PENGARAH Direktur Jenderal PSDKP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARAH Direktur Jenderal PSDKP"

Transkripsi

1 PENGARAH Direktur Jenderal PSDKP PENANGGUNG JAWAB Sekretaris Direktorat Jenderal PSDKP Direktur Pemantauan SDKP dan PIP Direktur Pengawasan Sumber Daya Perikanan Direktur Pengawasan Sumber Daya Kelautan Direktur Kapal Pengawas Direktur Penanganan Pelanggaran KETUA TIM PENYUSUN Kepala Bagian Program Sekretariat Ditjen. PSDKP TIM PENYUSUN Rochman Nurhakim, S.Pt., M.Si Saiful Umam, S.St.Pi Samsu Muarip, A.Md Shieldvia Marisscha, ST Reyne Pesurnay KONTRIBUTOR Sekretariat Direktorat Jenderal PSDKP Direktorat Pemantauan SDKP dan PIP Direktorat Pengawasan Sumber Daya Perikanan Direktorat Pengawasan Sumber Daya Kelautan Direktorat Kapal Pengawas Direktorat Penanganan Pelanggaran DITERBITKAN OLEH Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Gd. Mina Bahari III Lt. 15, Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat Telp. (021) ext 6062, Faks. (021) REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN PSDKP i

2 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas berhasil disusunnya Buku Refleksi 2013 dan Outlook 2014 Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Buku ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Ditjen. PSDKP sebagai institusi yang memiliki tugas dan fungsi mengawasi sumber daya kelautan dan perikanan guna mewujudkan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan (SDKP) yang tertib dan bertanggungjawab. Selama kurun waktu tahun 2013, pengawasan SDKP telah menunjukkan kinerja yang baik dengan tercapainya sasaran yang telah ditentukan dan terpenuhinya kontribusi pengawasan terhadap pencapaian IKU Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu Perairan bebas illegal fishing dan kegiatan yang merusak sebesar 41%. Pencapaian sasaran tersebut diupayakan melalui pelaksanaan program/kegiatan utama pengawasan SDKP sebagaimana yang diuraikan dalam buku ini. Di samping itu, sejalan dengan semangat Reformasi Birokrasi, pada tahun 2013, Ditjen. PSDKP telah mengimplementasikan Balanced Score Card (BSC) dalam pengelolaan kinerjanya. Memasuki tahun 2014, indikator kinerja output maupun outcome telah dirumuskan dan ditetapkan secara lebih jelas dan terukur, untuk kemudian dilaksanakan dan diupayakan pencapaiannya dengan segenap sumber daya yang ada. Selain melanjutkan kebijakan dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya, pada tahun 2014 kegiatan pengawasan lebih ditingkatkan untuk memberikan dukungan terhadap kebijakan prioritas Kementerian Kelautan dan Perikanan antara lain: Minapolitan, Industrialisasi Kelautan dan Perikanan, Blue Economy, Maluku Lumbung Ikan Nasional, dan Pengarus Utamaan Gender. Diharapkan pada tahun 2014, pengawasan SDKP dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pembangunan kelautan dan perikanan demi tercapainya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. Semoga buku Refleksi 2013 dan Outlook 2014 Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dapat memberikan gambaran mengenai kinerja pengawasan SDKP pada tahun 2013 serta prioritas program/kegiatan pada tahun 2014 dalam mendukung pembangunan kelautan dan perikanan. Semoga apa yang tertuang dalam buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu alaikum Wr. Wb. Jakarta, Januari 2014 Direktur Jenderal PSDKP Syahrin Abdurrahman, SE ii REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN PSDKP

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 3 C. Landasan Hukum Pengawasan SDKP... 3 II. PENGELOLAAN PERIKANAN DAN ISU AKTUAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN... 9 A. Pengelolaan Perikanan di Indonesia... 9 B. Isu Aktual Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan III. KERAGAAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN 13 A. Sumber Daya Manusia (SDM) B. Kelembagaan Pengawasan SDKP C. Sarana Pengawasan SDKP D. Prasarana Pengawasan SDKP E. Anggaran IV. RENCANA STRATEGIS PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN A. Visi dan Misi B. Tujuan dan Sasaran C. Arah Kebijakan dan Strategi D. Indikator Kinerja Utama E. Program dan Kegiatan V. CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN A. Pemantauan Kapal Perikanan B. Pengembangan Infrastruktur Pengawasan C. Pengawasan Sumber Daya Perikanan D. Pengawasan Sumber Daya Kelautan E. Operasi Kapal Pengawas F. Penanganan Pelanggaran G. Kerjasama Pengawasan SDKP VI. KEGIATAN PRIORITAS TAHUN A. Prioritas Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan B. Alokasi Anggaran Tahun C. Rencana Kerja Pengawasan SDKP Mendukung Industrialisasi Kelautan dan Perikanan D. Peningkatan Pengawasan Pemanfaatan SDKP Mendukung Industrialisasi Kelautan dan Perikanan Berbasis Industrialisasi dengan Pendekatan Ekonomi Biru (Blue Economy) VII. PENUTUP LAMPIRAN ii REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN PSDKP iii

4 iv REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN PSDKP

5 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat, khususnya masyarakat kelautan dan perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah merumuskan serangkaian kebijakan dan strategi yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun Selanjutnya setiap Unit Kerja Eselon I lingkup KKP menjabarkan RENSTRA tersebut ke dalam pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, sebagai kesatuan yang saling mendukung dan melengkapi antara satu dengan lainnya. Keberadaan Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) sebagai bagian integral dari KKP, merupakan wujud pengukuhan pentingnya pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dalam mewujudkan misi besar pembangunan kelautan dan perikanan untuk mensejahterakan masyarakat. Pokok utama dari tugas dan fungsi pengawasan adalah menjamin terselenggaranya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara tertib dan bertanggungjawab, sehingga keberlanjutannya dapat dipertahankan. Hal ini dilakukan dengan melakukan kegiatan pengawasan dan penegakan hukum sebagaimana amanat Undang-Undang 31/2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang no 45/2009 tentang Perubahan atas Un- REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 1

6 dang-undang No. 31 tahun 2004, dan UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Selama pelaksanaan kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan sejak tahun pertama sampai dengan tahun ke empat pelaksanaan RPJM ke-ii, banyak hal yang sudah dilakukan dan banyak peristiwa sudah tercatat, namun banyak juga hal-hal yang harus dibenahi baik secara internal maupun eksternal. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan telah mengalami kemajuan yang positif, meskipun belum sepenuhnya optimal. Pencapaian penting sejak tahun 2010 s/d 2013 diantaranya dapat dilihat dari jumlah kapal yang diperiksa di laut serta kapal-kapal asing yang di adhoc, jumlah kasus pidana dan pelanggaran yang diproses, jumlah kapal berizin yang memasang VMS, peningkatan ketaatan kapal-kapal berizin, peningkatan pengawasan sumber daya kelautan dan meningkatnya kerjasama internasional, diantaranya kerjasama Indonesia-Australia dalam Indonesia Australia Fisheries Surveillance Forum dan kerjasama implementasi RPOA (Regional Plan of Action) on Promoting Responsible Fishing Practices in the Region yang melibatkan 10 negara ASEAN plus Australia. Refleksi atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama periode RPJMN ke II, khususnya sejak tahun 2010 s/d 2013, perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi sekaligus bekal yang bermanfaat dalam mengantisipasi tantangan tahun 2014 yang merupakan tahun terakhir periode RPJMN ke II. Menyertai Refleksi tersebut, diperlukan pula outlook atas kebijakan, program/kegiatan ke depan untuk melihat keterkaitan antara evaluasi capaian kegiatan tahun lalu dengan perbaikan perencanaan tahun berikutnya. 2 PENDAHULUAN

7 B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Buku Refleksi 2013 dan Outlook 2014 Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan merupakan media untuk mengkomunikasikan kinerja kepada publik yang meliputi kebijakan, program dan pencapaian, agar dapat dijadikan acuan untuk memberikan masukan perbaikan kinerja Ditjen. PSDKP di masa datang. C. Landasan Hukum Pengawasan SDKP NASIONAL: 1. Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang nomor 45 tahun 2009 : Pasal 66 ayat (1): Pengawasan Perikanan dilakukan oleh Pengawas Perikanan. Pasal 66A ayat (1): Pengawas Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 merupakan Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di bidang perikanan yang diangkat oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pasal 67: Masyarakat dapat diikutsertakan dalam membantu Pengawasan Perikanan. Pasal 69: Kapal pengawas perikanan berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI). Pasal 73 ayat (1): Penyidikan tindak pidana di bidang perikanan WPP-NRI dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan, Perwira TNI AL, dan/atau Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia. Pasal 73 ayat (2): Selain penyidik TNI AL, penyidik pegawai negeri sipil perikanan berwenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Pasal 73 ayat (3): Penyidikan terhadap tindak pidana di bidang perikanan yang terjadi di pelabuhan perikanan diutamakan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perikanan. 2. Undang-Undang nomr 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 3

8 3. Undang-Undang nomor 17 tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi Perserikatan Bangsabangsa tentang Hukum Laut); 4. Undang-Undang nomor 21 tahun 2009 tentang Pengesahan Agreement for the Implementation of the Provisions of the United Nation Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982 Relating to the Conservation and Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish Stocks (Persetujuan Pelaksanaan Ketentuan-ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Hukum Laut tanggal 10 Desember 1982 yang berkaitan dengan Konservasi dan Pengelolaan Sediaan Ikan yang Beruaya Terbatas dan Sediaan Ikan yang Beruaya Jauh). INTERNASIONAL: 1. Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS), 1982, yang di antaranya menyebutkan bahwa: a. Negara Pantai (coastal states) harus mengelola sumber daya hayati di Zona Ekonomi Eksklusifnya, agar tidak dimanfaatkan secara berlebihan dan mendukung pengelolaan sumber daya hayati di Laut Lepas. 4 PENDAHULUAN

9 b. Negara Bendera (flag states) harus dapat mengendalikan aktivitas kapal-kapal berbenderanya sesuai dengan ketentuan konservasi dan manajemen sumber daya hayati. c. Negara Pelabuhan (port states) tidak boleh menerima tangkapan hasil pelanggaran ketentuan konservasi dan manajemen di pelabuhannya. d. Negara Pengawasan (inspecting states) melakukan pengawasan aktivitas kapal berbenderanya, serta melakukan penegakan hukum terhadap kapal berbenderanya yang melanggar ketentuan konservasi dan manajemen sumber daya hayati. 2. FAO, Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), 1995 Kode etik perikanan yang bertanggungjawab (CCRF) ditetapkan oleh FAO, dilatarbelakangi oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang tidak bertanggungjawab yang mengancam kelestarian sumber daya perikanan. CCRF menyebutkan beberapa ketentuan yang disepakati negara-negara anggota FAO, di antaranya: a. Negara-negara harus menjamin bahwa hanya operasi penangkapan ikan yang diijinkan di wilayah perairan yurisdiksi negara tersebut. Operasi penangkapan ikan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang bertanggungjawab. b. Negara-negara sesuai dengan hukum internasional, di dalam kerangka kerja organisasi atau tatanan pengelolaan perikanan sub regional, harus bekerjasama menetapkan sistem untuk pemantauan (monitoring), pengendalian (control), pengawasan (surveillance), dan penegakan hukum (law enforcement), berkenaan dengan operasi penangkapan ikan dan kegiatan terkait di perairan di luar yurisdiksi perairan mereka. 3. International Plan of Action to Prevent, Deter and Eliminate Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IPOA-IUU Fishing), 2001 a. IUU fishing merupakan ancaman terhadap kelestarian sumber daya perikanan. IUU fishing melemahkan pengelolaan sumber daya perikanan global. b. Semua negara (pantai, bendera, pelabuhan, dan pengawas) harus mendukung pemberantasan IUU Fishing di perairan yurisdiksinya dan Laut Lepas. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 5

10 c. Semua negara harus melakukan pemantauan (monitoring), pengendalian (control), dan pengawasan (surveillance) secara komprehensif dan efektif, terhadap operasional penangkapan ikan, sejak permulaannya, melalui tempat pendaratan, sampai tujuan akhir, termasuk dengan menerapkan sistem pemantauan kapal perikanan (Vessel Monitoring System/VMS). 4. FAO Agreement for the implementation of the provisions of the Convention relating to the conservation and management of straddling fish and highly migratory fish stock (FAO, Fish Stock Agreement), Agreement ini dilatarbelakangi menurunnya stok ikan beruaya jauh (highly migratory stock) dan menengah (straddling stock), dan melatarbelakangi pembentukan organisasi pengelolaan perikanan regional (Regional Fisheries Management Organizations/RFMOs). Beberapa ketentuannya, di antaranya: a. Negara Pantai harus mendukung pengelolaan sumber daya perikanan beruaya jauh dan menengah di perairan yurisdiksi negara dan laut lepas. b. Ketentuan mengenai MCS disertakan sebagai lampiran Agreement ini, untuk mendukung upaya-upaya konservasi dan pengelolaan perikanan beruaya jauh dan menengah. 5. FAO Model Scheme on Port State Measures to Combat Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (FAO, Port State Measures), Meskipun Indonesia belum meratifikasi ketentuan mengenai Port State Measures, namun perlu diketahui mengenai beberapa ketentuan yang tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek pengawasan SDKP, di antaranya bahwa negara-negara pelabuhan: a. Tidak boleh menerima kapal perikanan yang termasuk dalam daftar kapal-kapal pelaku IUU Fishing di pelabuhannya. b. Dilarang memberikan dukungan kepada kapal perikanan IUU Fishing di pelabuhannya c. Mengimplementasikan skema dokumentasi hasil tangkapan (Catch Documentation Scheme) dan inspeksi pelabuhan (port inspection), untuk memeriksa dan menunjukkan tangkapan yang didaratkan kapal perikanan bukan merupakan hasil IUU Fishing. 6 PENDAHULUAN

11 d. Mengembangkan implementasi sarana dan prasarana pengawasan untuk mendukung skema dokumentasi hasil tangkapan dan inspeksi pelabuhan Negara-negara Uni Eropa telah meratifikasi langkah internasional ini dan mengimplementasikan skema sertifikasi hasil tangkapan (Catch Certificate Scheme) untuk perdagangan produk perikanan dengan negara-negara Uni Eropa. Hampir semua organisasi pengelolaan perikanan regional (RFMOs) telah meratifikasi ketentuan-ketentuan tersebut, termasuk IOTC, CCSBT dan WCPFC. Khusus untuk pengelolaan perikanan di laut lepas, berlaku beberapa ketentuan yang telah disepakati sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia, yang armada perikanan nasionalnya juga beroperasi di laut lepas. Ketentuan tersebut di antaranya: 6. FAO Agreement to promote compliance with International conservation and management measures by fishing vessels on the high seas (FAO, Compliance Agreement), Agreement ini dilatarbelakangi menurunnya stok ikan di Laut Lepas dan praktek kapal perikanan yang dibenderai kembali (re-flaging), untuk melemahkan langkah konservasi dan manajemen perikanan di Laut Lepas. Beberapa ketentuan di antaranya: a. Negara Bendera harus memastikan kapal-kapal yang mengibarkan benderanya, tidak melemahkan langkah-langkah konservasi dan pengelolaan perikanan di laut lepas. b. Negara Bendera harus dapat mengendalikan aktivitas kapal perikanan yang mengibarkan benderanya di laut lepas, agar sesuai dengan langkah konservasi dan pengelolaan perikanan laut lepas. c. Ketentuan mengenai MCS disertakan sebagai lampiran Agreement ini, untuk mendukung upaya-upaya konservasi dan pengelolaan perikanan di laut lepas. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 7

12 8 PENDAHULUAN PENGELOLAAN PERIKANAN DAN ISU AKTUAL PENGAWASAN SDKP

13 Bab 2 PENGELOLAAN PERIKANAN DAN ISU AKTUAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN A. Pengelolaan Perikanan di Indonesia Pengelolaan perikanan di Indonesia meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, dan pemasaran hasil perikanan, yang masing-masing memiliki potensi dan tantangan tersendiri. Khusus dalam bidang pengelolaan perikanan tangkap, maka sesuai ketentuan internasional dan regional, digunakan tools yang dikenal dengan monitoring, control and surveillance [MCS], yaitu: Monitoring: kegiatan untuk memantau tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan aktivitas kapal perikanan. Control: kegiatan untuk mengendalikan pemanfaatan sumber daya perikanan dan aktivitas kapal perikanan agar sesuai dengan ketentuan pengelolaan sumber daya perikanan. Surveillance: kegiatan untuk mengawasi tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan dan aktivitas kapal perikanan. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan proses penegakan hukum (law enforcement) terhadap kapal perikanan yang melanggar ketentuan pengelolaan sumber daya perikanan. Penyelenggaraan MCS pada Kementerian Kelautan dan Perikanan melibatkan beberapa unit eselon-i, yaitu: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, serta Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, sebagaimana diagram di bawah ini. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 9

14 Gambar 1.1 Penyelenggaraan Monitoring, Control, dan Surveillance Pengelolaan Perikanan pada Kementerian Kelautan dan Perikanan MENTERI Monitoring, Control, and Surveillance (MCS) MONITORING CONTROL SURVEILLANCE KEBIJAKAN PEMANFAATAN SDI BALIT- BANG KP Data karakteristik biofisik ikan dan lingkungannya Informasi Sosial- Ekonomi DJ PT S T O C K A S S E S S M E N T DATA STATISTIK OBSERVER, LOG BOOK, PORT INSPECTION PENGATURAN PENGELOLAAN PERIJINAN SKAT SLO PEMANTAUAN: VMS DJ PSDKP DJ KP3K KONSERVASI dan REHABILITASI OPERASI PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM PENANGANAN PELANGGARAN PENG- ADILAN B. Isu Aktual Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Isu pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang menuntut perlunya dilakukan pengawasan terhadap sumber daya kelautan dan perikanan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, meliputi: 1. Bidang Perikanan Tangkap a. Masih maraknya Kegiatan Illegal Fishing di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI) baik yang dilakukan oleh Kapal Ikan Indonesia (KII) maupun Kapal Ikan Asing (KIA). Beberapa modus/jenis illegal fishing yang sering dilakukan oleh KII, antara lain: 1) Penangkapan ikan tanpa Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) maupun Surat Izin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI); 2) Memiliki izin tapi melanggar ketentuan sebagaimana ditetapkan 10 PENGELOLAAN PERIKANAN DAN ISU AKTUAL PENGAWASAN SDKP

15 (a.l: pelanggaran daerah penangkapan ikan, pelanggaran alat tangkap, pelanggaran ketaatan berpangkalan); 3) Pemalsuan/manipulasi dokumen (a.l: dokumen pengadaan, registrasi, dan perizinan kapal); 4) Transshipment di tengah laut; 5) Tidak mengaktifkan transmitter (khusus bagi kapal-kapal yang diwajibkan memasang transmitter); dan 6) Penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, maupun bangunan yang membahayakan pelestarian sumber daya ikan. Adapun kegiatan illegal fishing yang dilakukan oleh KIA adalah pencurian/penjarahan ikan di WPP-NRI. KIA tersebut berasal dari beberapa negara tetangga seperti: Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, China, Taiwan, dan Kamboja. Berdasarkan analisa atas hasil pengawasan yang dilakukan sepanjang tahun 2005 s/d 2012, dapat disimpulkan bahwa intensitas pencurian oleh KIA cenderung meningkat. Sebagian besar pencurian ikan terjadi di ZEEI (Exclusive Economic Zone Indonesia), khususnya di 3 (tiga) wilayah laut, yaitu: Laut China Selatan, Laut Arafura, dan Laut Sulu Sulawesi, disamping juga cukup banyak terjadi di perairan kepulauan (archipelagic state). Jenis alat tangkap yang digunakan oleh KIA adalah alat-alat tangkap produktif seperti purse seine dan trawl. b. Data stok ikan terkini dan reliable belum tersedia c. Beberapa Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) telah mengalami overfishing dan overcapacity. d. Hasil tangkapan nelayan skala kecil tidak terdata dengan baik; e. Terancam punahnya beberapa spesies ikan endemik, seperti: Ikan Lemuru di Selat Bali, Ikan Belida di Sumatera Selatan. 2. Bidang Perikanan Budidaya a. Ekstensifikasi budidaya perikanan yang merusak mangrove; b. Limbah kegiatan budidaya ikan yang menyebabkan pencemaran kawasan pesisir dan laut; c. Pengangkutan ikan hidup yang tidak terkontrol dengan baik. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 11

16 3. Bidang Pengolahan Hasil Perikanan a. Hanya 30-50% dari kapasitas Unit Pengolahan Ikan (UPI) terpasang yang beroperasi, dikarenakan kurangnya pasokan bahan baku; b. Masih mengimpor sebagian bahan baku pengolahan ikan dari negara tetangga yang nota bene luas perairan lautnya jauh lebih kecil dari luas perairan Laut Indonesia. 4. Bidang Pemasaran Hasil Perikanan a. Perbedaan angka produk perikanan yang diekspor dengan produk perikanan yang diimpor; b. Importasi ikan dan produk perikanan yang menyalahi perijinan; c. Ikan berformalin masih ditemui di pasar-pasar tradisional; d. Ekspor hasil perikanan Indonesia terancam diembargo, karena belum dapat membuktikan dilaksanakannya upaya pengelolaan dan konservasi sumber daya ikan secara benar dan baik, sesuai ketentuan internasional dan regional. 5. Bidang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 1. Kerusakan terumbu karang akibat penambangan karang dan penggunaan alat tangkap yang merusak habitat ikan, seperti: bom, racun, dan stroom; 2. Eksploitasi mangrove; 3. Penambangan pasir besi dan pasir laut yang menyebabkan rusaknya ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil; 4. Kegiatan perikanan yang menyebabkan pencemaran perairan pesisir dan laut. 12 PENGELOLAAN PERIKANAN DAN ISU AKTUAL PENGAWASAN SDKP

17 Bab 3 SDKP KERAGAAN PENGAWASAN A. Sumber Daya Manusia (SDM) SDM Pengawasan merupakan potensi penting yang harus terus dikembangkan baik kualitas maupun kuantitasnya guna keberhasilan pengawasan SDKP. Pengembangan SDM sebagai sumber daya pengawasan SDKP, menekankan manusia sebagai pelaku pengawasan yang memiliki etos kerja produktif, keterampilan, kreativitas, disiplin, profesionalisme, loyalitas serta memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maupun kemampuan manajemen. Atas dasar itulah, Ditjen. PSDKP terus berupaya secara bertahap dari waktu ke waktu untuk melakukan pengembangan SDM pengawasan. Sampai dengan tahun 2013, Jumlah keseluruhan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Ditjen. PSDKP tercatat sebanyak 876 orang. Jumlah tersebut menempati 8,50% terhadap total jumlah PNS di Kementerian Kelautan dan Perikanan sebanyak orang. Komposisi pegawai Ditjen. PSDKP berdasarkan Satuan Kerja (Satker) dapat dilihat pada tabel berikut. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 13

18 Tabel 3.1 Komposisi Pegawai Ditjen PSDKP Berdasarkan Satuan Kerja s/d Tahun 2013 NO SATUAN KERJA L P JUMLAH (ORANG) 1 Kantor Pusat ,00 2 Pangkalan PSDKP Jakarta & Satker dibawahnya ,58 3 Pangkalan PSDKP Bitung & Satker dibawahnya Stasiun PSDKP Belawan & Satker di bawahnya Stasiun PSDKP Pontianak & Satker dibawahnya Stasiun PSDKP Tual & Satker di bawahnya ABK Kapal Pengawas Total % Gambar 3.1 Komposisi Pegawai Ditjen PSDKP Berdasarkan Satuan Kerja s/d Tahun % 29% 6% 6% 6% 8% 14% Kantor Pusat Pangkalan PSDKP Jakarta & Satker di bawahnya Pangkalan PSDKP Bitung & Satker di bawahnya Stasiun PSDKP Belawan & Satker di bawahnya Stasiun PSDKP Pontianak & Satker di bawahnya Stasiun PSDKP Tual & Satker di bawahnya ABK Kapal Pengawas Pengembangan dan peningkatan SDM Pengawasan secara kuantitas dilaksanakan secara reguler melalui penerimaan PNS di tingkat pusat. Adapun peningkatan SDM secara kualitas dilakukan melalui berbagai kegiatan pembinaan dan peningkatan kompetensi pengawas (pendidikan dan pelatihan). Melalui pendidikan dan pelatihan tersebut, sampai dengan tahun 2013 jumlah Pengawas Pegawai Negeri Sipil (PPNS) perikanan baik dari pendidikan crash program maupun reguler sebanyak 706 orang dengan rincian seperti pada Tabel KERAGAAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

19 No. Tabel 3.2 Jumlah PPNS berdasarkan Jenis Pelatihan Tahun Tahun Crash Program Jenis Pendidikan Reguler Total Total Keterangan - Note: *): Tahun 2011 dan 2012 tidak dilaksanakan pelatihan PPNS Selain Diklat PPNS Perikanan, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 27/20017 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen. PSDKP menyelenggarakan iklat Polisi Khusus Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (POLSUS WP3K). Dari Diklat tersebut, sampai dengan tahun 2013, jumlah POLSUS WP3K sebanyak 153 orang. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 15

20 NO. Adapun rincian jumlah Awak Kapal Pengawas (AKP) Ditjen. PSDKP s/d tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Jumlah Awak Kapal Pengawas (AKP) Ditjen. PSDKP s/d Tahun 2013 NAMA KAPAL JUMLAH PERSONEL (ORANG) 1 KP. BARRACUDA KP. BARRACUDA KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU KP. HIU MACAN KP. HIU MACAN KP. HIU MACAN KP. HIU MACAN KP. HIU MACAN KP. HIU MACAN KP. HIU MACAN TUTUL KP. TODAK KP. TODAK KP. TAKALAMUNGAN 9 23 KP. PADAIDO 9 24 KP. AKAR BAHAR 6 25 KP. PAUS TENAGA KONTRAK 56 TOTAL KERAGAAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

21 B. Kelembagaan Pengawasan SDKP 1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengawasan SDKP Peran dan fungsi utama UPT dan Satker Pengawasan adalah melakukan operasional pengawasan SDKP di wilayah yang menjadi kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, UPT dan Satker pengawasan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat. Sampai dengan tahun 2013, Ditjen. PSDKP telah membentuk 5 (lima) UPT Pengawasan (Pangkalan Pengawasan SDKP Jakarta, Pangkalan Pengawasan SDKP Bitung, Stasiun Pengawasan SDKP Belawan, Stasiun Pengawasan SDKP Pontianak, dan Stasiun Pengawasan SDKP Tual), 58 Satker Pengawasan dan 130 Pos Pengawasan yang tersebar di lokasilokasi strategis di seluruh Indonesia. 2. Pengadilan Perikanan Keberadaan pengadilan perikanan yang merupakan amanat UU No. 31/2004 tentang Perikanan, Pasal 71 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 45 tahun 2009, utamanya ditujukan untuk lebih mengefektifkan proses penanganan kasus-kasus pelanggaran di bidang perikanan. Pembentukan Pengadilan Perikanan dilakukan melalui kerjasama dengan Mahkamah Agung, sehingga keberadaannya terintegrasi dengan Pengadilan Negeri setempat. Dalam kurun waktu tahun 2007 s/d 2013, Ditjen. PSDKP telah membentuk 7 (tujuh) Pengadilan Perikanan di 7 (tujuh) lokasi yang dianggap sebagai daerah dengan intensitas pelanggaran bidang kelautan dan perikanan yang cukup tinggi, yaitu: Provinsi Sumatera Utara-Belawan, Provinsi DKI Jakarta-Jakarta Utara, Provinsi Kalimantan Barat-Pontianak; Provinsi Sulawesi Utara-Bitung, Provinsi Maluku-Tual, Provinsi Kepulauan Riau- Ranai dan Tanjung Pinang. Pada tahun 2013, Ditjen. PSDKP juga telah memproses pengembangan Pengadilan Perikanan di 3 (tiga) lokasi, yaitu : Ambon, Merauke, dan Sorong. Draft Keputusan Presiden tentang Pembentukan Pengadilan Perikanan sudah diparaf oleh Ketua MA, Menteri Keuangan dan Menteri PAN & RB dan saat ini dalam proses pengajuan untuk ditandatangani oleh Presiden RI. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 17

22 Gambar 3.3 Sebaran Pengadilan Perikanan KETERANGAN: 1. Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Medan 2. Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjung Pinang 3. Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Ranai 4. Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara 5. Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Pontianak 6. Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Bitung 7. Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tual C. Sarana Pengawasan SDKP Dukungan sarana yang memadai sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pengawasan SDKP. Oleh karena itu disamping mengembangkan SDM dan kelembagaan pengawasan SDKP, Ditjen PSDKP juga melakukan pengembangan sarana pengawasan SDKP secara bertahap. Sampai dengan tahun 2013, sarana pengawasan SDKP yang telah dimiliki Ditjen. PSDKP diuraikan sebagai berikut. 1. Vessel Monitoring System (VMS) Vessel Monitoring System (VMS)/Sistem Pemantauan Kapal Perikanan merupakan salah satu bentuk sistem pengawasan di bidang penangkapan dan/atau pengangkutan ikan berbasis teknologi tingkat tinggi. Implementasi VMS mengunakan satelite dan pemasangan transmitter pada kapal-kapal penangkap ikan agar kegiatan penangkapan ikan dapat dipantau untuk keperluan pengawasan SDKP. 18 KERAGAAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

23 Hal-hal yang dapat dipantau melalui VMS antara lain mencakup: posisi kapal, kecepatan kapal, laur lintasan/tracking, dan waktu terjadinya kegiatan yang terindikasi melakukan pelanggaran. Informasi ini selanjutnya akan dianalisa dan dievaluasi guna menentukan tindakan adminstratif ataupun penegakan hukum sesuai aturan yang berlaku terhadap kapal-kapal yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengaktifkan transmitter pada saat beroperasi dan terbukti melakukan kegiatan penangkapan ikan secara ilegal. Sebagai basis pemantauan (monitoring base) Ditjen. PSDKP telah membangun Fishing Monitoring Center (FMC) yang bertempat di Kantor Pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan (Gedung Mina Bahari II Lt. 15) dan Regional Fishing Monitoring Center di 5 (lima) UPT Pengawasan (Jakarta, Medan, Pontianak, Bitung, dan Tual). Baik FMC maupun RFMC difungsikan sebagai pusat kendali dan analisa/evaluasi pemantauan kapal perikanan. Kebijakan-kebijakan terkait dengan VMS / Sistem Pemantauan Kapal Perikanan terus diperbaharui sejalan dengan perkembangan strategis dunia perikanan dan perkembangan teknologi pengawasan SDKP. Kebijakan terbaru mengenai sistem pemantauan kapal perikanan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan Perikanan Nomor. PER. 10/MEN/2013 tentang Penyelenggaranaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. Jumlah kapal >30GT yang wajib memasang transmitter sesuai Data Sharing System sampai tanggal 27 Desember 2013 adalah kapal. Sedangkan jumlah transmitter yang terpasang sampai tanggal 27 Desember 2013 adalah transmitter. Transmitter yang tidak aktif disebabkan oleh beberapa hal yaitu transmitter rusak, kapal sedang docking, atau transmitter dimatikan dengan sengaja. 2. Kapal Pengawas Sesuai dengan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Kapal Pengawas berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan. Sejak tahun 2001 s/d 2013, untuk melakukan fungsi tersebut, Ditjen. PSDKP telah membangun 27 Kapal Pengawas Perikanan dalam berbagai tipe/ukuran (ukuran 14 m REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 19

24 42 m), 1 unit Kapal Pengawas Sumber Daya Kelautan, dan 86 Speedboat pengawasan (ukuran 6 m 12 m). Keragaan Kapal Pengawas Ditjen. PSDKP sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.4 Keragaan Kapal Pengawas s/d Akhir Tahun 2013 NO TIPE KAPAL PENGAWAS JUMLAH (UNIT) UKURAN (M) BAHAN 1 KP Hiu Macan Tutul 2 42 Baja + Aluminium 2 KP Hiu Macan 4 36 Baja 3 KP Hiu Macan 2 36 Fiberglass 4 KP Hiu 1 30 Aluminium 5 KP Hiu Fiberglass 6 KP Takalamongan 1 23 Fiberglass 7 KP KP Padaido 1 23 Fiberglass 8 KP Todak 2 18 Fiberglass 9 KP Barracuda 2 17 Fiberglass 10 KP Paus 1 42 Baja 11 KP. Akar Bahar 1 14 Fiberglass JUMLAH : 27 Untuk dapat mengawasi seluruh Wilayah Pengelolan Perikanan (WPP- NRI), diperlukan Kapal Pengawas yang memadai baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Ditjen. PSDKP secara bertahap terus melakukan penambahan kapal pengawas sesuai kebutuhan serta mengupayakan peningkatan operasional dan pemeliharaannya. 3. Speedboat Pengawasan Selain kapal pengawas, Ditjen. PSDKP juga telah membangun Speedboat pengawasan SDKP untuk menjangkau perairan yang tidak dapat dilayari oleh kapal pengawas. Speedboat tersebut ditempatkan pada UPT pengawasan SDKP maupun pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/ Kabupaten/Kota, terutama daerah yang dianggap rawan pelanggaran. 20 KERAGAAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

25 Sampai dengan tahun 2013 Speedboat pengawasan yang telah dibangun oleh Ditjen. PSDKP sebanyak 86 unit dengan berbagai ukuran (6m -16m). Detail jumlah speedboat dan lokasi penempatannya dapat dilihat pada Lampiran Alat Komunikasi Pengawas Alat komunikasi pengawas (ALKOMWAS) yang berupa radio merupakan sarana penunjang pengawasan yang sangat penting karena memiliki link atau jaringan yang luas yang bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. ALKOMWAS digunakan untuk koordinasi dan melaporkan kegiatan pengawasan SDKP antara pusat (Pusat Komando dan Pengendalian/ PUSKODAL) dengan UPT Pengawasan, Pusat dengan daerah (Prov/Kab/ Kota), antar daerah, maupun dengan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS). Sampai dengan tahun 2013, telah tersebar 61 unit ALKOMWAS di seluruh Indonesia. D. Prasarana Pengawasan SDKP Dalam melaksanakan kegiatan pengawasan, selain dibutuhkan sarana juga dibutuhkan prasarana yang memadai. Prasarana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pengawasan SDKP diantaranya berupa Gedung Kantor Pengawasan, Dermaga dan Kolam Labuh untuk kapal hasil tangkapan, Ruang Pemeriksaan, Ruang Penyimpanan Barang Bukti, Detention Center, Mess Operator, Mess ABK di Pangkalan dan Stasiun Pengawasan SDKP, serta Kantor Pengawasan di Satuan Kerja dan Pos Pengawasan SDKP. Penyediaan prasarana pengawasan sampai saat ini masih dihadapkan pada terbatasnya anggaran, sehingga belum seluruh Satker dan Pos Pengawasan SDKP dilengkapi dengan prasarana pendukung yang memadai. Sampai saat ini, masih terdapat satker dan pos pengawasan SDKP yang belum memiliki bangunan kantor untuk melaksanakan pelayanan terhadap nelayan terutama yang berkaitan dengan penerbitan Surat laik Operasi [SLO]. Sampai dengan tahun 2013, keragaan prasarana pengawasan SDKP dapat dilihat pada tabel berikut. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 21

26 Tabel 3.5 Keragaan Prasarana Pengawasan SDKP JENIS PRASARANA JUMLAH Kantor Pengawas 35 Mess Operator 28 Mess ABK 9 Gudang Barang Bukti 15 Ruang Penahanan ABK Non-Yustitia 5 Pos Pengawasan 15 Dermaga 4 Bunker BBM 2 Garasi Speedboat 2 E. Anggaran 22 Perkembangan alokasi anggaran untuk melaksanakan pengawasan SDKP dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2013 dan rencana tahun 2014, disajikan pada Tabel 3.6. TAHUN Tabel 3.6 Perkembangan Alokasi Anggaran Pengawasan SDKP ALOKASI [Rp.000] (Rp. 000) KERAGAAN PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

27 Bab 4 RENSTRA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: PER. 15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, tugas dan fungsi pelaksanaan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan diemban oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) yang merupakan salah satu unit Eselon I pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). A. Visi dan Misi Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Ditjen. PSDKP telah menetapkan Visi: Indonesia bebas Illegal Fishing dan kegiatan yang Merusak Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan, maka dirumuskan Misi sebagai berikut : 1. Melaksanakan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dalam rangka melestarikan sumber daya kelautan dan perikanan; dan 2. Melaksanakan penegakan peraturan perundangan-undangan di bidang kelautan dan perikanan. B. Tujuan dan Sasaran Untuk mengetahui secara tepat apa yang harus dilaksanakan dalam memenuhi Visi dan Misi yang telah ditetapkan, Ditjen. PSDKP telah menjabarkan Visi dan Misi ke dalam Tujuan dan Sasaran sebagai berikut: REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 23

28 Tujuan : 1. Melindungi sumber daya kelautan dan perikanan dari pengrusakan dan kegiatan illegal; 2. Mewujudkan ketaatan terhadap peraturan perundangan bidang kelautan dan perikanan. Sasaran : Berdasarkan kepada Misi dan Tujuan, telah ditetapkan Sasaran pengawasan SDKP dengan uraian sebagai berikut: 1. Terpantaunya kegiatan pemanfaatan SDKP pada WPP-NRI secara terintegrasi dan terpenuhinya infrastruktur pengawasan secara akuntabel dan tepat waktu; 2. Meningkatnya cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-RI yang terawasi dari kegiatan ilegal dan/atau yang merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya 3. Meningkatnya cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) yang terawasi dari Illegal Fishing; 4. Meningkatnya Kapal Perikanan yang Laik Operasi Penangkapan Ikan dan usaha pengolahan, pemasaran hasil perikanan dan budidaya ikan yang sesuai dengan ketentuan; 5. Terselesaikannya tindak pidana perikanan secara akuntabel dan tepat waktu. C. Arah Kebijakan dan Strategi Arah kebijakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan periode tahun adalah: Meningkatkan Kapasitas dan Kapabilitas Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Guna Menegakkan Undang-Undang Bidang Kelautan dan Perikanan dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Bebas IUU Fishing dan kegiatan yang Merusak Lingkungan. Dalam upaya mewujudkan arah kebijakan tersebut, maka ditetapkan 6 (enam) strategi implementatif, meliputi : 1. Meningkatkan Koordinasi Lintas Institusi Penegak Hukum di Laut, dilaksanakan melalui: a. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan operasi dengan BAKOR- KAMLA, TNI-AL, POLAIR, TNI-AU; 24 RENCANA STRATEGIS PENGAWASAN SDKP TAHUN

29 b. Pertukaran data dan informasi dengan TNI-AL, POLAIR, TNI-AU; c. Pengembangan dan penguatan forum penegak hukum; d. Peningkatan koordinasi penanganan barang bukti tindak pidana bidang kelautan dan perikanan. 2. Pengembangan dan Penguatan Kelembagaan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Daerah, dilaksanakan melalui: a. Pembentukan dan pengembangan lembaga pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan; b. Rekruitmen SDM pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan berkualitas dan pembinaan karier; c. Pengembangan sarana dan prasarana pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan; d. Pembenahan tata laksana; e. Penyusunan Prosedur Operasional Standar [POS], JUKLAK, JUKNIS. f. Penyelenggaraan Bimbingan Teknis UPT/SATKER/ POS Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. 3. Pengembangan dan Penerapan Sistem Pengawasan Terpadu [Integrated Surveillance System/ISS], dilaksanakan melalui: a. Pengembangan sistem pemantauan, baik terhadap kapal perikanan berijin [cooperative object] maupun kapal perikanan illegal [noncooperative object]; b. Peningkatan efektivitas operasi kapal pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, dengan mengubah pola operasi dari patrolling menjadi intercept; c. Memenuhi infrastruktur pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan untuk melaksanakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal. 4. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan [POKMASWAS], dilaksanakan melalui: a. Meningkatkan sinergi pemanfaatan sumber daya dan dana dalam meningkatkan kinerja pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dengan berbagai stakeholders; REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 25

30 b. Memfasilitasi pengembangan POKMASWAS; c. Melakukan pembinaan teknis POKMASWAS. 5. Meningkatkan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, dilaksanakan melalui: a. Peningkatan kualitas penyelenggaraan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter dan Surat Laik Operasi [SLO]; b. Peningkatan pemeriksaan atas kapal perikanan, sebelum melaut dan pada saat pendaratan hasil tangkapan; c. Pengawasan atas usaha pembudidayaan ikan; d. Pengawasan atas pengolahan hasil perikanan; e. Fasilitasi klaim ganti rugi atas kasus-kasus pencemaran; f. Pengawasan kawasan konservasi, pemanfaatan ekosistem perikanan [mangrove, terumbu karang, padang lamun, dlsb]; g. Pengawasan pemanfaatan BMKT, pasir laut, jasa kelautan, dsb. 6. Meningkatkan Kerjasama Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan di Tingkat Nasional, Regional dan Internasional, dilaksanakan melalui: a. Pengembangan Regional Plan of Action to Promote Responsible Fisheries, Including To Combat Illegal Fishing; b. Meningkatkan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan untuk memenuhi ketentuan berbagai Resolusi Organisasi Pengelolaan Perikanan Regional [Regional Fisheries Management Organizations/RFMOs]; c. Fasilitasi aspirasi PEMDA dan stakeholders lainnya dalam mendukung penyelenggaraan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. D. Indikator Kinerja Utama Berdasarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan tahun , maka ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan program pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. IKU Ditjen. PSDKP pada 2 (dua) tahun periode akhir Renstra sebagaimana disajikan pada Tabel RENCANA STRATEGIS PENGAWASAN SDKP TAHUN

31 Tabel 4.1 Indikator Kinerja Utama Ditjen. PSDKP Tahun NO INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) yang terawasi dari illegal fishing 2 Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) yang terawasi dari kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan 3 Persentase penyelesaian penyidikan tindak pidana perikanan secara akuntabel dan tepat waktu TARGET % 27 % 25 % 37 % 73 % 74 % E. Program dan Kegiatan Sesuai tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) bertanggungjawab menyelenggarakan program pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, dengan 6 [enam] kegiatan, meliputi: 1. Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan; 2. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan; 3. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan; 4. Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas; 5. Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan; 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PSDKP. Seluruh kegiatan tersebut, diarahkan untuk pencapaian IKU pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan melalui pencapaian sasaran kegiatan dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai berikut: 1. Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan. Sasaran kegiatan Terpantaunya kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan pada WPP-NRI secara terintegrasi dan terpenuhinya infrastruktur pengawasan secara akuntabel dan tepat waktu, dengan indikator kinerja kegiatan: REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 27

32 a. Jumlah pemenuhan sistem pemantauan sumber daya kelautan dan perikanan yang terintegrasi dan akuntabel; b. Persentase pemanfaatan sumber daya kelautan yang dapat dipantau; c. Persentase pemanfaatan sumber daya perikanan yang dapat dipantau; d. Jumlah pemenuhan infrastruktur pengawasan sesuai kebutuhan yang memadai secara akuntabel dan tepat waktu. 2. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan Sasaran kegiatan Meningkatnya kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan dan usaha pengolahan, pemasaran hasil perikanan dan budidaya ikan yang sesuai dengan ketentuan, dengan indikator kinerja kegiatan: a. Persentase kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan di wilayah barat; b. Persentase kapal perikanan yang laik operasi penangkapan ikan di wilayah timur; c. Persentase usaha budidaya ikan yang sesuai dengan ketentuan; d. Persentase usaha pengolahan, pemasaran dan pengangkutan hasil perikanan yang sesuai dengan ketentuan; e. Jumlah Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang berperan aktif dalam kegiatan pengawasan SDKP. 3. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan Sasaran kegiatan Meningkatnya cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan ilegal dan/atau yang merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya, dengan indikator kinerja kegiatan : a. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan dan pemanfaatan ekosistem dan kawasan konservasi perairan ilegal dan/atau yang merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya; b. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan WPP-NRI yang terawasi dari kegiatan Pencemaran Perairan yang merusak sumber daya ikan 28 RENCANA STRATEGIS PENGAWASAN SDKP TAHUN

33 dan/atau lingkunganya; c. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari pemanfaatan wilayah pesisir dan PPK yang ilegal dan/ atau merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya; d. Persentase cakupan wilayah pesisir dan lautan pada WPP-NRI yang terawasi dari pemanfaatan jasa kelautan dan sumber daya non hayati yang ilegal dan/atau merusak sumber daya ikan dan/atau lingkungannya. 4. Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas Sasaran kegiatan Meningkatnya cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP-NRI) yang terawasi dari Illegal Fishing, dengan indikator kinerja kegiatan: a. Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan [WPP-NRI] bagian barat yang terawasi dari illegal fishing; b. Persentase cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan [WPP-NRI] bagian timur yang terawasi dari illegal fishing; c. Persentase pemenuhan kebutuhan awak kapal pengawas yang profesional sesuai kualifikasi; d. Persentase kesiapan kapal pengawas untuk melaksanakan operasi pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. 5. Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Sasaran kegiatan Terselesaikannya tindak pidana perikanan secara akuntabel dan tepat waktu yang diukur, dengan indikator kinerja kegiatan: a. Persentase penyelesaian tindak pidana perikanan yang disidik secara akuntabel dan tepat waktu; b. Persentase penanganan barang bukti dan awak kapal secara akuntabel; c. Jumlah Forum koordinasi antar aparat penegak hukum yang terbentuk/diselenggarakan [Provinsi/Kali]; d. Jumlah PPNS Perikanan yang dididik dan ditingkatkan kompetensinya [orang]. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 29

34 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Ditjen. PSDKP Sasaran kegiatan Terlaksananya perencanaan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program dan anggaran, pembinaan SDM, fasilitasi penyiapan produk kebijakan publik, pelayanan informasi kepada masyarakat dan dukungan kelancaran pelaksanaan tugas secara terintegrasi dan tepat waktu dengan administrasi yang akuntabel di lingkungan Ditjen. PSDKP, dengan indikator kinerja kegiatan : a. Jumlah dokumen perencanaan dan penganggaran yang akuntabel dan tepat waktu; b. Laporan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal PSDKP yang terintegrasi dan tepat waktu dengan data yang akurat; c. Jumlah Kerjasama bidang Pengawasan SDKP yang dilaksanakan secara terintegrasi; d. Laporan pengelolaan administrasi kepegawaian yang ditetapkan secara akuntabel dan tepat waktu; e. Jumlah Pejabat Fungsional Pengawas Perikanan yang Berkompeten; f. Calon Awak Kapal Pengawas dan Pengawas Perikanan yang berkompeten; g. Jumlah Kebijakan Publik Bidang Pengawasan SDKP yang diselesaikan [Dokumen]; h. Jasa Kegiatan Bantuan Hukum yang dilaksanakan; i. Juknis dan juklak tata laksana (Pelayanan) yang diterbitkan; j. Jumlah Publikasi dan pelayanan informasi kepada maysarakat yang diselesaikan; k. Jumlah laporan keuangan dan BMN secara akuntabel dan tepat waktu; l. Pelayanan Penatausahaan, pengelolaan perlengkapan dan rumah tangga yang dilaksanakan secara akuntabel dan tepat waktu. 30 RENCANA STRATEGIS PENGAWASAN SDKP TAHUN

35 Bab 5 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013 A. Pemantauan Kapal Perikanan Dari kegiatan pemantauan kapal perikanan dengan menggunakan Vessel Monitoring System (VMS), diperoleh data kinerja transmitter VMS on-line dari tahun 2010 s/d 2013 sebagai berikut : TAHUN JUMLAH TRANSMITTER VMS DIPASANG Tabel 5.1 Kinerja Transmitter VMS on-line Tahun 2013 JUMLAH TRANSMITTER VMS TERINTEGRASI JUMLAH TRANSMITTER VMS YANG AKTIF PERSENTASE KEAKTIVAN TRANSMITTER VMS ,64 % ,46 % ,12 % ,68 % Keterangan: Penyebab ketidakaktifan transmitter pada Kapal Perikanan, yaitu : - Kapal dalam perbaikan tahunan (docking) - Kapal dalam kondisi rusak - Sengaja tidak mengaktifkan REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 31

36 Berdasarkan hasil analisis pergerakan operasional kapal perikanan yang telah memasang dan mengaktifkan transmitter VMS pada tahun 2013, diperoleh data indikasi pelanggaran operasional kapal-kapal perikanan seperti yang disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Rekapitulasi Hasil Pemantauan Menggunakan VMS Tahun 2013 NO INDIKASI PELANGGARAN JUMLAH 1 Transhipment 26 2 Territorial 78 3 Transhipment dan Territorial 2 4 Membawa hasil tangkapan langsung ke luar negeri 4 5 Melanggar Fishing Ground Tidak masuk pelabuhan check point 7 Total 229 Terhadap perusahaan/pemilik kapal perikanan yang tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan, dilakukan tindakan dengan memberikan Peringatan-I, Peringatan-II, dan Peringatan-III. Selanjutnya, apabila peringatan-peringatan tersebut tidak diindahkan, Ditjen. PSDKP menyampaikan Rekomendasi Pencabutan Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. B. Pengembangan Infrastruktur Pengawasan 1. Pembangunan Kapal Pengawas Keberadaan kapal pengawas merupakan amanat Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Kapal tersebut berfungsi melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum di bidang perikanan dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-NRI). Sampai dengan akhir tahun 2013 Ditjen. PSDKP telah memiliki 27 unit Kapal Pengawas Perikanan dengan berbagai ukuran. Khusus tahun 2013, KKP telah membangun 1 (satu) unit Kapal Pengawas Perikanan ukuran 32 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

37 30 m terbuat dari alumunium dan 1 (satu) unit berukuran 42 m terbuat dari baja. Pendanaan pembangunan kedua kapal tersebut bersumber dari APBN. Untuk meningkatkan kinerja pengawasan di laut, selain dari APBN, Ditjen. PSDKP mengupayakan pembangunan Kapal Pengawas Perikanan melalui proyek Sistem Kapal Inspeksi Perikanan Indonesia (SKIPI) yang pendanaannya bersumber dari pinjaman hibah luar negeri (PHLN). Pada bulan November 2013, telah diresmikan peletakan lunas kapal (keel laying) sebagai tanda dimulainya pekerjaan pembangunan 4 (empat) unit kapal SKIPI ukuran 60 meter terbuat dari baja yang direncanakan selesai pada tahun Pembangunan Speedboat Pengawasan Untuk mendukung pelaksanaan operasional pengawasan SDKP di daerah, pada tahun 2013 KKP telah membangun Speedboat Pengawasan ukuran 12 m sebanyak 10 unit untuk dialokasikan pada Dinas Kelautan dan Perikanan dan Satuan Kerja Pengawasan SDKP. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2013, jumlah Speedboat Pengawasan SDKP menjadi 86 [delapan puluh enam] unit. Rincian jumlah, jenis dan alokasi penempatan Speedboat Pengawasan SDKP tahun 2013 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 5.3. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 33

38 Tabel 5.3 Pembangunan Speedboat Pengawasan SDKP Tahun 2013 NO JENIS SPEEDBOAT 1 Napoleon 19 (bahan FRP, in board engine) 2 Napoleon 20 (bahan FRP, in board engine) 3 Napoleon 21 (bahan FRP, in board engine) 4 Napoleon 22 (bahan FRP, in board engine) 5 Napoleon 23 (bahan FRP, in board engine) 6 Napoleon 24 (bahan FRP, in board engine) 7 Napoleon 25 (bahan FRP, in board engine) 8 Napoleon 26 (bahan FRP, in board engine) 9 Napoleon 27 (bahan FRP, in board engine) 10 Napoleon 28 (bahan FRP, in board engine) UKURAN (meter) PENEMPATAN 12 Diskanlut Kab. Batubara 12 Diskanlut Prov. NTT 12 Diskanlut Prov. Jambi 12 Diskanlut Diskanlut Kab. Nias Selatan 12 Diskanlut Kab. Banggai 12 Diskanlut Kab. Badung 12 Satker PSDKP Labuhan Lombok 12 Satker PSDKP Batam 12 Satker PSDKP Tarempa 12 Satker PSDKP Lampulo Pada tahun 2014, melalui APBN Ditjen. PSDKP telah merencanakan pembangunan 3 [tiga] unit speedboat pengawasan berukuran 8-12 meter di lokasi Satker Bungus, Satker Bacan, dan DKP Kabupaten Pesisir Selatan. 3. Pembangunan Prasarana Pengawasan SDKP Melengkapi prasarana yang telah ada hingga akhir tahun 2012, pada tahun 2013 Ditjen. PSDKP membangun sejumlah prasarana pengawasan sebagai berikut: 34 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

39 Tabel 5.4 Pembangunan Prasarana Pengawasan SDKP Tahun 2013 NO UPT PENGAWASAN SDKP 1 Pangkalan Pengawasan SDKP Jakarta 2 Pangkalan Pengawasan SDKP Bitung 3 Stasiun Pengawasan SDKP Pontianak 4 Stasiun Pengawasan SDKP Belawan 5 Stasiun Pengawasan SDKP Tual PEMBANGUNAN PRASARANA PENGAWASAN - Tahap II Kantor Pangkalan PSDKP Jakarta - Kantor Satker PSDKP Probolinggo - Gudang Barang Bukti Satker PSDKP Brondong - Renovasi Mess ABK Satker PSDKP Gorontalo - Ruang Perlengkapan - Bangunan Pembinaan Mental dan Rohani ABK & Para Pegawai Pangkalan PSDKP Bitung - Pos PSDKP di Bau bau dan Wakatobi - Kantor dan Gudang Barang Bukti di Satker PSDKP Batam - Mess Operator Pos PSDKP Entikong - Kantor Satker PSDKP Moro - Jalan Lingkungan Satker PSDKP Tarempa dan Pos PSDKP Entikong - Bangunan Perwira - Kantor Pelayanan Terpadu - Penampungan Sementara ABK Non Yustisia - Mess Operator Satker PSDKP Tanjungpandan - Pagar dan Drainase Stasiun PSDKP Tual - Pagar Satker PSDKP Fakfak 4. Pengembangan Integrated Surveillance System [ISS] ISS merupakan sistem pengawasan yang dilakukan secara terintegrasi menggunakan peralatan pemantauan berbasis satelit dan radar, termasuk pengawasan menggunakan kapal udara atau airborne surveillance. Pada prinsipnya, ISS dimaksudkan untuk mengoptimalkan kerjasama pengawasan antar aparat penegak hukum di laut [BAKORKAMLA, TNI AL, TNI AU, POLRI, BEA Cukai, Perhubungan Laut] melalui pemanfaatan moda pengawasan yang dimiliki oleh masing-masing instansi, agar pengawasan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dan lebih terkoordinasi. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 35

40 Dalam rangka pengembangan ISS, sampai dengan tahun 2013 telah dibentuk POKJA ISS, Grand Design dan Blue Print ISS. Selanjutnya dalam rangka implementasi ISS telah dirumuskan 3 (tiga) alternatif, yaitu : - Jangka Pendek: Pertukaran data hasil pemantauan masing-masing instansi; - Jangka Menengah: Pembentukan pusat data (data centre) yang diawaki admin masing-masing instansi; - Jangka Panjang: Peeburan tugas dan fungsi. C. Pengawasan Sumber Daya Perikanan NO 1. Bidang Perikanan Tangkap Pengawasan kapal perikanan di pelabuhan dilakukan melalui instrumen pengawasan kapal perikanan seperti HPK-SLO dan Buku Lapor Pangkalan. HPK-SLO digunakan sebagai instrumen pengawasan untuk mengetahui kelengkapan persyaratan administratif dan kelaikan teknis kapal perikanan, sedangkan Buku Lapor Pangkalan merupakan instrumen pengawasan yang digunakan untuk mengetahui ketaatan berpangkalan kapal perikanan. Tingkat ketaatan kapal perikanan di wilayah Barat dan Timur selama kurun waktu dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 5.5 Rekapitulasi Tingkat Ketaatan Kapal Perikanan Tahun LOKASI TINGKAT KETAATAN KAPAL PERIKANAN (%) Wilayah Barat 73,17% 82,00% 86,00% 99% 2. Wilayah Timur 81,54% 99,29% 99,80% 99,8% Berdasarkan Tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2013, terdapat peningkatan ketaatan kapal perikanan layak operasi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 2. Bidang Pengolahan Hasil Perikanan Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran Hasil Perikanan SDKP selama 2013 diuraikan sebagai berikut: 36 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

41 a. Kegiatan Evaluasi Hasil Verifikasi Pengawasan Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan Pemasaran Ikan. Kegiatan verifikasi terhadap Unit Pengolahan Ikan baik skala Micro, Kecil, Menengah dan Besar dilakukan dengan cara memeriksa kesesuaian dokumen yang dimiliki Unit Pengolah Ikan (UPI) berupa SIUP, SKP dan HACCP dengan kondisi existing serta untuk memastikan terselenggaranya Pengolahan Ikan sesuai dengan Sistem Jaminan Mutu dan Kemanan Hasil Perikanan. Pada tahun 2013, telah dilakukan verifikasi dan pengawasan terhadap 34 Unit usaha pengolahan di 8 Lokasi (Tegal, Tual, Karawang, Banten, Makassar, Sorong, Cirebon dan Palabuhan Ratu) sebagai salah satu upaya mendukung kebijakan Industrialisasi Perikanan. Dari hasil verifikasi tersebut masih ditemukan pelanggaran ketidaksesuaian dokumen yang dilakukan oleh UPI, sehingga perlu adanya peningkatan koordinasi antar unit Eselon I lingkup KKP dan instansi terkait lainnya. b. Kegiatan Identifikasi dan Verifikasi Ekspor Impor Hasil Perikanan. Pengendalian kegiatan importasi ikan diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 15 tahun 2011 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tahun 2013 pengawasan terhadap distribusi keluar masuk ikan dan produk perikanan dilaksanakan di 5 (lima) lokasi, yaitu: Medan, Jakarta, Surabaya, Makasar dan Entikong. Pengawasan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan unit Eselon I KKP (Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan (BKIPM-HP), serta instansi terkait lainnya (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai- Kementerian Keuangan). c. Pengawasan Usaha Pengolahan Ikan Skala Kecil. Pada tahun 2013, telah dilakukan pengawasan terhadap usaha pengolahan skala kecil di 10 lokasi, yaitu: Tegal, Palabuhan Ratu, Pati, Cirebon, Kendal, Surabaya, Karawang, Bali, Gresik dan Banten). Hasil pengujian pada sampel produk olahan yang dilakukan di laboratorium Balai Pengujian Mutu Pengolahan Hasil Perikanan REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 37

42 dan Kelautan (BPMPHPK) Jakarta, masih ditemukan adanya sampel yang positif mengandung formalin, yaitu pada sampel yang berasal dari Tegal. Terhadap temuan tersebut dilakukan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan serta Penegak Hukum setempat untuk selanjutnya dilakukan upaya hukum sesuai aturan yang berlaku. 3. Bidang Pengawasan Usaha Budidaya Pengawasan usaha budidaya ikan bertujuan untuk memastikan bahwa usaha budidaya perikanan sesuai dengan ketentuan peraturan di bidang usaha budidaya ikan. Selama tahun 2013, kegiatan pengawasan usaha budidaya ikan yang telah dilakukan, antara lain: a. Pembinaan Teknis Pengawasan Usaha Budidaya di 12 lokasi yang berada di Provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Banten, Papua Barat, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat; b. Verifikasi dan pengawasan terhadap 496 unit usaha budidaya; c. Evaluasi hasil identifikasi dan verifikasi usaha budidaya di 15 lokasi yang berada di Provinsi Lampung, NTB, Kalimantan Timur, Papua Barat, NTT Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, dan Sumatera Utara. d. Uji Petik Pengawasan Peredaran Obat dan pakan ikan lanjutan di 14 lokasi yang berada di Provinsi NTB, Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara. e. Sosialisasi dan Implementasi pengawasan usaha budidaya di lokasi industrialisasi sebanyak 3 (tiga) lokasi, yaitu : Kab. Takalar-Sulawesi Selatan, Kab. Banjar-Kalimantan Selatan, Brondong Jawa Timur. 38 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

43 Hasil pengawasan terhadap usaha pembudidayaan ikan ditemukan beberapa hal yaitu: Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota belum semuanya memiliki peraturan daerah tentang Perizinan usaha pembudidayaan ikan, sebagian pelaku usaha budidaya belum memahami peraturan perundang-undangan tentang pengawasan usaha budidaya ikan. Terkait dengan hal ini, telah dilakukan : a. Pembinaan usaha perikanan budidaya; b. Koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/ Kabupaten/Kota untuk segera menyusun Perda tentang perizinan usaha pembudidayaan ikan dengan mengacu pada peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.12/MEN/2007 tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan; c. Sosialisasi dan implementasi pengawasan usaha budidaya di daerah industrialisasi dan minapolitan; d. Pengawasan melalui uji petik terhadap pelaku usaha bidang pakan dan obat ikan. 4. Pembinaan Pokmaswas Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan SDKP, Ditjen. PSDKP telah melakukan fasilitasi pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas SDKP [Pokmaswas], dan melakukan pembinaan (sosialisasi dan bimbingan teknis). Selama tahun 2013 telah dilakukan pembinaan secara intensif terhadap Pokmaswas dari Pokmaswas yang telah terbentuk. Permasalahan dalam kegiatan pembinaan Pokmaswas, antara lain: terbatasnya sarana dan prasarana pengawasan yang dimiliki Pokmaswas (sarana transportasi pemantauan, komunikasi, dan dokumentasi), belum seluruh Pokmaswas yang dibentuk berperan aktif dalam pengawasan SDKP, dan laporan Pokmaswas tentang pelanggaran di bidang perikanan belum seluruhnya dapat ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Terkait permasalahan tersebut, telah dilakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dengan memberikan bantuan sarana prasarana pengawasan untuk Pokmaswas, penguatan koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pembinaan Pokmaswas, serta penguatan koordinasi dengan instansi terkait untuk tindak lanjut pelaporan oleh Pokmaswas. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 39

44 D. Pengawasan Sumber Daya Kelautan Selain melakukan pengawasan sumber daya perikanan, Ditjen. PSDKP juga melakukan pengawasan terhadap aktifitas pemanfaatan sumber daya kelautan. Pengawasan yang dilakukan meliputi: 1) Pengawasan Ekosistem Perairan dan Kawasan Konservasi; 2) Pengawasan Pencemaran Perairan; 3) Pengawasan Pemanfaatan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan 4) Pengawasan Jasa Kelautan dan Sumber Daya Non Hayati. Pada tahun 2013, pengawasan sumber daya kelautan dilakukan pada 63 lokasi dengan rincian pada tabel berikut. Tabel 5.6 Hasil Pengawasan Sumber Daya Kelautan Tahun 2013 NO HASIL PEMERIKSAAN LOKASI 1 Pengawasan Pencemaran Perairan di 15 lokasi 2 Pengawasan Ekosistem Perairan dan Kawasan Konservasi di 18 lokasi 3 Pengawasan Pesisir dan Pulaupulau Kecil di 15 lokasi 4 Pengawasan Jasa Kelautan dan Sumber Daya Non Hayati di 15 lokasi Banyuwangi, Surabaya, Cilacap, Juwana, Pekalongan, Batang, Cirebon, Lampung, Jambi, DKI Jakarta, Banjarmasin, Bitung, Makassar, Benoa, Nusa Tenggara Barat Tanjung Pinang, Sungailiat, Banjarmasin, Tanjung Balai Karimun, Karangsong, Kejawanan, Surabaya, Tanjung Pandan, Ternate, Sorong, Banggai Kepulauan, Gorontalo, Pekalongan, Juwana, Makassar, Batang, Kep. Selayar, Tual Juwana, Tanjung Pandan, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Seribu, Bitung, Kotabaru, Kejawanan, Benoa, Palabuhan Ratu, Selayar, Ranai Natuna, Ternate, Surabaya, Tanjung Pinang, Gorontalo Batam, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pandan, Sungailiat, Karanantu, Juwana, Surabaya, Makassar, Ternate, Kepulauan Seribu, Tanjung Pinang, Bawean, Balikpapan, Batang, Bitung E. Operasi Kapal Pengawas Gelar Operasi Rutin Pengawasan SDKP di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-RI) dilakukan dengan mengerahkan 27 unit Kapal Pengawas 40 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

45 SDKP. Operasi kapal pengawas mencakup 2 (dua) wilayah pengawasan laut yaitu : 1. WPP-RI Wilayah Barat yang terdiri dari : WPP 711 (meliputi Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut China Selatan); WPP 712 (meliputi Laut Jawa); WPP 571 (meliputi Selat Malaka dan Laut Andaman); dan 2. WPP_RI Wilayah Timur yang terdiri dari: WPP-RI 713 (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali); WPP-RI 714 (Teluk Tolo dan Laut Banda); WPP-RI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau); WPP-RI 716 (Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera); WPP-RI 717 (Teluk Cendrawasih dan Samudra Pasifik); dan WPP-RI 718 (Laut Aru, Arafuru dan Laut Timor bagian Timur). Daerah yang dijadikan pangkalan aju untuk wilayah Barat adalah di Belawan, Jakarta, Pontianak, Bangka, Batam, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang dan Dumai. Sedangkan untuk wilayah timur adalah di Tual, Bitung, Tobelo, Sorong, Luwuk dan Ternate. Lokasi-lokasi pangkalan aju tersebut dipilih karena posisinya yang strategis karena berada dekat dengan WPP yang rawan terhadap kegiatan illegal fishing dan kemudahan akses untuk memperoleh perbekalan, pengisian bahan bakar dan fasilitas tambat labuh kapal. Selama tahun 2013, operasi kapal pengawas telah berhasil memeriksa sebanyak kapal perikanan yang terdiri dari 47 Kapal Ikan Asing (KIA) dan Kapal Ikan Indonesia (KII). Dari jumlah tersebut, telah ditangkap sejumlah 68 kapal perikanan yang diduga melakukan tindak pelanggaran bidang perikanan yang terdiri dari 24 unit KII dan 44 unit KIA. Kapal ikan asing yang ditangkap tersebut berasal dari Malaysia, Philiphina, Thailand dan Vietnam. Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh kapal-kapal perikanan tersebut antara lain: menggunakan alat tangkap terlarang, tidak memiliki dokumen/dokumen tidak lengkap, melanggar wilayah penangkapan yang telah ditentukan dalam SIUP (Fishing Ground tidak sesuai), dan pencurian ikan khususnya oleh KIA. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 41

46 Selain operasi mandiri yang dilakukan secara rutin, pada tahun 2013 juga telah dilaksanakan: 1. Patroli Terkoordinasi (Patkor) Ausindo dengan Australia dilaksanakan 3 (tiga) kali di perbatasan ZEE Indonesia dan Australia dengan hasil pemeriksaan kapal perikanan sebanyak 54 KII, sedangkan patkor Malindo dengan Malaysia dilaksanakan 2 (dua) kali, dan telah berhasil melakukan pemeriksaan kapal perikanan terhadap 10 KII, 2. Operasi bersama dengan Bakorkamla dalam Operasi Gurita : 6 (enam) kali dan Operasi OBST : 2 (dua) kali dengan kapal perikanan yang diperiksa sebanyak 190 KII dan 6 KIA. Dari kapal-kapal perikanan yang diperiksa tersebut, sebanyak 6 KIA di tangkap karena terindikasi melakukan pelanggaran. TAHUN Tabel 5.7 Hasil Operasi Kapal Pengawas Tahun DIPERIKSA DI TANGKAP (Kapal) (unit kapal) KII KIA KII+KIA JUMLAH F. Penanganan Pelanggaran 1. Penanganan Kasus Tindak Pidana Perikanan Selama tahun 2013 dari 84 (delapan puluh empat) kasus penanganan tindak pidana perikanan, sebanyak 18 kasus tidak diproses pidana hanya dikenakan sanksi administrasi berupa surat peringatan, 62 kasus diproses 42 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

47 pidana dan 4 (empat) kasus dilakukan tindakan lain. Perkembangan 62 kasus yang diproses pidana: 2 (dua) kasus dalam proses penyidikan, 6 (enam) kasus telah P-21, 39 (tiga puluh sembilan) kasus dalam proses persidangan, dan 15 (lima belas) kasus sudah Incrakht. Perkembangan penanganan Tindak Pidana Perikanan s/d tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Perkembangan Penanganan Tindak Pidana Perikanan s/d Tahun 2013 NO PENANGANAN KASUS JUMLAH 1 PROSES HUKUM 62 KASUS - PENYIDIKAN 2 KASUS - P P-21 6 KASUS - PROSES PERSIDANGAN 39 KASUS - SP3 - - INCKRAHT 15 KASUS 2. TINDAKAN ADMINISTRATIF 18 KASUS 3. TINDAKAN LAIN 4 KASUS TOTAL 84 KASUS Berdasarkan jenis pelanggaran yang ditangani oleh PPNS perikanan pada tahun 2013, jumlah kasus pelanggaran berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Tabel berikut. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 43

48 Tabel 5.9 Jumlah Kasus Pelanggaran berdasarkan Jenis Pelanggaran selama tahun 2013 NO JENIS PELANGGARAN JUMLAH 1 Penangkapan ikan tidak memiliki dokumen (SIUP/SIPI/ SIKPI) atau tanpa ijin 2 Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap terlarang atau tidak sesuai dengan perizinan (SIPI) 3 Penangkapan Ikan tidak memiliki dokumen (SIUP/SIPI/ SIKPI)/tanpa ijin dan menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan perijinan/alat tangkap terlarang 4 Dokumen di atas kapal tidak lengkap 16 5 Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/lingkungannya 6 Penangkapan ikan yang melanggar daerah penangkapan (fishing ground)/tidak sesuai izin 7 Melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen (SIUP/SIPI/SIKPI) di daerah Unresolved Maritime Boundary Area dan penggunaan alat tangkap terlarang, tetapi terkait dengan MoU dengan Malaysia sehingga harus dikembalikan ke negara Malaysia 8 Pengangkutan Ikan atau ekspor ikan tidak dilengkapi dokumen yang sah dan/atau tidak sesuai dengan SIKPI 9 Bongkar muat ikan tidak sesuai dengan pelabuhan pangkalan * JUMLAH 84 Keterangan : *) 1 kapal digunakan untuk pendeportasian ABK Asing Penanganan Barang Bukti Kapal Perikanan Pelaku Tindak Pidana Perikanan (TPP) Penanganan barang bukti dari hasil tindak pidana perikanan adalah segala upaya tindakan untuk merawat/mengamankan barang bukti dari hasil tindak pidana perikanan sampai selesainya proses penyidikan. Penanganan barang bukti, khususnya kapal perikanan, selalu mengacu dari seberapa banyak kapal yang telah melakukan pelanggaran maupun kejahatan di bidang perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 44 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

49 Berdasarkan hasil operasi pengawasan kapal perikanan selama tahun 2013, barang bukti berupa kapal perikanan yang ditangkap sebanyak 84 kapal. Perkembangan penanganan barang bukti tersebut: 18 kapal dikenai sanksi administratif, 4 kapal dikenai tindakan lain, 2 kapal dalam proses penyidikan, 6 kapal tahap P-21, 17 kapal proses penyerahan tahap II, 22 kapal dalam proses persidangan, dan 15 kapal telah memeliki kekuatan hukum tetap/inkracht. Rekapitulasi penanganan barang bukti kapal perikanan pelaku tindak pidana perikanan dari tahun 2010 s/d 2013 dapat dilihat pada bagian Lampiran. 3. Penanganan Awak Kapal Tindak Pidana Perikanan Selama tahun 2013, jumlah Awak Kapal Tindak Pidana perikanan yang ditangani oleh Ditjen. PSDKP sebanyak 779 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 208 awak kapal tidak diproses dan hanya dikenakan sanksi administrasi berupa surat peringatan, 63 awak kapal dilakukan tindakan lain, dan 508 awak kapal yang ditangani oleh Direktorat Penanganan Pelanggaran Ditjen. PSDKP, yang terdiri dari dari 65 awak kapal tersangka dan 443 awak kapal non justisia. Terhadap 65 awak kapal tersangka yang ditangani, 2 awak kapal masih menjalani proses penyidikan dan 63 ABK sudah penyerahan tahap II. Terhadap 443 awak kapal non justisia yang ditangani, 41 awak kapal masih diamankan, 341 awak kapal sudah diserahkan ke pihak imigrasi dan 61 awak kapal sudah dipulangkan ke negara asalnya atau dipulangkan ke daerah asal. Rekapitulasi penanganan awak kapal pelaku tindak pidana perikanan selama tahun 2013 seperti disajikan pada Tabel REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 45

50 Tabel 5.10 Rekapitulasi Penanganan Awak Kapal Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan s/d Tahun 2013 WARGA NEGARA JUM- LAH AWAK KAPAL TIN- DAK- AN LAIN PEME- RIK- SAAN PEN- DAHU- LUAN SANK- SI AD- MINIS- TRASI PE- NYI- DIK- AN TINDAK LANJUT TERSANGKA SP3 PENYE- RAHAN TAHAP II DIA- MAN- KAN NON JUSTITIA DISE- RAH- KAN KE IMI- GRASI DIPU- LANG- KAN KE DAE- RAH ASAL Indonesia Malaysia Vietnam Thailand Philiphina Myanmar JUMLAH Advokasi Nelayan Indonesia di Luar Negeri Selama kurun waktu 2013, Ditjen. PSDKP telah melakukan advokasi (bantuan hukum berupa pemulangan) bagi Nelayan Indonesia yang ditangkap oleh negara lain, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

51 Tabel 5.11 Advokasi Nelayan Yang Tertangkap di Luar Negeri s/d 2013 STATUS NO NEGARA PENANGKAP JUMLAH KAPAL JUMLAH NELAYAN YANG DITANGKAP DIBEBAS- KAN/ DIPU- LANGKAN (OLEH KKP BERKOOR- DINASI DENGAN KONJEN/ KBRI) BELUM DI- MELARIKAN BEBASKAN/ DIRI/ME- DITAHAN/ NINGGAL DIPROSES DUNIA HUKUM KETERANGAN 1 MALAYSIA * 46 2** * 1 orang meninggal dan telah dipulangkan; ** 2 orang melarikan diri 2 AUSTRALIA * - * 1 orang ditahan dan dibebaskan tanggal 14 Desember REP. PALAU PAPUA NUGINI TIMOR LESTE INDIA * 1** * 5 orang menjalani proses hukum; **1 orang meninggal di tengah laut JUMLAH REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 47

52 5. Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan Dalam rangka memenuhi amanat pasal 73 ayat (5) UU No. 45/2009 dan sebagai upaya dalam meningkatkan penanganan tindak pidana di bidang kelautan dan perikanan, Ditjen. PSDKP telah membentuk Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perikanan di seluruh Provinsi di Indonesia. Tugas forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Kelautan Dan Perikanan adalah mengkoordinasikan kegiatan penyidikan tindak pidana kelautan dan perikanan. Pada tahun 2013 telah dibentuk Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perikanan di 6 Provinsi, sehingga total jumlah Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Perikanan yang terbentuk sampai dengan tahun 2013 menjadi 29 (dua puluh sembilan), meliputi: NO DAERAH/LOKASI NO DAERAH/LOKASI 1 Provinsi Sumatera Barat 16 Provinsi Nusa Tenggara Timur 2 Provinsi Kep. Riau 17 Provinsi Kalimantan Timur 3 Provinsi Jambi 18 Provinsi Kalimantan Tengah 4 Provinsi Bengkulu 19 Provinsi Kalimantan Selatan 5 Provinsi Lampung 20 Provinsi Kalimantan Barat 6 Provinsi DKI Jakarta 21 Provinsi Sulawesi Selatan 7 Provinsi Jawa Barat 22 Provinsi Sulawesi Utara 8 Provinsi Banten 23 Provinsi Sulawesi Tengah 9 Provinsi Jawa Tengah 24 Provinsi Sulawesi Barat 10 Provinsi D.I. Yogyakarta 25 Provinsi Sulawesi Tenggara 11 Provinsi Jawa Timur 26 Provinsi Gorontalo 12 Provinsi NAD 27 Provinsi Maluku 13 Provinsi Bali 28 Provinsi Maluku Utara 14 Provinsi Sumatera Utara 29 Provinsi Papua Barat 15 Provinsi Nusa Tenggara Barat Adapun 4 Provinsi, yaitu Provinsi Riau, Provinsi Kep. Bangka Belitung, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Papua masih dalam tahap proses pembentukan. 48 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

53 G. Kerjasama Pengawasan SDKP 1. Kerjasama Luar Negeri Upaya menjalin kerjasama internasional (multilateral, regional dan bilateral) dimaksudkan untuk mengoptimalkan upaya penanggulangan Illegal fishing. Beberapa kerjasama penting yang telah dan terus dijalin oleh Ditjen. PSDKP adalah Indonesia-Australia Fisheries Surveillance Forum (IASF) dan Regional Plan of Action (RPOA) to Promote Responsible Fishing Practices including Combating IUU Fishing in the Southeast Asia Region. a) Indonesia-Australia Fisheries Surveillance Forum (IAFSF) Indonesia-Australia Fisheries Surveillance Forum (IAFSF) merupakan bagian dari Indonesia-Australia Ministerial Forum (IAMF) yang dikhususkan pada kerjasama bidang pengawasan SDKP, termasuk kerjasama penanggulangan illegal fishing di perairan perbatasan kedua negara. Pada tahun 2013 serangkaian kerjasama Indonesia-Australia di dalam kerangka IAFSF yang telah dilaksanakan antara lain: 1) Coordinated patrols atau patroli bersama dan terkoordinasi yang dilakukan oleh masing-masing negara di masing-masing batas ZEE kedua negara. Kegiatan ini dilaksanakan 1 sampai 3 kali setahun sejak tahun 2007 dan dimaksudkan untuk mengawasi praktek IUU fishing di perairan Laut Arafura, khususnya menekan persentase illegal fishing oleh kapal asing di perairan tersebut; 2) Technical Assistances. Dalam kerangka forum, Australia menyediakan bantuan berupa expertise dalam peningkatan kemampuan Awak Kapal Pengawas Ditjen. PSDKP, baik berupa training maupun bantuan peralatan/instalasi komunikasi seperti telepon satelit dan radio UHF, serta ujicoba dan latihan komunikasi. Training yang dimaksud diantaranya adalah Ship Search Training yang REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 49

54 bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peserta mengenai pentingnya keselamatan kerja, serta penggunaan perlengkapan keselamatan di atas kapal. Selain itu juga untuk memperkenalkan peralatan yang fungsinya dapat digunakan untuk melakukan peran pemeriksaan suatu tindak pidana yang terjadi di laut. 3) Port Visit. Masing-masing pihak saling mengunjungi pelabuhan dalam rangka latihan Ship Search Training, program beasiswa, pelatihan bahasa inggris, dan pertukaran informasi. Pada saat bersamaan, juga sekaligus dilakukan simulasi atau latihan patroli bersama, termasuk melakukan technical assistance. 4) Pertemuan IAFSF. Pertemuan IAFSF dilaksanakan setiap tahun. Pertemuan untuk membahas perkembangan dari implementasi kesepakatan pertemuan yang telah disusun dan disepakati kedua belah pihak pada tahun sebelumnya. 50 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

55 b) Regional Plan of Action (RPOA) to Promote Responsible Fishing Practices including Combating IUU Fishing in the Southeast Asia Region. RPOA to Promote Responsible Fishing Practices including Combating IUU Fishing in the Southeast Asia Region merupakan regional initiative yang diprakarsai oleh Indonesia-Australia dan disepakati oleh 11 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Singapura, Brunei Darussalam, Timor Leste, Australia, dan Papua New Guinea. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab termasuk penanggulangan IUU Fishing di kawasan yang menjadi wilayah kerja sama, yaitu : Laut Cina Selatan, Laut Sulu-Sulawesi dan Laut Arafura. Kerjasama ini diiniasiasi oleh Indonesia dan Australia sejak tahun 2007, dan sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini, Indonesia telah menjadi Sekretariat RPOA yang berkedudukan di GD. Minabahari III, Lantai 15, Jl. Medan Jakarta Timur no 16 Jakarta Pusat. Sejak pengesahannya bulan Mei 2007 sampai tahun 2013, sebagai implementasi RPOA telah diselenggarakan serangkaian RPOA Technical Meeting, RPOA Workshop, RPOA Training, RPOA Coordination Committee Meeting. Pada tahun 2013 telah diselenggarakan RPOA Coordination Committee Meeting ke 6 dan kerjasama dalam implementasi Port State Measures (PSM), Global Record of Fishing Vessel, Public Information Campaign dan MCS Network. 2. Kerjasama Dalam Negeri Kerjasama pengawasan di dalam negeri dijalin dengan Instansi pusat terkait meliputi: TNI-AL, POLAIR, BAKORKAMLA, Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung, maupun dengan Pemerintah Daerah. Bentuk kerjasama yang dijalin dengan instansi pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat pada Tabel berikut. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 51

56 Tabel 5.12 Bentuk Kerjasama Dalam Negeri NO KERJASAMA ANTAR PIHAK 1 Ditjen. PSDKP dengan TNI-AL 2 Ditjen. PSDKP dengan TNI-AU 3 Ditjen. PSDKP dengan POLAIR Ditjen. PSDKP dengan BAKORKAMLA 4 Ditjen. PSDKP dengan MA 5 Ditjen. PSDKP dengan KEJAGUNG 6 Ditjen. PSDKP dengan Lembaga Sandi Negara 7 Ditjen. PSDKP dengan PEMDA WUJUD KERJASAMA - Operasi. Pengawasan Bersama di Laut [ZEEI] - Kesepakatan Bersama Penanganan TP. Perikanan - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut - Pelatihan Awak Kapal Pengawas, Pinjam pakai senjata api di Kapal Pengawas - Operasi. Pengawasan Lewat Udara (Air Surveillance) ; - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut - Operasi Pengawasan Bersama di Laut - Kesepakatan Bersama Penanganan Tindak Pidana Perikanan - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut - Pelatihan Menembak - Pelatihan PPNS Perikanan dan Polsus P3K - Operasi bersama penegakan hukum di laut (Operasi Gurita); - Pertukaran data dan Informasi Pengawasan di Laut Pembentukan Pengadilan Perikanan Penyelesaian Tindak Pidana Perikanan Pengamanan informasi operasi Kapal Pengawas untuk mencegah kebocoran informasi. - Operasi/patroli Kapal Pengawas KKP di dalam wilayah perairan Pemda; - Penempatan sementara dan sandar Kapal Pengawas KKP secara bergiliran; - Partisipasi dan dukungan BBM, logistik dan operasional dari Pemda dalam operasi Pengawasan SDKP yang dilaksanakan oleh Kapal Pengawas KKP; - Partisipasi dan dukungan Pemda dalam pengamanan barang bukti hasil tangkapan, proses penyidikan dan dalam hal keterangan saksi ahli. Keterangaan: Pada tahun 2013 telah disepakati Mou kerjasama pengawasan antara Ditjen. PSDKP dengan Kabupaten Anambas dan Kabupaten Natuna. 52 CAPAIAN KINERJA PENGAWASAN SDKP TAHUN 2013

57 Bab 6 TAHUN 2014 KEGIATAN PRIORITAS A. Prioritas Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan 1. Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan. Sasaran dari kegiatan Peningkatan Operasional Pemantauan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan yaitu Terpantaunya kegiatan pemanfaatan SDKP dan WPP-RI secara terintegrasi dan terpenuhinya infrastruktur pengawasan secara akuntabel dan tepat waktu, dengan kegiatan prioritas: a. Pembangunan Sistem Kapal Inspeksi Perikanan Indonesia/SKIPI Tahap I. b. Pengadaan Speed boat Pengawasan sebanyak 3 unit. c. Pembangunan sarana dan prasarana pengawasan di UPT/Satker/Pos Pengawasan SDKP. d. Operasional Pemantauan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. e. Implementasi Sistem Pengawasan Terpadu [Integrated Surveillance System] secara bertahap. f. Operasional Pemantauan Kapal Perikanan dengan Vessel Monitoring System (VMS). g. Supervisi, Pembinaan dan Operasional kegiatan Pemantauan SDKP dan Pengembangan Infrastruktur Pengawasan. h. Pertukaran data dan informasi dengan instansi terkait; i. Pelayanan Surat Keterangan Aktivasi Transmitter [SKAT] VMS di daerah. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 53

58 2. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan Sasaran dari kegiatan Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Perikanan yaitu meningkatnya usaha perikanan yang sesuai ketentuan, dengan kegiatan prioritas : a. Operasional Pengawasan Laik Operasi Penangkapan Ikan/Ketaatan kapal di 57 Satker dan 131 Pos Pengawasan SDKP, termasuk di lokasi industrialisasi kelautan dan perikanan. b. Operasional Pengawasan Usaha Budidaya Perikanan di 57 Satker dan 131 Pos Pengawasan SDKP, termasuk di lokasi industrialisasi kelautan dan perikanan. c. Operasional Pengawasan Usaha pengolahan, pengangkutan dan pemasaran hasil perikanan di 57 Satker dan 131 Pos Pengawasan SDKP, termasuk di lokasi industrialisasi kelautan dan perikaan. d. Pembinaan dan Fasilitasi Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) di 33 Provinsi. e. Supervisi, Pembinaan, Sosialisasi dan Pembekalan bagi Pengawas Perikanan f. Pengembangan Sistem Pengawasan Perikanan [SIMWASKAN]. g. Verifikasi hasil tangkapan ikan mendukung pelaksanaan SHTI. 3. Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan Sasaran dari kegiatan Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Daya Kelautan yaitu Meningkatnya Cakupan Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-NRI) yang bebas kegiatan illegal dan/ atau yang merusak sumber daya ikan dan lingkungannnya, dengan kegiatan prioritas : a. Operasional Pengawasan Ekosistem Perairan dan Kawasan Konservasi Perairan kapal di 57 Satker dan 131 Pos Pengawasan SDKP. b. Operasional Pengawasan Pencemaran Perairan di 57 Satker dan 131 Pos Pengawasan SDKP. c. Operasional Pengawasan Jasa Kelautan dan Sumber Daya Non Hayati di 57 Satker dan 131 Pos Pengawasan SDKP. d. Operasional Pengawasan Pemanfaatan Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil di 57 Satker dan 131 Pos Pengawasan SDKP. 54 KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014

59 e. Kerjasama pengawasan dengan instansi terkait mendukung idustrialisasi Garam Rakyat di sentra-sentra produksi garam. f. Supervisi, Penyusunan SOP/Juklak/Juknis, Sosialisasi dan Pembinaan Teknis Pengawasan Sumber Daya Kelautan. g. Pendidikan dan pelatihan Polsus Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 4. Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas Sasaran dari kegiatan Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Kapal Pengawas yaitu Meningkatnya Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP- RI) yang bebas kegiatan illegal fishing dengan kegiatan prioritas : a. Operasional Kapal Pengawas 90 hari operasi (27 kapal pengawas); b. Operasional speed boat pengawasan di Provinsi dan UPT Pengawasan SDKP; c. Kerjasama operasi pengawasan dengan BAKORKAMLA, TNI AL, POLAIR dan TNI AU; d. Pemeliharaan dan pengadaan suku cadang bagi kapal pengawas; e. Pembinaan, rotasi dan Pelatihan Teknis bagi Awak Kapal Pengawas. 5. Penyelesaian Tindak Pidana Perikanan Sasaran dari kegiatan Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan yaitu Terselesaikannya tindak pidana perikanan yang diselesaikan secara akuntabel dan tepat waktu dengan kegiatan prioritas : a. Penyidikan dan Pemberkasan Perkara Tindak Pidana Kelautan dan Perikanan. b. Penanganan Awak Kapal dan Barang Bukti Kapal Hasil Rampasan di 5 UPT Pengawasan SDKP. c. Peningkatan kerjasama dan Penguatan Forum Kerjasama Antar Penegak Hukum di 33 Provinsi. d. Pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan. e. Advokasi dan Pemulangan Nelayan Indonesia yang tertangkap di luar negeri; f. Fasilitasi Penyelesaian Konflik antar nelayan di daerah. g. Sosialisasi kepada Nelayan di Perbatasan. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 55

60 6. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Ditjen PSDKP Lainnya. Sasaran dari kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Ditjen PSDKP Lainnya yaitu Terlaksananya perencanaan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program dan anggaran, pembinaan SDM, fasilitasi penyiapan produk kebijakan publik, pelayanan informasi kepada masyarakat dan dukungan kelancaraan pelaksanaan tugas secara terintegrasi dan tepat waktu dengan administrasi yang akuntabel di lingkungan Direktorat Jenderal PSDKP, dengan kegiatan prioritas : a. Penyusunan rencana kerja [Renstra ], publikasi, penyediaan data pengawasan SDKP, dukungan BSC dan pelaporan pelaksanaan kegiatan (Pusat, Dekonsentrasi dan UPT PSDKP). b. Peningkatan publikasi, penyediaan data pengawasan SDKP dan pelaporan pelaksanaan kegiatan. c. Penguatan kerjasama regional dalam rangka penanggulangan illegal fishing melalui RPOA (Regional Plan of Action). d. Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan bidang Pengawasan SDKP; e. Penyempurnaan Prosedur Operasional Standar (POS), Juklak dan Juknis; f. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan pengawasan SDKP di daerah g. Peningkatan penatausahaan, pelaporan keuangan dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) (Pusat, Dekonsentrasi dan UPT PSDKP). h. Peningkatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan (Pusat, Dekonsentrasi dan UPT PSDKP); i. Pembinaan Kepegawaian (penerapan peraturan kepegawaian secara konsisten), pengembangan Jabatan Fungsional dan Pelatihan Teknis. 56 KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014

61 B. Alokasi Anggaran Tahun 2014 Alokasi anggaran Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 sebesar RP ,- [enam ratus satu milyar sembilan ratus empat puluh satu juta empat ribu rupiah], terdiri dari rupiah murni sebesar Rp ,- [tiga ratus enam puluh tiga milyar sembilan ratus tiga juta empat ribu rupiah] dan P/HLN untuk pengadaan SKIPI sebesar Rp ,- [dua ratus tiga puluh delapan milyar tiga puluh delapan juta rupiah] yang ditunjukan pada grafik dan tabel sebagai berikut: Gambar 6.1 Distribusi Anggaran Ditjen. PSDKP Tahun Anggaran ,08% 3,63% 77,29% PUSAT UPT PENGAWASAN SDKP DEKONSENTRASI Tabel 6.1 Alokasi Anggaran Ditjen. PSDKP Tahun 2014 NO SATUAN KERJA ANGGARAN [Rp. 000] % 1 PUSAT ,29 2 UPT PENGAWASAN SDKP ,08 3 DEKONSENTRASI ,63 TOTAL Tabel 6.2 Sumber Anggaran Ditjen. PSDKP Tahun 2014 NO SATUAN KERJA ANGGARAN [Rp. 000] % 1 Rupiah Murni ,45 2 Pinjaman Luar Negeri ,55 TOTAL REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 57

62 Alokasi anggaran tersebut didistribusikan pada 6 [enam] satker pusat, 5 [lima] satker UPT Pengawasan SDKP, termasuk 57 satker dan 131 Pos PSDKP, serta 33 satker Dekonsentrasi. C. Rencana Kerja Pengawasan SDKP Mendukung Industrialisasi Kelautan dan Perikanan Industrialisasi kelautan dan perikanan adalah integrasi sistem produksi hulu dan hilir untuk meningkatkan skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan. Tujuan industrialisasi kelautan dan perikanan dalah terwujudnya percepatan pendapatan pembudidaya, nelayan, pengolah, pemasar dan petambak garam. Sasaran yang akan dicapai melalui industrialisasi kelautan dan perikanan adalah meningkatnya skala dan kualitas produksi, produktivitas, daya saing, dan nilai tambah sumber daya kelautan dan perikanan Pendekatan industrialisasi kelautan dan perikanan dilakukan melalui penataan sistem manajemen yang mencakup : 1. Pengembangan komoditas dan produk unggulan berorientasi pasar. 2. Penataan dan pengembangan kawasan sentra produksi secara berkelanjutan. 3. Pengembangan konektivitas dan infrastruktur. 4. Pengembangan usaha dan investasi. 5. Pengembangan Iptek dan sumber daya manusia. 6. Pengendalian mutu dan keamanan produk. 7. Penguatan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan. Penguatan pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan di lokasi industrialisasi kelautan dan perikanan dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut : 1. Operasional Pengawasan usaha pengolahan, pengangkutan dan pemasaran hasil perikanan. 2. Pengawasan distribusi garam impor dan pengawasan produksi garam di lokasi usaha garam rakyat bekerjasama dengan instansi terkait. 3. Pemantuan Kapal perikanan yang berijin maupun yang tidak berijin. 4. Pengawasan Ketaatan Kapal Perikanan di Pelabuhan Perikanan. 5. Monitoring hasil tangkapan ikan yang didaratkan di pelabuhan pangkalan, 58 KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014

63 tangkahan dan pelabuhan skala kecil. 6. Operasional kapal pengawas di WPP-RI 572, 573, 714,715, 716/Penyangga Industrialisasi Perikanan Tangkap. 7. Penanganan tindak pidana pelanggaran dan koordinasi penegakan hukum. 8. Operasi Bersama Dengan TNI AL/POLAIR/BAKORKAMLA. 9. Pembangunan Kantor Satker/Pos, Speed Boat Pengawasan, kendaraan fungsional pengawas perikanan dan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengawasan. 10. Pengawasan usaha budidaya terhadap penggunaan obat, bahan kimia, biologi dan pakan ikan yang dilarang. 11. Pengawasan Pencemaran Perairan. 12. Pembinaan dan Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS). 13. CC meeting workshop implementasi kerjasama pengawasan di forum regional (RPOA). 14. Pelatihan Polsus Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. D. Peningkatan Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Mendukung Industrialisasi Kelautan dan Perikanan Berbasis Industrialisasi dengan Pendekatan Ekonomi Biru [Blue Economy] Peran pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan dalam mendukung pembangunan kelautan dan perikanan untuk Penguatan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat melalui Industrialisasi KP dengan pendekatan Ekonomi Biru (blue economy) yang diimplementasikan dalam rencana kerja sebagai berikut : 1. Mendukung Industrialisasi berbasis Perikanan Tangkap, melalui: a. Peningkatan operasi Kapal Pengawas di WPP-NRI. b. Pengawasan Ketaatan Kapal Perikanan di Pelabuhan Pangkalan. c. Monitoring dan pendataan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Pangkalan maupun Tangkahan. d. Peningkatan pengawasan pelaksanaan kemitraan kapal penangkap ikan dan UPI, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pengolahan ikan. REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 59

64 e. Pembinaan dan Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS). f. Pemantauan kapal perikanan yang berijin maupun yang tidak berijin. g. Penanganan Tindak Pidana Perikanan dan koordinasi penegakan hukum. h. Operasi Bersama dengan TNI AL, POLRI, BAKORKAMLA dan PEMDA. i. Penguatan Kerjasama Regional dan Internasional dalam rangka Penanggulangan Illegal Fishing. 2. Mendukung Industrialisasi berbasis Perikanan Budidaya, melalui: a. Pengawasan kegiatan usaha budidaya berdasarkan Surat Ijin Usaha Perikanan Budidaya, Surat Ijin Kapal Pengangkutan Ikan (SIKPI) untuk Ikan Hidup. b. Pengawasan peredaran dan penggunaan obat ikan, kimia dan biologi (OIKB), dan pakan ikan. c. Pengawasan usaha budidaya yang berpotensi mengakibatkan pencemaran perairan. d. Pembinaan dan pemberdayaan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS). 3. Mendukung Industrialisasi berbasis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, melalui: a. Pengawalan implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). b. Pengawasan usaha pengolahan, pengangkutan dan pemasaran hasil perikanan. c. Pengawasan distribusi ikan impor di pelabuhan/perbatasan. 4. Mendukung Industrialisasi berbasis Garam Rakyat, melalui: a. Kerjasama dengan POLRI, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan (Bea Cukai) untuk Pengawasan distribusi garam impor. b. Pelatihan Polisi Khusus Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. c. Percepatan penyusunan regulasi sebagai dasar pengawasan industrialisasi garam rakyat. 60 KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2014

65 Bab 7 penutup Refleksi mengenai sebuah pencapaian kinerja merupakan sebuah masukan yang sangat berharga bagi perbaikan perencanaan ke depan. Dalam konteks inilah pada setiap berakhirnya tahun, Ditjen PSDKP merefleksikan pencapaian kinerjanya dan menetapkan prioritas kegiatan ke depan yang akan dilakukan. Semoga keberadaan buku ini dapat bermanfaat bagi seluruh jajaran pegawai Ditjen. PSDKP pada khususnya dan khalayak umum pada umumnya. Jakarta, Januari 2014 Tim Penyusun REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 61

66 62 PENUTUP

67 Lampiran I Keragaan Speedboat Pengawasan SDKP s/d Akhir Tahun 2013 TAHUN JENIS SPEEDBOAT DAN PENEMPATANNYA [enam] unit speedboat berukuran 6 m, FRP, ditempatkan di: [1] Dinas Perikanan Prov. Bali (2 unit) [3] PPS Cilacap-Jawa Tengah, [4] Dinas Perikanan Kab. Muna- SULTERA, [5] Dinas Perikanan Kab. Kotabaru-KALSEL, dan [6] PPP Labuhan Lombok-NTB [lima] unit speedboat berukuran 6 m, FRP, ditempatkan di: [1] PPP Banjarmasin-KALSEL, [2] Dinas Perikanan Bima- NTB, [3] PPS Nizam Zachman-Jakarta, [4] Dinas Perikanan Prov. SULSEL, dan [5] Dinas Perikanan Kab. Manokwari- Papua Barat 2005 Dibangun 2 [dua] unit speedboat berukuran 6 m, FRP, ditempatkan di: [1] Dinas Perikanan Kab. Kaimana-Papua Barat dan [2] Dinas Perikanan Teluk Wondama-Papua [lima] unit speedboat berukuran 6 m, aluminium, ditempatkan di: [1] Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang-Sumbar, [2] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Sambas-Kalbar, [3] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Pangkajene-Sulsel, [4] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Nabire-Papua, dan [5] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Timika-Papua [lima] unit speedboat berukuran 6 m, aluminium, ditempatkan di: [1] UPT Stasiun PSDKP Pontianak-Kalbar [2] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Sula-Maluku Utara, [3] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Banggai Kepulauan-Sulteng, [4] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Asmat-Papua, dan [5] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Yapen Waropen-Papua, dan [6] Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Kalbar. 2 [dua] unit speedboat berukuran 8 m, FRP, ditempatkan di: [1] PEMDA Kab. Bengkulu Utara, dan [2] PPN Sibolga- Sumut. 4 [empat] unit speedboat berukuran 8 m, aluminium, ditempatkan di: [1] UPT Pangkalan PSDKP Bitung-Sulut, [2] UPT Pangkalan PSDKP Jakarta, [3] UPT Stasiun PSDKP Belawan-Sumut, [4] UPT Stasiun PSDKP Tual-Maluku. NAMA SPEEDBOAT KP Marlin-01 s/d Marlin-06 KP Marlin-07 s/d Marlin-11 KP Marlin-12 s/d Marlin-13 KP Marlin-14 s/d Marlin-19 KP Marlin-20 s/d Marlin-25 Dolphin-01 & Dolphin-02 Dolphin-03 & Dolphin-06 REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 63

68 TAHUN 2008 JENIS SPEEDBOAT DAN PENEMPATANNYA 6 [enam] unit speedboat berukuran 8 m, FRP, ditempatkan di: [1] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Biak Numfor- Papua Barat, [2] Satker PSDKP Tanjung Pandan Babel, [3] Satker PSDKP Tarempa-Kep. Riau, [4] Satker PSDKP Ranai- Kep. Riau, [5] Satker PSDKP Ternate-Malut, [6] Pos PSDKP Dobo-Maluku, [6] Satker PSDKP Merauke-Papua, dan [6] Satker PSDKP Tanjung Balai Asahan-Sumut. 6 [enam] unit speedboat berukuran 8 m, aluminium, ditempatkan di: [1] Satker PSDKP Tanjung balai Karimun- Kep. Riau, [2] Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura- Papua, [3] Satker PSDKP Tarakan-Kaltim, [4] Satker PSDKP Batam-Kep. Riau, [5] Satker PSDKP Ternate-Malut, [6] Satker PSDKP Kendari-Sultera, dan [6] Dinas Perikanan dan Kelautan Yapen Waropen-Papua. 2 [dua] unit speedboat berukuran 12 m, aluminium, ditempatkan di: [1] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Jayapura-Papua, dan [2] Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Kaimana-Papua [tujuh] unit speedboat berukuran 12 m, FRP, ditempatkan di: [1] Satker. PSDKP Brondong-Jatim, [2] Satker PSDKP Kejawanan-Jabar, [3] Satker PSDKP Kuala Tungkal-Jambi, [4] Satker PSDKP Moro-Kep. Riau, [5] Satker PSDKP Fak-fak-Papua, [6] Satker PSDKP Kwandang- Gorontalo, dan [7] Satker PSDKP Ambon-Maluku Tidak tersedia anggaran untuk membangun speedboat Tidak tersedia anggaran untuk membangun speedboat [dua] unit speed boat 8 m, FRP ditempatkan di : [1] Satker PSDKP Banyuwangi dan [2] Satker PSDKP Pekalongan 8 [delapan] unit speed boat 12 m, FRP, ditempatkan di : [1] Provinsi D.I. Yogyakarta, [2] Satker PSDKP Sorong, [3] Satker PSDKP Melonguane, [4] Satker PSDKP Tahuna, [5] Satker PSDKP Ranai, [6] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, [7] Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan (Tugas Pembantuan), [8] Dinas Kelautan dan Perikanan Papua Barat (Tugas Pembantuan) NAMA SPEEDBOAT Dolphin-07 & Dolphin-14 Dolphin-15 & Dolphin-20 Napoleon- 01 dan Napoleon-02 Dolphin-21 s/d Dolphin 27 Dolphin 028, Dolphin 029, Napoleon 012 s/d Napoleon LAMPIRAN

69 TAHUN JENIS SPEEDBOAT DAN PENEMPATANNYA 2 [dua] unit speed boat 16 m, FRP ditempatkan di : [1] Pangkalan PSDKP Bitung dan [2] Stasiun PSDKP Tual [sepuluh] unit speed boat 12 m, FRP, ditempatkan di : [1] Diskanlut Kab. Batubara, [2] Diskanlut Prov. NTT, [3] Diskanlut Prov. Jambi, [4] Diskanlut Kab. Nias Selatan, [5] Diskanlut Kab. Banggai, [6] Kab. Bandung, [7] Satker PSDKP Labuhan Lombok [8] Satker PSDKP Batam [9] Satker PSDKP Tarempa [10] Satker PSDKP Lampulo. NAMA SPEEDBOAT Belum ada standar penamaan Napoleon 019 s/d Napoleon 028 REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 65

70 NO Lampiran II Jumlah Kasus Pelanggaran dan Jenisnya Tahun JENIS PELANGGARAN 1 Penangkapan ikan tidak memiliki dokumen (SIUP/SIPI/SIKPI) atau tanpa ijin 2 Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap terlarang atau tidak sesuai dengan perizinan (SIPI) 3 Penangkapan Ikan tidak memiliki dokumen (SIUP/SIPI/SIKPI)/tanpa ijin dan menggunakan alat tangkap yang tidak sesuai dengan perijinan/alat tangkap terlarang Tahun 2010 JUMLAH KASUS Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun * 4 Dokumen di atas kapal tidak lengkap Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara yang dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/lingkungannya 6 Penangkapan ikan yang melanggar daerah penangkapan (fishing ground)/ tidak sesuai izin 7 Melakukan kegiatan penangkapan ikan tanpa dokumen (SIUP/SIPI/ SIKPI) di daerah Unresolved Maritime Boundary Area dan penggunaan alat tangkap terlarang, tetapi terkait dengan MoU dengan Malaysia sehingga harus dikembalikan ke negara Malaysia 8 9 Pengangkutan Ikan atau Ekspor ikan tidak dilengkapi dokumen yang sah dan/atau tidak sesuai dengan SIKPI Bongkar muat ikan tidak sesuai dengan pelabuhan pangkalan JUMLAH Keterangan : *) 1 kapal digunakan untuk pendeportasian ABK Asing 66 LAMPIRAN

71 Lampiran III Rekapitulasi Penanganan Barang Bukti yang Penyidikannya Ditangani dan Dibiayai Oleh Ditjen. PSDKP Tahun JUMLAH BARANG PEME- SANKSI TAHUN BUKTI RIKSAAN TINDAK- ADMINIS- KEJADIAN BERUPA PENDA- AN LAIN TRASI KAPAL HULUAN PERIKANAN SP3 PENYI- DIKAN P-21 PROSES HUKUM TAHAP II PROSES PER- SIDANG- AN BAN- DING KASASI IN- KRACHT JUMLAH REFLEKSI TAHUN 2013 DAN OUTLOOK TAHUN 2014 DITJEN. PSDKP 67

72 68 LAMPIRAN

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 NOMOR SP DIPA-32.5-/217 DS6-9464-235-812 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN PENGELOLAAN DITJEN PSDKP SDKP TAHUN TA. 2018 2017 Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP OUTLINE 1. 2. 3. 4. ISU STRATEGIS IUU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menindaklanjuti serangkaian kebijakan dan strategi yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Stragis KKP tahun 2010-2014, Ditjen PSDKP sesuai tugas dan fungsinya telah

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS (RAKERNIS) DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Bandung, 4-7 Maret 2014

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS (RAKERNIS) DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN Bandung, 4-7 Maret 2014 RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS (RAKERNIS) DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 Bandung, 4-7 Maret 2014 Sebagai tindak lanjut Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN

ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN ASPEK LEGAL INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL IMPLEMENTASI PENGAWASAN SUMBERDAYA PERIKANAN Pandapotan Sianipar, S.Pi Kasi Pengawasan Usaha Pengolahan, Pengangkutan, dan Pemasaran Wilayah Timur, Direktorat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER 1982 RELATING

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.668,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan

IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA. Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal. 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan IUU FISHING DI WILAYAH PERBATASAN INDONESIA Oleh Prof. Dr. Hasjim Djalal 1. Wilayah perbatasan dan/atau kawasan perbatasan atau daerah perbatasan Wilayah perbatasan: a. Internal waters/perairan pedalaman.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT FOR THE IMPLEMENTATION OF THE PROVISIONS OF THE UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA OF 10 DECEMBER

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjawab rumusan masalah dalam Penulisan Hukum ini, Penulis memiliki kesimpulan sebagi berikut : 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal Asing yang Melakukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.307, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kapal Penangkap. Pengangkut. Ikan. Pemantau. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

BAB III PRASARANA DAN SARANA Pasal 7

BAB III PRASARANA DAN SARANA Pasal 7 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PERMEN-KP/2013 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III-

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III- KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.50/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.50/MEN/2012 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.50/MEN/2012 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN ILLEGAL, UNREPORTED, AND UNREGULATED FISHING TAHUN 2012-2016

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. PENGARAH : Plt. Direktur Jenderal PSDKP

TIM PENYUSUN. PENGARAH : Plt. Direktur Jenderal PSDKP TIM PENYUSUN PENGARAH : Plt. Direktur Jenderal PSDKP PENANGGUNG JAWAB : Sekretaris Direktorat Jenderal PSDKP Direktur Pemantauan dan Pengembangan Infrastruktur Direktur Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb No.1618, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KKP. Penangkapan. Ikan. Log Book. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PERMEN-KP/2014 TENTANG LOG BOOK PENANGKAPAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 /KEPMEN-KP/2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Usaha Perikanan Tangkap. Wilayah Pengelolaan Perikanan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Perkembangan Global Perikanan Tangkap Sejak 1974 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status produksi perikanan tangkap dunia mengalami gejala tangkap lebih (overfishing). Laporan FAO (2012) mengungkapkan bahwa telah terjadi peningkatan penangkapan ikan

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.49/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP Menimbang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan arah kebijakan pembangunan dari yang berbasis pada sumber daya terestrial ke arah sumber daya berbasis kelautan merupakan tuntutan yang tidak dapat dielakkan. Hal ini dipicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penangkapan ikan tidak sesuai ketentuan (illegal fishing), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penangkapan ikan tidak sesuai ketentuan (illegal fishing), yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini mengenai implementasi kebijakan publik. Penelitian implementasi kebijakan dilakukan atas kegiatan pemerintah dalam mengatasi fenomena penangkapan ikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1072, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN PERIKANAN. Kapal Perikanan. Pendaftaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN,

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORATJENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.15 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110 Telp (021) 3519070 ext 1524/1526,

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang-

BAB IV. A. Pengaturan Penggunaan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan. VMS/(Vessel Monitoring System) dihubungkan dengan Undang- BAB IV Mengenai Kewenangan Mengadili Atas Kasus Illegal Fishing Berdasarkan Track Record Data VMS (Vessel Monitoring System) Dihubungkan dengan Undang-Undang 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1982, tepatnya tanggal 10 Desember 1982 bertempat di Jamaika merupakan hari bersejarah bagi perkembangan Hukum Laut Internasional. Saat itu diadakan Konferensi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORATJENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.15 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110 Telp (021) 3519070 ext 1524/1526,

Lebih terperinci

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) adalah salah satu kesepakatan dalam konferensi Committee

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

PENANGANAN PERKARA PERIKANAN

PENANGANAN PERKARA PERIKANAN 7/11/2017 MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN KOORDINASI ANTAR KEMEBTERIAN/LEMBAGA DALAM PENANGANAN ABK ASING PELAKU ILLEGAL FISHING DISAMPAIKAN OLEH DR.YUSTINUS SUSILO SH., MH PADA ACARA RAPAT KORDINASI NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.322/DJ-PSDKP/2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.24/MEN/2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010 Menimbang MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut Arafura merupakan salah satu bagian dari perairan laut Indonesia yang terletak di wilayah timur Indonesia yang merupakan bagian dari paparan sahul yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini, kegiatan pengawasan kapal perikanan dilakukan di darat dan di laut. Pengawasan langsung di laut terhadap kapal-kapal yang melakukan kegiatan penangkapan ikan

Lebih terperinci

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TERTIBKAN RUMPON ILEGAL

KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TERTIBKAN RUMPON ILEGAL WARTA Peng wasan Edisi VI / 2016 Berita Utama KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TERTIBKAN RUMPON ILEGAL @humaspsdkp humas psdkp humasdjpsdkp@kkp.go.id 7 LENSA KEGIATAN 1 2 3 4 5 66 Keterangan: 1. Penertiban Empat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.20/MEN/2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN TEKNIS PENYELENGGARAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BAGI PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 16 Maret 2018

Revisi ke 02 Tanggal : 16 Maret 2018 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 15 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/2010 TENTANG PEMBERIAN KEWENANGAN PENERBITAN SURAT IZIN PENANGKAPAN IKAN (SIPI) DAN SURAT IZIN KAPAL PENGANGKUT IKAN (SIKPI)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 16/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komparasi Port State Measures dengan Aturan Indonesia Indonesia telah memiliki aturan hukum dalam mengatur kegiatan perikanan, pelabuhan perikanan, dan hal lain terkait perikanan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.669,2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2012 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II. Aspek-Aspek Hukum Tentang VMS (Vessel Monitoring System) dan Illegal Fishing

BAB II. Aspek-Aspek Hukum Tentang VMS (Vessel Monitoring System) dan Illegal Fishing BAB II Aspek-Aspek Hukum Tentang VMS (Vessel Monitoring System) dan Illegal Fishing A. Dasar Hukum VMS (Vessel Monitoring System) VMS (Vessel Monitoring System)/ Sistem Pemantauan Kapal Perikanan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP 3333 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2008 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP Menimbang: MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar. Secara fisik potensi tersebut berupa perairan nasional seluas 3,1 juta km 2, ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif

Lebih terperinci

WARTA. Peng wasan. Edisi IX/ Berita Utama. KKP Pulangkan 228 ABK Asal Vietnam. humas psdkp.

WARTA. Peng wasan. Edisi IX/ Berita Utama. KKP Pulangkan 228 ABK Asal Vietnam. humas psdkp. WARTA Peng wasan Edisi IX/ 2016 Berita Utama KKP Pulangkan 228 ABK Asal Vietnam @humaspsdkp humas psdkp humasdjpsdkp@kkp.go.id 7 LENSA KEGIATAN 1 2 3 4 5 Keterangan: 1 - Penandatanganan berita acara serah

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DI KOTA DUMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari Ill Lantai 15, Jakarta 10110 Telepcn (021) 3519070,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari beberapa pulau besar antara lain Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 27 /MEN/2009 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 27 /MEN/2009 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 27 /MEN/2009 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERAN SERTA POKMASWAS DALAM MEMBANTU KEGIATAN PENGAWASAN

MAKSUD DAN TUJUAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PEDOMAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PERAN SERTA POKMASWAS DALAM MEMBANTU KEGIATAN PENGAWASAN PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PELAPORAN, PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN PERAN SERTA POKMASWAS TERHADAP TINDAK PIDANA KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TOPAN RENYAAN, S.H. MAKSUD DAN TUJUAN DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/PERMEN-KP/2013 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENANDAAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAPORAN KINERJA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN LKj TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN STASIUN PENGAWASAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah Illegal unreported and unregulated (IUU) fishing merupakan masalah global yang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah Illegal unreported and unregulated (IUU) fishing merupakan masalah global yang BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Illegal unreported and unregulated (IUU) fishing merupakan masalah global yang mengakibatkan kerugian lingkungan, sosial dan ekonomi yang signifikan (APFIC,2007).

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP Jakarta, 21 April 2015 I. PENDAHULUAN 1. Hasil kajian KPK (Gerakan Nasional Penyelamatan SD Kelautan) merupakan

Lebih terperinci

SE)ARAH HUKUM laut INTERNASIONAl 1. PENGATURAN KONVENSI HUKUM laut 1982 TENTANG PERAIRAN NASIONAl DAN IMPlEMENTASINYA DI INDONESIA 17

SE)ARAH HUKUM laut INTERNASIONAl 1. PENGATURAN KONVENSI HUKUM laut 1982 TENTANG PERAIRAN NASIONAl DAN IMPlEMENTASINYA DI INDONESIA 17 Daftar lsi leata PENGANTAR DAFTAR lsi v vii BAB I SE)ARAH HUKUM laut INTERNASIONAl 1 BAB II PENGATURAN KONVENSI HUKUM laut 1982 TENTANG PERAIRAN NASIONAl DAN IMPlEMENTASINYA DI INDONESIA 17 A. Pendahuluan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DIBIDANG PENANGKAPAN IKAN UNTUK PERAIRAN UMUM DARATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang merupakan satu kesatuan dan harus dijaga keamanan dan dimanfaatkan untuk kemakmuran Indonesia. Wilayah negara Indonesia yang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 VISI - KKP Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KKP Meningkatnya dukungan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 10/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 376/DJ-PSDKP/2013 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 376/DJ-PSDKP/2013 TENTANG KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Medan Merdeka timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING)

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING) POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KEGIATAN PERIKANAN LIAR (IUU FISHING) A. Pendahuluan Wilayah perairan Indonesia yang mencapai 72,5% menjadi tantangan besar bagi TNI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DRAFT MARET POS POKMASWAS Page 1 of 20

DRAFT MARET POS POKMASWAS Page 1 of 20 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PELAPORAN, PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN PERAN SERTA POKMASWAS TERHADAP TINDAK PIDANA KEJAHATAN DAN PELANGGARAN DRAFT MARET 2015 POS POKMASWAS Page 1 of 20 PROSEDUR OPERASIONAL

Lebih terperinci

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING

PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING PENENGGELAMAN KAPAL SEBAGAI USAHA MEMBERANTAS PRAKTIK ILLEGAL FISHING Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 22 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA

DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA DAMPAK KEGIATAN IUU-FISHING DI INDONESIA Oleh : Dr. Dina Sunyowati,SH.,MHum Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum-Universitas Airlangga Email : dinasunyowati@gmail.com ; dina@fh.unair.ac.id Disampaikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NASKAH KAPOLRI SEBAGAI KEYNOTE SPEECH PADA RAKORNAS PEMBERANTASAN ILLEGAL, UNREPORTED AND UNREGULATED FISHING TANGGAL 11 JULI 2017 ASSALAMU ALAIKUM Wr. Wb. SALAM

Lebih terperinci

KOMUNIKE BERSAMA MENGENAI KERJA SAMA UNTUK MEMERANGI PERIKANAN TIDAK SAH, TIDAK DILAPORKAN DAN TIDAK DIATUR (/UU FISHING)

KOMUNIKE BERSAMA MENGENAI KERJA SAMA UNTUK MEMERANGI PERIKANAN TIDAK SAH, TIDAK DILAPORKAN DAN TIDAK DIATUR (/UU FISHING) t \.. REPUBU K INDONESIA KOMUNIKE BERSAMA MENGENAI KERJA SAMA UNTUK MEMERANGI PERIKANAN TIDAK SAH, TIDAK DILAPORKAN DAN TIDAK DIATUR (/UU FISHING) DAN UNTUK MEMAJUKAN TATA KELOLA PERIKANAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.3-/217 DS4538-239-5974-97 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

WARTA. Peng wasan. Edisi VIII/ Berita Utama Ditjen. PSDKP Gelar Operasi Bersama Dengan humas psdkp

WARTA. Peng wasan. Edisi VIII/ Berita Utama Ditjen. PSDKP Gelar Operasi Bersama Dengan humas psdkp WARTA Peng wasan Edisi VIII/ 2016 Berita Utama Ditjen. PSDKP Gelar Operasi Bersama Dengan Australia @humaspsdkp humas psdkp humasdjpsdkp@kkp.go.id 7 LENSA KEGIATAN 1 2 3 4 665 Keterangan: 1 - Menteri

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA Oleh : Pandapotan Sianipar Kepala Seksi Pengawasan Usaha P3 Wilayah Timur Direktorat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA MOR 13/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PROGRAM LEGISLASI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 SEKRETARIAT DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 1 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dan kinerja aparatur KP dengan sasaran adalah meningkatnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat kelautan dan serta kompetensi SDM aparatur

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendayagunaan sumber daya kelautan menjanjikan potensi pembangunan ekonomi yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari potensi yang terkandung dalam eksistensi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan subsektor perikanan tangkap semakin penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor perikanan dalam PDB kelompok pertanian tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 Halaman 1 dari 26 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. /PERMEN-KP/2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. /PERMEN-KP/2016 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. /PERMEN-KP/2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KATEGORI AKTIVITAS PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS GOLONGAN POKOK

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan... I-1 C.

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Wilayah Spawing Ground dan Migrasi Tuna Sirip Biru (Anthony Cox, Matthew Stubbs and Luke Davies, 1999) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di Samudera Hindia bagian selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara memiliki arti strategis bagi industri perikanan, karena wilayah

Lebih terperinci