Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi
|
|
- Liani Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ARTIKEL ILMIAH Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi disusun oleh: Rts. Vivit Sapitri G1A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2012/2013
2 Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi Rts. Vivit Sapitri Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Vivit Sapitri*, Yunaldi**, Umi Rahayu *Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jambi **Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKIK UNJA *** Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKIK UNJA Alamat Korespondensi: Vivit Saptiri, FKIK UNJA, Jambi, Abstrak Tujuan: Mengetahui karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan untuk tonsilektomi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif prospektif dengan pendekatan observasi. Pengambilan data menggunakan wawancara dalam bentuk daftar tilik (check list). Hasil: Dari 30 orang, ditemukan penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tomsilektomi terbanyak pada rentang usia antara 5-14 tahun yaitu 15 orang (50%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 17 orang (56,7%), semua keluhan utamanya adalah nyeri pada tenggorok/ sakit menelan sebanyak 30 orang (100%), indikasi tonsilektomi terbanyak adalah indikasi relatif sebanyak 22 orang (73,3%). Kesimpulan: Penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi dengan rentang usia 5-14 tahun dengan rasio perempuan lebih banyak, keluhan utama berupa nyeri pada tenggorok/ sakit menelan, dan indikasi tonsilektominya berupa indikasi relatif yaitu terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat. Kata kunci: Tonsilitis kronis; karakteristik demografis; keluhan utama; indikasi tonsilektomi
3 PENDAHULUAN Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis kronis 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%. Insiden tonsilitis kronis di RS Dr. Kariadi Semarang 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun. 1 Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar jumlah kunjungan baru dengan tonsilitis kronis mulai Juni 2008-Mei 2009 sebanyak 63 orang. 2 Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang terjadi di tenggorokan terutama terjadi pada kelompok usia muda. Data morbiditas pada anak yang menderita tonsilitis kronis menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada umur 5-14 tahun menempati urutan kelima (10,5% laki-laki dan 13,7% perempuan). Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan tenggorokan berjumlah per penduduk dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis. 3 Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman untuk pengobatan untuk tonsilitis kronis. Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta selama lima tahun terakhir ( ) menunjukkan kecendrungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi tonsilektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun 2003 (152 kasus). Sedangkan data dari Rumah Sakit Fatmawati dalam tiga tahun terakhir ( ) menunjukkan kecendrungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi. 4 Dari data RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui jumlah penderita tonsillitis kronis pada tahun 2010 berjumlah 978 dari 1365 jumlah kunjungan dan pada tahun 2011 berjumlah 789 dari 1144 jumlah kunjungan, sedangkan tonsilitis yang diindikasikan tonsilektomi pada tahun 2010 berjumlah 44 orang dan data pada tahun 2011 berjumlah 58 orang. Ada peningkatan jumlah penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi pada tahun di RSUD Raden Mattaher Jambi. 5 Tonsilitis kronis masih menjadi masalah kesehatan utama dalam bidang THT sehingga dalam penatalaksanaannya
4 tonsilektomi menjadi pilihan yang terbaik dan harus sesuai dengan indikasi, baik indikasi absolut maupun indikasi relatif pada setiap pasien berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di bagian THT di RSUD Raden Mattaher Jambi. METODE Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif prospektif yang bertujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan yang secara objektif, serta dengan cara pendekatan observasi. Penelitian dilakukan di bagian THT RSUD Raden Mattaher Jambi. Pada penelitian ini digunakan total sampling yaitu semua pasien yang berobat ke poliklinik THT di RSUD Raden Mattaher Jambi pada bulan Mei-Juli Sampel penelitian yaitu yang memenuhi kriteria inklusi meliputi: semua penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi dan bersedia ikut dalam penelitian ini. Kriteria ekslusi meliputi: penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi yang usianya < 5 tahun, penderita tonsilitis kronis yang disertai KP aktif, penyakit jantung, dan diabetes mellitus sehingga tidak bisa dilakukan tonsilektomi. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui anamnesis (wawancara) menggunakan check list yang ditujukan pada penderita atau kepada orang tua/wali penderita. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian yang berlangsung dari bulan Mei-Juli 2013 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik Sosiodemografis a) Distribusi penderita menurut Usia Tabel 4.1 Disribusi Penderita Menurut Usia Kelompok Persentase Usia Jumlah (%) (Tahun) > > > Total Berdasarkan uraian tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi terbanyak adalah usia antara 5-14 tahun sebanyak 15 orang (50%).
5 b) Distribusi penderita menurut jenis kelamin Tabel 4.2 Distribusi Penderita Menurut Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 13 43,3 Perempuan 17 56,7 Total Berdasarkan uraian tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah pasien laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 17 orang (56,7%). 2. Karakteristik Keluhan Utama 4.3 Distribusi Penderita Menurut Keluhan Utama Keluhan Utama Jumlah Persentase (%) Nyeri pada tenggorok/ sakit saat menelan Halitosis 0 0 Malaise 0 0 Sakit pasa sendi dan kadang ada 0 0 demam Total Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi yaitu semua keluhan utamanya adalah nyeri pada tenggorok/ sakit menelan sebanyak 30 orang (100%). 3. Karakteristik Indikasi Tonsilektomi a) Distribusi Indikasi Absolut Tabel 4.4 Disribusi Indikasi Absolut Indikasi Absolut Jumlah Presentase (%) Pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran 5 16,7 napas, disfagia berat, sleep apnea Rhinitis dan sinusitis kronis 2 6,7 Hipertrofi tonsil unilateral 1 3,3 Total 8 26,7 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi sebagai indikasi absolut yang terbanyak adalah pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, sleep apnea sebanyak 5 orang (16,7%).
6 b) Distribusi Indikasi Relatif Tabel 4.5 Distribusi Indikasi Relatif Indikasi Relatif Jumlah Persentase (%) Terjadi 3 episode/ > infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat Halitosis 1 3,3 Otitis media efusi atau otitis media 0 0 supuratif Total 22 73,3 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi sebagai indikasi relatif yang terbanyak adalah terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat sebanyak 21 orang (70%). Indikasi tonsilektomi terbanyak adalah indikasi relatif sebanyak 22 orang (73,3%) dan indikasi absolute sebanyak 8 orang (26,7%). PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sosiodemografis a) Pembahasan Usia Berdasarkan hasil penelitian usia paling banyak 5-14 tahun sebanyak 15 orang (50%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian G Raju, Esther Mary Selvam (2012) di Bangladesh, yang mendapatkan distribusi terbanyak pada usia 1-10 tahun. 6 Penelitian Farokah di kota Semarang usia yang terbanyak yaitu pada usia 8 tahun (69,8%). Dan insiden tonsilitis kronis di RS Dr. Kariadi Semarang di antaranya pada usia 6-15 tahun (23,36% dan 47%). 1 Terlihat bahwa jumlah kunjungan pasien anak banyak yang menderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi. Hal ini dikarenakan pada anak usia tersebut memiliki sistem kekabalan yang belum sempurna sehingga mudah untuk terinfeksi mikroorganisme, dan pada anak sering menderita infeksi saluran pernapasan akut atau karena
7 tonsilitis akut yang tidak diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. b) Pembahasan jenis kelamin 2. Pembahasan keluhan utama Berdasarkan hasil penelitian semua keluhan utamanya adalah nyeri pada tenggorok/ sakit menelan sebanyak 30 orang (100%). Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak 17 orang (56,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Farokah di kota Semarang jenis kelamin yang terbanyak yaitu pada perempuan (51,2%). 1 Pada penelitian yang berbeda yang dilakukan oleh J Alison Glover (2008) The Incidence of Tonsillectomy in School children, insiden terbanyak pada jenis kelamin lakilaki (58,2%). 7 Dan pada penelitian L. M. Paulson, C. J MacArthur, etc (Agustus 2011) di USA menyatakan distribusi terbanyak pada jenis kelamin laki-laki (56,52%). 8 Hasil penelitian ini sesuai dengan SIGN (Scottish Intercollegiate Guidelines Network) April 2010, keluhan utama yang sering pada penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi adalah nyeri tenggorokan sebanyak 58,3% per population. 9 Dan pada penelitian J Alison Glover (2008) The Incidence of Tonsillectomy in School children, insiden yang lebih tinggi adalah nyeri tenggorokan Karakteristik Indikasi Tonsilektomi a) Distribusi Indikasi Absolut Berdasarkan hasil penelitian indikasi absolut yang tertinggi atau terbanyak adalah pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat dan sleep apnea sebanyak 16,7%.
8 Hasil penelitian ini sesuai dengan Indication for Tonsillectomy and Adenotonsillectomy in Children (A joint Position paper of the Paediatrics & Child Health Division of The Royal Australasian College of Physicians and The Australian Society of Otolaryngology Head and Neck Surgery. Juli, 2008), indikasi absolut yang terbanyak adalah obstruksi saluran napas dan sleep apnea. 10 b) Distribusi Indikasi Relatif Berdasarkan hasil penelitian indikasi relatif yang terbanyak adalah terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat sebanyak 70%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Reginal F. Baugh, MD, etc dalam Clinical Practice Guideline: Tonsillectomy in Children (American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery), indikasi relatif terbanyak adalah infeksi tenggorokan berulang jika sudah ada kurang dari 7 episode per tahun dalam 2 tahun terakhir atau kurang dari 5 episode per tahun dalam 3 tahun terakhir. 11 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil observasi selama periode penelitian, angka kejadian tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi bulan Mei-Juli 2013 sebanyak 30 pasien. 1) Berdasarkan karakteristik sosiodemografis penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi di dapatkan distribusi terbanyak pada kelompok usia 5-14 tahun sebesar 50%, pada distribusi kelompok jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 56,7%.
9 2) Berdasarkan karakteristik keluhan utama penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi di dapatkan bahwa semua keluhan utamnya adalah nyeri tenggorok/ sakit menelan sebanyak 100% 3) Berdasarkan karakteristik indikasi tonsilektomi penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi di dapatkan distribusi terbanyak dengan indikasi relatif, terjadi 3 episode/> infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat sebesar 73,3%. SARAN 1) Dapat menambah informasi tentang tonsilitis kronis serta indikasi untuk dilakukannya tindakan tonsilektomi sehingga dapat bermanfaat dalam penanganan tonsilitis kronis. 2) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai tonsilitis kronis yang diindikasin tonsilektomi. 3) Dapat menjadi masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi. UCAPAN TERIMAKASIH 1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Dr. dr. H. Yuwono M.Biomed. 2. Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dr. Irawan Anasta Putra, Sp.A 3. Pembantu Dekan 2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dr. Nindya Aryanty M.Med.Edu. 4. Pembantu Dekan 3 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dr. H. Armaidi Darmawan, M.Epid 5. dr. H. Yunaldi, Sp.THT, sebagai dosen pembimbing substansi atas segala bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan selama penyusunan skripsi penelitian ini. 6. dr. Umi Rahayu, Sp.THT, sebagai dosen pembimbing metodologi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, serta motivasi yang telah diberikan selama penyusunan skripsi penelitian ini. 7. Kedua orang tua dan kakak serta keluarga yang selalu memberikan dorongan, perhatian, ketulusan dan
10 semangat yang tidak akan mungkin dapat diganti dengan apa pun. 8. Untuk kak Amar terima kasih dukungan, bantuan, perhatian, waktu dan juga semangatnya. 9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, atas kerja sama yang baik dan kekompakkan selama ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Farokah. Hubungan tonsillitis kronis dengan prestasi belajar pada siswa kelas II sekolah dasar di kota Semarang. Semarang (diakses tanggal November 2012). Diunduh dari: URL: ilitaskronikprestasibelajarkelas.html 2. Sakka Indo, Raden S, Linda K, Sutji PR. Kadar immunoglobulin A sekretori pada penderita tonsilitis kronik sebelum dan setelah tonsilektomi. Makasar (diakses November 2012). Diunduh dari: URL: 3. Nurrobbi, Kusantri. Tonsilitis kronis. Jakarta (diakses November 2012). Diunduh dari: URL: 4. Healt Technology Assessment (HTA) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tonsilektomi pada anak dan dewasa. Jakarta Hal 1-25 (diakses tanggal 8 November 2012). Diunduh dari: URL:http//TonsilektomiPadaAnakda ndewasa.pdf 5. Data RSUD Raden Mattaher Jambi Raju G, Esther Mary Selvam. Evaluation of microbial flora in chronic tonsillitis and the role of tonsillectomy. Bangladesh J Otorhinolaryngol (diakses Juli 2013). Diunduh dari: BJO/article/view/11982/ Alison J Glover. The incidence of tonsillectomy in school children (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//InternationalJournalofEpid emiology/article/ 8. Paulson L.M, MacArthur C.J, et al. Speech outcomes after tonsillectomy in patients with known velopharyngeal insufficiency. USA (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//article/IJO/ Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of sore throat and indications for tonsillectomy. Scotland (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//SIGN117.pdf 10. Coates Harvey OA. Indication for tonsillectomy and adenotonsillectomy
11 in children. Australian (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//Final_approved_tonsillect omy_document[1].pdf 11. Baugh Reginal F, Sanford M, et al. Clinical practice guideline: tonsillectomy in children. American (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//otto.sagepub.com/content/ 144/1_suppl/S1
BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua penyakit tenggorokan berulang. Kegagalan atau ketidaksesuaian terapi antibiotik pada penderita tonsilitis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tonsillitis atau yang lebih dikenal masyarakat dengan amandel sering diderita anakanak. Kejadian tersebut sering membuat ibu-ibu merasa khawatir, karena banyak berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah-masalah kesehatan yang bermunculan di masyarakat. Dari hari
Lebih terperinciKESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN
KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN Steve Kojongian, Olivia Pelealu, Ronaldy Tumbel Bagian SMF Telinga Hidung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EPOS) 2012, rinosinusitis kronis didefinisikan sebagai suatu radang hidung dan sinus paranasal
Lebih terperinciKarakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013
436 Artikel Penelitian Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013 Ivan Maulana Fakh 1, Novialdi 2, Elmatris 3 Abstrak Tonsilitis Kronis merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD
Lebih terperinciKata kunci: tonsilitis, ukuran tonsil, tonsilektomi, indikasi tonsilektomi,
PROFIL PEMBESARAN TONSIL PADA PASIEN TONSILITIS KRONIS YANG MENJALANI TONSILEKTOMI DI RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2013 Ni Made Putri Rahayu Srikandi, Sari Wulan Dwi Sutanegara, I Wayan Sucipta, Bagian/SMF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya adalah bersin, hidung beringus (rhinorrhea), dan hidung tersumbat. 1 Dapat juga disertai
Lebih terperinciPENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012
PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012 1 Andre Ch. T. Palandeng 2 R. E. C. Tumbel 2 Julied Dehoop 1 Kandidat Skrispi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO
42 ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan ( Di Susun
Lebih terperinciGAMBARAN INDIKASI TONSILEKTOMI PADA PASIEN DI RSUP HAJI ADAM MALIK DARI TAHUN Oleh : NORHIDAYAH BINTI AHMAD ZAIDON
GAMBARAN INDIKASI TONSILEKTOMI PADA PASIEN DI RSUP HAJI ADAM MALIK DARI TAHUN 2008-2010 Oleh : NORHIDAYAH BINTI AHMAD ZAIDON 070100315 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 GAMBARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps (EP3OS) tahun 2012, rinosinusitis didefinisikan sebagai inflamasi pada hidung dan sinus paranasalis
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014
1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Oleh: Sari Wulan Dwi Sutanegara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinci2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan
2.3 Patofisiologi Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut (OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah memiliki sebuah episode dari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Disiplin Ilmu THT (Telinga Hidung Tenggoroan) 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media merupakan peradangan mukosa telinga tengah yang terdiri atas otitis media non supuratif dan supuratif. Berdasarkan durasi waktu otitis media dibagi menjadi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN TONSILITIS PADA ANAK USIA 5-18 TAHUN DI POLIKLINIK THT RSUD KARAWANG TAHUN 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN TONSILITIS PADA ANAK USIA 5-18 TAHUN DI POLIKLINIK THT RSUD KARAWANG TAHUN 2015 FACTORS THAT CORELATED WITH THE INCIDENCE OF TONSILITIS IN CHILDREN
Lebih terperinciKadar imunoglobulin A sekretori pada penderita tonsilitis kronik sebelum dan setelah tonsilektomi
Laporan Penelitian Kadar imunoglobulin A sekretori pada penderita tonsilitis kronik sebelum dan setelah tonsilektomi Indo Sakka, Raden Sedjawidada, Linda Kodrat, Sutji Pratiwi Rahardjo ABSTRAK Bagian Ilmu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinusitis adalah peradangan pada salah satu atau lebih mukosa sinus paranasal. Sinusitis juga dapat disebut rinosinusitis, menurut hasil beberapa diskusi pakar yang
Lebih terperinciHubungan antara Kadar Anti Streptolisin-O dan Gejala Klinis pada Penderita Tonsilitis Kronis
JURNAL KEDOKTERAN YARSI 18 (2) : 121-128 (2010) Hubungan antara Kadar Anti Streptolisin-O dan Gejala Klinis pada Penderita Tonsilitis Kronis The Relationship Between the Level of Anti Streptolysin-O and
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk pengobatan ISPA pada balita rawat inap di RSUD Kab Bangka Tengah periode 2015 ini
Lebih terperinciA 9 Years Old Boy with Acute Exacerbation of Chronic Tonsillitis
Anak Laki-laki Berusia 9 Tahun dengan Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut Hilman Fachri Yasrizal Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of Chronic Obstructive Lung Diseases (GOLD) merupakan penyakit yang dapat cegah dan diobati, ditandai
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA PENELITIAN
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis VII. Gejala tampak pada wajah, jika berbicara atau berekspresi maka salah satu sudut wajah tidak ada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis kronis (RSK) adalah penyakit inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung lebih dari 12 minggu. Pengobatan RSK sering belum bisa optimal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masa anak-anak (Vernacchio et al, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis merupakan penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban ekonomi yang tinggi
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT
32 BAB 5 HASIL DAN BAHASAN 5.1 Gambaran Umum Sejak Agustus 2009 sampai Desember 2009 terdapat 32 anak adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT RSUP Dr. Kariadi Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan defisiensi menjadi penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KLINIS DAN DEMOGRAFIS PENDERITA KONJUNGTIVITIS YANG BEROBAT
KARAKTERISTIK KLINIS DAN DEMOGRAFIS PENDERITA KONJUNGTIVITIS YANG BEROBAT Irana Gustia Shakira 1, dr. Mutiara Budi Azhar 2 dr. Suwandi Zainul, Sp. M 3 1 Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan 2 Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10 besar penyakit baik di puskesmas maupun di bagian
Lebih terperinciPERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA TONSILITIS KRONIS DENGAN SISWA TIDAK TONSILITIS KRONIS NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA TONSILITIS KRONIS DENGAN SISWA TIDAK TONSILITIS KRONIS NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : FACHRONI RAHMAN J 500 070 060 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di negara maju. Sebagai contoh di Singapura 11,9% (2001), Taiwan 11,9% (2007), Jepang 13% (2005)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi inflamasi yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE)
Lebih terperinci4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciKualitas hidup anak dengan gangguan bernapas saat tidur pra dan pasca-adenoidektomi
Laporan Penelitian Kualitas hidup anak dengan gangguan bernapas saat tidur pra dan pasca-adenoidektomi Anggraini Eka Wahyuni, Eka Putra Setiawan, Wayan Suardana, Arta Eka Putra Bagian Ilmu Kesehatan Telinga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu penyakit telinga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu penyakit telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak. Pada populasi anak, OME dapat timbul sebagai suatu kelainan
Lebih terperinciGambar. Klasifikasi ukuran tonsil
TONSILEKTOMI 1. Definisi Tonsilektomi adalah tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa meninggalkan trauma yang berarti pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum merupakan penyakit yang mengerikan. Banyak orang yang merasa putus harapan dengan kehidupannya setelah terdiagnosis
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai dengan penduduknya
Lebih terperinciPERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang)
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang) HEMOGLOBIN LEVELS OF NASOPHARYNGEAL CANCER PATIENTS BEFORE
Lebih terperincicommit to user BAB V PEMBAHASAN
48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode ini merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan yang berfungsi ganda untuk pendengaran dan keseimbangan dengan anatomi yang kompleks. Indera pendengaran berperan penting dalam
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah
Lebih terperinciAnak Perempuan Berusia 10 Tahun dengan Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut. A 10 Years Old Girl with Acute Exacerbation of Chronic Tonsillitis
Anak Perempuan Berusia 10 Tahun dengan Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut Hein Intan Wulandari, Susianti Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH SELAMA PERIODE BULAN JANUARI JUNI 2013
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH SELAMA PERIODE BULAN JANUARI JUNI 2013 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan lanjutan dari episode initial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi penyumbang morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia dari sekian banyak penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kronis umumnya terjadi pada mereka yang telah cukup lama untuk mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinosinusitis kronik (RSK) merupakan inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Tidur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kronik (RSK) merupakan inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung selama minimal 12 minggu berturut-turut. Rinosinusitis kronis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Karakteristik Penderita Otitis Media Akut pada Anak yang Berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009 Oleh: TAN HONG SIEW 070100322 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan kegawatdaruratan bedah abdominal pada bayi dan anak. 1-7 Angka kejadiannya di dunia satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan jumlah rekam medik yang tercatat dengan kode tindakan operasi pada semua bagian periode bulan
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. padalaki-laki dibandingkan perempuan. Sebagai contoh penelitian dari. dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penumothorax merupakan kasus kegawatan paru. di Inggris laki-laki 24 per 100.000 penduduk dan perempuan 9,8 per 100.00 penduduk per tahun. Beberapa penelitian mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berbagai macam jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan makanan dengan diet khusus. Diet khusus adalah pengaturan makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. Penyakit DM dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak atau nafas cepat. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar
Lebih terperinciSugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...
Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun di Instalasi Rawat Jalan Puskesmas Sumbersari Periode 1 Januari-31 Maret 2014 (Study of Antibiotics Use on ARI Patients in Under
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peningkatan penyakit kronis di Indonesia pada beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan, apabila dibandingkan dengan penyakit infeksi.
Lebih terperinciSkrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah
Endang Martini* 1 2 3 Sumardiyono 4 1 IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No 1 - Januari 2017 Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah *e-mail: endmartini@gmail.com speech
Lebih terperinciPENGELOLAAN NYERI PADA An. E DENGAN POST OP TONSILEKTOMI DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA
PENGELOLAAN NYERI PADA An. E DENGAN POST OP TONSILEKTOMI DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA Albertino Da Silva Verdial*, Siti Haryani**, Eka Adimayanti*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran Abstrak Tonsilitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis residif, dengan karakteristik rasa gatal yang hebat dan sering terjadi kekambuhan. Umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang dan investasi untuk keberhasilan pembangunan suatu negara. 1 Oleh karena itu, dilaksanakan pembangunan kesehatan yang diarahkan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG Disusun Oleh : AHMAD IKHLASUL AMAL 092110004 STASE KEPERAWATAN ANAK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk
Lebih terperinciTruly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak
EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET IdentitasMataKuliah IdentitasdanValidasi Nama TandaTangan Kode MataKuliah : SKILL502B Dosen Pengembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus (DM) yang dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi tinja encer, dapat berwarna hijau atau dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkiraan tindakan pembedahan di dunia adalah 234 juta tindakan setiap tahunnya bahkan melebihi jumlah kelahiran. Pada tahun 2002, bank dunia melaporkan bahwa dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM). Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang berhubungan
Lebih terperinciGambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009
ABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009 Rikha, 2010 Pembimbing I : dr. Freddy Tumewu A., MS Pembimbing II : dr. Evi Yuniawati,
Lebih terperinci