PEKERJAAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) BANDARA TAHUN ANGGARAN 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEKERJAAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) BANDARA TAHUN ANGGARAN 2012"

Transkripsi

1 PEKERJAAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) BANDARA TAHUN ANGGARAN 2012

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latang Belakang Bandar Udara sebagai prasarana dalam penyelenggaraan penerbangan merupakan tempat untuk menyelenggarakan pelayanan jasa kebandarudaraan guna menunjang pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya, harus ditata secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kebandarudaraan yang handal dan berkemampuan tinggi dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Kegiatan operasional bandara diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup disekitarnya, baik dampak yang bersifat positif maupun negatif. Mengacu pada Undang-Undang No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006, tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal), maka kegiatan Pengembangan Bandara tersebut merupakan kegiatan yang wajib Amdal. Dalam menunjang kegiatan pengoperasian fasilitas bandara (sisi darat dan sisi udara) diperlukan pengelolaan bandara yang berwawasan lingkungan, maka perlu disusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal). Sebagaimana kegiatan pada umumnya, pengoperasian Bandara... di Kabupaten..., Propinsi...disadari akan memberikan perubahan-perubahan yang mendasar kepada lingkungan sekitarnya baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Apabila pembangunan dan pengembangan tersebut tidak dikelola dan direncanakan dengan baik, 2

3 diperkirakan akan timbul dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya, terutama terhadap komponen-komponen lingkungan Fisik- Kimia, Biologi, Sosial-Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat. Dokumen Amdal ini akan merekomendasikan langkah-langkah yang diperlukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara optimal, komprehensif untuk mencegah pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Selanjutnya Amdal ini akan dijadikan sebagai acuan utama bagi pengoperasian Bandara...di Kabupaten..., Propinsi... dalam melaksanakan perencanaan pengelolaan bandara yang berwawasan lingkungan. 1.2 Gambaran Umum Lokasi 1.3 Landasan Hukum Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) didasarkan pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut : Undang-undang: 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1990 tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistim; 2. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3. Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 4. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6. Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; 3

4 7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan; Peraturan Pemerintah: 1) Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1994 tentang Debu dan Kebisingan; 2) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 3) Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara;` 4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 3 tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan; 5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan; 6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun; 7) Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Presiden: 1) Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; Peraturan Menteri: 1) Peraturan Menteri Kesehatan No. KEP-416/Menkes/1990 tentang Kriteria Air Bersih; 2) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan; 3) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 49/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Getaran; 4) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 30/MENLH/10/1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan; 5) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 02/MENKLH/1/1998 tentang Pedoman Baku Mutu Lingkungan; 4

5 6) Keputusan Menteri Pehubungan No. 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional; 7) Keputusan Menteri Pehubungan No. 47 Tahun 2002 tentang Sertifikat Operasi Bandar Udara; 8) Keputusan Menteri Pehubungan No. 48 Tahun 2002 tentang Penyerahan Penyelenggaraan Bandar Udara Umum. 9) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 10)Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2007 tentang Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPPL) Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup. Keputusan Kepala Bapedal : 1) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.056 tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting; 2) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkung; 3) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 4) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep.08 tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara : 1) Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. 109 tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Kebisingan Bandar Udara; 5

6 2) Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. 110 tahun 2000 Tentang Pembuatan Batas-Batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan disekitar Bandar Udara. Peraturan Internasional : Annex 14 Part IV about Standard and Recommended Aerodrome Operations. ICAO ; Annex 16 Environmental Management. Airport Planing Manual Part 2 about Land Use and Environmental Control. Peraturan Daerah : o Meliputi peraturan daerah yang relevan dan terkait dengan studi ini yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. 6

7 BAB II LINGKUP KEGIATAN 2.1 Tujuan dan Kegunaan Studi a. Tujuan Tujuan penyusunan Amdal kegiatan pengoperasian Bandara... : a. Mengidentifikasi kegiatan pengoperasian Bandara... yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan. b. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak penting akibat kegiatan pengoperasian Bandara... c. Melakukan kajian mendalam terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah dilaksanakan. d. Mengkaji dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan Bandara... yang sedang dan akan berjalan. e. Melakukan evaluasi terhadap dampak besar dan penting yang timbul dari kegiatan Bandara... yang sedang dan akan berjalan. Merumuskan saran tindak berupa arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang harus dilakukan; yaitu dengan cara : Menyusun alternatif penanganan dampak negatif, merencanakan dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencegah, mengurangi atau menanggulangi dampak negatif yang telah dan akan terjadi serta meningkatkan dampak positif yang telah dan akan terjadi, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat yang optimal. Merumuskan dan menetapkan langkah-langkah operasional yang terjangkau oleh kemampuan teknologi berdasarkan pertimbangan ekonomi dan institusional. Sebagai umpan balik dalam rangka menyempurnakan sistem pengendalian lingkungan ke dalam maupun keluar batas kegiatan pelabuhan, sehingga tercipta mekanisme pengelolaan, 7

8 termasuk batasan hak dan kewajiban serta lingkup tanggung jawab masing-masing pengelola. b. Kegunaan Studi Kegunaan penyusunan Amdal kegiatan kebandarudaraan adalah: a. Sebagai dasar upaya pencegahan kerusakan lingkungan baik didalam areal bandara maupun diluar areal bandara yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh kegiatan operasional Bandara... b. Sebagai pedoman bagi pengelola Bandara... dalam membuat keputusan-keputusan mengenai kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan. c. Sebagai pedoman bagi Bandara... untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan di dalam areal bandara dan daerah sekitarnya terutama untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif. d. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan hukum yang berlaku. 2.2 Ruang Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup pekerjaan penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) adalah menyusun sampai dengan pengesahan dokumen Amdal kegiatan operasional bandara. Dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Amdal terdiri dari : a. Persiapan b. Inventarisasi kegiatan operasional Bandara. c. Kajian terhadap kegiatan yang telah dan akan berjalan serta kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah dilakukan; d. Inventarisasi penanganan permasalahan kuantitatif dan kualitatif; e. Pengujian sampel analisis dan uji laboratorium kualitas kebisingan, kualitas udara, kualitas air, sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. f. Penyusunan laporan dan pengesahan Amdal. 8

9 Dalam pelaksanaan penyusunan studi tersebut, disetiap tahapan pekerjaannya konsultan pelaksana selalu berkoordinasi dan melibatkan Dinas Perhubungan Udara termasuk kegiatan Survei lapangan (pengambilan sample, dan lain-lain). 2.3 Komponen Kegiatan Yang Ditelaah Berdasarkan sifat dan karakteristik kegiatan, maka komponen kegiatan yang ditelaah karena diperkirakan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, pada tahap operasional adalah sebagai berikut : 1). Pengoperasian prasarana bandara. 2). Pelayanan penumpang, barang dan jasa kebandarudaraan. 3). Pengoperasian sarana dan utilitas bandara. 4). Pemanfaatan fasilitas bandara. 5). Pengendalian pencemaran air. 6). Pengelolaan limbah padat dan limbah cair. 7). Pengendalian batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan Batas-batas Kawasan Kebisingan. 2.4 Lingkup Komponen Lingkungan Yang ditelaah 2.4.a Rona Lingkungan Hidup Awal a) Komponen Fisik Kimia 1. Iklim. 2. Kondisi topografi. 3. Peruntukan lahan. 4. Kondisi prasarana jalan menuju lokasi kegiatan. b) Komponen Biologi Kondisi flora dan fauna di wilayah studi. c) Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1. Kepadatan penduduk 2. Interaksi sosial dan masyarakat. 3. Kesehatan masyarakat 4. Kondisi kamtibmas 9

10 2.4.b Komponen Lingkungan Hidup Yang Ditelaah Komponen lingkungan hidup yang ditelaah adalah komponen lingkungan hidup di wilayah studi yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar, yaitu: a) Komponen Fisik Kimia 1. Iklim, meliputi suhu, kelembaban udara, curah hujan, arah dan kecepatan angin. 2. Kualitas udara dan kebisingan. 3. Fisiografi, meliputi kondisi topografi, struktur tanah dan geologi, serta potensi gempa. 4. Hidrologi, meliputi pola aliran sungai, kondisi DAS, sistem drainase alami, pemanfaatan air, serta kualitas air perairan dan kuantitas air/air lairan. 5. Ruang, lahan dan tanah, meliputi tata guna lahan, peruntukan tanah, rencana tata ruang dan rencana pengembangan wilayah. 6. Transportasi darat, meliputi kondisi prasarana jalan dan arus lalu lintas, serta tingkat pelayanan jalan. 7. Keselamatan operasi Kebandarudaraan, meliputi persyaratan operasi kebandarudaraan, obstacle limitation surface dan PKP- PK. b) Komponen Biologi 1. Vegetasi darat meliputi berbagai jenis flora dan fauna darat, termasuk populasi dan keanekaragamannya, serta penyebaranannya. 2. Biota perairan, meliputi populasi dan keanekaragaman serta penyebaran berbagai jenis flora air, serta biota perairan seperi nekton, plankton, benthos, dan bakteri collie. c) Komponen Sosial Ekonomi Budaya 1. Demografi, meliputi jumlah, kepadatan dan penyebaran penduduk, struktur penduduk, ratio beban tanggungan dan pertumbuhan penduduk. 2. Kegiatan perekonomian masyarakat, meliputi pola pemilikan lahan, kondisi ekonomi, kegiatan ekonomi masyarakat yang 10

11 dominan, kesempatan kerja dan berusaha, dan kapasitas ekonomi di wilayah studi. 3. Kondisi sosial budaya, meliputi agama dan kepercayaan, pola kehidupan masyarakat sehari-hari, nilai budaya lokal, tingkat pendidikan, sarana sosial masyarakat, tatanan sosial, dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan. 4. Kesehatan masyarakat, meliputi jenis penyakit yang dominan, fasilitas dan pelayanan kesehatan. 2.5 Isu-isu Pokok Uraian isu-isu pokok yang dapat ditimbulkan akibat rencana usaha dan atau kegiatan sesuai dengan pelingkupan. Tata cara pelingkupan sebagaimana dimaksud di dalam penjelasan umum. 2.5.a Proses Pelingkupan Amdal Penentuan isu-isu pokok pembangunan/pengembangan bandara dilakukan melalui serangkaian proses pelingkupan Amdal seperti terlihat pada uraian berikut: 1. Identifikasi Dampak Potensial 2. Evaluasi Dampak Potensial 3. Pemusatan Dampak Besar Dan Penting Hipotesis 2.5.b Lingkup Wilayah Studi Wilayah studi Amdal pengoperasian Bandara..., Kabupaten..., Propinsi... ditentukan dengan mempertimbangkan: 1. wilayah tapak kegiatan. 2. wilayah ekologis. 3. wilayah sosial. 4. wilayah administratif. 5. wilayah keselamatan operasi kebandarudaraan. 6. wilayah batas-batas kebisingan bandara. 11

12 BAB III. METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data 3.1.a Pengumpulan Data Metode pengumpulan data disesuaikan dengan komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah, mencakup pengumpulan data primer dan sekunder, serta informasi lainnya yang terkait dan diperlukan dalam rangka studi penyusunan Amdal operasional Bandara...di Kabupaten..., Propinsi... a. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dilaksanakan dengan pengamatan, pengukuran atau pengambilan sampel langsung di lapangan serta wawancara dengan masyarakat. 1. Data kualitas udara dan kebisingan, didapat melalui serangkaian pengukuran di lapangan dan analisis laboratorium. Data ini akan dipakai sebagai data dasar kondisi lingkungan saat ini dan proyeksi kualitas udara dan kebisingan di masa mendatang. Untuk pengukuran kebisingan dengan menggunakan perlatan dan alat ukur yang ditetapkan oleh standar nasional yaitu NMS (Noise Monitoring System). Untuk menentukan kondisi kualitas udara dan kebisingan tersebut, dipergunakan ketentuan yang tercantum dalam PP No. 4 tahun 1999, KEPMENLH No. 48 dan No. 49 tahun 1999 dan SKEP Dirjen Perhubungan Udara No. 109 tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembuatan Kawasan Kebisingan Bandara. Pengukuran kualitas kebisingan terdiri dari 10 titik dan pengukuran kualitas udara terdiri dari 10 titik. 2. Data kualitas air, didapat melalui serangkaian pengukuran di lapangan dan analisis laboratorium. Data ini akan dipakai sebagai data dasar kondisi lingkungan saat ini dan proyeksi kualitas air di masa mendatang. Untuk menentukan kondisi kualitas air tersebut, dipergunakan ketentuan yang tercantum dalam PP No. 19 tahun 1999, PP No. 82 tahun 2001, dan 12

13 KEPMENKES No. 416 tahun Pengukuran kualitas air terdiri dari 10 titik. 3. Data tanah, didapat melalui serangkaian pengamatan dan penelitian lapangan, serta analisis laboratorium. 4. Data lalu lintas darat, didapat melalui serangkaian pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Data ini akan dipakai sebagai data dasar kondisi lingkungan saat ini dan proyeksi kondisi lalu lintas darat karena keberadaan dan pengoperasian bandara di masa mendatang. 5. Data biologi, baik vegetasi darat maupun biota air didapat melalui serangkaian pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium (biota air). Data ini akan dipakai sebagai data dasar kondisi lingkungan saat ini dan proyeksi kondisi komponen biologi di masa mendatang. 6. Data sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat, didapat melalui serangkaian pengamatan di lapangan dan wawancara dengan responden yang dipilih secara acak (random sampling). Data ini akan dipakai sebagai data dasar kondisi lingkungan saat ini dan proyeksi kondisi sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat di masa mendatang. b. Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilaksanakan dengan mengumpulkan data dan informasi dari instansi, lembaga, badan dan sumbersumber yang relevan. 3.1.b Metoda Identifikasi Dampak Untuk mengidentifikasi dampak potensial akan digunakan metodemetode matriks. Metode matriks ini akan memuat interaksi antara komponen lingkungan pada kolom vertikal, serta komponen kegiatan pada lajur horizontal. Untuk melakukan identifikasi ini akan diinteraksikan antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan, apakah ada interaksi atau tidak. Disini sifatnya masih kualitatif, belum terlihat besar kecilnya dampak, langsung tidak 13

14 langsungnya dampak, penting tidak pentingnya dampak, dan lain sebagainya. Yang penting apabila diperkirakan ada pengaruh dari salah satu komponen kegiatan terhadap lingkungan tersebut akan terindentifikasi. Langkah selanjutnya setelah melakukan identifikasi dampak yang merupakan dampak potensial, maka akan dilakukan evaluasi dampak potensial. Dasar evaluasi ini akan menggunakan pedoman pelingkupan yang dikeluarkan oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan. Secara garis besar di dalam mengevaluasi dampak potensial akan dipilih dampak-dampak yang dianggap penting oleh pakar dan atau tokoh mesyarakat dan atau instansi yang bertanggung jawab. Dengan demikian hasil dari evaluasi dampak potensial ini nantinya akan berupa daftar komponen lingkungan yang selanjutnya dilakukan pemusatan. Hasil dari evaluasi dampak potensial seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan pemusatan atau pengelompokkan agar lebih terfokus. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan komponen lingkungan atau berdasarkan sumber dampak. Dengan demikian hasil dari pemusatan ini akan menjadi lebih sedikit atau lebih terfokus. Komponen lingkungan hasil pemusatan ini merupakan dampak penting hipotetik yang harus dikaji secara cermat dan mendalam untuk membuktikan apakah dampak penting hipotetik ini terbukti sebagai dampak yang penting dan besar atau tidak. Apabila terbukti sebagai dampak penting dan besar berarti wajib dikelola. Komponen lingkungan yang merupakan hasil pemusatan ini nantinya akan dikumpulkan datanya, dianalisis kemudian dituangkan dalam Rona Lingkungan Hidup Awal serta akan diperkirakan dan dievaluasi. 3.2 Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting 3.2.a Prakiraan Besaran Dampak Besaran dampak dapat dihitung dengan cara menganalisis perbedaan kualitas lingkungan hidup antara sebelum dan setelah adanya kegiatan 14

15 pengembangan pelabuhan, dengan menggunakan metoda formal ataupun metode non formal. Metoda yang dipergunakan dalam memprakirakan besaran dampak adalah sebagai berikut: a. Metode Formal Melalui metoda ini, hubungan sebab akibat yang menggambarkan pengaruh kegiatan proyek terhadap perubahan komponen lingkungan tertentu dirumuskan dalam bentuk persamaanpersamaan matematik. Pemilihan atas metoda prakiraan dampak disesuaikan dengan masalah yang dihadapi. Beberapa metode formal dilakukan terhadap komponen pencemaran udara, kualitas air permukaan, flora, fauna, biota air, dan lain-lain. Metode formal dipergunakan untuk memperkirakan besaran dampak secara kuantitatif dengan memakai berbagai rumus empiris atau model deskriptif, sebagai berikut: 1. Kualitas Udara Rumus Gaussian adalah sebagai berikut: 2 2 Q 1 y z C= exp[ ( ( + ) U 2 πσσ σσ y z y z Dimana : C : Konsentrasi debu pada koordinat (x,y,z), dalam mg/m 3 Q : Laju emisi debu pada sumber dalam mg/detik U : Kecepatan angin dalam meter/detik σ y, σ z : Koefisien dispersi dalam meter 2. Kebisingan Kebisingan akibat kegiatan operasional pelabuhan dapat diprediksi dengan anggapan sebagai sumber titik dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Leq = Lw-8-2 log1+10 log (π l/d tg 2 π l/d) + αd +αl 15

16 Dimana : Lw : Rata-rata yang ditimbulkan oleh satu kendaraan ( V+10 log (al+5a2) V : Kecepatan rata-rata (km/jam) N : Rata-rata volume lalu lintas (kendaraan/jam) D : Rata-rata spacing d = 1000 V/N L : Jarak minimum dari sumber ke titik perkiraan αd : Nilai terkoreksi untuk difraksi damping α1 : Nilai terkoreksi untuk berbagai faktor 3. Kualitas Air Kualitas air badan penerima setelah bercampur dengan limbah cair kegiatan diprediksi dengan persamaan: Cm = (Ca x Qa) + (CbxQb) Qa + Qb Dimana : Cm : Konsentrasi parameter kualitas air, badan air setelah bercampur dengan limbah cair kegiatan (mg/l) Ca : Konsentrasi parameter kualitas air, badan air setelah bercampur dengan limbah cair kegiatan (mg/l) Cb : Konsentrasi parameter kualitas air limbah cair kegiatan (mg/l) Qa : Debit badan air sebelum bercampur dengan limbah kegiatan (m 3 /detik) Qb : Debit limbah cair kegiatan (m 3 /detik) b. Metode Non-formal Metoda non formal digunakan untuk parameter-parameter lingkungan yang tidak dapat dikuantifikasi, sehingga untuk 16

17 memperkirakan dampak dilakukan dengan professional judgment. Metode non formal dilakukan terhadap komponen/parameter lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya. Metode ini merupakan metoda yang sederhana dan dilakukan secara informal berdasarkan intuisi atau pengalaman dan wawasan yang luas dari para tenaga ahli, antara lain sebagai berikut: a. Analogi b. Penilaian pakar (Profesional Judgment) 3.2.b Prakiraan Tingkat Pentingnya Dampak Tingkat pentingnya dampak dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu dampak penting dan dampak tidak penting. Tingkat pentingnya dampak dianalisis dengan mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No. 056 tahun 1994, tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. 3.2.c Sifat Dampak Selain melakukan telaahan tersebut di atas, perlu diperhatikan pula sifat dampak yang timbul, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini perlu diperhatikan mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan sebagai berikut: 1. Kegiatan menimbulkan dampak yang bersifat langsung terhadap komponen sosekbud-kesmas. 2. Kegiatan menimbulkan dampak yang bersifat langsung terhadap komponen fisik kimia, kemudian menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-turut terhadap komponen biologi dan komponen sosekbud-kesmas. 3. Kegiatan menimbulkan dampak yang bersifat langsung terhadap komponen biologi, kemudian menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen sosekbud-kesmas. 17

18 4. Kegiatan menimbulkan dampak yang bersifat langsung terhadap komponen fisik kimia, kemudian menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen sosekbud-kesmas. 5. Dampak yang timbul berlangsung saling berantai diantara komponen sosekbud-kesmas itu sendiri. 6. Dampak-dampak yang timbul tersebut di atas, selanjutnya menimbulkan dampak balik pada rencana kegiatan. 3.3 Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting Evaluasi dampak besar dan penting bertujuan untuk melakukan kajian secara komprehensif atas seluruh dampak besar dan penting yang timbul secara holistis atau totalitas, serta mengkaji sebab akibat terjadinya dampak besar dan penting tersebut. Evaluasi dampak penting akan ditempuh melalui sintesis : - Penelaahan secara holistic segenap komponen lingkungan yang diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar karena kegiatan proyek. - Penelaahan persebaran dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan proyek menurut ruang persebaran dampak. - Penelaahan dampak rencana kegiatan yang bersifat strategis bagi keperluan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Evaluasi dampak penting yang bersifat holistic tersebut ditujukan untuk mensintensis dampak penting hipotetik sebagai berikut : - Keterlanjutan ekologis di sekitar lokasi proyek yang dicirikan oleh dampak kegiatan terhadap keanekaragaman hayati (flora dan fauna) dan perairan. - Kelanjutan sosial ekonomi desa-desa di sekitar lokasi proyek yang dicirikan oleh aktivitas petani. - Fungsi perairan sebagai berbagai macam kepentingan seperti kegiatan pariwisata. 18

19 Dalam evaluasi dampak penting ini diuraikan pula mengenai hasil telaahan dampak penting dari rencana kegiatan. Hasil evaluasi ini selanjutnya menjadi masukan bagi instansi yang berwenang untuk memutuskan kelayakan lingkungan dari rencana usaha/kegiatan. Penentuan arti penting perubahan kualitas lingkungan, dengan mengacu pada Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting berdasarkan Pertauran Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL dan Keputusan Kepala Bappedal No. Kep-056/1994 tentang Pedoman Ukuran Dampak Penting. Komponen lingkungan yang secara potensial akan terkena dampak penting akan dievaluasi derajat kepentingan dampaknya dengan metoda yang relevan antara lain melalui diskusi, telaahan pustaka dan pertimbangan pakar (professional Judgement). 3.3.a Telaahan Terhadap Dampak Besar Dan Penting Telaahan terhadap dampak besar dan penting secara holistis atau menyeluruh dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar masingmasing dampak yang timbul apakah saling memperkuat (sinergis) atau saling memperlemah (antagonis), dilakukan dengan memakai Metode Leopold Yang Dimodifikasi (Lohani - Than), dengan tetap mengacu pada pedoman mengenai ukuran dampak penting. Hasil evaluasi dampak besar dan penting ini dipakai sebagai dasar untuk menelaah kelayakan lingkungan dari kegiatan operasional bandar udara ini. 3.3.b Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Telaahan terhadap dampak besar dan penting secara kausatif ini untuk mengetahui proses sebab-akibat terjadinya dampak, serta mengetahui jenis dampak primer, sekunder ataupun dampak tersier yang timbul, dilakukan dengan memakai Metode Bagan Alur, dengan tetap mempertimbangkan ciri dampak, kelompok manusia yang terkena dampak, serta luas sebaran dampak. 19

20 Hasil evaluasi dampak besar dan penting ini dipakai sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan lingkungan dari rencana kegiatan pembangunan/pengembangan bandara. Penanganan dampak besar dan penting dilakukan dengan merumuskan dan atau memformulasikan pencegahan dan atau mitigasi dampak yang timbul, dan metoda penanganannya, antara lain dapat dilakukan dengan rekayasa lingkungan dengan pendekatan teknologi, sosial budaya, dan pendekatan institusional/kelembagaan. 20

21 BAB IV PELAKSANAAN STUDI 4.1 Identitas Pemrakarsa Nama Instansi : Penanggung Jawab : Jabatan : Alamat : Telepon/Fax : 4.2 Identitas Penyusun Amdal Nama Perusahaan : Penanggung Jawab : Alamat : Tel/Fax : Tim Studi penyusunan Amdal Bandara, terdiri atas 7 (tujuh) orang tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan lingkup kegiatan studi, disajikan pada Tabel

22 Tabel 4.1 Tim Studi AMDAL Bandara No Jabatan/Keahlian Klasifikasi I Tenaga Ahli 1 Ketua Tim/ Ahli Teknik Lingkungan Ahli Kepala 2 Ketua Sub Tim Fisika - Kimia Ahli Utama 3 Ahli Keselamatan Kebandarudaraan Ahli Muda 4 Ahli Hidrologi / Fisik kimia Ahli Muda 5 Ketua Sub Tim Biologi dan Ahli Sosekkesmas Utama 6 Ahli Biologi Ahli Muda 7 Ahli Sosial Ekonomi Kes Mas Ahli Muda II Tenaga Pendukung 1 Surveyor Teknisi 2 Operation Komputer Teknisi 3 Sekretaris Staff 4 Tenaga Keuangan Staff 5 Office Biaya Studi Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan studi Amdal Bandara... di Kabupaten..., Propinsi... dari dana. Tahun Anggaran Pembiayaan studi AMDAL tersebut mencakup biaya untuk pengeluaran gaji/upah (honorarium tenaga ahli dan tenaga pendukung), pengumpulan data primer (survei lapangan) dan analisis laboratorium, pengumpulan dan pengolahan data sekunder, peralatan kantor, penggandaan dokumen Amdal, serta biaya untuk assistensi dan pembahasan penilaian teknis dokumen Amdal dengan instansi yang mengelola lingkungan hidup di tingkat Propinsi untuk dokumen Amdal Bandara... serta untuk asistensi dan pembahasan penilaian teknis dokumen Amdal dengan instansi yang mengelola lingkungan hidup di tingkat Propinsi untuk dokumen Amdal Bandara... di Kabupaten..., Propinsi... 22

23 4.4 Waktu pelaksanaan studi Semua tahapan kegiatan penyusunan Amdal dalam jangka waktu 6 (enam) bulan kalender sejak ditanda tangani kontrak kerja. No. Kegiatan Bulan ke Rencana Kerja Detail/Laporan Pendahuluan 2 Survei Lapangan 3 Laporan kajian kegiatan dan Pengelolaan/ Pemantauan yang telah dilakukan 4 Draft Laporan Amdal 5 Laporan Final Amdal dan pengesahan 4.5 Kualifikasi Personil Dalam menyelesaikan pekerjaan penyusunan Amdal, pelaksana kegiatan wajib melibatkan Tenaga Ahli Profesional yang handal sesuai dengan bidang dan pengalamannya masing-masing, sehingga tercapai tingkat efesiensi dan efektifitas yang tinggi. Tenaga Ahli harus dipimpin oleh Ketua Tim dan dituangkan dalam struktur organisasi. Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk melakukan studi minimal adalah: No Posisi Dalam Tim Pendidikan (Min) Pengalaman (Min) Sertifikat AMDAL) (Min) 1 Ketua Tim/ Ahli S1 10 B Teknik Lingkungan 2 Ketua Sub Tim Fisika - Kimia 5 B 3 Ahli Keselamatan S1 3 (Pernah 23

24 Kebandarudaraan mengerjakan studi sejenis) 4 Ahli Hidrologi / Fisik S1 3 A kimia 5 Ketua Sub Tim Biologi S1 5 B dan Sosekkesmas 6 Ahli Biologi S1 3 A 7 Ahli Sosial Ekonomi Kes Mas S1 3 A 4.6 Jadual Penugasan Personil Konsultan harus menyusun jadual penugasan dengan cermat disesuaikan dengan jadual setiap tahap kegiatan dan waktu tersedia sehingga seluruh sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. 4.7 Pelaporan Jenis jenis laporan yang akan diserahkan oleh konsultan kepada Pemberi Tugas adalah : No Jenis Laporan 1. Rencana Kerja Detail / Laporan Pendahuluan 2. Laporan Hasil Survey Lapangan dan Kajian Kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dan Kajian kegiatan pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan. 3. Draft laporan Amdal 4. Laporan Final Amdal dan pengesahan a. Rencana kerja Detail Diserahkan 7 (tujuh) hari setelah kesepakatan ditandatangani. Konsultan harus menyampaikan pemahaman terhadap TOR dan rencana kerja detail, yang berisikan tahapan semua kegiatan yang akan dilaksanakan, termasuk konsultasi dan verifikasi lapangan yang akan dilakukan. Digandakan sebanyak 2 eksemplar dan dipresentasikan di hadapan pemberi tugas. 24

25 b. Laporan Hasil Survei Lapangan dan Kajian Kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dan Kajian kegiatan pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan. Laporan ini sangat penting untuk membantu konsultan penyusun Amdal agar bekerja lebih cepat dan mudah. Laporan ini harus diserahkan 1 (satu) bulan setelah kontrak ditanda tangani dan mendapat persetujuan dari pemberi tugas. c. Draft Laporan Amdal Laporan Amdal harus mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep. 30/MENLH/10/1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan; d. Laporan Final Amdal Dibuat setelah draft laporan Amdal dinilai oleh instansi yang mengelola lingkungan hidup sampai dengan dikeluarkannya Surat Keputusan atas Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) oleh instansi yang berwenang. 4.8 Kewajiban Konsultan a. Konsultan wajib menyusun laporan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. b. Konsultan wajib mengkonsultasikan hasil studi sesuai dengan tahapan laporan kepada Tim Teknis Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Dinas Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan, sebelum dibahas dengan intansi yang mengelola lingkungan hidup di tingkat Pusat dan Propinsi. c. Konsultan wajib untuk mempresentasikan dan mensosialisasikan hasil studi pada intansi yang mengelola lingkungan hidup di tingkat Pusat dan Propinsi untuk mendapatkan surat rekomendasi kelayakan lingkungan. 25

26 4.9 Ketentuan Lainnya a. Setiap anggota Studi Penyusunan Amdal operasional Bandara... di Kabupaten..., Propinsi... harus membuat Surat Pernyataan Sanggup melaksanakan studi sampai disetujui di atas kertas bermaterai Rp ,- yang diketahui oleh Pimpinan Perusahaan/Konsultan; apabila pemenang dalam pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai dengan surat pernyataan tersebut akan dikenakan sanksi pemotongan sesuai surat perjanjian pemborongan yang telah disetujui bersama. b. Tim Studi Penyusunan (Lembaga/Perusahaan) wajib membuat secara profesional slide/transparan sheet atau foto-foto (berwarna) bagian-bagian laporan tersebut serta peta ukuran A3 untuk presentasi dan menyerahkan 2 (dua) set lengkap kepada Pemrakarsa; c. Tim Studi Penyusun (Lembaga/Perusahaan) wajib mengadakan penjelasan umum (expose) dihadapan intansi yang mengelola lingkungan hidup di tingkat Propinsi. Dan menghadirkan pula wakil-wakil dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Pemerintah Daerah, pakar/ahli yang sesuai dengan materi yang perlu dibahas serta instansi-instansi terkait; d. Tim Studi Penyusunan (Konsultan) baru dapat dianggap telah menyelesaikan Studi apabila Laporan Akhir Amdal yang disusun tersebut telah mendapat Persetujuan tertulis (Rekomendasi Kelayakan Lingkungan) dari intansi yang mengelola lingkungan hidup di tingkat Propinsi Kepustakaan Dalam menyusun laporan, dikemukakan sumber referensi, sumber data dan informasi yang digunakan dengan mencantumkan penulis, penerbit dan tempat penerbitannya Lampiran-Lampiran Dilampirkan dokumen-dokumen yang relevan antara lain : 26

27 a. Surat Ijin rekomendasi yang telah didapat pemrakarsa; b. Surat-surat tanda pengenal, surat keputusan, kualifikasi lingkungan hidup, pengalaman personil dan rujukan bagi para pelaksana dan peneliti serta penyusun Amdal; c. Foto-foto (berwarna), slides atau transparan sheets yang dapat menunjukkan pengambilan data primer dan menggambarkan rona lingkungan awal (termasuk foto udara bila ada), usulan kegiatan dan sebagainya. d. Diagram, peta, gambar, grafik serta tabel-tabel yang dapat menyokong semua uraian yang diuraikan secara jelas dengan ukuran yang selaras serta dapat mencantumkan sumbernya; e. Hal-hal yang dianggap perlu serta relevan untuk dimuat sebagai lampiran Lain-Lain Penulisan secara rinci tentang deskripsi kegiatan harus dicantumkan dalam laporan Penyusunan Amdal. Petunjuk dan ketentuan-ketentuan lain yang belum tercakup dan merupakan tambahan/pelengkap, akan diberikan kepada Konsultan sebagai kelengkapan Studi Penyusunan Amdal tersebut apabila diperlukan. 27

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN)

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN) A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN) PENGERTIAN, MANFAAT DAN PROSES Dr. Elida Novita, S.TP, M.T Lab. Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Yang dimaksud

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYUSUNAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL) PENGEMBANGAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) MOJOSARI DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 tahun1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL UPL) RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI PABRIK PELEBURAN TIMAH (SMELTER) PT. LABA-LABA MULTINDO PANGKALPINANG PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Rosiana Indrawati * ABSTRAK Telaah studi AMDAL yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia yang melayani jasa transportasi udara. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENYUSUNAN AMDAL DAN STUDI KASUSNYA

DASAR-DASAR PENYUSUNAN AMDAL DAN STUDI KASUSNYA DASAR-DASAR PENYUSUNAN AMDAL DAN STUDI KASUSNYA 4 4.1. Proses Penyusunan AMDAL AMDAL wajib disusun oleh pemrakarsa dan biasanya dalam penyusunan AMDAL, pemrakarsa dibantu oleh konsultan penyusun AMDAL.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 10/E, 2009 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 2 TAHUN 2000 TANGGAL : 21 PEBRUARI 2000 PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BAB I. PENDAHULUAN A. TUJUAN DAN FUNGSI PANDUAN Panduan ini merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa segala bentuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang memberikan dampak besar dan penting terhadap lingkungan diharuskan

Lebih terperinci

PB 9 PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN MENGENAI AMDAL

PB 9 PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN MENGENAI AMDAL PB 9 PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN MENGENAI AMDAL Titik tolak pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia sebagai manifestasi konkrit dari upaya-upaya sadar, bijaksana dan berencana dimulai pada tahun 1982

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA

KERANGKA ACUAN KERJA KERANGKA ACUAN KERJA PEKERJAAN : PENYUSUNAN DOKUMEN AMDAL KAWASAN JATIDIRI DI KOTA SEMARANG hal1/9 KETENTUAN UMUM DAN LINGKUP KERJA A. KETENTUAN UMUM 1. Rencana kerja dan cara cara pelaksanaan Dalam waktu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax: PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282 Telp: 0274 4332389 Fax: 0274 488476 0 Proposal Pelaporan Pemantauan Lingkungan Hidup 1.

Lebih terperinci

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL adalah suatu telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan atau diusulkan yang kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan dari kegiatan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN KERANGKA ACUAN KERJA STUDI PENATAAN DAN PERENCANAAN DED KOMPONEN PSU KAWASAN KUMUH KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PRASARANA SARANA DAN UTILITAS KAWASAN KUMUH LOKASI : KABUPATEN BANGGAI LAUT TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2. DAFTAR ISI Halaman: Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV...... TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. Umum 2. Lampiran 1a: Wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Definisi AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 13 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 3 JULI 2009 NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL) DAN UPAYA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN 2 Desember 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 1 Seri E

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM

( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ) Eko Sugiharto PSLH UGM 0811283602 pslh@ugm.ac.id ekosugiharto@jogjamedianet.com Apa yang dimaksud dengan AMDAL? Ada berapa jenis AMDAL? Bagaimana proses persetujuan

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA Menimbang Mengingat : PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN KOMPETENSI DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah

Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU Jrengik Sampang

PENDAHULUAN. Dokumen Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU Jrengik Sampang PENDAHULUAN Dokumen Upaya Pengelolaan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Pembangunan SPBU 54.69.207 Jrengik Sampang 1.1 Latar belakang SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum) merupakan prasarana

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Umum Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Menimbang : MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, bahwa untuk melaksanakan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 09 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000 PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) A. PENJELASAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27 BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27 PERATURAN WALI KOTA CILEGON NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH WALI KOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa air merupakan

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN Menimbang : PRESIDEN

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

Prosedur Pelaksanaan ANDAL

Prosedur Pelaksanaan ANDAL Prosedur Pelaksanaan ANDAL Canter (1977) membagi langkah-langkah dalam melakukan pelaksanaan ANDAL; o Dasar (Basic) o Rona Lingkungan (Description of Environmental Setting) o Pendugaan Dampak (Impact assesment)

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP SERTA PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN A. UMUM TAHAPAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA I. UMUM Kegiatan penerbangan merupakan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 86 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang

Lebih terperinci

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan

1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan 1. Apa kepanjangan dari AMDAL..? a. Analisis Masalah Dalam Alam Liar b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Analisis Mengenai Dampak Alam dan Lingkungan d. Analisis Masalah Dampak Lingkungan e. Analisa

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 Tentang : Panduan Penilaian Dokumen AMDAL

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 Tentang : Panduan Penilaian Dokumen AMDAL Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 Tentang : Panduan Penilaian Dokumen AMDAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 27

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 III-1 BAB III METODOLOGI III.1 PENDAHULUAN Dalam proses perencanaan jalan perlu dilakukan analisa yang teliti, semakin rumit masalah yang dihadapi maka akan semakin kompleks pula analisa yang harus dilakukan.

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, NOMOR : 09 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, NOMOR : 09 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 09 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, Menimbang :bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

Achmad Sjafrudin Laboratorium Geomorfologi, Fakutas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT

Achmad Sjafrudin Laboratorium Geomorfologi, Fakutas Teknik Geologi, UNPAD ABSTRACT Dampak Lingkungan Eksploitasi Air Tanah dan Pembangunan Pabrik AMDK PT. Tirta Investama di Kampung Salam, Desa Darmaga dan Pasanggrahan, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat (Achmad

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci