TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PELAYANAN PENYULUH PERTANIAN DI DESA SITU UDIK KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PELAYANAN PENYULUH PERTANIAN DI DESA SITU UDIK KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT"

Transkripsi

1 TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PELAYANAN PENYULUH PERTANIAN DI DESA SITU UDIK KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI DINI BAYU SUBAGIO H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 x

2 RINGKASAN DINI BAYU SUBAGIO. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Pelayanan Penyuluh Pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA) Desa Situ Udik merupakan desa terbaik peringkat kedua tingkat Provinsi Jawa Barat. Kriteria penilaian desa terbaik meliputi peran Badan Perwakilan Desa (BPD), Peran Lumbung Ekonomi Desa (LED), kinerja desa dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) serta peran PKK dalam memberdayakan perempuan. Penghargaan yang diterima sebagai desa terbaik peringkat kedua tingkat Provinsi Jawa Barat bukan berarti desa tidak memikili permasalahan dalam hal pertanian. Berdasarkan hasil observasi langsung kepada petani ditemukan beberapa permasalah dalam hal pertanian, antara lain penyuluh jarang melakukan kunjungan, materi penyuluhan yang kurang sesuai dengan kondisi yang ada di petani dan tingkat produktivitas pertanian yang rendah. Permasalah-permasalahan tersebut merupakan gambaran dari gagalnya penyuluh dalam memberikan kepuasan maksimal kepada petani, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh belum dapat memahami dan menangkap apa yang dibutuhkan petani. Penyuluh seringkali menilai bahwa suatu layanan tertentu penting bagi petani dan oleh karena itu kinerjanya harus bagus, padahal apa yang dianggap bagus oleh penyuluh teryata merupakan sesuatu yang tidak penting dimata petani, sebaliknya, apa yang di persepsikan sebagai hal yang tidak penting oleh penyuluh ternyata merupakan hal yang penting bagi petani. Oleh karena itu, menjadi tugas penyuluh untuk terus menerus berusaha mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada petani, karena dengan itu penyuluh dapat mengalokasikan sumberdaya secara tepat dan berhasil guna, sehingga dicapai kinerja yang optimal. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi atribut kualitas berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut petani, menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja atribut pelayanan petugas penyuluh pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dan merekomendasikan upaya untuk meningkatkan kinerja pelayanan petugas penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani dimasa yang akan datang. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang telah memperoleh penyuluhan dan terdaftar dalam rencana kerja tahunan penyuluh (RATP) BP3K tahun 2010 yang berjumlah 5 kelompoktani. Alat analisis data menggunakan metode Importance and Performance Analysis. Hasil perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan atribut yang dianggap petani memiliki tingkat kepentingan tertinggi yaitu penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani dan atribut yang memiliki tingkat kepentingan terendah adalah penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain, sedangkan atribut yang dianggap petani memiliki tingkat kinerja tertinggi yaitu penyuluh yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawab pertanyaan petani dan atribut yang memiliki tingkat kinerja terendah xi

3 adalah penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja penyuluh pertanian di Desa Situ Udik cukup memuaskan. Dari hasil perhitungan kesenjangan antara kepentingan dan kinerja bahwa kesenjangan setiap atribut pelayanan bernilai positif dengan selisih antara kinerja dan kepentingan sebesar 1.24 dari 5.0. Ini artinya semakin kecil range antara kinerja dan kepentingan berarti semakin besar kepuasan yang dirasakan petani. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kualitas kinerja penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani dimasa yang akan datang adalah materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani, penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani, penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya serta kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani. xii

4 TINGKAT KEPUASAN PETANI TERHADAP KINERJA PELAYANAN PENYULUH PERTANIAN DI DESA SITU UDIK KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT DINI BAYU SUBAGIO H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 xiii

5 Judul Skripsi Nama NIM : Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Pelayanan Penyuluh Pertanian Di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat : Dini Bayu Subagio : H Disetujui, Pembimbing Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : xiv

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Pelayanan Penyuluh Pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini Bogor, Oktober 2010 Dini Bayu Subagio H xv

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 30 Maret Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Marjudi dan Ibu Keningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Gentra Maksekdas Kota Sukabumi pada tahun 1998, lalu melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SLTPN 5 Kota Sukabumi dan lulus pada tahun Pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Kota Sukabumi dan masuk program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), diselesaikan pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (USMI) Ahli Madya (D3) di Program Studi Manajemen Bisnis dan Koperasi, Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), diselesaikan pada tahun Kemudian penulis melanjutkan ke program Sarjana (S1) di Program Penyelenggaraan Khusus (Ekstensi) Agribisnis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah tinggal di pesantren mahasiswa Al-Inayyah 2 Bogor selama 1 tahun, aktif di Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah IPB 2004/2007 sebagai Ketua Divisi Perekonomian. Penulis juga aktif di DKM Masjid Al-Hurriyyah IPB sebagai pengurus 2005/2009. Penulis juga aktif di Radio Komunitas IPB Alvo 106,4 Fm sebagai pendiri dan Direktur Utama 2007/2008. Selain itu, selama kuliah di IPB penulis juga Magang di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan 2005, Magang di Perusahaan Sariwangi Kota Sukabumi 2006, Magang di Perusahaan Percetakan Cemerlang Kota Sukabumi 2007, bekerja sebagai asisten dosen Pendidikan Agama Islam 2007/2009, Manajer salah satu toko buku di Bogor 2007, Manajer pemasaran di salah satu toko elektronik di Kota Bogor 2008 dan Desainer di salah satu percetakan di kota Bogor xvi

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Pelayanan Penyuluh Pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja pelayanan petugas penyuluh pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor serta merekomendasikan upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan petugas penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani dimasa yang akan datang. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Oktober 2010 Dini Bayu S xvii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Rahmat Yanuar, SP. MSi yang menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 5. Pihak Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Wilayah Cibungbulang Kabupaten Bogor. 6. Ustad Drs. E. Syamsudin selaku orang tua di Bogor yang selalu memberikan perhatian dan motivasi selama menyelesaikan studi di IPB. 7. Ustad Wasto, S.Hut Anggota Komisai A DPRD Kabupaten Bogor selalu guru spiritual yang selalu menyempatkan waktu seminggu sekali untuk mengajarkan kalam qur an kepada penulis. 8. Rudi Kusdianto, SPi selaku manajer Lembaga Amil Zakat Masjid Al- Hurriyyah 9. Keluarga besar Asrama Masjid Al-Hurriyyah IPB, keluarga besar Radio Komunitas IPB 106,4 ALVO FM, Mitra bisnis dan teman-teman seperjuangan Ekstensi Agribisnis angkatan Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya. Bogor, Oktober 2010 Dini Bayu Subagio xviii

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I II III IV V VI Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 7 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Terminologi Penyuluh Pertanian Sekilas Sejarah Penyuluhan di Indonesia Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kepuasan Mutu Pelayanan Penilaian Kualitas Pelayanan Jasa Kinerja Sistem Penyuluhan Pertanian Importance Performance Analysis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Sampel Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Pengolahan Data Variabel Penelitian GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Deskripsi Umum Wilayah Potensi Sumber Daya Alam Klasifikasi Lahan dan Tatagunanya Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengujian Data Analisis Kepuasan Pelayanan Important Performance Analysis Kesenjangan Kinerja dan Kepentingan xii xiv xv x

11 VII 6.5 Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Data Kelompoktani Wilayah Binaan Situ Udik Tahun Atribut Pre sampling Kuesioner Pertama Sebanyak 23 Atribut Operasionalisasi Variabel Kedalam Kriteria Dimensi Pelayanan Operasionalisasi Variabel Kedalam Indikator Komposisi Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan Data Curah Hujan Desa Situ Udik Tahun Data Klasifikasi Lahan dan Tataguna Lahan Data Keragaan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Data Keragaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Data Jumlah Petani Menurut Status Petani Fasilitas Penunjang Usahatani Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Sebaran Responden Menurut Umur Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal Sebaran Responden Munurut Status Kepemilikan Lahan Penyuluh Mengundang Untuk Menghadiri Pertemuan Kelompoktani Penyuluh Membuat Hubungan Kerjasama Antara Kelompoktani dengan Pihak Lain Materi Penyuluhan Yang Ditawarkan Sesuai dengan Yang Dibutuhkan Petani Penyuluh Melakukan Kunjungan Kepada Kelompoktani Penyuluh Cepat Tanggap Dalam Memberikan Pelayanan Penyuluh Merekap/ Menanyakan Masalah Kepada Petani dan Mencarikan Solusi Penyuluh Mengajarkan Berbagai Keterampilan Usahatani serta Melakukan Bimbingan dan Penerapannya Penyuluh Yang Menerima Pertanyaan Dapat Langsung Menjawab dan Mampu Menjawab Pertanyaan Petani xii

13 26. Penyuluh Menghadiri Pertemuan/ Musyawarah Yang Diselenggarakan Oleh Kelompoktani Penyuluh Menyediakan Bahan Bacaan, Makanan dan Minuman Selama Penyuluhan Kemampuan Penyuluh Dalam Meningkatkan Produktivitas, Kuantitas dan Kualitas Komoditi Usahatani Memberikan Jasa Pelatihan/Kursus/ Penerapan Teknologi Kepada Petani Dengan Sikap Yang Sopan dan Ramah Kemampuan Penyuluh Dalam Menggunakan Bahasa Setempat Kemampuan Penyuluh Dalam Memberikan Penjelasan Secara Tertulis Kelengkapan dan Kesiapan Alat Peraga Penyuluhan Hasil Hitungan Rata-Rata Tingkat Kepuasan (X) dan Tingkat Kepentingan (Y) Kesenjangan Kepuasan dan Kepentingan xiii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis Grafik Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis Plot Selisih Bobot Kinerja dan Harapan xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Pre sampling 23 Atribut Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Akhir Matrik Rencana Kegiatan PPL di Sektor Pertanian xv

16 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Potensi sumberdaya pertanian yang melimpah seharusnya dapat dijadikan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Berdasarkan hasil verifikasi terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bulan Agustus 2010 diketahui bahwa Indonesia memiliki sekitar pulau yang tersebar dari Sabang hingga Merauke 1, Panjang garis pantai > 81,000 km, 30% hutan bakau dunia ada di Indonesia, 90% hasil tangkapan ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut dari pantai 2, luas lahan daratan Indonesia sekitar Ha dan Ha adalah luas areal pertanian 3 serta luas hutan Indonesia sekitar 130 juta Ha 4. Pertanian juga merupakan sektor penting yang mendukung perekonomian nasional. Sehingga pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih melibatkan pertanian dalam langkah prioritasnya. Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi, maka kegiatan jasa dan bisnis berbasis pertanian juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, kegiatan pertanian akan menjadi salah satu kegiatan unggulan pembangunan ekonomi nasional dalam berbagai aspek yang luas. Untuk mewujudkan pertanian sebagai salah satu kegiatan unggulan ekonomi nasional maka perlu dibuat sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis IPTEK dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis. Sistem agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu (1) subsistem pengadaan sarana produksi pertanian seperti pembibitan, agrokimia, agrootomotif, agromekanik; (2) subsistem produksi usahatani, yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi usahatani untuk menghasilkan produk pertanian primer; (3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian, yaitu kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer menjadi bahan olahan; Indonesia Economic Development Prospects Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti 3 Litbang Deptan RI 4

17 (4) subsistem pemasaran dan (5) subsistem kelembagaan penunjang, yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis seperti perbankan, infrastruktur, litbang, pendidikan, penyuluhan, transportasi dan lain-lain. Pandangan sistem tersebut menyatakan bahwa kinerja masing-masing kegiatan dalam sistem agribisnis akan sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan subsistem lain. Salah satu subsistem yang cukup besar memberikan kontribusi pada keberhasilan pertanian khususnya tanaman padi di Indonesia adalah subsitem lembaga penunjang berupa kegiatan penyuluhan. Penyuluhan sebagai proses bimbingan dan pendidikan nonformal bagi petani memiliki tujuan yang sangat penting, yaitu meningkatkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap mental), dan psikomotorik (keterampilan). Kegiatan penyuluhan tidak hanya sebuah proses penyampaian informasi, tetapi juga sebagai sarana konsultasi, pelatihan, dan aktivitas lain yang dapat mengubah perilaku para petani agar lebih handal dan sejahtera. Pengalaman menunjukkan bahwa penyuluhan pertanian di Indonesia telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan dalam pencapaian berbagai program pembangunan pertanian. Salah satu prestasi terbaiknya adalah dibidang tanaman pangan khususnya padi, yang telah mampu mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar di dunia menjadi negara swasembada beras pada tahun 1984 dan tahun Keberhasilan tersebut didukung oleh penyuluhan pertanian dengan pendekatan sistem Bimbingan Masal (BIMAS) tahun 1963/1964, sistem Latihan Kerja dan Kunjungan (LAKU) tahun 1976, sistem Intensifikasi Khusus (INSUS) tahun 1979 dan sistem SUPRA INSUS tahun 1986, melalui inovasi teknologi Sapta Usaha Pertanian secara lengkap (Abbas, 1995), serta telah dibangunnya prasarana transportasi, tersedianya sarana produksi, kemajuan teknologi, berkembangnya pasar hasil usahatani, serta adanya insentif bagi usahatani. Sedangkan saat ini penyuluhan pertanian memiliki peran yang sangat strategis terutama dalam gerakan revitalisasi pertanian, karena penyuluh sebagai jembatan komunikasi antara pemerintah dengan petani. Petani akan mengadopsi berbagai teknologi terbaru bergantung pada pendampingan yang dilakukan penyuluh. Begitu pula dengan berbagai program pembangunan pertanian yang 2

18 digagas pemerintah, akan diikuti atau tidak oleh petani bergantung sejauhmana keterlibatan para penyuluh. Keterlibatan penyuluh dalam mensukseskan program pertanian sama pentingnya dengan partisipasi para petani. Menurut Suparta (2001), yang dimaksud dengan penyuluhan adalah jasa layanan dan informasi agribisnis yang dilakukan melalui proses pendidikan non formal untuk petani dan pihak-pihak terkait yang memerlukan, agar kemampuannya dapat berkembang secara dinamis untuk menyelesaikan sendiri setiap permasalahan yang dihadapinya dengan baik menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan penyuluhan adalah jasa layanan, dan jasa layanan itulah yang harus dibuat bermutu sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan harapan sasaran penyuluhan pada waktu yang diperlukan. Mutu jasa layanan dapat dilihat dari segi keterpercayaan (reliability), keterjaminan (assurance), penampilan (tangiability), kepemerhatian (empaty), dan ketanggapan (responsiveness). Jasa layanan itu dilakukan melalui proses pendidikan non formal guna meningkatkan kesadaran para pelaku sistem agribisnis (sasaran), yang dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung melalui berbagai media cetak atau elektronik. Dengan demikian, sasaran penyuluhan diharapkan akan meningkat kemampuannya secara dinamis untuk dapat menyelesaikan sendiri setiap permasalahan yang dihadapinya. Sasaran penyuluhan atau para pelaku sistem agribisnis juga diharapkan kreatif, inovatif, berani dan bebas mengambil keputusan untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapinya dengan kekuatan dan kemampuan yang ada pada dirinya serta prospek pengembangan usahanya ke depan. Menurut data Departemen Pertanian (2008), terdapat sekitar orang penyuluh PNS, orang penyuluh honorer, orang penyuluh swadaya, dan orang THL-TBPP yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia. Penyuluh adalah komunikator pembangunan yang harus mampu berperan ganda, yaitu menjadi guru, pembimbing, penasihat, pemberi informasi, dan mitra petani. Penyuluh harus memiliki komunikasi dua arah, yaitu mampu menyampaikan (berbicara dan menulis) juga mampu menerima (mendengar dan membaca). Oleh karena itu, kualifikasi seorang penyuluh sangat penting untuk diperhatikan. 3

19 Tersedianya penyuluh di suatu desa tidak menjamin dapat memberikan hasil yang sama karena tergantung bagaimana penyuluh dapat memberikan kepuasan terhadap petani dengan kinerja yang dihasilkan. Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara pelayanan yang dipikirkan terhadap hasil yang diharapkan. Jenis-jenis pelayanan penyuluhan pertanian yang dapat memuaskan petani seperti jasa informasi pertanian, jasa penerapan teknologi, jasa penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani, jasa pembimbingan, jasa pelatihan/ kursus dan lain-lain. Berdasarkan ulasan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan petani terhadap kinerja pelayanan penyuluh pertanian. 1.2 Perumusan Masalah Pentingnya keberadaan penyuluh pertanian sejak tahun 1970-an sampai sekarang sudah tidak diragukan lagi. Mereka selalu menjadi garda terdepan tumpuan pemerintah untuk menyukseskan program-program di bidang pertanian. Sejak zaman program BIMAS pada tahun 1970-an hingga Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) di tahun 2000-an, Penyuluh adalah tulang punggung harapan pemerintah sebagai eksekutor lapangan. Menurut Hilmiati (2009) 5, pada zaman BIMAS yang merupakan implementasi dari The Green Revolution di Indonesia yang bertujuan untuk mendongkrak produksi beras ditengah paceklik masa itu, Banyak penyuluh menganjurkan petani untuk membeli pupuk dan pestisida sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan komisi dari distributor pupuk, walaupun sebenarnya pupuk tersebut tidak akan bermanfaat untuk petani. Bila terjadi gagal panen, penyuluh akan berusaha lagi mempengaruhi petani mengambil kredit untuk membeli benih baru dengan paket pupuk dan pestisida yang dianjurkan. Demikian seterusnya hingga akhirnya petani tidak mampu lagi bercocok tanam karena terbelit hutang yang ciptakan oleh sebuah program yang katanya akan mampu mensejahterakan petani. Anjuran penyuluh bahkan tidak jarang disertai dengan tekanan dan intimidasi dari aparat desa dan aparat keamanan

20 Pola penyuluh sebagai sumber informasi untuk memecahkan masalah petani sudah ditinggalkan oleh banyak Negara lebih dari 20 tahun yang lalu karena sudah terbukti tidak efektif membawa perbaikan kesejahteraan petani. Sudah saatnya penyuluh merubah paradigma penyuluhan itu sendiri. Penyuluh seharusnya tidak lagi melihat dirinya sebagai suluh yang menerangi petani yang dianggap berada dalam kegelapan ilmu pengetahuan. Peran penyuluh yang lebih penting adalah sebagai fasilitator yang mampu membangkitkan dan memunculkan kemampuan dan kepercayaan diri petani untuk menganalisa pilihan-pilihan yang ada serta konsekuensi dari setiap pilihan itu serta menumbuhkan rasa percaya diri petani untuk memecahkan persoalan mereka sendiri. Penempatan penyuluh paling banyak berada di wilayah pedesaan karena mayoritas masyarakat perdesaan bermata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar serta penyuluh sebagai pendamping program Pengembagan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) berdasarkan surat keputusan Bupati/ Walikota. Pemilihan Desa Situ Udik sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan : (1) Desa Situ Udik merupakan salah satu sentra pertanian yakni padi, (2) Kecamatan Cibungbulang dalam dua tahun terakhir telah menerima bantuan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (3) Desa Situ Udik sudah mendapat penyuluhan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. (4) Desa situ Udik telah mendapat penghargaan sebagai desa terbaik peringkat kedua tingkat Jawa Barat. Kriteria penilaian desa terbaik meliputi peran Badan Perwakilan Desa (BPD), Peran Lumbung Ekonomi Desa (LED), kinerja desa dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) serta peran PKK dalam memberdayakan perempuan. Dengan pertimbangan pemilihan desa terbaik diharapkan Desa Situ Udik dapat dijadikan acuan penilaian kepuasan kinerja penyuluh terhadap kepuasan kinerja penyuluh di desa lainnya. Penghargaan yang diterima sebagai desa terbaik peringkat ke-dua tingkat Provinsi Jawa Barat bukan berarti desa tidak memikili permasalahan dalam hal pertanian. Berdasarkan hasil observasi langsung kepada petani ditemukan beberapa permasalahan dalam hal penyuluhan, antara lain penyuluh jarang melakukan kunjungan, bahkan ada kelompoktani yang belum pernah dikunjungi 5

21 selama periode waktu tertentu, materi penyuluhan yang kurang sesuai dengan kondisi yang ada di petani dan tingkat produktivitas pertanian yang rendah. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan gambaran dari gagalnya penyuluh dalam memberikan kepuasan maksimal kepada petani, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh belum dapat memahami dan menangkap apa yang dibutuhkan petani. Penyuluh seringkali menilai bahwa suatu layanan tertentu penting bagi petani dan oleh karena itu kinerjanya harus bagus, padahal apa yang dianggap bagus oleh penyuluh teryata merupakan sesuatu yang tidak penting dimata petani, sehingga yang diusahakan oleh penyuluh jadi sia-sia karena tidak dapat memuaskan petani dengan baik. Sebaliknya, apa yang di persepsikan sebagai hal yang tidak penting oleh penyuluh ternyata merupakan hal yang penting bagi petani. Oleh karena itu, menjadi tugas penyuluh untuk terus menerus berusaha mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada petani, karena dengan itu penyuluh dapat mengalokasikan sumberdaya secara tepat dan berhasil guna, sehingga dicapai kinerja yang optimal. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian demi mengetahui faktor-faktor yang dianggap penting dan diharapkan oleh petani, sehingga dengan meningkatkan kinerja faktor-faktor tersebut akan dapat memuaskan petani. 1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana atribut pelayanan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut petani padi? 2. Bagaimana tingkat kepuasan petani padi terhadap kinerja atribut pelayanan penyuluh pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor? 3. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kinerja pelayanan petugas penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani di masa yang akan datang? 6

22 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi atribut kualitas berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut petani 2. Menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap kinerja atribut pelayanan petugas penyuluh pertanian di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor? 3. Merekomendasikan upaya untuk meningkatkan kinerja pelayanan petugas penyuluh pertanian dalam memberikan kepuasan petani di masa yang akan datang. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penyuluh, sebagai evaluasi dan bahan masukan untuk meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dan meningkatkan kepuasan petani. 2. Bagi Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, memberi masukan & evaluasi serta penilaian kinerja dari penyuluh pertanian. 3. Bagi petani, sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi tentang kinerja penyuluh pertanian 4. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber literatur dan perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. 5. Bagi Penulis untuk mendapatkan pengalaman dan wadah penelitian dalam teoti-teori serta aplikasi konsep-konsep ilmu yang diperoleh dalam bangku perkuliahan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mengevalusi kinerja penyuluh pegawai negeri sipil pada pos penyuluhan Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. 7

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Terminologi Penyuluh Pertanian Menurut Mugniesyah (2006) Sejarah penyuluh pertanian menurut (Swason, 1984) diawali ketika pada masa Ranaisense terdapat suatu gerakan yang menghubungkan antara pendidikan dengan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan manusia dan dalam penerapan ilmu pengetahuan secara praktis atau dalam kondisi realita. Para ahli sepakat bahwa istilah penyuluhan pertanian berasal dari bahasa Inggris, yaitu extention, yang secara harfiah, kata tersebut diterjemahkan sebagai perpanjangan atau perluasan. Van de Ban dan Hawkins (1982) mengemukakan bahwa istilah university extension atau extension of the university pertama kali digunakan di Inggris pada tahun 1840-an, yang kemudian dimunculkan oleh William Swewll dalam proposal yang berjudul Suggestion for the Extension of the University pada tahun 1850 (Swason, 1984) Selanjutnya dikemukakan ketika Kames Stuart dari Trinidad College (Cambridge) memberikan kuliah kepada asosiasi wanita dan pria Inggris Utara. Kegiatan ini menjadikan Stuart mendapat sebutan sebagai The father of university extension. Pada tahun 1871 Stuart mendekati pimpinan Universitas Cambridge agar penyuluhan dijadikan mata kuliah serta mengusulkan untuk mengorganisasikan suatu pusat penyuluhan dibawah pengawasan universitas. Istilah konsep extension education (pendidikan penyuluhan) dibakukan pada tahun 1873 oleh Universitas Cambridge, Inggris (Maunder, 1972; Van den Ban dan Hawkins, 1982). Konsep penyuluhan saat itu digunakan untuk menjelaskan suatu inovasi pendidikan khusus, dimana universitas Cambridge menyebarluaskan temua-temuan kepada masyarakat biasa dimana mereka hidup dan bekerja (Maunder, 1972) atau memperpanjang kegiatan-kegiatan pengajaran keluar kampus (Mosher, 1978). Maunder selanjutnya mengatakan bahwa istilah extension pertama kali muncul di Inggris bukan di Amerika, terdapat sejumlah karakteristik kegiatan pendidikan yang dilakukan Universitas Cambridge tersebut, yaitu : (1) menyelenggarakan pendidikan tingkat universitas bagi warga masyarakat yang sudah bekerja, (2) pendidikan dilaksanakan di tempat-tempat warga masyarakat tinggal dan bekerja, dan (3) dana berasal dari masyarakat,

24 namun country councils berkontribusi bagi terselenggaranya kuliah-kuliah dalam ilmu pertanian (Maunder, 1972). Dalam sekitar satu dasawarsa kegiatan serupa merambah ke universitasuniversitas lain baik di negeri Inggris sendiri maupun ke negara-negara lain, yakni Amerika Serikat dan negara-negara berkembang serta negara-negara sedang berkembang lainnya. Maunder mengemukakan bahwa di Inggris itu sendiri perubahan besar terjadi setelah dibentuknya Workers Educational Association pada tahun Di Amerika sendiri, gerakan penyuluhan berawal sebagaimana terjadi di Inggris. Direktur Penyuluhan di Amerika (Universitas Chicago, 1892) juga seorang berkebangsaan Inggris bernama Moulton, yang juga bertugas sebagai salah seorang penyuluh di Universitas Cambridge dan yang mendokumentasikan sepuluh tahun pertama gerakan penyuluhan pada tahun Dikemukakan oleh Maunder bahwa istilah agricultural extension itu berkembang kemudian. Mosher menyatakan bahwa istilah tersebut menyebar di Amerika mungkin sekitar 20 tahun setelah istilah "extension education' digunakan di Inggris. Program-program yang kemudian dikenal sebagai agricultural extension berkembang di berbagai negara bagian di Amerika sebagai respon terhadap kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dan dengan pemrakarsa yang berbeda pula. Kegiatan-kegiatan yang bermakna penyuluhan tersebut menyebar ke berbagai negara di dunia, namun istilah yang digunakan beragam sebagaimana dikemukakan oleh van den Ban dan Hawkins (1982). Di Malaysia, karena mendapat pengaruh Inggris, konsep yang digunakan adalah "perkembangan", yang merupakan terjemahan dari konsep "extension" di Inggris. Di Jerman dikenal dengan istilah Beratung yang diartikan sebagai pekerjaan advokasi atau menasehati (advisory work), dimana seorang pakar dapat memberikan petunjuk kepada seseorang tetapi seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya. Selain itu, juga digunakan istilah Aufklarung (pencerahan) dan Erziehung yang bermakna pendidikan. Adapun kegiatan penyuluhan di Indonesia, dinyatakan mereka mendapat pengaruh dari Belanda. Dalam bahasa Belanda istilah yang bermakna penyuluhan tersebut dikenal dengan istilah voorlighting, secara harfiah berarti memberi cahaya yang bermakna memberi penerangan untuk 9

25 menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah tersebut digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua pihak. Meskipun demikian, sebagaimana dikemukakan Dahama dan Bhathagar (1980) penyuluhan pertanian atau pendidikan penyuluhan berakar pada sejarah penyuluhan di Amerika. Hal tersebut juga diakui oleh Gunardi, yang menyatakan bahwa praktek penyuluhan di Indonesia mendapat pengaruh dari praktek penyuluhan pertanian di Amerika Sekilas Sejarah Penyuluhan Pertanian di Indonesia Sebagaimana tertuang dalam buku tersebut, perhatian penjajah Belanda terhadap pertanian ditunjukkan oleh beragam upaya pemerintah kolonial Belanda untuk memajukan pertanian di negeri jajahannya, Indonesia. Upaya-upaya tersebut dapat dibedakan kepada sebelum dan sesudah dibentuknya petugas penyuluh Masa sebelum didirikannya Departemen Pertanian ( ) Pada tanggal 17 Mei 1817 C.G.L. Reinwardt mendirikan Kebun Raya Bogor dengan mendatangkan jenis-jenis tanaman baru Tahun 1831, Gubernur Jendral Daendels memberi perintah untuk melakukan perbaikan budidaya berbagai tanaman, terutama tanaman padi serta dimulainya Tanam Paksa ("Cultuurstelsel") untuk nila, kopi, tebu, dan tembakau. Tahun 1874 dibentuk Panitia beranggotakan orang Belanda yang diperintah untuk mengerahkan perhatiannya dalam meningkatkan produksi sawah dengan membimbing dan mengajar rakyat, tanpa paksaan. Tahun 1876 Scheffer (Direktur Kebun Raya ke-2) mendirikan Kebun Tanaman Dagang (Cultuurtuin), sebagai bagian dari Kebun Raya, 75 Ha di desa Cikeumeuh. Di kebun ini juga dilakukan percobaanpercobaan tanaman padi. Tahun 1877 Scheffer mendirikan Sekolah Pertanian dalam Kebun Raya, tetapi kemudian ditutup pada tahun 1884 karena kekurangan 10

26 dana dan dukungan politik. Karl Frederijk Holle (Penasehat Honorer Urusan Rakyat) meyakinkan Pemerintah agar mendemonstrasikan secara besar-besaran dan menyuruh mempraktekkan hasil-hasil percobaan yang telah dilakukannya. Tahun 1880 Melchior Treub (Direktur Kebun Raya ke-3) mendirikan berbagai Pusat Penyelidikan. Tahun 1890 Percobaan-percobaan dilakukan oleh pegawai Pamong Praja, yang kurang trampil dalam bercocok tanam. Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan, bahwa bila akan mengadakan percobaan dengan tanaman-tanaman baru harus minta bantuan Jawatan Kehutanan. Tahun 1899 Direktur Kebun Raya menerima perintah untuk membuat bermacam macam kebun demonstrasi tetap agar dengan demikian dapat dilakukan" penyuluhan kepada rakyat. Mula-mula ada 6 kebun (a 3-5 bau 1 ban Q dengan 0,7 Ha), pada 1908 ada 13 kebun. Cara ini tidak memuaskan karena perhatian masyarakat kurang sekali. Tahun 1900 mulai dilakukan percobaan-percobaan penanaman padi oleh pegawai-pegawai Pamong Praja setempat dihentikan. Tahun 1903 M. Treub mendirikan Sekolah Pertanian (Land en Tuinbouw Cursus) di Kebun Raya Bogor (Lembaran Negara No. 31 tahun 1903) dengan murid-murid Sekolah Pamong Praja (Osvia) yang diberi izin untuk mengikuti 2 tahun pelajaran. Sebagian murid dipersiapkan menjadi pegawai Pamong Praja; sebagian diserahi pekerjaan memimpin kebun-kebun percobaan padi, menggantikan para mandor; sebagian murid lain dipersiapkan menjadi pegawai rendahan perusahaan perkebunan Masa Dibentuknya Departemen Pertanian dan Penyuluh Pertanian ( ) Tahun 1904, atas usul Melchior Treub, dibentuk Departemen Pertanian (Departement van Landbouw), berlaku dengan Koninklijke Besluit 28 Juli 1904 no. 28 (Staatsblad no. 308). Tugas utama lembaga ini adalah memajukan pertanian rakyat pengajaran dan pendidikan 11

27 pertanian praktis dalam pertanian dan perkebunan. Tahun 1905 ditetapkan bahwa Depertemen Pertanian mulai bekerja pada tangal 2 Januari 1905 (SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda 23 September 1904 no. 20, (Staatsblad no. 382). Tahun 1908 diperkenalkan konsep penyuluhan pertanian yang merupakan terjemahan dari landbouw voorlichtings (Wiriaatmadja, 1978). Pada tahun ini diangkat 5 orang Penasehat Pertanian (Landbouw Adviseur), untuk menjalin kontak Departremen Pertanian dengan pertanian rakyat (dengan permufakatan residen dan bupati), memimpin kebun-kebun demonstrasi dsb. Namanya menjadi "Landbouw Consulent"(Penasehat Pertanian) yang tidak boleh campur tangan pada pertanian rakyat secara langsung, dan ditempatkan di 5 Wilayah Kerja di tingkat karesidenan : (1) Banten, Jakarta, Priangan; (2) Kedu dan Banyumas; (3) Pekalongan, Cirebon, Semarang; (4) Madiun, Surabaya, Madura; serta (5) Aceh dan sekitarnya. Tahun 1908 dinyatakan sebagai permulaan penyuluhan pertanian di Indonesia dan tahun 1910 penyuluhan boleh langsung kepada petani dengan pendekatan pendidikan bagi petani. Karenanya kegiatan penyuluhan makin intensif dan merata oleh Departemen Pertanian. Dinas Penyuluhan Pertanian ada di tingkat Pusat, Provinsi, Karesidenan, Kabupaten, kemudian juga di tingkat Kewedanaan atau Kecamatan Pada akhir masa kolonial Belanda tercatat telah bekerja 114 orang Mantri Pertanian dengan cakupan pekerjaan pada usahatani rakyat, meliputi kegiatan-kegitan bercocoktanam, beternak dan perikanan, dari memproduksi, mengolah dan memasarkannya. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan melalui demonstrasi cara, kursus tani bagi tokoh-tokoh petani, ceramah-ceramah dalam pertemuan umum, serta kunjungan kerumah dan usahatani. Hubungan Dinas Penyuluhan Pertanian, Khusus para penjabat dan petugas lapangan, dengan petani digambarkan sangat akrab. 12

28 2.2.3 Masa Pendudukan Jepang ( ) Masa penjajahan Jepang kegiatan penyuluhan pertanian terhenti atau tidak ada, karena para petani praktis diharuskan untuk mengusahakan produksi bahan makanan dan bahan strategis dalam ekonomi peperangan. Namun demikian, pada masa pendudukan ini pemerintah Jepang telah membantu dua kelembagaan penting yang bertugas dalam pengumpulan hasil pertanian untuk keperluan perang dengan membentuk Nogyo Kumiai (Koperasi di tingkat kecamatan) dan Son Sidoing (Mantri Pertanian Kecamatan) Masa Awal Kemerdekaan ( ) Sesudah Indonesia merdeka dilaksanakan oleh Jawatan Pertanian Rakyat beserta dinas-dinas lain seperti Jawatan-jawatan Perikanan, Kehewanan. Perkebunan dalam lingkup Kementerian Kemakmuran dengan cara-cara yang serupa dengan cara-cara yang dilaksanakan di masa Belanda. Tahun 1948 Kementerian Pertanian mengembangkan gagasan mendirikan Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD) di setiap kecamatan di mana Jawatan Pertanian Rakyat dapat berkumpul dengan rakyat, untuk memberi penerangan, nasehat dan bertukar pikiran tentang pertanian, yang baru terealisir sesudah tahun Sesudah pemulihan kedaulatan, banyak pejabat Indonesia yang belajar ke Amerika Serikat dan banyak ahli-ahli Amerika Serikat yang datang ke Indonesia untuk memberi nasehat-nasehat kepada Pemerintah Indonesia. Berdasar penjelasan di atas, sebagaimana dikemukakan oleh Gunardi, penyuluhan pertanian Indonesia bersumber dari landbouw voorlichting pada masa penjajahan Belanda yang mendapat pengaruh dari agricultural extension sebagaimana pengalaman Amerika Serikat. Hal tersebut diperkuat oleh pengalaman yang menunjukkan bahwa Indonesia mengadaptasi hal tersebut di atas, khususnya berkenaan dengan subyek penyuluhannya, sehingga kita mengenal tiga kategori subyek penyuluhan, 13

29 yaitu kelompok petani dewasa, wanita tani dan taruna tani. Demikian pula dalam hal tujuan dan lingkup penyuluhan pertaniannya. Namun. tidak demikian halnya dengan aspek kelembagaannya Masa Orde Baru ( ) Dalam periode , sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU) mendominasi sistem kerja penyuluh pertanian di Indonesia terutama di daerah-daerah produksi padi. Sistem ini diperkenalkan dan dilaksanakan dengan dukungan Bank Dunia melalui Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan (NFCEP) tahun 1975 dan diikuti oleh Proyek Penyuluhan Pertanian Nasional (NAEP I dan NAEP II). Tujuan kedua proyek tersebut pada intinya adalah untuk meningkatkan produksi komoditi pertanian tertentu, dimulai dengan hasil pertanian utama yaitu padi yang masih menerapkan teknologi yang kurang produktivitasnya, dengan jalan mendiseminasikan teknologi usahatani, yang dikenal dengan Panca Usaha dan Sapta Usaha. Penyuluh pertanian, yang pada waktu itu dikenal dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dilatih untuk mengajar petani dan menyampaikan rekomendasi-rekomendasi yang telah disusun dalam paketpaket teknologi. Sistem ini merupakan sistem kerja yang berdasarkan manajemen waktu yang ketat dan mengalihkan teknologi dimana petani hanya dianggap sebagai pengguna teknologi yang dihasilkan lembagalembaga penelitian. Khusus mengenai program BIMAS, keberhasilannya ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Didukung oleh political will yang kuat langsung dari Presiden yang diturunkan sampai ke Kepala Desa. Setiap minggu Provinsi lokasi Bimas Padi harus mengirimkan laporan mengenai perkembangan pelaksanaan Bimas Padi ke Departemen Pertanian dan ke Bina Graha. 2. Sifatnya sentralistis, pelaksana dan petani peserta Bimas di daerah harus mengerjakan apa yang diinstruksikan oleh Pemerintah yang umumnya sudah dalam bentuk paket, termasuk paket teknologi usahatani (Panca Usaha dan Sapta Usaha). 14

30 3. Petani mendapatkan subsidi. 4. Delivery system diorganisasikan dalam bentuk Catur Sarana dan receiving mechanism-nya adalah kelompok tani. 5. Kelembagaan yang mengelola program Bimas seragam. 6. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) berfungsi optimal sebagai basis (homebase) penyuluhan pertanian yang dibagi dalam Wilayah Kerja BPP (WKBPP), Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) dan Wilayah Kelompok (WilKel). 7. Anggaran besar, tersedia sesuai dengan kebutuhan di lapangan. 8. Didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai. 9. Didukung oleh penyuluh pertanian yang relatif masih muda sehingga mobilitasnya tinggi dan mempunyai otoritas yang tinggi. 10. Menggunakan sistem kerja LAKU sebagai sistem kerja para penyuluh pertanian. Sistem Bimas dilaksanakan hanya pada beberapa komoditi tertentu yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Badan Pengendali Bimas di pusat dan di daerah oleh Satuan Pembina Bimas Provinsi dan Satuan Pelaksana Bimas Kabupaten. Sekretariat Badan Pengendali Bimas di Pusat juga berfungsi sebagai satuan administrasi pangkal para penyuluh pertanian. Pada kondisi di atas, para penyuluh pertanian semuanya dikerahkan untuk mensukseskan Program Bimas dalam rangka swasembada beras, sehingga program peningkatan produksi komoditas di luar beras tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Walaupun Departemen Pertanian merekrut tenaga penyuluh pertanian khusus untuk menangani komoditas non beras, yang berstatus dipekerjakan di daerah, ternyata juga tidak memberikan hasil yang optimal karena tidak didukung oleh perangkat-perangkat seperti pada Program Bimas, termasuk penyediaan dananya. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kerja LAKU pun mengalami kemunduran, petani yang hadir dalam pertemuan dua mingguan di hamparan makin berkurang. Laporan studi Bank Dunia tahun 1995 menggambarkan makin banyak petani yang kurang puas dengan 15

31 sistem ini. Penyuluh pertanian tidak lagi dianggap sebagai sumber informasi untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi petani dalam usahataninya Masa Reformasi atau Otonomi Daerah Pembangunan pertanian merupakan salah satu dari lima prioritas dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) ( ), khususnya dalam 3 program pertama, antara lain : 1. Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. 2. Peningkatan kesejahteraan rakyat 3. Pembangunan sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan 4. Mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik. Visi Pembangunan Pertanian dalam adalah : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem agribisnis dan usaha-usaha agribisnis yang berdayasaing, berkelanjutan, berkerakyatan dan desentralistis. Memasuki RPJMN terdapat perubahan dalam hal visi, misi dan tujuan pembangunan pertanian yang ingin dicapai. Dalam RPJMN, arah kebijakan perencanaan pembangunan pertanian tertuang dalam Bab 19 tentang Revitalisasi Pertanian. Revitalisasi pertanian tersebut ditempuh dengan empat langkah pokok, yaitu : (1) peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya, (2) pengaman ketahanan pangan, (3) Peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian, perikanan serta (4) pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan dengan tetap memperhatikan kesetaraan gender dan kepentingan pembangunan berkelanjutan. Misi Pembangunan Pertanian dalam adalah : Terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan dayasaing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. 16

32 Misi yang harus dilaksanakan untuk mencapai visi pembangunan pertanian tersebut adalah : 1. Mewujudkan birokrasi pertanian yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi 2. Mendorong pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan 3. Mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman konsumsi 4. Mendorong peningkatan peran sektor pertanian terhadap pereokonomian nasional 5. Meningkatkan akses pelaku usaha pertanian terhadap sumberdaya dan pelayanan 6. Memperjuangkan kepentingan dan perlindungan terhadap petani dan pertanian dalam sistem perdagangan domestik dan global. Visi Pembangunan Pertanian Periode adalah Terwujudnya pertanian tangguh untuk kemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Departemen Pertanian mengemban misi yang harus dilaksanakan adalah: 1. Mewujudkan birokrasi pertanian yang profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi; 2. Mendorong pembangunan pertanian menuju pertanian yang tangguh, berdayasaing, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; 3. Mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi komoditi pertanian dan penganekaragaman konsumsi pangan; 4. Mendorong peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional, melalui peningkatan PDB, ekspor, penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 5. Memfasilitasi pelaku usaha melalui pengembangan teknologi, pembangunan sarana, prasarana, pembiayaan, akses pasar dan kebijakan pendukung; 6. Memperjuangkan kepentingan dan perlindungan terhadap petani dan pertanian Indonesia dalam sistem perdagangan Internasional. 17

33 Visi Pembangunan Pertanian dalam adalah : Terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani. Untuk mencapai visi Pembangunan Pertanian tersebut, Departemen Pertanian mengemban Misi yang harus dilaksanakan adalah: 1. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis IPTEK dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis. 2. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan. 3. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan. 4. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi. 5. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi. 6. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri. 7. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan. 8. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional. 9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan. 10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional. 18

34 2.3 Penelitian Terdahulu Tentang Kepuasan dan Kinerja Penyuluh Pertanian Mengukur tingkat kepusan terhadap kepuasan petani memiliki tujuan yang sangat bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepusan petani pada penyuluh pertanian dan menganalisis jenis jasa penyuluhan apa yang memuaskan petani serta memberikan rekomendasi kepada penyuluh sebagai upaya untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas penyuluhan. Mengukur tingkat kepuasan petani terhadap penyuluhan pertanian ini digunakan dalam penelitian Fitria (2003), Permata (2005) dan Andawan (2007) Walaupun memiliki tema penelitian sama namun masing masing peneliti menggunakan alat analisis yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu mengetahui tingkat kepuasan petani. Fitria (2003) dalam penelitiannya yang berjudul menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap penyuluh pertanian di BPP Yosowilangun (studi kasus dilakukan di Desa Yosowilangun Lor, Yosowilangun Kidul dan Kalipepe, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang) menggunakan metode diskriptif dan metode analisis dengan menggunakan responden sebanyak 25 orang perdesa. Metode diskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta untuk direpresentasikan secara obyektif. Sedangkan analisa diskriptif digunakan untuk menjawab identifikasi kepuasan petani dan jenis jasa penyuluhan pertanian yang dibutuhkan oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan petani pada penyuluhan pertanian yang ada di tiga desa yaitu Desa Yosowilangun Kidul, Desa Yosowilangun Lor dan Kalipepe terdapat perbedaan. Prosentase tingkat kepuasanya adalah Desa Yosowilangun Kidul tergolong rendah sedangkan Desa Yosowilangun Lor dan Kalipepe tergolong tinggi. Jenis jasa penyuluhan pertanian yang dapat memuaskan petani di tiga desa Kecamatan Yosowilangun adalah tingkat kepuasan petani pada jasa informasi pertanian (Y1.1) dengan rata-rata jumlah tertinggi , kedua tingkat kepuasan petani pada jasa penerapan teknologi (Y1.2) dengan rata-rata jumlah , ketiga tingkat kepuasan petani pada jasa penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani (1.3) dengan rata-rata , keempat tingkat kepuasan petani pada jasa pembimbingan usahatani (Y1.4) dengan rata-rata dan 19

35 yang terakhir tingkat kepuasan petani pada jasa pelatihan/kursus (Y1.5) dengan rata-rata jumlah Permata (2005) dalam penelitiannya yang berjudul analisis tingkat kepusan komunikasi BPPT Jawa Barat : kasus petani bawang daun Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali dan Desa Lebakmuncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan menggunakan responden sebanyak 99 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden cenderung bersikap positif terhadap kinerja komunikasi BPTP Jawa Barat. Dari 19 atribut kinerja komunikasi BPTP Jawa Barat ada 13 atribut yang memenuhi harapan sebagian besar (>50%). Karakteristik sosial ekonomi petani yang paling nyata berhubungan dengan kepuasan dan ketikapuasan petani adalah pendidikan formal petani dan jumlah tanggungan keluarga. Sumber informasi tanaman sayuran yang dominan digunakan responden adalah komunikasi interpersonal. Hasil perhitungan tentang manfaat BPTP Jawa Barat menunjukkan sebagian besar (93,93%) petani menyatakan bermanfaat. Dilihat dari perilaku adopsi petani pada musim tanam terakhir sebagian besar petani menggunakan varitas yang direkomendasikan oleh BPTP Jawa Barat, memakai pupuk organik dan anorganik serta mempunyai tingkat pengetahuan dampak pestisida yang cukup tinggi. Dalam penelitiaanya Andawan (2007) yang berjudul hubungan karakteristik petani kedelai dengan kepuasan mereka pada bimbingan penyuluhan pertanian di Kabupaten Lahat Sumatra Selatan. Penelitian menggunakan analisis Konkordinasi Kendall dengan mengambil responden secara acak proporsional sebanyak 66 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat aktivitas penyuluh pertanian yang cukup memuaskan adalah : (1) Informasi pertanian, (2) Pelatihan/ kursus petani, (3) penumbuhan dan pembinaan kelembagaan petani, (4) penerapan metode penyuluhan. Sedangkan empat aktivitas penyuluh pertanian yang kurang memuaskan adalah : (1) Pembimbingan usahatani, (2) penerapan teknologi pertanian, (3) Perencanaan penyuluh pertanian dan (4) pemenuhan kebutuhan sarana produksi, teknologi dan pemasaran. Karakteristik petani berhubungan nyata dengan kepuasan pada bimbingan penyuluhan pertanian yaitu : (1) umur, (2) 20

36 pendidikan formal, (3) pengalaman berusahatani, (4) luas lahan, (5) interaksi dengan penyuluh, (6) konsumsi media, (7) Akses Kredit, (8) pelatihan yang pernah diikuti dan (9) kekosmopolitan. Perbedaan pada alat analisis yang digunakan menjadi salah satu perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu selain perbedaan pada lokasi dan kelompoktani. Alat analisis yang akan digunakan adalah Importance Performance Analysis (IPA) dan tingkat kesenjangan. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu berada pada penggunaan atribut pelayanan dalam menilai kepuasan. 21

37 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kepuasan Menurut Kotler (2005), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja suatu produk dengan harapannya. Sedangkan menurut Tjiptono (2004) yang mengutip pendapat Day, Kepuasan atau ketidakpuasan adalah respon konsumen terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara kinerja sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan oleh pemakai. Menurut Engel, Blackwell & Miniard (1993) kepuasan merupakan respon efektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi atau suatu evaluasi kesesuaian atau ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual setelah pemakaian. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual setelah pemakaian Survei Kepuasan Survei kepuasan merupakan salah satu cara untuk mengetahui nilai-nilai yang terdapat dalam diri pelanggan. Salah satu tujuan penting dari survei kepuasan adalah untuk membuat produk dan jasa yang dapat memberikan keuntungan secara maksimum kepada pelanggan sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk dan jasa yang mampu menciptakan nilai superior kepada pelanggan (Gerson, 2001) Manfaat Pengukuran Mutu dan Kepuasan Menurut Gerson (2001) ada lima manfaat dari pengukuran mutu dan kepuasan pelanggan, sebagai berikut : 1. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang prima kepada pelanggan.

38 2. Pengukuran bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan meningkat. 3. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau perusahaan yang memberikan pelayanan. 4. Pengukuran memberikan jawaban apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan serta bagaimana harus melakukannya. 5. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas yang tinggi Mutu Pelayanan Mutu merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi mutu sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam meraih keunggulan yang berkesinambungan. Menurut Martin (1999), di dalam memberikan jasa pelayanan yang baik kepada pelanggan terdapat dua dimensi yang harus diperhatikan, yaitu dimensi prosedural (Procedural Dimension) dan dimensi keramahan (Convival Dimension). Kedua dimensi ini pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. 1. Dimensi Prosedural (Prosedural Dimension) Dimensi prosedural menekankan sistem dan mekanisme untuk menjual dan mendistribusikan produk kepada pelanggan dimana keinginan dan kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi secara efektif dan efisien. Dimensi prosedural terdiri dari beberapa faktor yaitu : a. Ketepatan Waktu (Timeleness) Pelayanan yang baik membutuhkan ketepatan waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan bagi produk atau pelayanan untuk sampai kepada pelanggan. Pelayanan yang efisien adalah pelayanan yang cepat. Tetapi waktu yang diinginkan adalah waktu yang tepat dalam melakukan pelayanan. 23

39 b. Akomodasi (Accomodation) Akomodasi berarti menciptakan pelayanan yang fleksibel dan dapat digunakan oleh seluruh pelanggan. Sistem dan prosedur pelayanan harus berjalan demi kenyamanan pelanggan dengan pelayanan yang efisien. Jadi bukan dirancang berdasarkan prosedur termudah. c. Komunikasi (Communication) Pelayanan tidak dapat dikatakan bermutu bila tanpa komunikasi yang jelas antara penyuluh dengan petani, antara penyuluh dengan penyuluh dan antara penyuluh dengan atasan. Pesan harus disampaikan secara akurat dan efisien. d. Respon Konsumen (Customer Feedback) Pemberi pelayanan secara kontinyu harus mengetahui apakah pelayanan dan produk telah sesuai dengan kebutuhan dan harapan petani. Respon petani membantu meningkatkan perbaikan prosedur pelayanan melalui identifikasi bagian yang perlu diperbaiki. 2. Dimensi Keramahan (Convival Dimension) Dimensi keramahan atau disebut pelayanan kepribadian penyuluh adalah dimensi yang melibatkan aliran jasa pelayanan kepada petani. Dimensi keramahan pada dasarnya bersifat interpersonal, dimensi ini melibatkan sikap, perilaku dan kemampuan verbal penyuluh dalam interaksinya dengan petani. Dimensi keramahan antara lain : a. Sikap (Attitude) Sikap penyuluh akan mempengaruhi sikap petani. Apabila penyuluh memberikan sikap positif maka petani akan membalas dengan sikap positif dan sebaliknya, apabila penyuluh menunjukkan sikaf negatif atau permusuhan maka petani akan membalas dengan sikap negatif pula. b. Bahasa tubuh (Body Language) Bahasa tubuh mempengaruhi lebih dari dua pertiga bagian pesan yang akan disampaikan pada setiap percakapan, seperti ekspresi wajah, kontak mata, senyum, gerakan tangan dan lain-lain. 24

40 c. Bijaksana (Tact) Mengetahui hal yang benar untuk dikatakan pada keadaan tertentu merupakan keahlian yang penting dimiliki oleh penyuluh pertanian. Bahasa yang dapat menyakiti atau menyinggung petani harus dihindari karena penyuluh yang baik harus bijaksana dan berhati-hati dalam menyampaikan informasinya. d. Perhatian (Attentiveness) Penyuluh harus memahami bahwa perhatian kepada petani berarti meningkatkan kepercayaan petani terhadap penyuluh. Penyuluh harus bekerja keras untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan agar meningkatkan kepuasan patani. e. Pengarahan (Guidance) Memberikan pengarahan kepada petani yang membutuhkan adalah cara menunjukkan perhatian. Pengarahan yang dibutuhkan oleh setiap petani berbeda tergantung dari persoalan yang dihadapi, oleh karena itu dibutuhkan pemahaman pertanian yang lebih dari seorang penyuluh pertanian. f. Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah dan keluhan harus ditangani dengan tanang, perlahan dan bijaksana. Penyuluh pertanian diharapkan mampu memberikan solusi dari setiap permasalah pertanian di wilayahnya. Setiap masalah pasti ada solusinya, solusi dapat ditemukan dengan cara berdiskusi atau berkonsultasi dengan orang atau lembaga yang memiliki kapasitas keilmuan dibidangnnya Penilaian Kualitas Pelayanan Jasa Menurut Rangkuti (2002) ada lima kriteria dimensi, yaitu : 1. Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik. 2. Reability (kepercayaan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 25

41 3. Emphaty (empati), yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta mudah untuk dihubungi. 4. Assurance (keterjaminan), yaitu pengetahuan, kesopanan petugas, serta sifatya dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko. 5. Tangibles (penampilan), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan dan sarana komunikasi Kinerja Konsep Kinerja Konsep kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun sebelumnya. Dimana penerapan dari rencana dikerjakan oleh sumberdaya yang memiliki kapabilitas. Hasil kinerja dan prestasi sering dijadikan terjemahan dari performance. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis (1996:342) mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu: 1. Performance Improvement. Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja. 2. Compensation adjustment. Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya. 3. Placement decision. Menentukan promosi, transfer, dan demotion. 4. Training and development needs. Mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal. 5. Carrer planning and development. Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai. 6. Staffing process deficiencies. Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai. 7. Informational inaccuracies and job-design errors. Membantu menjelaskan apasaja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama di bidang informasi job-analysis, job-design, dan sistem 26

42 informasi manajemen sumber daya manusia. 8. Equal employment opportunity. Menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif. 9. External challenges. Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai. 10. Feedback. Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itu sendiri Elemen Penilaian Kinerja Penilaian kinerja yang baik adalah yang mampu untuk menciptakan gambaran yang tepat mengenai kinerja pegawai yang dinilai. Penilaian tidak hanya ditujukan untuk menilai dan memperbaiki kinerja yang buruk, namun juga untuk mendorong para pegawai untuk bekerja lebih baik lagi. Berkaitan dengan hal ini, penilaian kinerja membutuhkan standar pengukuran, cara penilaian dan analisa data hasil pengukuran, serta tindak lanjut atas hasil pengukuran. Elemenelemen utama dalam sistem penilaian kinerja Werther dan Davis (1996:344) adalah: A. Performance Standard Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar jelas yang dijadikan tolok ukur atau patokan terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu saja harus berhubungan dengan jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang diharapkan akan terlihat dengan adanya penilaian kinerja ini. Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun standar penilaian kinerja yang baik dan benar yaitu validity, agreement, realism, dan objectivity. 1. Validity adalah keabsahan standar tersebut sesuai dengan jenis pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud disini adalah standar tersebut memang benar-benar sesuai atau relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai tersebut. 27

43 2. Agreement berarti persetujuan, yaitu standar penilaian tersebut disetujui dan diterima oleh semua pegawai yang akan mendapat penilaian. Ini berkaitan dengan prinsip validity di atas. 3. Realism berarti standar penilaian tersebut bersifat realistis, dapat dicapai oleh para pegawai dan sesuai dengan kemampuan pegawai. 4. Objectivity berarti standar tersebut bersifat obyektif, yaitu adil, mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya tanpa menambah atau mengurangi kenyataan dan sulit untuk dipengaruhi oleh bias-bias penilai Pengukuran Kinerja (Performance Measures) Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian (rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan mencerminkan hal-hal yang memang menentukan kinerja, Werther dan Davis (1996:346). Pengukuran kinerja juga berarti membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja sebenarnya yang terjadi. Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan pengukuran yang bersifat subyektif berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau standar pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang lain Bias dan Tantangan dalam Penilaian Kinerja Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai. Adapun bias-bias yang sering muncul menurut Werther dan Davis (1996:348) adalah: 1. Hallo Effect, terjadi karena penilai menyukai atau tidak menyukai sifat pegawai yang dinilainya. Oleh karena itu, pegawai yang disukai oleh penilai 28

44 cenderung akan memperoleh nilai positif pada semua aspek penilaian, dan begitu pula sebaliknya, seorang pegawai yang tidak disukai akan mendapatkan nilai negatif pada semua aspek penilaian; 2. Liniency and Severity Effect. Liniency effect ialah penilai cenderung beranggapan bahwa mereka harus berlaku baik terhadap pegawai, sehingga mereka cenderung memberi nilai yang baik terhadap semua aspek penilaian. Sedangkan severity effect ialah penilai cenderung mempunyai falsafah dan pandangan yang sebaliknya terhadap pegawai sehingga cenderung akan memberikan nilai yang buruk; 3. Central tendency, yaitu penilai tidak ingin menilai terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah kepada bawahannya (selalu berada di tengah-tengah). Toleransi penilai yang terlalu berlebihan tersebut menjadikan penilai cenderung memberikan penilaian dengan nilai yang rata-rata. 4. Assimilation and differential effect. Assimilation effect, yaitu penilai cenderung menyukai pegawai yang mempunyai ciri-ciri atau sifat seperti mereka, sehingga akan memberikan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai yang tidak memiliki kesamaan sifat dan ciri-ciri dengannya. Sedangkan differential effect, yaitu penilai cenderung menyukai pegawai yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang tidak ada pada dirinya, tapi sifatsifat itulah yang mereka inginkan, sehingga penilai akan memberinya nilai yang lebih baik dibanding yang lainnya; 5. First impression error, yaitu penilai yang mengambil kesimpulan tentang pegawai berdasarkan kontak pertama mereka dan cenderung akan membawa kesan-kesan ini dalam penilaiannya hingga jangka waktu yang lama; 6. Recency effect, penilai cenderung memberikan nilai atas dasar perilaku yang baru saja mereka saksikan, dan melupakan perilaku yang lalu selama suatu jangka waktu tertentu Sistem Penyuluhan Pertanian Sistem penyuluhan pertanian bagian dari sistem pembangunan pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan nonformal) bagi petani beserta keluarganya dan anggota masyarakat lainnya yang terlibat dalam pembangunan pertanian, dengan demikian penyuluhan pertanian adalah suatu 29

45 upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soeharto, N.P.2005). Selanjutkan dikatakan oleh Salim, F. (2005), bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan nonformal di bidang pertanian, agar mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa. Dalam bukunya A.W. van den Ban dan H.S Hawkins. (1999) dituliskan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Selanjutnya dalam draft Revitalisasi Penyuluhan disebutkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan nonformal bagi petani dan keluarganya sebagai wujud jaminan pemerintah atas hak petani untuk mendapatkan pendidikan. Lebih lengkap lagi dijelaskan dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K, penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pertanian adalah kegiatan pendidikan nonformal bagi pelaku utama dan pelaku usaha sebagai jaminan atas hak mendapatkan pendidikan, yang diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada guna memperbaiki dan meningkatkan 30

46 pendapatan kelayan beserta keluarganya dan lebih luas lagi dapat meningkatkan kesejahteraanya. Dalam proses penyuluhan terdapat beberapa unsur, antara lain : penyuluh, kelembagaan penyuluh, materi penyuluhan, media penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan, dan tujuan penyuluhan. a. Penyuluh pertanian Dalam Undang-Undang no. 16 tahun 2006 tentang SP3K, disebutkan bahwa penyuluh adalah perorangan warga Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan dibidang pertanian, baik merupakan penyuluh PNS, swasta maupun swadaya. Adapun yang menjadi tugas pokok penyuluh adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan penyuluhan pertanian. Penyuluh dituntut mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh di lapangan dengan menjadi mitra kerja petani yang berperan sebagai fasilitator. b. Kelembagaan Penyuluhan Menurut Pasal 8 undang-undang no. 16 tahun 2006 tantang SP3K, disebutkan bahwa Kelembagaan Penyuluhan terdiri dari : a. kelembagaan penyuluhan pemerintah; b. kelembagaan penyuluhan swasta; dan c. kelembagaan penyuluhan swadaya. a. Kelembagaan penyuluhan pemerintah di kelompokkan menjadi : 1. pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan; 2. pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan; 3. pada tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana penyuluhan; 4. pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan. b. Kelembagaan penyuluhan swasta dapat dibentuk oleh pelaku usaha dengan memperhatikan kepentingan pelaku utama serta pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan setempat. c. Kelembagaan penyuluhan swadaya dapat dibentuk atas dasar kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku usaha. 31

47 c. Materi Penyuluhan Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan kepada pelaku utama (petani) dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi : informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. d. Media Penyuluhan Media penyuluhan pertanian adalah merupakan alat komunikasi untuk memindahkan materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha yang bertujuan untuk memperjelas pemahaman dari kelayan tersebut terhadap materi penyuluhan yang disampaikan. e. Metode Penyuluhan Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha (kelayakan) beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan teknik komunikasi, jumlah sasaran, dan indera penerima dari sasaran (Sumardi 2005). f. Sasaran Penyuluhan Dalam UU No. 16 tahun 2006 telah disebutkan bahwa sasaran penyuluhan pertanian adalah : pelaku utama dan pelaku usaha. Yang dimaksud pelaku utama adalah petani yang merupakan warga Negara Indonesia beserta keluarganya atau koperasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropastur, penangkaran satwa dan tumbuhan di dalam adan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. Sedangkan yang dimaksud pelaku usaha adalah perorangan waraga Negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan. 32

48 g. Tujuan Penyuluhan Penyuluhan pertanian mempunyai dua tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek hanya menumbuhkan perubahanperubahan yang lebih terarah pada usahatani, yang meliputi perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan tindakan petani. Tujuan jangka panjang adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani. h. Prinsip Penyuluhan Pertanian Prinsip penyuluhan pertanian adalah pedoman atau pegangan dalam menyelenggarakan kegiatan penyuluhan yang dapat diterima kebenarannya dalam bertingkah laku. Untuk itu, penyelenggaraan penyuluhan harus menurut keadaan yang nyata, ditujukan kepada kepentingan dan kebutuhan sasaran, merupakan pendidikan yang demokrasi, perencanaannya disusun bersama, bersifat fleksibel, dan penilaian hasil didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada sasaran. i. Filosofi Penyuluhan Pertanian Filosofi Penyuluhan Pertanian adalah menolong orang agar dapat menolong dirinya, keluarga dan masyarakatnya untuk menjadi yang lebih baik. Untuk itu, penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan, proses demokrasi dan proses yang terus menerus yang disesuaikan dengan perkembangan zaman Importance Performance Analysis Menurut Supranto (2001) Importance Performance Analysis (IPA) adalah suatu metode untuk menganalisis sejauh mana tingkat kepuasan seseorang terhadap kinerja sebuah perusahaan. Hasil penelitian tingkat kepentingan dan kinerja akan dihasilkan suatu pertimbangan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan kinerja pada sebuah perusahaan. Mengukur tingkat kepuasan petani bermanfaat bagi penyelenggara program penyuluhan pertanian dalam rangka mengevaluasi kinerja atau program penyuluh terhadap berbagai variabel yang diberikan penyuluh terhadap petani selama memberikan penyuluhan. Menurut Magal dan Levenburg (2005) Metode Importance Performance Analysis pertama kali diperkenalkan oleh Martila dan James pada tahun

49 dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis. Importance Performance Analysis telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja. Importance Performance Analysis mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka, dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Konsep agribisnis sebagai sistem, merupakan suatu entitas yang tersusun dari sekumpulan subsistem yang bergerak secara bersama-sama dan saling tergantung untuk mencapai tujuan bersama (Amirin, 1996). Sejalan dengan pengertian tersebut, Departemen Pertanian (2001) mengedepankan konsep sistem agribisnis, yakni subsistem agribisnis hulu (perusahaan pengadaan dan penyaluran sarana produksi), subsistem agribisnis tengah (perusahaan usahatani), subsistem agribisnis hilir (perusahaan pengolahan hasil atau agroindustri dan perusahaan pemasaran hasil, serta subsistem jasa penunjang (lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan dan pelayanan informasi agribisnis, kebijakan pemerintah, dan asuransi agribisnis) perusahaan atau lembaga bisnis. Subsistem jasa penunjang secara aktif ataupun pasif berfungsi menyediakan layanan bagi kebutuhan pelaku sistem agribisnis untuk memperlancar aktivitas perusahaan dan sistem agribisnis. Masing-masing komponen jasa penunjang itu mempunyai karakteristik fungsi yang berbeda, namun intinya adalah agar mereka dapat berbuat sesuatu untuk mengurangi beban dan meningkatkan kelancaran penyelenggaraan sistem agribisnis. Salah satu jasa penunjang yang memiliki peran besar dalam mengurangi beban dan meningkatkan kelancaran penyelenggaraan sistem agribisnis adalah penyuluhan. Penyuluhan telah dilakukan sejak pemerintah menggulirkan program penyuluhan dengan sistem BIMAS pada tahun 1964, sistem LAKU (1976) sistem INSUS (1979), sistem SUPRA INSUS (1986) dan sistem penyuluhan berbasis 34

50 agribisnis (2009). Penyuluhan ini difokuskan pada wilayah pedesaan karena mayoritas masyarakat pedesaan bermata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,33 hektar 6. Salah satu desa yang memiliki kriteria diatas adalah Desa Situ Udik. Desa Situ Udik merupakan desa terbaik peringkat kedua tingkat Provinsi Jawa Barat. Kriteria penilaian desa terbaik meliputi peran Badan Perwakilan Desa (BPD), Peran Lumbung Ekonomi Desa (LED), kinerja desa dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) serta peran PKK dalam memberdayakan perempuan Penghargaan yang diterima sebagai desa terbaik peringkat kedua tingkat Provinsi Jawa Barat bukan berarti desa tidak memikili permasalah dalam hal pertanian. Berdasarkan hasil observasi langsung kepada lima orang petani ditemukan beberapa permasalah dalam hal pertanian, antara lain penyuluh jarang melakukan kunjungan, materi penyuluhan yang kurang sesuai dengan kondisi yang ada di petani dan tingkat produktivitas pertanian yang rendah. Permasalah-permasalahan tersebut merupakan gambaran dari gagalnya penyuluh dalam memberikan kepuasan maksimal kepada petani, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh belum dapat memahami dan menangkap apa yang dibutuhkan petani. Penyuluh seringkali menilai bahwa suatu layanan tertentu penting bagi petani dan oleh karena itu kinerjanya harus bagus, padahal apa yang dianggap bagus oleh penyuluh teryata merupakan sesuatu yang tidak penting dimata petani, sehingga yang diusahakan oleh penyuluh jadi sia-sia karena tidak dapat memuaskan petani dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran tingkat kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian demi mengetahui faktor-faktor yang dianggap penting dan diharapkan oleh petani, sehingga dengan meningkatkan kinerja faktor-faktor tersebut akan dapat memuaskan petani. Menurut Rangkuti (2003) kualitas pelayanan dipengaruhi oleh lima kriteria dimensi utama, yaitu : Responsiveness (ketanggapan), Reability (keterpercayaan), Emphaty (empati), Assurance (jaminan), dan Tangibles (bukti langsung). Dengan menilai kelima dimensi tersebut pihak penyuluh pertanian 6 Laporan Akhir Penelitian Tahun 2008 Konsorsium Penelitian : Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Pada Berbagai Agroekosistem. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian

51 dapat mengetahui tanggapan dari petani mengenai kualitas pelayanan/ kinerja penyuluh pertanian. Tanggapan petani diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara dengan petani. Untuk mengukur kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluh pertanian digunakan metode Importance Performance Analysis. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi untuk membuat kebijakan oleh kelembagaan penyuluhan dimasa yang akan datang. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. 36

52 Sistem Agribisnis Subsistem 1 (Penyedia sarana produksi) ` Subsistem 2 (Usahatani) Subsistem 3 (Pengolahan hasil) Subsistem 4 (Pemasaran) Subsistem 5 (Lembaga Penunjang) Penyuluhan Pertanian Pelaksanaan Penyuluh di Desa Situ Udik 5 Kriteria Kualitas Pelayanan 1. Responsiveness (ketanggapan), 2. Reability (keterpercayaan), 3. Emphaty (empati), 4. Assurance (jaminan) 5. Tangibles (bukti langsung). Importance Performance Analysis (IPA) Kepuasan Petani Terhadap Kinerja Pelayanan Penyuluh Pertanian Rekomendasi untuk peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 37

53 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian adalah Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat penelitian tersebut dengan pertimbangan : (1) Desa Situ Udik merupakan salah satu sentra pertanian yakni padi, (2) Kecamatan Cibungbulang dalam dua tahun terakhir telah menerima bantuan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) (3) Desa Situ Udik sudah mendapat penyuluhan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. (4) Desa situ Udik telah mendapat penghargaan sebagai desa terbaik peringkat kedua tingkat Jawa Barat. Waktu pengambilan dan pengolahan data dimulai pada minggu pertama bulan Mei sampai dengan minggu pertama bulan Juni Metode Pengambilan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah anggota kelompoktani yang terdaftar dalam rencana kerja tahunan penyuluh (RATP) BP3K tahun 2010 yang berjumlah lima kelompoktani padi. Kemudian dari masing-masing kelompoktani didata berapa jumlah anggota petani, sehingga diketahui nilai total populasi petani di Desa Situ Udik. Adapun data kelompoktani wilayah binaan Situ Udik tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Kelompoktani Wilayah Binaan Situ Udik Tahun 2010 Jumlah Tahun No Nama Kelompok Nama Ketua Anggota Pembentukan 1 Mitra Tani 60 H. Lamsuni Bina Sejahtera 62 Surya Tani Barokah 45 Gopar Rukun Setia 57 Tolib Sugih Mukti 42 Idis 1985 Sumber : Rencana Kerja Tahunan Penyuluh BP3K Cibungbulang Tahun 2010

54 Penentuan jumlah responden didasarkan pada metode Gay dalam Husein Umar (2003) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi yaitu minimal 10 persen dari total populasi, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 27 orang. Namun untuk memberikan lebih besar peluang untuk menghasilkan distribusi normal, sebagai salah satu asumsi yang mesti dipenuhi dalam analisa (statistika) maka jumlah yang diambil sebanyak 30 sampel. Pemilihan sampel petani padi dengan pertimbangan bahwa sebagian besar anggota kelompoktani di Kecamatan Cibungbulang memiliki usaha bercocok tanam padi, sehingga dengan adanya karakteristik tersebut memudahkan peneliti untuk menentukan dan mengambil sampel. Selanjutnya sampel yang tergabung dalam kelompoktani, diambil masingmasing sampel petani tergantung jumlah anggota kelompoktani sesuai proporsi antara 5-7 orang perkelompoktani. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan dua metode yang berbeda yaitu metode purposive sampling (sengaja) dan metode simple random sampling (acak sederhana). Perwakilan sampel pertama diambil menggunakan metode purposive yakni ketua kelompoktani. Pemilihan ketua kelompoktani dengan pertimbangan bahwa ketua kelompoktani memiliki informasi yang lebih banyak seputar implementasi penyuluh pertanian, serta dapat memberikan informasi pendukung lainnya yang lebih jelas lagi untuk penelitian ini. Sedangkan perwakilan sampel yang ke dua ditentukan dengan menggunakan metode simple random. Pengambilan sampel ditujukan kepada anggota kelompoktani. Pengambilan sampel diawali dengan tahap mengurutkan nama-nama anggota kelompoktani disertai pemberian nomor urut yang ditulis di kertas kecil yang kemudian di gulung. Tahap berikutnya memasukkan gulungan kertas ke dalam botol untuk dilakukan pengundian. Gulungan kertas yang keluar dari hasil pengocokan pertama merupakan nama yang menjadi sampel kedua penelitian ini. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tiap anggota kelompoktani memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel. 39

55 4.3. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner dan wawancara langsung dengan para responden yaitu petani (anggota kelompoktani) serta kepada pengurus kelompoktani. Responden dalam penelitian ini difokuskan pada petani yang telah memperoleh penyuluhan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait meliputi BPS Pusat, BPS Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor, Badan Penyuluhan Pertanian, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari penelusuran kepustakaan, internet dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian. Data primer diperoleh melalui kuisioner, adapun tahapan - tahapan dalam mendesain kuesioner adalah sebagai berikut : 1. Menyusun daftar pertanyaan yang sesuai dengan variabel-variabel atribut kualitas pelayanan yang telah ditentukan. 2. Uji coba kuesioner (wawancara), dengan tujuan untuk menyesuaikan agar kuesioner yang dibuat benar-benar bisa dimengerti dan mudah dipahami. Perbaikan kuesioner, pada tahap ini dilakukan jika pre sampling terdapat beberapa pertanyaan yang membingungkan responden, atau adanya pertanyaan yang tidak relevan oleh responden, atau adanya variabel baru yang menurut responden perlu dimasukkan sehingga kuesioner yang diberikan dapat mengenai pada sasaran. Kuesioner yang dibuat diharapkan mempunyai reliabilitas/ keandalan dan validitas sehingga bebas dari varian kesalahan acak. Sebab kesalahan acak menurunkan keandalan pengukuran. Sebelum dilakukan penelitian maka diadakan uji reliabilitas dan validitas terhadap variabel-variebel tersebut. Validitas berkaitan dengan kemampuan alat ukur untuk mengukur secara tepat apa yang harus diukur, validitas dalam penelitian kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa kuat suatu alat tes melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Uji reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. 40

56 Reliabilitas merupakan penilaian tingkat konsistensi terhadap hasil pengukuran bila dilakukan multiple measurement pada sebuah variable. Setelah dilakukan uji reliabilitas dan validitas serta hasilnya menunjukkan valid dan reliabel maka dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini data merupakan skala ordinal yang berfungsi untuk menunjukkan urutan peringkat. Menurut Aritonang (2005) data yang diperoleh melalui angket tipe Likert dapat dianggap sebagai skala interval. Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh data mengenai nilai masing-masing atribut baik untuk persepsi dan keinginan pelanggan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut : 1. Uji Validitas, dengan a. menentukan hipotesis untuk pengujian validitas, yang mana : H 0 = Skor butir pertanyaan valid H 1 = Skor butir pertanyaan tidak valid b. menentukan nilai r tabel Untuk menentukan nilai r tabel, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu df (degree of freedom) dan tingkat signifikansi. Rumus df = jumlah kuesioner 2 dan tingkat signifikansi ditentukan sendiri oleh peneliti. c. mencari nilai r hitung dimana r hitung didapatkan dengan melihat kolom Corrected Item-Total Correlation d. mengambil keputusan, dengan dasar pengambilan keputusannya : apabila r hitung positif dan r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel), maka butir atau atribut dinyatakan valid apabila r hitung positif dan r hitung lebih kecil dari r tabel (r hitung < r tabel), maka butir atau atribut dinyatakan tidak valid apabila r hitung bernilai negatif meskipun r hitung lebih besar dari r tabel (r hitung > r tabel). Yang berarti juga atribut tersebut dinyatakan tidak valid Apabila dalam pengujian ini terdapat butir-butir yang tidak valid maka butir-butir yang tidak valid dikeluarkan. Dan kemudian proses analisis diulang untuk butir pertanyaan yang valid saja. 41

57 2. Uji reliabilitas, dengan : a. menentukan hipotesis untuk pengujian reliabilitas, yang mana : H 0 = Skor butir pertanyaan reliabel H 1 = Skor butir pertanyaan tidak reliabel b. menentukan nilai r tabel untuk menentukan nilai r tabel, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu df (degree of freedom) dan tingkat signifikansi. Rumus df = jumlah kuesioner - 2 dan tingkat signifikansi ditentukan sendiri oleh peneliti. c. mencari nilai r Alpha (hitung) d. Dimana r hitung didapatkan dari nilai Alpha yang terletak diakhir output e. mengambil keputusan, dengan dasar pengambilan keputusannya : apabila r Alpha positif dan r Alpha lebih besar dari r tabel (r Alpha > r tabel), maka butir atau atribut tersebut reliabel apabila r Alpha positif dan r Alpha lebih kecil dari r tabel (r Alpha < r tabel), maka butir atau atribut tersebut tidak reliabel apabila r Alpha bernilai negatif meskipun r Alpha lebih besar dari r tabel (r Alpha > r tabel). Yang berarti juga atribut tersebut tidak reliabel Adapun atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan sebanyak 23 atribut, hasil pengujian menunjukan data reliabel tapi ada 6 atribut yang tidak valid, dan hanya 17 atribut yang valid, kemudian dilakukan pengujian terhadap 17 atribut yang valid. Hasil pengujian tersebut menunjukkan hasil realibel tapi ada 2 atribut yang tidak valid, sehingga perlu dilakukan pengujian dengan menguji 15 atribut yang valid hingga data realibel dan valid. Hasil pengujian 15 atribut menunjukkan data telah valid dan reliabel. Atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. 42

58 Tabel 2. Atribut Pre Sampling Kuesioner Pertama Sebanyak 23 Atribut No Atribut 1. Penyuluh melibatkan petani dalam penyusunan program penyuluhan melalui lokakarya partisipatif. 2. Penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani 3. Penyuluh memfasilitasi terbentuknya gabungan kelompoktani dan membinaannya. 4. Penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain. 5. Materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani 6. Penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani 7. Penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan 8. Penyuluh merekap/ menanyakan masalah kepada petani dan mencarikan solusi 9. Penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya. 10 Penyuluh yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawab pertanyaan petani 11. Penyuluh menghadiri pertemuan/ musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani 12. Penyuluh mengikutsertakan petani dalam studi banding, seminar atau pelatihan pengembangan usahatani yang diadakan oleh kelembagaan penyuluhan. 13. Penyuluh menyampaikan berbagai informasi dan teknologi usahatani secara lengkap dan jelas 14. Penyuluh berusaha mengenal dan memberikan perhatian secara individu kepada petani yang sering melakukan konsultasi 15. Penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 16. Kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat 17. Kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelasan secara tertulis 18. Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani 19. Memberikan jasa pelatihan/kursus/ penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah 20. Kerapian dan kebersihan penampilan penyuluh 21. Ketepatan datang penyuluh saat akan memberikan penyuluhan 22. Kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan 23 Penyuluh memiliki jiwa kepemimpinan, inisiatif dan kreativitas 43

59 4.4. Metode pengumpulan Data Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni dengan metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner dan studi literatur. Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan responden untuk memperoleh informasi secara langsung mengenai karakteristik responden, karakteristik usaha, pendapatan usaha serta tanggapan respon terhadap kinerja penyuluh pertanian. Penggunaan kuisioner bermanfaat sebagai pemandu agar pertanyaan-yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh responden dipandu oleh peneliti. Pengumpulan data dengan cara survei langsung dilapangan dengan melakukan wawancara dan memberikan kuesioner kepada petani yang berada di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dan dilakukan selama bulan Juni Kuesioner dibuat dalam 3 (tiga) bagian, yaitu : 1. Bagian I : Latar belakang petani yaitu untuk mengetahui latar belakang petani di Desa Situ Udik. 2. Bagian II : Untuk mengetahui bagaimana harapan petani terhadap kinerja penyuluh pertanian, yang dinyatakan dengan tingkat kepentingan/ urgensi masing-masing atribut yang mempengaruhi kualitas pelayanan. Masingmasing variabel dinyatakan dalam skala Likert dari 1 5 yang menunjukkan : 1. Sangat Penting diberi bobot 5; 2. Penting, diberi bobot 4; 3. Cukup Penting, diberi bobot 3; 4. Kurang penting, diberi bobot 2; 5. Tidak Penting, diberi bobot 1 3. Bagian III : Untuk mengetahui bagaimana persepsi petani terhadap kinerja penyuluh pertanian, masing-masing variabel dinyatakan dalam skala Likert 1-5 yang menunjukkan : 1. Sangat Baik diberi bobot 5; 2. Baik, diberi bobot 4; 3. Cukup Baik, diberi bobot 3; 4. Kurang Baik, diberi bobot 2; 44

60 5. Tidak Baik, diberi bobot 1 Penelitian ini menggunakan dua variabel penelitian, yaitu variabel pentingtidaknya pelayanan penyuluh pertanian yang merupakan harapan dari petani dan variabel kepuasan yang menunjukkan kinerja penyuluh pertanian. Sebelum digunakan, kedua alat ukur (kuesioner) telah diuji tingkat kesahihannya dan tingkat reliabilitasnya sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel dengan baik. Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran Metode Analisis dan Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu agar data-data tersebut lebih sederhana dan rapi sehingga dalam penyajiannya nanti memudahkan peneliti untuk kemudian dianalisis. Tahap pengolahan data meliputi editing, tabulasi dan analisis. Setelah tahapan editing dan tabulasi selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah analisis. Tahap analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Importance and Performance Analysis. Pengukuran kepentingan dilakukan dengan menggunakan skala lima tingkat Likert (Sugiyono, 2006) yang terdiri dari sangat penting (5), penting (4), cukup penting (3), kurang penting (2) dan tidak penting (1). Hal yang sama dilakukan bagi pengukuran kinerja, yaitu sangat baik (5), baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2) dan tidak baik (1). Berdasarkan hasil penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja, maka dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja penyuluh pertanian. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/ pelaksanaan dengan skor kepentingan. Tingkat kepentingan inilah yang menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan petani. Dalam kajian ini terdapat dua buah peubah yang diwakilkan oleh huruf (X) dan huruf (Y), dimana (X) merupakan tingkat kinerja penyuluh dan (Y) merupakan tingkat kepentingan petani. Dalam ini digunakan rumus sebagai berikut : 45

61 Xi = Xi Yi = Yi, dimana : n n Xi = skor rataan kinerja tiap atribut Yi = skor rataan kepentingan tiap atribut n = jumlah responden Untuk mengetahui skor rataan kinerja seluruh atribut (Xi) dilakukan dengan menjumlahkan skor rataan (Xi) masing-masing atribut dibagi jumlah atribut jasa yang digunakan. Begitu juga dalam menghitung tingkat rataan kepentingan keseluruhan (Y), jumlah skor rataan kepentingan (Yi) seluruh atribut dibagi dengan jumlah atribut yang digunakan, atau rumusnya : Xi = Xi Yi = Yi, dimana K K K = jumlah atribut kepuasan pelanggan Skor rataan kinerja (Xi) dan kepentingan (Yi) untuk tiap-tiap atribut skor rataan keseluruhan (X) dan skor rataan keseluruhan kepentingan (Y) digunakan untuk membentuk diagram kartesius dari atribut yang mempengaruhi kepusaan patani, dan berguna untuk penentuan titik berat usaha-usaha perbaikan untuk atribut yang benar-benar dianggap penting saja. IPA menggabungkan pengukuran atribut tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan mendapatkan usulan praktis. Interpretasi grafik IPA, dimana grafik IPA dibagi menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran importanceperformance Analysis sebagaimana terlihat pada Gambar 2. 46

62 Tinggi Kepentingan Rendah Tingkatkan Kinerja Prioritas Rendah Rata-rata Pertahankan Kinerja Cenderung Berlebihan Rata-rata Rendah Kinerja Tinggi Gambar 2. Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis (Sumber: John A. Martilla and John C. James, 1977, dengan modifikasi) 13 Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran : 1. Kuadran Pertama, Tingkatkan Kinerja (high importance & low performance) Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai atribut yang sangat penting oleh konsumen namun kinerja pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai fatribut tersebut. Atribut yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan. 2. Kuadran Kedua, Pertahankan Kinerja (high importance & high performance) Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai atribut penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai. 3. Kuadran Ketiga, Prioritas Rendah (low importance & low performance) Atribut yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat kinerja yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen, 13 John A. Martilla and John C. James. The Journal of Marketing, Vol. 41, No. 1 (Jan,1977), pp (article consists of 3 pages). URL: 47

63 sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor -faktor tersebut. 4. Kuadran Keempat, Cenderung Berlebihan (low importance & high performance) Atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang terkait dengan atribut tersebut kepada atribut lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan, semisal dikuadran keempat. Ada dua macam metode untuk menampilkan data IPA yaitu: pertama menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata pada sumbu tingkat kinerja dan sumbu tingkat kepentingan dengan tujuan untuk mengetahui secara umum penyebaran data terletak pada kuadran berapa, kedua menempatkan garis perpotongan kuadran pada nilai rata-rata hasil pengamatan pada sumbu tingkat kinerja dan sumbu tingkat kepentingan dengan tujuan untuk mengetahui secara spesifik masing-masing atribut terletak pada kuadran berapa. Metode yang kedua lebih banyak dipergunakan oleh para peneliti. Berikut prosedur berkaitan dengan penggunaan metode IPA: Penentuan atribut yang akan dianalisis, Melakukan survey melalui penyebaran kuesioner, Menghitung nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja, Membuat diagram kartesius, Melakukan evaluasi terhadap atribut sesuai dengan kuadran masingmasing Variabel Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada 8 (delapan) sub-variabel dari variable fungsi pos penyuluhan sebagaimana diatur dalam pasal 16 UU Nomor 16 Tahun 2006, yakni : a. menyusun program penyuluhan; b. melaksanakan penyuluhan di desa/ kelurahan; c. menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya; d. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan pelaku usaha; e. menumbuhkembangkan 48

64 kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; f. melaksanakan kegiatan rembuk, pertemuan teknis, temu lapang, dan metode penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha; g. memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku usaha; dan h. memfasilitasi forum penyuluhan perdesaan. Dengan mempertimbangkan (lima) kriteria dimensi kualitas pelayanan Rangkuti (2002), yaitu: Responsiveness (ketanggapan), Reliabilitas (keandalan), Emphaty (empati), Assurance (jaminan), Tangibles (bukti langsung). Operasionalisasi variabel kedalam kriteria dimensi pelayanan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Operasionalisasi Variabel Kedalam Kriteria Dimensi Pelayanan Kriteria Dimensi Reliabilitas (Keterpercayaan) Responsiveness (Ketanggapan) Atribut 1. Penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani 2. Petugas membuat jalinan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain. 3. Kesesuaian materi penyuluhan yang ditawarkan dan apa yang dibutuhkan petani 1. Intensitas kunjungan petugas kepada kelompoktani dalam seminggu 2. Penyuluh cepat tanggap dalam memberi pelayanan 3. Penyuluh merekap/menanyakan masalah kepada petani dan mencarikan solusi 4. Mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya. 5. Petugas yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawan pertanyaan petani Emphati (Empati) 1. Petugas berusaha menghadiri pertemuan/ musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani Assurance (Jaminan) 2. Menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 1. Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani 2. Memberikan jasa pelatihan/kursus/ penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan 49

65 Tangibles (Bukti Langsung) dan ramah 1. Kemampuan petugas dalam menggunakan bahasa setempat 2. Kemampuan petugas dalam memberikan penjelasan secara tertulis 3. Kelengkapan dan kesiapan alat peraga Selanjutnya, kedelapan variabel tadi dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk indikator-indikatornya, yang pengukurannya menggunakan skala Likert, yang dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknis persentase dan kemudian diinterpretasikan secara naratif. Operasionalisasi variabel kedalam indikator dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Operasionalisasi Variabel Kedalam Indikator No Atribut Indikator 1. Penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani 2. Penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain. 3. Materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani 1. Tidak pernah mengundang 2. Kurang dari sepuluh kali mengundang 3. Lebih dari sepuluh kali mengundang 4. Lebih dari duapuluh kali mengundang 5. Lebih dari tiga puluh kali mengundang 1. Tidak ada kerjasama dengan pihak lain 2. Pernah direncanakan tapi belum dimusyawarahkan 3. Sudah pernah di musyawarakan, tapi tidak jadi 4. Sudah dibuat, tapi gagal 5. Kerjasama dengan pihak lain sudah berjalan 1. Materi penyuluhan tidak sesuai dengan kebutuhan 2. Materi penyuluhan 25% sesuai dengan kebutuhan 3. Materi penyuluhan 50% sesuai dengan kebutuhan 4. Materi penyuluhan 75% sesuai dengan kebutuhan 5. Materi penyuluhan sangat sesuai dengan 50

66 4. Penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani 5. Penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan 6. Penyuluh merekap/ menanyakan masalah kepada petani dan mencarikan solusi (sikap proaktif) 7. Penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya. 8. Penyuluh yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawab pertanyaan kebutuhan 1. Penyuluh belum pernah melakukan kunjungan 2. Penyuluh 6 bulan sekali melakukan kunjungan 3. Penyuluh tiga bulan sekali melakukan kunjungan 4. Penyuluh sebulan sekali melakukan kunjungan 5. Penyuluh dua minggu sekali melakukan kunjungan 1. Acuh tak acuh dalam memberi pelayanan 2. Tidak langsung menanggapi dan diam saja 3. Langsung menanggapi tapi tidak memberikan solusi 4. Langsung menanggapi dan memberikan solusi 5. langsung menanggapi dan memberikan solusi cepat 1. Penyuluh tidak pernah menanyakan masalah kepada petani 2. Tidak bertanya, tapi memberikan solusi 3. Bertanya, tapi tidak memberikan solusi 4. Kadang-kadang Bertanya dan memberikan solusi 5. Penyuluh sering menanyakan masalah kepada petani dan memberikan solusi 1. Penyuluh tidak pernah mengajarkan ketampilan 2. Keterampilan dilakukan setahun sekali 3. Keterampilan diberikan enam bulan sekali 4. Keterampilan diberikan tiga bulan sekali 5. Keterampilan diberikan sebulan bulan sekali 1. Acuh tak acuh dalam memberi pelayanan 2. Tidak langsung menjawab dan diam saja 3. Langsung menanggapi tapi tidak bisa menjawab 51

67 petani 4. Langsung menanggapi tapi menunda memberikan jawaban 9. Penyuluh menghadiri pertemuan/ musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani 10. Penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 11. Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani 5. Langsung menjawab dan mampu menjawab dengan baik 1. Penyuluh tidak pernah menghadiri pertemuan kelompoktani dan tanpa alasan 2. Penyuluh tidak pernah menghadiri pertemuan kelompoktani tapi sudah izin 3. Penyuluh menghadiri pertemuan kelompoktani tapi diwakilkan 4. Penyuluh kadang-kadang menghadiri pertemuan kelompoktani 5. Penyuluh selalu menghadiri pertemuan kelompoktani 1. Penyuluh tidak pernah menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 2. Hanya menyediakan bahan bacaan selama penyuluhan 3. Hanya menyediakan makanan dan minuman selama penyuluhan 4. Kadang-kadang menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 5. Selalu menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 1. Penyuluh tidak mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi. 2. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 25% 3. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 50% 4. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 75% 5. Penyuluh mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi sebesar 100% 52

68 12. Memberikan jasa pelatihan/kursus/ penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah 13. Kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat 14. Kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelasan secara tertulis 15. Kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan 1. Tidak ramah dan kasar 2. Tidak ramah, tidak kasar 3. Ramah dan tidak kasar 4. Ramah dan menggunakan bahasa yang baik 5. Ramah, menggunakan bahasa yang baik dan santun 1. Penyuluh tidak bisa bahasa setempat 2. Penyuluh bisa bahasa setempat, tapi masih gugup dan ragu 3. Penyuluh bisa bahasa setempat, kadang aktif tapi masih gugup 4. Penyuluh lancar menggunakan bahasa setempat 5. Penyuluh aktif dan respon berkomunikasi 1. Penyuluh tidak bisa memberikan penjelasan secara tertulis 2. Penyuluh bisa memberikan penjelasan secara tertulis, tetapi masih gugup dan ragu 3. Penyuluh bisa memberikan penjelasan secara tertulis, kadang aktif tapi masih ragu 4. Penyuluh bisa memberikan penjelasan secara tertulis 5. Penyuluh Aktif dan respon memberikan penjelasan secara tertulis 1. Tidak ada alat peraga yang digunakan 2. Alat peraga tidak lengkap dan tidak siap 3. Alat peraga lengkap tapi tidak siap 4. Alat peraga cukup lengkap dan siap 5. Alat peraga selalu lengkap dan siap digunakan 53

69 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Deskripsi Umum Wilayah Letak Wilayah Desa Situ Udik merupakan salah satu dari lima belas desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah sebesar 363 Ha yang terbagi dalam 4 Dusun, 12 RW dan 42 RT. Berada Dengan jarak jangkauan ke ibu kota Kecamatan 9 km, dan jarak jangkauan ke ibu kota Kabupaten 27 km, sedangkan jarak jangkauan ke ibu kota Provinsi 147 km Luas Wilayah Pemanfaatan lahan di Desa Situ Udik sebagian besar digunakan sebagai lahan usahatani. Penggunaan lahan untuk pertanian merupakan lahan terluas sebesar 205 Ha, diikuti oleh peternakan sebesar 85 Ha. Adapun komposisi luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan di Desa Situ Udik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan Pertanian Peternakan Perikanan Perkebunan Kehutanan Lain-lain Jumlah (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) Sumber : Monografi Kecamatan Cibungbulang tahun Batas Wilayah Wilayah Situ Udik berbatasan dengan : Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Utara Sebelah Selaatan : Kecamatan Leuwiliang : Wilayah binaan Cibatok : Wilayah binaan Cemplang : Kecamatan Pamijahan

70 5.2 Potensi Sumber Daya Alam Topografi Topografi wilayah binaan Situ Udik adalah secara umum berbentuk perbukitan dengan kemiringan 10 sampai dengan 35%, sedangkan untuk lahan sawah landai sampai datar kemiringan 5 sampai dengan 15%. Ketinggian dari permukaan laut antara 250 sampai 300 m. Berjenis tanah Latosol dengan ph berkisar 5 sampai Curah Hujan Desa Situ Udik memiliki tingkat curah hujan rata-rata perbulan sebesar 238 mm dengan tingkat curah hujan mm pertahun. Tingginya curah hujan tersebut sangat cocok untuk melakukan usahatani, baik pertanian, perternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Adapun data curah hujan selama lima tahun dari tahun 2005 sampai dengan 2009 hasil penangkaran curah hujan di stasiun Karacak-Leuwiliang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data Curah Hujan Desa Situ Udik Tahun Tahun Bulan mm mm mm mm mm Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 211, Rata-rata 209,65 218,58 217,75 348,92 199,33 55

71 Tahun Bulan mm mm mm mm mm Total 2515, Sumber data : Stasiun Klimatologi dan Geofisika Dramaga-Bogor Tahun Klasifikasi Lahan dan Tatagunanya Pemanfaatan lahan di Desa Situ Udik sebegaian besar digunakan sebagai lahan persawahan dengan luas lahan seluas 205 Ha, dengan klasifikasi sawah pengairan semi teknis seluas 110 Ha dan sawah pengairan sederhana 95 Ha. Adapun Klasifikasi lahan dan tataguna lahan di Desa Situ Udik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Data Klasifikasi Lahan dan Tataguna Lahan No Klasifikasi dan tataguna lahan Ha 1. Lahan Basah - Sawah pengairan teknis - - Sawah pengairan semi teknis Sawah pengairan sederhana 95 - Sawah Tadah Hujan - 2. Ladang Kering - Ternak 85 - Ladang/Tegalan 44 - Perkebunan - - Kehutanan Perairan - Setu - - Kolam 9 - Akuarium - 4. Lain-lain 6 Jumlah 363 Sumber : Monologi Desa Tahun

72 5.3 Klasifikasi Lahan dan Tatagunanya Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Status Kepala Keluarga Jumlah penduduk Desa Situ Udik sampai akhir bulan Desember tahun 2009 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa, perempuan sebanyak jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.723KK. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan status kepala keluarga dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Keragaan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan KKI Non Jumlah No Jumlah KK Tani (orang) (orang) Tani KK Sumber : Monologi Desa Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia/ Umur Melalui Tabel 9 dapat dilihat bahwa kelompok umur usia 0-15 tahun memiliki jumlah terbanyak, diikuti oleh kelompok usia tahun. Ini menunjukan tingkat reproduksi dan produktivitas masyarakat Desa Situ Udik cukup tinggi. Tabel 9. Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Kelompok Umur (Orang) Desa >60 Jumlah Situ Udik Sumber : Monologi Desa Tahun Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Desa Situ Udik masih rendah karena sebagian besar masyarakatnya tidak bersekolah, kemudian orang lulusan SD/sederajat dan hanya 32 orang yang menyelesaikan pendidikan hingga S1. Adapun jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel

73 Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tidak SD SMP SLTA D3 S1 Jumlah Desa Sekolah (org) (org) (org) (org) (org) (org) Situ Udik Sumber : Monologi Desa Tahun Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Keadaan mata pencaharian penduduk Desa Situ Udik sebagian besar adalah petani sebanyak orang. Hal ini berkorelasi dengan luas pemanfaat lahan untuk pertanian sebanyak 205 Ha. Sebagai desa yang memiliki potensi dalam sektor pertanian, masyarakat Desa Situ Udik mampu memanfaatkan sumberdaya alam dengan baik. Sebagaian besar merupakan petani penghasil padi yang tidak hanya dikonsumsi sendiri tetapi juga dijual ke luar desa. Adapun data penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Data Keragaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian No Jenis Mata Jumlah penduduk desa Pencaharian (org) 1 Pertanian Pertambangan - 3 Perikanan Perdagangan Jasa Swasta Pegawai Negeri 66 8 Buruh TNI/ POLRI 2 Jumlah 1982 Sumber : Monologi Desa Tahun Jumlah Penduduk Tani Menurut Status Petani Pertanian adalah sumber mata pencaharian utama masyarakat Desa Situ Udik. Mereka ada yang hanya sebagai pemilik tanah tanpa menggarap, ada sebagai pemilik sekaligus penggarap, ada yang hanya menggarap, ada penyakap 58

74 dan buruh tani. Berdasarkan Tabel 12. Petani sebagai pemilik dan penggarap merupakan yang terbanyak, berjumlah orang, pemilik lahan sebanyak 780 orang. Tabel 12. Data Jumlah Petani Menurut Status Petani Pemilik/ Buruh Jumlah Pemilik Penggarap Penyakap Penggarap Tani (org) Sumber : Monologi Desa Tahun Fasilitas Penunjang Usahatani Fasilitas usahatani Desa Situ Udik cukup memadai, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana usahatani. sudah terdapat 1 buah pasar sebagai pusat transaksi jual beli hasil pertanian, terdapat 6 buah kios saprotan, 1 unit LKM, 6 buah Hand traktor dan lian-lain Adapun data fasilitas usahatani dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Fasilitas Penunjang Usahatani No Jenis Fasilitas Jumlah 1 Pasar 1 2 Kios Saprotan 6 3 LKM 1 4 Hand Traktor 6 5 Penggilingan Padi 7 6 Cangkul Parang Arit Gerigi Banting Bertirai Alas Panen 36 Sumber : Monologi Desa Tahun

75 5.4 Karakteristik Responden Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah perbedaan seksual antara laki-laki dan perempuan didasarkan faktor biologis/ fisik. Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase % Laki-laki ,00 Total ,00 Sumber : Data yang diolah Responden dalam penelitian ini semuanya adalah laki-laki sebanyak 30 orang (100 persen). Perolehan ini didasarkan pada responden yang ditemui selama berlangsungnya penelitian. Adapun tidak terdapatnya wanita dalam responden ini karena tidak ada wanita yang menjadi anggota kelompoktani Umur Umur adalah tingkatan usia yang dimiliki oleh responden. Hal ini perlu diketahui untuk kemudian melihat sejauh mana umur dapat mempengaruhi daya serap belajar petani. Kategori umur dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu <25 tahun tergolong muda, tahun setengah baya, dan >49 tahun tergolong tua. Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Umur Umur Jumlah (orang) Persentase (%) < % % > % Total % Sumber : Data yang diolah Melalui Tabel 15 dapat dilihat bahwa responden yang berusia muda sebanyak 3 persen, setengah baya sebanyak 70 persen dan tua sebanyak 27 persen. 60

76 Angka tersebut menunjukan bahwa Desa Situ Udik merupakan daerah dimana para petaninya sebagian besar tergolong berusia setengah baya Pendidikan Pendidikan yaitu jenjang pendidikan bersifat formal dan informal yang pernah responden tempuh. Dilihat dari segi pendidikan formal, sebagian besar responden tidak bersekolah sebanyak 3,3 persen sedangkan lainnya memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 23,3 persen, SLTP 26,3 persen dan SLTA sebanyak 33,3 persen. Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal Tingkat Pendidikan Terakhir Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak Sekolah 1 3,3% SD/ MI 7 23,3% SLTP/ 8 26,7% SMA/ MTS 10 33,3% D3 4 13,3% S1 0 0 Total % Sumber : Data yang diolah Status Sosial Kepemilikan Lahan Status ekonomi adalah tingkan sosial responden dalam masyarakat dan tingkat pendapatan yang diperoleh pertahun. Adapun status sosial masyarakat dapat dilihat dari segi status kepemilikan lahan. Tabel 17. Sebaran Responden Munurut Status Kepemilikan Lahan Status Kepemilikan Lahan Jumlah (orang) Persentase (%) Petani Pemilik 9 30% Petani Pemilik dan Penggarap 6 20% Petani Penggaran 8 27% Petani Buruh 7 23% Total % Sumber : Data yang diolah 61

77 Status kepemilikan lahan responden sebagian besar merupakan lahan milik pribadi, yakni sebanyak 30 persen. Lahan pemilik sekaligus menggarap sendiri sebanyak 20 persen. Sedangkan lainnya merupakan petani penggarap sebanyak 27 persen dan petani buruh sebanyak 23 persen. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Desa Situ Udik tergolong status mampu, mengingat kepemilikan aset tanah merupakan faktor yang dihargai bagi masyarakat. 62

78 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengujian Data Uji Validitas Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Release Atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan sebanyak 23 atribut, hasil pengujian menunjukan data reliabel tapi ada 6 atribut yang tidak valid, dan hanya 17 atribut yang valid, kemudian dilakukan pengujian terhadap 17 atribut yang valid. Hasil pengujian tersebut menunjukkan hasil reliabel tapi ada 2 atribut yang tidak valid, sehingga perlu dilakukan pengujian dengan menguji 15 atribut yang valid hingga data reliabel dan valid. Hasil pengujian 15 atribut menunjukkan data telah valid dan reliabel. Hasil Perhitungan Uji pre sampling hingga menemukan data yang valid dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari hasil uji validitas (Lampiran 3) menunjukkan bahwa butir-butir pertanyaan untuk menguji kinerja pelayanan penyuluh pertanian adalah valid dengan nilai Corrected Item-Total Correlation antara 0,337 sampai dengan 0,650, lebih besar dari angka kritik tabel (r tabel 0,306) untuk r= 30 dan taraf signifikansi 5% Uji Reliabilitas Setelah melakukan uji validitas atribut, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas. Uji ini dilakukan untuk menguji jawaban responden terhadap 15 butir pertanyaan yang diberikan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan untuk kuesioner ini adalah Cronbach s alpha (α) dengan pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari nilai r kritis product moment (dengan N=30 orang). Berdasarkan hasil pengujian dengan teknik tersebut menunjukan bahwa nilai alpha sebesar 0,847. Nilai alpha tersebut lebih dari 0,60 hal ini menunjukan bahwa atributatribut tersebut adalah reliabel (Lampiran 3).

79 6.2 Analisis Kepuasan Pelayanan Dalam menganalisis kepuasan petani menggunakan alat ukur tingkat kepuasan. Untuk melakukan analisis tingkat kepuasan telah dilakukan survei terhadap 30 petani di Desa Situ Udik. Dalam survei tersebut petani diminta untuk menyatakan atribut-atribut mana (dalam kuesioner) yang dianggap sangat baik, baik, cukup baik (netral), kurang baik, dan tidak baik. Terdapat 15 atribut untuk menilai tingkat kinerja, yang diminta untuk dinilai dengan menggunakan skala Likert dengan lima kategori Penyuluh Mengundang Petani Untuk Menghadiri Pertemuan Kelompoktani Dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia, penyuluh pertanian lebih cenderung menggambarkan seseorang yang bertugas ke lapangan mengunjungi petani untuk menyampaikan program penyuluhan yang dirancang oleh pemerintah. Pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar, tetapi juga tidak salah. Secara garis besar, penyuluh adalah orang yang bekerja atau berkecimpung dalam kegiatan penyuluhan yang melakukan komunikasi pada sasaran penyuluhan, sehingga sasarannya itu mampu melakukan proses pengambilan keputusan dengan benar. Penyuluh dalam menyampaikan informasi kepada petani biasanya akan meminta ketua kelompoktani untuk mengundang atau mengumpulkan anggotanya di suatu tempat yang telah disepakati. Hal ini lebih efektif dan efisien apabila penyuluh langsung menemui petani secara individu di ladang atau rumahnya masing-masing. Dari Tabel 18. dapat dilihat 7 persen petani sangat puas dengan kinerja penyuluh yang mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani, biasanya mereka adalah pengurus inti dari kelompoktani. 17 persen orang merasa puas, namun 50persen petani merasakan kurang puas dan 23 persen tidak puas. Hal ini disebabkan karena ada beberapa petani belum pernah mendapat undangan dari penyuluh pertanian selama jangka waktu tertentu. Jadi secara umum dapat disimpulkan petani belum puas dengan kinerja penyuluh pertanian yang mengundang petani dalam menghadiri pertemuan kelompoktani. 64

80 Tabel 18. Penyuluh Mengundang Petani Untuk Menghadiri Pertemuan Kelompoktani Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Penyuluh Membuat Hubungan Kerjasama Antara Kelompoktani dengan Pihak Lain Salah satu tugas penyuluh pertanian adalah membantu petani dalam memasarkan hasil pertanian ke pasar tradisional atau pasar modern. Selain memasarkan hasil pertanian, penyuluh dapat menjembatani petani dengan pihak luar dalam hal permodalan, penyedia sarana pertanian, produksi dan lain-lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahatani akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Tabel 19. Penyuluh Membuat Hubungan Kerjasama Antara Kelompoktani Dengan Pihak Lain Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Secara umum petani belum puas dengan kinerja penyuluh dalam membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak luar. 27 persen menunjukan petani kurang puas dan 47 persen tidak puas. Indikator ketidakpuasan tersebut adalah tidak adanya kerjasama antara kelompoktani dengan pihak luar. 65

81 Selama ini petani mengusahakan sendiri kebutuhan mereka, seperti membeli alat produksi dan sarana pertanian ke toko saprodi di luar desa, meminjam modal ke pihak informal, memasarkan sendiri hasil pertanian dan lain-lain Materi Penyuluhan Yang Ditawarkan Sesuai dengan Yang Dibutuhkan Petani Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyulahan pertanian, perikanan dan kehutanan, materi penyuluhan didefinisakan sebagai bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum dan kelestarian lingkungan. Materi penyuluhan dibuat untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usahatani dengan memperhatikan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya pertanian. Karena itu materi penyuluhan pertanian yang akan disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usahatani harus diverifikasi terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya kerugian sosial ekonomi, lingkungan dan kesehatan masyarakat. Dalam pemberian materi, penyuluh pertanian mengacu pada rencana kerja tahunan peyuluh (RKTP), sehingga materi yang disampaikan seharusnya sesuai dengan kebutuhan. Namun kondisi dilapangan berbeda dengan rencana yang disepakati dalam RKTP. Kondisi pertanian yang sulit diprediksi menjadikan materi yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan. Seperti adanya ancaman hama penyakit yang menyerang padi pada waktu tertentu, petani menginginkan seharusnya penyuluh memberikan pelatihan untuk mengantisipasi hama penyakit tersebut. Secara umum materi yang ditawarkan oleh penyuluh dinilai belum sesuai dengan kebutuhan petani. Berdasarkan tebel diketahui bahwa 11 dari 30 orang atau sebesar 36,7 persen petani tidak puas dengan kinerja penyuluh pertanian. 20 persen kurang puas dengan indikator materi penyuluhan 25 persen sesuai dengan kebutuhan. Hanya 20 persen petani yang menyatakan puas dengan indikator materi penyuluhan 75 persen sesuai dengan kebutuhan. 66

82 Tabel 20. Materi Penyuluhan Yang Ditawarkan Sesuai dengan Yang Dibutuhkan Petani Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas ,7 Puas Cukup Puas 3 2 6,7 Kurang Puas Tidak Puas ,7 Total Penyuluh Melakukan Kunjungan Kepada Kelompoktani Kunjungan adalah kegiatan penyuluh kepada kelompoktani di wilayah kerjanya yang dilakukan secara teratur, terarah dan berkelanjutan. Penyuluh pertanian diharapkan dapat memfasilitasi suatu pertemuan dengan kelompoktani dalam suatu jadwal yang telah ditentukan dengan materi yang sesuai kebutuhan kelompoktani saat itu. Materi yang disajikan diharapkan dapat menjawab, mencairkan atau menyelesaikan apa yang dibutuhkan kelompoktani sesuai kondisi dan kesempatan saat itu. Adapun tujuan dari kunjungan kepada kelompoktani adalah 1) Mengusahakan terjalinnya hubungan yang akrab antara petani dengan penyuluh pertanian sebagai sumber informasi. 2) Memperkuat dan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian sebagai penghubung antara petani dengan sumber informasi, teknologi, pasar, modal dan sumberdaya lainnya. 3) Memperkuat dan meningkatkan hubungan yang baik antara petani dengan sumber informasi dan teknologi sehingga terjalin sinergitas dalam mengembangkan inovasi. Secara umum petani menilai kinerja penyuluh dalam melakukan kunjungan kepada kelompoktani biasa saja/netral, tidak bagus dan juga tidak buruk. Hal ini dapat dilihat dari jumlah petani yang kurang dan tidak puas dengan jumlah petani yang sangat puas, puas dan cukup puas adalah sama, sebesar 50 persen. Indikatornya adalah rata-rata penyuluh tiga bulan sekali melakukan kunjungan kepada kelompoktani. Namun secara spesifik 30 persen petani menyatakan cukup puas, 27 persen menilai kurang puas dan 23 persen tidak puas. 67

83 Hanya 3 persen yang menyatakan sangat puas dan 17 persen yang menilai puas. Tabel 21. Penyuluh Melakukan Kunjungan Kepada Kelompoktani Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Penyuluh Cepat Tanggap Dalam Memberikan Pelayanan Ketanggapan merupakan bagian dari dimensi mutu pelayanan. Ketanggapan (responsiveness) penyuluh adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan petani. Kegiatan pertanian merupakan usaha yang mengandung resiko, resiko pertanian akan semakin besar apabila hambatan atau gangguan tidak dikelola dengan baik. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh hama penyakit, iklim, penanganan produksi, pasca-panen dan lain-lain. Untuk menanggulagi gangguan tersebut peran serta penyuluh pertanian sangat dibutuhkan, karena petani dapat meminta informasi atau mengkonsultasikan permasalahannya kepada penyuluh pertanian, sehingga dapat dicarikan solusi atau antisipasi atas permasalahan petani. Nilai sebaran kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh yang cepat tanggap dalam memberikan pelayanan secara berurutan adalah 30 persen petani merasa puas, kemudian 23 persen menilai kurang puas dan 20 persen tidak puas. Hanya 3 dari 30 orang petani yang menyatakan puas terhadap kinerja penyuluh. Indikator puas yang tercermin adalah penyuluh langsung menanggapi permasalahan petani dan memberikan solusi. Namun secara umum petani menilai bahwa kinerja penyuluh cukup memuaskan karena perbedaan kepuasan antara petani yang puas dengan yang belum puas hanya 4 persen. Indikator cukup puas yang digunakan adalah petani langsung menanggapi permasalahan petani, tetapi tidak memberikan solusi. 68

84 Tabel 22. Penyuluh Cepat Tanggap Dalam Memberikan Pelayanan Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Penyuluh Merekap/Menanyakan Masalah Kepada Petani dan Mencarikan Solusi Menurut Kementrian Pertanian ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh penyuluh dalam menyusun materi penyuluhan pertanian, yaitu pertama penyuluh mengunjungi lahan petani dalam melakukan usahatani, kedua penyuluh menanyakan masalah yang dihadapi petani dan ketiga penyuluh membantu menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian diharapkan materi yang dibuat sesuai dengan kebutuhan petani. Selain untuk penyusunan materi penyuluhan, penyuluh harus proaktif dalam menanyakan masalah atau kendala yang dihadapi petani pada saat pertemuan kelompok, karena masalah teknis dilapang sulit untuk diprediksi. Berdasarkan Tabel 23. menunjukan bahwa 40 persen petani tidak puas dengan kinerja penyuluh pertanian dalam merekap/menanyakan masalah petani dan mencarikan solusi atas permasalahnya. Indikator tidak puas tersebut adalah penyuluh tidak pernah menanyakan masalah kepada petani. 27 persen menilai sangat puas, dan 23 persen menyatakan puas. Namun apabila dinilai secara umum petani merasa cukup puas, karena nilai kepuasan lebih besar bila dibandingkan dengan nilai belum puas. Indikator cukup puas yang digunakan adalah petani hanya menanyakan masalah yang dihadapi petani, tetapi belum memberikan solusi. 69

85 Tabel 23. Penyuluh Merekap/ Menanyakan Masalah Kepada Petani Dan Mencarikan Solusi Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Penyuluh Mengajarkan Berbagai Keterampilan Usahatani serta Melakukan Bimbingan dan Penerapannya Tugas seorang penyuluh adalah mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya kepada petani. Keterampilan yang dapat diberikan berupa teknik pertanian seperti penggunaan alat-alat/mesin pertanian, teknik cara memupuk, menggunakan sprayer, mengelola usahatani berupa mengerjakan soal-soal analisis usahatani, pengumpulan informasi pasar dan lain-lain. Ditinjau dari materi pokok yang harus diberikan sebagai bahan penyuluhan pertanian, pada dasarnya materi penyuluhan pertanian dapat dikelompokkan dalam : 1) Ilmu teknik pertanian seperti kegiatan pra-panen dan pasca-panen. 2) Ilmu ekonomi pertanian seperti pengelolaan usahatan yang lebih efisien, penguasaan dan pemasaran hasil-hasil pertanian, kelombagaan ekonomi pertanian. 3) Ilmu tatalaksana rumah tangga petani seperti persiapan anggaran berupa analisis usahatani pertahun. Tabel 24. Menunjukan bahwa sebanyak 43 persen petani tidak puas dengan kinerja penyuluh yang mengajarkan berbagai keterampilan usahatani dan melakukan bimbingan, dan 13 persen petani menyatakan kurang puas. Indikator tidak puas yang digunakan adalah penyuluh tidak pernah mengajarkan keterampilan usahatani dan melakukan bimbingan. Hanya 17 persen petani yang menyatakan puas dan 10 persen petani yang puas. Secara umum petani menilai kinerja penyuluh belum memuaskan karena penilai petani yang kurang memuaskan lebih besar dari nilai kepuasannya. 70

86 Indikator belum memuaskan adalah keterampilan dan bimbingan hanya dilakukan setahun sekali. Tabel 24. Penyuluh Mengajarkan Berbagai Keterampilan Usahatani serta Melakukan Bimbingan dan Penerapannya. Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Penyuluh Yang Menerima Pertanyaan Dapat Langsung Menjawab dan Mampu Menjawab Pertanyaan Petani Penyuluh pertanian merupakan orang yang menyampaikan informasi pembangunan pertanian kepada petani. Dalam menyampaikan informasi tersebut penyuluh harus sudah memahami dengan baik informasi yang akan disampaikan sehingga tidak ada keraguaan dan kesalahan dalam penyampaiannya. Dalam pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan akan ada kesalahan atau ada petani yang tidak faham dengan materi yang disampaikan oleh penyuluh sehingga petani bertanya atau memberikan timbal balik. Adanya timbal balik diharapkan dapat menimbulkan dampak atau perubahan sebanyak-banyaknya terhadap petani. Kinerja penyuluh pertanian dalam menerima pertanyaan dan mampu menjawab dengan baik memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi. 47 persen petani menyatakan sangat puas dan 17 persen puas. Dengan demikian penyuluh sudah memahami dengan baik informasi yang akan disampaikan sehingga tidak ada keraguaan dan kesalahan dalam penyampaiannya Hanya 23 persen petani yang menilai bahwa kinerja penyuluh tidak memuaskan. Indikator tidak memuaskan yang digunakan adalah acuh tak acuh dalam memberikan pelayanan. 71

87 Tabel 25. Penyuluh Yang Menerima Pertanyaan Dapat Langsung Menjawab dan Mampu Menjawab Pertanyaan Petani Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Penyuluh Menghadiri Pertemuan/Musyawarah Yang Diselenggarakan Oleh Kelompoktani Salah satu tugas penyuluh pertanian adalah menghadiri musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani, karena penyuluh adalah orang yang ditugaskan oleh kepala desa sebagai penanggungjawab dalam pengembangan kelompoktani. Dalam pengembangan kelompoktani, pemerintah pada dasarnya menciptakan iklim untuk berkembangnya prakarsa dan inisiatif para petani, memberikan bantuan kemudahan atau fasilitas dan pelayanan informasi serta memberikan perlindungan hukum. Tabel 26. Penyuluh Menghadiri Pertemuan/ Musyawarah Yang Diselenggarakan Oleh Kelompoktani Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Tabel 26. menunjukan 43 persen petani puas terhadap kinerja penyuluh pertanian menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh kelompoktani dan 27 persen menyatakan sangat puas. Indikator puas yang digunakan adalah penyuluh kadang-kadang menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh kelompoktani. 72

88 Namun ada 27 persen petani yang menyatakan tidak puas karena penyuluh tidak pernah menghadiri pertemuan kelompoktani tanpa alasan yang jelas Penyuluh Menyediakan Bahan Bacaan, Makanan Dan Minuman Selama Penyuluhan Dalam melakukan penyuluhan atau pelatihan biasanya akan ada fasilitas yang diberikan kepada peserta sebagai alat bantu untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam memahami materi yang disampaikan. Fasilitas yang diberikan tersebut antaralain bahan bacaan, makanan, seragam, alat tulis dan lainlain. Tabe 27. Penyuluh Menyediakan Bahan Bacaan, Makanan dan Minuman Selama Penyuluhan Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total % Tabel 27. menunjukan 40 persen petani tidak puas dengan kinerja penyuluh dalam menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan. Indikator yang digunakan adalah penyuluh belum pernah menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan. Namun 23 persen petani merasa puas, 13 menilai sangat puas dan 17 persen sangat puas. Secara umum petani menilai kinerja penyuluh dalam menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan cukup memuaskan dengan nilai antara kepuasan sebesar 53 persen. Indikator yang digunakan adalah hanya menyediakan makanan dan minuman selama penyuluhan. 73

89 Kemampuan Penyuluh Dalam Meningkatkan Produktivitas, Kuantitas dan Kualitas Komoditi Usahatani Dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang sistem penyulahan pertanian, perikanan dan kehutanan, Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan bibit bersertifikat, pengendalian hama dan penyakit, mengendalikan iklim, penggunaan pupuk yang tepat dan mengendalikan kualitas tanah. Peningkatan efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan dapat dilakukan dengan membuat analisis usahatani keluarga selama satu tahun, meningkatkan kemampuan manajerial dan penguasaan teknologi bagi petani serta meningkatkan fungsi dan peran kelembagaan petani dan wanita tani. Tabel 28. Kemampuan Penyuluh Dalam Meningkatkan Produktivitas, Kuantitas dan Kualitas Komoditi Usahatani Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani di Desa Situ Udik kurang signifikan. Terdapat 37 persen petani yang tidak puas dan 13 persen kurang puas terhadap kinerja penyuluh. Indikator yang digunakan adalah penyuluh hanya mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas sebesar 25 persen. Namun 30 persen petani menyatakan puas dan 17 persen cukup puas dengan kinerja 74

90 penyuluh, hanya 3 persen yang menilai sangat puas. Sehingga secara umum penilaian petani terhadap kinerja penyuluh adalah cukup puas dengan indikator penyuluh hanya mampu meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas sebesar 50 persen Memberikan Jasa Pelatihan/Kursus/ Penerapan Teknologi Kepada Petani Dengan Sikap Yang Sopan dan Ramah Memberikan pelatihan kepada petani merupakan kewajiban seorang penyuluh, dalam hal ini keramahan dan kesopanan merupakan hal pokok yang harus dijaga dan ditingkatkan agar dapat memberikan kepuasan bagi kedua belah pihak. Sikap sopan dan ramah yang ditampilkan penyuluh juga dapat menyakinkan petani dalam menerima materi pelatihan. Tabel 29. Memberikan Jasa Pelatihan/Kursus/ Penerapan Teknologi Kepada Petani Dengan Sikap Yang Sopan dan Ramah Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas % Kurang Puas % Tidak Puas % Total % Tabel 29. Menunjukkan bahwa terdapat 27 persen petani sangat puas dengan kinerja penyuluh dalam memberikan pelatihan kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah, 23 persen merasa puas dan 10 persen cukup puas dengan indikator sangat puas adalah ramah, menggunakan bahasa yang baik dan santun. Namun 23 persen menilai tidak puas dan 17 persen kurang puas terhadap kinerja penyuluh, belum puas karena penyuluh tidak pernah datang memberikan pelatihan Kemampuan Penyuluh Dalam Menggunakan Bahasa Setempat Komunikasi adalah suatu proses pembentukan penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau antara dua 75

91 orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Dalam praktek berkomunikasi biasanya penyuluh akan menemui berbagai macam hambatan yang jika tidak dapat ditanggapi dan disikapi secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-sia karena pesan tidak tersampaikan atau terjadi penyimpangan. Kemampuan berbahasa setempat merupakan langkah awal dalam mencapai tujuan penyuluhan, karena bahasa merupakan saluran dasar dari penyampaian informasi. Oleh karena itu sangat dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan ketrampilannya berkomunikasi, menyampaikan pesan dengan cara/ bahasa yang mudah dipahami, bersikap baik, memahami, mengikuti, atau setidaktidaknya tidak menyinggung nilai-nilai sosial budaya setempat. Tabel 30. Kemampuan Penyuluh Dalam Menggunakan Bahasa Setempat Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Total Tabel 30. Menjelaskan kepuasan petani terhadap kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat adalah puas. 40 persen petani merasa puas dan 20 persen menilai sangat puas. Indikator yang digunakan adalah penyuluh lancar menggunakan bahasa setempat. Namun ada 20 persen petani yang tidak puas dan 7 persen kurang puas dengan kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat. Indikator tidak puas yang digunakan adalah penyuluh tidak bisa menggunakan bahasa setempat Kemampuan Penyuluh Dalam Memberikan Penjelasan Secara Tertulis Selain memiliki kemampuan dalam menggunakan bahasa setempat, kemampuan lain yang harus dimiliki oleh penyuluh adalah kemampuan dalam 76

92 memberikan penjelasan secara tertulis, karena dalam pelaksanaan penyuluhan sebaiknya menggunakan materi visual dan tertulis. Komunikasi tertulis adalah komunikasi menggunakan lambang, huruf, abjad dan lain-lain. Kelebihan komunikasi secara tertulis adalah : 1) Dapat disebarkan seluas-luasnya. 2) Dapat lebih tegas dan jelas. 3) Mempunyai daya tahan yg lama. Tabel 31. Kemampuan Penyuluh Dalam Memberikan Penjelasan Secara Tertulis Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas ,3 Puas ,3 Cukup Puas ,7 Kurang Puas 2 1 3,3 Tidak Puas ,3 Total Tabel 31. menunjukkan 43,3 persen petani puas dengan kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelasan secara tertulis dan 13,3 persen sangat puas. Petani menyatakan puas karena penyuluh bisa memberikan penjelasan secara tertulis dengan baik. Namun terdapat 23,3 persen petani yang menyatakan tidak puas, bukan karena penyuluh tidak bisa memberikan penjelasan secara tertulis, melainkan petani belum pernah mengikuti pertemuan atau belum pernah melihat penyuluh menyampaikan materi penyuluhan secara tertulis, sehingga memberikan penilaian tidak puas Kelengkapan dan Kesiapan Alat Peraga Penyuluhan Dalam bidang pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, kemampuan literasi visual sangat penting bagi penyuluh, karena dengan demikian penyuluh dapat lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi penyuluhan. Alat bantu atau media apapun yang digunakan pada prinsipnya harus meningkatkan efektivitas dan kelancaran proses belajar. Selain dari itu alat bantu dapat lebih mengkongkritkan apa yang dijelaskan penyuluh kepada petani, sehingga petani lebih mudah dan lebih cepat menguasai materi. 77

93 Tabel 32. Kelengkapan dan Kesiapan Alat Peraga Penyuluhan Keterangan Skor Jumlah (orang) Persentase (%) Sangat Puas % Puas % Cukup Puas 3 1 3% Kurang Puas % Tidak Puas % Total % Petani menilai kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluh cukup puas. 27 persen petani menilai puas, 23 persen sangat puas dan 3 persen cukup puas. Indikator puas yang digunakan adalah alat peraga cukup lengkap dan siap digunakan. Namun 37 persen petani menilai penyuluh tidak memiliki kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluh. Sehingga secara umum dapat dijelasakan bahwa petani cukup puas dengan kinerja penyuluh pertanian dan menilai bahwa alat peraga lengkap tetapi tidak siap. 6.3 Important Performance Analysis Dalam survei petani diminta untuk menyatakan atribut-atribut mana (dalam kuesioner) yang dianggap sangat penting, penting, cukup penting (netral), tidak penting, dan sangat tidak penting yang merupakan harapan petani. Demikian pula, atribut-atribut mana (menurut persepsinya) yang kinerjanya dianggap sangat baik, baik, cukup baik (netral), kurang baik, dan tidak baik. Terdapat 15 atribut, baik untuk tingkat kepentingan (harapan) maupun untuk tingkat kepuasan (kinerja), yang diminta untuk dinilai dengan menggunakan skala Likert dengan lima kategori. Untuk atribut tingkat kepentingan dipergunakan simbol Y, sedangkan untuk atribut tingkat kinerja dipergunakan simbol X. Hasil dari pengukuran tersebut nampak pada Tabel 33 berikut. 78

94 Tabel 33. Hasil Hitungan Rata-Rata Tingkat Kinerja (X) dan Tingkat Kepentingan (Y) No Atribut X Y 1 Penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani 2,33 3,83 2 Penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain. 2,13 3,77 3 Materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani 2,60 4,20 4 Penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani 2,50 4,37 5 Penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan 2,87 4,17 6 Penyuluh merekap/ menanyakan masalah kepada petani dan mencarikan solusi 2,93 4,07 7 Penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya. 2,43 4,27 8 Penyuluh yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawab pertanyaan petani 3,60 4,03 9 Penyuluh menghadiri pertemuan/ musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompoktani 3,43 4,17 10 Penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan 2,63 3,97 11 Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani 2,50 4,27 12 Memberikan jasa pelatihan/kursus/ penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah 3,13 4,27 13 Kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat 3,33 3,80 14 Kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelasan secara tertulis 3,20 4,03 15 Kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan 2,90 3,87 Rata-rata 2,84 4,07 Selisih antara kinerja dan kepentingan 1.24 Hasil perhitungan Tabel 33. selanjutnya akan di plotkan dalam grafik importance performance analysis sebagaimana nampak pada Gambar 3 berikut : 79

95 IMPORTENCE IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS 4,50 Atribut 4 4,40 4,30 Atribut 11 Atribut 12 4,20 Atribut 7 Atribut 3 Atribut 5 Atribut 9 4,10 4,00 Atribut 6 Atribut 14 Atribut 8 3,90 Atribut 10 Atribut 1 Atribut 15 3,80 Atribut 13 Atribut 2 3,70 3,60 3,50 2,002,102,202,302,402,502,602,702,802,903,003,103,203,303,403,503,603,70 PERFORMACE Gambar 3. Grafik Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis Dari hasil analisis kuadran dengan menggunakan diagram kartesius pada Gambar 3. diperoleh hasil sebagai berikut. Pada kuadran I, tingkatkan kinerja. Disini petani merasakan atribut pelayanan yang ada dianggap penting tetapi pada kenyataannya atribut-atribut tersebut belum sesuai dengan kepuasannya, sehingga penyuluh pertanian harus mengupayakan sumberdaya yang memadai untuk meningkatkan kinerja pada berbagai atribut tersebut. Atribut yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan agar kepuasan petani dapat ditingkatkan. Atribut tersebut antara lain nomor 3 (materi penyuluhan yang ditawarkan sesuai dengan yang dibutuhkan petani), nomor 4 (penyuluh melakukan kunjungan kepada kelompoktani), nomor 7 (penyuluh mengajarkan berbagai keterampilan usahatani serta melakukan bimbingan dan penerapannya) dan nomor 11 (Kemampuan penyuluh dalam meningkatkan produktivitas, kuantitas dan kualitas komoditi usahatani). Pada kuadran 2, pertahankan kinerja. Atribut-atribut kinerja penyuluh seperti, nomor 5 (penyuluh cepat tanggap dalam memberikan pelayanan), nomor 6 (penyuluh merekap/ menanyakan masalah kepada petani dan mencarikan solusi), nomor 9 (penyuluh menghadiri pertemuan/ musyawarah yang diselenggarakan 80

96 oleh kelompoktani) dan nomor 12 (Memberikan jasa pelatihan/kursus/ penerapan teknologi kepada petani dengan sikap yang sopan dan ramah) memiliki kinerja tinggi, sesuai dengan kepentingan petani. Atribut-atribut yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang bagi kepuasan petani. Artinya, jika penyuluh dapat mempertahankan kinerja pada hal-hal yang dianggap penting dan menjadi harapan petani, maka hal itu akan dapat meningkatkan kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluh. Sehingga penyuluh berkewajiban mempertahankan prestasi yang telah dicapai. Kuadran 3, prioritas rendah. Disini petani tidak menganggap penting dan belum merasakan kepuasannya terhadap atribut pelayanan yang diberikan, sehingga penyuluh tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada atribut tersebut, cukup sekedar mempertahankan dan menyesuaiakan dengan kondisi saat ini. Atribut tersebut yaitu nomor 1 (penyuluh mengundang petani untuk menghadiri pertemuan kelompoktani) nomor 2, (penyuluh membuat hubungan kerjasama antara kelompoktani dengan pihak lain) dan nomor 10 (penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan). Kuadran 4, cenderung berlebihan. Disini petani merasakan atribut yang ada dianggap sudah memuaskan, namun tidak terlalu penting oleh petani sehingga penyuluh tidak perlu terlalu banyak mengalokasikan sumberdaya yang terkait dengan atribut-atribut tersebut, cukup sekedar mempertahankannya. Atribut yang termasuk dalam kuadran II adalah nomor 8 (penyuluh yang menerima pertanyaan dapat langsung menjawab dan mampu menjawab pertanyaan petani), nomor 13 (kemampuan penyuluh dalam menggunakan bahasa setempat) nomor 14 (Kemampuan penyuluh dalam memberikan penjelasan secara tertulis) dan nomor 15 (kelengkapan dan kesiapan alat peraga penyuluhan). Kesenjangan Kinerja dan Kepentingan Kesenjangan antara kinerja dan kepentingan adalah selisih antara skor jawaban penilaian kepentingan dengan skor jawaban penilaian kinerja. Skor kepentingan dan kinerja diperoleh dari rata-rata jawaban penilaian responden pada setiap atribut. Rata-rata jawaban ini diperoleh dari jumlah skor nilai 81

97 kepentingan/kinerja dibagi dengan jumlah atributnya. Seperti Ditunjukkan pada Tabel 34 dan Gambar 4. Tabel 34. Kesenjangan Kinerja dan Kepentingan Tingkat Performance Importance Atribut Pelayanan Kesenjangan (X) (Y) (Y-X) Atribut 1 2,33 3,83 1,50 Atribut 2 2,13 3,77 1,63 Atribut 3 2,60 4,20 1,60 Atribut 4 2,50 4,37 1,87 Atribut 5 2,87 4,17 1,30 Atribut 6 2,93 4,07 1,13 Atribut 7 2,43 4,27 1,83 Atribut 8 3,60 4,03 0,43 Atribut 9 3,43 4,17 0,73 Atribut 10 2,63 3,97 1,33 Atribut 11 2,50 4,27 1,77 Atribut 12 3,13 4,27 1,13 Atribut 13 3,33 3,80 0,47 Atribut 14 3,20 4,03 0,83 Atribut 15 2,90 3,87 0,97 82

98 Selisih Bobot 2,00 1,80 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 Selisih Bobot Kepentingan dan Kinerja Atribut Atribut 2 : 1,63 Atribut 4: 1,87 Atribut 3 : 1,60 Atribut 1; 1,50 Atribut 5 : 1,30 Atribut 6 : 1,13 Atribut 7 : 1,83 Atribut10: 1,33 Atribut 9 : 0,73 Atribut 11 : 1,77 Atribut 12 : 1,13 Atribut 15 : 0,97 Atribut 14 : 0,83 0,40 0,20 0,00 Atribut 8 : 0,43 Atribut 13 : 0,47 Gambar 4. Plot Selisih Bobot Kepentingan dan Kinerja Dari hasil perhitungan kesenjangan antara kepentingan dan kinerja bahwa kesenjangan setiap atribut pelayanan bernilai positif. Ini artinya kepuasan yang dirasakan petani lebih besar daripada kinerja penyuluh terhadap kepentingan petani. 6.4 Pembahasan Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian cukup memuaskan (rata-rata 2,84), masih jauh dari kepentingan petani (rata-rata 4,07). Idealnya rata-rata tingkat kinerja berkisar antara 3,5 sampai dengan 4,5. Untuk itu menjadi tantangan bagi penyuluh agar rata-rata tingkat kinerja penyuluh dapat dicapai mendekati angka 4,5. Artinya, di atas angka kepentingan petani sehingga petani akan sangat puas terhadap kinerja penyuluh. Secara lebih detail, berdasarkan diagram kartisius, Penyuluh harus segera membenahi atribut yang berada pada kuadran 1, yaitu materi penyuluhan yang ditawarkan belum sesuai dengan yang dibutuhkan petani, penyuluh jarang melakukan kunjungan kepada kelompoktani, penyuluh jarang mengajarkan berbagai keterampilan usahatani, bimbingan dan penerapannya serta kemampuan 83

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris. Potensi sumberdaya pertanian yang melimpah seharusnya dapat dijadikan modal dasar untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Terminologi Penyuluh Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Terminologi Penyuluh Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Terminologi Penyuluh Pertanian Menurut Mugniesyah (2006) Sejarah penyuluh pertanian menurut (Swason, 1984) diawali ketika pada masa Ranaisense terdapat suatu gerakan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian Tahun 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN TAHUN 2013 No. A SASARAN INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan ketahanan pangan nasional, pembentukan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan pertanian memerlukan peran penyuluh pertanian sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh mempunyai peran penting

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SKRIPSI ARDIANSYAH H

SKRIPSI ARDIANSYAH H FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI KEBUN PLASMA KELAPA SAWIT (Studi Kasus Kebun Plasma PTP. Mitra Ogan, Kecamatan Peninjauan, Sumatra Selatan) SKRIPSI ARDIANSYAH H34066019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN I. Pendahuluan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Hasil Pengujian Data 6.1.1 Uji Validitas Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Release 17.0. Atribut pre sampling kuesioner pertama yang digunakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadikan sektor pertanian yang iiandal dalam menghadapi segala perubahan dan tantangan, perlu pembenahan berbagai aspek, salah satunya adalah faktor kualitas sumber

Lebih terperinci

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya memiliki beberapa fungsi sistem penyuluhan yaitu: 1. Memfasilitasi

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 28/Permentan/OT.140/4/2012 TANGGAL : 23 April 2012 PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai amanat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian subsektor perkebunan mempunyai arti penting dan strategis terutama di negara yang sedang berkembang, yang selalu berupaya: (1) memanfaatkan kekayaan

Lebih terperinci

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat)

PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) PERAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Studi Kasus Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok, Jawa Barat) SKRIPSI ERNI SITI MUNIGAR H34066041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) STUDI KASUS USAHA AGRIBISNIS DI BRI UNIT TONGKOL, JAKARTA SKRIPSI EKO HIDAYANTO H34076058 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 1. Pendahuluan Sektor pertanian merupakan tumpuan ekonomi dan penggerak utama ekonomi nasional dan sebagian besar daerah, melalui perannya dalam pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk mengoptimalkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI

PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI PENILAIAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT RESTORAN ORIENTAL FOOD (Kasus Restoran Makisu dan Shanghai Garden di Gedung Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI DWIANA SILVI LEUNAWATI A14103669 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. APBN untuk pertanian di Indonesia bahkan juga di adakannya subsidi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. APBN untuk pertanian di Indonesia bahkan juga di adakannya subsidi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan suatu negara berkedaulatan yang membentang luas wilayahnya dari Sabang sampai Merauke, yang memiliki ribuan pulau dan merupakan negara agraris. Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da No.124, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyuluhan Pertanian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/SM.200/1/2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai kepuasan petani terhadap kinerja penyuluh

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa pakar percaya penyuluhan merupakan ujung tombak pembangunan pertanian dengan membantu petani dan masyarakat disekitarnya dalam meningkatkan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan, dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional, Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, yaitu:

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Agenda revitalisasi pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 merupakan salah satu langkah mewujudkan tujuan pembangunan yaitu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan antara praktek yang dijalankan oleh petani dengan pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 91/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 9/Permentan/OT.40/9/03 TENTANG PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Penyelenggaraan tugas pembantuan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan / atau

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Sejarah Kementerian Pertanian Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup dari pertanian.oleh karena itu, pembangunan sektor

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SUMATERA UTARA SKRIPSI TIUR MARIANI SIHALOHO H34076150 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN RESTORAN PUJASEGA GARUT JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD AMIR ELBANY H34066084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP KINERJA ORGANISASI KELOMPOK USAHA TANAMAN HIAS AKUARIUM (KUTHA) BUNGA AIR DI DESA CIAWI, KABUPATEN BOGOR Oleh : Topan Candra Negara A14105618 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65 / Permentan / OT.140 / 11 / 2012 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65 / Permentan / OT.140 / 11 / 2012 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65 / Permentan / OT.140 / 11 / 2012 TENTANG PEDOMAN NILAI-NILAI DAN MAKNA BEKERJA BAGI PEGAWAI KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya. bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya. bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata pencaharian petani. Secara otomatis peranan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENYULUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu, usahatani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/3/2013 TANGGAL : 21 Maret 2013 PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa seiring dengan perubahan pendekatan dan kebijaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya

Lebih terperinci

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN

ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN ANALISIS MODERNITAS SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN UNIT USAHA KECIL TAHU SERASI BANDUNGAN (Studi Kasus Unit Usaha Kelompok Wanita Tani Damai, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris, hal ini disebabkan karena Indonesia memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci