STUDI KETERKAITAN PENYEBARAN Pb, DEBU dan CO DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KETERKAITAN PENYEBARAN Pb, DEBU dan CO DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT"

Transkripsi

1 STUDI KETERKAITAN PENYEBARAN Pb, DEBU dan CO DENGAN KESEHATAN MASYARAKAT Abstrak Jumlah kendaraan yang beroperasi di Kota Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan emisi gas buang dari kendaraan bermotor juga meningkat, khususnya Pb, debu dan CO, yang akan berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Kondisi ini diperparah oleh adanya kebijakan pembangunan transportasi yang kurang baik, yaitu manajemen transportasi yang kurang tepat serta tidak memperhatikan aspek kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyebaran Pb, debu dan CO dalam menyusun sistem pengelolaan lingkungan terhadap dampak risiko pencemaran udara dalam kaitan dengan kesehatan masyarakat setempat. Metode analisis yang digunakan adalah melalui pengukuran tingkat penyebaran Pb, debu dan CO dibeberapa titik pengamatan. Hasil penelitian menujukkan akumulasi Pb pada tiga tanaman sampel di enam lokasi pengamatan dan dalam tubuh manusia, kandungan Pb rata-rata berada di atas ambang baku mutu lingkungan. Namun kandungan Pb pada manusia kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan yang terakumulasi dalam tanaman. Untuk menurunkan kadar pencemaran udara terutama Pb yang berasal dari kendaraan bermotor diperlukan sistem pengelolaan lingkungan yang baik dengan melibatkan semua pihak melalui beberapa upaya seperti larangan masuk, larangan parkir, mengatur zona lalu lintas, hari tanpa mengemudi, bersepeda, penerapan teknologi baru, dan penanaman vegetasi. Keyword: Penyebaran Pb, debu dan CO Pendahuluan Komponen udara terdiri dari campuran dari berbagai macam gas dengan oksigen merupakan salah satu komponennya,yaitu sekitar 20% berdasarkan volume. Gas-gas lainnya baik vang terdapat dalam jumlah besar (N, COx, Ar) maupun yang terdapat dalam jumlah kecil (He, Kr, H, O, CH dan lain-lain) bersamasama oksigen terserap melalui proses pernafasan dan mencapai paru-paru. Ketika udara yang terhirup mencapai paru-paru, oksigen diserap yang kemudian terikat dengan hemoglobin, sedangkan gas-gas lain dibuang kembali melalui hidung. Secara alamiah, udara di atmosfer bukan saja mengandung gas-gas yang bermanfaat dan gas-gas yang tidak bermanfaat, namun juga mengandung beberapa gas yang 2 90

2 91 berbahaya bagi manusia misalnya SO, N0, CO dan H S. Meskipun demikian keberadaan gas-gas tersebut dalam keadaan alamiah kadarnya sangat kecil, sehingga tidak membahayakan bagi manusia. Kota Jakarta yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia memiliki tingkat aktivitas yang sangat tinggi yang membawa implikasi meningkatnya mobilitas penduduk, barang dan jasa, maka jumlah kendaraan bermotor juga makin meningkat. Frekuensi kendaraan di jalan raya makin meningkat, bahkan di titik-titik tertentu sangat tinggi dan menimbulkan kemacetan DKI Jakarta harus mampu melayani 20,7 juta penjelasan setiap harinya (Pemprov DKI Jakarta 2010). Dengan makin banyaknya kendaraan yang beroperasi di Kota Jakarta, maka emisi gas buang dari kendaraan bermotor juga meningkat, khususnya gas Pb dan debu. Keberadaan kadar gas-gas tersebut yang semakin meningkat di udara jalan raya juga akan menyebar akan menyebar ke daerah sekitarnya dan sehagai akibatnya dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Kebijakan pembangunan transportasi yang kurang baik, yaitu manajemen transportasi yang kurang tepat serta tidak memperhatikan aspek kesehatan masyarakat setempat tentu akan makin memperburuk dampak negatif tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penyebaran Pb, debu dan CO dalam menyusun sistem pengelolaan lingkungan terhadap dampak resiko pencemaran udara dalam kaitan dengan kesehatan masyarakat di sekitarnya. Metode Penelitan a. Lokasi Penelitian Pengamatan Pb, debu dan CO dilakukan pada jalan Cawang-Semanggi dengan 5 titik pengamatan (Gambar 6) Dipilihnya 5 lokasi gedung tempat pengamatan dan pengukuran, karena 5 lokasi gedung tersebut berada di jalan Cawang Semanggi, ramai dilalui kendaraan beroda dua dan empat, serta tujuh meter di atas permukaan laut. Pengamatan dilakukan pada siang dan sore hari dari pukul WIB dan pukul WIB.

3 92 b. Pengukuran Debu, Pb dan CO Pengukuran Debu, Pb dan CO dilakukan sesuai dengan prosedur standar SNI (Tabel 10). Sampling dan analisis tersebut dilakukan atas kerjasama dengan Laboratorium Terpadu, IPB, Bogor. Hasil dan Pembahasan Studi tingkat penyebaran Pb, debu dan CO dilaksanakan di Jalan Cawang sampai Jalan Semanggi Provinsi DKI Jakarta. Panjang jalan lokasi penelitian sekitar 12 km mulai dari arah timur menuju ke barat laut. Secara geografis jalan tersebut terletak pada 42 o Lintang Selatan dan 106 o Bujur Timur, terletak pada ketinggian antara 7 m sampai dengan 10 m di atas permukaan laut. Kesehatan petugas Polantas Metro Jaya yang menderita penyakit ringan batuk-batuk dan flu sebagai akibat ISPA dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Data Kesehatan Anggota Kor Lalulintas Metro Jaya Tahun ISPA Bunuh Diri Stress Ingin Pindah Tempat Tugas Sumber : Direktorat Kesehatan Polda Metro Jaya Data masyarakat yang meninggal akibat CO selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Korban CO dan Tempat Kejadian Perkara Tahun Korban CO Tempat Ancol (Jakarta), Bandung dan Medan Parangtritis (Jogjakarta) Losari (Makasar) Ancol (Jakarta) Ancol (Jakarta) dan Surabaya Depok Sumber : Didserseum

4 93 Luas obyek penelitian adalah = m x 280 m = m 2 atau 252 ha. Daerah seluas itu diurus oleh dua walikota kepala pemerintah wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Wilayah itu terbagi menjadi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Tebet, Kecamatan Pancoran, Kecamatan Mampang, Kecamatan Setia Budi, Kecamatan Kebayoran Baru dan Kecamatan Tanah Abang. Jumlah gedung dan perkantoran yang telah dibangun oleh pemerintah sebanyak 870 gedung dan swasta 516 gedung. Untuk mengetahui besarnya penyebaran Pb, debu dan CO terkait dengan kesehatan di lokasi studi, maka sebagai parameter adalah besarnya Pb, debu dan CO yang menempel dan terjerap pada tanaman dan manusia. Kandungan Pb pada Tanaman. Berdasarkan hasil survey diperoleh data mengenai jumlah pohon peneduh jalan raya Cawang Semanggi dapat diuraikan sebagai berikut : - Pada ukuran pohon (diameter > 40 cm) = Pada jenis ukuran tiang (diameter < 42 cm) = Pada jenis ukuran pancang (diameter < 10 cm) = 1340 Jumlah = 2867 Pohon Hasil penelitian kondisi kimiawi terhadap parameter Pb yang menempel pada daun tanaman di lokasi penelitian menunjukkan bahwa kandungan Pb pada daun dari masing-masing jenis tanaman menunjukkan nilai yang beragam, kandungan Pb tertinggi (Pb tanaman pada jarak kurang 10 m dari tepi jalan) terdapat pada tanaman Sweitenia mahagoni sebesar 6,053 μg/nm 3 dan terendah pada tanaman Acacia mangium sebesar 4,155 μg/nm 3. Sedangkan pada jarak m dari tepi jalan, kandungan Pb tertingi terdapat pada tanaman Sweitenia mahagoni μg/nm 3 dan Kandungan Pb terkecil terdapat pada jenis tanaman Minusops elengi sebesar 3,470 μg/nm 3, secara rinci kandungan Pb masing-masing jarak tanam dan jenis tanaman tersaji pada Tabel 37.

5 94 Tabel 37. Hasil pengukuran kandungan Pb di setiap jenis tanaman penghijauan tepi jalan tol Cawang Semanggi (Februari 2008) Jenis Tanaman Acacia mangium Minusops elengi Sweitenia mahagoni Rerata kandungan Pb tanaman pada jarak kurang 10 m (ppm) 4,155 5,735 6,053 Rerata kandungan Pb tanaman pada jarak m (ppm) 3,933 3,470 4,798 Sumber : Hasil pengukuran. Kandungan Pb pada daun dari jenis tanaman yang sama menunjukkan jenis tanaman yang ditanam pada jarak tanam kurang 10 m lebih besar dari kandungan Pb tanaman pada jarak tanam 10 sampai dengan 20 m dari tepi jalan. Kandungan Pb yang berbeda pada tanaman yang sama, tetapi jarak dari tepi jalan tol berbeda sesuai dengan Fardiaz (1992), dan manyatakan bahwa, semakin jauh dari jalan raya, kandungan Pb di daerah pertanian akan makin rendah. Hal ini disebabkan oleh ukuran partikel Pb di udara yang semakin jauh jaraknya dari sumber pencemar, maka ukurannya akan semakin kecil. Pada jarak yang jauh dari sumber pencemar, Pb yang diakumulasikan oleh daun semakin sedikit. Hal ini disebabkan jarak yang ditempuh perjalanan Pb dalam perjalannya menuju daun tanaman cukup jauh sehingga Pb jatuh terlebih dahulu ke tanah sebelum sampai ke tanaman yang dituju. Pb yang terjerap pada tanaman berdasarkan hasil pengamatan dengan jenis tanaman yang digunakan adalah eceng gondok (Eichornia crassppes), kangkung (Ipomoca reptans) dan genjer (Limmochoris flava). Ketiga jenis tanaman ini diduga memiliki kemampuan dapat menjerap Pb yang lebih besar dari lingkungan dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Sampel ketiga jenis tanaman ini di tempatkan di Gedung Badan Narkotika Nasional (BNN), Kor Lalulintas, di Gedung Mustika Ratu,Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI) dan Jembatan Semanggi Jakarta dan kontrol pengamatan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Baranang Siang Bogor selama 3 bulan musim kemarau dan musim hujan. Kandungan Pb dari tiga jenis tanaman tersebut tersaji pada Tabel 38.

6 95 Tabel 38. Penjerapan kandungan Pb pada sampel tanaman contoh di lokasi penelitian selama musim kemarau dan musim hujan tahun Jenis Tanaman Eceng Gondok Jembatan IPB (Bogor) BNN Lalulintas Mustika Ratu LIPI Semanggi (Kontrol) K H K H K H K H K H K H Kangkung Genjer Keterangan: K= Musim Kemarau, H = Musim Hujan Tabel 38, terlihat ada perbedaan penyerapan Pb antara musim kemarau dan musim hujan masing-masing tanaman percobaan tahun Pada musim hujan konsentrasi Pb pada ketiga jenis tanaman lebih besar dibanding musim kemarau. Hal ini disebabkan karena pada musim hujan kandungan air dalam tanah lebih tinggi dibandingkan di musim kemarau, sehingga ion Pb yang masuk ke jaringan tanaman lebih besar dibandingkan dengan musim kemarau. Di sekitar Kampus IPB Baranang Siang, kandungan Pb baik pada tanaman eceng gondok, kangkung, dan genjer semakin meningkat dari musim kemarai ke musim penghujan walaupun kandungan Pb terlihat lebih rendah dibandingkan dengan lokasi pengukuran lainya. Untuk lokasi pengukuran di sekitar Lembaga Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mustika Ratu, Kor Lalulintas, dan BNN memperlihatkan fluktuasi kandungan yang hampir sama pada tiga lokasi baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau. Jika dibandingkan dengan nilai ambang baku mutu udara ambien yang diperkenankan khususnya Pb sebesar 0,06 mg/m 3 hasil analisis diatas, terlihat kandungan Pb dalam tanaman telah melewati batas ambang baku mutu udara ambien yang diperkenankan. Ini menunjukkan bahwa tanaman mempunyai kemampuan untuk menyerap ion Pb dalam jumlah yang besar dan selanjutnya akan diakumulasikan dalam tubuh tanaman melalui proses-proses fisiologi yang berlangsung dalam tanaman itu sendiri. Apabila Pb ini terjerap pada tanaman yang dapat dikonsumsi oleh manusia, maka keberadaan Pb dalam tanaman tersebut menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.

7 96 Kandungan Pb pada Rambut Polisi yang bertugas di Lokasi Penelitian Kandungan Pb pada rambut manusia (petugas kepolisian) dibedakan atas lama bekerja di lokasi (lama bekerja 0 sampai dengan 1 tahun, 5 sampai dengan 10 tahun, dan 10 sampai dengan 15 tahun) dengan konsentrasi di lima lokasi masing-masing di BNN, Kor Lalulintas POLRI, Mustika Ratu/Pancoran, LIPI dan Semanggi. Hasil penelitian kandungan Pb pada rambut pekerja tersaji pada Tabel 39 dan Gambar 14. Tabel 39. Hasil analisis kandungan Pb pada rambut polisi yang bertugas di sepanjang jalan Cawang-Semanggi. Lokasi Lama Bekerja Kor Lalu Lintas Mustika Ratu/ BNN LIPI Semanggi POLRI Pancoran 0 5 Tahun Tahun Tahun Sumber: Hasil analisis 2007 RATA- RATA 0,252 0,574 0,792 Gambar 14. Kandungan Pb pada rambut pekerja sepanjang jalan Cawang-Semanggi. Tabel 39 dan Gambar 14 menunjukkan bahwa kandungan Pb pada rambut pekerja di sepanjang jalan Cawang sampai Semanggi meningkat dengan semakin lamanya orang yang bekerja di lokasi pengamatan yaitu di BNN, Kor Lalulintas,

8 97 Mustika Ratu, LIPI dan Semanggi. Ini menunjukkan bahwa lamanya waktu tinggal di suatu lokasi pencemaran Pb, orang yang bersangkutan akan makin banyak menyerap partikel Pb ke dalam tubuh yang kemudian diakumulasi pada rambut. Kenaikan konsentrasi Pb terjadi lebih cepat pada lokasi Semanggi, Kor Lalu lintas POLRI, dan Mustika Ratu, sedangkan konsentrasi yang lebih rendah adalah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tingginya konsentrasi Pb di dalam rambut di empat lokasi tersebut di atas disebabkan oleh tingginya tingkat kemacetan kendaraan terutama pada jam-jam sibuk. Konsentrasi Pb pada rambut di lokasi-lokasi penelitian masih relatif kecil (lebih kecil dari 2,8-4,8 ppm) yang menunjukkan tingkat pencemaran Pb terhadap orang-orang yang bekerja di lokasi tersebut masih aman. Namun demikian, konsentrasi ini akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya waktu dan tingkat kemacetan di setiap lokasi pengamatan sehingga pada suatu saat keberadaan Pb akan menjadi tidak aman bagi orang-orang yang berada di sekitar lokasi studi karena dapat mengganggu kesehatan mereka. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas, terdapat kecenderungan terjadinya kenaikan konsentrasi Pb pada rambut dengan semakin lamanya orang bekerja di suatu lokasi yang tercemar dengan logam berat Pb. Hal ini disebabkan karena lama pemaparan zat pencemar terhadap tubuh seseorang dipengaruhi oleh waktu pemaparan. Kandungan logam berat Pb pada rambut tidak mutlak berasal dari makanan, minuman ataupun udara yang terhirup masuk ke dalam tubuh, tetapi bisa juga menempel langsung di rambut, bila udara di lingkungan mengandung Pb. Hubungan antara lokasi dengan konsentrasi Pb dalam rambut disajikan seperti dalam Gambar 14. Dari Tabel 35 telah menunjukan signifikan antara kesehatan anggota Polantas dengan penemuan Pb pada rambut. Kesehatan warga masyarakat Pal Merion pada tahun 2005 yang menjerab Pb, menurut Satriyo (2004) telah membuat warga menjadi pemarah dan pada anggota kepolisian Trigger Happy. Gambar 15, menunjukkan bahwa hubungan antara lokasi dengan konsentrasi Pb pada rambut dapat dijelaskan semakin lama tercemar logam Pb, maka konsentrasi Pb dalam rambut semakin tinggi.

9 98 Gambar 15. Grafik hubungan antara lokasi dengan konsentrasi Pb pada rambut. Unsur Timbal / Pb masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dari makanan dan minuman, tetapi juga melalui pernafasan atau melalui kulit dari udara yang tercemar Pb. Semua bahan pangan alami mengandung Pb dalam konsentrasi yang kecil dan dalam proses mempersiapkan makanan konsentrasi Pb mungkin akan bertambah. Pb di dalam rambut, selain berasal dari makanan, udara, dan air, Pb dalam rambut dapat berasal dari cat rambut yang mengandung asetat dan dapat juga berasal dari debu (Cohen dan Roy 1991). Sumber utama pencemar Pb di udara adalah kendaraan bermotor, industri dan sumber yang ada secara alamiah. Rustiawan (1994) menyatakan 60 sampai 70% pencemar udara di perkotaan berasal dari kendaraan bermotor, dan salah satunya adalah Pb. Emisi alami juga melepaskan Pb terutama akibat erosi tanah dan aktivitas gunung berapi. Hasil Penelitian Pb di tahun 2011 Gambar 16, 17, 18. Perbandingan hasil penelitian Pb (ppm), debu (g/m³) dan bising (dba) pada tahun 2008, 2011 dan Desember 2011.

10 99 Pengukuran udara tanggal 13 Februari Debu (ug/nm3) Kebisingan (db A) Pb (ug/nm3) Gambar 16. Hasil pengamatan,pengukuran udara tanggal 13 Februari Pengukuran udara tanggal 11 November 2011 Gambar 17. Pengukuran udara tanggal 11 November 2011

11 100 Pengukuran udara tanggal 5 Desember 2011 Gambar 18. Hasil pengamatan pengukuran udara tanggal 5 Desember Adapun hubungan antara peningkatan pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor terhadap kesehatan manusia khususnya penyakit ISPA seperti pada Tabel 40 dan Gambar 19. Tabel 40. Kasus penyakit ISPA akibat peningkatan jumlah kendaraan di beberapa lokasi pengamatan di Jakarta tahun No. Lokasi Rata-rata Jumlah kendaraan per bulan Kasus Penyakit ISPA 1. BNN 885,6 1, Kor Lalulintas 871, LIPI 883,44 1, Mustika Ratu 873, Jembatan Semanggi 892,08 1,907

12 101 relasi antara jumlandaraan erbulan pada lokasi berbeda (x) dengan Kasus Penyakit ISPA (y) Gambar 19. Regresi dan Korelasi antara jumlah kendaraan terhadap peningkatan penyakit ISPA di Jakarta. Berdasarkan hasil analisis regresi linier seperti pada Gambar 19 menunjukkan bahwa terjadi hubungan linier antara jumlah kendaraan bermotor di Kota DKI Jakarta dengan gangguan kesehatan masyarakat dimana parameter gangguan kesehatan masyarakat yang digunakan adalah penyakit Inpeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dengan kata lain semakin banyak kendaraan yang beroperasi maka gangguan kesehatan manusia akan semakin meningkat dengan persamaan regresi Y = 0,059X dan koefisien korelasi R 2 = 91,98 %. Lokasi pengamatan yang memiliki kasus gangguan kesehatan ISPA tertinggi lebih banyak terjadi di Semanggi dengan jumlah kasus mencapai kasus, sedangkan jumlah kasus tersendah terjadi di lokasi pengamatan Kor Lalulintas MT. Haryono dengan jumkah kasus yang hanya mencapai 489 kasus. Sedangkan hubungan antara jumlah kendaraan bermotor terhadap peningkatan gangguan pendengaran seperti pada Tabel 41 dan Gambar 20.

13 102 Tabel 41. Hubungan antara jumlah kendaraan bermotor dengan gangguan pendengaran masyarakat pada beberapa lokasi penelitian. No. Lokasi Bising (dba) Rata-rata Jumlah kendaraan per Jam Kasus Gangguan pendengaran 1. BNN 74,5-76,3 885, Kor Lalulintas 74,6-76,3 871, LIPI 69,8-70,4 883, Mustika Ratu 71,8-72,6 873, Jembatan Semanggi 68,7-69,5 892,08 80 ubungan antara JumlahKenraan pada setiap Loaksi Berbeda (x) dengan Gangguan Pendengaran (y) Gambar 20. Regresi dan Korelasi antara jumlah kendaraan terhadap peningkatan berlalulintas pada gangguan pendengaran masyarakat di DKI Jakarta. Berdasarkan hasil analisis regresi linier seperti pada Gambar 20 juga menunjukkan bahwa terjadi hubungan linier antara jumlah kendaraan bermotor di Kota Jakarta dengan gangguan pendengaran masyarakat di Kota Jakarta. Dengan kata lain semakin banyak kendaraan yang beroperasi maka gangguan pendengaran akan semakin meningkat dengan persamaan regresi Y = 0,0034X 2.942,1 dan koefisien korelasi R 2 = 95,56 %.

14 103 Untuk kasus gangguan pendengaran, kasus terbanyak terjadi di lokasi pengamatan sekitar Semanggi dengan jumlah kasus sekitar 80 kasus gangguan pendengaran dan terendah di lokasi pengamatan Kor Lalulintas MT. Haryono. Pb sebagai salah satu unsur polutan udara sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Mengingat bahayanya yang sangat besar bagi kesahatan, maka mutlak dikurangi penggunaannya. Beberapa produk bensin tanpa Pb sudah diperkenalkan mulai tahun 1985, yaitu Super TT. Super TT adalah bahan bakar dengan bilangan oktan (RON) sebesar 98. Jenis lain yaitu Petro 2T yang dirancang khusus untuk sepeda motor, adalah bensin tanpa Pb yang dikeluarkan oleh PT Sigma Rancang Perdana. Di awal tahun 1998, produk bensin tanpa Pb yang lain adalah BB2L (Bensin Biru 2 Langkah) dengan harga yang lebih murah daripada premium. Jika membandingkan terhadap bilangan oktan, Super TT mempunyai RON 98, premium 88 dan premix 94. Artinya produk tanpa Pb pun mampu memperpanjang oktan melebihi bensin yang masih mengandalkan unsur Pb. Bensin premium sendiri masih mengandung TEL 0,3 l dan premix 0,45 l (KPBB 1999). Kesimpulan 1. Masih dapat dibuktikan adanya jerapan Pb pada tanaman eceng gondok 5.05, kangkung 4,05 dan 4,35 genjer pada penelitian tahun Pb yang terjerap pada rambut petugas ditandai dengan waktu lamanya mereka bertugas. Lama bertugas 10 sampai 15 tahun di jalan tol terdapat 0,792 dibandingkan dengan 0,252 yang baru bertugas selama kurang dari lima tahun. 3. Regresi dan korelasi antara jumlah kendaraan berlalulintas dengan gangguan pendengaran yaitu menggambarkan semakin banyaknya berlalulintas maka makin besar gangguan pendengaran pada masyarakat disekitarnya. 4. Pb digambarkan menurun sebagai hasil dari regulasi larangan mobil berpolutan masuk kota (Perda DKI Jakarta No. 2 Tahun 2005).

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA Abstrak Tingkat pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat bahkan beberapa kota sudah melampaui ambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang paling banyak kita jumpai di jalan raya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa alat transportasi sangat berperan

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara di Indonesia sebesar 70% disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang menyumbangkan hampir 98% timbal ke udara. Emisi tersebut merupakan hasil samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan akan menyebabkan kualitas lingkungan menurun karena tingginya aktivitas manusia. Perkembangan kota seringkali diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar belakang Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat ini di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan analisis kualitas udara disekitar kemacetan jalan Balaraja Serang. Hal

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan komponen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Tingkat pencemaran udara di Kota Padang cukup tinggi. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya kemajuan dan kestabilan pembangunan nasional menempatkan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai kota metropolitan dengan kondisi perekonomian yang selama

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN No. Responden : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA USU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pencemaran Udara yang Terjadi di Lokasi Penelitian 5.1.1 Potensi pencemaran yang terjadi di lokasi penelitian Kualitas udara dapat diketahui dengan membandingkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada kota-kota besar. Pencemaran udara berasal dari berbagai sumber, antara lain asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dengan sesedikit mungkin memberikan dampak negatif pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe) Gustina Fitri *) ABSTRAK Simpang Empat Bersinyal Kota

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas udara merupakan komponen lingkungan yang sangat penting, karena akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat terutama pada pernafasan. Polutan di

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan luas wilayah 32,50 km 2, sekitar 1,02% luas DIY, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam suatu lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan tersebut dan terkontaminasi zat-zat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi saat ini menjadi masalah yang sangat penting karena dapat mengindikasikan kemajuan suatu daerah. Transportasi sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari dan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dan strategis. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan jalan memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai prasarana untuk memindahkan/transportasi orang dan barang, dan merupakan urat nadi untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara adalah campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udarajuga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu mengenai pencemaran lingkungan terutama udara masih hangat diperbincangkan oleh masyrakat dan komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014. Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU 2014 Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1 Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pesat dapat dilihat dari tingginya jumlah kendaraan seiring dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan dampaknya terhadap kehidupan manusia. Perkembangan transportasi yang semakin pesat dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk di Kota Padang setiap tahun terus meningkat, meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan jumlah transportasi di Kota Padang. Jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Udara merupakan zat yang penting dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian,

Lebih terperinci

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO) PENGARUH JUMLAH KENDARAAN DAN FAKTOR METEOROLOGIS (SUHU, KECEPATAN ANGIN) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI GAS PENCEMAR CO, NO₂, DAN SO₂ PADA PERSIMPANGAN JALAN KOTA SEMARANG (STUDI KASUS JALAN KARANGREJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan sumber daya alam milik bersama yang besar pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk bernafas umumnya tidak atau kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi telah dikenal sebagai salah satu sektor indikatif yng sangat berperan dalam pembangunan ekonomi yang menyeluruh. Perkembangan sektor ini akan secara

Lebih terperinci

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA Berita Dirgantara Vol. 11 No. 2 Juni 2010:66-71 GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA Dessy Gusnita Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Analisa Bulan November Lokasi/Tahun Penelitian SO2 (µg/m 3 ) Pintu KIM 1 (2014) 37,45. Pintu KIM 1 (2015) 105,85 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Udara merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan hidup semua mahluk hidup terutama manusia. Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur mulai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan faktor penting kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal

Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal 1 Turunnya Harga Premium, Tingkatkan Kadar Timbal Eforia yang sedang terjadi di akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 yaitu menurunnya harga bahan bakar minyak untuk ketiga kalinya. Hal ini tentu disambut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... i ii iii vi iv xi xiii xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan yang harus ada antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga

Lebih terperinci

Pencemaran air merupakan persoalan yang terjadi di. sungai dari badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air

Pencemaran air merupakan persoalan yang terjadi di. sungai dari badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran air merupakan persoalan yang terjadi di sungai dari badan air di Indonesia. Sumber pencemaran air terutama disebabkan oleh aktivitas manusia dan dipicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang dengan paparan timbal mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi anemia dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar timbal. Padahal anemia sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya volume dan kapasitas paru-paru manusia hanya dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Tetapi selain itu, faktor penyakit dan aktifitas seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan terutama oleh negara yang sedang berkembang. Karena transportasi menjadi nadi perkembangan suatu negara,

Lebih terperinci

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Beiakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat kompleks terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko tercemar kadmium, tembaga dan timbal.makanan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila salah dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat polusi udara yang semakin meningkat terutama di kota kota besar sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Salah satu penyumbang polusi udara

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Luas Hutan Kota di Kotamadya Jakarta Selatan Berdasarkan Peraturan Penentuan luas hutan kota mengacu kepada dua peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu menurut PP No 62 Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA) RAHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Mesin Otomotif, Politeknik Indonusa Surakarta email : yahya.polinus@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi udara akibat dari peningkatan penggunaan jumlah kendaraan bermotor yang mengeluarkan gas-gas berbahaya akan sangat mendukung terjadinya pencemaran udara dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan di jalan raya merupakan issue yang sedang berkembang saat ini. Menurut data dari WHO dalam Sutawi (2006) sejak penemuan kendaraan bermotor lebih dari seabad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci