Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia"

Transkripsi

1 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN ANGGARAN 2007 Disusun oleh : BIRO PERENCANAAN DAN HUKUM SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Lt. 20, Gedung Sapta Pesona Jl. Medan Merdeka Barat 17 Jakarta Tel Fax monevdepbudpar(at)yahoo.co.id JAKARTA, MARET 2008 Ro Renkum Budpar, 2008

2 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI.. iii IKHTISAR EKSEKUTIF.. 1 BAB I PENDAHULUAN 4 Latar Belakang... 4 Gambaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 4 Peran dan Fungsi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pembangunan Lintas Sektor... 8 Akuntabilitas Kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.. 9 BAB II RENCANA STRATEGIS Peran Strategis Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pembangunan Nasional 10 Gambaran Umum Rencana Strategis Pernyataan Visi. 13 Pernyataan Misi 13 Tujuan dan Sasaran Strategis 14 Program Kebudayaan dan Pariwisata BAB III RENCANA KINERJA Gambaran Umum Rencana Kinerja Program dan Kegiatan Anggaran Kegiatan BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Metodologi Pengukuran Capaian Kinerja Capaian Kinerja Realisasi Keuangan BAB V PENUTUP. 65

3 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kata Pengantar P uji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat rahmat dan karunia-nya jualah kita dapat menerbitkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2007 ini. LAKIP ini merupakan media pertanggungjawaban yang berisi informasi tentang uraian pertanggungjawaban tentang keberhasilan/ kegagalan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya. Disamping itu, LAKIP juga memuat aspek keuangan yang secara langsung mengaitkan hubungan antara dana masyarakat yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat yang diterima masyarakat Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata, sebagaimana telah diketahui, adalah merupakan bagian integral dari pembangunan bangsa yang menempatkan ketahanan budaya dan integritas nasional sebagai dasar pengembangan kebudayaan dan pariwisata di masa yang akan datang, agar mempunyai peran penting dalam rangka membantu mengentaskan bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan serta memperkokoh ketahanan dan keutuhan nasional baik dari konflik horizontal maupun vertikal yang dapat mengarah pada disintegrasi bangsa. Diharapkan melalui berbagai peristiwa yang terjadi pada tahun 2007 sehingga mempengaruhi perkembangan kebudayaan dan pariwisata dapat memberikan hikmah konsolidasi dan pembenahan di segala aspek. Khususnya dibidang pariwisata, pada tahun 2007 jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai 5,5 juta merupakan angka tertinggi sejak dimulainya pembangunan pariwisata pada tahun 1969 dalam sistem Repelita.Tentunya keberhasilan pembangunan di jajaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tidak terlepas dan kerja keras seluruh pihak yang telah bersama-sama merasakan suka dukanya dalam memajukan kebudayaan dan pariwisata. Untuk itu dalam kesempataan ini, saya patut menyampaikan penghargaan dan ucapan

4 terima kasih yang setinggi-tingginya. Akhir kata, semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja. Jakarta, 28 Maret 2008 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata IR. JERO WACIK, S.E.

5 Ikhtisar Eksekutif L aporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) Tahun 2007 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melaporkan capaian kinerja (performance results) selama tahun 2007 dibandingkan dengan Rencana Kinerja (Performance Plan) 2007 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Stratejik Sesuai dengan rentang waktu rencana Stratejik maka LAKIP 2007 ini merupakan LAKIP yang ketiga, oleh sebab itu dalam LAKIP 2007 ini juga berisi informasi capaian kinerja yang relevan dari periodeperiode sebelumnya. Laporan Akuntabilitas Kinerja memiliki dua fungsi utama sekaligus. Pertama, laporan akuntabilitas kinerja merupakan sarana bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada seluruh para stakeholders (Presiden, Instansi Pemerintah Pusat/ Daerah, pelaku/industri kebudayaan dan pariwisata). Kedua, Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan sumber informasi bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sendiri untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Adanya dua fungsi utama ini memperjelas bahwa informasi yang tertuang dalam LAKIP 2007 harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna eksternal dan internal. Tahun 2007 masih merupakan tahun yang penuh tantangan bagi bangsa Indonesia dengan beberapa peristiwa yang terjadi dan berdampak luas pada kehidupan masyarakat, baik terhadap kelangsungan hidup kebudayaan dan integritas bangsa Indonesia maupun terhadap dinamika industri pariwisata Indonesia. Sejak peristiwa tragedi bom Bali I, bencana alam tsunami di Aceh dan Nias, virus SAR dan flu burung, pergolakan di Poso sampai dengan insiden bom di Bali II, ini kita masih dalam upaya dan kerja keras untuk bangkit dengan berbagai program kebudayaan dan pariwisata. Laporan akuntabilitas kinerja ini secara garis besar berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan capaian kinerja untuk tahun Rencana Kinerja (Performance Plan) 2007 dan Penetapan Kinerja 2007 merupakan sasaran kinerja yang ingin dicapai selama tahun 2007 yang sepenuhnya mengacu pada Rencana Stratejik Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Sementara itu, capaian kinerja (performance results) merupakan hasil realisasi seluruh kegiatan selama tahun 2007 yang memang diarahkan bagi pemenuhan target yang ditetapkan dalam rencana kinerja Secara keseluruhan, hasil capaian kinerja tahun 2007 menunjukkan bahwa Departmen Kebudayaan dan Pariwisata memenuhi sasaran stratejik yang ditargetkan. Sesuai dengan Rencana Kinerja 2007, selama periode ini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menetapkan 8 (delapan) sasaran stratejik. Selanjutnya sasaran stratejik tersebut diwujudkan dalam 9 (sembilan) program dengan anggaran biaya Rp ,00. Secara keseluruhan dapat diinformasikan bahwa, hasil

6 capaian kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata selama tahun 2007 telah memenuhi 8 (delapan) sasaran stratejik yang ditargetkan. Dengan demikian, core area departemen yaitu mengembangkan kebudayaan dan pariwisata dapat diwujudkan. Walaupun demikian program Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah menunjukkan keberhasilan dengan berbagai indikator keberhasilan yang terukur. Hal ini seperti yang ditunjukkan dengan anggaran yang tersedia telah dapat dilaksanakan berbagai program pengembangan bidang kebudayaan yaitu Program Pengembangan Nilai Budaya, Pengelolaan Keragaman Budaya dan Pengelolaan Kekayaan Budaya. Sedangkan pembangunan Pariwisata sendiri mengalami peningkatan terlebih setelah ditambah pemberian fasilitas Visa Kunjungan Saat Kedatangan (Visa on Arival) kepada beberapa negara diantaranya Australia, Timur Tengah, China dan India yang merupakan negara pasar utama dan potensial. Khusus untuk meningkatkan arus wisatawan China, telah dilakukan langkah-langkah mempermudah pengurusan visa, selain di KBRI Beijing dibuka di Guang Zhou dan Shanghai, kedua kota tersebut berpotensi besar jumlah wismannya. Salah satu kunci utama penentu Salah satu kunci utama penentu keberhasilan ini adalah adanya komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata keberhasilan ini adalah adanya komitmen yang kuat dari Pimpinan dan seluruh aparatur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk menfokuskan pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana organisasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ditetapkan dalam Restra dan Renja Secara ringkas seluruh capaian kinerja tersebut di atas, telah memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kami untuk meningkatkan kinerja di masa-masa mendatang. Oleh sebab itu, sesuai dengan hasil analisis kami atas capaian kinerja 2007 kami merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahun 2007, yaitu sebagai berikut: 1. Tetap konsisten untuk melakukan koordinasi yang baik diantara unit-unit kerja terkait yang berada dalam lingkungan organisasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, instansi pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya dalam merumuskan kebijakan dibidang Kebudayaan dan Pariwisata. 2. Mengoptimalkan pengelolaan program dan kegiatan yang diikuti dengan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber-sumber daya dan dana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran-sasaran stratejik yang ditetapkan. Hal ini secara khusus akan difokuskan pada sasaran-sasaran stratejik yang capaian kinerjanya masih berada di bawah target yang ditetapkan. 3. Secara khusus, berkaitan dengan perumusan Renja 2007 sebagai bentuk penegasan dari Renstra , akan dilakukan penelitian yang mendalam atas ketepatan kuantitas target dari indikator kinerja setiap

7 sasaran stratejik yang ditetapkan sehingga dapat menghindarkan adanya capaian kinerja yang sangat ekstrim di masa-masa mendatang.

8 Bab I :Pendahuluan Latar Belakang P elestarian dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata memiliki tujuan untuk menumbuhkan pemahaman dan perkembangan masyarakat terhadap kebudayaan dan pariwisata, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan menumbuhkan sikap kritis terhadap fakta sejarah dan serta memperkokoh ketahanan bangsa. Untuk itu disadari bahwa pembangunan bidang kebudayaan dan pariwisata memiliki peran penting dalam memperbaiki struktur kehidupan bangsa apalagi dengan adanya persoalan yang kompleks dan bersifat multidimensional yang saat ini masih berlanjut setelah terjadinya krisis yang berkepanjangan serta meningkatnya ancaman keamanan secara global. Selain itu, tugas utama pembangunan sektor kebudayaan dan pariwisata adalah agar mampu menjawab agenda prioritas yakni mempercepat pemulihan ekonomi, memperkuat landasan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan yang bersumber kepada sistem ekonomi kerakyatan, serta membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya. Sementara itu, melalui program lintas bidang, semua agenda prioritas pembangunan lainnya secara otomatis terkait pula dengan sektor kebudayaan dan pariwisata, terutama sektor penunjang utama pariwisata antara lain investasi dan peningkatan ekspor non migas. Tidak kalah penting pembangunan unsur-unsur penunjang seperti perhubungan, keamanan, imigrasi, bea cukai dan karantina serta unsur-unsur lain yang ada di masyarakat. Gambaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kelembagaan Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden serta mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan pariwisata. Dalam melaksanakan tugasnya Departemen Kebudayaan dan Pariwisata memiliki fungsi sebagai berikut: 1. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata; 2. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; 3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya;

9 4. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; 5. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dibantu oleh 11 orang Eselon 1 yang terdiri atas Sekretaris Jenderal; Inspektur Jenderal; 4 orang Direktur Jenderal, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata, serta 4 orang Staf Ahli Menteri. 1. Sekretariat Jenderal Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi departemen. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris Jenderal menyelenggarakan fungsi: 1) koordinasi kegiatan Departemen; 2) penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen; 3) penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengan Kementerian Koordinator, Kementerian Negara, Departemen lain, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Lembaga lain yang terkait; 4) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri. Di dalam Struktur organisasi Sekretariat Jenderal terdapat 4 Biro dan 1 Pusat yaitu: Biro Perencanaan dan Hukum; Biro Kepegawaian dan Organisasi; Biro Keuangan; Biro Kerjasama Luar Negeri; Biro Umum dan Hubungan Masyarakat; serta Pusat Data dan Informasi. 2. Inspektorat Jenderal Inspektorat Jenderal dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan departemen. Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: 1) penyiapan perumusan kebijakan pengawasan; 2) pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan, dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk Menteri; 3) pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal; 4) penyusunan laporan hasil pengawasan. Di dalam Susunan Organisasi Inspektorat Jenderal terdapat 4 Eselon II yaitu: Sekretariat Inspektorat Jenderal; Inspektorat Wilayah I; Inspektorat Wilayah II dan I Inspektorat Wilayah III. 3. Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri

10 dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang nilai budaya, seni dan film. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film menyelenggarakan fungsi: 1) penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang nilai budaya, seni dan film; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang tradisi, pembangunan karakter dan pekerti bangsa, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kesenian, serta perfilman berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) penyusunan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang tradisi, pembangunan karakter dan pekerti bangsa, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kesenian, serta perfilman; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang tradisi, pembangunan karakter dan pekerti bangsa, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kesenian, serta perfilman; 5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. 6) Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film meliputi 6 Eselon II yang terdiri atas: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Tradisi; Direktorat Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa; Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa; Direktorat Kesenian; serta Direktorat Perfilman. 4. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang sejarah dan purbakala. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala menyelenggarakan fungsi: 1) penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang sejarah dan purbakala; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang nilai sejarah, geografi sejarah, peninggalan bawah air, peninggalan purbakala, dan museum, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang nilai sejarah, geografi sejarah, peninggalan bawah air, peninggalan purbakala, dan museum; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang nilai sejarah, geografi sejarah, peninggalan bawah air, peninggalan purbakala, dan museum; 5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. Di dalam susunan Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala terdapat 5 Eselon II yaitu: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Nilai Sejarah; Direktorat Geografi Sejarah; Direktorat Peninggalan Bawah Air; Direktorat Peninggalan Purbakala; dan Direktorat Museum.

11 5. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri dan bertugas untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan destinasi pariwisata. Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata menyelenggarakan fungsi: 1) penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang pengembangan destinasi pariwisata; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang produk pariwisata, usaha pariwisata, permberdayaan masyarakat, dan standarisasi pariwisata berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) perumusan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang produk pariwisata, usaha pariwisata, pemberdayaan masyarakat, dan standardisasi pariwisata; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang produk pariwisata, usaha pariwisata, permberdayaan masyarakat, dan standardisasi pariwisata; 5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dibantu oleh 5 orang pejabat Eselon II yaitu: Sekretaris Direktorat Jenderal; Direktorat Produk Pariwisata; Direktorat Usaha Pariwisata; Direktorat Permberdayaan Masyarakat; serta Direktorat Standardisasi Pariwisata. 6. Direktorat Jenderal Pemasaran Direktorat Jenderal Pemasaran dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri yang mempunyai tugas untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemasaran Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Pemasaran menyelenggarakan fungsi: 1) penyiapan perumusan kebijakan departemen di bidang pemasaran; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan pasar, promosi luar negeri, promosi dalam negeri, dan sarana promosi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) penyusunan standar, norma, kriteria, dan prosedur di bidang pengembangan pasar, promosi luar negeri, promosi dalam negeri, dan sarana promosi; 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan pasar, promosi luar negeri, promosi dalam negeri, dan sarana promosi; 5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal. Direktorat Jenderal Pemasaran terdiri atas 5 Eselon II yaitu: Sekretariat Direktorat Jenderal; Direktorat Pengembangan Pasar; Direktorat Promosi Luar Negeri; Direktorat Promosi Dalam Negeri; dan Direktorat Sarana Promosi.

12 7. Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur penunjang pelaksana tugas departemen. Dipimpin oleh seorang Kepala, Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Badan Pengembangan Sumber Daya mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta pengelolaan data dan informasi di bidang kebudayaan dan pariwisata. Dalam melaksanakan tugas, Badan Pengembangan Sumber Daya Budpar menyelenggarakan fungsi: 1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang penelitian dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata, serta penelitian dan pengembangan arkeologi; 2) perumusan dan pelaksanaan kebijakan pengembangan SDM di lingkungan Departemen; 3) pelayanan teknis administrasi di lingkungan Badan Pengembangan Sumber Daya. Susunan organisasi Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata terdiri dari: Sekretariat Badan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional; Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan; Pusat Pengembangan SDM Kebudayaan dan Pariwisata. 8. Staf Ahli Menteri Staf Ahli Menteri merupakan unsur pembantu Menteri di bidang keahlian tertentu yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. Mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri mengenai masalah tertentu sesuai dengan bidang keahliannya, yang tidak menjadi bidang tugas Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal dan Badan Pengembangan Sumber Daya. Staf Ahli Menteri terdiri dari: Staf Ahli Menteri Bidang Pranata Sosial, Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga, dan Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Peran dan Fungsi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pembangunan Lintas Sektor Salah satu kontribusi yang dapat diberikan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata adalah ikut mempercepat proses pemulihan perekonomian nasional melalui stimulasi pembangunan sektor riil yang berkaitan dengan kebudayaan dan pariwisata. Diharapkan dengan bergulirnya kegiatan kebudayaan dan pariwisata, kegiatan riil perekonomian seperti industri transportasi, industri hotel dan akomodasi, industri restoran dan makanan, serta industri kerajinan rakyat dapat mulai berputar secara cepat. Dengan demikian

13 dari gambaran singkat tersebut jelas terlihat peran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam pembangunan lintas sektor nasional. Hal ini merupakan implementasi Renstra tahun Diharapkan berbagai kajian yang telah dilakukan di daerah konflik maupun daerah yang berpotensi konflik yang hasilnya dapat membantu memecahkan masalah dan memberikan solusi dengan pendekatan berdasar. Sektor pembangunan bidang kebudayaan dan pariwisata tidak dapat berdiri sendiri melainkan juga tergantung pada pembangunan pada sektor-sektor lain yang terkait. Setidaknya, agar pembangunan sektor kebudayaan dan pariwisata memiliki iklim yang kondusif, sektor-sektor ekonomi dan penunjang seperti perhubungan, keamanan, keselamatan, imigrasi, bea dan cukai, karantina dan unsur-unsur terkait dalam masyarakat lainnya harus turut juga memberikan dukungannya. Akuntabilitas Kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Pada dasarnya suatu Laporan Akuntabilitas Kinerja mencoba mengkomunikasikan pencapaian kinerja suatu instansi pemerintah dikaitkan dengan sejauh mana organisasi publik itu telah melakukan upaya-upaya strategis dan operasional di dalam mencapai tujuan/sasaran strategisnya dalam kerangka pemenuhan visi misi yang telah ditetapkan. Visi dan misi organisasi serta tujuan strategis organisasi telah diformalkan di dalam suatu Renstra yang memiliki rentang waktu 5 tahun. Kemudian untuk capaian yang harus dipenuhi setiap tahunnya dalam periode 5 tahun tersebut, di dalam Renstra ditetapkan sejumlah sasaran strategis. Pemenuhan atas sasaran strategis ini setiap tahunnya akan berakumulasi pada pencapaian tujuan strategis organisasi di akhir tahun kelima. Alur pikirnya adalah apabila tujuan strategis organisasi telah dipenuhi maka organisasi tersebut dapat dipersepsikan telah memenuhi visi dan misinya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) mengkomunikasikan pencapaian kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata selama tahun Dengan pola pikir seperti itu, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2007 dapat diilustrasikan dalam bagan berikut ini : Renstra Analisis Capaian Rencana Kinerja Capaian Kinerja Capaian Kinerja Capaian Kinerja Kumulatif 2007

14 Bab II: Rencana Strategis Peran Strategis Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pembangunan Nasional Pembangunan kebudayaan merupakan prioritas utama dalam menunjang kehidupan berbangsa dan bernegara. Permasalahanpermasalahan yang timbul akhir ini muaranya adalah masalah mental bangsa, sehingga kebudayaan akan dipergunakan sebagai landasan dalam pembangunan watak bangsa (karakter bangsa). Hal ini seperti yang tercantum visi pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional yaitu terwujudnya jati diri bangsa, persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka multikultural, kesejahteraan rakyat dan persahabatan antar bangsa. Sedangkan pembangunan pariwisata akan mempunyai arti penting dalam pemulihan ekonomi nasional sebagai dampak dari krisis multi dimensi yang pada saat ini menunjukkan adanya perbaikan yang menuju pada kehidupan sediakala. Namun demikian pembangunan pariwisata tidak dapat dilepaskan dari ketahanan budaya dan integritas nasional karena pembangunan pariwisata merupakan bagian integral dari pembangunan bangsa. Disamping itu pembangunan kebudayaan pun tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pariwisata, karena bersama pariwisata, prestasi di bidang kebudayaan akan dapat lebih menciptakan nilai tambah baik bagi bangsa serta peradaban dunia. Hubungan keduanya ibarat dua sisi dari satu keping uang. Pelaksanaan kegiatan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2007 merupakan implementasi dari Renstra Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional tahun Renstra ini disusun berdasarkan landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, landasan operasional PP No. 7 tentang Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional , Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Keppres Nomor 9 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia. Selain itu, Rencana Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun didalamnya termuat empat arah kebijakan yaitu: 1. Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi pembangunan kebudayaan dan pariwisata; 2. Meningkatkan efektivitas peran sebagai regulator dan fasilitator dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata; 3. memantapkan kerjasama dalam dan luar negeri di bidang kebudayaan dan pariwisata; 4. memantapkan manajemen pembangunan kebudayaan dan pariwisata.

15 Gambaran Umum Rencana Strategis Prioritas pembangunan kebudayaan diarahkan untuk MENGEMBANGKAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN PADA NILAI-NILAI LUHUR dengan kebijakan yang diarahkan untuk: (1) mendorong terciptanya wadah yang terbuka dan demokratis bagi dialog kebudayaan agar benturan-benturan yang terjadi tidak melebar menjadi konflik sosial; (2) mendorong tuntasnya proses modernisasi yang dicirikan dengan terwujudnya Negara Kebangsaan Indonesia modern yang berkelanjutan, dan menguatnya masyarakat sipil; (3) revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasional; serta (4) meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya dan produk-produk dalam negeri. Serta memperkuat harmoni yang ada dan mencegah tindakan-tindakan yang menimbulkan ketidakadilan sehingga terbangun masyarakat sipil yang kokoh, termasuk membangun kembali kepercayaan sosial antarkelompok masyarakat; dan memperkuat dan mengartikulasikan identitas bangsa. Disamping itu sasaran pengembangan kebudayaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun adalah: 1. Menurunnya ketegangan dan ancaman konflik antar kelompok masyarakat. 2. Semakin kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika; 3. Semakin berkembangnya penerapan nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya nasional yang terwujud dalam setiap aspek kebijakan pembangunan; dan 4. Meningkatnya pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya. Secara lebih terfokus sasaran kebudayaan yang telah ditetapkan dalam RPJMN diatas telah dijabarkan dalam Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional untuk tahun yaitu: 1. Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh budaya yang negatif. 2. Terwujudnya industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa, dan perlindungan hukum individual dan komunal. 3. Terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati di antara berbagai komunitas budaya untuk memperkukuh ikatan kebangsaan. Di bidang pembangunan pariwisata, potensi dan peranannya sebagai salah satu sektor penghasil devisa utama senantiasa terus ditingkatkan. Jumlah perolehan devisa ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia, maka salah satu sasaran keberhasilan pengembangan pariwisata, sebagai sumber penghasil devisa dinilai dari beberapa unsur yaitu: 1. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (foreign tourist); 2. Pengeluaran wisatawan mancanegara (foreign tourist expenditures) per wisatawan, per hari dan per kunjungan;

16 3. Lama tinggal wisatawan mancanegara (foreign tourist length of stay). Apabila kita melihat tren pariwisata tahun 2020, perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang, di antaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan Asia-Pasifik dan 100 juta orang ke Cina. Melihat jumlah yang demikian besar wisatawan, maka Indonesia yang dapat menawarkan segala daya tariknya untuk mendatangkan wisatawan, perlu merebut pangsa pasar wisata tersebut. Untuk mengukur kinerja pembangunan pariwisata dengan mengacu kepada aspek ekonomi, sejak tahun 2001 telah dilakukan penghitungan menggunakan metodologi dari World Tourism Organization (WTO) yaitu Neraca Satelit Pariwisata Nasional yang secara garis besar adalah pada tahun 2003 jumlah pendapatan dari kepariwisataan mencapai hampir Rp 125 trilyun dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 7,52 juta orang (Nesparnas 2003, 2004), maka diperkirakan pada tahun 2009 jumlah pendapatan dari kepariwisataan akan mencapai lebih dari Rp 225 trilyun dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 12,5 juta orang. Dengan menggunakan data Nesparnas 2003 sebagai acuan, maka pada tahun 2009 diperkirakan tercipta perputaran uang (sebagai akibat dari multiplier effect) sebesar Rp 337,5 trilyun. PROYEKSI KUNJUNGAN WISMAN & PEROLEHAN DEVISA TAHUN PROYEKSI KUNJUNGAN WISMAN DAN PENERIMAAN DEVISA Jumlah kunjungan dalam ribuan Penerimaan dalam jutaan US$ JumlahKunjungan PenerimaanDevisa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun menjelaskan bahwa salah satu sasaran untuk meningkatkan sektor non migas adalah dengan meningkatkan kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa menjadi sekitar US$ 10 miliar pada tahun 2009, sehingga sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi salah satu penghasil devisa besar. Berdasarkan hal tersebut maka kebijakan pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran melalui kegiatan promosi dan pengembangan produk-produk wisata serta meningkatkan sinergi dalam jasa pelayanan pariwisata. Dari sasaran dalam RPJMN maka telah ditetapkan juga sasaran pembangunan kepariwisataan nasional seperti yang termuat dalam

17 dokumen Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional yaitu: 1. Terwujudnya pariwisata nusantara yang dapat mendorong cinta tanah air. 2. Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah. 3. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional. 4. Meningkatnya produk pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif. 5. Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat. Pernyataan Visi Berdasarkan latar belakang dan landasan pemikiran yang telah dikemukan di depan, maka telah tergambar keinginan bangsa Indonesia dalam pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan nasional yang merupakan salah satu penjabaran dari Tujuan dan Sasaran Pembangunan Nasional sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Berbagai dasar pemikiran telah dirumuskan sebagai rambu-rambu di dalam Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional pada masa mendatang yang penuh dengan harapan dan tantangan, yang harus dipedomani oleh insan kebudayaan dan kepariwisataan untuk lebih berperan dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berencana dan berkesinambungan. Untuk itu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang merupakan salah satu pelaku pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan nasional merumuskan Visi sebagai berikut: TERWUJUDNYA JATIDIRI BANGSA, PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA DALAM KERANGKA MULTIKULTURAL, KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PERSAHABATAN ANTARBANGSA Pernyataan Misi Dalam mengimplementasikan visi pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan tersebut di atas, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan berpedoman pada tugas pokok dan fungsi sebagai regulator dan fasilitator dalam pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan yang transparan, akuntabel dan mengutamakan kepentingan masyarakat, tahun ini mempunyai misi sebagai berikut adalah: 1. Melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang berlandaskan nilai luhur. 2. Mendukung pengembangan destinasi dan pemasaran pariwisata yang berdaya saing global. 3. Melakukan pengembangan sumber daya kebudayaan dan pariwisata. 4. Menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan akuntabel.

18 Tujuan dan Sasaran Strategis Berdasarkan visi dan misi maka ditetapkan tujuan pembangunan kebudayaan dan kepariwisataan tahun sebagai berikut : 1. Meningkatnya kualitas manusia Indonesia yang berbudi pekerti luhur beserta hasil karyanya. 2. Meningkatnya kemandirian dan daya saing dalam perekonomian nasional. 3. Meningkatnya pemerataan pembangunan. 4. Meningkatnya perlindungan pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya. 5. Meningkatnya persatuan dan cinta tanah air serta kerjasama internasional. Adapun sasaran strategis yang merupakan penjabaran dari tujuan adalah : 1. Terwujudnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh budaya yang negatif. 2. Terwujudnya industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa, dan perlindungan hukum hak atas individual dan komunal. 3. Terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati diantara berbagai komunitas budaya untuk memperkukuh ikatan kebangsaan. 4. Terwujudnya pariwisata nusantara yang dapat mendorong rasa cinta tanah air. 5. Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah. 6. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional. 7. Meningkatnya produk dan pelayanan pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif. 8. Meningkatnya pelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat. 9. Meningkatnya peran Indonesia dalam kerjasama dan persahabatan antar bangsa dengan dilandasi oleh sikap saling menghargai. 10. Terwujudnya hasil penelitian dan pengembangan terapan serta sistem informasi bidang kebudayaan dan kepariwisataan. 11. Meningkatnya pengembangan sumber daya manusia (SDM) bidang kebudayaan dan kepariwisataan. 12. Terwujudnya pengawasan dan pengendalian, koordinasi dan kerjasama lintas daerah serta antar stakeholders. Penetapan tujuan strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pada umumnya didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan menunjukkan suatu kondisi yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang dan mengarahkan perumusan sasaran, program, serta kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Sasaran strategis adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan sasaran dirumuskan lebih spesifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan

19 memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula indikator pencapaian sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing. Masing-masing tujuan mempunyai sasaran yang diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu perencanaan strategis secara berkelanjutan (sustainable) dan memiliki dukungan secara nyata terhadap tujuan yang ditetapkan di dalam rencana strategis. Sasaran strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dalam kurun waktu tahun dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 3. Tujuan dan Sasaran Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Tahun Tujuan Uraian Sasaran Indikator Kinerja Program 1. Meningkatnya kualitas manusia Indonesia yang berbudi pekerti luhur beserta hasil karyanya 1.1. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa Indonesia Jumlah data kebudayaan yang berhasil diinventarisasi dan didokumentasikan Jumlah pengunjung Museum Jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya, baik di darat maupun di bawah air serta obyek budaya yang dilestarikan Jumlah organisasi dan pemerhati kebudayaan Pengembangan Nilai Budaya 1.2. Meningkatnya industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa Menurunnya kasus pelanggaran cagar budaya Jumlah aktivitas/ event kebudayaan Jumlah produk dan karya budaya yang memiliki nilai ilmu pengetahuan, sosial budaya, dan ekonomi tinggi serta diakui ditingkat nasional

20 Tujuan Uraian Sasaran Indikator Kinerja Program dan internasional Jumlah penghargaan yang diberikan kepada masyarakat yang berjasa dalam perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan 1.3. Terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati di antara berbagai komunitas budaya bangsa dan perlindungan hukum individual dan komunal Menurunnya konflik etnis dan sosial yang disebabkan oleh budaya Meningkatnya jumlah kerjasama lintas budaya Kenaikan jumlah komunitas antar budaya Pengelolaan kekayaan budaya Jumlah karya budaya bangsa yang mendapat perlindungan hukum 2. Meningkatnya kemandirian dan daya saing kepariwisataan dalam perekonomian nasional 2.1. Meningkatnya pariwisata nusantara Persentase pertumbuhan wisatawan manca negara per tahun Jumlah Wisatawan Mancanegara Pengembangan pemasaran pariwisata Persentase pertumbuhan wisatawan nusantara per tahun Jumlah Wisatawan Nusantara (Wisnus) Jumlah pengeluaran wisnus/wisman Pertambahan jumlah propinsi/ kabupaten/ kota yang menjadi tempat kunjungan

21 Tujuan Uraian Sasaran Indikator Kinerja Program wisnus/wisman 2.2. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian 2.3. Meningkatnya produk dan pelayanan pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif Kenaikan jumlah devisa dari wisman Persentase peningkatan kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional Kenaikan peringkat Indeks Pelayanan Pariwisata Turunnya kasus eksploitasi anak dan seks komersial di lingkungan pariwisata Pertambahan jenis pelayanan di pintu masuk Jumlah peningkatan aksesbilitas dan fasilitas di setiap destinasi Jumlah produk dan pelayanan pariwisata yang menerapkan kode etik pariwisata dunia Pengembangan pemasaran pariwisata Pengembangan destinasi pariwisata 3. Meningkatnya pemerataan pembangunan 3.1. Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi Kenaikan jumlah even pariwisata yang berpola kemitraan Persentase meningkatnya jumlah organisasi/ perorangan yang berusaha dibidang pariwisata Peningkatan jenis destinasi ekowisata Peningkatan jenis destinasi wisata bahari Pengembangan destinasi pariwisata

22 Tujuan Uraian Sasaran Indikator Kinerja Program 4. Meningkatnya persatuan dan cinta tanah air serta kerjasama internasional. pariwisata yang sesuai dengan potensi masingmasing daerah 4.1. Meningkatnya peran Indonesia dalam kerjasama dan persahabatan antar bangsa dengan dilandasi oleh sikap saling menghargai Peningkatan jenis destinasi konvensi (MICE) Peningkatan jumlah kerjasama internasional dibidang budaya dan pariwisata Jumlah investasi baru di bidang pariwisata Jumlah implementasi hasil kesepakatan kerjasama multilateral, bilateral,sub regional di bidang pariwisata Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan Program Kebudayaan dan Pariwisata Dengan mengacu pada arah kebijakan pembangunan kebudayaan dan pariwisata yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional serta Rencana Strategis Pembangunan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional, program pembangunan kebudayaan dan pariwisata yang akan dilaksanakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di tahun terdiri atas 9 program pokok yaitu: 1. Program Pengembangan Nilai Budaya Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat Indonesia atas nilai-nilai budaya yang tumbuh di seluruh daerah sebagai dasar dalam pembangunan yang berwawasan kebudayaan. 2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Program ini terutama ditujukan untuk meningkatkan peranserta dan apresiasi masyarakat di bidang perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan seni dan film. 3. Program Pengelolaan Keragaman Budaya Program ini bertujuan untuk meningkatkan upaya-upaya penanaman nilainilai kekayaan budaya Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

23 4. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata Program ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan daya saing global destinasi, produk dan usaha pariwisata nasional. 5. Program Pengembangan Pemasaran Program ini bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar industri kebudayaan dan pariwisata Indonesia melalui berbagai upaya pemasaran dan promosi terpadu, baik yang dilaksanakan di dalam maupun di luar negeri, untuk memantapkan citra Indonesia di dunia internasional dalam rangka mendorong peningkatan apresiasi industri budaya nasional, peningkatan arus kunjungan wisatawan mancanegara dan peningkatan pariwisata nusantara. 6. Program Peningkatan Kemitraan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya dan kerjasama antar lembaga guna mendukung pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional. 7. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan Program ini diarahkan untuk mendukung pengelolaan operasional kantor Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 8. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Program ini ditujukan untuk mendorong terwujudnya manajemen pembangunan kebudayaan dan pariwisata dan keterpaduan gerak antar stakeholders dan pelaku pembangunan lainnya dalam mendorong pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional. 9. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Program pengawasan aparatur negara untuk mewujudkan good governance dan profesionalisme aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di bidang kebudayaan dan pariwisata.

24 Bab III: Rencana Kinerja 2007 P roses penjabaran dari Sasaran dan Program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis , yang akan dilaksanakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melalui berbagai kegiatan secara tahunan termasuk didalamnya adalah perencanaan kinerja 2007 yang merupakan proses perencanaan kinerja yang didokumentasikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (Annual Performance Plan). Di dalam Rencana Kinerja Tahunan ditetapkan target kinerja tahun 2007 untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Target kinerja ini akan menjadi komitmen bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk mencapainya dalam tahun Hubungan antara rencana kinerja tahunan, penetapan kinerja, dan LAKIP dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Hubungan Rencana Kinerja, Penetapan Kinerja dan Laporan Kinerja (LAKIP) dalam Sistem AKIP Rencana strategis Rencana Kinerja 2005 Rencana Kinerja 2006 Rencana Kinerja Rencana Kinerja Rencana Kinerja 2009 Penetapan Kinerja 2005 Penetapan Kinerja 2006 Penetapan Kinerja 2007 Penetapan Kinerja 2008 Penetapan Kinerja 2009 LAKIP 2005 LAKIP 2006 LAKIP 2007 LAKIP 2008 LAKIP 2009 Dengan demikian, Rencana Kinerja 2007 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata merupakan dokumen yang menyajikan target kinerja untuk tahun 2007 dan merupakan bentuk komitmen penuh organisasi untuk mencapai kinerja yang sebaik-baiknya sebagai bagian dari upaya memenuhi misi organisasi.

25 Gambaran Umum Rencana Kinerja 2007 Sasaran Strategis 2007 Sasaran strategis, indikator kinerja dan target kinerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut : Uraian Sasaran Indikator Target Tahun Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa Indonesia 2.1. Meningkatnya industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa 3.1. Terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati di antara berbagai komunitas budaya bangsa dan perlindungan hukum individual dan komunal Jumlah data kebudayaan yang berhasil diinventarisasi dan didokumentasikan Jumlah pengunjung Museum Jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya, baik di darat maupun di bawah air serta obyek budaya yang dilestarikan Jumlah organisasi dan pemerhati kebudayaan Menurunnya kasus pelanggaran cagar budaya Jumlah aktivitas/event kebudayaan Jumlah produk dan karya budaya yang memiliki nilai ilmu pengetahuan, sosial budaya, dan ekonomi tinggi serta diakui ditingkat nasional dan internasional Jumlah penghargaan yang diberikan kepada masyarakat yang berjasa dalam perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan Menurunnya konflik etnis dan sosial yang disebabkan oleh budaya Meningkatnya jumlah kerjasama lintas budaya Kenaikan jumlah komunitas antar budaya Jumlah karya budaya bangsa yang mendapat perlindungan hukum 71 naskah, 8 judul film, dan 7 judul buku orang BCB/Situs 35 unit 15 kasus 41 kali 7 skenario film, 10 performer, dan 5 lukisan 4 kegiatan 44 kegiatan 3 kegiatan 3 kegiatan 2 karya

26 Uraian Sasaran Indikator Target Tahun Meningkatnya pariwisata nusantara 5.1. Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian 6.1. Meningkatnya produk dan pelayanan pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif Persentase pertumbuhan wisatawan manca negara per tahun Jumlah Wisatawan Mancanegara Persentase pertumbuhan wisatawan nusantara per tahun Jumlah Wisatawan Nusantara (Wisnus) Jumlah pengeluaran wisnus/wisman Pertambahan jumlah propinsi/kabupaten/kota yang menjadi tempat kunjungan wisnus/wisman Kenaikan jumlah devisa dari wisman Persentase peningkatan kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional Kenaikan peringkat Indeks Pelayanan Pariwisata Turunnya kasus eksploitasi anak dan seks komersial di lingkungan pariwisata Pertambahan jenis pelayanan di pintu masuk Jumlah peningkatan aksesibilitas dan fasilitas di setiap destinasi Jumlah produk dan pelayanan pariwisata yang menerapkan kode etik pariwisata dunia Kenaikan jumlah even pariwisata yang berpola kemitraan Persentase meningkatnya jumlah organisasi/ perorangan yang berusaha dibidang pariwisata 1,50 % 6 juta 9,09 % 220 juta 79,85 trilliun -- 6 miliar US$ 6 % 0 % 0 % 15 pintu masuk 10 kali 5 paket 4 % 1 %

27 Uraian Sasaran Indikator Target Tahun Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah 8.1. Meningkatnya peran Indonesia dalam kerjasama dan persahabatan antar bangsa dengan dilandasi oleh sikap saling menghargai Peningkatan jenis destinasi ekowisata Peningkatan jenis destinasi wisata bahari Peningkatan jenis destinasi konvensi (MICE) Peningkatan jumlah kerjasama internasional dibidang budaya dan pariwisata Jumlah investasi baru di bidang pariwisata Jumlah implementasi hasil kesepakatan kerjasama multilateral, bilateral,sub regional di bidang pariwisata 5 kali 5 kali 5 kali 20 kali 1 kali 92 % Program dan Kegiatan 2007 Pada awal tahun 2005, struktur organisasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata telah berubah menjadi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata berdasarkan Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia tanggal 31 Januari 2005 dan Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia serta diperkuat oleh Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI Nomor B/768/M.PAN/4/2005 tanggal 27 April 2005 perihal Penataan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Hal ini menjadikan tugas, pokok dan fungsi pemerintahan di bidang kebudayaan dan pariwisata mengalami perubahan yang signifikan dan ikut mempengaruhi perumusan kebijakan yang akan dilakukan di tahun 2005 sampai dengan 2009, seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007: 1. Kebijakan Pembangunan Bidang Kebudayaan Kebijakan yang dilakukan dalam memajukan pembangunan kebudayaan adalah: a. mengembangkan budaya kritis masyarakat secara konstruktif sehingga dapat menumbuhkan kontrol sosial yang produktif; b. Meningkatkan upaya untuk mempercepat sosialisasi dan kulturisasi Etika Kehidupan Berbangsa;

28 c. Mengembangkan industri-industri budaya, termasuk di dalamnya adalah upaya revitalisasi modal sosial dan modal budaya untuk keperluan pengembangan usaha perekonomian; d. Mengembangkan dan memperkuat jatidiri bangsa, pengelolaan keragaman budaya, dan pengembangan berbagai wujud ikatan kebangsaan. 2. Kebijakan Pembangunan Bidang Kepariwisataan Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) , arah kebijakan pengembangan pariwisata dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dengan fokus pada upaya: a. Meningkatkan efektivitas promosi pariwisata, baik di dalam maupun di luar negeri; b. Pengembangan jenis dan kualitas produk-produk wisata, terutama pengembangan wisata bahari yang potensinya sangat besar; c. Harmonisasi dan simplifikasi berbagai perangkat peraturan yang terkait di dalam mendukung pengembangan pariwisata, termasuk di dalamnya wisata bahari, dan d. Optimalisasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan jasa pelayanan pariwisata, terutama yang melibatkan lebih dari satu moda transportasi. Untuk pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2007 Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah menyusun rencana kerja yang terdiri dari 9 program pokok yang akan menjadi inti dari pembangunan kebudayaan dan pariwisata di Tahun Anggaran Rencana Kerja ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan pembangunan kebudayaan dan pariwisata oleh berbagai pihak terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, meliputi : 1) Program Pengembangan Nilai Budaya 2) Program Pengelolaan Keragaman Budaya 3) Program Pengelolaan Kekayaan Budaya 4) Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 5) Program Pengembangan Pemasaran 6) Program Peningkatan Kemitraan 7) Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan 8) Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan 9) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara

29 Anggaran Kegiatan 2007 Anggaran Pembangunan dan Belanja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk Tahun Anggaran 2007 telah dialokasikan sebesar Rp ,00 yang dipergunakan untuk 3 (tiga) jenis belanja sebagai berikut: 1. Belanja Pegawai : Rp ,00 2. Belanja Barang : Rp ,00 3. Belanja Modal : Rp ,00 4. Bantuan Sosial : Rp ,00 Berdasarkan program kebudayaan dan kepariwisataan yang telah dilaksanakan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2007 rincian alokasi anggarannya adalah sebagai berikut: NO U R A I A N P A G U 1. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan 2. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan dan Kepemerintahan Program Pengembangan Nilai Budaya Program Pengelolaan Keragaman Budaya Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 7. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata Program Peningkatan Kemitraan Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Total

30 Bab IV: Akuntabilitas Kinerja 2007 Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja 2007 Pada tahun 2007 bidang kebudayaan, sasaran utama masih terfokus pada peningkatan pembangunan karakter bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur dalam kehidupan multikultural yang telah diwujudkan dengan baik, melalui upaya berbagai aktivitas yang berkaitan dengan kebudayaan. Di bidang pariwisata, peran pemasaran telah dilaksanakan dengan baik melalui kegiatan promosi dalam negeri yang ditujukan untuk mempromosikan produk wisata dan mendorong minat masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata dalam negeri. Demikian juga bidang pemasaran luar negeri telah dilaksanakan dengan baik sebagai upaya memperkenalkan pariwisata Indonesia sekaligus pemulihan citra positif Indonesia di dunia intenasional. Metodologi Pengukuran Capaian Kinerja 2007 Tahun 2007 merupakan tahun kedua dari Rencana Strategis Jangka Menengah Nasional Tahun Adapun metode yang digunakan adalah membandingkan capaian antar berbagai komponen sasaran sehingga diperoleh tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing sasaran. Berdasarkan pembandingan capaian ini dapat diperoleh informasi menyangkut masing-masing sasaran sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa mendatang sehingga setiap program yang direncanakan dapat berhasil guna dan berdaya guna. Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan terlebih dahulu membandingkan antara rencana kerja dengan realisasi untuk masing-masing komponen sasaran sehingga diperoleh capaian tiap komponen dengan rata-rata seluruh sasaran. Metode ini terutama bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak eksternal dan internal tentang sejauhmana pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Capaian Kinerja 2007 Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing sasaran untuk tahun 2007, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah dapat melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Berikut ini akan diuraikan kinerja dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dilihat dari masing-masing sasaran strategis yang telah ditetapkan.

31 Sasaran 1: Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan kebudayaan sehingga memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa Indonesia Pembangunan kebudayaan mempunyai andil yang besar dalam membangun watak dan bangsa yang berbudaya (nations and character building) menuju masyarakat yang madani/modern (civilized society). Peran strategis tersebut masih mempunyai makna bagi pembangunan kebudayaan Indonesia masa depan, mengingat kehidupan bangsa masih dihadapkan pada masalah disintegrasi bangsa dan kesatuan negara, serta menghadapi dekadensi massal dalam berbagai perwujudannya dalam masyarakat. Dalam kerangka tersebut, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan memberikan peran dan kontribusi dalam rangka memperkuat pertahananan budaya masyarakat tersebut dengan menetapkan kesadaran masyarakat sebagai salah satu sasaran yang akan dicapai dalam perencanaan stratejik lima tahunan yang telah ditetapkan dengan indikator kinerjanya sebagai berikut: No. Indikator Target Realisasi % Capaian 1. Jumlah data kebudayaan yang berhasil diinventarisasi dan didokumentasikan 71 naskah, 8 judul film, dan 7 judul buku 71 naskah, 8 judul film, dan 7 judul buku Jumlah pengunjung museum orang orang 45,48 3. Jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya, baik di darat maupun di bawah air serta obyek budaya yang dilestarikan BCB dan Situs BCB dan Situs Jumlah organisasi dan pemerhati kebudayaan 5. Menurunnya kasus pelanggaran cagar budaya 35 unit 35 unit kasus 12 kasus Jumlah aktivitas/event kebudayaan 41 kali 41 kali 100 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa target-target indikator-indikator output dan outcome yang digunakan untuk dapat mengukur pencapaian sasaran ini sebagian besar sudah dapat dipenuhi dengan tingkat capaian 100%. Indikator-indikator yang belum mencapai target adalah jumlah pengunjung museum yang mendapatkan capaian sebesar 45,48% dan indikator menurunnya kasus pelanggaran cagar budaya yang medapat capaian sebesar 80%. Tidak tercapainya target jumlah pengunjung museum lebih disebabkan karena semakin banyaknya serbuan dari berbagai media lain yang dapat dengan mudah di akses oleh pihak-pihak yang dulunya merupakan pengunjung museum misalnya media entertainment yang juga memberikan pembelajaran

32 mengenai sejarah serta media lainnya. Pengelola museum telah berupaya untuk meningkatkan kinerjanya dengan melakukan berbagai kegiatan atau program yang ditujukan untuk dapat menarik perhatian dari berbagai kalangan untuk datang berkunjung ke museum. Upaya tersebut terlihat dari upaya penyimpanan, perawatan, pengamanan, pendokumentasian dan penyajian koleksi di museum yang dilakukan dengan berbagai kegiatan sebagai berikut: 1. Penyusunan Naskah Perawatan Koleksi Organik 2. Penyusunan Pedoman Museum di Indonesia 3. Penyempurnaan Naskah Pedoman Museum Situs 4. Penyempurnaan Naskah Museum Maritim 5. Peningkatan Kualitas Tenaga Museum 6. Penerbitan Majalah Ilmu Permuseuman Museografika 7. Monografi Museum di Indonesia 8. Peningkatan Apresiasi Masyarakat Terhadap Museum 9. Penyuluhan Pengelolaan Museum 10. Dukungan Penyebarluasan Informasi Pameran Record of the Hidden Base of Borobudur dan Manusia Flores 11. Bantuan Museum Daerah (4 museum) 12. Penataan Diorama Museum Sejarah Tugu Nasional 13. Rapat Koordinasi Museum Seluruh Indonesia 14. Pengadaan Alat Pengolah Data 15. Evaluasi dan Pemberdayaan Museum Daerah Selain dari itu, apabila dilihat dari trend kinerja dari tahun 2005 sampai tahun 2007 dapat dilihat adanya beberapa indikator yang mengalami penurunan namun demikian juga terdapat beberapa indikator yang mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No. Indikator Jumlah data kebudayaan yang berhasil diinventarisasi dan didokumentasikan 22 naskah 41 naskah 71 naskah, 8 film, 7 judul buku 2. Jumlah pengunjung Museum orang 3. Jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya, baik di darat maupun di bawah air serta obyek budaya yang dilestarikan 4. Jumlah organisasi dan pemerhati kebudayaan 5. Menurunnya kasus pelanggaran cagar budaya 6. Jumlah aktivitas/event kebudayaan BCB/ Situs 21 unit 3 unit 35 unit 5 % 5 % 12 kasus 7 kali 9 kali 41 Kali

33 Dari tabel tersebut dapat diungkapkan bahwa telah terdapat kemajuan yang berarti dalam proses penyelamatan dan pelestarian sejarah sebagaimana yang telah dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata selama tiga tahun terakhir. Data kebudayaan yang dapat diinventarisasi serta didokumentasikan terus meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitasaktivitas di bidang kebudayaan yang telah dilaksanakan. Dari 22 (dua puluh dua) naskah yang telah berhasil didokumentasikan pada tahun 2005 ternyata terus meningkat menjadi 71 naskah, 8 judul film serta 7 judul buku yang telah diinventarisir. Kondisi ini memperlihatkan suatu kemajuan yang berarti dalam pelestarian sejarah. Benda, situs, dan kawasan cagar budaya juga terus di lestarikan dengan mencari dan menyelidiki secara terus menerus benda-benda atau situs-situs atau kawasan-kawasan yang dapat dijadikan benda, situs, atau kawasan cagar budaya berikutnya. Kondisi ini sejalan dengan semakin meningkatnya organisasi pemerhati kebudayaan yang merupakan salah satu bentuk dari partisipasi masyarakat dibidang kebudayaan. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu bahwa pencapaian sasaran di atas tidak terlepas dari berhasilnya pelaksanaan beberapa kegiatan yang menjadi pendukungnya yaitu antara lain: 1. Penulisan sejarah: dari Bandar Dagang menuju kota administrasi: kasus Pariaman 2. Sejarah Pemikiran Indonesia II 3. Perekaman Sejarah Melayu di Pulau Penyengat 4. Perekaman Sumber Tertulis dan Lisan di Aceh 5. Lawatan Sejarah Tingkat Nasional 6. Sosialisasi Pedoman Sejarah Lokal 7. Pengembangan Sistem Informasi Kesejarahan 8. Sosialisasi Penulisan Sejarah Indonesia di Palembang 9. Dialog interaktif kesejarahan 10. Workshop kesejarahan 11. Kemasan Informasi dan Publikasi BCB 12. Pembuatan DED Pelestarian Sangiran 13. Pengembangan Ruangan Pameran Koleksi Situs Sangiran (2) Unit Ruang Pameran 14. Pembahasan Convention on the Means of the Prohibiting and Preventing The Ilict Import-Export and Transfer of Ownership of Cultural Property 15. Penetapan dan Registrasi BCB Secara Nasional di Kalsel, Gorontalo, NTT 16. Penanggulangan Kasus Pelestarian BCB Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan atau kendala yang cukup berarti namun demikian masih terdapat beberapa hambatan kecil yang kemungkinan dapat menjadi penghambat besar diperiode mendatang apabila tidak segera ditinndaklanjuti. Hambatan-hambatan kecil tersebut antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini; 2. Lemahnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain karena kurangnya pemahaman nilai sejarah, termasuk pemahaman sejarah lokal;

34 3. Masih lemahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan, pemanfaatan, dan pengembangan Bidang Sejarah dan Purbakala (sampai saat ini jumlah BCB/Situs yang terdaftar sebanyak buah: yang sudah dipelihara ± 28%); 4. Belum terkelolanya museum sebagai sarana pendidikan/edukasi, pariwisata, dan sumber ilmu pengetahuan; 5. Belum adanya kriteria dan kewenangan yang jelas dalam pengelolaan aset budaya yang bersifat nasional dan regional antara Pemerintah Pusat, Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. 6. Belum optimalnya pelaksanaan internalisasi nilai budaya bangsa melalui pendidikan budaya dan belum terwujudnya pembentukan karakter dan pekerti bangsa. 7. Masih minimnya dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan berbagai program kegiatan yang mengarah kepada pencapaian sasaran kegiatan. 8. Belum dapat dipahaminya dengan baik program dan kegiatan oleh berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan identitas budaya nasional. Untuk dapat menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan-hambatan tersebut kami merekomendasikan beberapa alternatif penyelesaian yaitu: 1. Perlunya percepatan penyelesaian revisi UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya; 2. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat luas tentang nilai-nilai sejarah termasuk sejarah lokal, dengan adanya sosialisasi tentang nilai sejarah yang diharapkan timbul rasa patriotisme dan tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 3. Salah satu upaya pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala perlu meningkatkan insentif (honor) Juru Pelihara guna meningkatkan kinerja dan motivasi para Juru Pelihara, mengingat banyaknya Benda Cagar Budaya/situs (6.342 buah) yang sangat memerlukan perawatan; 4. Perlu adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk memperjelas pembagian kewenangan dalam pengelolaan aset budaya yang bersifat nasional dan regional. 5. Perlunya program dan kegiatan yang sifatnya berlaku nasional sehingga pengaruhnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. 6. Untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan terhadap masyarakat yang memiliki kepedulian untuk mengembangkan kebudayaan, maka pemerintah selama beberapa tahun belakangan ini telah melaksanakan pemberian Anugerah Kebudayaan kepada masyarakat peduli tradisi, pengembang kebudayaan dan media massa serta penerbit yang berdedikasi terhadap kebudayaan. 7. Perlunya kesepakatan nasional dalam mewujudkan bagaimana menanamkan kegiatan-kegiatan yang bersifat memperkuat budaya nasional. 8. Pemerintah telah berupaya melalui pemberian bantuan kepada Taman Budaya diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas seniman daerah. 9. Perlunya peningkatan perhatian pemerintah terhadap masyarakat yang peduli kepada tradisi, pengembangan kebudayaan dan media massa yang berdedikasi terhadap kebudayaan.

35 Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,00 digunakan sebesar Rp ,00 atau sebesar 80,36 %. Dengan tingkat capaian output maupun outcome yang rata-rata 100% dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. Sasaran 2: Meningkatnya industri dan karya budaya yang mengacu pada budaya bangsa Pembangunan kebudayaan sangat penting diwaktu-waktu sekarang ini dengan derasnya arus informasi dari luar telah mendorong bangsa kita untuk lebih mengedepankan ketahanaan budaya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi. Potensi adat dan budaya dari setiap suku bangsa yang semula mampu menjadi perekat persatuan menjadi makin memudar dengan adanya sistem standarisasi atau keseragaman yang diterapkan selama ini, sehingga kreatifitas tersumbat, penghargaan terhadap nilai dan karya budaya berkurang. Melihat kondisi tersebut pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata berusaha untuk menumbuh kembangkan industri dan karya budaya masyarakat melalui program dan kegiatan yang telah dicanangkan dalam rencana strategis tahun Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasi yang akan dan telah dicapai dalam tahun 2007 sebagai berikut: No. Indikator Target Realisasi % Capaian 1. Jumlah produk dan karya budaya yang memiliki nilai ilmu pengetahuan, sosial budaya, dan ekonomi tinggi serta diakui ditingkat nasional dan internasional 7 skenario film, 10 performer, dan 5 lukisan 7 skenario film, 10 performer, dan 5 lukisan Jumlah penghargaan yang diberikan kepada masyarakat yang berjasa dalam perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan 4 kegiatan 4 kegiatan 100 Indikator kinerja utama yang telah ditetapkan ternyata sudah berhasil dalam pelaksanaannya misalnya karya budaya bangsa yang telah diakui oleh dunia internasional. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata juga telah memberikan penghargaan bagi masyarakat yang ikut serta dalam pelestarian ragam kebudayaan dalam beberapa kesempatan. Disadari bahwa pemberian penghargaan sangat diperlukan sebagai salah satu bentuk apresiasi yang dapat diberikan oleh departemen kepada masyarakat yang telah secara optimal melakukan upaya dalam pelestarian kebudayaan.

36 Apabila dilihat perbandingan dengan tahun 2005, ternyata hasil yang didapat pada tahun 2007 ternyata sebagian besar mengalami kenaikan yang cukup berarti. Kenaikan yang paling menonjol adalah adanya karya budaya bangsa yang diakui pada tingkat nasional dan internasional. Demikian pula dengan penghargaan yang telah diberikan kepada masyarakat semakin meningkat yang mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap peningkatan produk dan karya budaya Indonesia. No. Indikator Jumlah produk dan karya budaya yang memiliki nilai ilmu pengetahuan, sosial budaya, dan ekonomi tinggi serta diakui ditingkat nasional dan internasional 2. Jumlah penghargaan yang diberikan kepada masyarakat yang berjasa dalam perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan 1 skenario 6 skenario 7 skenario film, 10 performer, dan 5 lukisan 4 kegiatan 2 kegiatan 4 kegiatan Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2007 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran ini antara lain adalah sebagai berikut: 1. Pemberian Penghargaan kepada Para Pelestari, Pengembang Tradisi, Media Massa dan Iklan Televisi Pemberian Penghargaan kepada Para Pelestari, Pengembang Tradisi, Media Massa dan Iklan Televisi serta penulis buku anak yang bermuatan pendidikan budaya sebanyak 29 orang yang menunjukkan dedikasinya terhadap nusa dan bangsa sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam hal ini Departemen Kebudayaan dan pariwisata; 2. Gelar Budaya Dayak di Pontianak Gelar Budaya Dayak yang dilaksanakan di Pontianak provinsi Kalimantan Barat (20 27 Mei 2007). Kegiatan ini merupakan sarana untuk mengembangkan seni dan budaya Dayak sehingga menjadi atraksi yang memikat dan dapat dinikmati oleh wisatawan Nusantara maupun Mancanegara. Kegiatan ini meliputi, pegelaran seni budaya dayak, pameran, upacara adat, dialog budaya, pawai, lomba olah raga, peragaan busana dan hiburan rakyat;

37 3. Pawai Budaya Nusantara Dalam Dukungan kegiatan kesenian pada peringatan HUT-RI pada tanggal 17 Agustus 2007 di Jakarta, maka telah digelar kegiatan Pawai Budaya Nusantara dalam upaya meningkatkan rasa ketahanan, kesatuan dan persatuan bangsa. Selain itu juga dalam memberikan sarana promosi dan diplomasi seni budaya Indonesia. Penyelenggaraan gelar ini dengan melakukan prosesi dan arak-arakan yang melibatkan seniman dari 28 provinsi; 4. Festival Internasional Art Summit Indonesia (ASI V/2007) Festival Internasional ASI V/2007 berlangsung selama bulan November 2007, dari tanggal 1 s.d. 30 November 2007 yang menggelar karya-karya puncak seni kontemporer di beberapa tempat yaitu Graha Bhakti Budaya, Teater Luwes, Teater Studio, Goethe Institut, dan Gedung Kesenian Jakarta. Di samping pergelaran, dilaksanakan juga seminar internasional selama dua hari, pada tanggal 2 3 November 2007 di Hotel Treva Internasional, dengan menghadirkan 8 narasumber dari 6 negara. ASI telah ditetapkan ajang pertunjukan gala-premier nya. Th ini telah mempergelarkan World Premier, seperti: Pappa Tarahumara dari Jepang, Folkwang Tanzstudio dari Jerman, Dieze-Diez Danza dari Spanyol, Arts Fussion dari Singapura; dan ada pula karya khusus Asian-Premier dari grup Dorky Park dari Jerman. 5. Pengiriman Film dan Delegasi pada Festival Film di luar negeri Festival Film pada tingkat internasional merupakan ajang pertemuan para sineas dunia untuk mempromosikan peta perkembangan perfilman berbagai bangsa melalui berbagai aktivitas. Pada tahun 2007 pemerintah Indonesia telah memfasilitasi pengiriman film dan delegasi ke beberapa festival film di luar negeri seperti Festival Film Asia Pasifik, Festival Film Internasional Pusan di Korea Selatan dan Afrika Selatan serta Festival film Cannes di Perancis; 6. Peta Kebudayaan Indonesia Peta Kebudayaan Indonesia adalah suatu peta yang melakukan inventarisasi terhadap karya budaya yang tak benda (intangible) yang tersebar di tanah air. Peta yang berwujud data base yang mengakses karya budaya berupa Upacara Adat, Kesenian (tarian dan musik), Makanan Tradisional (kuliner), Permainan Tradisional, Pakaian Adat dan tersaji dengan baik secara tertulis (deskripsi), audio dan visual menurut sifatnya. Untuk tahun 2007 telah dilakukan Training Of Trainer kepada pegawai-pegawai dari kabupaten di provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, dan Sumatera Barat sebanyak 22 orang. Dalam tahun ini juga telah dilakukan identifikasi dan perekaman budaya untuk ke lima wilayah provinsi tersebut. 7. Jembatan Budaya Indonesia Malaysia Malam Kesenian Jembatan Budaya Indonesia Malaysia, adalah kunjungan balasan atas kedatangan Tim Kesenian Malaysia dalam Titian Muhibah Malaysia Indonesia pada tahun Pementasan malam kesenian

38 Indonesia yang bertajuk Jembatan Budaya ini dirangkai dalam nuansa tradisi, yang dipetik dari taman keragaman budaya milik sendiri, Indonesia. Rangkaian yang ditampilkan dalam malam kesenian Indonesia ini berupa Tari Bedoyo dari Solo, Tari Zapin dari Riau, Tari Pakarena dari Makasar, Musik keroncong, Angklung yang dipentaskan secara interaktif dan grup musik Molucas dari Maluku. Selain dihadirkan juga dua orang penyembuh alternatif yang dapat membantu menyembuhkan berbagai penyakit serta Pameran kuliner Sumatera Barat. Seiring dengan penyelenggaraan Jembatan Budaya sebuah pameran seni rupa oleh Galeri Nasional Indonesia, bekerja sama dengan Malaysia National Art Galeri diadakan pula untuk menyemarakkan kegiatan ini. Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan atau kendala yang cukup berarti namun demikian masih terdapat beberapa hambatan kecil yang kemungkinan dapat menjadi penghambat besar diperiode mendatang apabila tidak segera ditinndaklanjuti. Hambatan-hambatan kecil tersebut antara lain: 1. Penghematan dana sisa perjalanan dinas sesuai dengan Surat Menteri Keuangan RI Nomor: S. 348/MK.02/2007 tanggal 30 Juli 2007; 2. Terbatasnya jumlah dan kualitas SDM pada satker-satker di lingkungan Ditjen NBSF; 3. Penyesuaian(pengurangan) dana perjalanan dinas tidak mengikat sebesar 70% dari dana yang belum terserap sampai akhir Juli 2007 sangat mengganggu program kerja dan pencapaian target sasaran kinerja; 4. Belum adanya kejelasan mekanisme pengelolaan aset inventaris kekayaan negara di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; 5. Belum mantapnya pemahaman terhadap konsep pendukungan pada daerah menyebabkan dalam beberapa kegiatan pendukungan belum mengoptimalkan peran serta daerah; 6. Belum adanya aturan yang jelas tentang konsep bantuan sosial dalam penyusunan rencana dan program yang mengakibatkan diblokirnya dana bansos pada usulan anggaran DIPA tahun 2008; 7. Belum terimplementasikannya dengan baik ketentuan/peraturan mengenai pengembangan kebudayaan sehingga belum dapat dirasakan pengaruhnya bagi masyarakat; 8. Perlunya peran pemerintah untuk menumbuh kembangkan kebudayaan dan tradisi yang telah hidup subur sejak berabad-abad lamanya tidak punah; 9. Masih rendahnya intensitas koordinasi lintas departemen khususnya untuk mewujudkan sinergi kegiatan dan program antar departemen terkait; 10. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian nilainilai budaya dan kearifan budaya lokal. Untuk dapat menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan-hambatan tersebut kami merekomendasikan beberapa alternatif penyelesaian yaitu: 1. Perlunya sosialisasi yang terus-menerus terutama ada satu kegiatan yang sifatnya rutin melalui media-media informasi tertentu seperti melalui iklan layanan masyarakat; 2. Untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan terhadap masyarakat yang memiliki kepedulian untuk mengembangkan kebudayaan, maka pemerintah selama beberapa tahun belakangan ini telah melaksanakan pemberian

39 Anugerah Kebudayaan kepada masyarakat peduli tradisi, pengembang kebudayaan dan media massa serta penerbit yang berdedikasi terhadap kebudayaan; 3. Pemerintah telah berupaya melalui pemberian bantuan kepada Museum Daerah dan Taman Budaya diharapkan kegiatan perawatan benda-benda purbakala, pameran yang dianggap sebagai sarana promosi kebudayaan serta usaha untuk melatih dan mengembangkan kreatifitas seniman tetap dapat dilaksanakan; 4. Pemerintah telah berusaha untuk mengakomodir kebutuhan penambahan pegawai pada satuan-satuan kerja (SATKER), dengan jalan mengangkat tenaga honorer, dan diharapkan adanya diklat-diklat teknis maupun administrasi untuk meningkatkan kemampuan SDM; 5. Meningkatkan koordinasi lintas departemen untuk mewujudkan kerjasama sinergi antar berbagai departemen. Tindak lanjut dengan merealisasikan program-program kegiatan sinergis dengan berbagai departemen pada tahun 2007 seperti dengan Depdiknas, Kantor Kemenegpora, Perpustakaan Nasional, Departemen Agama, serta memperluas program sinergi dengan departemen lainnya pada tahun 2008 seperti dengan Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Depnakertrans, dan Kementerian Koperasi dan UKM; 6. Meningkatkan revitalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai budaya dan kearifan budaya lokal dan mensosialisasikannya kepada masyarakat melalui media massa cetak dan elektronik serta melalui penerbitan buku. Tindak lanjut dengan melaksanakan berbagai kegiatan pembudayaan dan pemasyarakatan festival budaya, pameran tradisional, pengungkapan nilainilai budaya, perekaman dan penayangan nilai-nilai budaya, penayangan iklan layanan masyarakat dan sebagainya. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,00 digunakan sebesar Rp ,00 atau sebesar 90,69%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome sebagaimana telah disebutkan pada bagian terdahulu dapat dikatakan bahwa sudah terdapat cukup efisiensi dalam penggunaan anggaran. ] Sasaran 3: Terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati di antara berbagai komunitas budaya bangsa dan perlindungan hukum individual dan komunal Pembangunan kebudayaan memiliki peran yang sangat penting dalam memperkokoh ketahanan budaya dan keutuhan nasional tidak hanya dari ancaman konflik horizontal dan vertikal yang dapat mengarah kepada disintegrasi bangsa, tetapi juga membangun watak dan pekerti bangsa. Di sisi lain, peran strategis dari pembangunan kebudayaan adalah andilnya yang cukup besar untuk memperkokoh ketahanan budaya antara lain mengembangkan dan melestarikan kebudayaan bangsa.

40 Dengan terwujudnya sikap saling menghargai dan menghormati diantara berbagai komunitas budaya diharapkan dapat memperkukuh ikatan kebangsaan, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi secara positif dan produktif dengan nilai-nilai kebangsaan. Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasi yang akan dan telah dicapai dalam tahun 2007 sebagai berikut: No. Indikator Target Realisasi % Capaian 1. Menurunnya konflik etnis dan sosial yang disebabkan oleh budaya 2. Meningkatnya jumlah kerjasama lintas budaya 3. Kenaikan jumlah komunitas antar budaya 4. Jumlah karya budaya bangsa yang mendapat perlindungan hukum 44 kegiatan 44 kegiatan kegiatan 3 kegiatan kegiatan 3 kegiatan karya 2 karya 100 Salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam pencapaian sasaran ini adalah adanya konflik yang terjadi di berbagai kelompok etnis dan strata sosial. Apabila konflik ini tidak segera diselesaikan atau dicarikan solusi penyelesaiannya maka akan menimbulkan perpecahan yang secara langsung maupun tidak langsung akan mengancam keutuhan bangsa. Dalam kerangka tersebut Departemen Kebudayaan dan pariwisata telah melakukan upaya-upaya untuk dapat memberikan solusi terhadap permasalahan konflik tersebut. Sebagai hasilnya dapat dilihat bahwa konflik yang terjadi selama tahun 2007 dapat diturunkan dengan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Selain itu dalam rangka meningkatkan minat masyarakat dalam bidang kebudayaan serta menumbuhkan sikap saling menghormati perbedaan diantara sesama masyarakat, Departemen kebudayaan dan Pariwisata juga telah memberikan bantuan-bantuan kepada perorangan maupun lembaga yang bergerak dibidang kebudayaan. Dengan bantuan ini diharapkan kerjasama yang saling mendukung diantara unsur-unsur masyarakat dalam bidang kebudayaan dapat ditumbuhkembangkan. Selain itu, dalam rangka untuk meningkatkan rasa aman terhadap karya budaya bangsa yang dihasilkan maka Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah melakukan upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap hasil karya budaya bangsa. Dengan upaya tersebut diharapkan bahwa para seniman akan menghasilkan karya budaya tanpa adanya rasa takut bahwa karya mereka akan disalahgunakan. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka dapat dlihat bahwa terdapat kenaikan yang signifikan dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menurunkan konflik etnis maupun sosial yang disebabkan oleh benda budaya. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

41 No. Indikator Menurunnya konflik etnis dan sosial yang disebabkan oleh budaya 2. Meningkatnya jumlah kerjasama lintas budaya 3. Kenaikan jumlah komunitas antar budaya 4. Jumlah karya budaya bangsa yang mendapat perlindungan hukum 15 kegiatan 40 kegiatan 44 kegiatan 9 kegiatan 8 kegiatan 3 kegiatan 2 kegiatan 2 kegiatan 3 kegiatan 10 karya 9 karya 2 karya Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2007 yang mendukung kepada keberhasilan pencapaian sasaran ini antara lain sebagai berikut: Penyusunan Naskah Akademik RUU Kebudayaan Pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia, dan Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncakpuncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Pengembangan kebudayaan nasional diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna dalam pembangunan nasional dalam segenap dimensi kehidupan kemasyarakatan, berbangsa, dan bernegara serta ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia serta memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa. Seiring dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 serta sasaran dan arah pengembangan kebudayaan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara diperlukan kebijaksanaan yang dapat dipergunakan sebagai landasan bagi upaya pemberdayaan kebudayaan bagi pembangunan dalam semua sektor. Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu mewujudkan peraturan perundangan-undangan yang bersifat memerintah, mengantur, melindungi, dan melestarikan kebudayaan yang merupakan payung hukum terhadap penyelengaraan kebudayaan. Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-undang tentang diharapkan dapat menjadikan: 1. Kebudayaan Nasional menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing

42 yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan Indonesia sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945; 2. Kebudayaan Nasional diarahkan untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga meningkatkan harkat dan martabat manusia, jati diri dan kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkukuh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penetapan Besaran Tunjangan Jabatan Fungsional Pamong Budaya. Pegawai Negeri Sipil yang mengemban tugas, tanggung jawab, wewenang penuh untuk melaksanakan kegiatan pembinaan kebudayaan sebagian besar diemban oleh Pejabat Fungsional Pamong Budaya. Pembinaan Kebudayaan merupakan seluruh proses kegiatan tugas Pamong Budaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kebudayan sebagai jati diri bangsa yang dilakukan secara terus menerus. Namun sampai saat ini para pemangku Jabatan Fungsional Pamong Budaya masih belum mendapatkan haknya berupa tunjangan jabatan fungsional. Dalam rangka meningkatkan mutu pembinaan kebudayaan oleh Pamong Budaya serta untuk menjamin pembinaan karier, kepangkatan, jabatan dan peningkatan profesionalisme Pamong Budaya, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film telah memprakarsasi proses pengusulan besaran tunjangan jabatan fungsional, hingga disahkannya dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: 74 Tahun 2007 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional, dengan tahapan proses sebagai berikut: penyiapan naskah penjelasan tentang tunjangan jabatan fungsional pamong budaya, pembahasan lintas departemen (BKN, Meneg PAN, dan Sekretariat Kabinet), koordinasi dengan unit-unit yang mengampu Jabatan Fungsional Pamong Budaya (Pusat,Dinas Provinsi, dan Kabupaten/Kota) untuk penghitungan jumlah para pemangku Pamong Budaya. Revisi Undang-Undang Perfilman Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan masyarakat perfilman mengadakan Sosialisasi Rancangan Undang-undang perfilman untuk merevisi/mengganti Undang-Undang Nomor 8 tahun 1992 tentang Perfilman. Sosialisasi diadakan di berbagai kota seperti Bandung, Yogyakarta, Makasar dan Denpasar dalam upaya mendapatkan masukan atas rancangan yang telah dibuat oleh pemerintah. Pembuatan Direktori Perfilman Indonesia Dalam rangka meningkatkan promosi Indonesia sebagai potensi pembuatan film Internasional maka pada tahun 2007, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah menerbitkan kembali buku promosi berjudul The Indonesia Cinema Production Directory. Buku panduan tersebut didistribusikan ke seluruh dunia di berbagai festival dan pasar film Internasional seperti Canes film Festival, Hongkong Film Festival, Pusan Internasional Film Festival. Sebagai upaya memperluas jaringan promosi dan peranserta perwakilan RI di luar negeri

43 buku panduan juga dikirimkan ke seluruh Perwakilan RI di luar negeri. Beberapa hasil telah diperoleh yaitu beberapa produser film mulai melirik untuk melakukan pembuatan film di Indonesia baik dari Asia, Eropa dan Australia. Rapat Koordinasi Pelestarian Budaya Spiritual dan kepercayaan komunitas Adat Rapat Koordinasi Pelestarian Budaya Spiritual dan kepercayaan komunitas Adat, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, mempunyai tugas dan fungsi menangani kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha esa dan kepercayaan komunitas adat. Seiring dengan kebijakan pemerintah bahwa pemerintah sebagai pengendali dan fasilisator, maka dalam penanganan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kepercayaan komunitas adat perlu dan penting untuk menentukan format atau model-model dalam rangka pelestarian dan pengembangannya. Di samping format atau model fasilitator, perlu diketahui juga bahwa SDM yang menangani kebudayaan secara umum, khususnya budaya spiritual dan sejak berlakunya otonomi daerah, kemudian latar belakang pendidikan yang menangani bidang kebudayaan dari berbagai disiplin ilmu. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam upaya melaksanakan tugas-tugas pelestarian dan pengembangan Budaya Spiritual, maka perlu adanya kesamaan pemahaman, pola pikir, arah gerak dan langkah antara semua pihak yang terkait. Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan atau kendala yang cukup berarti namun demikian masih terdapat beberapa hambatan kecil yang kemungkinan dapat menjadi penghambat besar diperiode mendatang apabila tidak segera ditindaklanjuti. Hambatan-hambatan kecil tersebut antara lain: 1. Masih rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam bidang konservasi dan prevarasi Benda Cagar Budaya sehingga banyak peninggalan-peninggalan cagar budaya yang tidak terpelihara. 2. Minimnya tanggung jawab dari para juru pelihara sebagai akibat dari rendahnya insentif (upah) yang diterima sehingga banyak Benda Cagar Budaya yang kurang perawatan. 3. Terlambatnya penyelesaian revisi Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Caga Budaya sehingga mengakibatkan banyak Benda Cagar Budaya yang diselundupkan ke luar negeri. 4. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk meyerahkan hasil temuan bendabenda purbakala kepada pemerintah. Untuk dapat menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan-hambatan tersebut kami merekomendasikan beberapa alternatif penyelesaian yaitu: 1. Sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan SDM maka Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala (Ditjen Sepur) telah melaksanakan beberapa kegiatan bimbingan dan pelatihan teknis bidang konservasi dan prevarasi. 2. Pemerintah perlu meningkatkan insentif (honor) juru pelihara guna meningkatkan motivasi para juru pelihara. 3. Perlunya pencepatan penyelesaian revisi Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tetang Benda Cagar Budaya.

44 4. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran agar melaporkan dan menyerahkan hasil temuan benda-benda cagar budaya. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,00 digunakan sebesar Rp ,00 atau sebesar 86,46%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome yang rata-rata 100% dapat dikatakan bahwa sudah terdapat cukup efisiensi dalam penggunaan anggaran. Sasaran 4 : Meningkatnya Pariwisata Nusantara Menata infrastruktur kepariwisataan, merupakan langkah yang ditempuh dalam rangka tercapainya target kunjungan wisatawan manca Negara maupun wisatawan nusantara. Selain itu agar terciptanya pengembangan destinasi di daerah-daerah telah dilakukan dukungan perinstisan pengembangan destinasi pariwisata pada beberapa daerah baru. Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasi yang akan dan telah dicapai dalam tahun 2007 sebagai berikut: No. Indikator Target Realisasi % Capaian 1. Persentase pertumbuhan wisatawan manca negara per tahun 1,50 % 1,50 % Jumlah Wisatawan Mancanegara 6 juta ,76 3. Persentase pertumbuhan wisatawan nusantara per tahun 9,09 % 13,02 % 143,23 4. Jumlah Wisatawan Nusantara (Wisman) 220 juta 116,11 juta 52,78 5. Jumlah pengeluaran wisman/wisnus 79,85 trilliun 79,85 trilliun 100 Sebagai salah satu sektor unggulan maka pariwisata diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi pemasukan bagi negara. Dari tabel diatas terlihat bahwa realisasi persentase pertumbuhan wisatawan nusantara ternyata telah sesuai dengan target yang diharapkan yaitu sebesar 1,50%. Namun apabila dilihat dari jumlah absolut wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia ternyata masih lebih rendah dari yang direncanakan. Realisasi jumlah wisatawan yang datang berjumlah orang dari target sebesar 6 juta orang atau 91,76 %. Wisatawan nusantara merupakan salah satu obyek pariwisata yang perlu secara kontinyu ditumbuhkembangkan. Hal tersebut diperlukan karena dengan semakin meningkatnya aktivitas pariwisata pada suatu destinasi wisata maka

45 dapat diharapkan tingkat perekonomian pada daerah tersebut akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Pada tahun 2007 ini terdapat peningkatan dalam pertumbuhan wisatawan dari target sebesar 9.09% menjadi realisasi sebesar 13.02%. kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat perekonomian masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mulai mengalami peningkatan. Bila dilihat dari tahun 2005, maka pada tahun 2007 ternyata terdapat peningkatan baik dalam jumlah wisatawan nusantara maupun jumlah pengeluaran yang dilakukan. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No. Indikator Persentase pertumbuhan wisatawan manca negara per tahun 1,21 % 1,50 % 1,50 % 2. Jumlah Wisatawan Mancanegara 5,01 Juta 4,80 Juta Persentase pertumbuhan wisatawan nusantara per tahun 4. Jumlah Wisatawan Nusantara (Wisman) 5. Jumlah Pengeluaran wisman/ Wisnus -6,00-2,61 13,02 % 207 Juta 115 Juta 116,11 juta 86,60 trilliun 73,90 trilliun 79,85 trilliun Berikut ini dapat dilihat beberapa tabel yang berisikan diagram mengenai kenaikan atau penurunan dalam jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara:

46 HASIL YANG DICAPAI TAHUN 2007: WISMAN DICAPAI JUMLAH KUNJUNGAN 5,5 JUTA KUNJUNGAN* EVALUASI TAHUN Sumber: P2DSJ, 2007 Data Desember 2007 dan diluar 15 pintu utama di perkirakan atas dasar data tahun 2006

47 HASIL YANG DICAPAI TAHUN 2007: WISMAN DICAPAI DEVISA USD 5,3 MILIAR EVALUASI TAHUN USD Miliar Sumber: P2DSJ, BI, 2006 Data 2007 atas dasar perkiraan kumlah kunjungan, lama tinggal dan pembelanjaan

48 JUMLAH KUNJUNGAN WI SMAN KE I NDONESI A DI TIAP PROPINSI (Dat a LANGSUNG) NO PROPINSI SUMATERA UTARA 126, , ,017 2 SUMATERA BARAT 15,385 21,053 28,174 3 RIAU 41,116 74,553 85,272 4 KEPULAUAN RIAU 2,224,516 1,652,394 1,639,933 5 DKI JAKARTA 1,065,460 1,169,608 1,216,307 6 JAWA BARAT 2,323 18,495 23,341 7 BANTEN 18,779 18,266 20,189 8 JAWA TENGAH 17,206 24,170 35,430 9 YOGYAKARTA - 6,449 3, JAWA TIMUR 112, , , BALI 1,528,727 1,460,053 1,336, NUSA TENGGARA BARAT 26,132 33,057 27, NUSA TENGGARA TIMUR 1,442 7,429 12, KALIMANTAN TIMUR 28,628 37,057 21, SULAWESI UTARA 46, ,655 92, SULAWESI SELATAN 20,837 22,825 21,687 JUMLAH 4,669 5,692 3,268 HASIL YANG DICAPAI TAHUN 2007: WISNUS DICAPAI JUMLAH 212 JUTA PERGERAKAN EVALUASI TAHUN Sumber: P2DSJ, 2007

49 HASIL YANG DICAPAI TAHUN 2007: WISNUS DICAPAI BELANJA SEBESAR RP 94,5 TRILIUN EVALUASI TAHUN Sumber: P2DSJ, 2007 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pencapaian sasaran ini adalah: Kegiatan Pengembangan Pasar Kegiatan Promosi Dalam Negeri Kegiatan Promosi Luar Negeri Kegiatan Sarana Promosi Kegiatan Promosi Konvensi, Insentif dan Pameran Kegiatan Optimalisasi dan Pendukungan Pengembangan

50 Antusiasme masyarakat menyambut pencanangan Tahun Kunjungan Indonesia 2008, pada acara soft Launching VIY 2008, yang antara lain menampilkan AB3 pada tanggal 30 November 2008, di Gedung Balai Kartini, Jakarta. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata sedang memberikan sambutan pada pembukaan stand Indonesia pada ITB Berlin, Jerman. Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan atau kendala yang cukup berarti namun demikian masih terdapat beberapa hambatan kecil yang kemungkinan dapat menjadi penghambat besar diperiode mendatang apabila tidak segera ditinndaklanjuti. Hambatan-hambatan kecil tersebut antara lain: 1. Adanya berbagai persoalan antara lain adanya berbagai bencana di bebarapa daerah di Indonesia yang tidak bisa diprediksi sebelumnya; 2. Permintaan dana dukungan akselerasi tidak terpenuhi, sehingga beberapa program yang sudah disusun tidak terealisir; 3. Adanya larangan terbang oleh Uni Eropa bagi pesawat-pesawat Indonesia; 4. Terbatasnya penerbangan langsung ke pasar utama sehingga keberhasilan yang dicapai belum maksimal.pengembangan pariwisata nusantara belum dikelola secara optimal dan dijadikan prioritas; 5. Koordinasi antar daerah dalam pengembangan pariwisata nusantara melalui perjalanan wisnus antar propinsi masih kurang. Untuk dapat menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan-hambatan tersebut kami merekomendasikan beberapa alternatif penyelesaian yaitu: 1. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk pemecahan masalah tersebut di atas adalah untuk tahun 2008 dicanangkan program Visit Indonesia Year 2008 untuk memacu pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, peningkatan anggaran promosi, dan, peningkatan koordinasi dan peran serta stakeholders; 2. Dalam tahun mendatang akan dipersiapkan penerapan sistem pengukuran dan pengumpulan data kinerja yang andal termasuk penetapan indikator kinerja outcome sudah dapat dilaksanakan, sehingga Direktorat Jenderal Pemasaran dapat memperlihatkan manfaat program dan kegiatannya bagi masyarakat. Pariwisata nusantara (domestik) harus semakin ditingkatkan, disamping manfaat langsung, kegairahan pariwisata nusantara juga akan mampu mengembangkan citra bahwa perjalanan wisata di Indonesia aman, tidak ada masalah, ini akan mendorong kepercayaan orang asing;

51 3. Perlunya kerjasama dan koordinasi yang lebih baik untuk membuka peluang pengembangan perjalanan wisata nusantara dalam rangka peningkatan Pendapat Asli Daerah (PAD). Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,00 digunakan sebesar Rp ,00 atau sebesar 89,56%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome yang ratarata 100% dapat dikatakan bahwa sudah terdapat cukup efisiensi dalam penggunaan anggaran. Sasaran 5: Meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan perolehan devisa negara adalah melalui sektor pariwisata dimana sektor tersebut sangat potensial untuk dikembangkan mengingat letak geografis yang sangat strategis Indonesia dan heterogen baik dari segi budaya, adat istiadat, serta obyek-obyek wisata sebagai andalan pemerintah dalam rangka memulihkan kondisi krisis serta dalam upaya meningkatkan kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional. Untuk itu pembangunan kepariwisataan nasional diarahkan untuk meningkatkan devisa, dengan kebijakan pembangunan kepariwisataan, peningkatan efektifitas pemasaran melalui kegiatan promosi dan pengembangan produk-produk wisata yang mampu memenuhi sinergi dalam jasa pelayanan pariwisata. Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasi yang akan dan telah dicapai dalam tahun 2007 sebagai berikut: No. Indikator Target Realisasi % Capaian 1. Kenaikan jumlah devisa dari wisman 6 miliar US$ 5,3 miliar US$ 88,33 2. Persentase peningkatan kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional 6 % 5,9 % 98,33 Capaian kinerja pada sasaran ini yang direpresentasikan melalui indikatorindikator devisa dan kontribusi pariwisata ternyata belum sesuai dengan yang diharapkan dimana capaian indikator-indikator tersebut hanya mencapai 88,33% dan 98,33%. Walaupun masih termasuk kategori baik namun indikator-indikator tersebut perlu mendapatkan perhatian pada tahun-tahun mendatang karena wisatawan mancanegara merupakan salah satu penghasil devisa bagi negara Indonesia.

52 Yang perlu diperhatikan dan dilakukan pada tahun-tahun mendatang adalah perlunya ditingkatkan promosi serta kunjungan duta-duta wisata keluar negeri terutama ke negara-negara yang memiliki kepentingan dengan Indonesia dalam bidang pariwisata. sebelum hal tersebut dapat dilakukan, maka diperlukan suatu pemetaan yang lebih komprehensif mengenai profil negara serta penduduk yang memiliki minat dan keinginan untuk melakukan wisata ke Indonesia namun belum memiliki cukup informasi mengenai lokasilokasi wisata di Indonesia. Tahun 2007 merupakan tahun yang menguntungkan dimana terlihat bahwa jumlah devisa yang dihasilkan pada tahun 2007 mengalami peningkatan dari miliar US$ pada tahun 2005 menjadi 5,3 miliar US$. Selanjutnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No. Indikator Kenaikan jumlah devisa dari wisman miliar US$ miliar US$ 5,3 miliar US$ 2. Persentase peningkatan kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional 4 % 5 % 5,9 % Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah devisa dari wisman dengan peningkatan kontribusi pariwisata dalam perekonomian nasional. Kenaikan jumlah devisa dari wisman akan memberikan kontribusi yang lebih tinggi kepada perekonomian nasional. Pencapaian sasaran tersebut mengalami sedikit hambatan atau kendala antara lain: a. Penentuan personil yang akan berangkat untuk mengikuti event promosi di luar negeri yang memakan waktu lebih lama. Karena adanya perubahan tersebut menyebabkan kekurangsiapan dalam mengirimkan staf yang akan mengikuti event tersebut, sehingga optimalisasi pencapaian sasaran belum bisa tercapai. b. Koordinasi dengan pihak industri dalam mengadakan promosi keluar negeri belum dapat ditindaklanjuti dengan baik karena respon dari pihak industri terutama dalam hal informasi berapa transaksi yang telah diperoleh selama mengikuti event pariwisata diluar negeri tidak pernah tercatat. Pihak industri enggan untuk mengutarakannya kepada pemerintah sehingga evaluasi keberhasilan masih sulit diperoleh. c. Dalam mengikuti pameran pariwisata di luar negeri daerah belum memiliki visi dan misi yang jelas sehingga keikutsertaannya menjadi tidak efektif. d. Kegiatan promosi pariwisata belum dilaksanakan secara terfokus terhadap pasar-pasar utama atau pasar-pasar yang kontribusinya besar terhadap jumlah kedatangan wisman ke Indonesia (seperti Malaysia, Singapore, Jepang, Korea, Australia, Taiwan, Inggris, Jerman, Rusia dan Swiss). Untuk dapat menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan-hambatan tersebut kami merekomendasikan beberapa alternatif penyelesaian yaitu:

53 a. Untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi maka jauh-jauh hari sebelum keberangkatan keluar negeri untuk mengikuti pameran perlu dilakukan perencanaan mengenai tim yang akan berangkat. b. Perlu adanya pemilihan dan pemilahan kegiatan yang diikuti misalnya untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat consumer fair akan lebih efektif untuk melakukan promotion image dengan pemerintah sebagai leader c. Untuk menunjang kegiatan promosi pariwisata diluar negeri sebaiknya kegiatan Kantor Pusat Promosi Pariwisata di luar negeri diaktifkan kembali. d. Perlu ditingkatkan brosur-brosur yang berkualitas baik, dengan penempatan yang baik di bandara-bandara maupun stasiun-stasiun kereta api. Sasaran 6: Meningkatnya produk dan pelayanan pariwisata yang memiliki keunggulan kompetitif Pengembangan kepariwisataan Nasional memiliki dimensi ekonomi, sosial budaya, politik, pertahanan dan keamanan nasional, sangat disadari bahwa tujuan pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, khususnya dalam rangka perekonomian nasional. Secara spesifik pengembangan kepariwisdataan diharapkan dapat memperbesar penerimaan devisa, memperluas pemerataan dan kesempatan kerja serta mendorong pembangunan daerah. Pada dasarnya, kepariwisataan memiliki peranan yang luas terutama dalam rangka peningkatan ekspor nasional yang saat ini menghadapi persaingan yang ketat di pasar dunia. Oleh karena itu kepariwisataan dapat memacu potensi penerimaan devisa terutama dari kegiatan dan kunjungan wisatawan mancanegara. Untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasi yang akan dan telah dicapai dalam tahun 2007 sebagai berikut: No. Indikator Target Realisasi % Capaian 1. Kenaikan peringkat Indeks Pelayanan Pariwisata 2. Turunnya kasus eksploitasi anak dan seks komersial di lingkungan pariwisata 0 % 0 % 0 0 % 0 % 0 3. Pertambahan jenis pelayanan di pintu masuk 15 pintu masuk 10 pintu masuk 66,67 4. Jumlah peningkatan aksesibilitas dan fasilitas di setiap destinasi 5. Jumlah produk dan pelayanan pariwisata yang menerapkan kode etik pariwisata dunia 10 kali 10 kali paket 5 paket 100

54 No. Indikator Target Realisasi % Capaian 6. Kenaikan jumlah even pariwisata yang berpola kemitraan 7. Persentase meningkatnya jumlah organisasi/perorangan yang berusaha dibidang pariwisata 4 % 4 % % 1 % 100 Dengan tingkat capaian yang seluruhnya sebesar 100% dapat dikatakan bahwa capaian kinerja pada sasaran ini sudah berhasil dengan baik. Beberapa indikator cukup penting bagi sasaran ini adalah berhasilnya koordinasi pada beberapa instansi untuk meningkatkan pelayanan pada pintu-pintu masuk bagi wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara. Keberhasilan tersebut juga dimbangi dengan meningkatnya aksesibilitas dan fasilitas disetiap destinasi wisata yang ada sekaligus peningkatan keamanan dan keselamatan bagi para wisatawan. Selain itu, perlu pula dicatat bahwa terjadi peningkatan pelayanan yang berkelas dunia pada setiap destinasi dimana hal ini dapat dilihat dari capaian kinerja outcome yang sudah sesuai dengan target yang direncanakan. Keberhasilan capaian kinerja pada sasaran ini tidak terlepas dari adanya koordinasi yang cukup baik pada seluruh pintu-pintu masuk pariwisata Indonesia antara departemen kebudayaan dan pariwisata dengan instansiinstansi pemerintah terkait. Hal ini terlihat dengan peningkatan koordinasi instansi terkait untuk aksesabilitas dan fasilitasi pada pintu-pintu masuk. Koordinasi dan kerjasama ini sangat diperlukan apalagi dengan adanya visa pada saat kedatangan (Visa On Arrival), tanpa adanya kedua hal tersebut maka penerapan visa saat kedatangan ini akan cukup merepotkan bagi wisatawan. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 maka pada beberapa indikator yaitu: koordinasi pelayanan pada pintu masuk dan peningkatan keselamatan dan keamanan serta peningkatan pelayanan yang berkelas dunia mengalami kenaikan yang cukup siginifikan. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No. Indikator Kenaikan peringkat Indeks Pelayanan Pariwisata 2. Turunnya kasus eksploitasi anak dan seks komersial di lingkungan pariwisata 3. Pertambahan jenis pelayanan di pintu masuk 4. Jumlah peningkatan aksesibilitas dan fasilitas di setiap destinasi 5. Jumlah produk dan pelayanan pariwisata yang menerapkan kode 0 % 0 % 0 % 0 % 0 % 0 % 3 pintu masuk 9 pintu masuk 10 pintu masuk 13 kali 13 kali 10 kali 15 paket 4 paket 5 paket

55 No. Indikator etik pariwisata dunia 6. Kenaikan jumlah even pariwisata yang berpola kemitraan 7. Persentase meningkatnya jumlah organisasi/perorangan yang berusaha dibidang pariwisata 2 % 4 % 4 % 1 % 0 % 1 % Beberapa kegiatan yang terkait dengan pencapaian sasaran ini antara lain sebagai berikut: Workshop Pencegahan Eksploitasi Seksual Komersial Anak (PESKA) Kegiatan Workshop Pencegahan Ekploitasi Seksual Komersial Anak (PESKA) dilingkungan anak-anak dilaksanakan oleh Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata c.q. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat pada tanggal 19 Juni 2007, bertempat di Hotel Santika Bandung. Acara ini di buka oleh Direktur Jenderal Pengembanan Destinasi Pariwisata, Ir. Sambudjo Parikesit. Peserta workshop berjumlah 67 orang yang terdiri dari asosiasi pariwisata, frontliner, LSM, Akademisi instansi terkait (Dinas Sosial, Dinas Kesra) serta narasumber dari Ditjen PDP, Ecpat Indonesia, Ahli Komunikasi dan Ahli Antropologi dari UNPAD Bandung. Tujuan dilaksanakan workshop PESKA adalah untuk mengkampanyekan dan mengkomunikasikan kebijakan pemerintah serta memotivasi masyarakat dalam upaya pencegahan Ekploitasi Seksual Komersial Anak dan meningkatkan kesadaran baik di tingkat pemerintah, instansi terkait, industri pariwisata dan proaktif dalam upaya pencegahan Ekploitasi Seksual Komersial Anak di destinasi pariwisata. Undang-Undang No. 23 tahun 2002 mengenai perlindungan anak dengan tegas menyatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Sosialisasi dan Rencana Aksi Sadar Wisata di Sulawesi Selatan Pada tanggal 7 Agustus 2007 bertempat di Hotel Quality Makassar telah dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Sadar Wisata. Acara yang dihadiri oleh 50 mahasiswa dari berbagai kampus seperti Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, Universitas Muslimin Makassar, Universitas 45 Makassar dan Akademi Pariwisata Makassar. Pada acara ini Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Ir. Sambudjo Parikesit menyampaikan beberapa kebijakan penting Program Sosialisasi Sadar Wisata yang terkait Pengembangan Destinasi Wisata Unggulan. Beliau menyatakan juga tentang betapa pentingnya membangun dan mengembangkan suatu Destinasi dengan memperhatikan potensi kelokalan dan kekhasan atraksi di daerah, kelancaran aksesibilitas dan pemberdayaan masyarakat di Destinasi Unggulan.

56 Pada acara ini juga dilaksanakan diskusi panel dengan Narasumber dari Jakarta yaitu DR. Acep Hidayat, Ph.D. Yang membawakan topik Pengertian dan Manfaat Pengembangan Pariwisata Nasional dengan inti pembahasan tentang peran dan kontribusi pariwisata dalam pembangunan Nasional seperti meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja dan pemerataan pembangunan daerah serta memperkokoh budaya dan jati diri bangsa. Selain itu diadakan juga diskusi panel dengan Narasumber Prof. DR. H. Abu Hamid, Rektor Universitas 45 Makassar dan Drs. Syahlan Sulthon, M.Si. Kadisbudpar Provinsi Sulawesi Selatan. Workshop Peningkatan Daya Saing Produk Seni Kerajinan Dalam Mendukung Upaya Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan ini dilaksanakan pada Juli 2007 di Bogor yang bertempat Hotel Yasmin Bogor, acara ini dibuka secara resmi oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata. Workshop ini juga turut diisi oleh paparan dari Bapak Firmansyah, Ph.D. tentang Strategi Pemasaran Produk Cinderamata Indonesia di Pasar Global, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Ditjen PDP, Ukus Kuswara, M.M. tentang Pemberdayaan Masyarakat Perajin dalam Upaya Mendukung Meningkatkan Daya Tarik Wisata, Budi Virgono tentang Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Budaya dalam rangka meningkatkan kualitas produk kerajinan yang ramah lingkungan, Asmoro Darmais tentang Pemanfaatan Potensi Kearifan Lokal dalam berbagai kegiatan produksi kerajinan sebagai cinderamata dan Priyo Pratomo tentang Pemanfaatan Program Seal Of Excelence (SoE) dalam produk kerajinan Indonesia. Workshop diikuti oleh kurang lebih 65 Orang yang terdiri dari perwakilan Instansi Pemerintah (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta Kementrian Negara Koperasi dan UMKM), Lembaga Pembina Kesenian di Indonesia (Desain Kerajinan Nasional, Asosiasi Ekspor dan Pengusaha Handicraft Indonesia, Pusat Desain Indonesia, Himpunan Mutumanikam Nusantara, Yayasan Batik Indonesia) dan Perwakilan dari Perguruan Tinggi (Universitas Trisakti, Universitas Tarumanegara dan Institut Kesenian Jakarta). TOT Sadar Wisata Bagi Pejabat di Kalimantan Tengah Kegiatan yang berlangsung pada Agustus 2007 ini dibuka oleh Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Ukus Kuswara, MM dengan peserta para pejabat di lingkungan Provinsi Kalimantan Tengah. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini maka program Sadar Wisata akan lebih cepat tersosialisasikan sampai ke masyarakat banyak. Oleh karena sebagai birokrat di instansi terkait, Sadar Wisata dapat tersebar dan terimplementasi bagi kalangan instansi sendiri dan juga masyarakat luas. Sosialisasi Sadar Wisata Bagi Mahasiswa Sumatera Barat Kegiatan ini dilaksanakan di Padang pada tanggal 11 Agustus 2007 di Hotel Bumi Minang. Acara yang dibuka oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Sambudjo Parikesit ini bertujuan untuk menanamkan budaya sadar wisata kepada para mahasiswa sebagai calon-calon pemimpin di masa datang. Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini maka mahasiswa bisa bertindak sebagai agent of change di lingkungannya dalam menggalakkan sadar wisata. Acara ini dimulai oleh sambutan dari Kadisparseninud Provinsi Sumbar, James

57 Heliward. Setelah itu dilakukan penyematan jaket Sadar Wisata secara simbolis kepada mahasiswa. Pencanangan Gerakan Sadar Wisata Bertempat di Lapangan Gasibu, di depan Gedung Sate Bandung tanggal 25 November 2007 Menteri Kebudayaan dan Pariwisata menggelorakan kembali Kampanye Sadar Wisata dengan mengikutsertakan dan mengajak seluruh lapisan masyarakat. Dalam Kampanye Sadar Wisata tersebut dibacakan Deklarasi Nasional Peningkatan Sadar Wisata oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu daerah yang mempunyai perhatian yang sangat tinggi terhadap kepariwisataan, di antara 7 (tujuh) Gubernur yang hadir yaitu: Sumatera Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Gorontalo, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Selanjutnya sebagai tanda dicanangkannya Kampanye Sadar Wisata dan sebagai respons kongkrit Indonesia terhadap ancaman perubahan iklim global yang disebabkan kurangnya hutan penyerap emisi gas beracun, maka pada kesempatan pencanangan Kampanye Sadar Wisata tersebut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata didampingi Gubernur Sumatera Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah menanam pohon Karet Merah dari Provinsi Jambi sebagai tanda penjabaran dari salah satu unsur Sapta Pesona yaitu Sejuk. Workshop Pembentukan Polisi Pariwisata Workshop ini diselenggarakan selama 1 (satu) hari pada hari Sabtu, tanggal 24 November 2007 mulai pukul WIB di Grand Ball Room Hotel Savoy Homann Bandung. Pembicara yang diundang adalah I Gede Ardika yang menyampaikan presentasi dengan tema Sadar Wisata sebagai Faktor Strategis bagi pencapaian Visi Pembangunan Pariwisata ; H.I Budyana (Kadinas Budpar Provinsi Jabar) yang menyampaikan tema Mengembangkan Sapta Pesona sebagai Kearifan Budaya Masyarakat. Prof. James P. Spillane yang menyampaikan tema Keamanan dan Ketertiban sebagai Salah Satu Faktor Kunci Pengembangan Pariwisata yang Berdaya Saing ; Wuyastuti Sunaryo yang menyampaikan tema Prinsip-Prinsip Operasional Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban di Bidang Pariwisata ; Kepala Babinkam POLRI yang menyampaikan tema Pelaksanaan Tugas Operasional Polri dalam mendukung penyelenggaraan Kepariwisataan. Acara ini dibuka oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Ir. Sambudjo Parikesit dan dihadiri oleh instansi terkait, Dinas Budpar se- Indonesia, 13 Polda (DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan), Asosiasi Pariwisata Indonesia, Hotel, Biro Perjalanan Wisata, Sekolah Pariwisata, Penerbangan dan Lembaga Penelitian, serta Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Depbudpar sebagai penyelenggara. Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual dan Komersial terhadap Anak (RAN PESKA) di lingkungan Pariwisata Acara ini dibuka oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata, Ir. Sambudjo Parikesit. Dalam pidato pembukaan Workshop Kampanye Pencegahan Ekploitasi Seksual Komersial Anak (PESKA) di Lingkungan

58 Pariwisata beliau menyebutkan tugas melindungi dan membimbing anak-anak melekat pada kita semua tidak terkecuali pelaku sektor pariwisata. Tanggung jawab tersebut melekat tidak saja pada orang tua anak, tetapi juga pada masyarakat dan industri pariwisata, disamping pada pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Workshop ini bertempat di Hotel Makassar Golden, pada hari Kamis, 1 November Adapun para peserta yang datang antara lain yaitu dari ASITA, PHRI, HPI, Travel Agent, Polisi Pariwisata, para pelaku industri pariwisata seperti pengusaha pub, panti pijat, warnet, salon, spa, restoran, hotel. Selain para tamu undangan diatas workshop ini juga dihadiri oleh para mahasiswa di Makasar. Dengan para pembicara dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Drs. Ukus Kuswara M.M., Sekretaris LPA Sulawesi Selatan, M. Ghufran H. Kordi K. dan Kompal Familah. Rencana aksi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata Guna mengidentifikasi isu dan permasalahan strategis yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata serta menyiapkan arahan strategis upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, direktorat pemberdayaan masyarakat telah melakukan kegiatan penyusunan rencana aksi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Adapun sasarannya adalah tersusunnya profil potensi dan kondisi masyarakat dalam pengembangan pariwisata, serta arahan kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata, sedangkan keluarannya adalah : Konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata Rencana aksi pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata (strategi, pokok program dan kegiatan) Strategi implementasi program aksi pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan pariwisata (prioritas/pentahapan, koordinasi sektoral regional/stakeholder) Secara umum keseluruhan pencapaian sasaran tersebut tidak mengalami hambatan atau kendala yang cukup berarti namun demikian masih terdapat beberapa hambatan kecil yang kemungkinan dapat menjadi penghambat besar diperiode mendatang apabila tidak segera ditindaklanjuti. Hambatan-hambatan kecil tersebut antara lain: a. Produk dan citra pariwisata Indonesia walaupun banyak dan beragam akan tetapi belum dapat berkompetisi dengan destinasi-destinasi lain di tingkat regional. b. Koordinasi antar instansi terkait baik pusat maupun daerah dengan pengembangan destinasi pariwisata masih belum dapat diwujudkan sehingga menjadi kendala dalam pengembangan pariwisata di daerah. c. Dukungan dari instansi terkait masih minim sehingga program-program yang direncanakan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata belum dapat dijalankan secara optimal. Koordinasi antar instansi terkait dalam pengembangan kebudayaan dan pariwisata masih belum dapat diwujudkan sehingga menjadi kendala dalam pengembangan pariwisata di daerah.

59 d. Sering terjadi perubahan kegiatan yang dituangkan dalam revisi DIPA maupun POK sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan. Untuk dapat menindaklanjuti atau memberikan penyelesaian terhadap hambatan-hambatan tersebut kami merekomendasikan beberapa alternatif penyelesaian yaitu: a. Perlu peningkatan kualitas produk pariwisata Indonesia agar bisa bersaing ditingkat regional. b. Perlunya peningkatan koordinasi antara berbagai sektor yang terkait dengan pengembangan pariwisata di daerah. c. Perlunya perencanaan yang matang dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan di tahun-tahun mendatang. Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp ,00 hanya digunakan sebesar Rp ,00 atau hanya sebesar 85,27%. Dengan tingkat capaian output maupun outcome yang rata-rata 100% dapat dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran. Sasaran 7: Meningkatnya pemerataan dan keseimbangan pengembangan destinasi pariwisata yang sesuai dengan potensi masing-masing daerah Sehubungan dengan upaya untuk menunjang kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia, pemerintah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mendukung kegiatan yang dilakukan Pemerintah Daerah pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kebudayaan yang dapat dijual sebagai perkembangan pariwisata. Pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat dinamis dan pesat telah memperkuat prediksi dan prospek perkembangan industri pariwisata menjadi sektor ekonomi terbesar dengan pertumbuhan paling pesat dalam perekonomian jasa. Pariwisata merupakan fenomena yang dapat menimbulkan berbagai dampak yang sangat besar dalam pembangunan nasional baik di bidang ekonomi, sosial budaya, politik, keamanan, lingkungan dan bidang-bidang lain. Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dijelaskan bahwa salah satu sasaran pemerintah untuk meningkatkan sektor non migas adalah dengan meningkatkan kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa menjadi sekitar USD 10 milliar pada tahun 2009, sehingga sektor pariwisata diharapkan mampu menjadi salah satu penghasil devisa besar. Berdasarkan hal tersebut maka kebijakan pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran melalui kegiatan promosi dan pengembangan produk-produk wisata serta meningkatkan sinergi dalam jasa pelayanan pariwisata. Maka untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran tersebut telah dilakukan perumusan dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasi yang akan dan telah dicapai dalam tahun 2007 sebagai berikut:

60 No. Indikator Target Realisasi % Capaian 1. Peningkatan jenis destinasi ekowisata 5 kali 5 kali Peningkatan jenis destinasi wisata bahari 3. Peningkatan jenis destinasi konvensi (MICE) 5 kali 5 kali kali 5 kali 100 Pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat dinamis dan pesat telah memperkuat prediksi dan prospek perkembangan industri pariwisata menjadi sektor ekonomi terbesar dengan pertumbuhan paling pesat dalam perekonomian jasa. Kondisi tersebut dapat dilihat dengan semakin berkembangnya destinasi wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Dengan semakin banyaknya wisatawan maka diharapkan pengeluaran yang dilakukan akan dapat meningkatkan tingkat perekonomian pada lokasi wisata yang dituju. Capaian kinerja pada sasaran ini cukup baik dimana semua indikator kinerja menunjukkan tingkat capaian 100 % dari yang ditargetkan. Dalam konteks penetapan lokasi pariwisata, maka perlu diperhatikan bahwa setiap daerah atau destinasi pariwisata memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Kondisi inilah yang dapat dijadikan suatu promosi pariwisata dengan mengedepankan keindahan serta keunikan masing-masing daerah di Indonesia. Dengan adanya otonomi daerah maka diharapkan pemerintah daerah dapat mengatur daerahnya masing-masing serta dapat mengidentifikasi dan menginventarisir keunikan dan keindahan masing-masing wilayahnya. Pada sasaran ini, apabila diperhatikan, tahun 2005 ternyata lebih baik daripada tahun 2007 yang dapat dilihat dari adanya penurunan pada satu indikator kinerja yaitu pendukungan pengembangan destinasi wisata bahari. Namun kondisi tersrbut akan terus diperbaiki pada tahun-tahun mendatang karena potensi wisata bahari di Indonesia tidak akan pernah habis. Yang diperlukan adalah pengkajian serta penerapan dari potensi wisata bahari yang ada di Indonesia lebih ditingkatkan lagi. Rincian lebih lanjut dari perbandingan ini dapat dilihat pada tabel berikut: No. Indikator Peningkatan jenis destinasi ekowisata 2. Peningkatan jenis destinasi wisata bahari 3. Peningkatan jenis destinasi konvensi (MICE) 7 kali 5 kali 5 kali 5 kali 5 kali 5 kali 3 kali 5 kali 5 kali

61 Workshop Peningkatan Daya Saing Produk Seni Kerajinan Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Bidang Pariwisata Guna membangun kemitraan bersama dalam pengembangan dan pelestarian asset budaya bangsa serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat produk kerajinan yang dijadikan cinderamata yang diminati wisatawan, maka direktorat pemberdayaan masyarakat telah melaksanakan workshop peningkatan daya saing produk seni kerajinan dalam upaya pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata. Workshop diikuti oleh perwakilan dari instansi pemerintah, lembaga pembina seni kerajinan di indonesia dan perwakilan dari institut pendidikan. Kegiatan dimaksud telah menghasilkan beberapa rumusan, antara lain perlunya peningkatan koordinasi antara instansi dan lembaga terkait sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka pemberdayaan masyarakat, khususnya yang terkait dengan produk kerajinan yang berkualitas dan berdaya saing memiliki ciri originality / keaslian / kearifan lokal. Tourism Development Supporting Biodiversity Conservation In Pangandaran Dalam rangka pemulihan pasca gempa dan tsunami di Pangandaran UNWTO Consulting Unit on Biodiversity and Tourism for Tsunami Affected Countries menyediakan dana untuk membantu pemulihan wilayah negaranegara anggotanya yang terkena Tsunami tahun Bantuan yang diberikan difokuskan pada bidang Biodiversity dan Tourism. Sebagai pilot project di Indonesia, kawasan Pangandaran khususnya wilayah cagar alam Pananjung yang kaya akan biodiversity dipilih sebagai daerah sasaran proyek ini. Terkait dengan bantuan teknis tersebut telah dilakukan kegiatan yaitu: 1. Telah diselenggarakan Workshop pada tanggal 1 Agustus 2007 di Ciamis dalam upaya untuk menjaring informasi kebutuhan masyarakat setempat dalam rangka pemulihan kawasan Pangandaran yang selanjutnya akan dirumuskan oleh tim ahli dari UNWTO menjadi Project Logical Framework (PLF). 2. Telah dilaksanakan workshop lanjutan pada 7 September 2007 di Pangandaran untuk menginformasikan hasil rumusan PLF kepada stakeholders guna memperoleh masukan kembali apakah PLF ini sudah sesuai dengan kebutuhan program pemulihan Pangandaran.

Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 2009 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Pengukuran Pencapaian Sasaran Tahun 2009 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Pengukuran Pencapaian Tahun 2009 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Formulir PPS No 1. Meningkatnya kesadaran 1) Jumlah data kebudayaan 227 Naskah 227 Naskah 100,00 yang berhasil 10 Film 10 Film 100,00

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Profil Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 3.1.1 Landasan Hukum Surat Menteri PAN No. B/768/M.PAN/4/2005 tanggal 27 April 2005, menyetujui Struktur Organisasi

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.47/HK.001/MKP/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.47/HK.001/MKP/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.47/HK.001/MKP/2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM bangsa yang dilandasi nilai luhur berdasarkan Pancasila dan bercirikan Bhinneka Tunggal Ika diupayakan agar senantiasa

Lebih terperinci

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR A. KONDISI UMUM bangsa yang dilandasi nilai luhur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP GUBERNUR JAMBI, H. HASAN BASRI AGUS

BAB VII PENUTUP GUBERNUR JAMBI, H. HASAN BASRI AGUS BAB VII PENUTUP Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lingkup Pemerintah Provinsi Jambi Tahun 2010~2015 merupakan pedoman dan arahan bagi masing-masing SKPD dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

Palangka Raya, Maret 2017 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah

Palangka Raya, Maret 2017 Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR Good governance dan result oriented government merupakan wujud dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) yang disusun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah.

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN NOMOR : PM. 27/HK.001/MKP/2011 TANGGAL : 25 April 2011 STAF AHLI MENTERI KEBUDAYAAN DAN INSPEKTORAT JENDERAL SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD

B A B 5 PROGRAM. BAB 5 Program Program SKPD B A B PROGRAM.1. Program SKPD Berdasarkan tugas dan fungsi yang melekat pada Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) bidang Kebudayaan dan Pariwisata, maka telah disusun program prioritas unggulan berdasarkan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan upaya membangun sistem manajemen

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 Dishubkombudpar 55 BAB II PERENCANAANKINERJA A. RENCANA STRATEGIS SKPD Penetapan Visi,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2013 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2013 2028 Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BIRO HUKUM DAN HUMAS

BIRO HUKUM DAN HUMAS RENCANA KINERJA TAHUNAN 2011 BIRO HUKUM DAN HUMAS BIRO HUKUM DAN HUMAS SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2010 Kata Pengantar Negara Republik Indonesia sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pembangunan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu produk yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara cepat dalam hal kesempatan kerja, peningkatan taraf hidup yaitu dengan mengaktifkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK PEMERINTAH KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 Kata Pengantar Rencana Kerja ( Renja ) Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Tahun 2016

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pembangunan kebudayaan dan pariwisata, dengan ini menginstruksikan : Kepada

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018

Sulawesi Selatan sebagai Tujuan Wisata Utama di Indonesia pada tahun 2018 BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi merupakan cara pandang jauh ke depan mengenai gambaran keberhasilan yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu. Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2017-2027 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS.

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata ala yang telah memberi rahmat dan karunia-nya, sehingga dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Barru Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing

Terwujudnya Lamongan Lebih Sejahtera dan Berdaya Saing Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi RPJMD Perumusan tujuan, sasaran, strategi, dan kebijakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat meningkatkan perekonomian suatu negara. World Tourism Organization (WTO)

Lebih terperinci

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019 Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Direktur Jenderal Kebudayaan Hotel Mercure Ancol Jakarta, 16 April

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH

PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH PROFIL DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA ACEH Nama Instansi : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Alamat : Jalan Tgk. Chik Kuta Karang No.03 Banda Aceh Kode Pos 23121 Telp : (+62 651) 26206, 23692, Fax

Lebih terperinci

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA

TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA T A Y O G R T A WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 RENSTRA DISBUDPAR

BAB I PENDAHULUAN 1 RENSTRA DISBUDPAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kebudayaan dan Paiwisata Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis yang berada di bawah Pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci