JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : ANDY WIJAYA D JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

2 HALAMAN PERSETUJUAN ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hari, Tanggal :. Disusun Oleh : Nama : ANDY WIJAYA NIM : D NIRM : Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknik Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II (Indah Pratiwi, ST.MT) (Etika Muslimah, ST, MM, MT)

3 HALAMAN PENGESAHAN ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL Tugas Akhir ini telah dipertahankan pada Sidang Pendadaran sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : Nama : ANDY WIJAYA NIM : D NIRM : Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknik Surakarta, Juli 2008 Tim Penguji Tanda Tangan 1. Indah Pratiwi, ST.MT (Ketua) ( ) 2. Etika Muslimah, ST.MM.MT (Anggota) 3. Munajat Tri Nugroho, ST.MT (Anggota) 4. A Kholid Al Ghofari, ST.MT (Anggota) Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik Wakil Dekan I ( ) ( ) ( ) Ketua Jurusan Teknik Industri (Ir. Sri Widodo, MT) (Munajat Tri Nugroho, ST.MT)

4 MOTTO ( Kahlil Gibran )

5 PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk : Illahi Robbi Allah SWT, Sang penguasa jagat raya yang selama ini telah memberiku kesempatan untuk berkarya walaupun hanya sebatas kemampuan sebagai seorang hamba yang lemah. Untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta yang senantiasa menyertakan doa, kasih sayang, dukungan dan tauladan dalam setiap perjalanan dan langkah hidupku. Adikku Elvica yang selalu membuat tertawa dan marah. Om dan Tante yang selalu memberi dukungan AD 2114 ZD She Ge Zhit Ir it yang selalu mengantarku kemana saja. Almameterku.

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Tiada kata yang pertama-tama penulis ucapkan, selain puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas limpahan rahmah dan hidayah-nya serta segala nikmat- Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan untuk berkarya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan yang diharapkan dengan judul ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING. Tugas Akhir ini ditulis guna melengkapi dan memenuhi syarat kelulusan dalam meraih gelar sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, secara moril maupun materiil selama penulis belajar sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini. Untuk selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengarahan, bimbingan, dorongan serta bantuan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, terutama kepada yang terhormat :

7 1. Prof. Dr. Bambang Setiaji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Ir. Sri Widodo, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Munajat Tri Nugroho, ST.MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4. Indah Pratiwi, ST.MT, selaku Dosen Pembimbing I. 5. Etika Muslimah, ST.MM.MT, selaku Dosen Pembimbing II. 6. Munajat Tri Nugroho, ST.MT, A Kholid Al Ghofari, ST.MT, selaku Dosen penguji. 7. Mila Faila Sufa, ST.MT, selaku Pembimbing Akademik. 8. Segenap staff dosen dan karyawan Teknik Industri Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta yang banyak membantu selama di bangku kuliah. 9. Untuk Ibunda dan Ayahanda tercinta yang senantiasa memberikan bantuan materi, doa, kasih sayang, dukungan dan tauladan dalam setiap perjalanan dan langkah hidupku. 10. Adikku yang selalu membuat tertawa dan marah. 11. Om dan Tante yang selalu memberi dukungan. 12. Sahabatku-sahabatku!"#!$"#! "#%!"#" "#! $!"#&' $"#&("# $!! "#)! $!"#)*"# +,"# +$%"#!"#'('-#!"#.*!"# -$!"# /"# 0 "1(%!"#"-"#" 2!"1" %"#"

8 """%!"#"2 "&3#!"## -# #&3!"#,"# 4%"#5'!"#6-2#2078,"9-# 78,": Semoga kita tetap terjaga dalam kebersamaan dan Canda Tawa. 13. Teman-teman Rumahku: Mas Priyono Primbon, Mas Yanto Gepeng, Wisno Bono, Andi Acong, Ferry Perol, Raka Kecil, Trijoko Mentec. 14. AD 2114 ZD She Ge Zhit Ir it yang selalu mengantarku kemana saja. 15. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, semoga amal usaha serta pengorbanannya mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Amien. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Surakarta, Juli 2008 Penulis

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... i ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xviii ABSTRAKSI... xxi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ergonomi... 9

10 2.2 Pemindahan bahan secara Manual Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling Sistem Kerangka dan Otot Manusia (Musculuskeletal System) Metode Analisis Postur Kerja OWAS Nordic Body Map Antropometri Pengantar Catia Teori Dasar Proses Simulasi Simulasi Program Komputer Tinjauan Pustaka BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Metode Pengumpulan Data Identifikasi Data Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Kerangka Pemecahan Masalah... 51

11 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengolahan Data Proses Coding Postures Rekaman Postur Kerja Proses Pada Stasiun Perendaman Proses Pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan Proses Pada Stasiun Pemotongan Hasil Analisis Gambar Postur Kerja Ketiga Stasiun Pengkategorian Postur Kerja Menggunakan Tabel OWAS Rekapitulasi Hasil Analisis Postur Kerja Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 Yang Mempunyai Kode Sama BAB V ANALISA DAN PERANCANGAN 5.1 Analisa Data Rekomendasi Perbaikan Postur Kerja Para Pekerja Pembuatan Tahu Perbaikan Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Perancangan Alat Bantu Menggunakan Catia Data Antropometri Para Pekerja

12 Konsep Perancangan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kategori tindakan kerja OWAS Tabel 3.1 Kode Postur Kerja Menurut Metode OWAS Tabel 3.2 Kategori Tindakan Kerja OWAS Tabel 4.1 Data Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja Tabel 4.2 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.3 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun Tabel.4.4 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.5 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.6 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.7 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.8 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.9 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.10 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.11 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.12 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.13 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.14 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.15 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.16 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.17 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.18 Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun

14 Tabel 4.19 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.20 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.21 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.22 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.23 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.24 Postur 4 Aktivitas 4 Stasiun Tabel 4.25 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.26 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.27 Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.28 Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.29 Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.30 Postur10 Aktivitas 1 Stasiun Tabel 4.31 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.32 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.33 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun Tabel 4.34 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun Tabel 4.35 Postur 2 Aktivitas 3 Stasiun Tabel 4.36 Data hasil pengkodean postur kerja pada ketiga stasiun kerja Tabel 4.37 Pengelompokkan antara tiap postur yang memiliki kode sama dijadikan satu pada ketiga stasiun Tabel 4.38 Kode Postur Kerja Tabel 4.39 Kode Postur Kerja Tabel 4.40 Kode Postur Kerja

15 Tabel 4.41 Kode Postur Kerja Tabel 4.42 Kode Postur Kerja Tabel 4.43 Kode Postur Kerja Tabel 4.44 Kode Postur Kerja Tabel 4.45 Kode Postur Kerja Tabel 4.46 Kode Postur Kerja Tabel 4.47 Kode Postur Kerja Tabel 4.48 Kode Postur Kerja Tabel 4.49 Kode Postur Kerja Tabel 4.50 Kode Postur Kerja Tabel 4.51 Kode Postur Kerja Tabel 4.52 Kode Postur Kerja Tabel 4.53 Kode Postur Kerja Tabel 4.54 Kode Postur Kerja Tabel 4.55 Rekapitulasi hasil pengkategorian postur kerja Stasiun Perendaman Tabel 4.56 Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2 Stasiun Perendaman.. 87 Tabel 4.57 Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4 pada Stasiun Perendaman Tabel 4.58 Rekapitulasi hasil pengkategorian postur kerja pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan Tabel 4.59 Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2 Stasiun Pemasakan dan Penyaringan... 89

16 Tabel 4.60 Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4 Stasiun Pemasakan dan Penyaringan Tabel 4.61 Rekapitulasi hasil pengkategorian postur kerja pada Stasiun Pemotongan Tabel 4.62 Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2 Stasiun Pemotongan Tabel 4.63 Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4 Stasiun Pemotongan Tabel 4.64 Rekapitulasi kategori 3 dan 4 pada kode postur kerja yang sama. 92 Tabel 5.1 Rekapitulasi postur kerja kategori 1 dan 2 pada ketiga stasiun Tabel 5.2 Rekapitulasi postur kerja kategori 3 dan 4 pada ketiga stasiun Tabel 5.3 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.4 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.5 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.6 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.7 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.8 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.9 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.10 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.11 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.12 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.13 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.14 Perbaikan postur kerja awal dan usulan

17 Tabel 5.15 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.16 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.17 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.18 Perbaikan postur kerja awal dan usulan Tabel 5.19 Usulan perbaikan postur kerja Tabel 5.20 Rekapitulasi perancangan alat bantu untuk usulan perubahan postur kerja Tabel 5.21 Data antropometri pekerja Tabel 5.22 Rekapitulasi persamaan jenis usulan perancangan Tabel 6.1 Hasil Pengkategorian Postur Kerja

18 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Sikap kerja yang aman bagi musculoskeletal... 3 Gambar 2.1 Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk Gambar 2.2 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk Gambar 2.3 Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan yang salah Gambar 2.4 Klasifikasi sikap kerja bagian punggung Gambar 2.5 Klasifikasi sikap kerja bagian lengan Gambar 2.6 Klasifikasi sikap kerja bagian kaki Gambar 2.7 Nordic Body Map Gambar 3.1 Postur Sikap Kerja Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah Gambar 4.1 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.2 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.3 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.4 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.5 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.6 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.7 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.8 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.9 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.10 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.11 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun

19 Gambar 4.12 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.13 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.14 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.15 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.16 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.17 Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.18 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.19 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.20 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.21 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.22 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.23 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.24 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.25 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.26 Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.27 Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.28 Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun Gambar 4.29 Postur 10 Aktivitas 1Stasiun Gambar 4.30 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.31 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.32 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun Gambar 4.33 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun Gambar 4.34 Postur 2 Aktivitas 3 Stasiun

20 Gambar 5.1 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.2 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.3 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.4 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.5 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.6 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.7 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.8 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.9 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.10 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.11 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.12 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.13 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.14 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.15 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.16 Postur kerja Awal dan Usulan Gambar 5.17 Dimensi usulan bak tempat penampungan air Gambar 5.18 Dimensi usulan rak pembilasan Gambar 5.19 Dimensi usulan penambahan tinggi lantai Gambar 5.20 Dimensi usulan rak cetakan Gambar 5.21 Dimensi usulan bak pemasakan dan penyaringan

21 ABSTRAKSI Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri di Indonesia, khususnya industri kecil, masih sangat dominan. Fleksibilitas gerakan merupakan alasan kuat penggunaan tenaga manusia, terutama untuk kegiatan penaganan material secara manual (Manual Material Handling). Akan tetapi aktivitas MMH diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang belakang (Law Back Pain). Akibat dari penanganan material yang cukup berat, posisi dan postur kerja yang tidak baik serta pengulangan pekerjaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak aman bagi pekerja serta merekomendasikan perancangan alat bantu pada proses pembuatan tahu di Kartasura, Sukoharjo. Pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan dan wawancara terhadap pekerja untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data tersebut adalah data postur pekerja yang meliputi punggung, bagian lengan dan kaki untuk dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS). Output yang didapat berupa pengelompokkan sikap kerja (Action Categories) dan rekomendasi untuk perbaikan (Recommendation for Action) yang menunjukkan apakah postur kerja yang dilakukan sudah aman. Hasil pengolahan data yang telah dilakukan, diketahui nilai Action Categories yang dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada masingmasing postur kerja. Tiga stasiun kerja yang diamati yaitu stasiun perendaman, pemasakan dan penyaringan, serta pemotongan terdapat 34 postur kerja. Dari data tersebut teridentifikasi sebanyak 11 postur kerja masuk kategori 1 yang berarti Aman pada sistem musculoskeletal, tidak perlu perbaikan. 7 postur masuk kategori 2 yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan dimasa yang akan datang. 8 postur masuk kategori 3 yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Dan 8 postur masuk kategori 4 yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. Rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan adalah mengubah sikap kerja pada bagian kaki dan punggung, karena pada bagian tersebut mengalami pembebanan akibat postur kerja yang salah. Serta memberikan usulan perancangan alat bantu. Kata kunci: Postur kerja, OWAS, Rekomendasi perbaikan, Antropometri

22 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia adalah aktivitas pemindahan material secara manual (Manual Material Handling/MMH). Penggunaan MMH yang dominan bukanlah tanpa sebab, MMH memiliki keunggulan dalam hal fleksibelitas yang tinggi dan murah bila dibandingkan dengan alat transportasi (alat bantu pemindahan material) lainnya. Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan penanganan material menggunakan alat bantu adalah pada fleksibilitas gerakan yang dapat dilakukan untuk beban-beban ringan. Akan tetapi aktifitas MMH dalam pekerjaan-pekerjaan industri banyak diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang belakang (low back pain) akibat dari penanganan material secara manual yang cukup berat dan posisi tubuh yang salah dalam bekerja. Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah beban kerja yang berat, postur kerja yang salah dan pengulangan pekerjaan yang tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya gangguan pada tubuh manusia jika pekerjaan berat dilakukan secara terus menerus akan berakibat buruk pada kondisi kesehatan pekerja terutama dalam jangka waktu panjang (Suma mur, 1995).

23 Dilihat dari sudut pandang ergonomis terutama dari sudut pandang biomekanika, pemindahan material secara manual menimbulkan kecelakaan kerja yaitu cidera pada tulang belakang, sedangkan dari sudut pandang fisiologi Manual Material Handling (MMH) atau pemindahan material secara manual membutuhkan energi yang cukup besar. Tetapi pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri, yang disebut juga Over exertionlifting and carrying yaitu kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh beban angkat yang berlebihan (Nurmianto, 1996). Aktivitas membungkuk dan memutar didalam tempat kerja saat melakukan Manual Material Handling seharusnya dikurangi atau bahkan jika memungkinkan aktivitas ini sebaiknya dihilangkan karena sikap ini rawan yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan sampai sangat sakit. Apabila seseorang menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal (Granjen, 1993 dan Lamasters, 1996, keduanya dalam Purwaningsih dkk, 2006). Salah satu prinsip perancangan sistem kerja dalam aktivitas MMH adalah menjaga posisi pinggul dan bahu lurus atau segaris ketika melakukan

24 aktivitas MMH (Alexander, 1986). Hal ini untuk menjaga pembebanan pada punggung tetap sedikit, karena jarak antar pusat beban dengan tubuh dekat sehingga momen dihasilkan relatif kecil. Gambar 1.1. Sikap kerja yang aman bagi musculoskeletal (Sumber : Terdapat beberapa metode analisis sikap kerja untuk mencegah timbulnya gangguan musculoskeletal pada saat bekerja. Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) merupakan suatu metode untuk mengevaluasi dan menganalisa sikap kerja yang tidak nyaman dan berakibat pada cidera musculoskeletal (Karhu dkk, 1981). Bagian sikap kerja dari pekerja yang diamati meliputi pergerakan tubuh dari bagian punggung, bahu, tangan, dan kaki (termasuk paha, lutut, pergelangan kaki). Rapid Upper Limb Assesment (RULA) dikembangkan untuk menginvestigasikan lingkungan kerja yang tidak ergonomi dengan menggunakan gangguan kerja pada bagian atas manusia (upper limb disorders) sebagai pusat pengamatan (Corlett dan McAtamney, 1993). Selain itu masih ada Quick Exposure Check (QEC) yang mempunyai konsep dasar mencari seberapa besar exposure score untuk beberapa bagian tubuh punggung, leher, bahu,

25 pergelangan tangan dengan mempertimbangkan kombinasi antar faktor (Li, 2001). Penelitian ini melanjutkan hasil penelitian terdahulu (Mardiyanto, 2008 dan Asmara, 2008), yakni mendapatkan data Nordic Body Map pada sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja. Diantaranya yaitu pada stasiun Perendaman, Pemasakan dan Penyaringan, serta Pemotongan. Dari data tersebut dilakukan analisis menggunakan metode OWAS. Sehingga akan dapat diketahui sikap kerja pada stasiun yang berdampak paling berbahaya bagi para pekerja dan harus dilakukan perbaikan sedini mungkin. Kemudian selanjutnya akan dilakukan perancangan alat bantu dengan menggunakan Software CATIA untuk rekomendasi perbaikan sikap kerja Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah postur kerja yang aman pada pekerjaan pembuatan tahu berdasarkan metode OWAS? 2. Bagaimanakah rekomendasi postur kerja yang aman berdasarkan metode OWAS? 3. Bagaimana rancangan alat bantu berdasarkan data antropometri pekerja?

26 1.3. Batasan Masalah Pada umumnya sebuah penelitian menghadapi lingkup wilayah penelitian yang sangat luas. Penelitian memerlukan kejelasan luas lingkup wilayah penelitian agar fokus dalam menyelesaikan masalah. Oleh karena itu penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian difokuskan pada pekerja MMH di industri kecil pembuatan tahu yang ada di Desa Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo. 2. Variabel pengamatan adalah postur kerja yang meliputi sikap punggung, lengan, kaki dan berat beban berdasarkan klasifikasi postur kerja OWAS. 3. Postur kerja yang diamati adalah sikap kerja pada aktivitas proses perendaman, pemasakan dan penyaringan serta pemotongan. 4. Dalam perancangan tidak membahas aspek biaya ekonomis Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian dan penulisan laporan ini adalah: 1. Mengidentifikasi postur kerja para pekerja manual material handling (MMH) Industri Kecil pembuatan tahu yang ada di Desa Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo dengan metode OWAS. 2. Memberikan rekomendasi perbaikan kerja terhadap proses kerja yang memiliki postur kerja yang paling berbahaya berdasarkan penilaian metode OWAS. 3. Mengidentifikasi rancangan alat bantu yang ergonomis bagi pekerja MMH di industri kecil pembuatan tahu.

27 1.5. Manfaat Penelitian Hasil akhir penelitian ini akan dijadikan pertimbangan dan masukan oleh berbagai pihak antara lain sebagai berikut: 1. Pihak Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbaikan postur kerja dengan metode OWAS melalui perancangan alat bantu. 2. Pihak Perusahaan Hasil akhir dari penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi perusahaan tentang sikap kerja yang beresiko cidera pada bagian musculoskeletal. Kemudian dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan untuk melakukan perbaikan pada postur kerja MMH yang salah sehingga melindungi pekerja dari cidera musculoskeletal Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dalam penelitian ini, maka Tugas Akhir ini akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, kemudian dilakukan perumusan masalah, batasan masalah yang berfungsi membatasi laporan agar tidak terlalu meluas dan menentukan secara khusus wilayah pembahasan, tujuan yang ingin dijadikan sasaran penelitian ini, manfaat yang diambil dari penelitian oleh beberapa pihak tekait. Selain itu masih ada asumsi penelitian

28 dan sistematika penulisan yang memuat urutan penulisan dan kandungannya secara garis besar. BAB II LANDASAN TEORI Berisi penjelasan mengenai konsep dan prinsip dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian. Bab ini memuat berbagai sumber literatur dari buku, jurnal, majalah, internet, dan berbagai penelitian. Yang terdiri dari pengertian Ergonomi, Manual Material Handling, Sistem kerangka Dan Otot Manusia (Musculoskeletal System), Metode Analisis Postur Kerja OWAS, Nordic Body Map, Antropometri, Pengantar Catia serta Tinjauan Pustaka. Berbagai sumber tersebut dijadikan landasan teori guna mendukung proses penyelesaian penelitian dari awal sampai akhir. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang garis besar langkah-langkah pemecahan masalah yang ditetapkan dalam penelitian. Proses penyelesaian masalah ditunjukan melalui flowchart yang skematis dan disertai keterangan-keterangannya. Bentuk metodologi penelitian ini disesuaikan dengan masalah yang diteliti serta teknik pemecahan masalah yang digunakan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan yang selanjutnya akan diproses melalui pengolahan data untuk

29 menyelesaikan masalah penelitian. Adapun data-data pokok yang dikumpulkan antara lain : data sikap kerja pekerja Manual Material Handling (MMH), berat beban pengangkatan, data antropometri, data historis produksi dan lain-lain. BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN Berisi tentang analisis hasil pengolahan data dan perancangan alat bantu yang didapat dari rekomendasi perbaikan postur kerja menggunakan metode OWAS. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan terhadap analisis yang dibuat dan saran-saran terhadap permasalahan yang dibahas. Saran dapat digunakan oleh pihak perusahaan dan penelitian selanjutnya.

30 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Interaksi yang sering dilakukan dalam sistem kerja adalah interaksi antara manusia dengan mesin. Hubungan ini sering disebut sebagai interaksi manusia-mesin (human-machine system). Wujud dari hubungan ini dapat berupa kombinasi satu atau lebih manusia dengan satu atau lebih komponen fisik untuk saling berinteraksi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh interaksi manusia-mesin adalah proses input, operasi dan hasil output yang diinginkan. Untuk mendapatkan sebuah sistem kerja yang baik, maka diperlukan proses perancangan sistem kerja. Sebuah perancangan sistem yang ideal adalah keterlibatan karakteristik manusia pada sebuah sistem terutama interaksi manusia-mesin. Potensi yang ada pada diri manusia, meliputi kemampuan dan keterbatasannya, disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia. Konsep ini sering disebut sebagai fitting the job to the man. Faktor-faktor terjadinya kecelakaan kerja yang menimpa pekerja dapat dihindari, karena sejak awal perancangan kerja telah melibatkan karakteristik manusia. Sebuah disiplin ilmu berkembang pada awal Revolusi industri di Eropa, yaitu ergonomi yang berupaya menganalisis sistem kerja dengan menitik beratkan pada hubungan antara manusia dengan mesin. Istilah

31 ergonomi mulai dicetuskan pada tahun Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergon dan Nomos yaitu aturan, prinsip / kaidah atau dapat pula didefinisikan sebagai studi tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, managemen dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja maupun lingkungan. Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja yang baik, efektif, aman dan nyaman, dengan tujuan agar manusia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan nyaman dan sehat. Maksud dan tujuan disiplin ergonomi adalah mendapatkan pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan lingkungan kerja, selain itu ergonomi memiliki tujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan saat bekerja dan meningkatkan produktifitas dan efisiensi dalam suatu proses produksi. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan dan menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004).

32 Ada beberapa aspek pendekatan ergonomis yang harus dipertimbangkan untuk melakukan pendekatan ergonomi, antara lain : 1. Sikap dan Posisi Kerja Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja, baik duduk ataupun berdiri merupakan suatu hal yang sangat penting. Adanya sikap atau posisi kerja yang tidak mengenakkan dan berlangsung dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan pekerja cepat mengalami kelelahan serta membuat banyak kesalahan. 2. Kondisi Lingkungan Kerja Faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja, terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri manusia (intern) dan faktor dari luar diri manusia (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan yang meliputi semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, getaran mekanis, warna, bau-bauan dan lain-lain. Adanya lingkungan kerja yang bising, panas, bergetar atau atmosfer yang tercemar akan memberikan dampak yang negatif terhadap kinerja operator. 3. Efisiensi Ekonomi Gerakan dan Pengaturan Fasilitas Kerja. Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedurprosedur untuk membuat gerakan kerja yang memenuhi prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Gerakan kerja yang memenuhi prinsip ekonomi gerakan dapat memperbaiki efisiensi kerja dan mengurangi kelelahan kerja.

33 2.2 Pemindahan Bahan Secara Manual Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan beban dimana pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional Board of Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk, 2006). Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material Handling Society (AHMS) bahwa material handling dinyatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), Pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 1996). Lifting berarti menaikkan beban dari posisi yang rendah keposisi yang lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan penggunaan gaya harus melebihi / melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang harus diperhatikan untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung (Nurmianto,1996) antara lain: 1. Beban yang harus diangkat. 2. Perbandingan antara berat beban dan orangnya. 3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya. 4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa menggangu jarak pandangnya.

34 Batasan beban yang boleh diangkat: 1. Batasan angkat secara legal (legal limitations ) Beberapa batasan angkat secara legal dari beberapa Negara. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. (Nurmianto, 1996) a. Pria dibawah usia 16 tahun maksimum beban angkatnya adalah 14 kilogram. b. Pria usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 18 kilogram. c. Pria usia lebih dari 18 tahun tidak ada batasan angkat d. Wanita usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 11 kilogram. e. Wanita lebih dari 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah 16 kilogram. 2. Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Bio mechanical limitations). Nilai dari analisa biomekanika adalah tentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan kerja adalah dasar pada beban (copreesion load) pada intervertabraldisk antara lumbar nomor lima dan schrum nomor satu.

35 3. Batasan angkat secara fisiologi (Physiological limitations). Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting) sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah komsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas yang berulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang karena akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara berlebihan 4. Batasan angkat secara psiko-fisik (Phycho-physical limitations ). Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk medapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda.

36 Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut: 1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. 2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan dengan menggunakan mesin. 3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan koordinasi sistem kendali tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulang belakang. Bila koordinasi tubuh tidak terjalin dengan baik akan menimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang MMH. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menurut (Heran, Dkk (1999) dalam Mustolih, 2007) dibagi menjadi dua faktor yaitu: 1. Faktor Fisik (Physical Factor) Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu, kebisingan, bahan kimia, radiasi, gangguan penglihatan, postur kerja, gangguan sendi (gerakan dan perpindahan berulang), getaran mesin dan alat, permukaan lantai. 2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor) Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja, peraturan kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja, konsekuensi kesalahan kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saat kerja.

37 Kedua faktor tersebut diatas berpengaruh terhadap kecelakaan kerja pada musculoskeletal. Untuk faktor fisik (Physical Factor) yang menjadi faktor beresiko terhadap gangguan musculoskeletal adalah postur/ sikap kerja dan gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang. Sedangkan diantara faktor Psikososial yang menjadi penyebab utama adalah rendahnya pengawasan dalam aktivitas produksi dan terbatasnya keleluasan para pekerja Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan dan lain-lain. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman. Sikap kerja yang salah, canggung dan diluar kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian muskuloskeletal (Bridger, 1995). 1. Sikap Kerja Berdiri Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh manusia akan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan posisi berdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi. Kestabilan tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh posisi kedua kaki. Kaki yang sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggul

38 akan menjaga tubuh dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota tubuh bagian atas dengan anggota tubuh bagian bawah. Sikap kerja berdiri memiliki beberapa permasalahan sistem muskuloskeletal. Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) menjadi salah satu permasalahan posisi sikap kerja bediri dengan sikap punggung condong ke depan. Posisi berdiri yang terlalu lama akan menyebabkan penggumpalan pembuluh darah vena, karena aliran darah berlawanan dengan gaya gravitasi. Kejadian ini bila terjadi pada pergelangan kaki dapat menyebabkan pembengkakan. 2. Sikap Kerja Duduk Penelitian pada Eastman Kodak Company di New York menunjukan bahwa 35% dari beberapa pekerja mengunjungi klinik mengeluhkan rasa sakit pada punggung bagian bawah (Bridger, 1995). Ketika sikap kerja duduk dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke belakang dan tulang belakang bagian lumbar akan mengendor. Mengendornya bagian lumbar menjadikan sisi depan invertebratal disk tertekan dan sekelilingnya melebar atau merenggang. Kondisi ini akan membuat rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menyebar pada kaki.

39 Gambar 2.1. Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk (Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995)) Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat dihindari dengan melakukan perancangan tempat duduk. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakai sandaran akan menaikan tekanan pada invertebaratal disk sebanyak 1/3 hingga 1/2 lebih banyak daripada posisi berdiri (Kroemer Dkk, 2000). Sikap kerja duduk pada kursi memerlukan sandaran punggung untuk menopang punggung. Sandaran yang baik adalah sandaran punggung yang bergerak maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar. Sandaran tersebut juga memiliki tonjolan kedepan untuk menjaga ruang lumbar yang sedikit menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada bagian invertebratal disk.

40 3. Sikap Kerja Membungkuk Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan dalam pekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilan tubuh ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri pada bagian punggung bagian bawah (low back pain) bila dikukan secara berulang dan periode yang cukup lama. Gambar 2.2. Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk (Sumber: Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995)) Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar mengalami penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk justru mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah. Sikap kerja membungkuk dapat menyebabkan slipped disks, bila dibarengi dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja membungkuk, tetapi akibat tekanan yang berlebih

41 menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak dan penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan oleh keluarnya material pada invertebratal disk akibat desakan tulang belakang bagian lumbar. 4. Pengangkatan Beban Kegiatan ini menjadi penyebab terbesar terjadinya kecelakaan kerja pada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau over exertion. Gambar 2.3. Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan yang salah (Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995)) Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang belakang bagian lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian L5/S1 (lempeng antara lumbar ke-5 dan sacral ke-1). Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebratal disk pada L5/S1 lebih banyak menahan tekanan daripada tulang belakang. Bila pengangkatan yang dilakukan melebihi kemampuan

42 tubuh manusia, maka akan terjadi disk herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebratal disk pada bagian L5/S1 pecah. 5. Membawa Beban Terdapat perbedaan dalam menetukan beban normal yang dibawa oleh manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yang dilakukan. Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak yang ditempuh semakin jauh akan menurunkan batasan beban yang dibawa. 6. Kegiatan Mendorong Beban Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah tangan pendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk manghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban berat dan menghindari kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu. 7. Menarik Beban Kegiatan ini biasanya tidak dianjurkan sebagai metode pemindahan beban, karena beban sulit untuk dikendalikan dengan anggota tubuh. Beban dengan mudah akan tergelincir keluar dan melukai pekerjanya. Kesulitan yang lain adalah pengawasan beban yang dipindahkan serta perbedaan jalur yang dilintasi. Menarik beban hanya dilakukan pada jarak yang pendek dan bila jarak yang ditempuh lebih jauh biasanya beban didorong ke depan.

43 2.2.3 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling Pencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada bagian musculoskeletal adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang beresiko terhadap keselamatan kerja. Dibawah ini beberapa tindakan untuk mengurangi resiko gangguan musculokeletal pada pekerjaan manual material handling : 1. Perencanaan ulang pekerjaan a. Mekanisasi Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan pekerjaan yang berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis mampu menampung pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan. b. Rotasi pekerjaan Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun beberapa pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari langkah ini adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yang berbeda-beda. c. Perbanyakan dan pengayaan kerja Sebuah pekerjaan sebisa mungkin tidak dilakukan dengan monoton, melainkan dilakukan dengan beberapa variasi. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menghindari beban berlebih pada satu bagian otot dan tulang pada anggota tubuh.

44 d. Kelompok kerja Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu membagi beban kerja pada otot secara merata. Hal ini disebabkan anggota kelompok bebas melakukan pekerjaan yang dilakukan. 2. Perancangan tempat kerja Prinsip yang dilaksanakan adalah perancangan kerja dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH dilakukan dengan leluasa. Kondisi lingkungan seperti cahaya, suara, lantai dan lain-lain juga perlu perhatian untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman. 3. Perancangan peralatan dan perlengkapan Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampu mengurangi penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaiakan pekerjaan. Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat mengurangi sikap kerja yang salah, sehingga menurunkan ketegangan otot. 4. Pelatihan kerja Program ini perlu dilakukan terhadap pekerja, karena pekerja melakukan pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai pekerjaan yang berbahaya dan perlu mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan yang aman. Untuk melakukan kegiatan manual material handling (MMH) dengan aman, maka dalam melaksanakan pelatihan kerja MMH perlu memahami pedomannya. Empat prinsip

45 yang dipegang selama melakukan manual material handling (MMH), menurut (Alexander,1986, didalam Mustolih, 2007) yaitu : a. Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengan tubuh (mencegah momen pada tulang belakang). b. Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam posisi segaris (mencegah gerakan berputar pada tulang belakang). c. Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh. d. Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulit dan berbahaya. 2.3 Sistem kerangka Dan Otot Manusia (Musculoskeletal System) Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa sistem koordinasi, dan salah satunya adalah sistem otot dan kerangka (Musculoskeletal System). Organ organ tubuh manusia yang menyusun sistem ini meliputi: 1. Tulang Bagian ini tersusun dari jaringan yang sangat keras berfungsi sebagai pembentuk kerangka dan pelidung dari organ dalam. Tulang dalam sistem gerak berfungsi sebagai pembentuk gerakan pasif. Tulang juga berperan penting dalam proses pembentukan sel-sel darah merah dibagian sumsum. 2. Sambungan Tulang Rawan(Cartilage) Jaringan ini berfungsi sebagai penghubung antar tulang seperti pada setiap sambungan. Dengan adanya jaringan ini pergerakan tulang relatif kecil, sehingga melindungi dari pergeseran tulang.

46 3. Ligamen Ligamen berfungsi sebagai penghubung bagian sambungan dan menempel pada tulang pada ujungnya. Ligamen memiliki peranan penting dalam melindungi persendiaan. Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerak dari tulang yang dihubungkan. 4. Otot otot sering disebut sebagai alat gerak aktif. Sel-sel otot menghasilkan panas tubuh untuk menjaga kesetabilan panas tubuh akibat pengaruh dari luar. Tendon merupakan otot panjang dengan kekuatan elastis yang tinggi. 2.4 Metode Analisis Postur Kerja OWAS Perkembangan OWAS dimulai pada tahun tujuh puluhan di perusahaan Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini dikembangkan oleh Karhu dan kawan-kawannya di Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia (Institute of Occupational Health). Lembaga ini mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, lengan dan rematik. Penelitian tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan berat beban. Pada kurun waktu 1977 Karhu Dkk memperkenalkan metode ini untuk pertama kalinya. Pengenalan pertama terbatas pada aspek klasifikasi postur kerja. Kemudian Stofert menyempurnakan metode OWAS melalui disertasinya pada tahun Penyempurnaan ini telah memasukan aspek evaluasi analisa secara detail.

47 Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung, tangan, kaki dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang menjadi perhatian dari metode ini adalah sistem musculoskeletal manusia. Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit, dimana disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara manual. Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa dan dievaluasi (Karhu, 1981) : A. Sikap Punggung 1. Lurus 2. Membungkuk 3. Memutar atau miring kesamping 4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk kedepan dan menyamping Gambar 2.4. Klasifikasi sikap kerja bagian punggung

48 B. Sikap Lengan 1. Kedua lengan berada dibawah bahu 2. Satu lengan berada pada atau diatas bahu 3. Kedua lengan pada atau diatas bahu Gambar 2.5. Klasifikasi sikap kerja bagian lengan C. Sikap Kaki 1. Duduk 2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus 3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus 4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk 5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk 6. Berlutut pada satu atau kedua lutut 7. Berajalan Gambar 2.6. Klasifikasi sikap kerja bagian kaki

49 D. Berat Beban 1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg (W = 10 Kg) 2. Berat beban adalah 10 Kg 20 Kg (10 Kg < W = 20 Kg) 3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg) Dibawah ini adalah perihal penjelasan tentang klasifikasi sikap agar membedakan sikap masing-masing klasifikasi. 1. Sikap Punggung Membungkuk Penilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jika terjadi sudut yang terbentuk pada punggung minimal sebesar 20 atau lebih. Begitu pula sebaliknya jika perubahan sudut kurang dari 20, maka dinilai tidak membungkuk. Adapun posisi leher dan kaki tidak termasuk dalam penilaian batang tubuh (punggung). 2. Sikap Lengan Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atas sampai tangan. Penilaian terhadap posisi lengan yang perlu diperhatikan adalah posisi tangan. 3. Sikap Kaki Duduk Pada sikap ini adalah duduk dikursi dan semacamnya.

50 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus Pada sikap ini adalah kedua kaki dalam posisi lurus / tidak bengkok dimana beban tubuh menumpu kedua kaki. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus Pada sikap ini adalah beban tubuh bertumpu pada satu kaki lurus (menggunakan satu pusat gravitasi lurus), dan satu kaki yang lain dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh lantai). Dalam hal ini kaki yang menggantung untuk menyeimbangkan tubuh dan bila jari kaki menyentuh lantai termasuk sikap ini. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini adalah keadaan postur setengah duduk yang telah umum diketahui yaitu keadaan lutut ditekuk dan beban tubuh bertumpu pada kedua kaki. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini dalam keadaan berat tubuh bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk (menggunakan pusat gravitasi pada satu kaki dengan lutut ditekuk). Berlutut pada satu atau kedua lutut Ada sikap ini dalam keadaan satu atau kedua lutut menempel pada lantai. Berjalan Pada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukan termasuk gerakan kedepan, belakang, menyamping dan naik turun tangga.

51 4. Berat beban Dalam hal ini yang membedakan adalah berat beban yang diterima dalam satuan kilogram (Kg). Berat beban yang diangkat lebih kecil atau sama dengan 10 Kg (W = 10 Kg), lebih besar dari 10 Kg dan lebih kecil atau sama dengan 20 Kg (10 Kg < W = 20 Kg), lebih besar dari 20 Kg (W > 20 Kg). Hasil dari analisa postur kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja. KATEGORI 1 : Pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem muskuloskeletal (tidak berbahaya). Tidak perlu ada perbaikan. KATEGORI 2 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang. KATEGORI 3 : Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin. KATEGORI 4 : Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem muskuloskeletal (postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung / saat ini juga.

52 Berikut ini merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan, kaki dan berat beban. Tabel 2.1 Kategori tindakan kerja OWAS Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur-postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung atau saat ini Nordic Body Map Nordic Body Map (NBM) merupakan metode yang dilakukan dengan menganalisis peta tubuh (NBM) yang ditunjukkan pada tiap bagian tubuh seperti yang terlihat pada gambar 2.8 Melalui NBM dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Tarwaka, 2002).

53 Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh (NBM) akan dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada pekerja. Gambar 2.7. Nordic Body Map (Sumber: Corlett, 1992 dalam Tarwaka, dkk Stastic Muscle loading and the evaluation of posture) 2.6. Antropometri Antropometri berasal dari kata anthro yang artinya manusia dan metri yang berarti ukuran. Jadi antropometri diartikan sebagai ilmu secara khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perbedaan pada individu, kelompok dan sebagainya. Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari suatu data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmanto, 1996).

54 Dengan demikian terdapat dua cara pengukuran, yaitu : (Sutalaksana, 1979) a. Antropometri Statis Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier atau lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metoda tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, yaitu : (Wignjosoebroto, 1995) 1. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar sejak awal kelahirannya sampai dengan umur 20 tahun mengalami penyusutan sekitar umur 40 tahun. 2. Jenis Kelamin Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, kecuali bagian tubuh tertentu seperti pinggul. 3. Suku Bangsa dan Etnis Setiap suku, bangsa atau kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. 4. Posisi Tubuh atau Postur

55 Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh standar yang diterapkan untuk survei. b. Antropometri Dinamis Pengukuran antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau dalam keadaan yang mungkin terjadi bila seseorang bekerja melakukan kegiatan-kegiatan. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi banyak dilakukan melalui penyelidikan dan pembahasan, dalam penyelidikan itu terdapat empat kelompok besar sebagai berikut (Sutalaksana, 1979). 1. Penyelidikan tentang tampilan (display) Display merupakan suatu perangkat antara (interface) yang mampu menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan mengkonsumsikan pada manusia dalam bentuk tanda, angka dan lambang. 2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalian. Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut. 3. Penyelidikan mengenai tempat kerja Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan kerterbatasan manusia, maka ukuran tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia.

56 4. Penyelidikan mengenai lingkungan kerja Yang dimaksud lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang kedua-duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia Pengantar CATIA Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive Application) adalah alat bantu yang mempunyai banyak fungsi pada CAD,CAM,dan CAE dipadu dengan model analisa rancang bangun yang handal Integrated Design And Analysis. CATIA memiliki keistimewaan sebagai salah satu sistem gambar 2 dimensi dan 3 dimensi.yang konsisten mulai dari user interface, data management, data base, model yang sangat komplit dan program aplikasi interface. CATIA mempunyai aplikasi yang digunakan pada area industri antara lain mechanical design, analysis, robotic, dan perancangan. CATIA sebagai analysis tool yang berfungsi untuk analisa produk yang ada ataupun dalam proses perancangan, mempunyai beberapa bagian antara lain CATIA kinematic, CATIA image design, dan CATIA FEM (Finite element modeler). Secara khusus pada CATIA Finite Modeler mempunyai kemampuan dan kegunaan dalam pre processor 3D finite element serta membangun suatu model lengkap dengan mendiskripsikan fisik dan sifat

57 material, kondisi batas, dan beban. Finite Element Modeler dapat secara cepat dan tepat dalam mendefinisikan dan merubah mesh Teori Dasar Proses Simulasi CATIA V.5 R.15 merupakan program tiga dimensi yang mampu membuat gambar teknik dalam perencanaan benda kerja, dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan software CATIA V.5 R.15 misalnya, perangkat lunak ini mampu untuk membuat gambar 3 dimensi, analisa perhitungan, dan simulasi pembebanan. Namun untuk memberikan suatu efek film program ini belum mampu. Setelah seluruh part dibuat dan di assembly. Tinggal memberikan load serta pemberian asumsi kondisi batas sesuai / mendekati keadaan sebenarnya maka dapat dilakukan proses komputasi untuk mengetahui analisa struktur hasil simulasi pembebanan Spesifikasi Program Komputer Program CATIA V.5 R.15 mempunyai spesifikasi komputer minimal yang dapat digunakan untuk pembuatan program simulasi adalah: Processor AMD / Pentium IV, VGA 64 MB, RAM 256 MB, Kapasitas hard disk 40 GB.

58 2.8. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada laporan tugas akhir dari : 1. Analisis konsumsi energi dan identifikasi kondisi postur kerja pada proses perontokan padi menggunakan metode OWAS. 2008, oleh Rano Andriyano, Universitas Muhammadiyah Surakarta: Subyek dari penelitian ini adalah seorang pekerja pada proses perontokan padi dengan mesin tleser didesa jatirejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Didalam penelitian ini penulis menganalisa postur kerja penanganan material terhadap beberapa orang karyawan dengan menggunakan metode OWAS terhadap sikap punggung, lengan, kaki dan beban kerja serta konsumsi energi yang dibutuhkan. 2. Analisis Postur Kerja Penanganan Material Secara Manual dengan Pendekatan OWAS. 2007, oleh Ajis Mustoleh, Universitas Muhammadiyah Surakarta: Salah satu metode penyelesaian masalah mengenai kenyamanan dan keamanan dalam proses Manual Material Handling adalah Metode OWAS (Ovako Work Posture Analysis System), dengan metode ini dapat mengetahui gangguan musculusceletal atau gangguan sistem jaringan tubuh yang meliputi punggung, lengan, dan kaki. Dengan metode ini lebih mudah dalam penerapan dan juga sudah didukung dengan soft ware

59 yaitu soft ware WinOwas. Selain untuk mengetahui gangguan musculuskeletal metode owas juga dapat dipakai sebagai alat untuk mengelompokkan kategori / tingkat gangguan yang diderita beserta solusi rekomendasi tindakan perbaikan. Sehingga para pekerja dapat merasakan kenyamanan dan keamanan pun dapat terjamin dalam proses pekerjaan Manual Material Handling. 3. Triyono, NIM : I , Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2006 Skripsi dengan judul : Analisis Sikap Kerja Pekerja Manual Material Handling UD. Tetap Semangat Dengan Metode OWAS (Ovako Working Posture Analysis System). Pada penelitian ini berupaya mengidentifikasi dan menganalisa sikap kerja pekerja departemen pecetakan dan pengiriman untuk mengetahui kondisi sikap kerja pada saat ini. Adapun metode yang digunakan pda penelitian ini adalah metode OWAS. Metode ini mengelompokkan sikap kerja menjadi empat kategori sikap kerja dan rekomendasi perbaikan sikap kerja. Dari hasil penelitian ini telah mengidentifikasi sikap kerja pekerja departemen pencetakan dengan 79% - 90% sikap kerja berada pada kelompok kategori 2, yaitu signifikan berbahaya bagi sistem muskuloskeletal. Pada departemen pengiriman tercatat 59% - 79% sikap kerja berada pada kelompok kategori 1, yaitu aman terhadap terhadap sistem muskuloskeletal. Meskipun demikian perlu dilakukan perbaikan

60 tempat kerja, karena masih ditemukan sikap kerja yang berbahaya bagi sistem muskuloskeletal. Rekomendasi yang harus dilakukan adalah mengubah sikap kerja pada bagian tubuh kaki dan punggung. Pada bagian tubuh tersebut mengalami pembebanan akibat sikap kerja yang membungkuk. Agar tidak terjadi pembebanan, maka diusulkan perubahan tempat kerja yang menghasilkan sikap bahu dan pinggul pada posisi sebaris. 4. Kecelakaan kerja cenderung lebih sering terjadi pada aktivitas pemindahan beban secara manual, yaitu dapat menimbulkan resiko cidera tulang belakang yang cukup besar sehingga lebih cepat menimbulkan kecelakaan pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini menganalisa kemungkinan-kemungkinan terjadi kecelakaan kerja yang dapat menggangu kesehatan dan keselamatan kerja, khususnya pada perusahaan home industri yang masih mengandalkan manual terhadap Manual Material Handling dalam kegiatan produksinya dan solusi perbaikannya dengan memberikan tatakan sebagai landasan beban sebelum diangkat (Andriyadi, 2001). Persamaan dan Perbedaan laporan ini dengan ketiga laporan diatas: Persamaan Sama sama menganalisa postur kerja yang terdiri dari punggung, lengan, kaki, dan beban kerja dengan menggunakan metode OWAS. Langkah langkah pengolahan data dengan menggunakan metode OWAS sebagian besar sama dengan kedua laporan diatas.

61 Perbedaan Pada ketiga penelitian diatas penulis memberikan rekomendasi hanya sebatas pada perubahan postur kerja tanpa memperhitungkan keadaan tempat kerja. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menganalisis dan mengevaluasi kondisi postur tubuh pekerja pada proses pembuatan tahu, menganalisis kondisi nyata tempat kerja dan memberikan usulan rancangan alat bantu berdasarkan data data antropometri.

62 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan pada Industri kecil pembuatan tahu di daerah, yang beralamat di Kp. Purwogondo RT. 03 RW. I, Kartasura. 3.2 Metode Pengumpulan Data Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam melakukan penelitian, yaitu: a. Studi Lapangan (observasi) Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti. Observasi dilakukan guna mendapatkan data postur kerja pekerja Industri kecil pembuatan tahu serta data umum industri tersebut yang meliputi aktivitas yang dilakukan baik pekerja, kondisi lingkungan kerja, jalannya proses produksi dan keluhan serta permasalahan yang dihadapi oleh pekerja. b. Wawancara (interview) Pengumpulan data dengan cara melakukan interaksi tanya jawab dengan nara sumber yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Wawancara dilakukan pada pimpinan perusahaan dan sejumlah karyawan guna mendapatkan data-data yang meliputi, jumlah tenaga kerja, keluhan - keluhan yang dirasakan oleh pekerja saat beraktivitas dan hal-hal yang menyangkut pekerjaan.

63 c. Dokumentasi Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mendokumentasikan objek permasalahan kedalam sebuah media. Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan merekam aktivitas pekerjaan selama bekerja menggunakan kamera perekam. d. Studi Kepustakaan Metode pengumpulan data yang bersumber pada buku-buku referensi, jurnal yang diperoleh dari media cetak maupun media internet yang relevan dengan obyek yang diteliti. 3.3 Identifikasi Data a. Data Primer Data yang diperoleh secara langsung dari tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian. Adapun data primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data postur kerja pekerja untuk mengetahui klasifikasi postur kerja berdasarkan metode OWAS. 2. Data dari keluhan pekerja (Nordic Body Map) pada aktivitas proses perendaman, pemasakan dan penyaringan serta pemotongan. (Mardiyanto,2008 dan Asmara,2008) 3. Data antropometri, diperlukan apabila terdapat postur kerja yang berbahaya menurut klasifikasi OWAS yang tidak bisa direkomendasikan dengan mengubah postur kerja. Data

64 antropometri diperlukan untuk merancang alat bantu kerja yang lebih baik. b. Data Sekunder Adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang ada hubungannya dengan obyek penelitian yang dilakukan. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari: 1. Studi pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan dengan cara merekam postur - postur kerja pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja. 2. Studi pustaka Sumber data yang berasal dari buku-buku referensi yang relevan dan mendukung dengan obyek penelitian. 3. Media internet Sumber data yang berasal dari media internet yang berupa jurnal maupun artikel yang mendukung dengan obyek penelitian. 3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data A. Pengolahan data dengan metode OWAS. 1. Proses Coding Postures Proses Coding Postures adalah proses menterjemahkan postur kerja dari hasil perekaman sesuai dengan postur kerja menurut kode empat digit. Kode tersebut meliputi postur tubuh bagian punggung, lengan, kaki dan berat beban. Berikut kode postur kerja menurut metode OWAS

65 Tabel 3.1. Kode Postur Kerja Menurut Metode OWAS Punggung Kode Postur Punggung 1 Lurus 2 Bungkuk kedepan atau kebelakang 3 Memutar atau miring ke samping 4 Bungkuk dan memutar atau bungkuk kedepan dan menyamping Lengan Kode Postur Tangan 1 Kedua lengan berada di bawah bahu 2 Satu lengan berada pada atau di atas bahu 3 Kedua lengan berada pada atau di atas bahu Kaki Kode Postur Kaki 1 Duduk 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk 6 Berlutut pada satu atau kedua lutut 7 Berjalan Beban Kerja Kode Berat Beban 1 W 10 Kg 2 10 Kg < W 20 Kg 3 W > 20 Kg

66 Gambar 3.1 Postur Sikap Kerja Seorang pekerja memiliki postur kerja dengan kode OWAS 2151 seperti gambar diatas memiliki penjelasan sebagai berikut: Postur punggung : Kode OWAS 2; Bungkuk ke depan atau ke belakang. Postur lengan : Kode OWAS 1; Kedua lengan berada dibawah bahu. Postur kaki : Kode OWAS 5; Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan posisi lutut ditekuk. Beban kerja : Kode OWAS 1; W 10 Kg 2. Pengolahan Data Proses selanjutnya setelah dilakukan pengkodean yaitu proses pengolahan data. Hasil dari tahap pengkodean postur kerja yang berupa kode postur kerja dimasukkan kedalam tabel OWAS

67 Tabel 3.2 Kategori Tindakan Kerja OWAS Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur-postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung atau saat ini. B. Pengukuran data antropometri Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari suatu data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmanto, 1996).

68 Dengan demikian terdapat dua cara pengukuran, yaitu : (Sutalaksana, 1979) c. Antropometri Statis Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara linier atau lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metoda tertentu terhadap berbagai individu, dan tubuh harus dalam keadaan diam. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, yaitu : (Wignjosoebroto, 1995) Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar sejak awal kelahirannya sampai dengan umur 20 tahun mengalami penyusutan sekitar umur 40 tahun. Jenis Kelamin Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, kecuali bagian tubuh tertentu seperti pinggul. Suku Bangsa dan Etnis Setiap suku, bangsa atau kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.

69 Posisi Tubuh atau Postur Posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh standar yang diterapkan untuk survei. d. Antropometri Dinamis Pengukuran antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau dalam keadaan yang mungkin terjadi bila seseorang bekerja melakukan kegiatan-kegiatan. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi banyak dilakukan melalui penyelidikan dan pembahasan, dalam penyelidikan itu terdapat empat kelompok besar sebagai berikut (Sutalaksana, 1979). Penyelidikan tentang tampilan (display) Display merupakan suatu perangkat antara (interface) yang mampu menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan dan mengkonsumsikan pada manusia dalam bentuk tanda, angka dan lambang. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalian. Dalam hal ini diselidiki tentang aktifitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktifitas tersebut.

70 Penyelidikan mengenai tempat kerja Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan kerterbatasan manusia, maka ukuran tersebut harus sesuai dengan tubuh manusia. Penyelidikan mengenai lingkungan kerja Yang dimaksud lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang kedua-duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. C. Perancangan alat bantu menggunakan Software CATIA Software CATIA (Computer Aided Three Dimensional Interactive Application) adalah alat bantu yang mempunyai banyak fungsi pada CAD,CAM,dan CAE dipadu dengan model analisa rancang bangun yang handal Integrated Design And Analysis. CATIA memiliki keistimewaan sebagai salah satu sistem gambar 2 dimensi dan 3 dimensi.yang konsisten mulai dari user interface, data management, data base, model yang sangat komplit dan program aplikasi interface. CATIA mempunyai aplikasi yang digunakan pada area industri antara lain mechanical design, analysis, robotic, dan perancangan. CATIA sebagai analysis tool yang berfungsi untuk analisa produk yang ada ataupun dalam proses perancangan, mempunyai beberapa bagian antara lain CATIA kinematic, CATIA image design, dan CATIA FEM (Finite element modeler). Secara khusus pada CATIA Finite

71 Modeler mempunyai kemampuan dan kegunaan dalam pre processor 3D finite element serta membangun suatu model lengkap dengan mendiskripsikan fisik dan sifat material, kondisi batas, dan beban. Finite Element Modeler dapat secara cepat dan tepat dalam mendefinisikan dan merubah mesh. D. Analisa Pada tahap ini dilakukan dengan menganalisis semua hasil yang diperoleh pada tahap pengolahan data. Data yang dianalisis berasal dari output sofware WinOWAS. Analisa dilakukan terhadap setiap pekerja yang salah dan rawan cidera musculoskeletal. Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data, telah didapat adanya perbaikan perubahan cara kerja metode awal dengan metode perbaikan. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai efisiensi waktu penyelesaian kerja dan kenyamanan dalam bekerja.

72 3.5 Kerangka pemecahan masalah Mulai Identifikasi Masalah Perumusan Masalah dan Tujuan penelitian Studi Pustaka Pengumpulan data Data Nordic Body Map (Data Sekunder) Data berat beban Pengolahan data dengan metode OWAS Data Antropometri Penentuan Kategori Penentuan Persentil Kategori 1 dan 2 Tidak Penentuan Dimensi Alat Bantu Ya Analisis Data Perancangan Alat Bantu Menggunakan Software Catia Rekomendasi/Usulan Perbaikan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah

73 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Subyek penelitian ini adalah pekerja yang melakukan aktivitas secara manual di lantai produksi pembuatan tahu pada industri kecil pembuatan tahu di Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo. Penentuan sampel diambil dari penelitian terdahulu (Mardiyanto, 2008 dan Asmara, 2008) berdasarkan hasil keluhan atau gangguan terbanyak dari kuesioner Nordic Body Map yang dirasakan pekerja selama 3 bulan terakhir. Hasil kuesioner tersebut adalah sebagai berikut: 1. Stasiun Perendaman sebanyak Stasiun Penggilingan sebanyak Stasiun pemasakan dan Penyaringan sebanyak Stasiun Pencetakan sebanyak Stasiun Pemotongan sebanyak 49 Dari data diatas, maka sampel yang digunakan postur atau sikap kerja adalah stasiun perendaman sebanyak 49, stasiun pemasakan dan penyaringan sebanyak 51 serta stasiun pemotongan sebanyak 49. Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada pekerja mengenai maksud, tujuan dan cara melakukan pengambilan data, dimana pekerja yang diamati dalam penelitian ini ditugaskan untuk

74 melakukan pekerjaan secara normal (berdasarkan pekerjaan yang biasa dilakukan). Ketika pekerja melakukan aktivitas penanganan material secara manual pada pekerjaannya, aktivitas kerja dari 3 stasiun tersebut direkam dengan menggunakan kamera digital. Bila terjadi perulangan gerakan maka proses merekam bisa dihentikan dan dapat dilanjutkan ke aktivitas kerja selanjutnya. Aktivitas pekerja diamati untuk mengetahui berbagai macam postur kerja menurut perubahannya dari awal hingga akhir pekerjaannya. Dari ketiga stasiun tersebut, data yang diperoleh berupa rekaman video yang dipotong-potong dijadikan foto atau gambar postur kerja. Penjelasan gambar postur kerja ketiga stasiun dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Data Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja No Nama Stasiun Aktivitas 1. Penuangan air untuk pembilasan Postur Stasiun Perendaman Penuangan setelah pembilasan ke dalam ember 2 2 Stasiun Pemasakan dan Penyaringan 1. Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan 2. Penyaringan hasil pemasakan

75 3 Stasiun Pemotongan Penuangan untuk dilakukan pencetakan Memotong tahu yang telah dicetak Memasukkan tahu yang telah dipotong ke 1 ember 2 Jumlah Postur Kerja 34 Daftar data berat beban dalam aktivitas kerja 1 Ember kedelai kering 1 Ember kedelai basah 1 Ember kedelai setelah digiling 1 Ember air 1 Serok kosong 1 Serok kedelai hasil masakan 1 Serok Ampas penyaringan : 6 Kg : 7 Kg : 12 Kg : 5 Kg : 1 Kg : 2 Kg : 7 Kg

76 4.2 Pengolahan Data Proses Coding Postures Rekaman Postur kerja Proses Coding Postures adalah proses menterjemahkan postur kerja dari hasil perekaman sesuai dengan postur kerja menurut kode empat digit. Kode tersebut meliputi postur tubuh bagian punggung, lengan, kaki dan berat beban Proses Pada Stasiun Perendaman 1. Penuangan Air Untuk Pembilasan Gambar 4.1 Postur 1 Gambar 4.2 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.2 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk dan memutar atau bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

77 Tabel 4.3 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 1 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring kesamping Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg. Gambar 4.3 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.4 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 1 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring kesamping Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

78 2. Penuangan Kedelai Setelah Dibilas ke Dalam Ember Gambar 4.4 Postur 1 Gambar 4.5 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.5 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau kebelakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg. Tabel 4.6 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

79 Gambar 4.6 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.7 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban lebih kecil atau sama dengan 10 Kg.

80 Proses Pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan 1. Membawa Hasil Penggilingan Ke Stasiun Pemasakan Gambar 4.7 Postur 1 Gambar 4.8 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.8 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau kebelakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg. Tabel 4.9 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 7 Berjalan. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

81 Gambar 4.9 Postur 3 Gambar 4.10 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.10 Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg. Tabel 4.11 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

82 Gambar 4.11 Postur 5 Gambar 4.12 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 Aktivitas 1 Stasiun 2 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.12 Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg. Tabel 4.13 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 2 Berat beban antara 10 sampai 20Kg.

83 2. Penyaringan Hasil Pemasakan Gambar 4.13 Postur 1 Gambar 4.14 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.14 Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring kesamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.15 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Satu lengan berada pada atau diatas bahu. Kaki 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

84 Gambar 4.15 Postur 3 Gambar 4.16 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.16 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Satu lengan berada pada atau diatas bahu. Kaki 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.17 Postur 4 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

85 Gambar 4.17 Postur 5 Gambar 4.18 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun 2 Aktivitas 2 Stasiun 2 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.18 Postur 5 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan berada di bawah bahu Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.19 Postur 6 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 lurus. Lengan 2 Satu lengan berada pada atau di atas bahu Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

86 Gambar 4.19 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.20 Postur 7 Aktivitas 2 Stasiun 2 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan berada di bawah bahu Kaki 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg Proses Pada Stasiun Pemotongan 1. Penuangan Untuk Dilakukan Pencetakan Gambar 4.20 Postur 1 Gambar 4.21 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3

87 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.21 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring ke samping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.22 Postur 2 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 4 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Gambar 4.22 Postur 3 Gambar 4.23 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.23 Kode Postur 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 3 Berdiri bertumpu pada salah satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

88 Tabel 4.24 Kode Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 3 Memutar atau miring kesamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Gambar 4.24 Postur 5 Gambar 4.25 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.25 Kode Postur 5 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 4 Bungkuk kedepan dan menyamping. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.26 Kode Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

89 Gambar 4.26 Postur 7 Gambar 4.27 Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.27 Kode Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan kedua lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.28 Kode Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 5 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

90 Gambar 4.28 Postur 9 Gambar 4.29 Postur 10 Aktivitas 1 Stasiun 3 Aktivitas 1 Stasiun 3 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.29 Kode Postur 9 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 7 Berjalan. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.30 Kode Postur 10 Aktivitas 1 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 1 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 7 Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

91 2. Memotong Tahu Yang Telah Dicetak Gambar 4.30 Postur 1 Gambar 4.31 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 3 Aktivitas 2 Stasiun 3 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.31 Kode Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.32 Kode Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau belakang. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

92 Gambar 4.32 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.33 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

93 3. Memasukkan Tahu Setelah Dipotong Ke Dalam Ember Gambar 4.33 Postur 1 Gambar 4.34 Postur 2 Aktivitas 3 Stasiun 3 Aktivitas 3 Stasiun 3 Keterangan penentuan kode postur kerja menurut Metode OWAS Tabel 4.34 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 2 Bungkuk kedepan atau ke belakang. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg. Tabel 4.35 Postur 1 Aktivitas 3 Stasiun 3 SIKAP KODE KETERANGAN Punggung 1 Lurus. Lengan 2 Kedua lengan di bawah bahu. Kaki 2 Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Berat Beban 1 Berat beban kurang atau sama dengan 10Kg.

94 4.2.2 Hasil Analisis Gambar Postur Kerja Ketiga Stasiun Tabel 4.36 Data Hasil Pengkodean Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun Kerja No Nama Stasiun Aktivitas Postur Kode Stasiun Perendaman 2 Stasiun Pemasakan dan Penyaringan 3 Stasiun Pemotongan 1. Penuangan air untuk pembilasan 2. Penuangan setelah pembilasan ke dalam ember 1. Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan 2. Penyaringan hasil pemasakan 1. Penuangan untuk dilakukan pencetakan Memotong tahu yang telah dicetak Memasukkan tahu yang telah dipotong ke ember

95 Tabel 4.37 Pengelompokan antara tiap postur yang memiliki kode sama dijadikan satu pada ketiga Stasiun No Kode Jumlah Jumlah Pengkategorian Postur Kerja Menggunakan Tabel OWAS Setelah didapatkan hasil pengkodean dari tiap- tiap postur kegiatan pada ketiga Stasiun, maka dilanjutkan penentuan kategori dengan cara Tabel OWAS. Tiap-tiap postur kegiatan yang memiliki kode yang sama, tabel hanya ditampilkan salah satu saja. Adapun tabel yang didapat yakni:

96 Back Kode: 4151 Tabel 4.38 Kode Postur Kerja 4151 Arms Legs Load X Dari tabel 4.38 di atas menunjukkan angka (4), yang berarti bahwa kode 4151 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 4 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini juga. Back Kode: 3121 Tabel 4.39 Kode Postur Kerja 3121 Arms Legs Load X

97 Dari tabel 4.39 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa kode 3121 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan. Back Kode: 2141 Tabel 4.40 Kode Postur Kerja 2141 Arms Legs Load X Dari tabel 4.40 di atas menunjukkan angka (3), yang berarti bahwa kode 2141 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 3 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin.

98 Back Kode: 4141 Tabel 4.41 Kode Postur Kerja 4141 Arms Legs Load X Dari tabel 4.41 di atas menunjukkan angka (4), yang berarti bahwa kode 4141 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 4 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini juga. Kode: 2142 Back Tabel 4.42 Kode Postur Kerja 2142 Arms Legs Load X

99 Dari tabel 4.42 di atas menunjukkan angka (3), yang berarti bahwa kode 2142 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 3 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin. Back Kode: 1172 Tabel 4.43 Kode Postur Kerja 1172 Arms Legs Load X Dari tabel 4.43 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa kode 1172 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.

100 Back Kode: 1142 Tabel 4.44 Kode Postur Kerja 1142 Arms Legs Load X Dari tabel 4.44 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa kode 1142 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang. Kode: 3151 Back Tabel 4.45 Kode Postur Kerja 3151 Arms Legs Load X

101 Dari tabel 4.45 di atas menunjukkan angka (4), yang berarti bahwa kode 3151 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 4 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini juga. Back Kode: 1231 Tabel 4.46 Kode Postur Kerja 1231 Arms Legs Load X Dari tabel 4.46 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa kode 1231 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.

102 Back Kode: 1121 Tabel 4.47 Kode Postur Kerja 1121 Arms Legs Load X Dari tabel 4.47 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa kode 1121 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan. Kode: 1221 Back Tabel 4.48 Kode Postur Kerja 1221 Arms Legs Load X

103 Dari tabel 4.48 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa kode 1221 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan. Back Kode: 2131 Tabel 4.49 Kode Postur Kerja 2131 Arms Legs Load X Dari tabel 4.49 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa kode 2131 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang.

104 Back Kode: 4131 Tabel 4.50 Kode Postur Kerja 4131 Arms Legs Load X Dari tabel 4.50 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa kode 4131 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang. Kode: 2151 Back Tabel 4.51 Kode Postur Kerja 2151 Arms Legs Load X

105 Dari tabel 4.51 di atas menunjukkan angka (3), yang berarti bahwa kode 2151 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 3 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin. Back Kode: 1171 Tabel 4.52 Kode Postur Kerja 1171 Arms Legs Load X Dari tabel 4.52 di atas menunjukkan angka (1), yang berarti bahwa kode 1171 yang dilakukan oleh pekerja termasuk dalam kategori 1 yaitu sikap kerja yang dilakukan aman, tidak bermasalah terhadap sistem Muskuloskeletal sehingga tidak memerlukan tindakan perbaikan.

106 Back Kode: 2171 Tabel 4.53 Kode Postur Kerja 2171 Arms Legs Load X Dari tabel 4.53 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa kode 2171 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang. Kode: 2221 Back Tabel 4.54 Kode Postur Kerja 2221 Arms Legs Load X

107 Dari tabel 4.54 di atas menunjukkan angka (2), yang berarti bahwa kode 2221 yang dilakukan pekerja termasuk dalam kategori 2 yaitu pada sikap kerja ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang.

108 4.2.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Postur Kerja Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja 1. Pada Stasiun Perendaman Tabel 4.55 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg 1. Penuangan air untuk pembilasan Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg 2. Penuangan setelah pembilasan ke Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada dalam ember kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Tabel 4.56 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan 1 Penuangan air untuk Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki pembilasan lurus, W 10 Kg 2 Penuangan air untuk Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, bertumpu pada kedua kaki pembilasan lurus, W 10 Kg

109 Tabel 4.57 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Penuangan air untuk Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada pembilasan satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Penuangan setelah pembilasan Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada ke dalam ember kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg 2. Pada Stasiun Pemasakan dan Penyaringan Tabel 4.58 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur Kerja No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, 10 Kg < W 20 Kg 1 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu paa kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Membawa hasil penggilingan ke Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu stasiun pemasakan pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg 2 Penyaringan hasil pemasakan Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg

110 Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Tabel 4.59 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, 10 Kg < W 20 Kg Membawa hasil penggilingan ke 2 stasiun pemasakan Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W Kg Penyaringan hasil pemasakan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg

111 Tabel 4.60 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu Membawa hasil penggilingan ke pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg stasiun pemasakan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg 5 Penyaringan hasil pemasakan Punggung memutar atau miring ke samping,, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg 3. Pada Stasiun Pemotongan Tabel 4.61 Rekapitulasi Hasil Pengkategorian Postur No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan 1 Penuangan untuk dilakukan Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pencetakan pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg

112 2 Memotong tahu yang telah dicetak 3 Memasukkan tahu yang telah dipotong ke ember Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Tabel 4.62 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan 1 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu Penuangan untuk dilakukan pada satu kaki lurus, W 10 Kg 2 pencetakan Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berjalan, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg 5 Memotong tahu yang telah dicetak Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg, 7 Punggung bungkuk ke depan atau belakang, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri Memasukkan tahu yang telah bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg 8 dipotong ke ember Punggung lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg,

113 Tabel 4.63 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 No Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg 3 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu Penuangan untuk dilakukan pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg 4 pencetakan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 Yang Mempunyai Kode Sama Tabel 4.64 Rekapitulasi Kategori 3 dan 4 pada Kode Postur Kerja Yang Sama No Kode Kategori Jumlah Jumlah 16

114 BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN 5.1 Analisis Data Kategori postur kerja merupakan hasil dari pengolahan data, dimana inputnya berupa postur-postur kerja para pekerja pembuatan tahu. Postur kerja dikategorikan menurut tingkat resiko terhadap sistem muskuloskeletal. Setiap tingkat resiko akan diberikan tindakan perbaikan sesuai dengan seberapa pengaruhnya terhadap gangguan muskuloskeletal. Dari hasil pengolahan data telah didapat kategori postur tubuh yang perlu diperbaiki sesuai metode OWAS. Adapun kategori-kategori postur kerja sesuai dengan pengolahan data dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 1 dan 2 Pada Ketiga Stasiun No Nama Stasiuan Aktivitas Postur Kode Kategori Stasiun Perendaman Penuangan air untuk pembilasan Stasiun Penyaringan dan Pemasakan 3 Stasiun Pemotongan Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan Penyaringan hasil pemasakan Penuangan untuk dilakukan pencetakan Memotong tahu yang telah dicetak Memasukkan tahu yang telah dipotong ke ember

115 Dari tabel 5.1 di atas terdapat 11 postur kerja yang tergolong kategori 1 yang berarti Aman pada sistem musculoskeletal, tidak perlu perbaikan. Serta 7 postur kerja yang tergolong dalam kategori 2, yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan dimasa yang akan datang. Tabel 5.2 Rekapitulasi Postur Kerja Kategori 3 dan 4 Pada Ketiga Stasiun No Nama Stasiuan Aktivitas Postur Kode Kategori Penuangan air untuk pembilasan Stasiun Perendaman Stasiun Penyaringan dan Pemasakan Penuangan setelah pembilasan kedalam ember Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan Penyaringan hasil pemasakan Stasiun Pemotongan Penuangan untuk dilakukan pencetakan Dari tabel 5.2 di atas terdapat 8 postur kerja yang tergolong pada kategori 3 dalam arti berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. Serta 8 postur kerja yang tergolong dalam kategori 4, yang berarti Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga.

116 5.2 Rekomendasi Perbaikan Postur Kerja Para Pekerja Pembuatan Tahu Telah diketahui bahwa para pekerja di Industri Kecil Pembuatan Tahu dalam melakukan aktivitas masih beresiko terhadap gangguan musculoskeletal. Keadaan ini memerlukan perbaikan postur kerja untuk mengurangi atau menghilangkan resiko gangguan musculoskeletal. Hal ini dilakukan untuk menciptakan kondisi tempat kerja yang aman dan terhindar dari resiko kecelakaan kerja. Hasil pengolahan data postur kerja Metode OWAS telah merekomendasikan segmen-segmen dari postur kerja untuk dilakukan perbaikan. Anggota tubuh yang direkomendasikan adalah postur punggung, lengan dan kaki. Pada bagian berat beban pengangkatan dikategorikan dalam kelompok aman terhadap sistem musculoskeletal. Rekomendasi perbaikan (Recommendation For Action) dikategorikan menurut tingkat resiko terhadap musculoskeletal. Setiap rekomendasi perbaikan akan diberikan tindakan sesuai dengan seberapa besar pengaruhnya terhadap gangguan musculoskeletal.

117 5.2.1 Perbaikan Postur Kerja Pada Ketiga Stasiun 1. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 1 Gambar 5.1 Postur kerja Awal dan Usulan 111 Tabel 5.3 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 111 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Stasiun Perendaman Penuangan air untuk pembilasan Kode 4151 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping Kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk Tempat penampungan air menggunakan drum Kategori 4 Kode 1221 Punggung lurus Berdiri bertumpu dengan kedua kaki lurus Tempat penampungan air berada di atas, sehingga dalam pengambilan air hanya dengan membuka kran Kategori 1 Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah tempat penampungan air, semula drum kemudian diganti dengan bak yang posisinya ditempatkan di atas yang diberi kran. Agar mudah dalam pengambilan air, yakni

118 dengan membuka kran. Sehingga postur punggung menjadi lurus serta postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan ini gangguan muskuloskeletal terutama pada bagian punggung dan pinggang dapat diminimalkan, karena punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4151 kategori 4 menjadi kode OWAS 1221 kategori Postur 1, Aktivitas 2, Stasiun 1 Gambar 5.2 Postur kerja Awal dan Usulan 121 Tabel 5.4 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 121 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 2141 Punggung bungkuk ke depan atau belakang Kode 1121 Punggung lurus Berdiri bertumpu dengan Penuangan ke dalam Kaki berdiri bertumpu kedua kaki lurus Stasiun ember setelah Perendaman pada kedua kaki dengan Beban berada di atas rak pembilasan lutut ditekuk Kategori 1 Beban berapa di atas lantai Kategori 3

119 Kode OWAS 2141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah beban, semula diatas lantai pada saat awal pengangkatannya menjadi di atas rak setinggi lutut. Sehingga postur punggung menjadi lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan ini gangguan musculoskeletal terutama pada bagian punggung dapat diminimalkan, karena punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2141 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori Postur 2, Aktivitas 2, Stasiun 1 Gambar 5.3 Postur kerja Awal dan Usulan 221

120 Tabel 5.5 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 221 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Penuangan ke Kode 4141 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping Kode 4131 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping dalam ember Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan Stasiun Perendaman setelah kedua kaki dengan lutut satu kaki lurus pembilasan ditekuk Beban berada di atas lantai Beban berapa di atas lantai Kategori 4 dengan posisi lebih tinggi Kategori 2 Kode OWAS 4141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan ember dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15 cm. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4141 kategori 4 menjadi kode OWAS 4131 kategori 2.

121 4. Postur 3, Aktivitas 2, Stasiun 1 Gambar 5.4 Postur kerja Awal dan Usulan 321 Tabel 5.6 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 321 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Penuangan ke Kode 4151 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping Kode 4131 Punggung bungkuk ke depan dan menyamping dalam ember Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan Stasiun Perendaman setelah satu kaki dengan lutut ditekuk satu kaki lurus pembilasan Beban berapa di atas lantai Beban berada di atas lantai rendah Kategori 4 dengan posisi lebih tinggi Kategori 2 Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan ember dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15 cm. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur

122 kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4151 kategori 4 menjadi kode OWAS 4131 kategori Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 2 Gambar 5.5 Postur kerja Awal dan Usulan 112 Tabel 5.7 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 112 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 2142 Punggung bungkuk ke depan Kode 2122 Punggung bungkuk ke depan atau belakang atau belakang Membawa hasil Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan Stasiun Penyaringan penggilingan ke dan pemasakan stasiun kedua kaki dengan lutut kedua kaki lurus pemasakan ditekuk Beban berada di atas lantai Beban berapa di atas lantai dengan posisi lebih tinggi rendah Kategori 2 Kategori 3 Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah alas tempat meletakkan ember dengan menambahkan ketinggian alas setinggi 15cm. Sehinga postur

123 kaki menjadi berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2142 kategori 3 menjadi kode OWAS 2122 kategori Postur 4, Aktivitas 1, Stasiun 2 Gambar 5.6 Postur kerja Awal dan Usulan 412 Tabel 5.8 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 412 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 2142 Punggung bungkuk ke depan Kode 1121 Punggung lurus atau belakang Berdiri bertumpu dengan Membawa hasil Kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus Stasiun Penyaringan penggilingan ke dan pemasakan stasiun satu kaki dengan lutut ditekuk Beban berada di atas cetakan pemasakan Beban berapa di atas rak dengan posisi lebih tinggi cetakan yang posisinya agak Kategori 1 rendah Kategori 3 Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu

124 dilakukan perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan pengangkatan ember yang ditaruh diatas cetakan, sedangkan cetakan tersebut di taruh di atas rak. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian rak cetakan setinggi 10cm. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2142 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori Postur 5, Aktivitas 1, Stasiun 2 Gambar 5.7 Postur kerja Awal dan Usulan 512 Tabel 5.9 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 512 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Stasiun Penyaringan Membawa hasil penggilingan ke Kode 2142 Punggung bungkuk ke depan atau belakang Kaki berdiri bertumpu pada Kode 1121 Punggung lurus Berdiri bertumpu dengan kedua kaki lurus dan pemasakan stasiun satu kaki dengan lutut ditekuk Ukuran tinggi bak pemasakan Ukuran tinggi bak pemasakan pemasakan lebih tinggi lebih rendah Kategori 1 Kategori 3 Kode OWAS 2142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki

125 berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah postur punggung menjadi lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan ini gangguan muskuloskeletal terutama pada bagian punggung dapat diminimalkan karena punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2142 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori Postur 6, Aktivitas 1, Stasiun 2 Gambar 5.8 Postur kerja Awal dan Usulan 612 Tabel 5.10 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 612 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Stasiun Penyaringan Membawa hasil penggilingan ke Kode 4142 Punggung bungkuk ke depan atau belakang Kaki berdiri bertumpu pada Kode 4132 Punggung lurus Berdiri bertumpu dengan kedua kaki lurus dan pemasakan stasiun satu kaki dengan lutut ditekuk Ukuran tinggi bak pemasakan Ukuran tinggi bak pemasakan pemasakan lebih tinggi lebih rendah Kategori 2 Kategori 4

126 Kode OWAS 4142 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian bak untuk pemasakan sesuai dengan ukuran antropometri pekerja. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4142 kategori 4 menjadi kode OWAS 4132 kategori Postur 1, Aktivitas 2, Stasiun 2 Gambar 5.9 Postur kerja Awal dan Usulan 122

127 Tabel 5.11 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 122 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Stasiun Penyaringan dan pemasakan Penyaringan hasil pemasakan Kode 3151 Punggung memutar atau miring ke samping Kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk Ukuran tinggi bak penyaringan lebih rendah Kategori 4 Kode 3131 Punggung lurus Berdiri bertumpu dengan satu kaki lurus Ukuran tinggi bak penyaringan lebih tinggi Kategori 1 Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian bak untuk pemasakan sesuai dengan ukuran antropometri pekerja. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 3151 kategori 4 menjadi kode OWAS 3131 kategori 1.

128 10. Postur 1, Aktivitas 1, Stasiun 3 Gambar 5.10 Postur kerja Awal dan Usulan 113 Tabel 5.12 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 113 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 3151 Punggung memutar atau Kode 3131 Punggung memutar atau Stasiun Pemotongan miring ke samping miring ke samping Penuangan untuk Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan dilakukan pencetakan satu kaki dengan lutut ditekuk satu kaki lurus Ukuran tinggi bak penyaringan Ukuran tinggi bak lebih rendah Kategori 4 pemasakan lebih tinggi Kategori 1 Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian bak untuk penyaringan sesuai dengan ukuran antropometri pekerja. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.

129 Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 3151 kategori 4 menjadi kode OWAS 3131 kategori Postur 2, Aktivitas 1, Stasiun 3 Gambar 5.11 Postur kerja Awal dan Usulan 213 Tabel 5.13 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 213 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 2141 Punggung memutar atau Kode 2121 Punggung memutar atau Stasiun Pemotongan miring ke samping miring ke samping Penuangan untuk Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan dilakukan pencetakan satu kaki dengan lutut ditekuk satu kaki lurus Ukuran tinggi bak penyaringan Ukuran tinggi bak lebih rendah Kategori 3 pemasakan lebih tinggi Kategori 2 Kode OWAS 2141 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis

130 kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2141 kategori 3 menjadi kode OWAS 2121 kategori Postur 4, Aktivitas 1, Stasiun 3 Gambar 5.12 Postur kerja Awal dan Usulan 413 Tabel 5.14 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 413 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 3151 Punggung memutar atau Kode 3131 Punggung memutar atau Stasiun Pemotongan miring ke samping miring ke samping Penuangan untuk Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan dilakukan pencetakan satu kaki dengan lutut ditekuk satu kaki lurus Ukuran tinggi rak cetakan Ukuran tinggi rak cetakan lebih rendah Kategori 4 lebih tinggi Kategori 1 Kode OWAS 3151 semula mempunyai postur punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian rak cetakan setinggi 10cm. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang

131 berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 3151 kategori 4 menjadi kode OWAS 3131 kategori Postur 5, Aktivitas 1, Stasiun 3 Gambar 5.13 Postur kerja Awal dan Usulan 513 Tabel 5.15 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 513 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 4151 Punggung bungkuk ke depan Kode 2121 Punggung bungkuk ke depan Stasiun Pemotongan dan menyamping atau belakang Penuangan untuk Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan dilakukan pencetakan satu kaki dengan lutut ditekuk kedua kaki lurus Pengangkatan beban dari Pengangkatan beban dari samping Kategori 4 depan Kategori 2 Kode OWAS 4151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 4 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal sangat jelas dan perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah arah posisi pengangkatan tutup

132 cetakan. Sehingga postur punggung menjadi bungkuk ke depan atau belakang serta kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan demikian, maka dapat mengurangi resiko terjadinya gangguan musculoskeletal khususnya pada bagian pinggang dan kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 4151 kategori 4 menjadi kode OWAS 2121 kategori Postur 6, Aktivitas 1, Stasiun 3 Gambar 5.14 Postur kerja Awal dan Usulan 613 Tabel 5.16 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 613 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 2151 Punggung bungkuk ke depan Kode 1121 Punggung lurus Stasiun Pemotongan atau belakang Berdiri bertumpu dengan Penuangan untuk Kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus dilakukan pencetakan satu kaki dengan lutut ditekuk Beban yang diangkat dalam Beban yang diangkat dalam posisi horisontal posisi vertikal Kategori 1 Kategori 3 Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini

133 berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan perbaikan segera mungkin. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah cara pengangkatan tutup cetakan, semula dengan posisi horisontal menjadi vertikal. Sehingga postur punggung menjadi lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada punggung, pinggang dan betis. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2151 kategori 3 menjadi kode OWAS 1121 kategori Postur 7, Aktivitas 1, Stasiun 3 Gambar 5.15 Postur kerja Awal dan Usulan 713 Tabel 5.17 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 713 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 2151 Punggung bungkuk ke depan Kode 2131 Punggung bungkuk kedepan Stasiun Pemotongan atau belakang atau belakang Penuangan untuk Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan dilakukan pencetakan satu kaki dengan lutut ditekuk kedua kaki lurus Ukuran tinggi rak cetakan Ukuran tinggi rak cetakan lebih rendah Kategori 3 lebih tinggi Kategori 2

134 Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan pengangkatan tutup cetakan yang ditaruh di atas rak. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ketinggian rak cetakan setinggi 10cm. Sehingga postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2151 kategori 3 menjadi kode OWAS 2131 kategori Postur 8, Aktivitas 1, Stasiun 3 Gambar 5.16 Postur kerja Awal dan Usulan 813

135 Tabel 5.18 Perbaikan Postur Kerja Awal dan Usulan 813 Nama Stasiun Aktivitas Kondisi Awal Kondisi Usulan Kode 2151 Punggung bungkuk ke depan Kode 2131 Punggung bungkuk ke depan Stasiun Pemotongan atau belakang atau belakang Penuangan untuk Kaki berdiri bertumpu pada Berdiri bertumpu dengan dilakukan pencetakan satu kaki dengan lutut ditekuk satu kaki lurus Ukuran tinggi bak Ukuran tinggi bak penampungan air lebih rendah Kategori 3 penampungan air lebih tinggi Kategori 2 Kode OWAS 2151 semula mempunyai postur punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan berada di bawah bahu, kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk. Postur kerja tersebut kategori 3 pada metode OWAS, dalam arti postur ini berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu dilakukan perbaikan segera mungkin. Pada postur ini menunjukkan posisi pengangkatan pengganjal tutup cetakan yang ditaruh di bibir bak penampungan air. Bentuk usulan perbaikan yang dilakukan yaitu dengan mengubah ukuran tinggi bak tersebut sesuai dengan ukuran antropometri pekerja. Sehingga pada saat pengangkatan pengganjal, postur kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus. Dengan perubahan tersebut maka dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki. Dalam usulan perubahan postur kerja tersebut yang semula dari kode OWAS 2151 kategori 3 menjadi kode OWAS 2131 kategori 2.

136 Tabel 5.19 Usulan Perbaikan Postur Kerja Postur Awal Postur Usulan Nama Stasiun Aktivitas Postur Kode Postur Kode Postur Punggung bungkuk dan memutar atau bungkuk ke depan dan menyamping, Penuangan air untuk pembilasan kedua lengan berada dibawah 1221 bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Stasiun Perendaman Stasiun Penyaringan dan Pemasakan Penuangan setelah pembilasan kedalam ember Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung Lurus, satu lengan berada pada atau di atas bahu, Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, 10 Kg < W 20 Kg Keterangan Kategori Kategori 4 menjadi Kategori 1 Kategori 3 menjadi Kategori 1 Kategori 4 menjadi Kategori 2 Kategori 4 menjadi Kategori 2 Kategori 3 menjadi Kategori 2

137 Stasiun Penyaringan dan Pemasakan Stasiun Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan Penyaringan hasil pemasakan Penuangan untuk dilakukan Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi kedua lutut ditekuk, 10 Kg < W 20 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan posisi Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, 10 Kg < W 20 Kg Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, 10 Kg < W 20 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, 10 Kg < W 20 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada Kategori 3 menjadi Kategori 1 Kategori 3 menjadi Kategori 1 Kategori 4 menjadi Kategori 2 Kategori 4 menjadi Kategori 1 Kategori 4 menjadi Kategori 1 Kategori 3 menjadi Kategori 2

138 Pemotongan Stasiun Pemotongan pencetakan Penuangan untuk dilakukan pencetakan kedua lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan dan menyamping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, W 10 Kg kedua kaki lurus, W 10 Kg, Punggung memutar atau miring ke samping, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg, Punggung lurus, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus, W 10 Kg, Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg, Punggung bungkuk ke depan atau belakang, kedua lengan di bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki lurus, W 10 Kg Kategori 4 menjadi Kategori 1 Kategori 4 menjadi Kategori 2 Kategori 3 menjadi Kategori 1 Kategori 3 menjadi Kategori 2 Kategori 3 menjadi Kategori 2

139 5.2.2 Perancangan Alat Bantu Menggunakan Catia Dari usulan perbaikan postur kerja sebanyak 16 postur yang termasuk dalam kategori 3 dan 4, ternyata terdapat 12 postur yang perlu adanya perancangan ulang alat bantu dan 4 postur yang hanya perlu perubahan postur kerja Rekapitualsi Perancangan Alat Bantu Untuk Usulan Perubahan Postur Kerja No Nama Stasiuan Aktivitas Postur Kode Kategori Keterangan Penuangan air untuk Perancangan ulang bak pembilasan penampungan air Stasiun Perendaman Stasiun Penyaringan dan Pemasakan Stasiun Pemotongan Penuangan setelah pembilasan kedalam ember Membawa hasil penggilingan ke stasiun pemasakan Penyaringan hasil pemasakan Penuangan untuk dilakukan pencetakan Keterangan: (*) Hanya usulan perubahan postur kerja * * * * Perancangan ulang rak tempat pembilasan Perancangan ulang lantai tempat penaruhan ember Perancangan ulang lantai tempat penaruhan ember Perancangan ulang lantai tempat penaruhan ember Perancangan ulang rak cetakan Perubahan posisi postur kerja Perancangan ulang bak tempat pemasakan Perancangan ulang bak tempat hasil penyaringan Perancangan ulang bak tempat hasil penyaringan Perubahan posisi postur kerja Perancangan ulang rak tempat cetakan Perubahan posisi postur kerja Perubahan posisi postur kerja Perancangan ulang rak tempat cetakan Perancangan ulang bak penampungan air pada stasiun pemasakan

140 Data Antropometri Para Pekerja Tabel 5.21 Data antropometri pekerja No Nama Data Yang Diukur Pekerja 1 Pekerja 2 X (cm) (cm) (cm) 1 Tinggi Badan Tinggi bahu dalam posisi berdiri Panjang jangkauan tangan Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak Berat Badan Antropometri adalah suatu komponen data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dai suatu data tersebut untuk penanganan masalah desain. Data antropometri sangat penting bagi perancangan suatu alat bantu pada penelitian ini guna mendapatkan ukuran yang sesuai dan kenyamanan bagi para pekerja, sehingga dapat mengurangi kecelakaan atau cedera pada saat bekerja. Adapun dalam penentuan persentil diambil nilai rata rata atau persentil 50 dari data antropometri pekerja Konsep Perancangan Rekomendasi perancangan alat bantu postur kerja ketiga stasiun pada proses pembuatan tahu yang tergolong kategori 3 dan 4 adalah sebagai berikut: Tabel 5.22 Rekapitulasi Persamaan jenis Usulan Perancangan No Jenis Rancangan Nama Aktivitas 1 Perancangan ulang bak penampungan air Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 2 Perancangan ulang rak tempat pembilasan Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 3 Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 Perancangan ulang lantai tempat meletakkan 4 Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 ember 5 Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 6 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 7 Perancangan ulang rak cetakan Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 8 Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 9 Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 10 Perancangan ulang bak pada stasiun Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2 11 pemasakan dan penyaringan Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3 12 Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3

141 1. Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun Keterangan: Satuan dalam (cm) Gambar 5.17 Dimensi Usulan Bak Tempat Penampungan Air

142 Usulan perancangan pada Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 yaitu merancang pembuatan bak penampungan air yang ditempatkan di atas tempat pembilasan. Yang semula penampungan air memakai drum. Dalam setiap pengambilan air, pekerja harus menggunakan gayung dengan posisi punggung membungkuk ke depan dan menyamping serta posisi kaki bertumpu pada satu kaki. Pada postur tersebut dilakukan berulang ulang sehingga akan mengakibatkan gangguan musculoskeletal pada punggung, pinggang dan betis. Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan perbaikan saat ini juga. Dimensi rancangan antara kran dengan lantai yakni: 143 cm, yang diambil dari data antropometri tinggi bahu dalam posisi berdiri. Maka dari itu, dengan usulan perancangan ini akan merubah postur kerja pekerja menjadi posisi punggung lurus dan berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Maksud dari perubahan ini yakni, agar posisi punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.

143 2. Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 Keterangan: Satuan dalam (cm) Gambar 5.18 Dimensi Usulan Rak Pembilasan

144 Usulan perancangan pada Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 yaitu merancang pembuatan rak pembilasan dengan dimensi: Tinggi rak 60,5cm diambil dari data antropometri tinggi rata rata siku dalam posisi berdiri tegak dikurangi tinggi ember. Yakni 98,5 38 = 60,5 cm. Semula ember ditaruh dilantai, sehingga postur pekerja dalam melakukan aktivitas dengan posisi punggung bungkuk kedepan atau belakang dengan posisi kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lutut ditekuk. Maka dengan usulan rancangan ini merubah postur menjadi posisi punggung lurus dan kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Sehingga akan mengurangi keluhan gangguan musculoskeletal khususnya di bagian punggung karena posisi punggung lurus dengan pinggul hingga kaki. Serta dapat mengurangi pembebanan yang berlebih pada lutut dan betis kaki.

145 3. Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1, Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1, dan Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 Keterangan: Satuan dalam (cm) Gambar 5.19 Dimensi Usulan Penambahan Tinggi Lantai

146 Usulan perancangan pada Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1, Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1, dan Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 adalah sama yaitu merancang lantai tempat penaruhan ember pada saat kedelai akan dilakukan penggilingan. Yaitu dengan menambah ketinggian lantai 15cm, lebar 75cm dan panjang 105cm. Dengan usulan rancangan tersebut maka dapat merubah posisi kaki menjadi berdiri bertumpu pada satu atau kedua kaki lurus, sehingga akan mengurangi pembebanan pada lutut dan betis kaki.

147 4. Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 Keterangan: Satuan dalam (cm) Gambar 5.20 Dimensi Usulan Rak Cetakan

148 Usulan perancangan pada Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3, yaitu merancang pembuatan rak cetakan dengan dimensi: Tinggi rak 90cm. Yakni ditentukan dari data antropometri rata rata : Tinggi bahu dalam posisi berdiri (T Ember + T Cetakan) = T Rak cetakan. Untuk ukuran panjang, lebar dan tebal tetap sama dengan ukuran sesungguhnya yang sekarang ini masih digunakan pekerja yaitu 140cm, 45cm dan 12cm. Jadi usulan rancangan ini hanya merubah ukuran tinggi yang disesuaikan data antropometri pekerja, guna dapat merubah postur kerja sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pekerja. Postur kerja yang semula posisi kaki bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk, maka berubah posisi menjadi kaki berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus. Sehingga dapat mengurangi keluhan gangguan musculoskeletal khususnya pada lutut dan betis kaki, karena pembebanan pada kaki dapat dikurangi.

149 5. Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3, dan Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3 Keterangan: Satuan dalam (cm) Gambar 5.21 Dimensi Usulan Bak Pemasakan dan Penyaringan

150 Usulan perancangan pada Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2, Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3, Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun 3 yaitu merancang sebuah bak untuk pemasakan, penyaringan dan bak penampungan air pada stasiun pemasakan. Ketiga ukuran bak tersebut dirancang dengan ukuran tingginya sama. Data antropometri yang digunakan diantaranya: Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak = 98.5cm digunakan untuk menentukan tinggi bibir bak hingga lantai. Panjang jangkauan tangan = 74cm digunakan untuk menentukan kedalaman bak. Sehingga terdapat perubahan postur yang semula posisi kaki berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk menjadi berdiri bertumpu pada satu kaki lurus.

151 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Hasil penelitian mengenai analisis postur kerja para pekerja Manual Material Handling pada industri kecil pembuatan tahu di Kp. Porwogondo, Kartasura, Sukoharjo dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Postur kerja yang telah teridentifikasi pada proses perendaman, pemasakan dan penyaringan serta pemotongan terdapat 34 postur kerja. Tabel 6.1 Hasil pengkategorian Postur kerja Kategori Banyak Postur Keterangan 1 11 Aman pada sistem musculoskeletal, tidak perlu perbaikan. 2 7 Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan dimasa yang akan datang. 3 8 Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan segera mungkin. 4 8 Berbahaya pada sistem musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. 2. Perbaikan berupa usulan metode kerja dengan menggunakan prinsip MMH, yaitu postur kerja punggung dan pinggul diusahakan segaris ketika melakukan aktivitas MMH. Sehingga akan mengurangi keluhan nyeri pada bagian punggung bawah (low back pain). 3. Perbaikan alat bantu dan tempat kerja juga menciptakan kondisi postur kerja kaki yang bertumpu pada kedua kaki lurus, sehingga berat tubuh dapat mengalir kebawah melalui kedua kaki. Hal ini menyebabkan kondisi tubuh stabil.

152 4. Usulan perbaikan postur kerja, teridentifikasi sebanyak 16 postur kerja dalam kategori 3 dan 4. Masing masing terdapat 12 postur yang perlu dilakukannya perancangan ulang alat bantu dan 4 postur yang hanya perlu perubahan postur kerja. Tabel 6.2 Hasil Usulan Perancangan No Jenis Rancangan Nama Aktivitas Keterangan 1 Perancangan ulang bak penampungan air Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 1 2 Perancangan ulang rak tempat Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 1 pembilasan 3 Perancangan ulang Postur 2 Aktivitas 2 Stasiun 1 4 lantai tempat Postur 3 Aktivitas 2 Stasiun 1 5 meletakkan ember Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 2 6 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 2 Perancangan ulang 7 Postur 4 Aktivitas 1 Stasiun 3 rak cetakan 8 Postur 7 Aktivitas 1 Stasiun 3 9 Perancangan ulang Postur 6 Aktivitas 1 Stasiun 2 10 bak pada stasiun Postur 1 Aktivitas 2 Stasiun 2 11 pemasakan dan Postur 1 Aktivitas 1 Stasiun 3 penyaringan 12 Postur 8 Aktivitas 1 Stasiun Saran Dimensi bak penampungan air => Ttotal: 350cm, T kran: 143cm, P bak: 150cm, L bak: 70cm, T bak: 100cm, T tiang penyangga: 250cm. Dimensi Rak pembilasan => T: 60.5cm, P: 120cm, L: 60cm. Dimensi penambahan ketinggian lantai => P: 105cm, L: 75cm, T: 15cm. Dimensi Rak cetakan => P: 140cm, L:12cm, T: 90cm. Dimensi Bak pemasakan dan Penyaringan => P = L: 95cm, T: 98.5cm, D: 74cm, Kedalaman :74cm. 1. Aktivitas MMH sangatlah perlu adanya Studi untuk menganalisa kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja. Pekerja merupakan faktor utama yang perlu diprioritaskan dalam suatu sistem kerja sehingga studi dalam menganalisa gangguan tubuh untuk mengurangi gangguan musculoskeletal perlu dilakukan secara berkelanjutan. 2. Pekerja diharapkan memperhatikan posisi kerja, agar dapat mengurangi resiko dan gangguan pada sistem musculoskeletal sehingga terciptanya kenyamanan, serta keselamatan dalam bekerja.

153 DAFTAR PUSTAKA Alexander, David C. The Practice and Management of Industrial Ergonomic New Jersey: Prentice Hall Inc, 1986 Andriyano, R Analisis Konsumsi Energi dan Identifikasi Kondisi Postur Kerja Pada Proses Perontok Padi Menggunakan Metode OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan) Asmara, D.Y Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Entry Body Assesment (REBA). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan) Bridger, R.S Introduction to The Ergonomic. New York: McGraw-Hill International Edition. Karhu, etc Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS Aplication. APPLIED ERGONOMICS Li, etc Postural Analysis of Four Jobs on Two Building Construction Sites: an Experienceof Using The OWAS Method in Taiwan. Joh.med.uoehu.ac.jp/e/E/41_3_10 html Mardiyanto, Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA). Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan) Mustoleh, Ajis Analisis Postur Kerja Penanganan Material Secara Manual dengan Pendekatan OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan) Nurmianto, Eko Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT Guna Widya. Surabaya Sutalaksana, Iftikar Z. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri ITB. Bandung. Tarwaka dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta.

154 Triyono Analisis Sikap Kerja Pekerja Manual Material Handling UD. Tetap Semangat dengan Metode OWAS. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. (Tidak dipublikasikan) Wignjosoebroto, S Ergonomi, studi gerak dan waktu. PT. Guna Widya, Jakarta.

155 DATA NORDIC BODY MAP (NBM)

156 No HASIL KUESIONER NORDIC BODY MAP (NBM) PEKERJA PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TAHU Nama 1. Stasiun Perendaman DI KARTASURA (27 Desember 2007) Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Ngadiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak T IDAK, 18% YA T IDAK gangguan YA, 82%

157 No Nama Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman P e k e r j a Ya Tidak Ya, 0% Tidak, 100%

158 No Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Ngadiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak Tidak, 55% Ya, 45% gangguan

159 No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya 1 Leher/Tengkuk Bahu Punggung Pangkal Lengan Siku Satu atau Keduanya dari Lengan Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan Satu atau Keduanya dari Pinggang Lutut Satu atau Keduanya dari Paha Satu atau Keduanya dari Lutut Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki % Tidak

160 No 2. Stasiun Penggilingan Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak tidak, 38% Y T 0 ya, 62% gangguan

161 No Nama Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Pencegahan Pekerja Ya Tidak Ya, 0% Tidak, 100%

162 No Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Ngadiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak Tidak, 67% Ya, 33% gangguan

163 No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya 1 Leher/Tengkuk Bahu Punggung Pangkal Lengan Siku Satu atau Keduanya dari Lengan Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan Satu atau Keduanya dari Pinggang Lutut Satu atau Keduanya dari Paha Satu atau Keduanya dari Lutut Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki % Tidak

164 No 3. Stasiun Pemasakan dan Penyaringan Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk TIDAK, 15% pekerja ya tidak Y T gangguan YA, 85%

165 No Nama Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tidak Tidak, 0% Ya, 100%

166 Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak Tidak, 58% Ya, 42% gangguan

167 No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya 1 Leher/Tengkuk Bahu Punggung Pangkal Lengan Siku Satu atau Keduanya dari Lengan Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan Satu atau Keduanya dari Pinggang Lutut Satu atau Keduanya dari Paha Satu atau Keduanya dari Lutut Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki % Tidak

168 No 4 Stasiun Pencetakan Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak Tidak, 35% Y T 0 Ya, 65% gangguan

169 No Nama Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Pencegahan Ya Tidak Ya, 0% Pekerja Tidak, 100%

170 No Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak Tidak 50% Ya, 50% gangguan

171 No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya 1 Leher/Tengkuk Bahu Punggung Pangkal Lengan Siku Satu atau Keduanya dari Lengan Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan Satu atau Keduanya dari Pinggang Lutut Satu atau Keduanya dari Paha Satu atau Keduanya dari Lutut Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki % Tidak

172 No 5. Stasiun Pemotongan Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk Tidak, 18% pekerja ya tidak Y T gangguan Ya, 82%

173 No Nama Umur BB Pencegahan yang dilakukan selama 3 bulan terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Pencegahan Ya Tidak Ya, 0% Pekerja Tidak, 100%

174 No Nama Umur BB Gangguan/keluhan (sakit,nyeri,pegal) pada tubuh selama 7 hari terakhir (Th) (Kg) Total Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T 1 Kasno Nagdiman Ngadimin Triyanto Partiman Ya Tdk pekerja ya tidak Tidak, 42% Ya, 58% gangguan

175 No Gangguan/Keluhan Tubuh Yang dirasakan Selama 3 Bulan Terakhir Ya Tidak % Ya 1 Leher/Tengkuk Bahu Punggung Pangkal Lengan Siku Satu atau Keduanya dari Lengan Satu atau Keduanya dari Pergelangan Tangan Satu atau Keduanya dari Pinggang Lutut Satu atau Keduanya dari Paha Satu atau Keduanya dari Lutut Satu atau Keduanya dari Betis dan Pergelangan Kaki % Tidak

176 Pertanyaan: 1. Gangguan yang terjadi selama 3 bulan terakhir (mulai 27 Oktober Desember 2007). 2. Pencegahan yang dilakukan terhadap gangguan selama 3 bulan terakhir 3. Gangguan atau keluhan yang dialami selama 7 hari terakhir(mulai 28 Desember Januari 2007) Rekapitulasi Kuesioner Nordic Body Map keluhan selama 3 bulan terakhir No Stasiun Ya Tidak 1 Perendaman Penggilingan Pemasakan dan Penyaringan Pencetakan Pemotongan Dari rekapitulasi diatas dapat diketahui bahwa keluhan atau gangguan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah pada satsiun pemasakan dan penyaringan sebanyak 51, dan diikuti oleh stasiun perendaman dan pemotongan sebanyak 49.

177 GAMBAR USULAN PERANCANGAN

178 Gambar Perancangan Postur Kerja 111 Gambar Perancangan Postur Kerja 121

179 Gambar Perancangan Postur Kerja 221 Gambar Perancangan Postur Kerja 321

180 Gambar Perancangan Postur Kerja 321 Gambar Perancangan Postur Kerja 412

181 Gambar Perancangan Postur Kerja 512 Gambar Perancangan Postur Kerja 612

182 Gambar Perancangan Postur Kerja 122 Gambar Perancangan Postur Kerja 113

183 Gambar Perancangan Postur Kerja 213 Gambar Perancangan Postur Kerja 413

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI (Studi Kasus: Proses Perontokan Padi Di KUD Desa Jatirejo Sawit, Boyolali) Disusun

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM

ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM ANALISIS POSTUR KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORKING ANALYSIS SYSTEM (OWAS) PADA STASIUN PENGEPAKAN BANDELA KARET (STUDI KASUS DI PT. RIAU CRUMB RUBBER FACTORY PEKANBARU) Wresni Anggraini ) dan

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL DENGAN PENDEKATAN METODE OWAS (Studi kasus di UD. Rizki Ragil Jaya Kota Cilegon)

PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL DENGAN PENDEKATAN METODE OWAS (Studi kasus di UD. Rizki Ragil Jaya Kota Cilegon) PERBAIKAN POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL DENGAN PENDEKATAN METODE OWAS (Studi kasus di UD. Rizki Ragil Jaya Kota Cilegon) Wahyu Susihono, Wahyu Prasetyo Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk EVALUASI RESIKO POSTUR KERJA DI UMKM GERABAH MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST Indah Pratiwi 1*, Purnomo 2, Rini Dharmastiti 3, Lientje Setyowati 4 1 Mahasiswi Program Doktor Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri masih dominan, terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perusahaan dituntut untuk memperhatikan kinerja pekerjanya, karena pekerja merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat vital dalam kegiatan proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perindustrian di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat, rolling door, dan lan-lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri manufaktur di masa sekarang ini masih dominan dalam melakukan aktivitas manual material handling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA ANALISA DAN PERANCANGAN ULANG PROSEDUR KERJA PENCETAKAN PAVING YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Studi Kasus : UD. Dhiana Kali Ampo Batu - Malang Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor pekerja masih sangat mempengaruhi tingkat produktivitas suatu sistem produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja dapat

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS (OVAKO WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM) (Studi Kasus di Pabrik Roti Cimpago Putih)

KAJIAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS (OVAKO WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM) (Studi Kasus di Pabrik Roti Cimpago Putih) Jurnal Sains dan Teknologi Vol 17 no 2, Desember 2017 KAJIAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS (OVAKO WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM) (Studi Kasus di Pabrik Roti Cimpago Putih) Meldia Fitri 1,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah dalam bidang kesehatan kerja pada saat ini. Gangguan ini akan menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling.

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menarik dan mendorong dalam memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain merupakan aktivitas manusia dalam dunia kerja ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan) Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PROSES MAINTENANCE EXCAVATOR PC200-7 DENGAN MENGGUNAKAN METODE OWAS DI PT. UNITED TRACTORS, Tbk PEKANBARU

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PROSES MAINTENANCE EXCAVATOR PC200-7 DENGAN MENGGUNAKAN METODE OWAS DI PT. UNITED TRACTORS, Tbk PEKANBARU 1) 2) ANALISIS POSTUR KERJA PADA PROSES MAINTENANCE EXCAVATOR PC200-7 DENGAN MENGGUNAKAN METODE OWAS DI PT. UNITED TRACTORS, Tbk PEKANBARU Suherman 1) Hari Satyo Prayogi 2) Jurusan Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS TUGAS AKHIR ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS DITINJAU DARI ASPEK BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI (Studi Kasus di PT. Bahama Lasakka, Batur, Ceper, Klaten) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material Handling (MH) merupakan seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pembungkusan/pengepakan (packaging), penyimpanan (storing),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan

Lebih terperinci

Analisis sikap kerja pekerja manual material handling UD. Tetap Temangat dengan metode owas (ovako working posture analysis system)

Analisis sikap kerja pekerja manual material handling UD. Tetap Temangat dengan metode owas (ovako working posture analysis system) I-1 Analisis sikap kerja pekerja manual material handling UD. Tetap Temangat dengan metode owas (ovako working posture analysis system) Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Tahu Cibuntu merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan di Bandung yang memproduksi tahu. Berlokasi di daerah jalan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, pabrik ini memiliki

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA DAN REDESIGN PERALATAN KERJA MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) PADA OPERATOR KERAJINAN PENCETAKAN GERABAH ( Studi Kasus: Home Industry Bapak Sutrisno,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam bidang industri secara nasional maupun internasional saat ini semakin tinggi. Persaingan tersebut harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) SERTA USULAN PERBAIKAN KERJANYA (Studi Kasus : PT. Makmur Alam Sentosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani, ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan meneliti tentang keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION

ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR DAN GERAKAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OCCUPATIONAL REPETITIVE ACTION (OCRA) (Studi Kasus : PT. SAMIDI GLASS AND CRAFT, BAKI, SUKOHARJO) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS KERJA ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE OVAKA WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS)

PERANCANGAN FASILITAS KERJA ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE OVAKA WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS) PERANCANGAN FASILITAS KERJA ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE OVAKA WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS) (Study Kasus di CV Mitra Jaya Departemen Empat) Skripsi Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ergonomi Kata Ergonomi berasal dari dua kata Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Pada tinjauan mengenai ergonomi akan dibahas mengenai definisi ergonomi dan metode penilaian risiko MSDs. Kedua hal tersebut dijabarkan seperti berikut ini : 1.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi tidak terlepas dari peran manusia, salah satu hal penting yang masih dilakukan pada industri kecil sampai menengah bahkan industri besar sekalipun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN ALAT ANGKUT TABUNG LPG 3 KG YANG ERGONOMIS (STUDI KASUS DI UD. X) Ronal Natalianto Purnomo, Julius Mulyono *, Hadi Santosa Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TEKNOLOGI REKAYASA LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PERANCANGAN PERALATAN DAN PENGEMBANGAN METODE KERJA PADA INDUSTRI TAHU DITINJAU DARI ASPEK ERGONOMI UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI Indah Pratiwi,

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang Nama : Tehrizka Tambihan NPM : 37412336 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Sriyanto, ST., MT., Widhi Adwitya S. P. Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Sekarang sudah banyak alat-alat yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Sekarang sudah banyak alat-alat yang dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pekerjaan manusia itu bermacam-macam jenisnya ada yang ringan, sedang bahkan berat. Berat atau ringannya suatu pekerjaan itu diukur dari kemampuan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A IV F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A IV F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN METODE RULA PADA STASIUN PEREBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, Tbk KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS Meri Andriani Universitas Samudra, Jl. Meurandeh Prodi Teknik Industri. Email: meri_zulham@yahoo.com Abstrak Postur

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG ALAT PENANAM KACANG TANAH DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi Kasus Desa Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar)

LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG ALAT PENANAM KACANG TANAH DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi Kasus Desa Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar) LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG ALAT PENANAM KACANG TANAH DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi Kasus Desa Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar) Proposal Ini Disusun Untuk Memulai Pembuatan Tugas Akhir

Lebih terperinci

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten) Muchlison Anis *, Mufti Hidayat 2, Mila Faila Sufa 3,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesiasebagian warga berprofesi nelayan, kegiatan yang dilakukan oleh nelayan harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) (Studi Kasus: Pabrik Roti CV. Aji Kurnia, Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian dari suatu industri. Hal tersebut merupakan input perusahaan yang penting karena tanpa adanya

Lebih terperinci

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina Industrial Engineering Journal Vol.5 No.2 (2016) 17-22 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina Amri 1*, Syarifuddin, As

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS RESIKO BEBAN KERJA BERDASARKAN BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI (Studi kasus Angkat Beban Karung Beras di Gudang BulogKartasura)

TUGAS AKHIR. ANALISIS RESIKO BEBAN KERJA BERDASARKAN BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI (Studi kasus Angkat Beban Karung Beras di Gudang BulogKartasura) TUGAS AKHIR ANALISIS RESIKO BEBAN KERJA BERDASARKAN BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI (Studi kasus Angkat Beban Karung Beras di Gudang BulogKartasura) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

Lebih terperinci

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI Silvi Ariyanti 1 1 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Email: ariyantisilvi41@gmail.com ABSTRAK Pada industri

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau didesain khusus untuk membantu pekerjaan manusia agar menjadi lebih mudah. Desain yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei

Lebih terperinci

PERANCANGAN TANGGA KERETA API DAN RAMP YANG ERGONOMIS DAN AKSESIBEL UNTUK PENGGUNA KURSI RODA PADA KERETA API PRAMEKS

PERANCANGAN TANGGA KERETA API DAN RAMP YANG ERGONOMIS DAN AKSESIBEL UNTUK PENGGUNA KURSI RODA PADA KERETA API PRAMEKS TUGAS AKHIR PERANCANGAN TANGGA KERETA API DAN RAMP YANG ERGONOMIS DAN AKSESIBEL UNTUK PENGGUNA KURSI RODA PADA KERETA API PRAMEKS Oleh : Nama : SIGID MUHAJIRIN NIM : D 600 020 058 NIRM : 02.6.106.03064.5.058

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA Fahmi Sulaiman 1 * & Yossi Purnama Sari 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7867311

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Laboratorium Proses Manufaktur merupakan salah satu laboratorium yang baru saja didirikan dijurusan Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM : TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PEKERJA PANEN BUAH KELAPA SAWIT (TBS) MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT (REBA) D i PT. XYZ Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai

Lebih terperinci