BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 EMBRIOLOGI TONSIL Tonsil terbentuk dari lapisan endodermal pada minggu ketiga sampai dengan minggu kedelapan pada masa embriologi. Embrio manusia memiliki lima pasang kantong faring. Masing-masing kantong akan membentuk organ penting lainnya. Gambar 1. Pembentukan Tonsil Sumber: Sadler, 2004 Lapisan epitel kedua dari kantong faring berproliferasi dan membentuk tunas yang akan menembus ke jaringan mesenkim di sekitarnya. Selanjutnya tunas-tunas tersebut akan dilapisi oleh jaringan mesodermal sehingga membentuk primordial dari tonsila palatina. Selama bulan ketiga dan kelima, tonsil akan dikelilingi oleh jaringan limfatik. Bagian kantong yang tertinggal akan ditemukan pada saat dewasa sebagai fosa tonsilaris. (Sadler, 2004)

2 2.2 ANATOMI Tonsil merupakan massa bulat yang kecil, khususnya jaringan limfoid (Dorland, 2010). Tonsil adalah bagian dari faring. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Tonsil terdapat di bagian nasofaring dan orofaring. Nasofaring terletak di belakang rongga hidung, di atas palatum molle sedangkan orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai pinggir atas epiglotis (Snell, 2006). Tonsil dibagi menjadi tiga bagian yaitu tonsila lingualis, tonsila palatina, dan tonsila faringealis. Pada bagian nasofaring terdapat tonsila faringealis, sedangkan pada bagian orofaring terdapat tonsila lingualis dan tonsila palatina (Snell, 2006). Gambar 2. Anatomi Tonsil Sumber: TONSILA LINGUALIS Tonsila lingualis adalah kumpulan folikel limfe pada dasar jalur orofaring, pada akar lidah (Dorland, 2010). Bagian dasar dari orofaring dibentuk oleh segitiga posterior lidah (yang hampir vertikal) dan celah antara lidah serta permukaan anterior epiglotis. Membran mukosa yang meliputi sepertiga posterior

3 lidah berbentuk irreguler, yang disebabkan oleh adanya jaringan limfoid dibawahnya, disebut tonsila lingualis (Snell, 2006). Gambar 3. Tonsil Lingualis Sumber: Netter, TONSILA PALATINA Tonsila palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada dinding lateral orofaring didalam fosa tonsilaris. Fosa tonsilaris merupakan sebuah celah berbentuk segitiga pada dinding lateral orofaring diantara arcus palatoglosus di depan dan arcus palatopharyngeus di belakang (Snell, 2006). Setiap tonsil diliputi oleh membran mukosa dan permukaan tengahnya yang bebas menonjol ke dalam faring. Pada permukaannya terdapat banyak lubang kecil, yang membentuk kripta tonsilaris. Permukaan lateral tonsila palatina ini diliputi oleh selapis jaringan fibrosa, disebut capsula (Snell, 2006).

4 Gambar 4. Tonsil Palatina Sumber: Frenz dan Smith, 2006 Batas-batas tonsila palatina (Snell, 2006): Anterior: Arcus palatoglossus. Posterior: Arcus palatopharyngeus. Superior: Palatum molle. Tonsila palatina akan dilanjutkan oleh jaringan limfoid di permukaan bawah palatum molle. Inferior: Sepertiga posterior lidah. Tonsila palatina akan dilanjutkan oleh tonsila lingualis. Medial: Ruang orofaring. Lateral: Capsula dipisahkan dari musculus constrictor pharyngis superior oleh jaringan areolar yang jarang. Vena palatina externa berjalan turun dari palatum molle di dalam jaringan ikat longgar untuk bergabung dengan plexus venosus pharyngeus. Lateral terhadap musculus constrictor pharyngis superior terhadap lengkung arteri facialis. Arteri carotis interna terletak 1 inci (2,5 cm) di belakang dan lateral tonsila. Arteri yang mendarahi tonsila adalah arteri tonsilaris yang merupakan cabang dari arteri facialis. Vena-vena menembus musculus constrictor pharyngis superior dan bergabung dengan vena palatina externa, vena pharyngealis, atau vena facialis (Snell, 2006). Pembuluh-pembuluh limfe bergabung dengan nodus lomfoidei profundi. Nodus yang terpenting dari kelompok ini adalah nodus jugulodigastrikus, yang terletak di bawah dan di belakang angulus mandibula (Snell, 2006).

5 Tonsila palatina mencapai ukuran terbesarnya pada masa anak-anak. Sesudah pubertas, bersamaan dengan jaringan-jaringan limfoid di dalam tubuh lainnya, akan mengalami atrofi secara perlahan-lahan. Tonsila palatina merupakan tempat infeksi yang sering dan menimbulkan sakit leher dan panas (Snell, 2006) TONSILA FARINGEALIS (ADENOID) Tonsila pharyngealis terletak di bagian atas nasofaring. Bagian atas nasofaring dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsila faringealis, terdapat di dalam submukosa daerah ini (Snell, 2006). Tonsila pharyngealis disebut juga adenoid tonsil. (Dorland, 2010). 2.3 FISIOLOGI Tonsil merupakan salah satu organ limfatik selain limpa, kelenjar getah bening, dan usus buntu. Seluruh organ sekunder tersebut terletak dimana limfosit berkumpul dan berikatan dengan antigen, kemudian akan berproliferasi dan secara aktif melawan kuman. Tonsil berbentuk cincin yang berguna sebagai pelindung diantara rongga mulut dan faring, karena lokasinya tersebut tonsil merupakan pelindung pertama dari mikroorganisme yang masuk melalui hidung dan mulut (Mader, 2004). Pada tonsil terdapat sel B dan sel T sebagai sistem imun. Sel B dan sel T tersebut dipersiapan untuk memberikan perlawanan terhadap antigen yang masuk ke dalam jaringan dan cairan tubuh (Mader, 2004). 2.4 DEFINISI TONSILITIS KRONIS Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius. Penyebaran infeksi dapat melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman. Tonsilitis dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak (Rusmarjono dan Efiaty, 2007).

6 Tonsilitis kronis merupakan peradangan tonsil yang menetap akibat infeksi yang berulang (Dorland, 2010). Peradangan tersebut biasanya diakibatkan oleh pengobatan tonsilitis akut yang tidak memadai. Infeksi yang berulang atau infeksi yang menetap pada hidung dan sinus paranasal merupakan penyebab paling penting dan paling sering mengakibatkan infeksi berulang pada tonsil (Maqbool, 2001). 2.5 EPIDEMIOLOGI Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak. Penyebab tonsilitis yang paling banyak adalah golongan dari streptokokus yang biasanya terjadi pada anakanak umur 5-15 tahun (Shah, 2012). Berdasarkan penelitian pada anak-anak sekolah dijumpai 15,9% memiliki status sebagai pembawa / carrier mikroorganisme streptokokus grup A yang merupakan penyebab penyakit tonsilitis (Shah, 2012). Penelitian yang dilakukan pada anak-anak di Norwegia mengenai kejadian tonsilitis berulang dilaporkan sebesar 11,7% dan pada penelitian lainnya yang dilakukan pada anak-anak di Turki diperkirakan sebesar 12,1% (Shah, 2012). 2.6 ETIOLOGI Kultur dari tonsil sehat dan tonsil terinfeksi memiliki organisme yang berbeda, dengan mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri yang didapatkan dari sampel permukaan dan bagian tengah tonsil. Organisme yang paling sering didapati dari permukaan tonsil yang terinfeksi adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Hampir 40% orang yang tidak mempunyai gejala tonsilitis jika dikultur bisa juga didapati organisme tersebut. Organisme yang lain termasuk Haemophilus, Staphylococcus aureus, streptokokus alfa hemolitikus, Branhamella sp., Mycoplasma, Chlamydia, jenis bakteri anaerob dan virus pada saluran pernapasan (McKerrow, 2008). Penelitian yang dilakukan terhadap sampel yang diambil dari bagian tengah atau inti tonsil dengan menggunakan aspirasi jarum halus pada tonsil sehat dan tonsil terinfeksi. Biasanya pada sampel tonsil normal akan gagal terjadi

7 pertumbuhan organisme patogen. Pada tonsilitis yang berulang akan terjadi pertumbuhan patogen. Pertumbuhan berbagai macam bakteri juga sering dijumpai (McKerrow, 2008). Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis (Rusmarjono dan Efiaty, 2007): 1. Rangsangan yang menahun dari rokok 2. Higiene mulut yang buruk 3. Pengaruh cuaca 4. Kelelahan fisik 5. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. 2.7 GAMBARAN KLINIS Pada pasien tonsilitis kronis didapati (Maqbool, 2001) : 1. Rasa tidak nyaman di tenggorokan 2. Sakit tenggorokan yang berulang 3. Pengecapan tidak enak (cacagus) 4. Bau mulut (halitosis) 5. Kadang terjadi sulit menelan dan perubahan suara 6. Pembesaran kelenjar limfa jugulodigastrik Pada anak-anak, terjadi perluasan penyakit termasuk sakit perut berulang, kesehatan umum menurun, gagal tumbuh, dan berat badan yang rendah dapat ditunjukan pada infeksi tonsil tapi belum ada bukti ilmiah yang nyata mengenai hal ini (McKerrow, 2008). 2.8 PATOGENESIS Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptakriptanya, sampai disana kuman tersebut secara airogen (melalui hidung, droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian ke nasofaring terus ke tonsil), maupun secara foodborn yaitu melalui mulut bersamaan dengan makanan (Aritmoyo, 1980 dalam Siswantoro, 2003).

8 Karena proses radang berulang yang timbul, maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula (Rusmarjono dan Efiaty, 2007). Fungsi tonsil sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik yang melalui hidung maupun mulut. Kuman yang masuk akan dihancurkan oleh makrofag dan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada suatu waktu, tonsil tidak bisa membunuh kuman secara efektif, akibatnya kuman akan bersarang dan menetap di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh pada tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai fokal infeksi). Sewaktu-waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan umum yang menurun (Aritmoyo, 1980 dalam Siswantoro, 2003) 2.9 DIAGNOSIS Menurut penelitian dari beberapa ahli mengemukakan bahwa (Kurien M, 2000 dalam Farokah, 2005) : 1. Pemeriksaan rutin dari apusan di permukaan tenggorok sebagai diagnosa pasti penderita flora bakteri pada tonsilitis kronis tidak valid dan tidak dapat dipercaya. 2. Gold standard bakteri penyebab tonsilitis kronis adalah dengan kultur dari bagian tengah tonsil. 3. Streptokokus beta hemolitikus grup A merupakan kuman yang sering ditemukan pada permukaan maupun bagian tengah tonsil. 4. Pada tonsilitis kronis streptokokus beta hemolitikus grup A lebih banyak dijumpai pada bagian dalam tonsil daripada permukaan tonsil.

9 Pada pemeriksaan didapatkan pilar anterior hiperemis, tonsil biasanya membesar (hipertrofi), kripta melebar, detritus (+) bila tonsil ditekan, dan pembesaran kelenjar limfe angulus mandibula (Aritmoyo, 1980 dan Udaya,1999 dalam Farokah, 2005). Menurut Thane & Cody membagi pembesaran tonsil dalam ukuran T1 T4 (Cody D, 1993 dalam Farokah, 2005): T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior - uvula T2 : batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior uvula sampai ½ jarak anterior uvula T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior uvula sampai ¾ jarak pilar anterior uvula T4 : batas medial tonsil melewati ¾ jarak anterior uvula sampai uvula atau lebih UJI LABORATORIUM Uji laboratorium untuk mengetahui bakteri yang menyebabkan tonsilitis dapat dilakukan untuk mengetahui antibiotik yang tepat sebagai terapi. Spesimen diambil dari tonsil dapat berupa usapan tenggorok, pus, atau darah sebagai biakan. Seperti yang telah dijelaskan, penyebab tonsilitis yang terbanyak disebabkan oleh golongan streptokokus grup A maka pada sediaan apus dari spesimen lebih sering memperlihatkan kokus tunggal atau berpasangan. Spesimen yang dicurigai mengandung streptokokus dibiakan pada lempeng agar darah dan akan menumbuhkan streptokokus hemolitikus grup A dalam waktu beberapa jam atau hari. Jika sediaan apus memperlihatkan streptokokus tetapi tidak terjadi pertumbuhan pada biakan, harus dicurigai organisme anaerob (Brooks, 2008).

10 2.10 PENATALAKSANAAN Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, infeksi pada hidung dan sinus paranasal merupakan faktor pencetus infeksi pada tonsil yang berulang atau kronis. Tatalaksana terhadap faktor tersebut adalah antibiotik, dekongestan, mukolitik, muko kinetik, dan antihistamin maupun operasi seperti septoplasty pada septum hidung yang tidak normal, antral washout, pengangkatan polip hidung jika ada, dll. dapat mengurangi atau mencegah infeksi berikutnya pada jaringan tonsilar (Maqbool, 2001). Terapi lokal juga dapat dilakukan yang ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap (Rusmarjono dan Efiaty, 2007). Pada tonsilitis kronis, bakteri yang paling sering ditemukan sebagai penyebabnya adalah streptokokus beta hemolitikus grup A. Jika pada uji laboratorium ditemukan bakteri streptokokus beta hemolikus grup A, antobiotik yang dapat diberikan adalah penisilin-g dan paling sensitif terhadap eritromisin (Brooks, 2008). Jika tindakan diatas gagal dan pasien tetap mengalami tonsilitis berulang, operasi pengangkatan tonsil (tonsillectomy) bisa dilakukan (Maqbool, 2001). Indikasi tonsilektomi terhadap penderita tonsilitis yang telah ditetapkan oleh The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicator pada tahun 1995 adalah sebagai berikut (Rusmarjono dan Efiaty, 2007) : 1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang memadai. 2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial. 3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale. 4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, dan abses peritonsilar yang tidak berhasil dengan pengobatan. 5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.

11 6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A. 7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan. 8. Otitis media efusa atau otitis media supuratif KOMPLIKASI Komplikasi dari tonsilitis kronis adalah abses peritonsilar, abses parafaringeal, abses intratonsilar, kista tonsilar, tonsillolith, demam rematik dan nefritis akut (Maqbool, 2001). Selain itu radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitar berupa rinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, atritis, dan lain sebagainya (Rusmarjono dan Efiaty, 2007) PROGNOSIS Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat (Nurjannah, 2011). Gejala-gejala yang menetap dapat menunjukkan bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik (Nurjannah, 2011) PENCEGAHAN Berbagai flora normal tinggal didalam tubuh manusia, bakteri-bakteri ini akan menyebabkan penyakit hanya bila berada dibagian tubuh yang normalnya tidak didiami bakteri-bakteri tersebut. Sumber utama streptokokus grup A adalah orang-orang yang memiliki banyak organisme ini (carrier). Orang tersebut dapat

12 mengalami infeksi klinis atau subklinis atau dapat menjadi carrier yang menularkan streptokokus secara langsung ke orang lain melalui droplet dari saluran napas (Brooks, 2008). Maka dari itu, bakteri penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari satu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari penderita tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang orang yang merupakan karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain (Nurjannah, 2011).

Gambar 1. Anatomi normal tonsil palatina dan jaringan disekitarnya.(8)

Gambar 1. Anatomi normal tonsil palatina dan jaringan disekitarnya.(8) Abses Peritonsiler Beberapa tahun terakhir ini penegakan diagnosis dan penanganan pada infeksi leher dalam telah memberi tantangan kepada para ahli untuk melakukan penelitian lebih dalam. Rumitnya dan

Lebih terperinci

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Embriologi Tonsil Bakal tonsil timbul pada awal kehidupan fetus. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris di antara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Disusun Oleh : AHMAD IKHLASUL AMAL 092110004 STASE KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan berulang. Kegagalan atau ketidaksesuaian terapi antibiotik pada penderita tonsilitis

Lebih terperinci

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit :

Tonsilitis. No. Documen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Pengertian Kode Penyakit SOP Peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil

Lebih terperinci

Tonsilofaringitis Akut

Tonsilofaringitis Akut Tonsilofaringitis Akut Faringitis merupaka salah satu penyakit yang sering terjadi pada anak. Keterlibatan tonsil pada faringitis tidak menyebabkan perubahan derajat beratnya penyakit. Tonsilofaringitis

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

LAPORAN KASUS (CASE REPORT) LAPORAN KASUS (CASE REPORT) I. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Alamat : Amelia : 15 Tahun : Perempuan : Siswa : Bumi Jawa Baru II. Anamnesa (alloanamnesa) Keluhan Utama : - Nyeri ketika Menelan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ANATOMI RONGGA MULUT Tonsil adalah satu struktur yang sangat penting dalam sistem pertahanan tubuh terutama pada protein asing yang dimakan atau dihirup. Sifat mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Fisiologi Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di kedua sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer.

Lebih terperinci

Anatomi dan fisiologi tenggorokan Anatomi Tenggorokan 8

Anatomi dan fisiologi tenggorokan Anatomi Tenggorokan 8 Anatomi dan fisiologi tenggorokan 2.3.1 Anatomi Tenggorokan 8 Tenggorokan merupakan bagian dari leher depan dan kolumna vertebra, terdiri dari faring dan laring. Bagian terpenting dari tenggorokan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsil merupakan organ tubuh yang berfungsi mencegah masuknya antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang masuk akan dihancurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tonsil Tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. (Pearce, 2006). Tonsil berbentuk

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI

PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI FARINGITIS AKUT Laporan Penyakit : 1302 ICD X : J.00-J.01 Faringitis adalah Inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat

Lebih terperinci

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID 2.1. Pengertian Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di Copenhagen sebagai suatu kelainan dentofasial yang disebabkan oleh obstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Tonsil Untuk kepentingan klinis faring dibagi menjadi 3 bagian utama: nasofaring, orofaring dan laringofaring atau hipofaring 9. Nasofaring, bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial yang terletak di antara fasia leher dalam, sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber

Lebih terperinci

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand

FARINGITIS AKUT. Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand FARINGITIS AKUT Finny Fitry Yani Sub Bagian Respirologi Anak Bagian IKA RS M Djamil- FK Unand 1 PENDAHULUAN 2 1.DEFINISI Peradangan akut membran mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya. Jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO 42 ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan ( Di Susun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tonsillitis atau yang lebih dikenal masyarakat dengan amandel sering diderita anakanak. Kejadian tersebut sering membuat ibu-ibu merasa khawatir, karena banyak berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah-masalah kesehatan yang bermunculan di masyarakat. Dari hari

Lebih terperinci

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Dan Fisiologi Tonsil Gambar 2.1 Anatomi Tonsil Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan 2.3 Patofisiologi Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut (OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah memiliki sebuah episode dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. 1 Dapat juga disertai

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT THT. Tonsilitis Kronik. Dokter Pembimbing Dr. Wahyu BM, Sp.THT, Msi Med

LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT THT. Tonsilitis Kronik. Dokter Pembimbing Dr. Wahyu BM, Sp.THT, Msi Med LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT THT Tonsilitis Kronik Dokter Pembimbing Dr. Wahyu BM, Sp.THT, Msi Med Disusun Oleh Pulela Dewi Loisoklay 112014106 Maria Mustika Dewanti 112014242 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE

Laporan Kasus Besar. Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE Laporan Kasus Besar Observasi Limfadenopati Colli Multipel, Dekstra & Sinistra SHERLINE 406117055 IDENTITAS PASIEN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF AUTOANAMNESIS Rabu, 25 April jam 09.00 1. Keluhan Utama Benjolan

Lebih terperinci

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri.

Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Anatomi Sinus Paranasal Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya

Lebih terperinci

Informasi penyakit ISPA

Informasi penyakit ISPA Informasi penyakit ISPA ISPA ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring dan laring. ISPA mencakup: tonsilitis (amandel),

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pharynx Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Pharynx terletak di belakang

Lebih terperinci

KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN Steve Kojongian, Olivia Pelealu, Ronaldy Tumbel Bagian SMF Telinga Hidung

Lebih terperinci

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012 PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012 1 Andre Ch. T. Palandeng 2 R. E. C. Tumbel 2 Julied Dehoop 1 Kandidat Skrispi Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A.

BAB II KONSEP DASAR A. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Tonsillitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel (Reeves, 2001). Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang terjadi karena virus, bakteri,

Lebih terperinci

ANATOMI LIDAH MANUSIA. Oleh : Kelas 1A

ANATOMI LIDAH MANUSIA. Oleh : Kelas 1A ANATOMI LIDAH MANUSIA Oleh : Kelas 1A Putu Diah Sandi Dewi I Made Dwi Tresna Saputra Annisa Pratiwi Ketut Yuni Handayani (P07120216029) (P07120216030) (P07120216031) (P07120216032) KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA A. Definisi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Pustaka 2.1.1. ISPA a. Definisi ISPA adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi Rinitis Alergi (RA) menurut ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) merupakan reaksi inflamasi pada mukosa hidung akibat reaksi hipersensitivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.

Lebih terperinci

INDERA PENCIUMAN. a. Concha superior b. Concha medialis c. Concha inferior d. Septum nasi (sekat hidung)

INDERA PENCIUMAN. a. Concha superior b. Concha medialis c. Concha inferior d. Septum nasi (sekat hidung) INDERA PENCIUMAN Indera penciuman adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar melalui aroma yang dihasilkan. Seseorang mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan

Lebih terperinci

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan

Lebih terperinci

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT UMUM YARSI II.1. Definisi Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). II.2. Etiologi Epistaksis dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TONSILITIS KRONIK DENGAN PENURUNAN KUALITAS HIDUP DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TONSILITIS KRONIK DENGAN PENURUNAN KUALITAS HIDUP DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA TONSILITIS KRONIK DENGAN PENURUNAN KUALITAS HIDUP DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALIA ADELINA DINA SORAYA G0008193

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang terinfeksi TB dan 1,3 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk

Lebih terperinci

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.

Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal. HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar

Lebih terperinci

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global

Lebih terperinci

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Energi ini dihasilkan oleh dipatahkannya molekul glukosa dalam semua sel hidup tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut (simptoms 3 minggu sampai 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sinusitis Sinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran mukosa sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme drainase normal. 9,15

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus SISTEM LIMFOID Sistem limfoid mengumpulkan kelebihan cairan interstisial ke dalam kapiler limfe, mengangkut lemak yang diserap dari usus halus, dan berespons secara imunologis terhadap benda asing yang

Lebih terperinci

INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT)

INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT) INFEKSI LARING FARING (FARINGITIS AKUT) Disusun Oleh : Drg. Hj. Minasari Nasution FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 DAFTAR ISI Pendahuluan... 1 Pengertian Infeksi Faring Laring

Lebih terperinci

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen

PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen RSU. HAJI MAKASSAR RINITIS ALERGI PENGERTIAN Peradangan mukosa hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi / ransangan antigen TUJUAN Menembalikan fungsi hidung dengan cara menghindari allergen penyebab,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang terletak pada kerongkongan dibelakang kedua ujung lipatan belakang mulut.tonsil berfungsi sebagai mencegah

Lebih terperinci

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Rahmy Sari S.Pd PERNAPASAN/RESPIRASI Proses pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida (CO 2 ), dan menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh) Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya Pernapasan

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia Setiap manusia memerlukan makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sari makanan dapat diangkut oleh darah dalam bentuk molekul-molekul yang kecil dan sederhana. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal

Lebih terperinci

Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi

Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi ARTIKEL ILMIAH Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi disusun oleh: Rts. Vivit Sapitri G1A109040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat mengenai berbagai organ tubuh. Penyakit tuberkulosis terdapat

Lebih terperinci

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Nama : Margareta Krisantini P.A NIM : 07 8114 025 STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan

B A B 1 PENDAHULUAN. menginfeksi manusia. Menurut Tuula (2009), bakteri ini berada di kulit (lapisan B A B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Streptococcus β hemolyticus Grup A atau yang disebut juga dengan Streptococcus pyogenes merupakan salah satu bakteri patogen yang banyak menginfeksi manusia. Menurut

Lebih terperinci

Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses Peritonsil. Diagnosis, Management and Complication of Peritonsil Abscess

Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses Peritonsil. Diagnosis, Management and Complication of Peritonsil Abscess Erna M. Marbun Tinjauan Pustaka Staf Pengajar Bagian THT Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jl Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 Abstrak Abses peritonsil adalah

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

nukleus seperti spienomegali dan limfadenopati generalisita.

nukleus seperti spienomegali dan limfadenopati generalisita. LP FARINGITIS AKUT A. DEFINISI Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masa anak-anak (Vernacchio et al, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok

Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok Naskah Lengkap Simposium dan Workshop Emergensi di Bidang Telinga Hidung dan Tenggorok Pangeran Beach Hotel Padang 9 Februari 2013 Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Anatomi-Fisiologi SISTEM PERNAFASAN (Respiratory System) by : Hasty Widyastari

Anatomi-Fisiologi SISTEM PERNAFASAN (Respiratory System) by : Hasty Widyastari Anatomi-Fisiologi SISTEM PERNAFASAN (Respiratory System) by : Hasty Widyastari Fungsi Pertukaran gas O2 dengan CO2 Mengambil O2 dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan mentranspor CO2 yang dihasilkan

Lebih terperinci

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Disiplin Ilmu THT (Telinga Hidung Tenggoroan) 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memiliki pusat pengaturan yang diatur oleh otak. Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem saraf. Sistem saraf merupakan sistem fungsional

Lebih terperinci

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS

Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Laporan Kasus SINUSITIS MAKSILARIS Pembimbing: drg. Ernani Indrawati. Sp.Ort Disusun Oleh : Oktiyasari Puji Nurwati 206.12.10005 LABORATORIUM GIGI DAN MULUT RSUD KANJURUHAN KEPANJEN FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001). Morbili adalah penyakit

Lebih terperinci

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) 1. Pengertian ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spectrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang muncul membingungkan (Axelsson et al., 1978). Kebingungan ini tampaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kendala yang sering dijumpai dalam menentukan diagnosis peradangan sinus paranasal. Gejala dan tandanya sangat mirip dengan gejala dan tanda akibat infeksi saluran

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. ANATOMI FISIOLOGI LIDAH 1. Anatomi lidah Lidah terletak didasar mulut, ujung dan pinggiran lidah bersentuhan dengan gigi bawah. Lidah secarara anatomi terbagi atas 3 bagian, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EP3OS) tahun 2012, rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi pada hidung dan sinus paranasalis

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016 LAPORAN KASUS Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober 2016 12 November 2016 MENIERE S DISEASE Pembimbing: dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

LAMPIRAN. : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ. : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang

LAMPIRAN. : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ. : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang LAMPIRAN Ablasi : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ tubuh Adenoid : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang melindungi anak-anak dari serangan penyakit, mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah yang bersifat akut, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum

Lebih terperinci

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BENDA ASING HIDUNG. Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 BENDA ASING HIDUNG Ramlan Sitompul DEPARTEMEN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Benda asing pada hidung salah satu kasus yang banyak

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada

BAB II. Landasan Teori. keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada BAB II Landasan Teori A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Hurlock (1999) menjelaskan bahwa penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan individu untuk menyesuaikan diri terhadap

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya Ahmad Rizal Ganiem Dept Neurologi RS Hasan Sadikin Bandung - Indonesia Meningitis Peradangan di selubung pembungkus otak dan sumsum tulang belakang (disebut

Lebih terperinci