Laporan CRS untuk Kongres Diterima melalui Web CRS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan CRS untuk Kongres Diterima melalui Web CRS"

Transkripsi

1 Kode Urut RL30527 Laporan CRS untuk Kongres Diterima melalui Web CRS Pemilihan Presiden di Amerika Serikat: Pengantar 17 April 2000 Kevin J. Coleman Analis Pemerintah Nasional Amerika Joseph E. Cantor Spesialis Pemerintah Nasional Amerika Thomas H. Neale Analis Pemerintah Nasional Amerika Divisi Pemerintahan & Keuangan Congressional Research Service - The Library of Congress

2 ABSTRAK Laporan ini menggambarkan empat tahap proses pemilihan presiden: pemilihan primer dan kausus pra-pencalonan untuk memilih delegasi yang dikirim ke konvensi nasional: konvensi pencalonan nasional; pemilihan umum; dan pemungutan suara angggota Majelis Pemilihan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Laporan ini akan dimutakhirkan lagi untuk pemilihan presiden 2004.

3 Pemilihan Presiden di Amerika Serikat: Pengantar Ringkasan Setiap empat tahun, warga negara Amerika Serikat memilih Presiden dan Wakil Presiden, oleh karena itu memilih baik pemimpin nasional maupun wacana kebijakan publik. Sistem yang mengatur pemilihan Presiden menggabungkan persyaratan konstitusional dan undang-undang, aturan partai politik nasional dan negara bagian, tradisi politik serta perkembangan dan praktik politik masa kini. Sebagaimana awalnya dinyatakan oleh Konstitusi, pemilihan Presiden diserahkan kepada para anggota Majelis Pemilihan yang dipilih oleh negara bagian. Kewenangan akhir untuk memilih Presiden masih bertumpu pada Majelis Pemilihan (electoral college), yang terdiri dari para anggota dari setiap negara bagian yang setara jumlahnya dengan jumlah perwakilan negara bagian di Dewan Perwakilan/Parlemen dan Senat. Seluruh negara bagian, kecuali dua di antaranya memberikan suara elektoral berdasarkan prinsip semua-untukpemenang bagi calon yang memperoleh mayoritas suara populer negara bagian. Proses pemilihan Presiden pada dasarnya dibagi menjadi empat tahap: (1) fase prapencalonan, dimana para calon bersaing di pemilihan primer negara bagian dan kaukus bagi delegasi untuk konvensi partai nasional; (2) konvensi nasional dilaksanakan pada musim panas tahun pemilu dimana dua partai besar mencalonkan para kandidat untuk Presiden dan Wakil Presiden dan meratifikasi platform posisi kebijakan dan tujuan partai; (3) kampanye pemilihan umum, dimana para calon partai utama, juga partai kecil atau calon independen, bersaing memperebutkan suara dari seluruh pemilih, yang puncaknya adalah suara populer pada hari pemungutan suara pada bulan November; dan (4) fase pemungutan suara oleh Majelis Pemilihan, dimana Presiden dan Wakil Presiden secara resmi dipilih. Pemilihan presiden dalam beberapa tahun terakhir ini berbeda dengan pemilihan presiden yang dilaksanakan sebelumnya dalam sejarah Amerika yaitu dalam beberapa hal penting. Pertama adalah partisipasi yang jauh lebih luas dari para pemilih saat ini dalam menentukan siapa calon dari partai karena partai-partai politik dalam beberapa tahun terakhir ini telah memberikan peran yang lebih besar kepada pemilih partai (sebagai pengganti petinggi partai) di negara bagian dalam menentukan pencalonan. Perbedaan kedua adalah melibatkan peran media elektronik, dan baru-baru ini saja, internet, baik dalam menyampaikan informasi kepada para pemilih, maupun membentuk wacana kampanye. Ketiga, pembiayaan kampanye presiden yang sebagian besar diatur oleh sebuah sistem pembiayaan publik dalam fase-fase pra-pencalonan, konvensi, dan pemilu yang diundang-undangkan pada tahun 1970-an sebagai tanggapan terhadap kenaikan biaya kampanye dalam era elektronik dan tekanan pengumpulan dana yang bertubi-tubi terhadap para calon. Dengan demikian, pemilihan presiden saat ini memadukan baik aspek tradisional hukum dan praktik, serta aspek kontemporer masyarakat yang lebih luas, lebih rumit dan lebih maju dalam hal teknologi.

4 Daftar Isi I Calon Presiden 2 Persyaratan Jabatan Presiden 2 Jabatan Presiden Sebelumnya 2 Medan Pertarungan Calon 3 Pencalonan Penjajakan Testing the Waters 3 Pengumuman Pencalonan 3 Kualifikasi Primer dan Kaukus 4 Pencalonan Partai 4 Surat Suara Pemilu 5 Perlindungan Dinas Rahasia 5 II Proses Pencalonan 6 Perkembangan Sistem Pencalonan 6 Metode Pemilihan Delegasi Awal 6 Kehadiran Pemilihan Primer 7 Reformasi dan Kebangkitan Pemilihan Primer 7 Penugasan dan Kategorisasi Delegasi oleh Partai-partai Nasional 9 Alokasi Delegasi Negara Bagian dan Yurisdiksi Lainnya 9 Kategori Delegasi 9 Struktur Pemilihan Delegasi 11 Sistem Campuran Acara Pencalonan Presiden Saat Ini 11 Metode Pemilihan Delegasi 13 Jadwal Acara Pemilihan Delegasi 13 Karakteristik Sistem Pencalonan Masa Kini 16 Lama Masa Kampanye 16 Laju yang Dipercepat 17 Bertambahnya Jumlah Debat 18 III Konvensi Pencalonan 18 Evolusi dan Tradisi Konvensi Partai 18 Perkembangan Historis 18 Unsur-Unsur Klasik Konvensi Nasional 19 Konvensi Modern 21 Meratifikasi Pilihan Partai 21 Pengaruh Televisi 22 Merencanakan Konvensi 22 The Call 22 Jadwal dan Lokasi Konvensi Nasional 22 Delegasi 25 Organisasi Konvensi 26 Pimpinan Tetap 26 Komite Konvensi 27 Konvensi Hari per Hari 27 Hari Pertama 27 Hari Kedua 29 Hari Ketiga 31 Hari Keempat 31 IV Pemilihan Umum 33

5 Struktur Kampanye 33 Organisasi Kampanye 33 Rencana Kampanye 34 Kegiatan Calon 34 Metode Tradisional Kampanye Lokal (Front Porch) 34 Cara Kampanye Modern 34 Kampanye Rose Garden 35 Kampanye Presiden yang Didominasi Televisi 35 Iklan Komersial 35 Liputan Berita 36 Debat yang Disiarkan Televisi 37 Penelitian Survei dalam Kampanye Pemilu Presiden 40 Hari Pemungutan Suara 40 Sejarah Pemilihan 41 Jam Pemungutan Suara 41 V Majelis Pemilihan dan Pelantikan 44 Majelis Pemilihan 44 Majelis Pemilihan dalam Konstitusi 44 Ukuran Majelis Pemilihan dan Alokasi Suara Elektoral 44 Persyaratan untuk Jabatan Elektor 45 Pencalonan Kandidat Elektor 45 Pemilihan Elektor 46 Elektor yang Membelot (Faithless) 46 Memenangkan Kursi Kepresidenan 47 Menghitung Suara Elektoral 47 Presiden Minoritas 48 Kontinjensi Elektoral 48 Jalan Buntu Majelis Pemilihan 48 Pelantikan 51 Pelantikan Minggu 51 Lokasi Upacara Pelantikan 51 Daftar Tabel Tabel 1 Primer dan KauKus Presiden 2000, menurut Tanggal 14 Tabel 2 Konvensi Partai Nasional Demokrat dan Republik: Tabel 3 Pertumbuhan Delegasi Konvensi Nasional: Tabel 4 Pembicara Utama pada Konvensi Nasional: Tabel 5 Debat Pemilihan Umum yang Disiarkan Televisi secara Nasional 29 Tabel 6 Jam Pemungutan Suara di Negara Bagian dan Distrik Columbia 42 Tabel 7 Electoral Vote menurut Negara Bagian: Tabel 8 Presiden Terpilih tanpa Memenangkan Suara Populer 48

6 Pemilihan Presiden di Amerika Serikat: Pengantar Laporan ini menjelaskan proses pemilihan presiden di Amerika Serikat. Laporan ini memberikan informasi umum mengenai pencalonan dan kampanye Presiden serta mengkaji undang-undang, kegiatan, dan kebiasaan yang dilakukan di masing-masing tahap dari empat tahap proses kampanye pendahuluan (kampanye pemilihan primer), konvensi pencalonan nasional, pemilihan umum dan Anggota Majelis Pemilihan. Bab satu membahas para calon persyaratan mereka untuk menjabat, prosedur untuk memperoleh akses ke dalam surat suara (ballot access), tahapan kampanye, dan perlindungan untuk mereka dari pemerintah federal. Bab dua memfokuskan pada proses pencalonan, menggambarkan evolusi sistem primer dan kaukus saat ini, struktur dasar, metode dan aturan yang mengatur pemilihan delegasi untuk pencalonan konvensi, dan karakteristik utama proses masa kini. Bab tiga menelaah konvensi partai nasional, baik termasuk evolusi dan tradisi mereka, serta struktur dan prosedur masa kini. Bab empat memfokuskan pada kampanye pemilihan umum, mulai dari kickoff Hari Buruh (Labor Day) hingga hari pemungutan suara November. Bab ini menyajikan komentar umum mengenai berbagai metode yang banyak digunakan selama periode ini, menelaah pentingnya peran yang dimainkan oleh televisi melalui periklanan, liputan berita, dan debat serta memberikan informasi tentang hari pemungutan suara sendiri (bagaimana hari tersebut dipilih, jam pemungutan suara di berbagai negara bagian, dst). Bab lima memberikan informasi tentang Anggota Majelis Pemilihan, proses dimana Presiden dan Wakil Presiden secara resmi dipilih. Informasi ini mencakup langkah-langkah dalam proses sidang Anggota Majelis Pemilihan dan menghitung suara mereka, and memberikan informasi tentang perbedaan yang lalu antara para pemimpin elektoral dan suara populer. Bab ini juga membahas berbagai skenario yang mungkin untuk kontingen pemilu, dimana tidak ada calon yang memperoleh mayoritas elektoral atau ketika seorang calon meninggal di satu tahap proses. Satu aspek proses yang tidak ditelaah di dalam pembahasan ini disuguhkan dalam laporan CRS mengenai pembiayaan pemilihan presiden, khususnya sistem pembiayaan publik yang ada sejak tahun Lihat Laporan CRS RS20133, the Presidential Election Campaign Fund and Tax Checkoff: Background and Current Issues. 1

7 Persyaratan Jabatan Presiden I. Calon Presiden Pasal II, ayat 1 Konstitusi menyatakan bahwa untuk menjadi Presiden atau Wakil Presiden, seseorang harus merupakan warganegara yang lahir di Amerika Serikat, paling sedikit berusia 35 tahun, dan tinggal di Amerika Serikat paling sedikit 14 tahun. 1 Sebagian besar ahli konstitusi menafsirkan kalimat ini menjadi termasuk warga negara yang lahir di luar Amerika Serikat dari orang tua yang merupakan warga negara AS di bawah persyaratan natural born. 2 Di bawah Amandemen ke-22, tidak ada seseorang yang dapat menjabat presiden lebih dari dua kali masa jabatan penuh, walaupun seorang Wakil Presiden yang sukses menjadi Presiden dan menjabat kurang dari dua masa jabatan penuh sebelumnya, dapat mengupayakan pemilihan untuk dua kali masa jabatan tambahan. Jabatan Sebelumnya Presiden Para pemilih Amerika telah memilih orang dengan berbagai latar belakang pada 53 peristiwa yang telah mereka lalui pada pemungutan suara untuk memilih seorang Presiden. Ke 41 presiden sebelumnya telah menjabat baik di dalam pemerintahan maupun kemiliteran. Dari 24 presiden yang menjabat sebelum tahun 1990, tujuh orang telah menjabat sebagai Wakil Presiden (tiga diantara mereka dipilih sebagai Presiden, sementara empat orang meneruskan jabatan petahana yang meninggal), empat orang adalah Anggota Kongres, empat orang adalah gubernur dan sembilan orang sebelumnya adalah pemegang jabatan federal yang ditunjuk (appointive). Tren pada abad ke-20 pemilihan presiden cenderung menyukai mantan Wakil Presiden, Gubernur dan Senator. Dari 17 presiden pada Abad ke-20, beberapa telah menjabat lebih dari satu posisi tersebut. Pada waktu pelantikan, satu orang (Eisenhower) telah menjabat sebagai perwira Angkatan Darat; dua orang (Taft dan Hoover) baru saja menjabat sebagai anggota kabinet; lima orang (Wilson, F.D. Roosevelt, Carter, Reagan dan Clinton) sebagai gubernur; dua orang (Harding dan Kennedy) adalah Senator, tujuh orang adalah Wakil Presiden. Lima dari tujuh Wakil Presiden (T. Roosevelt, Coolidge, Truman. Johnson, dan Ford) meneruskan jabatan petahana yang meninggal atau mengundurkan diri; dua orang Wakil Presiden satu (Nixon) sebagai mantan dan satu (Bush) sebagai petahana. 1 Didefinisikan mencakup 50 negara bagian dan Distrik Columbia. 2 Warga negara yang lahir di Guam, Puerto Rico dan US Kepulauan Virgin secara hukum didefinisikan sebagai warga negara natural born, dan oleh karena itu, juga memenuhi syarat untuk dipilih sebagai Presiden, asalkan mereka memenuhi persyaratan usia dan telah 14 tahun bertempat tinggal di Amerika Serikat. Bertempat tinggal di Puerto Rico dan Teritori AS dan kepunyaan AS tidak memenuhi syarat sebagai bertempat tinggal di Amerika Serikat dalam hal ini. [U.S. Library Congress, Congressional Research Service, U.S. Insular Areas and Their Political Development, oleh Andorra Bruno dan Garrine P. Laney, Laporan CRS GOV (Washington: Juni 17, 1996), hal. 9, 21, 33] 2

8 Medan Pertarungan Calon Di pemilihan primer dan konvensi, para calon menentukan medan pertarungan presiden. Penurunan dominasi petinggi partai terhadap proses pencalonan telah menghasilkan sebuah sistem yang membuat para kandidat yang tidak dinominasikan partai bersaing di dalam negara bagian untuk delegasi yang diperlukan bagi pencalonan. Demokratisasi proses pencalonan telah menjadikan banyak calon memasuki persaingan, memulai pengumpulan dana dan mengorganisasikan pemilihan primer dan kaukus dengan baik sebelum tahun pemilihan agar menjadi kompetitif. Menurut Komisi Pemilihan Umum Federal (Federal Election Commission), 203 calon perorangan telah mendaftarkan pernyataan pencalonan mereka atau telah memasukkan berkas pernyataan organisasi untuk pemilihan presiden tahun 2000, pada tanggal 31 Januari Hanya 33 dari calon perorangan yang telah memenuhi kriteria Federal Election Campaign Act (FECA) untuk pencalonan menurut UU Kampanye Pemilu Federal, contohnya, mengumpulkan sumbangan atau mengeluarkan biaya lebih dari dolar AS [2 U.S.C. 431(2)]. Kenyataannya, hanya segelintir yang diperhitungkan oleh media sebagai calon yang serius yang mengupayakan pencalonan dari dua partai besar. Pencalonan Percobaan Menguji Medan Pengumuman formal pencalonan seringkali diawali dengan periode dimana para calon melakukan pengujian medan sebagai calon yang tidak diumumkan untuk pencalonan; hal ini dapat dimulai beberapa tahun sebelum konvensi. Mungkin para calon dapat membentuk komite penjajakan untuk mengukur dukungan kepopularan dan untuk mulai membangun basis pendukung dan kontributor, sembari menghindari beberapa persyaratan legal (seperti batas sumbangan dan pengungkapan resi dan pembayaran/pengeluaran uang atau receipt and disbursement) dari FECA. Sebagai calon yang tidak resmi yang secara teknis tidak berkampanye, orang tersebut dapat mengumpulkan dan membelanjakan jumlah uang yang tidak terbatas tanpa mendaftarkan diri sebagai calon ke Komisi Pemilu Federal (Federal Election Commission/FEC). Namun, setelah deklarasi pencalonan, para individu harus mendaftarkan dirinya ke FEC dan melaporkan seluruh aktivitas keuangannya ketika menguji medan; jumlah ini terikat dengan seluruh peraturan FECA secara retroaktif (berlaku surut). Pengumuman Pencalonan Setiap individu wajib mendaftarkan pernyataan pencalonannya ke FEC dalam 15 hari ketika mencapai ambang batas keuangan undang-undang (contohnya $ dalam resi atau pengeluaran), dan harus menyebutkan komite kampanye utama untuk menerima kontribusi (sumbangan) dan melaksanakan pengeluaran. Komite ini harus mendaftarkan pernyataan organisasi ke FEC dalam sepuluh hari setelah ditugaskan; pernyataan tersebut harus mencantumkan nama komite (yang termasuk nama calon), bendahara, nama bank, dan komite lainnya yang telah diberikan kuasa oleh calon untuk mengumpulkan atau membelanjakan atas namanya. Komite lainnya tersebut yang diberi kuasa oleh kandidat dapat mengumpulkan dan membelanjakan dana, tetapi mereka harus melaporkan kegiatannya melalui komite utama. 3

9 Waktu pengumuman formal sangat penting karena dampak politiknya, dan juga karena implikasi legal dan taktis. Sekali deklarasi publik pencalonan dilakukan, para calon terikat pada batas pengeluaran tingkat negara bagian dan nasional jika mereka memenuhi syarat untuk dan memilih menerima dana publik (public matching funds), dan mereka terikat pada ketentuan penyiaran aturan waktu yang setara (equal-time rule) (47 U.S.C. 315 (a)). Pencalonan sekarang biasanya dimenangkan selama kampanye pemilihan primer daripada konvensi, dan kampanye pemilihan primer telah berkembang dimana-mana dan telah dijadwalkan lebih awal daripada tahun pemilu. Karena perkembangan ini, para pesaing ditekan untuk mengumumkan pencalonan mereka jauh lebih awal daripada tahun-tahun yang lalu. Jika pada tahun 1932, Franklin Roosevelt secara formal mengumumkan pencalonan dirinya sebagai Presiden 156 hari sebelum konvensi, Michael Dukakis secara formal mengumumkan pencalonannya 446 hari sebelum Konvensi Nasional Demokrat Kecenderungan pencalonan yang lebih awal, masa kampanye yang lebih lama merupakan ciri khas pemilihan presiden modern. Kualifikasi Primer dan Kaukus Pedoman yang diikuti para kandidat untuk memenuhi syarat dalam primer dan kaukus berbeda antara satu negara bagian dengan negara bagian lainnya. Dalam pemilihan primer negara bagian, Sekretariat Negara (atau pimpinan staf pemilu) adalah pihak yang memiliki otoritas untuk menyusun daftar nama calon di surat suara; dalam kaukus negara bagian, partai-partai politik mengawasi prosedur bagi calon untuk mendapatkan akses pada surat suara (namun, mereka tidak selalu harus mendaftar untuk memenuhi syarat sebagai delegasi di kaukus tingkat negara bagian). Pada umumnya, para calon mendaftarkan pernyataan pencalonan ke Sekretariat Negara atau pimpinan partai di tingkat negara bagian. Dalam beberapa pemilihan primer negara bagian, Sekretariat Negara dapat secara otomatis mensahkan surat suara berisi nama-nama seluruh calon partai yang utama, mereka yang diserahkan oleh partai, para calon yang telah memenuhi syarat di negara bagian lain; atau para calon yang telah mendaftar ke FEC atau yang memenuhi syarat untuk dana federal (federal matching funds). Para calon presiden mungkin juga diwajibkan untuk membayar biaya pendaftaran, menyerahkan petisi/surat permohonan resmi atau keduanya. Tanda tangan mungkin diperlukan dari sejumlah pemilih di setiap distrik kongres atau dari sejumlah pemilih yang dibutuhkan di sejumlah negara bagian. Pencalonan Partai Musim pemilihan primersecara perlahan mengurangi medan pertarungan calon partai utama. Langkah yang dipercepat dari sistem saat ini menyaring keluar mereka yang jauh dari harapan, sehingga sulit untuk mengumpulkan uang yang diperlukan untuk mempertahankan pencalonan mereka. Lebih lanjut, reformasi selama 30 tahun terakhir telah mengubah dinamika proses pencalonan dengan cara mengkaitkan secara ketat alokasi delegasi dengan kinerja elektoral. Hari hari ketika seorang calon dapat bersaing di sejumlah pemilihan primer 4

10 untuk menunjukkan daya tarik populer telah berlalu: pencalonan jatuh ke calon yang telah mengumpulkan mayoritas delegasi di dalam pemilihan primer dan kaukus. Konvensi partai telah semakin menjadi badan ratifikasi yang menganugerahkan pencalonan kepada calon yang memenangkannya di dalam kontes negara bagian. Konvensi Nasional Republik 1976 adalah yang paling akhir dimana penentuan calon partai utama sebelum surat suara pencalonan diberikan. Surat Suara Pemilu Nama-nama calon partai utama untuk Presiden dan Wakil Presiden secara otomatis ditempatkan di surat suara pemilihan umum. Beberapa negara bagian juga mencantumkan nama-nama Anggota Majelis Pemilihan presiden berdampingan dengan calon presiden dan wakil presiden yang mereka dukung. Para pemilih menandai surat suara mereka sekali untuk tiket presiden dan wakil presiden dari partai, para Anggota Majelis Pemilihan juga memberikan suara di Majelis Pemilihan untuk tiket partai. Partai kecil (minor party) dan calon independen juga dicantumkan di dalam surat suara, jika mereka memenuhi syarat menurut ketentuan undang-undang negara, dan beberapa calon tersebut biasanya ada di surat suara di negara bagian yang berbeda. Perlindungan Dinas Rahasia (Secret Service) 3 Sebagai akibat pembunuhan Senator Robert Kennedy pada tahun 1968 ketika sedang mengupayakan pencalonan presiden dari Demokrat, Kongres mengeluarkan undang-undang yang, untuk pertama kalinya, memberikan kuasa perlindungan Dinas Rahasia bagi calon presiden dan wakil presiden. 4 Undang-undang membuat Sekretariat Menteri Keuangan (Secretary of the Treasury) bertanggung jawab menentukan calon-calon utama yang layak untuk mendapatkan perlindungan, setelah berkonsultasi dengan Senat, Juru Bicara, Pemimpin Minoritas Dewan Perwakilan Rakyat, dan satu tambahan anggota dipilih oleh komite. (Pasangan dari para calon tersebut juga berhak mendapatkan perlindungan, dalam 120 hari menjelang pemilu). Beberapa kali para calon menolak perlindungan yang ditawarkan kepada mereka. Walaupun undang-undang memberikan perlindungan bagi calon-calon presiden dan wakil presiden dari partai-partai utama, undang-undang tidak merinci kriteria untuk menentukan calon utama di musim pemilihan primer. Namun, berbagai kriteria dan standar di dalam pedoman komite penasihat merinci bahwa individu yang memiliki hak adalah: (1) calon yang telah dideklarasikan ke publik; (2) berkampanye secara aktif dalam skala nasional dan bertanding di paling sedikit 10 pemilihan primer negara bagian; (3) mengupayakan pencalonan dari sebuah partai yang memenuhi syarat (contohnya, yang calon presidennya memperoleh paling sedikit 10% suara populer di pemilu sebelumnya); (4) telah memenuhi syarat untuk dana publik (matching public funds) paling sedikit $, dan telah mengumpulkan paling sedikit 2 juta $ kontribusi/sumbangan tambahan; dan (5) sampai 3 Frederick Kaiser, Spesialis Pemerintah Nasional Amerika, Divisi Pemerintah dan Keuangan CRS membantu dalam penyusunan bagian ini. 4 P.L ; 18 U.S.C

11 dengan 1 April tahun pemilu, telah menerima paling sedikit rata-rata lima persen sebagai calon individual yang menjadi preferensi dalam jajak pendapat nasional paling akhir oleh ABC, CBS, NBC, dan CNN, atau telah menerima paling sedikit 10% dari jumlah suara yang diberikan untuk seluruh calon dalam dua pemilihan primer atau kaukus hari yang sama (two same-day) atau berturut-turut 5. Meskipun demikian, Sekretariat Menteri Keuangan, setelah berkonsultasi dengan komite penasihat, dapat memberikan perlindungan untuk seorang calon walaupun seluruh syarat-syarat di dalam pedoman tersebut belum dipenuhi, Perlindungan Dinas Rahasia untuk para calon pemilihan primer pada umumnya dimulai segera setelah 1 Januari tahun pemilu. Dalam beberapa kesempatan, Sekretariat Menteri Keuangan telah memberikan perlindungan kepada calon tertentu lebih awal daripada tahun pemilu. II. Proses Pencalonan Pemilihan Primer dan kaukus merupakan arena uji awal bagi Presiden berikutnya. Musim pemilihan primer memainkan peran yang sangat penting dalam pemilu presiden dengan mempersempit medan pertarungan antar calon partai-partai utama. Pencalonan dianugerahkan kepada para calon yang memegang mayoritas delegasi pada konvensi partai, tetapi di bawah sistem saat ini untuk memilih delegasi, seorang calon mungkin muncul sebagai mayoritas saat berakhirnya musim pemilihan primer, jika tidak lebih awal, dan jauh sebelum konvensi. Perkembangan Sistem Pencalonan Munculnya konvensi pencalonan nasional pada tahun 1831, yang menempatkan metode kongresional kaukus dalam memilih calon, memberikan cara yang lebih demokratis bagi partai politik dalam menganugerahkan pencalonan, lebih berdasarkan sentimen popularitas. (Lihat Bab III untuk informasi yang lebih rinci tentang konvensi pencalonan nasional). Metode Pemilihan Delegasi Awal Delegasi konvensi awal ditunjuk oleh petinggi partai atau dipilih dibawah sistem kaukus partai (party-run kaukus system). Walaupun kedua metode melibatkan lebih banyak peserta daripada kaukus kongresional, pada kenyataannya hanya mengalihkan kendali pencalonan kepada kepemimpinan partai tingkat negara bagian, dimana biasanya mengendalikan delegasi seluruh negara bagian. Delegasi dipilih dengan cara ini hingga permulaan abad ke-20 ketika anggota Partai Progresif, yang bertujuan merombak struktur dan proses pemerintahan, memperkenalkan sebuah perangkat inovatif bernama pemilihan primer. 5 Advisory Committee Guidelines for Assignment of Secret Service Protection to Presidential Candidates, Departemen Keuangan AS, Washington,

12 Munculnya Pemilihan Primer Pada tahun 1904, Florida menjadi negara bagian pertama yang mengadopsi pemilihan primer sebagai cara untuk memilih delegasi untuk mencalonkan konvensi, dan banyak negara bagian yang mengikutinya pada dekade tersebut. Sampai dengan tahun 1916, 20 partai Demokrat dan Republik memilih delegasi di dalam pemilihan primer. Pemilihan Primer tersebut menjalankan demokratisasi proses pencalonan selangkah lebih maju dengan memperbolehkan para anggota partai untuk memilih delegasi. Hal itu adalah inovasi skala besar yang pertama dalam proses ini sejak diperkenalkannya konvensi partai sekitar 80 tahun yang lalu. Setelah dihormati sebagai kemenangan demokrasi sejak kemunculan pertamanya, pemilihan primer gagal menarik banyak pemilih, dan di pertengahan pertama abad ini, pemilihan primer tidak pernah menjadi jalur yang utama bagi pencalonan. Pada tahun 1912, Theodore Roosevelt memenangkan sembilan dari 13 pemilihan primer Republik, tetapi namanya bahkan tidak ditempatkan dalam pencalonan Konvensi Republik (yang malah mencalonkan kembali petahana William Howard Taft, yang hanya memenangkan satu pemilihan primer, tetapi kekuatannya memegang kendali Komite Nasional partai). Pergerakan pemilihan primer melambat setelah Perang Dunia pertama, dan beberapa negara bagian mengabaikan metode ini untuk memilih delegasi. Jumlah pemilihan primer partai negara bagian dimana delegasi dipilih berjumlah sekitar 14 dalam empat dekade berikutnya. Banyak calon menghindari pemilihan primer sama sekali atau maju di beberapa di antaranya, hanya untuk menunjukkan daya tarik popularitas mereka. Pada tahun 1952, kontestan Demokrat Estes Kefauver mengikuti dan memenangkan 12 dari 15 pemilihan primer yang diadakan, hanya untuk menyaksikan konvensi beralih ke Adlai Stevenson, yang tidak pernah mengikuti pemilihan primer. Pada tahun 1960, John F. Kennedy menunjukkan elektabilitasnya dengan memenangkan beberapa pemilihan primer terpilih, tetapi jumlah delegasinya lebih dikumpulkan oleh hasil jerih payahnya dari petinggi partai kunci dan delegasi negara bagian. Reformasi dan Kebangkitan Kembali Pemilihan Primer Kekerasan yang menodai Konvensi Demokrat tahun 1968 di Chicago menggarisbawahi berkembangnya ketidakpuasan di partai tersebut dengan peran dominan yang dimainkan oleh petinggi partai dalam pencalonan kandidat. Untuk menanggapinya, Komite Nasional Demokrat membentuk Komisi McGovern-Fraser untuk mengevaluasi proses pemilihan delegasi dan untuk merekomendasikan berbagai perubahan yang dirancang untuk membuat sistem menjadi lebih tanggap terhadap anggota partai biasa. Komisi tersebut, pada tahun 1969 mengusulkan serangkaian reformasi yang mencakup hampir seluruh aspek pemilihan delegasi, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan partisipasi populer dan mengkaitkannya lebih langsung dengan pemilihan delegasi. Komite Nasional menerima hampir seluruh usulan Komisi, yang selanjutnya diadopsi oleh partai-partai di negara bagian. Lebih lanjut, beberapa dewan perwakilan rakyat negara bagian, banyak di antaranya yang dibawah kendali 7

13 Demokrat, menngundang-undangkan undang-undang yang berlaku bagi kedua partai yang menerima rekomendasi Komisi tersebut. Komisi tersebut merekomendasikan serangkaian perubahan besar-besaran yang mencakup hampir seluruh aspek utama pemilihan delegasi. Komisi juga menyusun pedoman untuk menerjemahkan dukungan masyarakat bagi calon menjadi suara delegasi dan menghapuskan slot delegasi ex-officio otomatis (automatic ex-officio delegate slots) dengan menyerukan pemilu seluruh delegasi untuk konvensi. Pedoman untuk perwakilan yang setara bagi perempuan dan kaum minoritas diadopsi, dan cara yang memberikan kekuasaan yang besar pada kepemimpinan partai (misalnya, pemberian suara oleh orang lain (proxy voting), unit rule, dsb), dihapuskan. Rekomendasi McGovern-Fraser, yang selanjutnya dimodifikasi, selanjutnya mengubah proses Demokrat dan memiliki dampak juga terhadap sistem yang digunakan oleh Republik, yang juga membuat perubahan untuk menanggapi tekanan publik yang nyata bagi demokratisasi yang lebih luas. Mungkin efek utama pergerakan reformasi adalah revitalisasi pemilihan primer dalam menentukan pilihan calon-calon partai: yang dipandang sebagai metode yang paling sesuai untuk mendorong partisipasi yang lebih luas. Pada tahun 1968, 37,5 % delegasi Demokrat dipilih di 17 pemilihan primer negara bagian; 16 pemilihan primer negara bagian Republik tahun itu mengirim 34,4% delegasi ke konvensi partai. Sampai dengan tahun 1976, Demokrat mengadakan pemilihan primer di 30 negara bagian yang memilih 72,6% dari delegasi, sementara Republik memilih 67,9% delegasinya di 28 pemilihan primer negara bagian. Persentase delegasi yang dipilih di negara bagian yang menyelenggarakan pemilihan primer semakin tinggi pada siklus belakangan ini. Di bawah jadwal saat ini untuk tahun 2000, 85,2% delegasi Demokrat (di 38 negara bagian dan Distrik Columbia) dan 90,1% delegasi Republik (di 41 negara bagian dan Distrik Columbia) akan dipilih di negara bagian yang menyelenggarakan pemilihan primer. Kebangkitan pemilihan primer diikuti dengan perubahan beberapa aspek lain dalam lansekap politik yang memperkuat pentingnya pemilihan primer. Media menjadi peserta yang siap (full-fledge) dalam proses pencalonan melalui liputan mereka yang luas mengenai pemilihan primerpemilihan primerdan peran mereka dalam mempublikasikan hasil-hasil pemilihan tersebutpemilihan primer. Sekarang para calon dapat memilih dan mengambil pemilihan primer mana yang akan mereka ikuti karena delegasi dipertaruhkan secara nyata. awal khususnya sangat ampuh diikuti, khususnya bagi para calon yang kurang terkenal yang berupaya untuk memperoleh manfaat liputan media yang krusial dan membangun momentum kampanye; laju musim seluruhnya telah dipercepat. Proses pencalonan era pasca-1968 dengan demikian memfokuskan perhatian sekali lagi pada pemilihan primer, dimana pencalonan sekarang adalah menang atau kalah. 8

14 Penugasan dan Kategorisasi Delegasi oleh Partai-Partai Nasional Alokasi Delegasi Negara Bagian dan Yurisdiksi Lainnya Setiap partai memiliki metode sendiri untuk menugaskan delegasi (dan penggantinya) untuk negara bagian dan yurisdiksi yang berbeda. Demokrat. Partai Demokrat mengalokasikan delegasi dan penggantinya menurut sebuah rumus berdasarkan populasi, yang diukur oleh kekuatan Anggota Majelis Pemilihan dan tingkat suara yang lalu untuk calon presiden Demokrat di pemilihan umum. Komite Nasional Demokrat juga menganugerahkan delegasi dan penggantinya untuk lima yurisdiksi dimana faktor alokasinya tidak dapat dihitung karena mereka tidak berpartisipasi di dalam pemilu presiden American Samoa, Demokrat di luar negeri, Guam, Puerto Rico, dan Kepulauan Virgin. Lebih lanjut, partai menugaskan slot delegasi tambahan untuk petinggi partai, mantan pejabat terpilih yang dihormati, dan seluruh anggota Demokrat dari Senat dan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat. Republik. Sistem alokasi Partai Republik menugaskan tiga delegasi setiap distrik kongresional dan enam delegasi keseluruhan untuk setiap negara bagian. Sistem ini juga menugaskan delegasi tambahan (bonus delegates) berdasarkan suara Republik di tingkat negara bagian dalam pemilu Presiden, Senat AS, DPR Amerika dan Gubernur yang lalu. Delegasi konvensi untuk yurisdiksi lainnya ditugaskan oleh Komite Nasional Republik. Kategori Delegasi Demokrat. Partai Demokrat memiliki dua tipe dasar delegasi, dikelompokkan berdasarkan apakah mereka disumpah untuk mendukung calon tertentu atau tidak. Lebih lanjut, terdapat tiga kategori delegasi yang disumpah (pledged delegates) - yang merupakan mayoritas delegasi konvensi dan empat kategori delegasi yang tidak disumpah. Delegasi yang disumpah. Alokasi formula menentukan hanya jumlah delegasi di kategori yang disumpah: Delegasi berdasarkan tingkat distrik (District-level base delegates) Delegasi tingkat keseluruhan (At-large base delegates); dan Delegasi partai yang disumpah dan resmi terpilih (Pledged party and elected official delegates) Dari sejumlah delegasi yang ditugaskan ke negara bagian menurut rumus alokasi, 75% ditugaskan di tingkat distrik dan 25% ditugaskan di keseluruhan. Walaupun delegasi tingkat distrik dan tingkat keseluruhan dialokasikan dengan cara yang sama, mereka dipilih secara terpisah pada tahap-tahap proses yang berbeda. Delegasi partai yang disumpah dan resmi terpilih mewakili tambahan 15% dari dasar jumlah delegasi yang dialokasikan. Mereka biasanya dipilih dengan cara yang sama dengan delegasi tingkat keseluruhan. 9

15 Delegasi yang Tidak Disumpah. Jumlah delegasi yang tidak disumpah untuk sebuah negara bagian bergantung pada jumlah individu yang tersedia pada setiap kategori. Slot delegasi dialokasikan untuk: Para Mantan Presiden dan Wakil Presiden Partai Demokrat, mantan Petinggi Mayoritas Partai Demokrat dari Senat AS (Democratic Majority Leaders of the U.S. Senate), mantan Juru Bicara Partai Demokrat dari DPR AS, dan seluruh mantan Pemimpin Komite Nasional Demokrat; Para Gubernur Partai Demokrat; Para anggota Komite Nasional Demokrat (Democratic National Committee/DNC), termasuk ketua dan wakil ketua serta pejabat DNC; dan Seluruh Anggota Partai Demokrat yang menjadi Senat dan DPR AS. Republik. Selain tiga delegasi distrik kongres dan enam delegasi tingkat keseluruhan yang ditugaskan untuk setiap negara bagian di bawah aturan alokasi Partai Republik, sejumlah delegasi tambahan dapat diberikan juga untuk kategori tingkat keseluruhan. Empat setengah delegasi tambahan tingkat keseluruhan ditugaskan di setiap negara bagian yang memberikan suara elektoral mereka untuk calon dari Partai Republik di pemilu sebelumnya. Satu delegasi tambahan dialokasikan untuk setiap negara bagian dimana seorang Republik dipilih menjadi Senat atau Gubernur di antara pemilu presiden terakhir dan mendatang. Satu delegasi tambahan juga dialokasikan untuk negara bagian yang setengah delegasi untuk DPR adalah Republik. (Pada tahun 1996, 15 delegasi tingkat keseluruhan telah dialokasikan untuk Distrik Columbia, Puerto Rico telah dialokasikan 14 delegasi tingkat keseluruhan, dan empat delegasi telah dialokasikan antara Guam dan Kepulauan Virgin). Partai nasional juga memberikan delegasi tambahan kepada negara bagian yang pemilihan primer atau kaukus-nya diselenggarakan setelah pertengahan Maret tahun pemilu. Di negara bagian dimana pemilihan primer atau kaukus-nya diadakan antara 15 Maret dan 14 April, diberikan kenaikan 5 persen delegasi konvensi nasional; kenaikan 7,5 persen diberikan kepada partai negara bagian yang bertarung antara 15 April dan 14 Mei; dan 10 persen kenaikan diberikan kepada negara bagian yang pemilihan primer dan kaukus-nya diadakan antara 15 Mei dan minggu ketiga Selasa pada bulan Juni. Partai di tingkat negara bagian sangat memiliki fleksibilitas untuk menentukan cara memilih delegasi tingkat distrik dan keseluruhan, menurut aturan partai nasional. Struktur Pemilihan Delegasi Di bawah sistem yang berlaku saat ini untuk memilih calon presiden, partai di tingkat negara bagian menggunakan dua cara elektoral utama: sistem pemilihan primerpemilihan primer dan kaukus/konvensi. Partai negara bagian menggabungkan dua dari berbagai cara untuk memilih delegasi untuk konvensi nasional dan menghasilkan paduan metode yang kompleksitasnya menjadi ciri proses pencalonan presiden. Lebih lanjut, penentuan waktu 10

16 peristiwa pemilihan delegasi ditentukan oleh dewan perwakilan negara bagian atau partai di negara bagian, tergantung metode elektoral mana yang digunakan. Tanggal pemilihan primer biasanya ditentukan oleh dewan perwakilan rakyat, sementara peristiwa kaukus dijadwalkan oleh partai politik di negara-negara bagian. Otoritas yang terbagi terkait pilihan metode dan penentuan waktu peristiwa pemilihan delegasi menjelaskan dan melanggengkan kompleksitas yang hakiki dari sistem pencalonan. Sistem Campuran Acara Pencalonan Presiden Saat ini Pemilihan Primer. Sebuah pemilihan primer adalah pemilu yang dilaksanakan oleh negara bagian dengan maksud mencalonkan para kandidat partai untuk maju dalam pemilihan umum. presiden menjalankan fungsi ini dengan cara yang tidak langsung, karena para pemilih memilih delegasi konvensi nasional, bukan secara langsung memilih para calon presiden. Kebanyakan negara bagian membatasi pemungutan suara di pemilihan primer untuk para anggota partai; hal ini mirip pemilihan primer negara bagian. terbuka negara bagian memungkinkan para pemilih untuk memilih surat suara partai di tempat pemungutan suara di hari pemilihan primer; tidak ada pemilihan primer terbuka negara bagian yang mengharuskan pendaftaran pemilih oleh partai. Pada tahun 1992, lebih banyak partai di tingkat negara bagian yang memilih delegasi di pemilihan primer daripada sebelumnya 34 Demokrat dan 37 Republik (dari 50 negara bagian dan Distrik Columbia). Pada tahun 2000, 39 pemilihan primer Demokrat dan 42 pemilihan primer Republik dijadwalkan di negara-negara bagian dan Distrik Columbia. Kaukus dan Konvensi. Kaukus adalah sebuah rapat para anggota dan petinggi partai untuk memilih para calon untuk jabatan publik dan untuk melaksanakan urusan partai lainnya. Dalam proses pencalonan presiden, rapat ini sering dikombinasikan dengan konvensi negara bagian untuk memilih delegasi konvensi pencalonan nasional. Proses kaukus/konvensi biasanya terdiri dari beberapa tingkat, dimulai dari rapat besar dari anggota biasa partai, biasanya di tingkat distrik. Karena sifatnya yang rumit, kaukus distrik selalu menarik lebih sedikit pemilih daripada pemilihan primer. Para peserta harus menginvestasikan waktu yang banyak untuk menghadiri kaukus, dibandingkan dengan memberikan suara di sebuah pemilihan primer, dan para peserta biasanya mendaftarkan dukungan mereka bagi calon presiden dengan deklarasi umum (dengan mengacungkan tangan atau berkumpul berkelompok menurut preferensi presidennya). Di beberapa tempat, peserta kaukus dapat memilih dengan surat suara untuk calon presiden, tetapi, dalam setiap prosesnya membutuhkan kontak tatap muka dengan peserta lainya, hal yang tidak diperlukan ketika memberikan suara di dalam sebuah tempat pemungutan suara. Sekali suara preferensi presiden dihitung, para peserta kaukus memilih perwakilan mereka untuk preferensi mereka yang menghadiri rapat pada proses tahap berikutnya. Kaukus distrik biasanya diikuti oleh rapat-rapat distrik atau sub-distrik kongres (county or congressional district meetings), dengan jumlah perwakilan yang lebih kecil yang dipilih 11

17 pada setiap tahap berdasarkan dukungan untuk mereka atau calon yang mereka jagokan untuk maju ke tahap berikutnya. Para delegasi konvensi nasional pada akhirnya dipilih oleh para perwakilan kaukus distrik kongres atau konvensi negara bagian, atau keduanya. Pada tahun 2000, partai di tingkat negara bagian di sembilan negara bagian akan memilih delegasi menggunakan proses kaukus, Demokrat menjadwalkan kaukus di tiga negara bagian tambahan. Pilihan Cara untuk Memilih Delegasi. Karena pemilihan primer dikelola oleh negara bagian, pedoman dan penentuan waktu ditentukan oleh undang-undang negara bagian; walaupun, sebuah partai politik dapat tidak memilih pemilihan primer dan memilih delegasi dalam sebuah proses kaukus sebagai gantinya. Tidak semua negara bagian melaksanakan pemilihan primer presiden, dimana kedua partai menggunakan metode kaukus dan oleh sebab itu menetapkan aturan dan tanggal mereka sendiri untuk acara kaukus. Di banyak pemilihan primer negara bagian, kaukus adalah sebuah komponen dari proses memilih delegasi juga, tetapi hasil pemilihan primer adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan pembagian delegasi. Metode Pemilihan Delegasi Perbedaan yang prinsip antara partai di dalam memilih delegasi adalah persyaratan Partai Demokrat bahwa calon delegasi yang dipilih di pemilihan primer dan kaukus negara bagian menyatakan preferensi presiden atau preferensi tanpa komitmen dari mereka saebgai syarat untuk pemilu. Partai Republik tidak membutuhkan deklarasi preferensi dan, sebagai akibatnya, pemilihan delegasi Republik kurang seragam dan lebih tergantung pendekatan partai di tingkat negara bagian yang berbeda. Demokrat. Di bawah sistem saat ini, partai Demokrat negara bagian menggunakan salah saru dari empat metode berikut untuk memilih delegasi distrik: Sistem Kaukus/Konvensi. Sistem ini terdiri dari satu hingga empat tahap. Sebagai aturan yang umum, partisipasi akar rumput di tingkat pertama, dimana perwakilan di tahap berikutnya dipilih, dan seterusnya. Delegasi dan penggantinya dipilih di rapat distrik, biasanya di tingkat dua atau tiga. Kaukus pra-pemilihan primer. Tahap ini mencalonkan delegasi distrik, yang akhirnya dipilih berdasarkan suara untuk Presiden di pemilihan primer. Kaukus pasca-primer. Tahap ini dilaksanakan setelah pemilihan primer untuk memilih jumlah delegasi yang dimenangkan calon presiden berdasarkan jumlah suara di pemilihan primer. Pemilihan Primer dua-bagian. Tahap ini membutuhkan pemilih menandai surat suara untuk preferensi presiden dan sekali lagi untuk delegasi perorangan yang menjadi preferensi. Delegasi distrik mengumumkan preferensi presiden atau melakukannya tanpa komitmen di pemilihan primer dan kaukus. Pihak di tingkat keseluruhan dan yang disumpah 12

18 dan delegasi resmi terpilih juga mengumumkan preferensi presidennya atau preferensi tanpa komitmen, tetapi mereka dipilih oleh komite negara bagian, sebuah komite delegasi distrik terpilih, atau oleh konvensi negara bagian untuk mencerminkan hasil-hasil pemilihan primer atau kaukus. Republik. Delegasi distrik dapat dipilih di sebuah pemilihan primer atau dapat dipilih oleh para calon presiden berdasarkan jumlah suara di pemilihan primer. Mereka dapat dipilih di kaukus-kaukus distrik kongresional, atau dapat dikombinasikan dengan delegasi keseluruhan dan terpilih sebagai sebuah unit di konvensi negara bagian. Delegasi keseluruhan dapat dipilih oleh para pemilih pemilihan primer, dipilih oleh para calon presiden menurut surat suara pemilihan primer, dipilih oleh komite negara bagian, atau seperti di sebagian besar negara bagian, dipilih pada konvensi negara bagian. Jadwal Acara Seleksi Delegasi Dengan tiga pengecualian, Partai Demokrat membatasi peristiwa pemilihan delegasi tahap pertama pada periode Selasa minggu pertama bulan Maret dan minggu kedua bulan Juni. Aturan partai mengizinkan tiga negara bagian untuk menunda acara seleksi pemilihan sebelum Selasa minggu pertama pada bulan Maret: Partai Demokrat Iowa dapat melaksanakan kaukusdistriknya 15 hari lebih awal; pemilihan primer New Hampshire dapat diadakan tujuh hari lebih awal dan kaukus tahap pertama Maine dapat diadakan dua hari lebih awal. Pengecualian ini menghormati tanggal tradisional untuk menyelenggarakan kaukus dan pemilihan primer di New Hampshire, Iowa dan Maine yang mendahului aturan partai nasional yang membatasi kontes pemilihan delegasi pada periode tertentu. Untuk tahun 2000, Iowa diberikan persetujuan oleh DNC untuk menyelenggarakan kaukus-nya lebih awal, pada tanggal 24 Januari, dan New Hampshire menerima persetujuan untuk mengadakan pemilihan primer pada tanggal 1 Februari. Partai Demokrat Maine tidak lagi menggunakan proses kaukus, tetapi memilih delegasi di pemilihan primer(pada tanggal 7 Maret tahun 2000). Aturan nasional untuk partai Republik menyatakan hanya peserta di kaukus dan konvensi untuk maksud memilih delegasi konvensi nasional tidak dipilih sebelum panggilan resmi untuk konvensi. Partai menerbitkan panggilan sebelum 1 Januari tahun pemilu. Jadwal acara tahun 2000 dapat dilihat di tabel 1, yang menyajikan tanggal-tanggal untuk pemilihan primer dan kaukus negara bagian dengan urutan kronologis, bersama jumlah delegasi yang dikirimkan setiap negara bagian di konvensi bersangkutan. Tabel 1. Pemilihan Primer dan Kaukus Presiden Tahun 2000, menurut Tanggal Tanggal Negara Bagian Metode a (Pemilihan Demokrat Republik Primer atau Kaukus) 24 Januari Iowa Alaska (R) Kaukus Kaukus Februari New Hampshire Pemilihan Primer Februari Hawaii (R) Kaukus Februari Delaware (R) Pemilihan Primer b

19 Tanggal Negara Bagian Metode a (Pemilihan Demokrat Republik Primer atau Kaukus) 19 Februari South Carolina Pemilihan Primer b - 37 (R) 22 Februari Arizona (R) Pemilihan Primer Februari American Samoa (R) Guam (R) Kepulauan Virgin (R) Michigan (R) Pemilihan Primer - 12 Kaukus Kaukus Kaukus Februari Puerto Rico (R) Pemilihan Primer Februari North Dakota (R) Kaukus - 19 Virginia (R) Pemilihan Primer - 56 Washington (R) Maret California Connecticut Georgia Hawaii (D) Idaho (D) Maine Maryland Massachusetts Minnesota (R) Missouri New York North Dakota (D) Ohio Rhode Island Vermont Washington (D) American Samoa (D) Kaukus Kaukus Kaukus Kaukus Kaukus Kaukus Maret South Caroline (D) 10 Maret Colorado Utah Wyoming (R) Maret Demokrat di luar negeri (Democrats Abroad) 11 Maret Arizona (D) Michigan (D) Kaukus 52 - Kaukus Kaukus 9 - b b Maret Minnesota (D) Kaukus 91-14

20 Tanggal Negara Bagian Metode a (Pemilihan Demokrat Republik Primer atau Kaukus) 12 Maret Nevada (D) Kaukus Maret Florida Louisiana Mississippi Oklahoma Tennesse Maret Texas Maret Guam (D) Kaukus 6-21 Maret Illinois Nevada (R) Kaukus Maret Wyoming (D) Kaukus Maret Puerto Rico (D) Maret Delaware (D) Kaukus 22-1 April Kepulauan Virgin (D) 4 April Kansas Pennsylvania Wisconsin Kaukus April Virginia (D) Kaukus 98-2 Mei Indiana North Carolina District of Columbia Mei Nebraska West Virginia Mei Oregon Mei Arkansas Idaho (R) Kentucky Juni Alabama Montana New Jersey New Mexico South Dakota a Acara yang dicantumkan disini adalah langkah awal untuk memilih delegasi konvensi nasional, dimana para pemilih biasa berpartisipasi. Di sebuah pemilihan primer, pemilih Demokrat menandai surat suara mereka baik untuk calon presiden (dengan delegasi dipilih atau dialokasikan setelah, menurut hasil) atau untuk calon presiden dan calon delegasi perorangan. Pemilih pemilihan primer Republik dapat memiliki opsi ketiga, dimana pemilih menandai surat suara untuk para calon delegasi perorangan tanpa dibarengi suara calon presiden yang menjadi preferensi. Proses kaukus terdiri dari beberapa tahap (biasanya tiga atau empat), dimana pemilih biasa berpartisipasi di tingkat pertama untuk memilih para peserta untuk tahap berikutnya, dan seterusnya. Delegasi konvensi nasional dipilih di tingkat berikutnya, setelah peristiwa partisipasi massal tingkat awal. Di bawah sistem konvensi, sekelompok peserta berkumpul untuk memilih delegasi nasional. Para peserta konvensi dapat dipilih melalui proses kaukus, mereka dapat berasal dari pejabat partai dari seluruh negara

21 bagian, atau mereka dapat ditugaskan untuk menghadiri konvensi berdasarkan beberapa mekanisme lainnya. Sebagian besar partai di tingkat negara bagian mengadopsi sistem pemilihan delegasi yang menggabungkan, di beberapa cara, paling sedikit dua dari metode berikut pemilihan primer, kaukus dan konvensi. b yang dilaksanakan partai Karakteristik Sistem Pencalonan Masa Kini Lama Masa Kampanye Para calon yang potensial mulai mengorganisasikan kampanye mereka dan mengumpulkan dana setahun atau lebih sebelum musim pemilihan primer agar dapat menjadi kompetitif. Walaupun lama musim pencalonan tetap tidak berubah, manuver pra-pemilu oleh para calon dapat dimulai segera setelah pemilu presiden sebelumnya, dan komite penjajakan seringkali beroprasi satu atau dua tahun sebelum pemilu. Pada tahun 1972, 12 dari 15 pesaing partai utama mengumumkan pencalonan mereka tidak dua bulan sebelum 1 Januari tahun pemilu; pada tahun 1988, keempat belas calon partai utama mengumumkan sebelum tahun pemilu mulai (salah satunya mengumumkan pada tahun 1986). Untuk pemilu 2000, enam calon telah mengumumkan pada akhir April 1999 dan kedua belas calon partai utama telah mengumumkan pencalonan mereka (atau pembentukan komite penjajakan) pada bulan September. Laju yang Dipercepat Pada tahun 1976, Partai Republik Iowa memajukan tanggal kaukus-nya menjadi 19 Januari, hari yang sama dengan kaukus Partai Demokrat, sehingga menggantikan pemilihan primer New Hampshire di peran tradisionalnya, sebagai dua peristiwa pertama pemilihan delegasi partai di musim pencalonan. Semenjak itu, Iowa dan New Hampshire memainkan peranan baru dalam mempersempit pertarungan para calon dan mempersiapkan diselenggarakannya pemilihan primer dan kaukus. Negara bagian lainnya telah bereaksi terhadap pengaruh dan perhatian Iowa dan New Hampshire dengan memajukan tanggal mereka juga sebuah fenomena yang dikenal sebagai front-loading. Kalender tahun 2000 adalah yang paling front-loaded. Musim pencalonan mulai di Iowa dan New Hampshire, menurut tradisi, walaupun peristiwa di beberapa negara bagian berlangsung hampir sebulan lebih awal daripada tahun-tahun sebelumnya. Kaukus Iowa dipindahkan ke 24 Januari (dari semula 21 Februari Tahun 1996) dan pemilihan primer New Hampshire dijadwalkan pada 1 Februari (yang diselenggarakan pada 29 Februari 1996). Menyusul New Hampshire, para Republikan menjadwalkan acara di delapan negara bagian selama Februari. Namun, perubahan yang paling signifikan terhadap kalender adalah penjadwalan pemilihan primer di California, New York, dan Ohio pada 7 Maret, hari pertama dimana Demokrat dapat melaksanakan acara pemilihan delegasi menurut aturan nasional (dimana Iowa dan New Hampshire adalah pengecualian). Tujuh pemilihan primer dijadwalkan pada Selasa minggu pertama pada bulan Maret 1996, sebagian besar di negara- 16

22 negara bagian New England. Tetapi tambahan California, New York dan Ohio pada tahun 2000 membengkakkan jumlah delegasi yang bertarung dan menciptakan sebuah peristiwa nasional dengan kontes yang berlangsung di setiap wilayah negara. Dua belas pemilihan primer dan kaukus dijadwalkan untuk kedua partai pada 7 Maret tahun 2000, dan kaukus untuk satu partai atau lainnya dijadwalkan di empat negara bagian tambahan. Kebalikannya, peristiwa pemilihan delegasi telah diselenggarakan di 23 negara bagian sampai dengan akhir Maret pada kalender 1992, sementara pada tahun 1976, pemilihan delegasi telah mulai hanya di tujuh negara bagian pada saat itu. Pada 14 Maret, enam negara bagian di selatan (Florida, Louisiana, Mississippi, Oklahoma, Tennessee dan Texas) menyelenggarakan pemilihan primer pada tanggal yang sebelumnya dikenal sebagai Selasa Super. Acara tersebut diselenggarakan oleh sebagian besar anggota Demokrat dari Southern Legislative Conference pada tahun 1988 sebagai pemilihan primer regional selatan 14 negara bagian. Selasa Super menawarkan hampir sepertiga dari delegasi konvensi di satu hari, tetapi mendapat tanggapan yang berbeda. Beberapa analis menyatakan acara tersebut mencapai tujuannya, sementara yang lainnya mengatakannya jauh dari harapan. Pada tahun 1992, lima negara bagian yang berpartisipasi dalam pemilihan primer Selasa Super 1988 menjadwal ulang acara mereka selama musim kampanye, sementara pejabat Georgia memindahkan pemilihan primer mereka ke minggu sebelum Selasa Super. Pada tahun 2000, hanya enam dari 14 negara bagian asal akan mengadakan pemilihan primer secara serentak pada tanggal 14 Maret. Bertambahnya Jumlah Debat Debat kampanye telah menjadi aspek yang semakin penting dalam proses pencalonan pada beberapa tahun belakangan ini. Sebuah jumlah yang tak terduga terjadi selama musim pemilihan primer 1988: sekitar 60 debat (seluruhnya disiarkan secara lokal atau nasional) diadakan di antara kandidat dari satu atau kedua partai. 6 Untuk siklus pemilu tahun 2000, 19 debat antara calon dari Demokrat dan Republik diselenggarakan antara 27 Oktober 1999 dan 21 Februari 2000, menurut Aliansi Untuk Kampanye Yang Lebih baik (Alliance for Better Campaigns). 7 Secara umum, peningkatan debat bertepatan dengan penurunan jumlah pemilu yang hasilnya tidak mengikat ( straw poll ) sebelum dan selama musim pencalonan, jajak pendapat ini mengukur popularitas calon di antara para aktivis partai di konvensi negara bagian tetapi tidak berpengaruh pada pemilihan delegasi. Dalam beberapa hal, debat calon menggantikan satu kritik yang paling sering disebutkan tentang proses yang menggabungkan pengaruh media dan berkembang pesatnya pemilihan primer (dengan audiens massal mereka) yang tampaknya meningkatkan penekanan pada citra calon dibandingkan dengan isu-isu substantif. Debat akan mungkin terus memainkan peranan yang penting dalam periode pra-pencalonan. 6 R.W. Apple, Jr. Political Debates and Their Impact on the Race, New York Times, 23 April 1988, hal. 10: Pada tahun 1992, 15 debat diadakan selama musim pemilihan primer, sebuah penurunan jumlah dibandingkan tahun 1988, karena tingkat persaingan yang lebih ketat di kedua partai pada tahun sebelumnya. 7 Glenn Kessler, In Debates, Sponsor s Can t Lose, The Washington Post, 29 Februari, 2000, hal. E1. 17

Laporan CRS untuk Kongres

Laporan CRS untuk Kongres Kode Pemesanan RS20273 Dimutakhirkan pada 8 September 2003 Laporan CRS untuk Kongres Diterima melalui Jaringan Internet CRS Majelis Pemilihan: Bagaimana Cara Kerjanya dalam Pemilihan Presiden Masa Kini

Lebih terperinci

PEMILIHAN PRESIDEN 2000 DI AMERIKA SERIKAT

PEMILIHAN PRESIDEN 2000 DI AMERIKA SERIKAT Pemilihan Presiden 2000 di Amerika Serikat PEMILIHAN PRESIDEN 2000 DI AMERIKA SERIKAT Harun Alrasid Penulis artikel im mengulas pemilihan presiden di Amerika Serikat pada tahun 2000, dengan menekankan

Lebih terperinci

Menyelesaikan Masalah Antar Daerah Administrasi dengan Special Purpose District: Sejarah dan Contoh dari Amerika Serikat

Menyelesaikan Masalah Antar Daerah Administrasi dengan Special Purpose District: Sejarah dan Contoh dari Amerika Serikat Menyelesaikan Masalah Antar Daerah Administrasi dengan Special Purpose District: Sejarah dan Contoh dari Amerika Serikat Miles Toder, PhD. Director, Office of Democratic Governance USAID Mission to Indonesia,

Lebih terperinci

Pemungutan Suara In Absentia dan Pemungutan Suara Lebih Awal: Tren yang Terus Tumbuh

Pemungutan Suara In Absentia dan Pemungutan Suara Lebih Awal: Tren yang Terus Tumbuh Pemungutan Suara In Absentia dan Pemungutan Suara Lebih Awal: Tren yang Terus Tumbuh Pada pemilihan presiden 2008, pemilih berhak yang menggunakan hak pilihnya berjumlah 61.7%, dan 131.3 juta surat suara

Lebih terperinci

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN

LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DI JERMAN Jerman merupakan sebuah negara republik federal yang terdiri atas 16 negara bagian (Länder). Kekuasaan legislatif dibagi antara Bundestag dan Landtage (Parlemen Negara

Lebih terperinci

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent No.1711,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU.Pemilihan.Gubernur.Bupati.Walikota.Pelanggaran Administrasi. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2016 PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5898) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA

Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA Etika di Sekolah : Sebuah Model Program Pemberantasan Korupsi di USA Oleh Suradi Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Palembang Ringkasan Pendidikan Model Kode Etik, yang dirancang dan dilaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan adalah dimensi penting dari usaha United Nations Development Programme (UNDP) untuk mengurangi separuh kemiskinan dunia

Lebih terperinci

Glosarium Istilah Pemilu AS

Glosarium Istilah Pemilu AS Glosarium Istilah Pemilu AS Balap Kuda Balap kuda ( horse race ) merupakan metafora yang lazim digunakan di AS untuk menjelaskan kondisi di mana para kandidat berkampanye secara sengit dan persaingannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Penyelenggara Pemilu Harus Independen

Penyelenggara Pemilu Harus Independen Penyelenggara Pemilu Harus Independen SALAH satu hasil studi banding Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu DPR ke Meksiko dan Jerman ialah keinginan sejumlah anggota untuk menempatkan anggota partai sebagai

Lebih terperinci

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PERKEMBANGAN KONTEMPORER SISTEM ETIKA PUBLIK Dewasa ini, sistem etika memperoleh

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 151 TAHUN 2000 (151/2000) TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom

2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nom No.1190, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KI. Anggota. Seleksi dan Penetapan. Pelaksanaan. Pedoman. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12). PERATURAN KOMISI

Lebih terperinci

Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2000 dan Hikmahnya Bagi Indonesia

Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2000 dan Hikmahnya Bagi Indonesia LAPORAN PENELITIAN Pemilihan Presiden Amerika Serikat Tahun 2000 dan Hikmahnya Bagi Indonesia Oleh: Nur Rachmat Yuliantoro, SIP. JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2017 BAWASLU. Penanganan Pelanggaran Administrasi. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

Pembaruan Parpol Lewat UU

Pembaruan Parpol Lewat UU Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGESAHAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.291, 2017 KEMENDAG. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-DAG/PER/2/2017 TENTANG BADAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan

PASAL I Nama dan Lokasi. PASAL II Tujuan ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN SERTIFIKASI KONSULTAN LAKTASI INTERNASIONAL (INTERNATIONAL BOARD OF LACTATION CONSULTANT EXAMINERS) Disetujui 15 September 2017 Nama Perusahaan ini adalah: PASAL I Nama dan

Lebih terperinci

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1999 (33/1999) Tanggal: 19 MEI 1999 (JAKARTA) Tentang: PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 51/PUU-XIII/2015 Pembentukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, Pengusungan Pasangan Calon oleh Partai Politik, Sanksi Pidana Penyalahgunaan Jabatan dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei

Tujuan, Metodologi, dan Rekan Survei Sejak reformasi dan era pemilihan langsung di Indonesia, aturan tentang pemilu telah beberapa kali mengalami penyesuaian. Saat ini, empat UU Pemilu yang berlaku di Indonesia kembali dirasa perlu untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 )

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RUU TENTANG TENTANG PROTOKOL KE NEGARA CANADA ( 11 Juli 17 Juli 2010 ) A. PENDAHULUAN Masalah keprotokoleran semula diawali dengan adanya pengaturan atas pembukaan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RPKPU UNTUK UJI PUBLIK Draft tanggal 17 November 2017 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang :

Lebih terperinci

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA NOMOR : 12/Kpts/KPU.KAB-161/VII/2017 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo Pengantar Membaca peraturan perundang undangan bukanlah sesuatu yang mudah. Selain bahasa dan struktur, dalam hal Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tantangan ini bertambah dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH 2.1. Tinjauan Umum Mengenai Mahkamah Konstitusi 2.1.1. Pengertian Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007

DESKRIPSI JABATAN. Dewan Legislatif Oregon BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN. Tanggal Efektif September 2007 Dewan Legislatif Oregon DESKRIPSI JABATAN BAGIAN 1. INFORMASI JABATAN Tanggal Efektif September 2007 Tingkat Klasifikasi Nomor Klasifikasi CALA-4, (ini merupakan level keempat dari klasifikasi empat seri)

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN KELOMPOK PENYELENG

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN KELOMPOK PENYELENG - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN LUAR NEGERI DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA LUAR NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Studi kasus Employee Relation

Studi kasus Employee Relation Studi kasus Employee Relation Saks Fifth Avenue Saks Fifth Avenue CEO: Steve Sadove Gudang/toko : Saks Fifth Avenue 611 Fifth Avenue (diantara jalan 49th dan 50th) Peresmian toko : September 15, 1924 Pendiri

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII Hasil Keputusan Rapat Kerja Nasional Pra Kongres di Jakarta tanggal 25-26 Oktober 2013 BAB I STATUS PERKUMPULAN Pasal 1 IKATAN PEJABAT

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG PENYERTAAN MODAL NEGARA UNTUK PENDIRIAN PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DI BIDANG PERBANKAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan laju perdagangan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat PANDANGAN FRAKSI FRAKSI PARTAI DEMOKRAT DPR RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DALAM PEMBICARAAN TINGKAT II (PENGAMBILAN KEPUTUSAN) PADA RAPAT

Lebih terperinci

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR/WAKIL GUBERNUR, BUPATI/WAKIL BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1603, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Kode Etik. Beracara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SISTEM PEMILU DI MEKSIKO

SISTEM PEMILU DI MEKSIKO SISTEM PEMILU DI MEKSIKO Meksiko merupakan negara federal yang terdiri atas tiga puluh satu negara bagian dan satu Distrik Federal Kota Meksiko, yang menjadi tempat kedudukan cabang-cabang pemerintahan

Lebih terperinci

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UNDANG-UNDANG KMFT UGM Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Ketua Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017 Ambang Batas Pencalonan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Presidential Threshold) I. PEMOHON Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc dan Ir.

Lebih terperinci

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira Modul ke: Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002 Josiane Cotrim-Macieira Fakultas PASCASARJANA ZULHEFI 55215120049 Program Studi Magister www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1 USULAN UMUM: MEMPERKUAT SISTEM PRESIDENSIAL 1. Pilihan politik untuk kembali pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Penataan Daerah Pemilihan dan Alokasi

Lebih terperinci

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw No.41, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLITIK. PEMILU. Pengunduran Diri. Cuti. PNS. Pejabat Negara. Kampanye. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5405)

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Pasal 1 1. Anggota AJI adalah jurnalis yang telah memenuhi syarat profesional dan independen yang bekerja untuk media massa cetak, radio, televisi, dan

Lebih terperinci