pendidikan antara lain: a. Dukungan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota berupa kebijakan, pembinaan dan fasilitas/pembiayaan; b. Stakeholders yang memiliki kepedulian untuk mendukung keseluruhan proses penyelenggaraan muatan lokal, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program; c. Narasumber yang memiliki kemampuan/keahlian sesuai dengan materi Muatan Lokal yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan.

21 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 18 Format 3 : Contoh Format Analisis Daya Dukung Lingkungan Satuan Pendidikan (Eksternal) Kompone n Peluang Tantangan Rencana Tindak Lanjut Contoh pengisian format pada lampiran 3 B. Menentukan Jenis Muatan Lokal Jenis muatan lokal yang dapat dikembangkan meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik), kewirausahaan, pra-vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik). Penjelasan empat rumpun muatan lokal adalah sebagai berikut: 1. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial, dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal. 2. Kewirausahaan dan pravokasional adalah muatan lokal yang mencakup pendidikan yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya. 3. Pendidikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran muatan lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik, mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan. 4. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pravokasional, lingkungan hidup, dan kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup. Lingkup isi/jenis muatan lokal dapat berupa: 1. Bahasa daerah; 2. Kesenian daerah; 3. Adat istiadat;

22 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal Keterampilan dan kerajinan daerah; 5. Pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar; 6. Bahasa Inggris (yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum mata pelajaran bahasa inggris); 7. Serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang bersangkutan. Format 4 : Contoh Format Penentuan Jenis Muatan Lokal Potensi Daerah Potensi Mulok Daya Dukung Jenis Mulok Contoh pengisian format pada lampiran 4 C. Menentukan Bahan Kajian Muatan Lokal Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian/pelajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah dan satuan pendidikan. Penentuan bahan kajian muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: 1. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik; 2. Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; 3. Tersedianya sarana dan prasarana; 4. Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa; 5. Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan; 6. Kelayakan yang berkaitan dengan pelaksanaan di satuan pendidikan; 7. Karakteristik yang sesuai dengan kondisi dan situasi daerah; 8. Komponen analisis kebutuhan muatan lokal (ciri khas, potensi, keunggulan, dan kebutuhan/tuntutan);

23 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal Mengembangkan kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti; 10. Menyusun silabus muatan lokal. Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah (PR). Bahan kajian diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan satuan pendidikan, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun satuan pendidikan, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu, guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik. Untuk itu, bahan kajian perlu disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: 1. Bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; 2. Dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; 3. Dari pengalaman lama ke pengalaman baru; 4. Dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu, bahan kajian diharapkan bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Namun demikian bahan kajian muatan lokal tertentu tidak harus secara terus-menerus diajarkan mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Bahan kajian muatan lokal juga

24 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 21 dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester, atau satu tahun ajaran. Format 5 : Contoh Format Penentuan Bahan Kajian Muatan Lokal No Jenis Muatan Lokal Bahan kajian Muatan Lokal Contoh pengisian format pada lampiran 5

25 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal BAB IV TAHAP PELAKSANAAN MUATAN LOKAL Setelah menentukan bahan kajian muatan lokal, langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. Pelaksanaan muatan lokal memerlukan penanganan secara profesional dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya. Dengan demikian, muatan lokal dapat mendukung pengembangan potensi peserta didik, pembangunan daerah dan pembangunan nasional, serta memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum satuan pendidikan masing-masing A. Rambu Rambu Pelaksanaan Muatan Lokal Berikut adalah rambu-rambu pelaksanaan muatan lokal: 1. Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau pengembangan diri. 2. Alokasi waktu adalah 2 jam/minggu jika muatan lokal berupa mata pelajaran khusus muatan lokal. 3. Muatan lokal dilaksanakan selama satu semester atau satu tahun atau bahkan selama tiga tahun. 4. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif, psikomotor, dan action). 5. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio. 6. Satuan pendidikan dapat menentukan satu atau lebih jenis bahan kajian mata pelajaran muatan lokal. 7. Penyelenggaraan muatan lokal disesuaikan dengan potensi dan karakteristik satuan pendidikan. 8. Satuan pendidikan yang tidak memiliki tenaga khusus untuk muatan lokal dapat bekerja sama atau menggunakan tenaga dengan pihak lain. B. Pelaksanaan Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan (seperti yang sudah dijelaskan pada Bab III), maka langkah selanjutnya adalah penentuan pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan. 22

26 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 23 Pelaksanaan muatan lokal di satuan pendidikan dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu (1) muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri dan/atau (2) bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dan/atau (3) pengembangan diri. 1. Muatan lokal berdiri sebagai mata pelajaran tersendiri Muatan lokal dilaksanakan sebagai mata pelajaran tersendiri apabila bahan kajian muatan lokal berupa materi pembelajaran yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B (Seni Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Prakarya dan Kewirausahaan). 2. Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain Muatan lokal berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran lain apabila bahan kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada kelompok B, maka muatan lokal tersebut berupa bahan kajian yang dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B. Namun apabila bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri Muatan lokal dilaksanakan melalui pengembangan diri apabila bahan kajian muatan lokal berupa program kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan melalui kegiatan ekstrakurukuler, maka bahan kajian tersebut dapat diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler. Pada lampiran 1 Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum disebutkan bahwa pengembangan diri merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler.

27 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 24 Adapun ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B adalah sebagai berikut: a. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran seni budaya SMA Tingkat Kelas X-XI 1) Apresiasi dan kreasi karya seni rupa (seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni rupa, dan pameran seni rupa) 2) Apresiasi dan kreasi karya seni musik (gubahan lagu dan musik, kritik musik, dan pertunjukan musik) 3) Apresiasi dan kreasi karya seni tari (penciptaan tari, kritik tari, dan pertunjukan tari) 4) Apresiasi dan kreasi seni teater (rancangan karya teater, kritik teater, dan pertunjukan teater). Tingkat Kelas XII 1) Apresiasi dan kreasi karya seni rupa dua dan tiga dimensi, kritik seni rupa dan pameran seni rupa 2) Apresiasi dan kreasi karya seni musik (musik kreasi, kritik musik, dan pertunjukan musik) 3) Apresiasi dan kreasi karya seni tari (Kreasi tari sesuai iringan, kritik tari dan pertunjukan tari) 4) Apresiasi dan kreasi karya seni teater (naskah teater, kritik seni teater, dan pertunjukan seni teater). b. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMA Tingkat Kelas X-XI 1) Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket, 2) Permainan bola kecil, dan atletik: softball, bulutangkis, tenis meja, 3) Aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau permainan tradisional sejenis 4) Menguasai aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau beladiri tradisional sejenis 5) Menguasai rangkaian Aktivitas fisik melalui: latihan pengembangan kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, dan koordinasi 6) Menguasai aktivitas fisik rangkaian : senam lantai dan senam alat

28 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 25 7) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan SKJ secara harmonis 8) Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan penyelamatan dalam aktivitas air. 9) Makanan dan minuman sehat, pencegahan dan penanggulangan penyakit, bahaya penggunaan NARKOBA dan psikotropika serta upaya pencegahan dan penanggulangannya, dampak seks bebas, cara mencegah HIV dan AIDS serta cara penanggulangannya. Tingkat Kelas XII 1) Pemainan bola besar, sepak bola, bola voli, bola basket permainan bola kecil, softball, bulutangkis, tenis meja, 2) aktivitas fisik gerakan jalan cepat, lari, lompat, dan lempar atau permainan tradisional sejenis dengan baik dan benar 3) Menguasai gerakan aktivitas fisik beladiri: pencak silat, karate, taekwondo atau permainan tradisional sejenis 4) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik: latihan pengembangan kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, dan koordinasi 5) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik : senam lantai dan senam alat dengan baik dan benar 6) Menguasai rangkaian gerakan aktivitas fisik ritmik: senam aerobik dan SKJ baik dan benar 7) Menguasai gerakan aktivitas fisik di air: renang gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan penyelamatan dalam aktivitas air 8) STDS (Sexually Transmitted Disease), AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS) 9) Peraturan perundangan berkaitan NARKOBA dan psikotropika. c. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan SMA Tingkat Kelas X-XI 1) Kerajinan tekstil dan limbah tekstil 2) Kerajinan dari bahan lunak dan bahan keras 3) Rekayasa alat komunikasi sederhana dan alat pengatur gerak sederhana

29 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 26 4) Rekayasa pembangkit listrik sederhana dan inovatif menggunakan teknologi tepat guna 5) Budidaya tanaman hias dan tanaman pangan 6) Usaha budidaya pembenihan ikan konsumsi dan ikan hias 7) Pengawetan bahan pangan nabati dan hewani menjadi produk pangan khas daerah dan nusantara, 8) Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi produk non pangan pembersih dan kosmetik 9) Nilai dan peluang wirausaha, serta aspek-aspek perencanaan usaha. Tingkat Kelas XII 1) Kerajinan fungsi hias dan pakai dari limbah 2) Rekayasa elektronika praktis dan dengan kendali elektronika 3) Budidaya ternak unggas petelur dan pedaging 4) Pengolahan bahan nabati dan hewani menjadi makanan khas daerah dan produk non pangan kesehatan. Ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B tersebut sangat penting dalam rangka menetapkan pelaksanaan muatan lokal berdasarkan jenis dan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan. Berikut disajikan contoh penentuan pelaksanaan muatan lokal. Format 6 : Contoh Format Penentuan Pelaksanaan Muatan Lokal Jenis Bahan Keterkaitan dengan Ruang Pelaks Mulok Kajian Lingkup Materi anaan Mulok Seni Penj Prak Mulok Budaya asor &Kw kes u Contoh pengisian format pada lampiran 6

30 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 27 C. Pelaksanaan Muatan Lokal melalui Mata Pelajaran Tersendiri Sudah dijelaskan diatas bahwa apabila bahan kajian muatan lokal berupa materi pembelajaran tersendiri yang tidak terkait dengan ruang lingkup materi pada mata pelajaran kelompok B, maka muatan lokal tersebut dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Demikian juga apabila bahan kajian pada muatan lokal sebenarnya berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pelajaran pada kelompok B, namun bahan kajian muatan lokal tersebut terlalu luas maka dapat berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Perlu diketahui bahwa mata pelajaran muatan lokal merupakan mata pelajaran yang berisi bahan kajian muatan lokal yang memungkinkan untuk berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Alokasi waktu yang disediakan dalam satu minggu sebanyak 2 jam pelajaran. Dalam struktur kurikulum 2013, mata pelajaran muatan lokal masuk pada mata pelajaran kelompok B. Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila satuan pendidikan belum mampu mengembangkan kompetensi dasar beserta silabusnya, maka satuan pendidikan dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh satuan pendidikan, atau dapat meminta bantuan kepada satuan pendidikan terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Beberapa satuan pendidikan dalam satu daerah yang belum mampu mengembangkannya dapat meminta bantuan tim pengembang kurikulum daerah atau meminta bantuan dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di daerahnya.

31 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 28 Pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4. Alur pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan muatan lokal melalui mata pelajaran tersendiri: 1. Perencanaan Perencanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal meliputi penyusunan KD, penyusunan silabus, penyusunan buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru, serta penyusunan RPP. a. Menyusun Kompetensi Dasar Seperti mata pelajaran lainnya, muatan lokal yang berdiri sebagai mata pelajaran harus memiliki dokumen lengkap yang meliputi KI, KD, silabus, buku teks pelajaran, buku panduan guru, dan RPP. Semua dokumen ini harus disiapkan oleh satuan pendidikan. Penyusunan KD adalah langkah awal agar muatan lokal dapat dilaksanakan melalui mata pelajaran. Penyusunan KD dapat dilakukan bersama instansi lain, misalnya TPK Provinsi/Kabupaten/Kota, LPMP, Dunia Usaha/Industri, atau Dinas/Instansi terkait. Sebagai contoh, jika SMA menentukan jenis muatan lokal yang berkaitan dengan:

32 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 29 1) kewirausahaaan atau kepariwisataan, maka dapat bekerjasama dengan Dinas perdagangan, Perguruan Tinggi Pariwisata, atau Dinas pariwisata; 2) keterampilan atau kerajinan, maka dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Seni Kriya/Kerajinan, PLS/kursus-kursus, atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 3) budi daya tanaman, maka dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian, Perguruan tinggi Pertanian; dll. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan ditetapkan bahwa Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang. Berdasarkan Tingkat Kompetensi tersebut ditetapkan kompetensi yang bersifat generik yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi yang bersifat spesifik dan ruang lingkup materi untuk setiap muatan kurikulum. Selanjutnya, kompetensi dan ruang lingkup materi digunakan untuk menentukan kompetensi dasar pada pengembangan kurikulum satuan dan jenjang pendidikan. Berdasarkan pengertian diatas maka dalam mengembangkan kompetensi dasar pada mata pelajaran muatan lokal harus memperhatikan tingkat kompetensi. Adapun tingkat kompetensi kelas X, XI, dan XII SMA adalah sebagai berikut:

33 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 30 1) Tingkat kompetensi kelas X dan XI SMA Kompetensi Sikap Spiritual Sikap Sosial Pengetahuan Keterampilan Deskripsi Kompetensi 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan 2) Tingkat kompetensi kelas XII SMA Kompetensi Sikap Spiritual Sikap Sosial Deskripsi Kompetensi 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

34 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 31 lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Pengetahuan Keterampilan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan Penyusunan kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal harus memperhatikan dan menyesuaikan tingkat kompetensi yang telah ditetapkan di atas. Pengembangan kompetensi dasar pada mata pelajaran muatan lokal dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu matapelajaran muatan lokal. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: 1) kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; 2) kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; 3) kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;

35 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 32 4) kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Dengan menggunakan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan, tim pengembang melakukan pemetaan bahan kajian muatan lokal tersebut berdasarkan tingkat kompetensi dan kompetensi inti yang sesuai. Berikut ini merupakan format dalam mengembangkan kompetensi dasar mata pelajaran muatan lokal. Format 7 : Contoh Format Penentuan Kompetensi Dasar Jenis Mulok Bahan Kajian Kompetensi Dasar Contoh pengisian format pada lampiran 7 Format 8 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas X KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, KOMPETENSI DASAR

36 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal KOMPETENSI INTI responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Memahami,menerapka n, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu KOMPETENSI DASAR

37 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 34 KOMPETENSI INTI menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan KOMPETENSI DASAR Contoh pengisian format pada lampiran 8 Format 9 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XI KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan KOMPETENSI DASAR

38 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 35 KOMPETENSI INTI humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan KOMPETENSI DASAR... Contoh pengisian format pada lampiran 9 Format 10 : Contoh format penyusunan KD mata pelajaran muatan lokal kelas XII KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong KOMPETENSI DASAR......

39 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 36 KOMPETENSI INTI royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KOMPETENSI DASAR Mengolah, menalar,...

40 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 37 KOMPETENSI INTI menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan KOMPETENSI DASAR b. Menyusun Silabus Penyusunan silabus mata pelajaran muatan lokal pada dasarnya sama dengan penyusunan silabus pada mata pelajaran lainnya, namun pada proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor, dan action. Silabus mata pelajaran muatan lokal paling sedikit memuat: 1) Identitas mata pelajaran; 2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; 3) Kompetensi inti; 4) Kompetensi dasar; 5) Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; 6) Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek (kognitif, afektif, psikomotor, dan action); 7) Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik, penilaian pada pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk,

41 Sumber Belajar Alokasi Waktu Penilaian Pembelajaran Materi Pokok Kompetensi Dasar Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 38 dan portofolio; 8) Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun, alokasi waktu mata pelajaran muatan lokal sebanyak 2 jam/minggu; dan 9) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Format 11 : Contoh Format Silabus Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran :. Kelas :. Kompetensi Inti : Contoh pengisian format pada lampiran 13 c. Menyusun Buku Teks Pelajaran Muatan Lokal dan Buku Panduan Guru Dengan lahirnya kurikulum 2013 yang diikuti dengan perubahan yang mendasar pada SKL, SI, standar proses, dan standar penilaian sehingga dibutuhkan suatu buku panduan yang mengantar satuan pendidikan dan guru untuk dapat melaksanakan kurikulum 2013 dengan baik. Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu

42 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 39 pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 23). Buku panduan guru adalah pedoman yang memuat strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran (Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 Ayat 22). Buku teks pelajaran muatan lokal pada pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakan-pakainya terlebih dahulu oleh Dinas Pendidikan Provinsi berdasarkan standar nasional pendidikan sebelum digunakan oleh pendidik dan/atau peserta didik sebagai sumber belajar di satuan pendidikan. Kelayakan pakai buku teks muatan lokal ditetapkan oleh Gubernur. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 pasal 4 Ayat 3 dan 4). Berdasarkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri tersebut maka mata pelajaran muatan lokal sebaiknya didukung oleh buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru. Buku teks pelajaran dan buku panduan guru tersebut disusun oleh guru mata pelajaran muatan lokal bersama dengan Tim Pengembang Kurikulum, dan dapat meminta bantuan dari Perguruan Tinggi, LPMP, dan lembaga terkait lainnya. Buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru tersebut dinilai kelayakan pakainya oleh Dinas Pendidikan Provinsi setempat. Kriteria standar buku teks pelajaran muatan lokal dan buku panduan guru adalah sebagai berikut: 1) Kelayakan isi/materi: a) Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir; b) Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias; c) Kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat

43 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 40 kemenarikan sesuai dengan minat dan pengetahuan siswa; d) Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya; e) Ilustrasi harus sesuai dengan teks; f) Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat, dan sederhana; g) Perincian materi harus sesuai dengan kurikulum; h) Perincian materi harus memperhatikan keseimbangan dalam penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman. 2) Kelayakan penyajian Kelayakan penyajian berkenaan dengan: tujuan pembelajaran, keteraturan urutan dalam penguraian, kemenarikan minat dan perhatian peserta didik, kemudahan dipahami, keaktifan peserta didik, hubungan bahan, serta latihan dan soal. 3) Kelayakan bahasa Aspek bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana. Sedangkan aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan peserta didik. 4) Kelayakan kegrafikan Yang berkaitan dengan aspek grafika adalah kemenarikan, yaitu berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan. d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Penyusunan RPP pada mata pelajaran muatan lokal sama dengan penyusunan RPP pada mata pelajaran lainnya. RPP dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator

44 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 41 pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Format 12 : Contoh Format RPP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA.. : : : : A. Kompetensi Inti B. Kompetensi Dasar dan Indikator 1. (KD pada KI-1) 2. (KD pada KI-2) 3. (KD pada KI-3) I ndikator: 4. (KD pada KI-4) Indikator: Catatan: KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung.

45 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 42 C. Tujuan Pembelajaran D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok) E. Metode Pembelajaran (rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media 2. Alat/Bahan 3. Sumber Belajar G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Kesatu: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal ( menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup ( menit) 2. Pertemuan Kedua: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal ( menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup ( menit), dan seterusnya. H. Penilaian 1. Jenis/teknik penilaian 2. Bentuk instrumen dan instrumen 3. Pedoman penskoran Kepala SMA.. Mengetahui Guru Mata Pelajaran., NIP.. NIP.. Contoh pengisian format pada lampiran 12

46 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal Pelaksanaan Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah dibuat. Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; 2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; 3) mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan 4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. b. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran muatan lokal, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor, dan action. Pembelajaran diatur agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan kurikulum nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan muatan lokal dihindarkan dari penugasan pekerjaan rumah.

47 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 44 Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3. Penilaian Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian pada mata pelajaran muatan lokal: a. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio. b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. c. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi

48 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 45 peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan. d. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran D. Pelaksanaan Muatan Lokal Dipadukan ke Dalam Mata Pelajaran Lain Seperti yang sudah dijelaskan pada tahap penentuan pelaksanaan muatan lokal bahwa apabila bahan kajian muatan lokal berupa bagian/pengembangan dari ruang lingkup materi pada pelajaran kelompok B, maka bahan kajian tersebut dapat dipadukan ke dalam mata pelajaran kelompok B tersebut. Adapun mata pelajaran kelompok B terdiri dari: 1. mata pelajaran seni budaya; 2. mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan; dan 3. mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan. Pelaksanaan muatan lokal dipadukan ke dalam mata pelajaran lain dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 5. Alur pelaksanaan muatan lokal dipadukan ke dalam mata pelajaran lain

49 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 46 Pelaksanaan muatan lokal yang dipadukan pada mata pelajaran kelompok B, dapat dilakukan melalui beberapa tahapan berikut ini: 1. Perencanaan Perencanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran lain, meliputi pemetaan KD mata pelajaran kelompok B dengan bahan kajian muatan lokal, pengembangan silabus, mengembangan RPP, dan pengembangan bahan ajar. a) Pemetaan Kompetensi Dasar Pemetaan KD dilaksanakan melalui pemetaan KD pada mata pelajaran kelompok B dengan bahan kajian muatan lokal yang telah ditetapkan. Pemetaan tersebut digunakan untuk menentukan pengembangan KD pada mata pelajaran kelompok B. Berikut ini merupakan contoh format pemetaan KD mata pelajaran kelompok B dengan bahan kajian muatan lokal. Format 12 : Contoh Format pemetaan KD Mata Pelajaran Kelompok B dengan Bahan kajian Mulok KD Mapel Bahan Kajian Pengembangan KD Kel. B Mulok Mapel Kel. B Contoh pengisian format pada lampiran 11 Hasil pengembangan KD pada mata pelajaran kelompok B tersebut digunakan sebagai dasar pengembangan silabus, RPP, dan bahan ajar. b) Pengembangan Silabus Pengembangan silabus muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B mengacu pada silabus mata pelajaran kelompok B kemudian dipadukan dengan KD hasil pemetaan. Sistematika penulisannya sama dengan penyusunan silabus pada mata pelajaran muatan lokal, yaitu paling sedikit memuat:

50 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 47 1) Identitas mata pelajaran; 2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; 3) Kompetensi inti; 4) kompetensi dasar, dikembangkan berdasarkan hasil pemetaan; 5) materi pokok; 6) pembelajaran; 7) penilaian; 8) alokasi waktu; dan 9) Sumber belajar. c) Pengembangan RPP Pengembangan RPP muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B sama dengan pengembangan RPP pada mata pelajaran muatan lokal. d) Penyusunan Bahan Ajar Bahan ajar muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B disusun berdasarkan RPP yang telah dikembangkan. Bahan ajar tersebut dapat berupa bahan ajar cetak dan atau bahan ajar berbasis TIK. Bahan ajar cetak maupun non cetak memuat beberapa komponen-komponen sebagai berikut: judul, petunjuk belajar, KI-KD, informasi pendukung, latihan, tugas/langkah kerja dan penilaian. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan proses pembelajaran muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B sama dengan pelaksanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal, yaitu meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pelaksanaan proses pembelajaran muatan lokal mencakup empat aspek: kognitif, afektif, psikomotor, dan action. 3. Penilaian Penilaian muatan lokal yang dipadukan kedalam mata pelajaran kelompok B sama dengan penilaian yang dilakukan pada mata pelajaran muatan lokal. Penilaian pembelajaran muatan lokal mengutamakan unjuk kerja, produk, dan portofolio.

51 Panduan Pelaksanaan Muatan Lokal 48 E. Pelaksanaan Muatan Lokal Melalui Pengembangan Diri Seperti yang telah dijelaskan pada rambu-rambu penentuan pelaksanaan muatan lokal bahwa apabila bahan kajian muatan lokal berupa program kegiatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri melalui berbagai kegiatan ekstrakurukuler, maka bahan kajian tersebut dapat diimplementasikan melalui pengembangan diri pada program ekstrakurikuler. Format 13 : Contoh Format Penentuan Muatan Lokal melalui Program Ekstrakurikuler No Jenis Bahan Kajian Program Ekstrakurikuler Mulok Contoh pengisian format pada lampiran 12 Program ekstrakurikuler tersebut digunakan oleh pembina ekstrakurikuler untuk menyusun program, melaksanakan, dan menilai. Pelaksanaan muatan lokal melalui program ekstrakurikuler dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 6. Alur pelaksanaan muatan lokal melalui program ekstrakurikuler Berikut ini merupakan tahapan pelaksanaan muatan lokal melalui program ekstrakurikuler:

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL I. PENDAHULUAN Muatan lokal, sebagaimana

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK By: Estuhono, S.Pd, M.Pd PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM Estuhono, S.Pd, M.Pd I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural,

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/MADRASAH ALIYAH (MA)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/MADRASAH ALIYAH (MA) KOMPETENSI INTI DAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/MADRASAH ALIYAH (MA) KELAS: X KERAJINAN KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati

Lebih terperinci

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR Nurul Hidayati Rofiah, M.Pd.I Program Studi PGSD FKIP UAD Email: nurulhidayatirofiah@ymail.com ABSTRAK Muatan lokal merupakan bahan kajian

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK PUSAT KURIKULUM, BALITBANG DEPDIKNAS Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP

EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP EVALUASI PEMBELAJARAN 1 PENGERTIAN TES A. SUHARSIMI ARIKUNTO MERUPAKAN ALAT ATAU PROSEDUR YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGETAHUI/MENGUKUR SESUATU DALAM SUASANA, DENGAN CARA DAN ATURAN-ATURAN YANG SUDAH DITENTUKAN

Lebih terperinci

23. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMA/MA/SMK/MAK

23. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMA/MA/SMK/MAK 23. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA TAHUN 2006 DAFTAR ISI Daftar Isi 1 I. PENDAHULUAN 2 A. Latar Belakang 2 B. Landasan

Lebih terperinci

Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekh

Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekh 1 Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya; Kurikulum harus

Lebih terperinci

49. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SMA/MA/SMK/MAK

49. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SMA/MA/SMK/MAK 49. KOMPETENSI INTI DAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. KERAJINAN Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural, mulok B. Landasan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang

Lebih terperinci

Muatan Lokal dalam Kurikulum /27/2017 Nafan 1

Muatan Lokal dalam Kurikulum /27/2017 Nafan 1 Muatan Lokal dalam Kurikulum 2013 9/27/2017 Nafan 1 Pendahuluan Muatan Lokal Isi Mengembangkan Muatan Lokal Pendahuluan Latar Belakang dan Landasan A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi,

Lebih terperinci

Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum Muatan Lokal Kurikulum Muatan Lokal Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya;

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

I. PENDAHULUAN. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah,

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA 50. KOMPETENSI INTI DAN GEOGRAFI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013

Lebih terperinci

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 44. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peran penting dari proses pendidikan. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Seni

Lebih terperinci

12. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR EKONOMI SMA/MA

12. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR EKONOMI SMA/MA 12. KOMPETENSI INTI DAN EKONOMI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SOSIOLOGI (PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL)

SILABUS MATA PELAJARAN: SOSIOLOGI (PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL) SILABUS MATA PELAJARAN: SOSIOLOGI (PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL) Satuan pendidikan Kelas : SMA/MA : XI Kompetensi Inti : KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 : Menghayati mengamalkan ajaran agama yang dianutnya : Menghayati

Lebih terperinci

22. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMP/MTs

22. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMP/MTs 22. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN Lampiran 1. Struktur Spektrum Keahlian PMK SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN No. 1 BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN PAKET KEAHLIAN DURASI (3/4 TAHUN) Lampiran 2. Struktur Kurikulum SMK (Generik)

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman KELAS : X Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan PERMENDIKBUD 68 TAHUN 2013 TENTANG KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SMP MTS HAL 80-85 9. Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan KELAS VII KELAS VII KOMPETENSI INTI 1. Menghargai

Lebih terperinci

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

4. Menentukan Himpunan Penyelesaian untuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel BAHAN AJAR A. Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP) SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP) UU No. 14/2005 (UUGD) Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

Lebih terperinci

SILABUS ETIKA PROFESI

SILABUS ETIKA PROFESI SILABUS ETIKA PROFESI Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 61 JAKARTA Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen Program Keahlian : Keuangan Paket Keahlian : Akuntansi/Perbankan/Perbankan Syariah Kelas /Semester

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran C. Sosiologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL: SENI BUDAYA BANTEN (SENI BATIK BANTEN)

SILABUS MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL: SENI BUDAYA BANTEN (SENI BATIK BANTEN) SILABUS MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL: SENI BUDAYA BANTEN (SENI BATIK BANTEN) SATUAN PELAJARAN : SMA KELAS : XI SEMESTER : 2 KOMPETENSI INTI : Kompetensi Inti 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama

Lebih terperinci

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 41. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style PP 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Permendikbud

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG

SILABUS MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG SILABUS MATA PELAJARAN GAMBAR INTERIOR DAN EKSTERIOR BANGUNAN GEDUNG Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati

Lebih terperinci

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 20. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) KELAS: X KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) 1. Menghayati

Lebih terperinci

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator ANALISIS SKL, KI dan KD Mata Pelajaran Kelas Materi Ajar : Penjasorkes : X : Permainan Bola Voli No 1 Sikap 1 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan

Lebih terperinci

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator ANALISIS SKL, KI dan KD Mata Pelajaran Kelas Materi Ajar : Penjasorkes : X : Permainan Bola Basket No 1 Sikap 1 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan

Lebih terperinci

1. Penyelesaian persamaan linier tiga variabel dengan metode eliminasi

1. Penyelesaian persamaan linier tiga variabel dengan metode eliminasi Bahan ajar A. Kompetensi Inti KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Panduan Muatan Lokal SMA

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Panduan Muatan Lokal SMA KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PRAKARYA (KERAJINAN)

SILABUS MATA PELAJARAN PRAKARYA (KERAJINAN) SILABUS MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN SILABUS MATA PELAJARAN PRAKARYA (KERAJINAN) Satuan Pendidikan : SMA/SMK Kelas : X Kerajinan Kompetensi Inti (KI) : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 : SILABUS 136

LAMPIRAN 3 : SILABUS 136 LAMPIRAN 3 : SILABUS 136 Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas /Semester : SMK : IPA Aplikasi : XI Kompetensi Inti: KI 1 KI 2 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya : Menghayati dan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARANPENGOLAHAN CITRA DIGITAL (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARANPENGOLAHAN CITRA DIGITAL (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARANPENGOLAHAN CITRA DIGITAL (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan Kelas : SMK / MAK :XII Kompetensi Inti I-1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. I-2. Menghayati

Lebih terperinci

SILABUS SMA. Sumber Belajar. Kompetensi Dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu

SILABUS SMA. Sumber Belajar. Kompetensi Dasar Materi pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu SILABUS SMA Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : XI Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

Lebih terperinci

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA 13. KOMPETENSI INTI DAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: ADMINISTRASI KEUANGAN

SILABUS MATA PELAJARAN: ADMINISTRASI KEUANGAN SILABUS MATA PELAJARAN: ADMINISTRASI KEUANGAN Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 61 JAKARTA Kelas /Semester : XII / 1 dan 2 Kompetensi Inti: KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR KURIKULUM

BAB II STRUKTUR KURIKULUM BAB II STRUKTUR KURIKULUM A. Kompetensi Inti Kompetensi Inti (KI) kurikulum adalah pengikat berbagai kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi sebagai

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : XI/2 Materi Pembelajaran : Keseimbangan dan Dinamika Benda Tegar Alokasi Waktu : 16 45 menit Pertemuan Ke : 2 Kompetensi Inti (KI) : 1. Menghayati

Lebih terperinci

SILABUS AKUNTANSI KEUANGAN

SILABUS AKUNTANSI KEUANGAN SILABUS AKUNTANSI KEUANGAN Satuan Pendidikan : Bidang Keahlian : Bisnis dan Manajemen Program Keahlian : Keuangan Paket Keahlian : Kelas /Semester : XI /1 Kompetensi Inti: KI 1: Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP PANDUAN PENGEMBANGAN RPP 1. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: ANTROPOLOGI (PEMINATAN BAHASA)

SILABUS MATA PELAJARAN: ANTROPOLOGI (PEMINATAN BAHASA) SILABUS MATA PELAJARAN: ANTROPOLOGI (PEMINATAN BAHASA) Satuan Pendidikan : SMA Kelas /Semester : X/1 2 Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan

Lebih terperinci

Menerapkan ajaran agama dalam aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga

Menerapkan ajaran agama dalam aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga MATRIKS KD DAN Mapel: Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (Draf Inna Simpang Surabaya, 17 Juli 2013) KELAS VII BENTUK 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 1.1 Menghayati dan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018 A. Kurikulum 2013 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) Jenjang

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: ADMINISTRASI KEUANGAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar

SILABUS MATA PELAJARAN: ADMINISTRASI KEUANGAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar SILABUS MATA PELAJARAN: ADMINISTRASI KEUANGAN Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 61 JAKARTA Mata Pelajaran : Administrasi Kelas /Semester : XI / 1 dan 2 Kompetensi Inti: KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

IKLAN. File bisa dikirim Via ataupun Paket CD yang dikirim langsung ke alamat anda.

IKLAN. File bisa dikirim Via  ataupun Paket CD yang dikirim langsung ke alamat anda. IKLAN Kami menyediakan Paket Perangkat Pembelajaran Kurikulum 2013 lengkap untuk semua mata pelajaran tingkat SMA/Ma/SMK, SMP/MTs, dan SD/Mi lengkap Semester 1 dan 2. File bisa dikirim Via email ataupun

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XII / GANJIL Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan 2) A. Kompetensi Inti KI 1 Menghayati dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Kelas/Semester : XI/2 Materi Pembelajaran : Keseimbangan dan Dinamika Benda Tegar Alokasi Waktu : 16 45 menit Pertemuan Ke : 1 Kompetensi Inti (KI) : 1. Menghayati

Lebih terperinci

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator ANALISIS SKL, KI dan KD Mata Pelajaran Kelas Materi Ajar : Penjasorkes : XI : Permainan Bola Basket No 1 Sikap 1 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA. Satuan Pendidikan : SMA Negeri 78 Jakarta. Kompetensi Inti :

SILABUS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA. Satuan Pendidikan : SMA Negeri 78 Jakarta. Kompetensi Inti : SILABUS MATA PELAJARAN SENI BUDAYA Satuan Pendidikan : SMA Negeri 78 Jakarta Mata : SENI RUPA Kelas : X Kompetensi Inti : KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya :

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) KELAS: X KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

KOMPETENSI DASAR. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KOMPETENSI DASAR Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke : SMK NEGERI 1 SEYEGAN : Gambar Teknik Fabrikasi Logam : XI/1 : 1 x pertemuan (2 JP) : 5 (lima) A.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA - 345 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMALB TUNANETRA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNADAKSA

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNADAKSA - 1561 - N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNADAKSA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial,

Lebih terperinci

ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN

ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMK Program Keahlian : Teknik Mesin Paket Keahlian : Teknik Fabrikasi Logam Mata Pelajaran : Gambar Teknik Kelas : XI smt 1 dan 2 : 72 Jam Pelajaran

Lebih terperinci

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. 1. STANDAR ISI 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. E. 91%-100% guru mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai tingkat

Lebih terperinci

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator

KompetensiInti KompetensiDasar Materi Ajar Indikator ANALISIS SKL, KI dan KD Mata Pelajaran Kelas Materi Ajar : Penjasorkes : X : Permainan Sepak Bola No 1 Sikap 1 Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA - 1555 - M. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMALB TUNADAKSA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP KD 3.4 & 4.4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : Kelas / Semester : XI/1 Mata Pelajaran : Prakarya dan Kewirausahaan Materi Pokok : Peluang usaha kerajinan dari bahan lunak tanah liat Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA Barrang Lompo : Fisika : XI/Genap : Fluida : 3 x 45 menit Kompetensi Inti KI.1. Menghayati

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB)

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 21 JAKARTA Kelas : XI Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SILABUS PRODUKTIF MULTIMEDIA

SILABUS PRODUKTIF MULTIMEDIA SILABUS PRODUKTIF MULTIMEDIA Mata Pelajaran Kelas Kompetensi Inti : Produktif Multimedia (C2) : X : Dasar Desain Grafis 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA

N. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA - 351 - N. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMALB TUNANETRA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN ( SKL) 1. Pengertian Standar kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan mencakup

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Wajib Pokok Bahasan : Geometri Ruang

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke : SMK NEGERI 1 SEYEGAN : Gambar Teknik : XI/1 : 1 x pertemuan (2 JP) : 4 (empat) A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN ANTROPOLOGI (PEMINATAN ILMU BAHASA DAN BUDAYA)

SILABUS MATA PELAJARAN ANTROPOLOGI (PEMINATAN ILMU BAHASA DAN BUDAYA) SILABUS MATA PELAJARAN ANTROPOLOGI (PEMINATAN ILMU BAHASA DAN BUDAYA) Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

LKPD 1 Lembar kegiatan Peserta Didik Hukum OHM

LKPD 1 Lembar kegiatan Peserta Didik Hukum OHM LKPD 1 Lembar kegiatan Peserta Didik Hukum OHM Kelompok : Nama anggota : Kelas : LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) Satuan Pendidikan : SMA Kelas/semester : XII/1 Hari/tanggal : Alokasi Waktu : Nama

Lebih terperinci

Perbandingan Kurikulum (2004 (KBK), 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013)

Perbandingan Kurikulum (2004 (KBK), 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013) C Perbandingan Kurikulum (2004 (KBK), 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013) 26 Perbandingan Kurikulum 1 2 3 4 Ketentuan Tentang Kurikulum Pada Undang-undang Perbedaan Utama KBK 2004, KTSP 2006, dan Kurikulum

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XII / GANJIL Alokasi Waktu : 2 x 45 menit (Pertemuan 3) A. Kompetensi Inti KI 1 Menghayati dan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMA NEGERI 1 MERTOYUDAN : Seni Budaya (Seni Musik) : XI /satu : Mengaransir Lagu : 1

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Nama Sekolah : SMA N 1 Banguntapan Mata Pelajaran : Fisika. Tahun Pelajaran : 2016/2017 KOMPETENSI INTI ALOKASI WAKTU SEM

PROGRAM TAHUNAN. Nama Sekolah : SMA N 1 Banguntapan Mata Pelajaran : Fisika. Tahun Pelajaran : 2016/2017 KOMPETENSI INTI ALOKASI WAKTU SEM SATU PROGRAM TAHUNAN Nama Sekolah : SMA N 1 Banguntapan Mata Pelajaran : Fisika Kelas : X Tahun Pelajaran : 2016/2017 SEM KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR ALOKASI WAKTU KET. 1. Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT DI KELAS X SMA NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

INSTRUMEN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT DI KELAS X SMA NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 LAMPIRAN INSTRUMEN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ANEKDOT DI KELAS X SMA NEGERI 1 METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Bidang Studi Kelas/Semester Waktu : Bahasa Indonesia : X/Ganjil : 4 x 45 menit No Instrumen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-01)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-01) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-01) Satuan Pendidikan : SMA N 1 Mertoyudan Mata Pelajaran : Penjasorkes Topik : Sepakbola Sub Topik : Teknik dasar (Passing, control, shooting) Kelas / Program : X

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci