BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Escherichia coli merupakan salah satu anggota dari famili

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Escherichia coli merupakan salah satu anggota dari famili"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Escherichia coli merupakan salah satu anggota dari famili Enterobacteriaceae. Penemu bakteri ini adalah Theodor Escherich pada tahun Klasifikasi bakteri Escherichia coli secara garis besar berasal dari Filum Proteobacteria, Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia Enterobacteriaceae, Genus Escherichia, Spesies Escherichia coli (Yulianti, 2012). Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk batang pendek, memiliki panjang sekitar 2 μm, diameter 0,7 μm, lebar 0,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata serta bersifat motil dengan flagella peritrikus dan tidak berspora (Kusuma, 2010). E. coli adalah bakteri mesofilik dengan interval suhu pertumbuhan pada 8 O C-45 O C dan suhu optimum pertumbuhannya adalah 37 O C serta memiliki ph minimum 4,0, dan ph maksimum 9,0 (Agustina et al., 2009). Escherichia coli berdasarkan pada serotipenya terdiri dari 3 macam yaitu : O (somatik lipopolisakarida), H (flagellar) dan antigena K (kapsul) (Spickler, 2009). Selanjutnya antigen K dibagi lagi menjadi antigen L, A atau B berdasarkan pada ciri fisiknya yang berbeda-beda (Melliawati, 2009). Menurut Zinnah et al. (2007) dalam mengidentifikasi bakteri dapat dipastikan bahwa bakteri tersebut adalah E. coli apabila pada media eosin methylen blue agar (EMBA) terbentuk koloni yang khas yaitu berwarna hijau metalik. Pada media sulphide undol motility (SIM) memberikan tanda bahwa 9

2 10 bakteri tersebut bersifat motil dan positif indol, dimana tanda positif indol dapat diketahui dengan adanya cincin berwarna merah. Pada media MR-VP, dimana pada uji MR (methyl red) didapatkan hasil positif ditandai dengan perubahan warna media menjadi merah, sedangkan pada uji VP (voges proskauer) didapatkan hasil negatif yaitu ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media. Escherichia coli merupakan flora normal dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas maupun manusia. Escherichia coli yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae dan genus Escherichia ini memiliki berbagai macam galur yang memainkan peranan penting dalam penyakit gastrointestinal (diare). Galur Escherichia coli yang patogen terdiri dari lima jenis, yaitu Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) yang menyebabkan diare pada bayi baru lahir khususnya di Negara-negara berkembang, Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) merupakan etiologi umum dari traveller s diarrhea, strain Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC) yang menyebabkan penyakit disentri, strain Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC) dapat menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di Negara berkembang, dan strain Enterohemorragic Escherichia coli (EHEC) merupakan strain yang sangat patogen yang menyebabkan penyakit hemolytic uremic syndrome (HUS), hemorragic colitis, hemolitica anemia microangiopatic, dan trombositopenia. Diare oleh Escherichia coli biasanya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu enteritis akut, dysentry-like disease (feses bercampur lendir dan darah), dan hemorragic colitis atau bloody diarrhea (Noorhamdani et al., 2013; Anggraini et al., 20013).

3 Escherichia coli O157:H7 E. coli O157:H7 pertama kali diidentifikasi sebagai bakteri yang kemungkinan patogen pada manusia pada tahun 1975 yang kemudian dikaitkan dengan wabah penyakit pada tahun 1982 di California yaitu pada pasien diare berdarah yang pertama kali diketahui akibat mengkonsumsi daging (daging sapi) yang terkontaminasi bakteri E. coli O157:H7. E. coli ini menghasilkan verocytotoxins, atau disebut juga sebagai shiga like toxin karena kesamaan mereka dengan toksin yang diproduksi oleh Shigella dysenteriae. E. coli ini disebut VTEC (Verocytotoxin-producing E. coli), STEC (shiga-toxin producing E. coli), dan juga EHEC (Enterohemorrhagic E. coli) karena gejala yang dihasilkannya. Serotipe bakteri VTEC mungkin termasuk strain yang berbeda, yaitu berbeda dalam beberapa virulensi faktor atau karakteristik lainnya seperti motilitas dan fermentasi sorbitol. VTEC dapat diurutkan kedalam 4 kelompok klonal menurut faktor virulensinya yang berbeda-beda dan karakteristik lain yang dikodekan oleh gen pada kromosom, plasmid, dan fag mereka. Banyak dari gen ini, termasuk pengkodean shiga toksin, rupanya diperoleh dari organisme lain. Sementara beberapa fungsi lainnya, seperti motilitas dan fermentasi sorbitol hilang selama evolusi E. coli O157:H7 dari E. coli avirulent yang terdahulu. Namun telah ditemukan pada isolat E. coli O157:H7 asal Eropa yang memfermentasi sorbitol (Doyle et al., 2006). Shiga like toxin (SLT) atau shiga toksin yaitu Stx1 dan Stx2 adalah salah satu faktor virulen dari E. coli O157:H7 yang utama (Andriani, 2006). Sapi adalah reservoir penting dari Shiga Toksin Escherichia coli (STEC)

4 12 yang termasuk didalamnya yaitu serotipe E.coli O157:H7 sebagai bakteri penghasil STEC. (Suardana et al., 2009). Suatu bakteri dapat diidentifikasi sebagai E. coli O157:H7 apabila setelah dilakukannya penanaman kuman Escherichia coli suspect pada Media SMAC maka akan terlihat koloni yang tidak berwarna / jernih (colourless). Hal ini terjadi karena bakteri tersebut tidak dapat memfermentasikan sorbitol. Sedangkan strain yang bukan O157:H7 akan memberikan gambaran berawan warna merah jambu tanpa zona. Setelah penanaman koloni pada media SMAC kemudian lakukan pengujian serologis yaitu dengan latex aglutination test buatan Oxoid dimana pengujian dilakukan bersamaan dengan kontrol positif dari bakteri tersebut. Adanya bentukan presipitasi yang sesuai dengan kontrol positif yang tersedia menandai bahwa bakteri tersebut positif E. coli O157:H7 (Sartika et al., 2005). Serotipe E. coli O157:H7 dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti hemorragic colitis (HC), hemolytic uremic syndrome (HUS) dan thrombocytopenia purpura (TPP). Empat dari Sembilan kasus hemolytic uremic syndrome (HUS) yang pernah terjadi di Indonesia mengalami meninggal dunia (Tambunan et al., 2001). E. coli O157:H7 terdapat dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi yang sehat. Proses pemotongan hewan yang kurang higienis di rumah potong hewan (RPH) dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi bakteri pada daging. Sedangkan kontaminasi pada susu dapat terjadi akibat dari ambing sapi perah yang terinfeksi oleh bakteri, atau kontaminasi dapat juga terjadi melalui alat-alat pemerahan yang digunakan. Apabila daging dan susu yang telah terkontaminasi oleh E. coli O157:H7 dalam proses pemasakan tidak

5 13 dilakukan secara sempurna dapat menyebabkan infeksi E. coli O157:H7 pada manusia yang mengkonsumsinya. Manusia yang bertempat tinggal dekat dengan peternakan juga dapat terinfeksi bakteri E. coli O157:H7 yang berada dalam peternakan tersebut. Selain disebarkan oleh ternak sapi melalui daging dan susunya yang telah terkontaminasi, bakteri E. coli O157:H7 juga dapat ditularkan dari manusia yang telah terinfeksi ke manusia yang lainnya. Penyebaran bakteri E. coli O157:H7 dari manusia ke manusia yang lain dapat terjadi secara peroral. Pernah juga dilaporkan terjadi infeksi secara waterborne pada kolam renang yang terkontaminasi. Telah dilaporkan di Ohio pada tahun 2001 mengenai kejadian airborne infection yang berasal dari dinding dan debu sebuah bangunan dimana manusia yang disekitar bangunan tersebut terinfeksi oleh bakteri E. coli O157:H7 (Andriani, 2006). 2.2 Antibiotika Antibiotika adalah zat atau obat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang berguna sebagai penghambat/pembasmi mikroba lain (jasad renik/bakteri), khususnya mikroba yang merugikan bagi kesehatan manusia yaitu mikroba penyebab infeksi pada manusia. Antibiotika sangat tidak efektif dalam menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotika sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. (Wirahmi et al., 2012). Antibiotika berasal dari beberapa sumber antara lain; ganggang atau lumut (0,9%), Pseudomonales (1,2%), binatang (1,8%), Eubacteriales terutama Bacilli (7,7%), tanaman tinggi (12,1%), jamur (18,1%), dan Actinomycetales (58,2%). Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan

6 14 spektrum aktivitas, tempat kerja, serta struktur kimianya. Berdasarkan spektrum aktivitasnya antibiotik dibagi menjadi : (1) Antibiotika dengan spektrum luas; (2) Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-positif; (3) Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap terhadap bakteri Gramnegatif; (4) Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae (antituberkulosis). Penggolongan antibiotika berdasarkan tempat kerjanya yaitu antibiotika ada yang bekerja pada dinding sel, membran sel, asam nukleat, dan ribosom (Siswandoyo dan Soekardjo, 2000). Selanjutnya berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotika dibagi menjadi : (1) Antibiotika yang mempengaruhi dinding sel; (2) Antibiotika yang mengganggu atau merusak membran sel; (3) Antibiotika yang mengganggu fungsi DNA; (4) Antibiotika yang menghambat sintesis protein; (5) Antibiotika yang mengganggu metabolisme sel mikroba. Antibiotika tentu diharapkan mempunyai dampak yang positif terhadap penggunaannya, akan tetapi penggunaan antibiotika secara tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif. Dimana dampak negatif dari penggunaan antibiotika tersebut antara lain muncul dan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika, munculnya penyakit akibat superinfeksi bakteri resisten, terjadinya toksisitas/efek samping obat, sehingga perawatan penderita menjadi lebih lama, biaya pengobatan dapat lebih mahal, dan akhirnya menurunkan kualitas pelayanan kesehatan (Wirahmi et al., 2012).

7 Penisilin G Penisilin merupakan antibiotika yang pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming secara tidak sengaja pada tahun Penisilin tidak bersifat toksik dan merupakan salah satu dari agen anti mikroba yang paling aktif (Sarah, 2002). Penisilin merupakan hasil dari kapang Penicillium chrysogenum dan P. notatum. Namun dalam pengembangan lebih lanjut banyak menggunakan P. chrysogenum, dan untuk menghasilkan penisilin V yang digunakan adalah prekursor asam fenoksi asetan (Ahmad, 2006). Penisilin merupakan campuran dari asam organik berstruktur komplek yang diisolasi sebagai garam-garam natrium, kalium dan kalsium. Dimana pensilin dihasilkan selama masa pertumbuhan dan metabolisme kapang Penicillium notatum dan P. chrysogenum. Penisilin akan menjadi tidak aktif apabila terkena pengaruh panas, sistein, NaOH, penicilinase (enzim yang terdapat dalam sebagian besar bakteri yang dapat merusak penisilin) dan asam hidroklorat, serta zat lain yang dapat merusak penisilin antara lain adalah logam-logam berat seperti Cu, Ag, Fe, dan Zn. Penisilin G merupakan hasil dari produk biosintesa dari α-aminoadipic acid, cysteine dan valine. Asam α-aminoadipic merupakan hasil produksi dari biosintesa lysine. Dimana biosintesa ini dimediasi oleh aktivitas 3 buah enzim antara lain ACV-synthetase (ACVS), isopenicillin-n synthase (IPNS) dan acyl-coa : isopenicillin-n acyltransferase (AT). Penisilin dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu; penisilin alami (penisilin G dan V), penisilin biosintetik, dan penisilin semisintetik. Dalam menghasilkan penisilin G dapat melalui 6 rute biosintesis yang berbeda-beda berdasarkan asal α-

8 16 aminoadipic acid dan cysteine serta bentuk transformasi dari α- ketobutyrate. Dimana rute biosintesis penisilin dengan konversi yield yang maksimal secara teoritis adalah rute dengan recycle α-aminoadipic acid, sedangkan cysteine yang digunakan tersebut berasal dari serine. Penisilin memiliki mekanisme kerja sebagai penghambat dalam pembentukan Mukopeptida yang diperlukan untuk sintetis dinding sel mikroba yang dimana antibiotik ini menghasilkan efek bakterisid (membunuh mikroba) pada mikroba sensitif yang sedang membelah (Sarah, 2002) Ampisilin Ampisilin merupakan antibiotika golongan aminopenisilin berspektrum luas dengan aktivitas yang kurang baik terhadap bakteri Gram-positif dibandingkan dengan penisilin G. Antibiotika golongan ini adalah antibiotika yang tahan asam namun tidak tahan terhadap enzime penisilinase. Antibiotika ini mudah dirusak oleh beta-laktamase yang diproduksi oleh bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif (Ganiswarna et al., 1995). Ampisilin sering digunakan dalam pengobatan terhadap infeksi saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran perkencingan, gonorhu, gastroenteritis, meningitis, dan infeksi karena Salmonela sp., seperti deman tipoid. Absorbsi antibiotika ini kurang baik dalam saluran cerna (±30-40%), obat terikat oleh protein plasma ±20%. Kadar dalam darah maksimalnya dicapai dalam waktu 5 menit setelah injeksi secara intravena, 1 jam setelah injeksi intramuskular, dan 2 jam setelah pemberian secara oral. Dimana dosis peroaral yaitu : mg 4 dd dengan waktu paruh 0,5-1 jam (Siswandoyo dan Soekardjo, 2000).

9 Sulfametoksazol Sulfametoksazol merupakan antibiotika derivat sulfiksazol dengan absorbsi dan eksresi yang lebih lambat. Obat ini biasa digunakan pada penderita dengan infeksi saluran kemih dan infeksi sistemik, dimana sulfametoksazol umum digunakan dalam bentuk kombinasi tetap dengan trimetoprim (Ganiswarna et al., 1995). Absorbsi sulfametoksazol dalam saluran cerna cepat dan sempurna, dan ±70% terikat oleh protein plasma % obat dalam darah terdapat dalam bentuk terasetilasi. Kadar plasma paling tinggi dicapai dalam waktu 4 jam setelah pemberian secara oral, dengan waktu paruh jam (Siswandoyo dan Soekardjo, 2000). Sekitar 15-40% obat diekskresi dalam bentuk asetil yang lebih mudah dieksresi. Hampir 70% dari antibiotika ini mengalami reabsorbsi di tubuli ginjal dan pemberian alkali dapat memperbesar bersihan ginjal dengan mengurangi reabsorbsi tubuli. Sering timbul krista luria dan komplikasi ginjal lainnya akibat dari beberapa macam sulfa sukar larut dalam urin yang asam. Untuk mencegah hal ini terjadi maka pasien yang mengkonsumsi obat ini dianjurkan untuk banyak meminum air putih guna mempertahankan produksi urin dibawah 1200 ml/hari atau diberikan sediaan alkalis seperti Na-bikarbonat untuk menaikkan ph urin. Dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4 g yang dilanjutkan dengan pemberian 2-4 g dalam 3-6 kali pemberian, dimana lamanya pemberian tergantung dari keadaan penyakit. Untuk anak-anak berumur lebih dari 2 bulan diberikan dosis awal setengah dosis per hari dan kemudian dilanjutkan dengan 60-

10 mg/kg berat badan (maksimal 6 g/hari) dalam 4-6 kali pemberian. Umumnya sediaan terdapat dalam bentuk tablet 500 mg (Ganiswarna et al., 1995) Streptomisin Streptomisin merupakan senyawa bakterisida yang diisolasi dari Streptomyces griseus. Streptomisin terhidrolisis menjadi streptidin dan streptobiosamin dalam keadaan asam, yang merupakan kombinasi dari L-streptosa dan N-metil-L-glukosamin. Streptomisin aktif terhadap sejumlah besar bakteri Gram-positif dan Gram-negatif, digunakan untuk pengobatan beberapa infeksi bakteri seperti bakteri endokarditis, brucellosis, dan plaque. Pemberian antibiotika ini dalam jangka panjang dengan dosis besar dapat mengakibatkan kerusakan saraf cranial ke 8 dan menyebabkan ketulian (Siswandoyo dan Soekardjo, 2000). Mekanisme kerja dari streptomisin yaitu setelah diserap dari tempat suntikan, hampir keseluruhan streptomisin berada dalam plasma, sedikit sekali yang masuk kedalam eritrosit. Selanjutnya streptomisin menyebar keseluruh cairan ekstrasel, kira-kira sepertiga dari streptomisin yang berada dalam plasma akan terikat oleh protein plasma. Antibiotika ini dieksresi melalui filtrasi glomerulus. Sediaan dari streptomisin dalam bentuk bubuk injeksi dalam vial 1 dan 5 gram. Dosis 20 mg/kg BB secara intamuskular, maksimal 1 gr/hari selama 2 sampai 3 minggu dengan frekuensi pemberian dikurangi menjadi 2-3 kali seminggu (Ganiswarna et al., 1995).

11 Pemakaian Antibiotika pada Ternak di Kecamatan Kuta Selatan Menurut hasil wawancara pada beberapa peternak sapi di Kecamatan Kuta Selatan, antibiotika yang sering digunakan dalam mengatasi penyakit bakteri pada ternak sapi di Kecamatan Kuta Selatan yaitu, antibiotika golongan penisilin (ampisilin), golongan aminoglikosida (gentamisin), dan golongan makrolida (eritromisin). 2.4 Pola Resistensi Bakteri Resistensi bakteri adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan bakteri itu sendiri oleh antibiotika. Dimana sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Pola resistensi dan sensitivitas bakteri terhadap antibiotika dibagi menjadi tiga pola yaitu : (1) Belum pernah terjadi resistensi yang bermakna dan menimbulkan kesulitan di klinik; (2) Adanya pergeseran sifat dari peka menjadi kurang peka tetapi belum sampai menimbulkan sifat resistensi; (3) Munculnya sifat resistensi yang cukup tinggi sehingga menimbulkan masalah di klinik (Ganiswarna et al., 1995). Faktor yang menentukan sifat resistensi atau sensitivitas suatu mikroba terhadap suatu jenis antibiotika terdapat pada elemennya yang bersifat genetik. Didasarkan pada lokasi elemen untuk resistensi, yang dikenal sebagai resistensi kromosom atau resistensi ekstrakromosom. Yang merupakan sifat genetik dan dapat menyebabkan suatu mikroba sejak awal resisten terhadap suatu antibiotika (resisten alamiah) (Azizah et al., 2002). Resistensi bakteri dibagi dalam kelompok resistensi genetik, resistensi nongenetik, dan resistensi silang, serta mekanisme peristiwa resistensi. Resistensi

12 20 genetik adalah berubahnya sifat bakteri dari yang semula sensitif menjadi resisten akibat dari mutasi spotan sehingga gen bakteri tersebut berubah. Resistensi nongenetik yaitu bakteri yang sedang dalam keadaan istirahat (inaktivitas metabolik) sehingga bakteri tidak terpengaruh oleh antibiotika. Resistensi silang adalah keadaan resistensi terhadap antibiotika tertentu yang juga menunjukkan sifat resistensi terhadap antibiotika lainnya. Serta mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotika dibagi menjadi 5 antara lain : (1) Perubahan tempat kerja obat (target site) pada bakteri; (2) Bakteri tersebut menurunkan permeabilitas sehingga antibiotika kesulitan masuk ke dalam sel; (3) Adanya inaktivasi antibiotika oleh bakteri; (4) Bakteri membentuk jalan pintas untuk menghindari tahapan dari bakteri yang dihambat oleh antibiotika; (5) Meningkatkan produksi dari enzim yang dihambat oleh antibiotika (Ganiswarna et al., 1995). Resistensi E. coli terhadap berbagai jenis antibiotika telah banyak dilaporkan. E. coli dilaporkan telah banyak yang resisten terhadap golongan β- laktam, fosfomisin, dan golongan kuinolon (Noviana, 2004). Dari hasil penelitian Noviana (2004), ditemukan antibiotika golongan β-laktam yang paling baik dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan E. coli inaktif adalah seftriakson, sefotaksim, dan meropenem, sedangkan pada antibiotika penisilin, ampisilin, dan streptomisin E. coli menunjukkan tanda resistensi. Dilakukan tes sensitivitas terhadap 12 jenis antibiotika dan kombinasinya pada 901 koloni Esherichia coli O157:H7 yang diisolasi tahun pada membuktikan bahwa sebanyak 6,6% koloni resisten terhadap lebih dari satu jenis antibiotika. Ditemukan resistensi terbesar pada tetrasiklin (98%) diikuti dengan

13 21 streptomisin (66%) kemudian ampisilin (9%) dan sebanyak 68% koloni merupakan multidrug resisten (Kuntaman et al., 2005). Resistensi terhadap penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol dan streptomisin pada VTEC O157:H7 dari domba dan kambing terjadi apabila bakteri tersebut memiliki gen verotoksin (VT1) dan (VT2), sedangkan pada babi ditemukan resisten terhadap penisilin, streptomisin dan kloramfenikol (Azizah et al., 2002). Dan pada penelitian yang dilakukan oleh Suwito dan Setyadji, (2011) terhadap bakteri E. coli O157:H7 yang diisolasi dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi menggunakan antibiotika sulfametoksazol ditemukan sensitivitas bakteri terhadap antibiotika tersebut pada Kabupaten Bogor, sedangkan pada Kabupaten Sukabumi ditemukan bakteri tersebut mengalami resistensi terhadap antibiotika sulfametoksazol. Resistensi dan sensitivitas mikroba yang berbeda-beda terhadap beberapa jenis antibiotika dapat mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas meningkat (Noorhamdani et al., 2013). Resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat muncul akibat dari penggunaan yang tidak terkontrol dan tidak rasional seperti dosis obat yang kurang tepat, pemilihan antibiotika yang tidak sesuai dengan bakteri yang menginfeksi, serta waktu penggunaan yang tidak diperhatikan. Resistensi antibiotika pada manusia dapat menimbulkan tidak efektifnya pemberian antibiotika tersebut oleh dokter apabila terjadi infeksi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji kepekaan terhadap beberapa antibiotika sebagai salah satu aspek yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat veteriner (Suwito dan Setyadji, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung Utara, berbatasan dengan Kecamatan Petang disebelah Utara, Kabupaten Gianyar disebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Sapi adalah hewan ternak yang merupakan famili Bovidae dari subfamili Bovinae. Sapi banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bangsa ( breed) sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli BAB II TINJAUAN PUSTAKA Escherichia coli merupakan bakteri komensal yang dapat bersifat patogen, bertindak sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia (Tenailon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli O157:H7 Escherichia coli dikenal sebagai salah satu bakteri yang menyebabkan gangguan pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli Bakteri Escherichia coli dalam klasifikasi ilmiah adalah bakteri yang tergolong dalam filum Proteobacteria, kelas Gammaproteobacteria, ordo Enterobacteriales,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang bersifat patogen merupakan prioritas utama untuk dilakukan pada bidang kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan ketika mikroorganisme masuk ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan orang meninggal bila dibiarkan. Penyakit ini menjadi salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Coliform Coliform merupakan bakteri yang memiki habitat normal di usus manusia dan juga hewan. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Escherichia coli O157:H7 merupakan salah satu enterohaemorrhagic Escherichia coli atau disebut EHEC yang dapat menyebabkan kematian pada manusia (Andriani, 2005; Todar,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai

BAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare terutama diare pada anak sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui program proyek desa

Lebih terperinci

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Bakteri ini termasuk flora normal tubuh yang berbentuk batang pendek (kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. Bersifat Gram negatif. E. coli memiliki 150 tipe

Lebih terperinci

Uji Kepekaan Escherichia coli O157:H7 Feses Sapi di Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali Terhadap Antibiotik

Uji Kepekaan Escherichia coli O157:H7 Feses Sapi di Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali Terhadap Antibiotik Uji Kepekaan Escherichia coli O157:H7 Feses Sapi di Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali Terhadap Antibiotik (SENSITIVITY TEST OF ESCHERICHIA COLI O157:H7 FECES CATTLE AT SOUTH KUTA DISTRICT BADUNG BALI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Coliform Coliform adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobactericeae, dan terdiri dari empat genus yaitu: Citrobacter, Enterobacter, Escherichia dan Klebsiella.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli O157:H7 Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor Escherich pada tahun 1885. Sebagian besar dari E. coli berada dalam saluran pencernaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli banteng dan telah mengalami proses domestikasi. Sapi bali telah tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Dengan semakin luasnya penggunaan antibiotik ini, timbul masalah

Lebih terperinci

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA 1 AMINOGLIKOSIDA 2 AMINOGLIKOSIDA Mekanisme Kerja Ikatan bersifat ireversibel bakterisidal Aminoglikosida menghambat sintesi protein dengan cara: 1. berikatan dengan subunit 30s

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di daerah tropis seperti Indonesia banyak dijumpai penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, maka untuk menanggulanginya diperlukan antibiotik. Penggunaan

Lebih terperinci

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan 1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh

TINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Antibiotik adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh mikroba lain. Pada perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya maupun yang

Lebih terperinci

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN SKRIPSI Oleh: HAJAR NUR SANTI MULYONO K 100 060 207

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar karena makanan adalah sumber energi manusia. Makanan yang dikonsumsi manusia mempunyai banyak jenis dan

Lebih terperinci

Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016 Volume 4, No 2 : 21-27

Jurnal Kajian Veteriner, Edisi Desember 2016 Volume 4, No 2 : 21-27 Isolasi dan Identifikasi Eschericia coli O157:H7 dari Babi, Sapi dan Ayam yang Menunjukkan Gejala Diare (Isolation and Identification of Eschericia coli From Pig, Cattle and Chicken with Diarrhea) Elisabet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

membunuh menghambat pertumbuhan

membunuh menghambat pertumbuhan Pengertian Macam-macam obat antibiotika Cara kerja / khasiat antibiotika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Antibiotika - 2 Zat kimia yang secara alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Bakteri merupakan organisme uniseluler, prokariotik, dan umumnya tidak memiliki klorofil dengan ukuran rata-rata selnya 0,5-1 x 2-5 μm, memiliki bentuk yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. xvii

TINJAUAN PUSTAKA. xvii xvii TINJAUAN PUSTAKA Daging Ayam Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam. Persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah

Lebih terperinci

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae Klebsiella pneumoniae Kingdom: Phylum: Class: Order: Family: Genus: Species: Bacteria Proteobacteria Gamma Proteobacteria Enterobacteriales Enterobacteriaceae Klebsiella K. pneumoniae Binomial name Klebsiella

Lebih terperinci

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk Firman Jaya 2 Diartikan sebagai penambahan jumlah sel Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk 3 4

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease

TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease TINJAUAN PUSTAKA Foodborne Disease Foodborne disease adalah suatu penyakit ditimbulkan akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar. Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme

Lebih terperinci

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. 2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat dan infeksi luka ditandai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klebsiella pneumonia Taksonomi dari Klebsiella pneumonia : Domain Phylum Class Ordo Family Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salmonella merupakan kelompok basil Gram negatif yang mempengaruhi hewan dan manusia. Salmonella dapat menyerang manusia melalui makanan dan minuman. Infeksi

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak dikembangkan penelitian tentang mikroorganisme penghasil antibiotik, salah satunya dari Actinomycetes. Actinomycetes berhabitat di dalam tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri dalam Saluran Pencernaan Sapi Mikroorganisme yang aktif di dalam saluran pencernaan bagian belakang ternak ruminansia khususnya sapi pada umumnya adalah bakteri yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang beriklim tropis memiliki aneka ragam tumbuhan, yang mana beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam,

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, demam, BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Diare Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Yoghurt merupakan minuman yang dibuat dari susu sapi dengan cara fermentasi oleh mikroorganisme. Yoghurt telah dikenal selama ribuan tahun dan menarik banyak perhatian dalam beberapa tahun

Lebih terperinci

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora Normal Rongga Mulut Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Titanium Dioksida (TiO 2 ) Titanium merupakan salah satu unsur logam transisi golongan IV B, berbentuk padat yang berwarna putih keperakan. Titanium murni dapat larut dalam larutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. feses lebih banyak dari biasanya yaitu biasanya lebih dari 200 g atau setara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. feses lebih banyak dari biasanya yaitu biasanya lebih dari 200 g atau setara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Diare adalah buang air besar (defekasi) yang ditandai dengan feses yang konsistensinya berbentuk cair atau setengah cair, biasanya kandungan air pada feses lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai penghasil energi yang digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas demi kelangsungan hidupnya. Ada berbagai jenis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar 4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi FK UNLAM BANJARBARU Pendahuluan Terminologi Antibiotik Antiparasit Antijamur Antiprotozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran cerna merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di seluruh dunia, terutama pada anak-anak (Nester et al, 2007). Infeksi saluran cerna dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik Pengujian residu antibiotik pada daging ayam dan sapi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode uji tapis (screening test) secara bioassay, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pre-eklamsia adalah hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan yang biasanya terjadi setelah 20 minggu kehamilan. Pada pre-eklamsia, ditandai dengan hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sosis 1. Pengolahan sosis Bahan dasar sosis adalah daging giling, dan bahan tambahan antara lain bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak, penyedap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare, infeksi saluran nafas, malaria, tuberkulosis masih menjadi penyebab utama kematian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu kecamatan yang berada di Selatan Kabupaten Badung Provinsi Bali, tepatnya antara 8 o 46 58.7 LS dan 115 o 05 00 115 o 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia yang baik genetiknya, merupakan persilangan kambing etawa dan kambing lokal (Syukur dan Suharno,

Lebih terperinci

marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan

marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan Pada tahun 1950, terjadi kesalahpahaman bahwa bakteri Serratia marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan dan sering digunakan dalam percobaan di sekolah untuk mempelajari jalannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persyaratan Biologis Untuk Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Sebelum PCT Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, orang dewasa Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Dlm tubuh dimetabolisme menjadi PCT (zat aktif) + metaboliknya Yg sebenarnya antipiretik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shigellosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ditemukan diseluruh dunia terutama pada negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara maju diperkirakan insiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi merupakan penyakit dan masalah kesehatan utama di berbagai negara termasuk Indonesia. Penularan infeksi dapat terjadi dari satu orang ke orang lain atau dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Escherichia coli Escherichia coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Infeksi Nosokomial Rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut menyebabkan rumah sakit berpeluang

Lebih terperinci

TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!!

TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!! TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!! Di alam ini banyak terdapat banyak mikroba yang hidup dan berkembang biak, baik di udara, di dalam tanah, maupun di air. Nah, salah satu bakteri gram negatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S.aureus merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan juga merupakan patogen utama pada manusia. Bakteri S. aureus juga merupakan flora

Lebih terperinci

bakteri E. coli dari 10 sampel feses didapatkan 15 isolat bakteri E. coli. dari koloni biru-hitam gelap dengan kemilau hijau metalik ditunjukkan pada

bakteri E. coli dari 10 sampel feses didapatkan 15 isolat bakteri E. coli. dari koloni biru-hitam gelap dengan kemilau hijau metalik ditunjukkan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi E. coli Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dari 10 sampel feses yang diambil dari pasien diare pada anak dikultur pada media EMBA dan MC serta dilakukan

Lebih terperinci

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI Oleh: DEFI RISTRIANTO K.100.060.209 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang penyakit infeksi masih menempati urutan pertama dari penyebab sakit di masyarakat (Nelwan, 2002). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sawo (Manilkara zapota) adalah tanaman buah yang termasuk dalam famili Sapotaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko (Puspaningtyas, 2013). Tanaman sawo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Definisi Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci